Pembimbing :
dr. Yulia Fitriani, Sp.M
Disusun oleh:
Sudjati Adhinugroho
G4A014078
LEMBAR PENGESAHAN
Sudjati Adhinugroho
G4A014078
Mengetahui,
Pembimbing
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Konjungtivitis papiler raksasa merupakan tipe dari konjungtvitis alergi yang
merupakan bentuk radang konjungtiva akibat reaksi alergi terhadap noninfeksi, dapat
berupa reaksi cepat seperti alergi biasa dan reaksi terlambat sesudah beberapa hari
kontak seperti pada reaksi terhadap obat, bakteri, dan toksik. Merupakan reaksi
antibodi humoral terhadap alergen. Biasanya dengan riwayat atopi.(Ilyas, 2010)
B. ETIOLOGI
Antigen sebagai penyebab terjadi konjungtivitis papiler raksasa (Giant papillary
conjunctivities) belum teridentifikasi hingga saat ini. Hingga saat ini terjadinya
konjungtivitis papiler raksasa dipercaya disebabkan oleh iritasi mekanik dan atau
stimulus yang disebabkan oleh antigen dari conjungtiva tarsal yang disebabkan ada
kontak dengan lensa kontak.
Debris pada permukaan lensa kontak mungkin merupakan penyebab terjadinya
konjungtivitis papiler raksasa. Hal tersebut dikarenakan adanya inflamasi bakteri
sehingga menyebabkan perubahan bentuk dan membuat terjadinya inflamasi yang
lanjut. (Medscape, 2013)
C. EPIDEMIOLOGI
Sebuah penelitian di Amerika Serikat menyebutkan bahwa angka kejadian
konjungtivitis papiler raksasa di Amerika Serikat, gel lensa kontak merupakan
penyebab terjadinya konjungtivitis papiler raksasa sebesar 85% dari 221 pasien,
sedangkan hanya 15% yang disebabkan oleh penggunaan kontak lensa itu sendiri.
Secara Internasional, angka kejadian konjungtivitis papiler raksasa menyerupai
penelitian yang telah dilakukan di Amerika Serikat. Jenis kelamin tidak
mempengaruhi prevalensi dari terjadinya konjungtivitis papiler raksasa. (Medscape,
2013)
D. PATOFISIOLOGI
Menurut Liesegang et al. (2004), konjungtivitis alergi menggambarkan suatu
respon imun spesifik sekunder pada antigen yang disebut sebagai alergen, yang
menginduksi respon efektor IgE sel mast secara akut. Ketika respon prImer
Walaupun penyakit alergi konjungtiva sering sembuh sendiri akan tetapi dapat
memberikan keluhan yang memerlukan pengobatan. Sedangkan pada hasil
laboratorium ditemukan sel eosinofil, sel plasma, limfosit, dan basofil. Selain itu
ditemukan juga peningkatan histamin, immunoglobulin G (IgG), IgE, dan
immunoglobulin M (IgM). Walaupun demikian, pemeriksaan laboratorium bukanlah
merupakan suatu gold standard dalam mendiagnosis konjungtivitis papiler raksasa
(medscape, 2013)
F. PENATALAKSANAAN
Steroid topikal dapat digunakan untuk penanganan dari konjungtivitis pailer
raksasa. Lensa kontak hygiene merupakan hal yang penting untuk diperhatikan pada
kasus ini. Karena konjungtivitis alergi merupakan penyakit yang dapat sembuh
snediri maka perlu diingat bahwa medikasi yang dipakai untuk meredakan gejala
dapat member perbaikan dalam waktu singkat, tetapi dapat memberikan kerugian
jangka panjang. Steroid topikal atau sistemik dapat dipakai untuk mengurangi rasa
gatal dan mempunyai efek samping (glaukoma, katarak, dan komplikasi lain) yang
sangat merugikan (Vaughan, 2008). Obat kortikosteroid topikal yang digunakan
antara lain:
1. Hidrokortison asetat, larutan 2,5%
2. Prednisolon asetat larutan 0,125% dan 1%
3. Prednisolon sodium fosfat, larutan 0,125% dan 1%
4. Deksametason sodium fosfat, larutan 0,1%
5. Medrison larutan 1%
6. Fluorometolon larutan 1%
Penggunaan antiinflamasi steroid dalam kasus ini dapat menyebabkan:
1. Mengurangkan permeabilitas pembuluh darah
2. Mengurangi gejala radang
3. Mengurangi pembentukan jaringan parut
Selain golongan kortikosteroid dapat juga digunakan anti inflamasi non steroid.
Obat ini diberikan pada mata akibat terbentuknya bahan histamin yang memberikan
keluhan gatal, merah berair. Obat dapat berupa naftazolin (vasokonstiktor simpatis)
ataupun antazolin (antihistamin yang tidak iritatif).
Pada tatalaksana non medikamentosa dapat diberikan edukasi karena terapi untuk
alergi adalah menhindari pencetus alergi. Penderita dan keluarganya diberikan
pendidikan untuk mampu mengenali pemicu aleri karena sifatnya sangat individual
dan alergi sangat sulit untuk disembuhkan, hanya mampu dijaga agar tidak muncul.
Pengenalan pemicu ini sangat penting dalam penanganan reaksi anafilaksi khususnya
karena dengan menghindari pemicu, kematian dapat dihindarkan. (medscape, 2013)
G. KOMPLIKASI
Komplikasi pada penyakit ini yang paling sering adalah ulkus pada kornea dan
infeksi sekunder.
H. PROGNOSIS
Prognosis konjungtivitis papiler raksasa tergolong baik. Sebesar 80% dari pasien
dapat menggunakan lensa kontak kembali selama konjungtivitis papiler raksasa
tertangani dengan baik. Ptosis pada palpebrae bagian atas dan turunnya toleransi dari
penggunaan lensa kontak dapat terjadi. Konjungtivitis papiler raksasa merupan
penyebab utama dari intoleransi lensa kontak baik bersifat sementara ataupun
selamanya. Konjungtivitis papiler raksasa tidak dapat menyebabkan kematian.
(medscape, 2013)
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Ilyas, S., 2010. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Liesegang T.J ., Deutsch T.A., Grand M.G., Basic and clinical science course, intraocular
inflamation and uveitis Section 9 : The Foundation of the American Academy of
Ophthalmology, San Francisco, 2004: 72
http://emedicine.medscape.com/article/1191641-overview
Vaughan, D.G., Asbury, T., 2010. General ophthalmology (17th. Ed.). Brahm, U. 2008
(Alih Bahasa), EGC, Jakarta.