Timy Ch Tahun
102012358
Anamnesa
Pemeriksaan fisik dan laboratorium
Working diagnosis(WD) penyakit
Etiologi penyakit
Epidemiologi
Patofisiologi penyakit dari mekanisme fraktur dan jenis fraktur.
Komplikasi-komplikasi yang boleh terhasil dari penyakit ini.
Prognosis penyakit samada membaik atau memburuk.
Pentalaksanaan baik secara Medika mentosa atau non-medika mentosa
Pencegahan
Anamnesa
Anamnesis adalah pengumpulan data status pasien yang didapat dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan keadaan pasien.Tujuan dari anamnesis antara lain:
mendapatkan keterangan sebanyak mungkin mengenai penyakit pasien, membantu menegakkan
diagnosa sementara dan diagnosa banding, serta membantu menentukan penatalaksanaan selanjutnya.
Wawancara yang baik seringkali sudah dapat mengarah masalah pasien dengan diagnosa penyakit
tertentu. Adapun anamnesis meliputi: pencatatan identitas pasien, keluhan utama pasien, riwayat
penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, serta riwayat penyakit keluarga.
Berdasarkan kasus, anamnesa yang harus dilakukan terhadap pasien ialah:
Menanyakan identitas pasien seperti umur dan pekerjaannya.
Menanyakan keluhan utama pasien.
Menanyakan riwayat penyakit yang deskriptif & kronologis(lihat tabel 2) dan faktor-faktor
yang memperberat penyakit seperti demam,lelah atau gejala sistemik lainnya(panas,
penurunan BB, kelelahan, lesu, rasa tidak enak badan & mudah terangsang atau adanya gejala
kekacauan mental).
Menanyakan riwayat penyakit dahulu seperti riwayat trauma dan aktivitas sosial yang
dilakukan sehari-hari.
Menanyakan riwayat penyakit keluarga samada pernah menderita penyakit yang sama seperti
pasien atau ada riwayat trauma.
Keluhan pada
Pertanyaan lanjut
Sendi
Nyeri sendi
Lokasi nyeri & punctum maksimum, penekanan radiks saraf, saat nyeri,
3
pada meniskus lateral
tungkai bawah dirotasi internal 30 & digerkkan dari fleksi ke ekstensi, menunjukkan robekan
menunjukkan adanya robekan meniskus medial. Bunyi yang sama terdengar pada waktu
terdengar pada waktu tungkai bawah pasien digerakkan dari posisi ekstensi ke fleksi 90
Anterior Drawer design
Posterior Drawer design
Test Mc-Murray: Pada posisi tungkai bawah rotasi eksterna 15, bunyi snap yang teraba atau
Tes Khusus yaitu:
MOVE(Rang
e of motion)
FEEL(Palpa
si)
LOOK(Inspe
ksi)
mantap.
lutut saat berjalan (bagian lutut harus dapat dilihat). Ayunan ekstensi dan fleksi lutut harus halus dan
Teknik Pemeriksaan: Dimulai saat pasien memasuki ruangan dengan melihat cara berjalan dan posisi
Gambar 1:
Anterior dan Posterior Drawer Test
Hasil
Nilai Normal
Interpretasi
Hb (Hemoglobin)
11 g/dL
(Untuk lelaki
Hb normal
dewasa) 12-14 g/ dL
Ht (Hematokrit)
34%
(Untuk lelaki
Ht menurun
dewasa) 37-49%
Leukosit
9000/ mm3
Trombosit
200.000 / mm3
5000-10.000 / mm3
4 200.000-400.000 /
mm3
Normal
Normal
Pemeriksaan penunjang yang lain ialah MRI dan CT scan. MRI jarang dipakai untuk deteksi
awal penyakit tetapi sangat berguna menunjukkan kondisi penyakit karena ia memperlihatkan
jaringan lunak di sekitar sendi. Bagi pasien yang ada kontraindikasi dengan MRI,CT scan digunakan
sebagai ganti.6
Working Diagnosis
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan penunjang,didapatkan diagnosa pasti kondisi pasien
yaitu adanya Fraktur Femur Tertutup Dextra dengan adanya dislokasi.
Fraktur adalah patah tulang, putusnya kontinuitas dari tulang, tulang rawan sendi atau tulang
rawan epifisis. Pasien datang dengan keluhan nyeri pada paha kanan setelah pemeriksaan fisik
dilakukan,didapatkan status lokalis pada pasien di regio femur dextra nyeri, ada deformitas, fragmen
tulang, gerakan tungkai yang terbatas,nadi teraba dan tampak memar. Diagnosis diperkukuh dengan
foto Rontgen di bagian sendi yang sakit dan jelas terlihat adanya fraktur di femur dextra pasien.
Fraktur ini dikatakan sebagai tertutup karena kulit di atasnya utuh dan bila terdapat luka pada kulit di
atasnya disebut fraktur terbuka (compound fracture). 1
Dislokasi femur adalah bergesernya caput femur dari sendi panggul, berada di posterior dan
atas acetabulum (dislokasi posterior), di anterior acetabulum (dislokasi anterior), dan caput femur
menembus acetabulum (dislokasi sentra)
Diagnosis banding
Pada dislokasi:
1. fraktur acetabulum
2. fraktur collum femur
Etiologi 1 , 7
Sebagian besar patah tulang merupakan akibat dari cedera(trauma), seperti kecelakan mobil,
olah raga atau karena jatuh. Patah tulang terjadi jika tenaga yang melawan tulang lebih besar daripada
kekuatan tulang. Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba tiba dan berlebihan,
yang dapat berupa benturan, pemukulan, penghancuran, penekukan atau terjatuh dengan posisi
miring, pemuntiran, atau penarikan. Jenis dan beratnya patah tulang dipengaruhi oleh:
Patofisiologi
1,6
Mekanisme Trauma:
Trauma yang dapat menyebabkan patah tulang dapat berupa trauma langsung,misalnya
benturan pada tungkai bawah menyebabkan patahnya tulang femur dan dapat juga berupa trauma
tidak langsung, misalnya jatuh bertumpu pada tangan yang menyebabkan tulang klavikula atau radius
distal patah dan terjadi lokalisasi. Akibat trauma pada tulang tergantung pada jenis trauma, kekuatan
dan arahnya. Trauma tajam yang langsung atau trauma tumpul yang kuat dapat menyebabkan tulang
patah dengan luka terbuka sampai ke tulang(fraktur terbuka).
Menurut Black dan Matassarin (1993) serta Patrick dan Woods (1989)Ketika patah tulang,
akan terjadi kerusakan di korteks, pembuluh darah, sumsum tulang dan jaringan lunak. Akibat
dari hal tersebut Terjadi perdarahan, kerusakan tulang dan jaringan sekitarnya.
Keadaan ini menimbulkan hematom pada kanalis medullaris antara tepi tulang dibawah
periostium dengan jaringan tulang yang mengatasi fraktur. Terjadinya respon inflamasi akibat
sirkulasi jaringan nekrotik yang ditandai: vasodilatasi dari plasma dan leukosit.
Ketika terjadi kerusakan tulang, tubuh mulai melakukan proses penyembuhan untuk
memperbaiki cedera, tahap ini menunjukkan tahap awal penyembuhan tulang.
Hematom yang terbentuk bisa menyebabkan peningkatan tekanan dalam sumsum tulang yang
kemudian merangsang pembebasan lemak dan gumpalan lemak tersebut masuk ke dalam
pembuluh darah yang mensuplai darah pada organ-organ yang lain.
Hematom menyebabkan dilatasi kapiler di otot, sehingga meningkatkan tekanan kapiler,
kemudian menstimulasi histamin pada otot yang iskemia dan menyebabkan protein plasma
hilang dan masuk ke interstitial. Hal ini menyebabkan terjadinya edema. Edema yang
terbentuk akan menekan ujung saraf, yang bila berlangsung lama bisa menyebabkan
Compartment Syndrome.
Tulang yang mengalami fraktur,jaringan lunak di sekitarnya mengalami kerusakan,periostium
terpisah dari tulang,terjadi pendarahan dan membentuk bekuan darah sehingga terbentuk
jaringan granulasi,sel osteogenik berdiferensiasi menjadi kondroblas dan osteoblas. Terjadi
pembentukan kalus di sekitar lokasi fraktur dan kembali membentuk tulang yang intak.
Dislokasi
Dislokasi posterior
Dislokasi posterior terjadi patah trauma saat panggul fleksi dan adduksi. Arah trauma dan
lutut ditransmisikan sepanjang batang femur dan mendorong caput femur ke belakang
(Dashboard injury) atau jatuh dengan posisi kaki fleksi dan lutut tertumpu
Dislokasi anterior
Dislokasi anterior terjadi pada trauma jika tungkai terkangkang, lutut lurus, punggung
bongkok arah ke depan dan ada puntiran ke balakang.
Dislokasi sentral
Dislokasi sentral terjadi kalau trauma datang dan arah samping sehingga trauma
ditransmisikan lewat trokanter mayor mendesak terjadi fraktur acetabulum sehingga caput
femors masuk ke rongga pelvis.
Klasifikasi Fraktur:
1. Menurut Depkes RI (1995), berdasarkan luas dan garis fraktur meliputi:
Fraktur Komplit- Adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang yang luas sehingga
tulang terbagi menjadi dua bagian dan garis patahnya menyeberang dari satu sisi ke
sisi lain serta engenai seluruh korteks.
Fraktur Inkomplit-Adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang dengan garis
patah tidak menyeberang, sehingga tidak mengenai korteks (masih ada korteks yang
utuh).
2. Menurut Black dan Matassarin(1993), fraktur berdasarkan hubungan dengan dunia luar
meliputi:
Fraktur tertutup yaitu fraktur tanpa adanya komplikasi,kulit masih utuh dan tulang
tidak menonjol melalui kulit.
Fraktur terbuka yaitu fraktur yang merusak jaringan kulit karena ada hubungan
dengan dunia luar,maka berpotensi mendapat infeksi.
3. Menurut Long(1996) fraktur dibagi menurut garis patah tulang yaitu:
Jenis Fraktur
Linier
Penjelasan
Fraktur berbentuk 1 garis lurus biasanya pada antebrachii, cruris atau
cranium. Fraktur yang tegak lurus terhadap sumbu panjang tulang. Pada
Cominutiva
Avulsi
ligament)
Merupakan pure cartilaginous fraktur yang mengenai epifise.
Impresi/Kompresi
Greenstick
sebagian masih utuh begitu juga periosteumnya. Fraktur ini akan segera
sembuh dan mengalami remodeling ke bentuk dan fungsi normal.
Dua fraktur berdekatan pada satu tulang yang menyebabkan terpisahnya
Segmental
segmen sentral dari suplai darah. Sulit ditangani karena biasanya salah satu
ujung yang tidak memiliki pembuluh darah menjadi sulit untuk
menyembuh sehingga perlu proses pembedahan.
Epidemiologi
Fraktur femur sering terjadi pada usia muda dengan insidens sebanyak 8-9% dan sering juga
pada wanita yang berusia 75 tahun atau lebih.
Fraktur pada femur dextra dari diafisis adalah sebanyak 79%.
Untuk fraktur femur yang terbagi dalam beberapa klasifikasi misalnya saja pada
fraktur collum, fraktur subtrochanter femur ini banyak terjadi pada wanita tua dengan
usia lebih dari 60 tahun dimana tulang sudah mengalami osteoporotik. Trauma yang
dialami oleh wanita tua ini biasanya ringan (jatuh terpeleset di kamar mandi)
sedangkan pada penderita muda ditemukan riwayat mengalami kecelakaan.
Fraktur batang femur, fraktur supracondyler, fraktur intercondyler, fraktur
condyler femur banyak terjadi pada penderita laki laki dewasa karena kecelakaan
ataupun jatuh dari ketinggian.
Fraktur batang femur pada anak terjadi karena jatuh waktu bermain dirumah atau disekolah.
6,8
Kekakuan femur
Komplikasi dislokasi
Komplikasi dini
1. Kelumpuhan N. ischiadikus
Biasa terjadi pada dislokasi posterior karena internal rotasi yang hebat atau tekanan
langsung oleh fragmen fraktur acetabulum.
2. Kerusakan pembuluh darah (A.Glutea superior)
Biasanya terjadi pada dislokasi anterior
3. Kerusakan kaput femur
Komplikasi lanjut
1. Nekrosis avaskular
2. Miositis ossifikans
3. Dislokasi
4. Osteoarthritis
Penatalaksanaan
8,9
Fraktur Femur :
A. Non-operative:
Penanganan tergantung usia dan status lokalis pasien. Terapi non-operatif jarang
dipakai pada orang dewasa.
Traksi merupakan terapi paling efektif namun memerlukan waktu 2-3 bulan untuk
penyembuhan.
10
Pada fraktur distal femur,terapi yang lebih sesuai ialah cast-brace. Selepas 6 minggu
traksi,pasien dipakaikan cast-brace untuk pergerakan dan weighbearing secara
progresif.
B. Operative :
Kebanyakan fraktur ditangani dengan intramedullary rod dengan cara open atau blind
nailing.
Jika fraktur adalah jenis cominutiva, interlocking nails diguna untuk mempertahankan
panjang tulang dengan meningkatkan fiksasi proksimal dan distal.
Fixator externa digunakan sementara waktu untuk imobilisasi pada fraktur terbuka.
Dislokasi
Non operative
1.Cara Allis
Penderita tengkurap diatas tempat tidur dan tungkai yang sakit dibiarkan tergantung pada
posisi flexi.
2. Cara Bigelow
Pasien tidur terlentang, satu orang assisten menekan kedua SIAS, satu orang assisten lagi
menarik paha ke arah lateral sedangkan penolong menarik tungkai pada posisi flexi lutut,
gerakan adduksi kemudian dilanjutkan dengan ekserotasi.
3. Cara 90 90
Satu asisten memfiksasi pelvis, satu orang assisten lagi mendorong trochanter, operator
menarik femur pada posisi panggul dan lutut 90 90
Selanjutnya tungkai dipertahankan dengan skin traksi ( traksi kulit ) selama 3 minggu
Operative
1. gagal reposisi tertutup
2. kedudukan caput femur tidak stabil
11
Makanlah makanan yang kaya akan kalsium dan vitamin D bagi meningkatkan kekuatan
tulang dan mengelak tulang menjadi keropos atau mudah patah apabila diberi tekanan.
Menjadi aktif untuk mencegah terpeleset dan terjadinya fraktur yaitu dengan Weight-bearing
exercise, seperti bola sepak, berjalan atau melompat tali, membantu membina tulang yang
kuat. Olahraga juga penting untuk menjaga berat badan yang sihat..
Selalu mengenakan sabuk pengaman saat mengemudi atau mengandarai mobil bagi
Prognosis 1 0
Prognosis tergantung pada jenis dan lokasi fraktur femur, usia dan status kesehatan individu
serta adanya cedera secara bersamaan. Pemulihan umumnya memang sudah dijangka, namun,
individu-individu di atas usia 60 dengan fraktur femur tertutup memiliki tingkat kematian 17%.
Tingkat non-union adalah sekitar 1%. Masalah permanen dengan gaya berjalan mungkin terjadi, dan
kecacatan/defromitas dapat diakibatkan dari cedera lain yang berkelanjutan pada saat fraktur.
12
Kesimpulan
Fraktur adalah patah tulang yang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Fraktur tertutup
atau simple adalah fraktur dengan kulit yang tidak mengalami perforasi sehingga lokasi fraktur tidak
terpajan lingkunga luar sedangkan fraktur terbuka atau fraktur gabungan adalah fraktur dengan kulit
yang tertembus pada ekstremitas yang terkena. Fraktur tertutup terutamnya di tungkai bawah biasanya
mempunyai resiko tinggi untuk mendapat compartment syndrome karena pada patah tulang
tertutup,darah tidak dapat keluar dan sering menimbulkan peningkatan tekanan compartment otot.
Justeru, pemeriksaan neurovascular distal terutama bila kulit terlihat tegang dan bengkak harus segera
dilakukan karena jika terlambat amputasi terpaksa dilakukan. Penanganan yang baik menghasilkan
penyembuhan dan prognosis yang membaik.
Daftar Pustaka
1. Price SA, Wilson LM. Fracture and dislocation. Pathophysiology: Clinical Concepts of
Disease Processes. Vol II. 6th ed;2006.
2. Christy L, Kathryn L. Alteration of musculoskeletal function. Pathopyhsiology: The Biologic
Basis For Disease In Adults and Children. 6th ed;2010.
3. Mark H.B, Fletcher A.J, Jones T.V, Porter R. The Merck Manual Of Medical Information
Dictionary. 4th home edition. Pocket books reference; 2007.
4. Bickley L.S. Anamnesis. Bates Guide to physical examination and history taking.
International edition. 10th edition. Lippincott Williams & Wilkins. Wolters Kluwer Health;
2009.
5. Blundell A., Harrison R. Knee examination. Musculoskeletal examination 2. OSCEs at A
Glance. 1st ed. Wiley-Blackwell. A John Wiley & Sons Ltd., Publication; 2009.
6. Anwar R,Tuson K, Khan SA. Femoral shaft fracture. Classification and Diagnosis in
Orthopaedic Trauma. Cambridge University Press;2008.
7. Salminen ST, Bostman OM. Population based epidemiologic and morphologic study of
femoral shaft fractures. Department of Orthopaedics and Traumatology, Helsinki University
Central Hospital, Finland;2000. Diunduh dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10738433. Diakses tanggal 29/03/2011.
8. Luqmani R., Robbs J., Porter D., Keating J. Trauma. Textbook of Orthopaedics, Trauma, and
Rheumatology. 1st ed. Mosby Elsevier. 2008.
13
9. Lawrence W, Gerard M. Fractures of the shaft of the femur. Current Surgical Diagnosis&
Treatment.11th ed. Mc Graw Hill Companies;2003.
10. Femoral Fracture. Ebsco Publishing;2011. Diunduh dari http://www.thirdage.com. Diakses
tanggal 30/03/2011.
14