Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam tatanan kenegaraan modern, praktik penyelenggaraan demokrasi
dilakukan melalui sistem perwakilan. Amat janggal apabila seluruh warga negara
berkumpul di suatu tempat, kemudian secara bersama-sama menggunakan haknya
sebagai pemegang kedaulatan sejati untuk menyelenggarakan negara secara
langsung. Indonesia yang memiliki luas yang besar ini bukanlah negara kota yang
pernah melaksanakan demokrasi langsung. Lembaga perwakilan rakyat
merupakan institusi final perwujudan kedaulatan rakyat tersebut.
Oleh karena itu, kita perlu memahami kedudukan lembaga legislatif dalam
sistem politik Indonesia. Sejarah panjang lembaga legislatif di Indonesia berkalikali memakai konstitusi yang berbeda-beda menurut selera elite politik yang
berkuasa. Tidak jarang ditemukan lembaga legislatif yang sejajar dengan
lembaga-lembaga politik negara yang ada. Tetapi pada suatu masa pernah terjadi
lembaga legislatif berada di bawah satu lembaga politik negara.
Untuk itu perlu juga dipelajari bagaimana kedudukan lembaga legislatif di
Indonesia dikaitkan dengan kedudukan lembaga-lembaga politik yang lain, seperti
presiden (eksekutif) dan MA (yudikatif). Hal ini menarik karena akan ditemui
posisi kedudukan parlemen yang berbeda pada masa Demokrasi Parlementer dan
Demokrasi Terpimpin berhadapan dengan lembaga-lembaga politik negara ketika
itu. Bahkan juga hubungan parlemen Indonesia dengan para menteri.
Pembahasan lembaga legislatif di atas yang bersifat mikro, tetapi terperinci
juga dapat mengetahui beberapa lembaga legislatif yang hidup pada masa
tersebut. Selain itu mengetahui sebab-sebab pembubaran lembaga legislatif,
masalah-masalah yang terjadi di sekitar lembaga legislatif dan faktor-faktor yang
mempengaruhi peranan lembaga legislatif di Indonesia pada masa-masa tersebut.

1.2. Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan yang hendak dicapai dari pembuatan makalah ini adalah untuk
memperkenalkan badan legislatif, fungsi badan legislatif, dll. kepada pembaca.
Agar pembaca mengetahui dan memahami suatu lembaga yang dinamakan badan
legislatif.

BAB II
PEMBAHASAN

A.

Pengertian Badan Legislatif


Badan legislatif adalah struktur politik yang berfungsi mewakili warga

negara di dalam proses pembuatan kebijakan negara. Legislatif itu sendiri berasal
dari kata legislate yang berarti lembaga yang bertugas membuat undangundang. Anggotanya dianggap sebagai perwakilan rakyat, karena itulah lembaga
legislatif sering dinamakan sebagai badan atau dewan perwakilan rakyat. Nama
lain yang sering dipakai juga adalah parlemen, kongres, ataupun asembli nasional.
Dalam sistem

parlemen,

legislatif

adalah

badan

tertinggi

yang

menunjuk eksekutif. Sedangkan dalam sistem presiden, legislatif adalah cabang


pemerintahan yang sama, dan bebas dari eksekutif.
B.

Badan Legislatif di Indonesia


Melalui UUD 1945, dapat diketahui bahwa struktur legislatif yang ada di

Indonesia terdiri atas MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat), DPR (Dewan


Perwakilan Rakyat RI, DPRD I, DPRD II), dan DPD (Dewan Perwakilan
Daerah). Badan-badan ini memiliki fungsi dan wilayah kewenangan yang
berbeda-beda.

Sebab

itu, Jimly

Asshiddiqie

dalam

Beddy

Irawan

Maksudi menyebut Indonesia setelah amandemen IV UUD 1945, Indonesia


merupakan sistem Trikameral (sistem tiga kamar) dalam lembaga perwakilan
rakyat.
Untuk perbandingan, dapat kita lihat dari sistem ketatanegaraan Amerika
Serikat. Di Negara tersebut kekuasaan legislative ada di tangan kongres. Kongres
terdiri atas The House of Representatives dan Senates. Anggota The House of
Representatives terdiri atas wakil-wakil partai politik. Anggota Senates terdiri atas
wakil-wakil Negara bagian. Kongres tidak berdiri sendiri-sendiri sebagai badan
tersendiri sebab ia hanya ada berkat gabungan antara anggota The House of

Representatives dan Senates. Sementara di Indonesia, ada tiga lembaga


perwakilan yang diakui konstitusi, yaitu MPR, DPR dan DPD.

1. MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat)


MPR merupakan struktur legislatif yang berkedudukan di tingkat pusat.
Setelah amandemen UUD 1945 ke-4 pada tanggal 10 Agustus 2002, maka MPR
RI sebagai kelembagaan Negara, tidak lagi diberikan sebutan sebagai
lembaga tertinggi Negara dan hanya sebagai lembaga Negara, seperti juga DPR,
Presiden, BPK dan MA. Dalam pasal 1 ayat 2 yang telah mengalami perubahan
perihal kedaulatan disebutkan bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat dan
dilaksanakan menurut undang-undang dasar, sehingga tampaklah bahwa MPR RI
tidak lagi menjadi pelaksana kedaulatan rakyat. Juga susunan MPR RI telah
berubah keanggotaanya, yaitu terdiri atas anggota DPR dan DPD yang
kesemuanya direkrut melalui pemilu.
Jumlah anggota MPR saat ini adalah 678 orang yang terdiri atas 550 orang
anggota DPR dan 128 orang anggota DPD. Masa jabatan anggota MPR 5 tahun
dan bersamaan pada saat anggota DPR dan anggota DPD yang baru mengucapkan
sumpah atau janji. Tugas dan wewenang MPR di atur dalam pasal 3 UUD 1945
yang berbunyi :
1)

Majelis Permusyawaratan Rakyat berwenang mengubah dan menetapkan

Undang-Undang Dasar.
2)

Majelis Permusyawaratan Rakyat melantik Presiden dan/atau Wakil

Presiden.
3)

Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya dapat memberhentikan Presiden

dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya menurut Undang-Undang Dasar.


Dari pasal di atas dapat di jabarkan lagi bahwa tugas dan wewenang MPR tersebut
meliputi (dalam UU No. 27 Tahun 2009 pada pasal 4) :
a.

Mengubah dan menetapkan UUD Negara RI Tahun 1945.

b.

Melantik Presiden dan Wakil Presiden berdasarkan hasil pemilihan umum

(pemilu).
c.

Memutuskan usul DPR untuk memberhentikan Presiden dan/atau Wakil

Presiden dalam masa jabatannya, setelah Mahkamah Konstitusi memutuskan


bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden terbukti melakukan pelanggaran hukum
berupa pengkhianatan terhadap Negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat
lainnya, atau perbuatan tercela dan/atau terbukti bahwa Presiden dan/atau Wakil
Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden.
d.

Melantik Wakil Presiden menjadi Presiden apabila mangkat, berhenti,

diberhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajiban dalam masa jabatannya.


e.

Memilih Wakil Presiden dari 2 (dua) calon yang diajukan Presiden apabila

terjadi kekosongan jabatan Wakil Presiden dalam masa jabatannya.


f.

Memilih Presiden dan Wakil Presiden apabila keduanya mangkat, berhenti

atau diberhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa


jabatannya secara bersamaan dari 2 (dua) pasangan calon Presiden dan Wakil
Presidennya meraih suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan umum
sebelumnya, sampai berakhir masa jabatannya.
Selain tugas dan wewenang tersebut anggota MPR memiliki hak pada
pasal 9, diantaranya adalah sebagai berikut :
a.

Mengajukan usul pengubahan pasal UUD 1945.

b.

Menetukan sikap dan pilihan dalam pengambilan keputusan.

c.

Memilih dan dipilih.

d.

Membela diri.

e.

Hak imunitas.

f.

Hak protokoler.

g.

Hak keuangan dan administratif.h.

Bersidang sedikitnya sekali dalam 5

tahun di ibu kota Negara.


Selain mempunyai hak, MPR juga memiliki kewajiban yang diatur dalam
UU No.27 Tahun 2009 pada pasal 10 :
a. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila;
b. melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
dan menaati peraturan perundangundangan;
c. mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan menjaga keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia;
d. mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan
golongan; dan
e. melaksanakan peranan sebagai wakil rakyat dan wakil daerah.
2.

DPR (Dewan Perwakilan Rakyat)


DPR adalah suatu struktur legislatif yang punya kewenanganmembentuk

undang-undang. DPR terdiri atas anggota partai politik peserta pemilihan umum
yang di pilih melalui pemilihan umum. Dan dalam membentuk undang-undang
tersebut DPR harus melakukan pembahasan serta persetujuan bersama Presiden.
Tugas dan wewenang yang dimiliki oleh DPR adalah sebagai berikut (dilihat dari
UUD 1945) :
a.

Legislatif (DPR) mempunyai kewenangan mengusulkan pemberhentian

Presiden/Wakil Presiden kepada MPR, terlebih dahulu mengajukan permintaan


kepada Mahkamah Konstitusi dan seterusnya.
Hal ini termuat dalam UUD 1945 Pasal 7B ayat 1 yang menyatakan Usul
pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat diajukan oleh Dewan
Perwakilan Rakyat kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya dengan
terlebih dahulu mengajukan permintaan kepada Mahkamah Konstitusi untuk
memeriksa, mengadili, dan memutus pendapat Dewan Perwakilan Rakyat bahwa

Presiden dan/atau Wakil Presiden telah melakukan pelanggaran hukum berupa


pengkhianatan terhadap Negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya,
atau perbuatan tercela; dan/atau pendapat bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden
tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden.
b.

DPR mempunyai kekuasaan membentuk undang-undang.

Hal ini termuat dalam UUD 1945 Pasal 20 ayat 1 yang menyatakan Dewan
Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk undang-undang
Dan juga terdapat dalam Pasal 20 ayat 2 yang menyatakan Setiap rancangan
undang-undang dibahas oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden untuk
mendapat persetujuan bersama
c.

Di dalam DPR menetapkan rancangan undang-undang, tidak di sahkan oleh

Presiden Rancangan Undang-Undang tetap sah menjadi undang-undang dan wajib


diundangkan.
Hal

ini

termuat

dalam

UUD

1945

pasal

20 ayat

5 yang

menyatakan Dalam hal rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama


tersebut tidak disahkan oleh Presiden dalam waktu tiga puluh hari semenjak
rancangan undang-undang tersebut disetujui, rancangan undang-undang tersebut
sah menjadi undang-undang dan wajib diundangkan
d.

Setiap anggota DPR berhak mengajukan usul rancangan undang-undang.

Hal ini termuat di dalam UUD 1945 Pasal 21 ayat 1 yang menyatakan
bahwa Anggota Dewan Perwakilan Rakyat berhak mengajukan usul rancangan
undang-undang.
Fungsi dari DPR adalah fungsi legislasi, fungsi penganggaran dan fungsi
pengawasan. Hal ini termuat dalam UUD 1945 Pasal 20A ayat 1 yang
menyatakan Dewan Perwakilan Rakyat memilki fungsi legislasi, fungsi anggaran
dan fungsi pengawasan.
a.

Fungsi legislasi adalah fungsi yang dilaksanakan sebagai perwujudan DPR

selaku pemegang kekuasaan membentuk undang-undang.

b.

Fungsi penganggaran adalah fungsi yang dilaksanakan untuk membahas dan

memberikan persetujuan atau tidak memberikan persetujuan terhadap rancangan


undang-unang tentang APBN yang diajukan oleh Presiden.
c.

Fungsi pengawasan yaitu fungsi yang dilaksanakan melalui pengawasan

atas pelaksanaan undang-undang dan APBN.


Dalam rangka fungsi sebagai pengawas, Pasal 11 UUD 1945 menentukan pula:
1)

Presiden

dengan

persetujuan

DPR

menyatakan

perang,

membuat

perdamaian, dan perjanjian dengan negara lain.


2)

Presiden

dalam

membuat

perjanjian

internasional

lainnya

yang

menimbulkan akibat yang luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang
terkaitdengan beban keuangan negara, dan/atau mengharuskan perubahan atau
pembentukan undang-undang harus dengan persetujuan DPR.
3)

Ketentuan lebih lanjut tentang perjanjian internasional diatur dengan

undang-undang.
Selain itu terdapat pula dalam Pasal 13 ayat 2 dan 3 yaitu :
2)

Dalam hal mengangkat duta, Presiden memperhatikan pertimbangan Dewan

Perwakilan Rakyat.
3)

Presiden menerima penempatan duta Negara lain dengan memperhatikan

pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat.


Selain itu terdapat pula dalam Pasal 14 ayat 2 yang menyatakan
bahwa Presiden

member

amnesty dan

abolisi

dengan

memperhatiakan

pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat


Hak DPR adalah hak interpelasi, hak angket dan hak menyatakan pendapat
sebagaimana yang termuat di dalam UUD 1945 Pasal 20A ayat 2 yang
menyatakan Dalam melaksanakan fungsinya, selain hak yang diatur dalam pasalpasal lain Undang-Undang Dasar ini, Dewan Perwakilan Rakyat mempunyai hak
interpelasi, hak angket dan hak menyatakan pendapat.

a.

Hak interpelasi adalah hak DPR untuk meminta keterangan kepada

pemerintah mengenai kebjakan pemerintah yang penting dan strategis serta


berdampakluas pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
b.

Hak angket hak DPR untuk melakukan penyelidikan terhadap pelaksanaan

suatu undang-undang dan/atau kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan hal


penting, strategis dan berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara yang diduga bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
c.

Hak menyatakan pendapat adalah hak DPR untuk menyatakan pendapat atas

Kebijakan pemerintah atau mengenai kejadian luar biasa yang terjadi di tanah air
atau di dunia internasional; Tindak lanjut pelaksanaan hak interpelasi dan hak
angket; Dugaan bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden melakukan pelanggaran
hukum baik berupa pengkhianatan terhadap Negara, korupsi, penyuapan, tindak
pidana berat lainnya, maupun perbuatan tercela, dan atau Presiden dan/atau Wakil
Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden.
Selain hak DPR tersebut anggota DPR pun memiliki hak selaku
perseorangan, hal ini termuat dalam UUD 1945 Pasal 20A ayat 3 dan 4 yang
memuat :
3)

Selain hak yang diatur dalam pasal-pasal lain Undang-Undang Dasar ini,

Dewan

Perwakilan

Rakyat

mempunyai

hak

mengajukan

pertanyaan,

menyampaikan usul dan pendapat, serta hak imunitas.


4)

Ketentuan lebih lanjut tentang hak Dewan Perwakilan Rakyat dan Anggota

Dwan Perwakilan Rakyat diatur dalam undang-undang.

Hak anggota Dewan Perwakilan Rakyat tersebut diantaranya adalah :


Hak mengajukan rancangan undang-undang adalah hak setiap anggota
DPR untuk mengajukan rancangan undang-undang.
Hak mengajukan pertanyaan adalah hak setiap anggota DPR untuk
mengajukan pertanyaan kepada Presiden baik yang disusun secara
lisan/tulisan, singkat, jelas dan dismpaikan kepada pimpinan DPR.
9

Hak menyampaikan usul dan pendapat adalah hak setiap anggota DPR
untuk menyampaikan usul dan pendapat mengenai suatu hal, baik yang
sedang diicarakan maupun yang tidak dibicarakan dalam rapat.
Hak smemilih dan dipilih adalah hak setiap anggota DPR untuk
menduduki jabatan tertentu pada alat kelangkapan DPR sesuai dengan
mekanisme yang berlaku.
Hak membela diri adalah hak setiap anggota DPR untuk melakukan
pembelaan diri dan/atau member keterangan kepada Badan Kehormatan
DPR atas tuduhan pelanggaran Kode Etik atas dirinya.
Hak imunitas adlah hak setiap anggota DPR tidak dapat dituntut di depan
pengadilan karena pernyataan, pertanyaan dan/atau pendapat yang
dikemukan secara lisan ataupun tertulus dalam rapat-rapat DPR sepanjang
tidak bertentangan dengan Peraturan Tata Tertib DPR dan KOde Etik
anggota dewan.
Hak protokoler adalah hak setiapanggota DPR bersama pimpinan DPR
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
Hak keuangan dan administratif adalah hak setiap anggota DPR untuk
beroleh pendapatan, perumahan, kendaraan dan fasilitas lain yang
mendukung pekerjaan selaku wakil rakyat.
Untuk lebih lengkapnya mengenai tuga dan wewenang DPR, diatur dalam UU
No.27 Tahun 2009 pada pasal 71 sebanyak 20 ayat, hak DPR terdapat pada pasal
78 sebanyak 8 ayat dan kewajibannya terdapat pada pasal 79 sebanyak 11 ayat.

3.

DPD (Dewan Perwakilan Daerah)


Dewan

Perwakilan

Daerah

adalah

lembaga

daerah

dalam

sistemketatanegaraan Republik Indonesia, dengan maksud untuk memberikan


tempat bagi daerah-daerah menempatkan wakilnya dalam lembaga perwakilan
tingkat nasional untuk mengakomodir dan memperjuangkan kepentingan daerahdaerahnya, sehingga memperkuat kesatuan nasional.
Kewenangan yang dimiliki oleh DPD termuat di dalam UUD 1945 Pasal
22D yang menyatakan :

10

1)

DPD dapat mengajukan kepada DPR rancangan UU yang berkaitan dengan

otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah pembentukan serta penggabungan


daerah, pengelolaan sumber daya alam dn sumber daya ekonomi lainnya, serta
yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah.
2)

DPD ikut membahas rancangan undang-undang yang berkaitan dengan

otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan, pemerakan dan


pembangunan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi
lainnya serta memberikan pertimbangan kepada DPR atas rancangan UU
anggaran pendapatan dan belanja negara dan rancangan UU yang berkaitan
dengan pajak, pendidikan dan agama
3)

DPD dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan UU mengenai otonomi

daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan


daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya,
pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara, pajak, pendidikan, agama
serta menyampaikan hasil pengawasannya itu kepada PDR sebagai bahan
pertimbangan untuk ditindaklanjuti.
DPD mempunyai fungsi yang terdapat pada UU No.27 Tahun 2009 pada
pasal 223, yaitu:
a.

pengajuan usul kepada DPR mengenai rancangan undang-undang yang

berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan
pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan
sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan
keuangan pusat dan daerah;
b.

ikut dalam pembahasan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan

otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan, pemekaran dan


penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi
lainnya, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah;

11

c.

pemberian pertimbangan kepada DPR atas rancangan undang-undang

tentang anggaran pendapatan dan belanja negara dan rancangan undang-undang


yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama; dan
d.

pengawasan atas pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi daerah,

pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah,


pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan
APBN, pajak, pendidikan, dan agama.

DPD mempunyai tugas dan wewenang dalam UU No.27 Tahun 2009 pada
pasal 224, yaitu:
a)

dapat mengajukan kepada DPR rancangan undang-undang yang berkaitan

dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran
serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya
ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan
daerah;
b)

ikut membahas bersama DPR dan Presiden rancangan undang-undang yang

berkaitan dengan hal sebagaimana dimaksud dalam huruf a;


c)

ikut membahas bersama DPR dan Presiden rancangan undang-undang yang

diajukan oleh Presiden atau DPR, yang berkaitan dengan hal sebagaimana
dimaksud dalam huruf a;
d)

memberikan pertimbangan kepada DPR atas rancangan undang-undang

tentang APBN dan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak,


pendidikan, dan agama;
e)

dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang mengenai

otonomi daerah, pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah, hubungan


pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam, dan sumber daya ekonomi
lainnya, pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan, dan agama;

12

f)

menyampaikan

hasil

pengawasan

atas

pelaksanaan

undang-undang

mengenai otonomi daerah, pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah,


hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya
ekonomi lainnya, pelaksanaan undang-undang APBN, pajak, pendidikan, dan
agama kepada DPR sebagai bahan pertimbangan untuk ditindaklanjuti;
g)

menerima hasil pemeriksaan atas keuangan negara dari BPK sebagai bahan

membuat pertimbangan kepada DPR tentang rancangan undang-undang yang


berkaitan dengan APBN;
h)

memberikan pertimbangan kepada DPR dalam pemilihan anggota BPK; dan

i)

ikut serta dalam penyusunan program legislasi nasional yang berkaitan

dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran
serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya
ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan
daerah.
DPD mempunyai hak:
1)

mengajukan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi

daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta


penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi
lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah;
2)

ikut membahas rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi

daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan, pemekaran, dan penggabungan


daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta
perimbangan keuangan pusat dan daerah;
3)

memberikan pertimbangan kepada DPR dalam pembahasan rancangan

undang-undang tentang anggaran pendapatan dan belanja negara dan rancangan


undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama;
4)

melakukan pengawasan atas pelaksanaan undangundang mengenai otonomi

daerah, pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan

13

daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya,
pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan, dan agama.

BAB III

14

PENUTUP
Kesimpulan
Lembaga legislatif adalah sebuah lembaga yang mewakili seluruh rakyat
dalam menyusun undang-undang serta ikut mengawasi atas implementasi undangundang yang ada oleh badan eksekutif yang mana setiap anggotanya dipilih
melalui pemilihan umum.
Lembaga legislatif di Indonesia mempunyai struktur yang di dalamnya
terdiri dari Majelis Permusyawaratan Rakyat, kemudian Dewan Perwakilan
Rakyat Tingkat I dan Tingkat II, lalu Dewan Perwakilan Rakyat, dan yang terakhir
adalah Dewan Perwakilan Daerah.
Negara Indonesia merupakan penganut demokrasi sehingga pemerintah
menerapkan Trias Politika dan presidensial merupakan sistem pemerintahan
Indonesia. Trias Politika sendiri di dalamnya mengatur pembagian kekuasaan
pemerintah melalui 3 lembaga yang berdiri sejajar, salah satunya adalah lembaga
legislatif yang tugasnya adalah membuat undang-undang.

Daftar Pustaka

15

UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945


UU No.27 Tahun 2009 (PDF)
Maksudi, Bedddy Iriawan. 2011. Sistem Politik Indonesia: Pemahaman secara
Teoritik dan Empirik. Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada

16

Anda mungkin juga menyukai