Anda di halaman 1dari 14

Fraktur Tertutup dan Dislokasi Femur

Timy Ch Tahun
102012358

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana


Jalan Arjuna Jakarta Barat
Email:timytahun@yahoo.com
Pendahuluan
Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan bertanggungjawab terhadap
pergerakan. Komponen utama sistem muskuloskeletal adalah jaringan ikat. Sistem ini terdiri dari
tulang,sendi,otot rangka,tendon,ligament,bursa dan jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan
struktur-struktur ini. Beragam jaringan dan organ sistem muskuloskeletal dapat menyebabkan
terbentuknya berbagai gangguan yang berkembang terutama dalam sistem itu sendiri atau di tempat
lain namun mengenai sistem muskuloskeletal.1 Trauma dalam muskuloskeletal termasuklah
fraktur,dislokasi,sprains dan strains namun yang paling parah ialah fraktur. Gangguan ini terjadi pada
tulang,sendi dan otot terjadi disebabkan kelainan metabolik, infeksi,inflamasi atau non-inflamasi atau
tumor. Fraktur adalah patah tulang yang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.Trauma
adalah penyebab utama kematian pada orang usia 1-44 tahun pada semua ras dan taraf sosio
ekonomi.2
Penelitian akan difokuskan mengikut bagian-bagian di bawah:

Anamnesa
Pemeriksaan fisik dan laboratorium
Working diagnosis(WD) penyakit
Etiologi penyakit
Epidemiologi
Patofisiologi penyakit dari mekanisme fraktur dan jenis fraktur.
Komplikasi-komplikasi yang boleh terhasil dari penyakit ini.
Prognosis penyakit samada membaik atau memburuk.
Pentalaksanaan baik secara Medika mentosa atau non-medika mentosa
Pencegahan

Anamnesa

Anamnesis adalah pengumpulan data status pasien yang didapat dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan keadaan pasien.Tujuan dari anamnesis antara lain:
mendapatkan keterangan sebanyak mungkin mengenai penyakit pasien, membantu menegakkan
diagnosa sementara dan diagnosa banding, serta membantu menentukan penatalaksanaan selanjutnya.
Wawancara yang baik seringkali sudah dapat mengarah masalah pasien dengan diagnosa penyakit
tertentu. Adapun anamnesis meliputi: pencatatan identitas pasien, keluhan utama pasien, riwayat
penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, serta riwayat penyakit keluarga.
Berdasarkan kasus, anamnesa yang harus dilakukan terhadap pasien ialah:
Menanyakan identitas pasien seperti umur dan pekerjaannya.
Menanyakan keluhan utama pasien.
Menanyakan riwayat penyakit yang deskriptif & kronologis(lihat tabel 2) dan faktor-faktor
yang memperberat penyakit seperti demam,lelah atau gejala sistemik lainnya(panas,
penurunan BB, kelelahan, lesu, rasa tidak enak badan & mudah terangsang atau adanya gejala
kekacauan mental).
Menanyakan riwayat penyakit dahulu seperti riwayat trauma dan aktivitas sosial yang
dilakukan sehari-hari.

Menanyakan riwayat penyakit keluarga samada pernah menderita penyakit yang sama seperti
pasien atau ada riwayat trauma.

Keluhan pada

Pertanyaan lanjut

Sendi
Nyeri sendi

Lokasi nyeri & punctum maksimum, penekanan radiks saraf, saat nyeri,

nyeri mekanis, nyeri inflamasi


Kaku sendi
Rasa seperti diikat, lama & beratnya
Bengkak sendi
Perubahan warna, bentuk & posisi struktur ekstremitas
Tabel 2: Anamnesa Riwayat Penyakit Deskriptif dan kronologis
Pemeriksaan Fisik 4 , 5
Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli medis yang
memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Pada pemeriksaan ini, dapat
ditentukan lokalisasi dan sifat-sifat dari suatu penyakit.
Dalam kasus ini,pasien datang dengan kesakitan pada tungkai bawah kanan di atas sendi lutut,
maka pemeriksaan lutut secara menyeluruh harus dilakukan oleh dokter.

3
pada meniskus lateral
tungkai bawah dirotasi internal 30 & digerkkan dari fleksi ke ekstensi, menunjukkan robekan
menunjukkan adanya robekan meniskus medial. Bunyi yang sama terdengar pada waktu
terdengar pada waktu tungkai bawah pasien digerakkan dari posisi ekstensi ke fleksi 90
Anterior Drawer design
Posterior Drawer design
Test Mc-Murray: Pada posisi tungkai bawah rotasi eksterna 15, bunyi snap yang teraba atau
Tes Khusus yaitu:

Tabel 3: Pemeriksaan Fisik


Menilai range of motion (ROM) lutut dengan gerakan
feksi-ekstensi dan menyatakannya dalam derajat.
Normal : 0 - 120

Meraba pembengkakan/massa, deskripsi konsistensi


samada nyeri atau tidak.
Meraba vaskularisasi dan pulsasi pembuluh darah di
lutut
Meraba posisi patella di lutut
Perhatikan adanya nyeri tekan di persendian
Palpasi otot-otot,tendo-tendo dan daerah-daerah
bursa.
Pada palpasi,kita menilai: Krepitasi saat lutut difeksi
dan diekstensikan, efusi sendi,stabilitas ligamen
kolateral dan stabilitas ligamen krusiatum.

Posisi lutut saat berdiri, jalan dan berbaring


Warna kulit, gambaran vaskularisasi
Pembengkakan atau massa pada bagian
anterior/posterior, lateral/medial
Luka/fstel/ulkus
Perhatikan kontur otot,apakah simetris atau tidak.

MOVE(Rang
e of motion)
FEEL(Palpa
si)
LOOK(Inspe
ksi)
mantap.

lutut saat berjalan (bagian lutut harus dapat dilihat). Ayunan ekstensi dan fleksi lutut harus halus dan
Teknik Pemeriksaan: Dimulai saat pasien memasuki ruangan dengan melihat cara berjalan dan posisi

Gambar 1:
Anterior dan Posterior Drawer Test

Gambar 2: Tes Mc-Murray


Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang merupakan pemeriksaan yang dilakukan di laboratorium untuk
mendapatkan gambaran penyakit secara dini dan mencakup antara lain:
Pemeriksaan darah rutin(Hemoglobin,Leukosit,Hematokrit,Thrombosit)
Pemeriksaan gula darah sewaktu.
Golongan darah pasien.
Pemeriksaan

Hasil

Nilai Normal

Interpretasi

Hb (Hemoglobin)

11 g/dL

(Untuk lelaki

Hb normal

dewasa) 12-14 g/ dL

Ht (Hematokrit)

34%

(Untuk lelaki

Ht menurun

dewasa) 37-49%
Leukosit

9000/ mm3

Trombosit

200.000 / mm3

5000-10.000 / mm3

4 200.000-400.000 /
mm3

Normal

Normal

Tabel 4: Pemeriksaan laboratorium berdasarkan kasus

Selanjutnya, dilakukan pemeriksaan X-Ray mengikut Rules of Two:


2 posisi (Antero posterior dan Lateral)-lihat gambar 3
2 Sendi( Sendi atas& bawah tulang yang patah)
2 Ekstremitas (kanan & kiri)- Anak-anak

Pemeriksaan penunjang yang lain ialah MRI dan CT scan. MRI jarang dipakai untuk deteksi
awal penyakit tetapi sangat berguna menunjukkan kondisi penyakit karena ia memperlihatkan
jaringan lunak di sekitar sendi. Bagi pasien yang ada kontraindikasi dengan MRI,CT scan digunakan
sebagai ganti.6
Working Diagnosis
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan penunjang,didapatkan diagnosa pasti kondisi pasien
yaitu adanya Fraktur Femur Tertutup Dextra dengan adanya dislokasi.
Fraktur adalah patah tulang, putusnya kontinuitas dari tulang, tulang rawan sendi atau tulang
rawan epifisis. Pasien datang dengan keluhan nyeri pada paha kanan setelah pemeriksaan fisik
dilakukan,didapatkan status lokalis pada pasien di regio femur dextra nyeri, ada deformitas, fragmen
tulang, gerakan tungkai yang terbatas,nadi teraba dan tampak memar. Diagnosis diperkukuh dengan
foto Rontgen di bagian sendi yang sakit dan jelas terlihat adanya fraktur di femur dextra pasien.
Fraktur ini dikatakan sebagai tertutup karena kulit di atasnya utuh dan bila terdapat luka pada kulit di
atasnya disebut fraktur terbuka (compound fracture). 1
Dislokasi femur adalah bergesernya caput femur dari sendi panggul, berada di posterior dan
atas acetabulum (dislokasi posterior), di anterior acetabulum (dislokasi anterior), dan caput femur
menembus acetabulum (dislokasi sentra)
Diagnosis banding
Pada dislokasi:
1. fraktur acetabulum
2. fraktur collum femur

Etiologi 1 , 7

Sebagian besar patah tulang merupakan akibat dari cedera(trauma), seperti kecelakan mobil,
olah raga atau karena jatuh. Patah tulang terjadi jika tenaga yang melawan tulang lebih besar daripada
kekuatan tulang. Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba tiba dan berlebihan,
yang dapat berupa benturan, pemukulan, penghancuran, penekukan atau terjatuh dengan posisi
miring, pemuntiran, atau penarikan. Jenis dan beratnya patah tulang dipengaruhi oleh:

Arah, kecepatan dan kekuatan dari tenaga yang melawan tulang.


Usia penderita
Kelenturan tulang
Jenis tulang.
Bila terkena kekuatan langsung tulang dapat patah pada tempat yang terkena dan jaringan

lunak juga pasti rusak. Pemukulan (pukulan sementara) biasanya menyebabkan


fraktur melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya sedangkan penghancuran kemungkinan
akan menyebabkan fraktur komunitif disertai kerusakan jaringan lunak yang luas.
Bila terkena kekuatan tak langsung tulang dapat mengalami fraktur pada tempat yang jauh
dari tempat yang terkena kekuatan itu jadi kerusakan jaringan lunak di tempat fraktur mungkin tidak
ada.
Tekanan yang berulang-ulang atau trauma ringan(fraktur kelelahan) pada tulang
menyebabkan tulang menjadi retak, seperti halnya pada logam dan benda lain, akibat tekanan
berulang-ulang.
Kelemahan abnormal pada tulang (Fraktur patologik) Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang
normal kalau tulang itu lemah (misalnya oleh tumor) atau kalau tulang itu sangat). Dengan tenaga
yang sangat ringan, tulang yang rapuh karena kelainan seperti osteoporosis,osteomyelitis atau tumor
seperti ewings sarcoma atau metastase myeloma bisa mengalami patah tulang.
Berdasarkan kasus,fraktur terjadi karena kecelakaan sepeda motor sehingga pasien tidak dapat
berjalan atau berdiri.

Patofisiologi

1,6

Mekanisme Trauma:
Trauma yang dapat menyebabkan patah tulang dapat berupa trauma langsung,misalnya
benturan pada tungkai bawah menyebabkan patahnya tulang femur dan dapat juga berupa trauma
tidak langsung, misalnya jatuh bertumpu pada tangan yang menyebabkan tulang klavikula atau radius
distal patah dan terjadi lokalisasi. Akibat trauma pada tulang tergantung pada jenis trauma, kekuatan

dan arahnya. Trauma tajam yang langsung atau trauma tumpul yang kuat dapat menyebabkan tulang
patah dengan luka terbuka sampai ke tulang(fraktur terbuka).
Menurut Black dan Matassarin (1993) serta Patrick dan Woods (1989)Ketika patah tulang,
akan terjadi kerusakan di korteks, pembuluh darah, sumsum tulang dan jaringan lunak. Akibat
dari hal tersebut Terjadi perdarahan, kerusakan tulang dan jaringan sekitarnya.
Keadaan ini menimbulkan hematom pada kanalis medullaris antara tepi tulang dibawah
periostium dengan jaringan tulang yang mengatasi fraktur. Terjadinya respon inflamasi akibat
sirkulasi jaringan nekrotik yang ditandai: vasodilatasi dari plasma dan leukosit.
Ketika terjadi kerusakan tulang, tubuh mulai melakukan proses penyembuhan untuk
memperbaiki cedera, tahap ini menunjukkan tahap awal penyembuhan tulang.
Hematom yang terbentuk bisa menyebabkan peningkatan tekanan dalam sumsum tulang yang
kemudian merangsang pembebasan lemak dan gumpalan lemak tersebut masuk ke dalam
pembuluh darah yang mensuplai darah pada organ-organ yang lain.
Hematom menyebabkan dilatasi kapiler di otot, sehingga meningkatkan tekanan kapiler,
kemudian menstimulasi histamin pada otot yang iskemia dan menyebabkan protein plasma
hilang dan masuk ke interstitial. Hal ini menyebabkan terjadinya edema. Edema yang
terbentuk akan menekan ujung saraf, yang bila berlangsung lama bisa menyebabkan
Compartment Syndrome.
Tulang yang mengalami fraktur,jaringan lunak di sekitarnya mengalami kerusakan,periostium
terpisah dari tulang,terjadi pendarahan dan membentuk bekuan darah sehingga terbentuk
jaringan granulasi,sel osteogenik berdiferensiasi menjadi kondroblas dan osteoblas. Terjadi
pembentukan kalus di sekitar lokasi fraktur dan kembali membentuk tulang yang intak.
Dislokasi
Dislokasi posterior
Dislokasi posterior terjadi patah trauma saat panggul fleksi dan adduksi. Arah trauma dan
lutut ditransmisikan sepanjang batang femur dan mendorong caput femur ke belakang
(Dashboard injury) atau jatuh dengan posisi kaki fleksi dan lutut tertumpu
Dislokasi anterior
Dislokasi anterior terjadi pada trauma jika tungkai terkangkang, lutut lurus, punggung
bongkok arah ke depan dan ada puntiran ke balakang.
Dislokasi sentral
Dislokasi sentral terjadi kalau trauma datang dan arah samping sehingga trauma
ditransmisikan lewat trokanter mayor mendesak terjadi fraktur acetabulum sehingga caput
femors masuk ke rongga pelvis.

Klasifikasi Fraktur:
1. Menurut Depkes RI (1995), berdasarkan luas dan garis fraktur meliputi:

Fraktur Komplit- Adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang yang luas sehingga
tulang terbagi menjadi dua bagian dan garis patahnya menyeberang dari satu sisi ke
sisi lain serta engenai seluruh korteks.
Fraktur Inkomplit-Adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang dengan garis
patah tidak menyeberang, sehingga tidak mengenai korteks (masih ada korteks yang
utuh).
2. Menurut Black dan Matassarin(1993), fraktur berdasarkan hubungan dengan dunia luar
meliputi:
Fraktur tertutup yaitu fraktur tanpa adanya komplikasi,kulit masih utuh dan tulang
tidak menonjol melalui kulit.
Fraktur terbuka yaitu fraktur yang merusak jaringan kulit karena ada hubungan
dengan dunia luar,maka berpotensi mendapat infeksi.
3. Menurut Long(1996) fraktur dibagi menurut garis patah tulang yaitu:
Jenis Fraktur
Linier

Penjelasan
Fraktur berbentuk 1 garis lurus biasanya pada antebrachii, cruris atau
cranium. Fraktur yang tegak lurus terhadap sumbu panjang tulang. Pada

Cominutiva

fraktur ini mudah dikontrol dengan bidai gips.


Biasa pada trauma hebat atau terkena peluru. Terputusnya keutuhan

Spiral dan oblique

jaringan dengan lebih dari dua fragmen tulang.


Traumanya bersifat rotary dan diikuti interposisi dengan jaringan
sekitarnya, biasa pada antebrachii dan cruris. Yang oblique, garis patahnya
membentuk sudut terhadap tulang.
Fraktur yang disertai dengan robekan ligament, tendon, dan otot

Avulsi

(memisahkan fragmen tulang pada tempat insersi tendon ataupun


Epifise

ligament)
Merupakan pure cartilaginous fraktur yang mengenai epifise.

Impresi/Kompresi

Salter&Harris membagikan fraktur ini kepada 5 tipe.


Fraktur berbentuk linier atau kominutiva dimana ada fragmen yang
menekan ke dalam. Fraktur Kompresi biasa terjadi pada columna
vertebralis.
Fraktur tidak sempurna, sering terjadi pada anak- anak, Korteks tulangnya

Greenstick

sebagian masih utuh begitu juga periosteumnya. Fraktur ini akan segera
sembuh dan mengalami remodeling ke bentuk dan fungsi normal.
Dua fraktur berdekatan pada satu tulang yang menyebabkan terpisahnya

Segmental

segmen sentral dari suplai darah. Sulit ditangani karena biasanya salah satu
ujung yang tidak memiliki pembuluh darah menjadi sulit untuk
menyembuh sehingga perlu proses pembedahan.
Epidemiologi

Fraktur femur sering terjadi pada usia muda dengan insidens sebanyak 8-9% dan sering juga
pada wanita yang berusia 75 tahun atau lebih.
Fraktur pada femur dextra dari diafisis adalah sebanyak 79%.
Untuk fraktur femur yang terbagi dalam beberapa klasifikasi misalnya saja pada
fraktur collum, fraktur subtrochanter femur ini banyak terjadi pada wanita tua dengan
usia lebih dari 60 tahun dimana tulang sudah mengalami osteoporotik. Trauma yang
dialami oleh wanita tua ini biasanya ringan (jatuh terpeleset di kamar mandi)
sedangkan pada penderita muda ditemukan riwayat mengalami kecelakaan.
Fraktur batang femur, fraktur supracondyler, fraktur intercondyler, fraktur
condyler femur banyak terjadi pada penderita laki laki dewasa karena kecelakaan
ataupun jatuh dari ketinggian.
Fraktur batang femur pada anak terjadi karena jatuh waktu bermain dirumah atau disekolah.

Gejala Fraktur Tulang:


1) Nyeri: Dirasakan langsung setelah terjadi trauma. Hal ini dikarenakan adanya spasme otot,
tekanan dari patahan tulang atau kerusakan jaringan sekitarnya.
2) Bengkak/oedema: Edema muncul lebih cepat dikarenakan cairan serosa yang terlokalisir pada
daerah fraktur dan daerah di jaringan sekitarnya.
3) Memar : Disebabkan karena pendarahan dibawah kulit.
4) Spasme Otot: Kontraksi otot involunter yang terjadi di sekitar fraktur.
5) Penurunan sensasi: Akibat kerusakan saraf, terkenanya saraf karena oedema.
6) Gangguan fungsi: Terjadi karena ketidakstabilan tulang yang fraktur,nyeri atau spasme otot
paralysis.
7) Mobilitas abnormal: Kebanyakannya terjadi pada fraktur tulang panjang.
8) Krepitasi: Rasa gemertak yang terjadi jika bagian-bagian tulang digerakkan.
9) Deformitas: Abnormalitas dari tulang hasil trauma dan pergerakan otot yang mendorong
fragmen tulang ke posisi abnormal.
10) Shock hipovolemik: Terjadi sebagai kompensasi jika terjadi pendarahan hebat.
Komplikasi

6,8

Fraktur tertutup pada tungkai bawah sering mengakibatkan terjadinya Compartment


Syndrome. Hal ini terjadi karena peningkatan tekanan pada compartment otot. Fraktur pada tulang
panjang dapat mengakibatkan pendarahan yang banyak dan pada fraktur tertutup,darah tidak dapat
keluar sehingga terjadinya compartment syndrome. Pemeriksaan Neurovascular distal terutama bila
bengkak nyata dan kulit tegang harus disegerakan. Pengenalan yang terlambat dapat menyebabkan ia
berakhir dengan kematian jaringan distal dari fraktur hingga harus dilakukan amputasi.
Komplikasi yang sering terjadi dengan fraktur femur ialah:
Malunion
Non-union

Kekakuan femur
Komplikasi dislokasi

Komplikasi dini
1. Kelumpuhan N. ischiadikus
Biasa terjadi pada dislokasi posterior karena internal rotasi yang hebat atau tekanan
langsung oleh fragmen fraktur acetabulum.
2. Kerusakan pembuluh darah (A.Glutea superior)
Biasanya terjadi pada dislokasi anterior
3. Kerusakan kaput femur

Komplikasi lanjut
1. Nekrosis avaskular
2. Miositis ossifikans
3. Dislokasi
4. Osteoarthritis
Penatalaksanaan

8,9

Fraktur Femur :
A. Non-operative:

Penanganan tergantung usia dan status lokalis pasien. Terapi non-operatif jarang
dipakai pada orang dewasa.

Traksi merupakan terapi paling efektif namun memerlukan waktu 2-3 bulan untuk
penyembuhan.

10

Pada fraktur distal femur,terapi yang lebih sesuai ialah cast-brace. Selepas 6 minggu
traksi,pasien dipakaikan cast-brace untuk pergerakan dan weighbearing secara
progresif.

B. Operative :
Kebanyakan fraktur ditangani dengan intramedullary rod dengan cara open atau blind
nailing.
Jika fraktur adalah jenis cominutiva, interlocking nails diguna untuk mempertahankan
panjang tulang dengan meningkatkan fiksasi proksimal dan distal.
Fixator externa digunakan sementara waktu untuk imobilisasi pada fraktur terbuka.
Dislokasi
Non operative

1.Cara Allis
Penderita tengkurap diatas tempat tidur dan tungkai yang sakit dibiarkan tergantung pada
posisi flexi.
2. Cara Bigelow
Pasien tidur terlentang, satu orang assisten menekan kedua SIAS, satu orang assisten lagi
menarik paha ke arah lateral sedangkan penolong menarik tungkai pada posisi flexi lutut,
gerakan adduksi kemudian dilanjutkan dengan ekserotasi.
3. Cara 90 90
Satu asisten memfiksasi pelvis, satu orang assisten lagi mendorong trochanter, operator
menarik femur pada posisi panggul dan lutut 90 90
Selanjutnya tungkai dipertahankan dengan skin traksi ( traksi kulit ) selama 3 minggu
Operative
1. gagal reposisi tertutup
2. kedudukan caput femur tidak stabil
11

3. terjadi fraktur kolum femoris


4. adanya lesi N. Ischiadikus
Pencegahan 1 0
Bagi mengelakkan terjadinya fraktur,terutama fraktur pada femur, tindakan yang perlu dilakukan
ialah:

Makanlah makanan yang kaya akan kalsium dan vitamin D bagi meningkatkan kekuatan

tulang dan mengelak tulang menjadi keropos atau mudah patah apabila diberi tekanan.
Menjadi aktif untuk mencegah terpeleset dan terjadinya fraktur yaitu dengan Weight-bearing
exercise, seperti bola sepak, berjalan atau melompat tali, membantu membina tulang yang

kuat. Olahraga juga penting untuk menjaga berat badan yang sihat..
Selalu mengenakan sabuk pengaman saat mengemudi atau mengandarai mobil bagi

mengurangi efek fraktur jika terjadinya kecelakaan atau trauma.


Pakailah padding yang benar dan peralatan keselamatan ketika berpartisipasi dalam kegiatan
olahraga.

Mendapat paparan sinar UV matahari (pagi dan sore) yang cukup.

Meningkatkan bekalan vitamin C: Vitamin C penting dalam penyembuhan luka, dan


membantu menghasilkan protein kolagen yang penting untuk pembentukan tulang sihat.
Makan kaya dengan vitamin C seperti jeruk, semangka, betik, paprika merah, stroberi,
brokoli.

Meningkatkan pengambilan makanan yang kaya vitamin K. Selain membantu pembekuan


darah, vitamin K merupakan sebahagian penting daripada proses biokimia yang mengikat
kalsium ke tulang. Ini juga diperlukan untuk pembentukan osteocalcin, protein tulang. Selain
itu, vitamin K membantu mempertahankan kalsium tubuh dengan mengurangkan kehilangan
kalsium dalam urin. Vitamin K didapatkan dari makanan hijau, sayur-sayuran dan minyak
sayur (canola, zaitun dan kacang soya).

Prognosis 1 0
Prognosis tergantung pada jenis dan lokasi fraktur femur, usia dan status kesehatan individu
serta adanya cedera secara bersamaan. Pemulihan umumnya memang sudah dijangka, namun,
individu-individu di atas usia 60 dengan fraktur femur tertutup memiliki tingkat kematian 17%.
Tingkat non-union adalah sekitar 1%. Masalah permanen dengan gaya berjalan mungkin terjadi, dan
kecacatan/defromitas dapat diakibatkan dari cedera lain yang berkelanjutan pada saat fraktur.

12

Kesimpulan
Fraktur adalah patah tulang yang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Fraktur tertutup
atau simple adalah fraktur dengan kulit yang tidak mengalami perforasi sehingga lokasi fraktur tidak
terpajan lingkunga luar sedangkan fraktur terbuka atau fraktur gabungan adalah fraktur dengan kulit
yang tertembus pada ekstremitas yang terkena. Fraktur tertutup terutamnya di tungkai bawah biasanya
mempunyai resiko tinggi untuk mendapat compartment syndrome karena pada patah tulang
tertutup,darah tidak dapat keluar dan sering menimbulkan peningkatan tekanan compartment otot.
Justeru, pemeriksaan neurovascular distal terutama bila kulit terlihat tegang dan bengkak harus segera
dilakukan karena jika terlambat amputasi terpaksa dilakukan. Penanganan yang baik menghasilkan
penyembuhan dan prognosis yang membaik.
Daftar Pustaka
1. Price SA, Wilson LM. Fracture and dislocation. Pathophysiology: Clinical Concepts of
Disease Processes. Vol II. 6th ed;2006.
2. Christy L, Kathryn L. Alteration of musculoskeletal function. Pathopyhsiology: The Biologic
Basis For Disease In Adults and Children. 6th ed;2010.
3. Mark H.B, Fletcher A.J, Jones T.V, Porter R. The Merck Manual Of Medical Information
Dictionary. 4th home edition. Pocket books reference; 2007.
4. Bickley L.S. Anamnesis. Bates Guide to physical examination and history taking.
International edition. 10th edition. Lippincott Williams & Wilkins. Wolters Kluwer Health;
2009.
5. Blundell A., Harrison R. Knee examination. Musculoskeletal examination 2. OSCEs at A
Glance. 1st ed. Wiley-Blackwell. A John Wiley & Sons Ltd., Publication; 2009.
6. Anwar R,Tuson K, Khan SA. Femoral shaft fracture. Classification and Diagnosis in
Orthopaedic Trauma. Cambridge University Press;2008.
7. Salminen ST, Bostman OM. Population based epidemiologic and morphologic study of
femoral shaft fractures. Department of Orthopaedics and Traumatology, Helsinki University
Central Hospital, Finland;2000. Diunduh dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10738433. Diakses tanggal 29/03/2011.
8. Luqmani R., Robbs J., Porter D., Keating J. Trauma. Textbook of Orthopaedics, Trauma, and
Rheumatology. 1st ed. Mosby Elsevier. 2008.

13

9. Lawrence W, Gerard M. Fractures of the shaft of the femur. Current Surgical Diagnosis&
Treatment.11th ed. Mc Graw Hill Companies;2003.
10. Femoral Fracture. Ebsco Publishing;2011. Diunduh dari http://www.thirdage.com. Diakses
tanggal 30/03/2011.

14

Anda mungkin juga menyukai