: An. AN
: 2 tahun
: Perempuan
: Islam
: Jawa
: Pedurungan, Semarang
: 10 November 2016
: Nakula 4
Ibu
Nama
: Tn. W
Nama
: Ny. N
Umur
: 30 tahun
Umur
: 25 tahun
Pekerjaan
: Karyawan Swasta
Pekerjaan
Agama
: Islam
Agama
: Islam
1.3 Anamnesis
Alloanamnesis pada tanggal 12 November 2016 di ruang Nakula 4 bed 3.2 , RSUD Kota
Semarang.
KELUHAN UTAMA
: sesak nafas
: 3 bulan
Tengkurap
: 4 bulan
: 6 bulan
Merangkak
: 8 bulan
Berdiri
: 9-12 bulan
Berjalan
: 12 bulan
Bicara
: 9 bulan
Saat ini pasien berusia 2 tahun dan dapat berinteraksi dengan baik.
RIWAYAT MAKAN DAN MINUM
Ibu memberikan ASI Eksklusif selama 6 bulan. Setelah 6 bulan, ibu pasien mulai
memberikan makanan pendamping ASI berupa bubur susu dan pisang yang dihaluskan. ASI
masih dilanjutkan hingga pasien berusia 18 bulan. Pola makan anak saat ini berupa nasi, tahu,
telur, ikan dan kadang-kadang sayur dan buah. Frekuensi makan 3 kali sehari makanan rumah
dan pasien tidak pernah jajan makanan luar.
RIWAYAT IMUNISASI
BCG
: pernah 1x, usia 1 bulan.
Hepatitis B : pernah 4x, saat umur 0, 2, 3, 4 bulan.
HIB
: pernah 3x, saat umur 2, 3, 4 bulan.
DPT
: pernah 3x, saat umur 2, 3, 4 bulan.
Polio
: pernah 4x, saat umur 1, 2, 3, 4 bulan.
Campak
: pernah 1x, saat umur 10 bulan.
Kesan
: Anak telah mendapat imunisasi dasar sesuai dengan usia anak.
Mata
: Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), mata cekung (-/-), reflex pupil
(+/+), pupil bulat isokor (+/+)
Telinga
Hidung
Mulut
Leher
Tenggorokan
Thoraks
PARU
dinamis, retraksi
interkostal (+)
Palpasi
: Pergerakan nafas simetris, tidak teraba benjolan
Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi
JANTUNG
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
ABDOMEN
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
Ekstremitas
Akral dingin (-/- ; -/-)
Sianosis (-/- ; -/-)
Anus
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
RSUD Kota Semarang
Periode 31 Oktober 2016 7 Januari 2017
5
Genitalia
Laki-laki, fimosis (-), hiperemis (-)
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
Widal
o S.typhi O
o S.typhi H
: 12.8 g/dL
: 37.20 % (L)
: 4.8 /uL
: 251 /uL
: negatif
: negatif
Kimia Klinik
SGOT
SGPT
: 29 U/L
: 13 U/L
Cor
Pulmo
Kesan
1.7 Scoring TB
Parameter
Skor
Kontak TB
Uji Tuberkulin
BB/Keadaan Gizi
Foto thorax
TOTAL
81,5
= 10 11 = - 0.09 (Normal)
10,1
1.9 Resume
Pasien datang ke IGD RSUD Kota Semarang pada tanggal 10 November 2016 dengan
keluhan sesak nafas sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit dan dirasakan semakin
memberat 1 hari yang lalu. Ibu pasien mengatakan bahwa keluhan sampai mengganggu tidur
pasien. Tidak terlihat kebiruan disekitar bibir. Pasien mengeluh batuk sejak 2 bulan sebelum
masuk rumah sakit. Batuk disertai dahak namun dahak tidak bisa dikeluarkan. Keluhan
batuk dengan bunyi grok grok. Batuk dirasakan terus-menerus dan tidak dipengaruhi oleh
dingin. Pasien juga mengeluh demam sejak 6 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam
dirasakan tidak terlalu tinggi (sekitar 37.5oC). Pasien sering berkeringat pada malam hari.
Pasien juga mengalami mual yang disertai dengan muntah sejak 1 hari sebelum masuk
rumah sakit. Frekuensi muntah 3 kali. Muntah tidak disertai dengan darah. Nafsu makan
pasien menurun dan badan terasa lemas.
Pasien pernah berobat di BP4, Semarang, dengan keluhan yang sama. Pasien melakukan
pemeriksaan rontgen toraks dan uji tes mantoux dengan hasil positif. Pasien melakukan
pengobatan TB Paru yang sudah dijalani 3 bulan sebelum masuk rumah sakit.
Hasil pemeriksaan fisik, kondisi umum tampak sakit sedang, compos mentis, kurang
aktif, rewel, tampak gizi baik, nadi 108 x/menit, regular, pernapasan 30 x/menit, suhu 37.5
0
C (aksilla). Pada pemeriksaan fisik, terdapat pembesaran KGB leher dextra et sinistra,
retraksi dada bagian interkostal minimal, pada auskulatasi paru terdapat suara ronkhi +/+.
Pada pemeriksaan rontgen foto thorax AP, terdapat gambaran bronkopneumonia dengan
corakan vaskuler meningkat dan bercak pada kedua perihiler serta parakardial kanan. Pada
pemeriksaan scoring TB, hasil didapatkan 6 (positif TB).
Infeksi ( Pneumonia)
Gagal Jantung
Atelektasis
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
RSUD Kota Semarang
Periode 31 Oktober 2016 7 Januari 2017
8
Spesifik: TB Paru
Non-spesifik: Bronkopneumonia
Bronkopneumonia
TB paru sedang pengobatan
Status Gizi baik
1.12 Tatalaksana
Non Farmako :
- Tirah baring
- Posisi tidur yang nyaman guna mengurangi sesak nafas
- Minum air hangat
- Evaluasi jalan nafas oleh karena akumulasi sekret
Farmako
:
- Ulsafat syr 3x1cth
- PCT syr 3x1cth
- m.f pulv 3 dd 1
GG tab
Salbutamol 0.8 mg
- Inj. Ranitidine 2x1/3amp
- Inj. Ondansetron 2x1.5mg
- Inj. Dexamethasone 3x1/2amp
- Inj. Amoksillin 4 x 500 mg
- Inj. PCT 150mg prn 39C
- Infus 2A1/2N 14 tpm
- Nebulizer Ventolin , Pulmicort 1, Nacl 0.9% 2cc setiap 12 jam
- Rifampisin 1x150 mg pulv a.c
- INH 1x100mg pulv p.c
- Vit. B6 tab 10 mg pulv p.c
1.13Prognosis
Ad vitam
: ad bonam
Ad fungsionam
: ad bonam
Ad sanationam
: dubia ad bonam
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
RSUD Kota Semarang
Periode 31 Oktober 2016 7 Januari 2017
10
TB Paru
1.1 Definisi
Tuberkulosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium
Tuberculosis), yang disebut juga basil tahan asam. Sebagian besar kuman TB menyerang
paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.
1.2 Epidemiologi
Sejak akhir tahun 1990-an, dilakukan deteksi terhadap beberapa penyakit yang
kembali muncul dan menjadi masalah terutama di negara maju. Salah satu diantaranya
adalah TB. World Health Organization memperkirakan bahwa sepertiga penduduk dunia (2
miliar orang) telah terinfeksi oleh M. tuberculosis, dengan angka tertinggi di Afrika, Asia,
dan Amerika Latin. Tuberkulosis, terutama TB paru, merupakan masalah yang timbul tidak
hanya di negara berkembang, tetapi juga di negara maju. Tuberkulosis tetap merupakan
salah satu penyebab tingginya angka morbiditas dan mortalitas, baik di negara berkembang
maupun di negara maju.
1.3 Patogenesis
Paru merupakan port dentree lebih dari 98% kasus infeksi TB. Karena ukurannya
yang sangat kecil, kuman TB dalam droplet nuclei yang terhirup setelah melewati barier
mukosa basil TB akan mencapai alveolus. Pada sebagian kasus, kuman TB dapat
dihancurkan seluruhnya oleh mekanisme imunologis nonspesifik, sehingga tidak terjadi
respon imunologis spesifik. Akan tetapi, pada sebagian kasus lainnya, tidak seluruhnya
dapat dihancurkan. Pada individu yang tidak dapat menghancurkan seluruh kuman,
makrofag alveolus akan memfagosit kuman TB yang sebagian besar dihancurkan. Akan
tetapi, sebagian kecil kuman TB yang tidak dapat dihancurkan akan terus berkembang biak
di dalam makrofag, dan akhirnya menyebabkan lisis makrofag. Selanjutnya kuman TB
membentuk lesi di tempat tersebut yang dinamakan fokus ghon (fokus primer).
Kontak TB
Tidak
Laporan
BTA (+)
keluarga,
jelas
BTA (-),
tidak
tahu/tidak
jelas
Uji tuberkulin
Negatif
Berat badan/keadaan
gizi
BB/TB
Klinis gizi
<90% atau
buruk BB/TB
<70% atau
<80%
2 minggu
Batuk
3 minggu
Pembesaran kelenjar
1 cm,
jumlah >1,
inguinal
tidak nyeri
Pembengkakan
Ada
tulang/sendi
pembengka
panggul, lutut,
kan
falang
Foto rontgen toraks
Normal/
Kesan TB
Tidak jelas
Keterangan : anak didiagnosis TB jika jumlah skor 6, ( skor maksimal 13).
1.5 Pemeriksaan Penunjang
1. Uji Tuberkulin
Tuberkulin adalah komponen protein kuman TB yang mempunyai sifat antigenik
yang kuat. Jika disuntikkan secara intrakutan kepada seseorang yang telah terinfeksi TB
(telah ada kompleks primer dalam tubuhnya dan telah terbentuk imunitas selular terhadap
TB), maka akan terjadi reaksi berupa indurasi di lokasi suntikan. Indurasi ini terjadi karena
vasodilatasi lokal, edema, endapan fibrin dan terakumulasinya sel-sel inflamasi di daerah
suntikan. Ukuran indurasi dan bentuk reaksi tuberkulin tidak dapat menentukan tingkat
aktivitas dan beratnya proses penyakit.
Uji tuberkulin cara Mantoux dilakukan dengan menyuntikkan 0,1 ml PPD RT-232TU
atau PPD S 5TU, secara intrakutan di bagian volar lengan bawah. Pembacaan dilakukan 48
72 jam setelah penyuntikan. Pengukuran dilakukan terhadap indurasi yang timbul,
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
RSUD Kota Semarang
Periode 31 Oktober 2016 7 Januari 2017
15
Infeksi TB alamiah
a.
Dosis harian
Dosis
(mg/kgBB/hari)
maksimal
Efek samping
(mg/hari)
Isoniazid
5-15
300
Rifampisin
10-20
600
Pirazinamid
15-30
2000
Etambutol
15-20
1250
15-40
1000
Ototoksik, nefrotoksik
II. Bronkopneumonia
2.1 Definisi
Pneumonia merupakan penyakit peradangan akut pada paru yang disebabkan oleh
infeksi mikroorganisme dan sebagian kecil disebabkan oleh penyebab non-infeksi yang
akan menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat.
2.2 Klasifikasi
1
Pneumonia lobaris
Pneumonia interstitialis
Bronkopneumonia
Pneumonia bakteri
Pneumonia virus
Pneumonia mikoplasma
Pneumonia jamur
Pneumonia tipikal
Pneumonia atipikal
Pneumonia akut
Pneumonia persisten
2.3 Etiologi
Etiologi pneumonia sulit dipastikan karena kultur sekret bronkus merupakan
tindakan yang sangat invasif sehingga tidak dilakukan.
Hasil penelitian 44-85% CAP disebabkan oleh bakteri dan virus, dan 25-40%
diantaranya disebabkan lebih dari satu patogen. Patogen penyebab pneumonia pada anak
bervariasi tergantung :
Usia
Status lingkungan
Status imunisasi
peningkatan kerja jantung. Stadium berikutnya terutama diikuti dengan penumpukan fibrin
dan disintegrasi progresif dari sel-sel inflamasi (hepatisasi kelabu). Pada kebanyakan
kasus, resolusi konsolidasi terjadi setelah 8-10 hari dimana eksudat dicerna secara
enzimatik untuk selanjutnya direabsorbsi dan dan dikeluarkan melalui batuk. Apabila
infeksi bakteri menetap dan meluas ke kavitas pleura, supurasi intrapleura menyebabkan
terjadinya empyema. Resolusi dari reaksi pleura dapat berlangsung secara spontan, namun
kebanyakan menyebabkan penebalan jaringan ikat dan pembentukan perlekatan.
2.5 Manifestasi Klinik
Gambaran klinik biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas akut bagian atas
selama beberapa hari, kemudian diikuti dengan demam, menggigil. Suhu tubuh kadangkadang melebihi 400C, sakit tenggorok, nyeri otot, dan sendi. Juga disertai batuk dengan
sputum mukoid atau purulen, kadang-kadang berdarah.
Pada setiap nafas terdapat retraksi otot epigastrik, interkostal, suprasternal, dan
pernapasan cuping hidung.
c.
d.
b. Penatalaksanaan khusus
-
a. Kuman yang dicurigai atas dasas data klinis, etiologis dan epidemiologis
b. Berat ringan penyakit
c. Riwayat pengobatan selanjutnya serta respon klinis
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
RSUD Kota Semarang
Periode 31 Oktober 2016 7 Januari 2017
25
ampicillin + aminoglikosid
amoksisillin-asam klavulanat
amoksisillin + aminoglikosid
amoksisillin-amoksisillin klavulanat
golongan sefalosporin
kotrimoksazol
makrolid (eritromisin)