Anda di halaman 1dari 23

BAYI TABUNG

Disusun untuk memenuhi penugasan Blok Medikolegal TA 2011/2012

Disusun Oleh:
Nama

: Andrianto Aliong

NIM

: 08711159

Kelompok

: 08

Tutor

: dr. Ika

Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Indonesia
Yogyakarta
2011/2012

BAB I
ILUSTRASI KASUS
BANDUNG, (GNI)- Setelah melalui proses sesar, seorang bayi perempuan hasil dari
proses pembuahan dengan cara bayi tabung, hari ini, Jumat (01/04) lahir di Melinda
Hospital, Kota Bandung.
Berbeda dengan bayi tabung lainnya, bayi yang mempunyai berat 2,5 kilogram dan
panjang 45 cm, berasal dari seorang ayah yang bersperma nol atau mandul.
Menurut Direktur Melinda Hospital, Susan Melinda, untuk mendapatkan sperma yang
akan membuahi sel telur, tim dokter mengambil dari testis.
Kita terpaksa mengambil sperma dari testis melalui operasi, karena jika keluar suami
tidak ada spermanya atau 'azoospermia non-obstruksi', ujar Susan, saat memberikan
keterangan kepada wartawan di Melinda Hospital.
Susan menyatakan, proses bayi tabung dengan kasus sperma nol hanya mempunyai
tingkat keberhasilan dibawah 10 persen, dibanding proses bayi tabung normal yang
mencapai 40% tingkat keberhasilannya.
"Meski tingkat keberhasilan minim, dengan proses seperti ini pasangan suami istri yang
mempunyai sperma nol tetap bisa mempunyai anak, ucapnya.

BAB II
ISI
1. Fakta Biomedis
Pelayanan terhadap bayi tabung dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah
fertilisasi-in-vitro yang memiliki pengertian sebagai berikut : Fertilisasi-in-vitro adalah
pembuahan sel telur oleh sel sperma di dalam tabung petri yang dilakukan oleh
petugas medis. Inseminasi buatan pada manusia sebagai suatu teknologi reproduksi
berupa teknik menempatkan sperma di dalam vagina wanita, pertama kali berhasil
dipraktekkan pada tahun 1970. Awal berkembangnya inseminasi buatan bermula
dari ditemukannya teknik pengawetan sperma. Sperma bisa bertahan hidup lama
bila dibungkus dalam gliserol yang dibenamkan dalam cairan nitrogen pada
temperatur -321 F.
Proses bayi tabung akan dilakukan jika terjadi hal seperti di bawah ini :
Kualitas dan kuantitas sperma.
Keadaan rahim normal atau tidak. Pemeriksaan dilakukan dengan rontgen
dan USG.
Apakah

tuba

falopi

(saluran

telur)

lancar

atau

tersumbat.

Untuk

mengetahuinya dilakukan pemeriksaan HCG.


Apakah lingkungan di sekitar rahim dan indung telur normal atau ada
kelainan. Pemeriksaan dilakukan dengan laparoskopi diagnostik/diteropong.
Pada mulanya program pelayanan ini bertujuan untuk menolong pasangan
suami istri yang tidak mungkin memiliki keturunan secara alamiah disebabkan tuba
falopii istrinya mengalami kerusakan yang permanen. Namun kemudian mulai ada
perkembangan dimana kemudian program ini diterapkan pula pada pasutri yang
memiliki penyakit atau kelainan lainnya yang menyebabkan tidak dimungkinkan
untuk memperoleh keturunan.
Akan tetapi seiring perkembangannya, mulai timbul persoalan dimana semula
program ini dapat diterima oleh semua pihak karena tujuannya yang mulia menjadi
pertentangan. Banyak pihak yang kontra dan pihak yang pro. Pihak yang pro

dengan program ini sebagian besar berasal dari dunia kedokteran dan mereka yang
kontra berasal dari kalangan alim ulama. Tulisan ini tidak akan membahas mengenai
pro kontra yang ada tetapi akan membahas mengenai aspek hukum perdata yang
menekankan pada status hukum dari si anak dan segala akibat yang mengikutinya.
Proses Inseminasi Buatan (Bayi Tabung)
Dalam melakukan fertilisasi-in-virto transfer embrio dilakukan dalam tujuh tingkatan
dasar yang dilakukan oleh petugas medis, yaitu :
1. Istri diberi obat pemicu ovulasi yang berfungsi untuk merangsang indung telur
mengeluarkan sel telur yang diberikan setiap hari sejak permulaan haid dan
baru dihentikan setelah sel-sel telurnya matang.
2. Pematangan sel-sel telur dipantau setiap hari melalui pemeriksaan darah Istri
dan pemeriksaan ultrasonografi.
3. Pengambilan sel telur dilakukan dengan penusukan jarum (pungsi) melalui
vagina dengan tuntunan ultrasonografi.
4. Setelah dikeluarkan beberapa sel telur, kemudian sel telur tersebut dibuahi
dengan sel sperma suaminya yang telah diproses sebelumnya dan dipilih
yang terbaik.
5. Sel telur dan sperma yang sudah dipertemukan di dalam tabung petri
kemudian dibiakkan di dalam lemari pengeram. Pemantauan dilakukan 18-20
jam kemudian dan keesokan harinya diharapkan sudah terjadi pembuahan
sel.
6. Embrio yang berada dalam tingkat pembelahan sel ini. Kemudian
diimplantasikan ke dalam rahim istri. Pada periode ini tinggal menunggu
terjadinya kehamilan.
7. Jika dalam waktu 14 hari setelah embrio diimplantasikan tidak terjadi
menstruasi, dilakukan pemeriksaan air kemih untuk kehamilan, dan seminggu
kemudian dipastikan dengan pemeriksaan ultrasonografi.

Macam-Macam Teknik Bayi Tabung

1. Sperma kosong
Pada proses bayi tabung, ada istilah sperma kosong disini maksudnya
Pada kasus cairan air mani tanpa sperma (azoospermia), mungkin akibat
penyumbatan atau gangguan saluran sperma, kini bisa dilakukan pengambilan
sperma dengan teknik operasi langsung pada saluran air mani atau testis.
Tekniknya ada dua, MESA (Microsurgical Sperm Aspiration) dan TESE
(Testicular Sperm Extraction). Pada MESA, sperma diambil dari tempat sperma
dimatangkan dan disimpan (epididimis). Sedangkan pada TESE, sperma
langsung diambil dari testis yang merupakan pabrik sperma. Setelah sperma
diambil, dipilih yang paling baik. Selanjutnya, dilakukan langkah-langkah menurut
prosedur ICSI. Teknik ini juga sudah diterapkan di RSAB Harapan Kita sejak
1996 dan telah berhasil melahirkan dua anak.
Seperti di negara lain, sejak 1992 Indonesia sudah melakukan simpan beku
embrio. Perangsangan indung telur wanita pada prosedur bayi tabung
memungkinkan terbentuknya banyak embrio. Tidak mungkin semua embrio
ditransfer ke dalam rahim pada saat bersamaan. Embrio yang untuk sementara
tidak digunakan dapat disimpan dengan cara kriopreservasi, yang selanjutnya
disimpan dalam tabung berisi cairan nitrogen pada suhu 196 oC di bawah nol
derajat. Kapasitas tabung sekitar 100 embrio.
Simpan beku embrio ini menghemat biaya karena pasangan tidak perlu lagi
mengulang proses pengerjaan dari awal lagi bila embrio berikutnya perlu
ditanamkan kembali. Tidak seperti di Barat, embrio ataupun sperma yang
tersimpan

beku

di

Indonesia

hanya

diperuntukkan

bagi

pasutri

yang

bersangkutan.
Salah satu contoh keberhasilan teknik penyimpanan embrio bisa ditemukan
di Belgia. Baru-baru ini lahir seorang bayi laki-laki sehat hasil penanaman embrio
yang sudah dibekukan selama 7,5 tahun dari pasangan lain. Bayi yang dibantu
kelahirannya oleh dr. Michael Vermesh ini beratnya 4 kg. Daya tahan embrio
yang dibekukan bisa puluhan tahun dan tetap bisa menjadi bayi sehat.
Teknologi reproduksi in vitro ternyata sangat membantu pasangan yang
mengalami gangguan reproduksi. Mengupayakan pasutri agar bisa mempunyai

anak sungguh merupakan perbuatan mulia dan membahagiakan, sekalipun


pembuahannya dilakukan di laboratorium. Seperti halnya Louise Brown, mungkin
banyak anak yang dilahirkan melalui teknik ini ikut bersyukur bahwa kedua orang
tuanya mengikuti program itu.
2. Pembekuan sel telur
Jaman sekarang para wanita lebih memilih karir daripada memiliki keluarga
tapi setelah mereka menyadari pentingnya sebuah keluarga, mereka sadar
bahwa sebentar lagi atau sekarang mereka sudah akan mengalami menopause.
Namun jangan kuatir, program bayi tabung atau IVF memiliki perkembangan
baru

dalam

subprosesnya,

yaitu

sistem

pembekuan

sel

telur

yang

memungkinkan para wanita bebas dalam memilih waktu yang tepat bagi mereka
untuk memulai sebuah keluarga tanpa kuatir batasan umur dan siklus reproduksi
yang mereka alami.
Sistem pembekuan sel telur ini baru akan diluncurkan di negara Inggris.
Biasanya yang dibekukan adalah sel sperma si pria, namun setelah berbagai
penelitian maka didapatlah sistem baru pembekuan bagi sel telur.Sebelumnya,
berdasarkan tingkat keberhasilan yang rendah yang didapat dari sistem
pembekuan sel telur ini serta hanya dilakukan bagi pasien penderita kanker,
akan tetapi para rumah-rumah sakit percaya bahwa tehnik yang dikembangkan
oleh ilmuwan Jpang ini akan dapat menghasilkan bayi tabung dengan tingkat
keberhasilan yang cukup besar.
Professor Gedis Grudzinskas, kepala medis Bridge Center meyakini bahwa
tehnik ini akan menwarkan sejumlah pilihan kepada para wanita. "Dahulu para
wanita memakai pil kontrasepsi untuk dapat menentukan waktu yang tepat untuk
mendapatkan anak, tapi sekarang tehnik pembekuan sel telur inilah yang lebih
efektif." Akan tetapi tehnik pembekuan sel telur ini yang juga lebih dikenal
sebagai vertifikasi masih berada dalam tahap awal perkembangannya.
Sebelumnya sistem pembekuan sel telur ini memiliki tingkat kesulitan yang tinggi
dalam proses pembekuan dan pencairannya berdasarkan kandungan air yang
tinggi yang terdapat didalamnya dan proses pengkristalisasiannya dapat
menimbulkan kerusakan pada sel telur. Tehnik pembekuan sel telur yang telah

diperbaharui menggunakan proses pemindahan kandungan air yang ada


didalam sel telur lalu dilakukan pembekuan dengan menggunakan nitrogen cair.
Setelah berbagai penelitian maka disimpulkan bahwa 90-95% sel telur dapat
selamat dari proses pembekuan dan dapat digunakan selanjutnya untuk proses
bayi tabung dengan tingkat kealamiahan yang hampir sama dengan sel telur
segar.
Ibu Tessa Darley, seorang pejabat pemerintahan yang berumur 37 tahun
adalah seorang wanita di Inggris yang menggunakan tehnik pembekuan baru ini.
"Saya dapat menentukan kapan saya harus mengakhiri karir, menemukan si
Mr.Right, memulai sebuah keluarga dan jikapun saya mengalami menopause,
saya masih dapat memiliki bayi dari kandungan saya sendiri," katanya yakin.
Meskipun rumah sakit di Inggris jarang sekali melayani treatment kesuburan
untuk wanita yang berumur lebih dari 50 tahun, banyak kritik mengenai
pembatasan umur bagi wanita yang sudah mengalami postmenopausal dalam
menjalani program IVF.
3. Blastocyst culture
Blastocyst culture adalah sebuah tehnik baru dalam prosedur in vitro
fertilization dimana embrio yang ditanamkan adalah yang sudah berumur 5-6
hari, 2 hari lebih lama dari IVF standar. Penambahan waktu ini mempermudah
memilih embrio yang lebih sehat dan memiliki kemungkinan keberhasilan yang
lebih tinggi. Kesempatan untuk kelahiran ganda (kembar, kembar tiga) pun lebih
dapat diminimalkan.
Tehnik IVF pada umumnya menggunakan embrio yang berumur 3 hari
dengan tingkat sel 6-10 lalu kemudian dipindahkan kembali ke dalam uterus. Jika
embrio dibiarkan tumbuh selama 5 hari atau lebih di laboratorium, maka embrio
tersebut akan menjadi blastosis dengan tingkat perkembangan sel 50
Keunggulan Blastosis
Sel dari embrio yang berumur lebih dari 3 hari akan mulai untuk membelah
setelah distimulasikan dengan sinyal yang dapat ditemukan dalam sel telur yang
sudah matang. Embrio memiliki genom yang unik yang belum diaktifkan. Setelah
5 hari, genom tersebut akan aktif dan membelah lalu tumbuh berdasarkan sinyal

dari genetiknya sendiri. Jika embrio telah sampai pada tahap blastosis maka
embrio tersebut telah melalui masalah pertama dalam proses perkembangannya.
Proses pengaktifan gen ini tidak dapat dievaluasi jika embrio masih berumur 3
hari. Dalam siklus reproduksi normal, hari ke-3 (6-10 sel) embrio berada dalam
tuba fallopi. Setelah 5 hari, blastosis akan tiba di saluran uterus dan memulai
proses implantasi. Pemindahan blastosis yang berumur 5 hari lebih bersifat
alamiah dalam prosesnya jika dilihat dari padangan psikologi.
Sistem Pemindahan Blastosis belum banyak digunakan karena proses
pengaktifan

gen-nya

memerlukan

media

kultur

dan

lingkungan

yang

khusus.Berbeda dari proses standar IVF, proses blastosis ini memerlukan embrio
yang berumur 5 hari atau lebih.

Langkah-langkah Proses Bayi Tabung


1. Sel sperma berada di sekitar sel telur-siap untuk membuahi.

Menerobos Kesuburan
2. Sel telur hampir siap untuk dilepaskan dari ovarium si wanita. Selama masa
subur, wanita akan melepaskan satu atau dua sel telur yang akan berpindah ke
bawah yang lalu akan bertemu sel sperma yang akan mengakibatkan terjadinya
pembuahan.

Perkembangan sel telur

3. Dalam IVF, dokter akan mengumpulkan sel telur sebanyak-banyaknya untuk


memilih yang terbaik diantaranya. Untuk melakukannya, si pasien akan diberikan
hormon untuk menambah jumlah produksi sel telur. Proses injeksi ini dapat
mengakibatkan adanya efek samping.

Injeksi
4. Setelah hormon bekerja sepenuhnya maka sel-sel telur siap untuk dikumpulkan.
Dokter bedah akan menggunakan laparoskop untuk memindahkan sel-sel telur
tersebut.

Pelepasan Sel telur

5. Sperma yang dibekukan disimpan dalam nitrogen cair yang dicairkan secara
sangat hati-hati oleh para teknisi.

Pelepasan Sel telur


6. Jika sel sperma dan sel telur terbukti sehat, maka sangatlah mudah untuk
menyatukan keduanya dalam sebuah piring lab. Jika sperma tidak sehat
sehingga tidak dapat berenang untuk membuahi sel telur, maka akan dilakukan
ICSI.

Pelepasan Sel telur

7. Tujuan utama IVF - menghasilkan embrio berumur 2 hari. Embrio ini memiliki 4
sel, yang diharapkan mencapai stage perkembangan yang benar.

Embrio Berumur 2 hari


8. Dokter kemudian memilih 3 embrio terbaik untuk ditransfer yang diinjeksikan ke
sistem reproduksi si pasien.

Pemindahan Embrio

9. Dua minggu setelahnya, tes kehamilan dapat dilakukan.

Implanted foetus

2. Fakta Bioetika
Seperti diketahui, kemampuan berfikir dan bernalar membuat manusia
menemukan berbagai pengetahuan baru. Pengetahuan itu kemudian digunakan
untuk mendapatkanmanfaat yang sebesar-besarnya dari lingkungan alam yang
tersedia. Akan tetapi, sering pula teknologi yang kita hasilkan itu menimbulkan
pengaruh sampingan yang menimbulkan kemudaratan.
Dalam mengembangkan bioteknologi, etika bioteknologi harus mendapat
perhatianyang utama. Bagaimanapun juga, perkembangan dalam bioteknologi tidak
terlepas dari tanggung jawab manusia sebagai perilaku sekaligus makhluk etis.
Maka refleksi etis terhadap apa yang sedang dilakukan manusia menjadi sangat
diperlukan. Manusia hendaknya dapat merefleksikan prinsip prinsipnya sendiri
dalam seluruh aktivitasnya, termasuk dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Bioetika, merupakan tuntutan etis yang berciri menampung segala pemikiran dan
aliran tentang kehidupan, yang bersumber pada filsafat, budaya, agama, tradisi
tanpa harus terikat dengan agama tertentu.
Etika diperlukan untuk menentukan arah perkembangan bioteknologi serta
penerapannya secara teknis, sehingga tujuan yang menyimpang dan tidak
menguntungkan bagi kemanusiaan dapat dihindarkan. Selain itu, yang tak kalah
penting pula perlu diterapkan adanya aturan resmi pemerintah dalam pelaksanaan
dan penerapan bioteknologi, sehingga ada mekanisme pengawasan yang intensif

terhadap bahaya potensial yang mungkin timbul akibat kemajuan bioteknologi.


3. Fakta Hukum
Dasar hukum pelaksanaan bayi tabung di Indonesia adalah Undang-Undang
Kesehatan No. 23 Tahun 1992.
1. Pasal 16 ayat 1 Kehamilan diluar cara alami dapat dilaksanakan sebagai upaya
terakhir untuk membantu suami istri mendapatkan keturunan.
2. Upaya kehamilan diluar cara alami sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 hanya
dapat dilakukan oleh pasangan suami istri yang sah dengan ketentuan :
a. Hasil

pembuahan

sperma

dan

ovum

dari

suami

istri

yang

bersangkutan, ditanamkan dalam rahim istri darimana ovum berasal.


b. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan untuk itu.
c. Pada sarana kesehatan tertentu. Pelaksanaan upaya kehamilan diluar
cara alami harus dilakukan sesuai norma hukum, norma kesusilaan,
dan norma kesopanan. Sarana kesehatan tertentu adalah sarana
kesehatan yang memiliki tenaga dan peralatan yang telah memenuhi
persyaratan untuk penyelenggaraan upaya kehamilan diluar cara alami
dan ditunjuk oleh pemerintah.
Ketentuan mengenai persyaratan penyelenggaraan kehamilan diluar cara
alami sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dan ayat 2 ditetapkan dengan peraturan
pemerintah.
Penjelasan dari Pasal 16 tersebut jika secara medis dapat dibuktikan bahwa
pasangan suami istri yang sah benar-benar tidak dapat memperoleh keturunan
secara alami, pasangan suami istri tersebut dapat melakukan kehamilan diluar cara
alami sebagai upaya terakhir melalui ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran.
Pelaksanaan upaya kehamilan diluar cara alami harus dilakukan sesuai dengan
norma hukum, norma agama, norma kesusilaan, dan norma kesopanan.
Apabila dokter melakukan inseminasi buatan dengan donor bukan suami
adalah tindak pidana kejahatan yang diancam dengan hukuman penjara atau
denda.

Sarana kesehatan tertentu adalah sarana kesehatan yang memiliki tenaga dan
peralatan yang telah memenuhi persyaratan untuk penyelenggaraan upaya
kehamilan diluar cara alami dan ditunjuk oleh pemerintah.
Status anak yang dilahirkan tidak dalam ikatan perkawinan adalah anak diluar
nikah. Anak diluar nikah hanya mempunyai hubungan hukum dengan ibu dan
keluarga ibu. Sedangkan anak yang lahir dari sewa rahim, terdapat 2 keadaan
sebagai berikut:
1. Ovum dari pemesan, sperma dari pemesan.
2. Ovum pemesan, sperma suami.
Apabila sperma dari pemesan disebut Surrogate Mother. Setelah anak
dilahirkan maka anak adalah anak sah si ibu dan suaminya. Peralihan status anak
dengan adopsi.
Selain hukum menurut undang undang, ada juga hukum perdata yang
mengatur tentang inseminasi buatan (bayi tabung), yaitu:
a. Jika benihnya berasal dari Suami Istri
Jika benihnya berasal dari Suami Istri, dilakukan proses fertilisasi-in-vitro
transfer embrio dan diimplantasikan ke dalam rahim Istri maka anak tersebut
baik secara biologis ataupun yuridis mempunyai satus sebagai anak sah
(keturunan genetik) dari pasangan tersebut. Akibatnya memiliki hubungan
mewaris dan hubungan keperdataan lainnya.
Jika ketika embrio diimplantasikan ke dalam rahim ibunya di saat ibunya telah
bercerai dari suaminya maka jika anak itu lahir sebelum 300 hari perceraian
mempunyai status sebagai anak sah dari pasangan tersebut. Namun jika
dilahirkan setelah masa 300 hari, maka anak itu bukan anak sah bekas suami
ibunya dan tidak memiliki hubungan keperdataan apapun dengan bekas
suami ibunya. Dasar hokum ps. 255 KUHPer.
Jika embrio diimplantasikan ke dalam rahim wanita lain yang bersuami, maka
secara yuridis status anak itu adalah anak sah dari pasangan penghamil,
bukan pasangan yang mempunyai benih. Dasar hukum ps. 42 UU No. 1/1974
dan ps. 250 KUHPer. Dalam hal ini Suami dari Istri penghamil dapat
menyangkal anak tersebut sebagai anak sah-nya melalui tes golongan darah

atau dengan jalan tes DNA. (Biasanya dilakukan perjanjian antara kedua
pasangan tersebut dan perjanjian semacam itu dinilai sah secara perdata
barat, sesuai dengan ps. 1320 dan 1338 KUHPer.)
b. Jika salah satu benihnya berasal dari donor
Jika Suami mandul dan Istrinya subur, maka dapat dilakukan fertilisasi-in-vitro
transfer embrio dengan persetujuan pasangan tersebut. Sel telur Istri akan
dibuahi dengan Sperma dari donor di dalam tabung petri dan setelah terjadi
pembuahan diimplantasikan ke dalam rahim Istri. Anak yang dilahirkan
memiliki status anak sah dan memiliki hubungan mewaris dan hubungan
keperdataan lainnya sepanjang si Suami tidak menyangkalnya dengan
melakukan tes golongan darah atau tes DNA. Dasar hukum ps. 250 KUHPer.
Jika embrio diimplantasikan ke dalam rahim wanita lain yang bersuami maka
anak yang dilahirkan merupakan anak sah dari pasangan penghamil tersebut.
Dasar hukum ps. 42 UU No. 1/1974 dan ps. 250 KUHPer.
c. Jika semua benihnya dari donor
Jika sel sperma maupun sel telurnya berasal dari orang yang tidak terikat
pada perkawinan, tapi embrio diimplantasikan ke dalam rahim seorang wanita
yang terikat dalam perkawinan maka anak yang lahir mempunyai status anak
sah dari pasangan Suami Istri tersebut karena dilahirkan oleh seorang
perempuan yang terikat dalam perkawinan yang sah.
Jika diimplantasikan ke dalam rahim seorang gadis maka anak

tersebut

memiliki status sebagai anak luar kawin karena gadis tersebut tidak terikat
perkawinan secara sah dan pada hakekatnya anak tersebut bukan pula
anaknya secara biologis kecuali sel telur berasal darinya. Jika sel telur
berasal darinya maka anak tersebut sah secara yuridis dan biologis sebagai
anaknya.
Dari tinjauan yuridis menurut hokum perdata barat di Indonesia terhadap
kemungkinan yang terjadi dalam program fertilisasi-in-vitro transfer embrio
ditemukan beberapa kaidah hukum yang sudah tidak relevan dan tidak dapat mengcover kebutuhan yang ada serta sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan
yang ada khususnya mengenai status sahnya anak yang lahir dan pemusnahan
kelebihan embrio yang diimplantasikan ke dalam rahim ibunya. Secara khusus,

permasalahan mengenai inseminasi buatan dengan bahan inseminasi berasal dari


orang yang sudah meninggal dunia, hingga saat ini belum ada penyelesaiannya di
Indonesia. Perlu segera dibentuk peraturan perundang-undangan yang secara
khusus mengatur penerapan teknologi fertilisasi-in-vitro transfer embrio ini pada
manusia mengenai hal-hal apakah yang dapat dibenarkan dan hal-hal apakah yang
dilarang.
4. Fakta Hukum Islam
Kalau kita hendak mengkaji masalah bayi tabung dari segi hukum Islam, maka
harus dikaji dengan memakai metode ijtihad lajim dipakai oleh para ahli ijtihad, agar
ijtihadnya sesuai dengan prinsip-prinsip dan jiwa Al-Quran dan Sunah yang menjadi
pegangan umat Islam. Sudah tentu ulama yang melaksanakan ijtihad tentang
masalah ini, memerlukan informasi yang cukup tentang teknik dan proses terjadinya
bayi tabung dari cendekiawan Muslim yang ahli dalam bidang studi yang relevan
dengan masalah ini, misalnya ahli kedokteran dan ahli biologi. Dengan pengkajian
secara multidisipliner ini, dapat ditemukan hukumnya yang proporsional dan
mendasar.
Bayi tabung / inseminasi buatan apabila dilakukan dengan sel sperma dan
ovum suami istri sendiri dan tidak ditransfer embrionya ke dalam rahim wanita lain
termasuk istrinya sendiri yang lain (bagi suami yang berpoligami), maka Islam
membenarkan, baik dengan cara mengambil sperma suami, kemudian disuntikkan
ke dalam vagina atau uterus istri, maupun dengan cara pembuahan dilakukan di luar
rahim, kemudian buahnya (vertilized ovum) ditanam di dalam rahim istri, asal
keadaan kondisi suami istri yang bersangkutan benar-benar memerlukan cara
inseminasi buatan untuk memperoleh anak, karena dengan cara pembuahan alami,
suami istri tidak berhasil memperoleh anak. Hal ini sesuai dengan hukum Fiqih Islam
Hajat (kebutuhan yang sangat penting itu) diperlukan seperti dalam keadaan
terpaksa (emergency). Padahal keadaan darurat/terpaksa itu membolehkan
melakukan hal-hal terlarang.
Sebaliknya, kalau inseminasi buatan itu dilakukan dengan bantuan donor
sperma dan atau ovum, maka diharamkan, dan hukumnya sama dengan zina
(prostitusi). Dan sebagai akibat hukumnya, anak hasil inseminasi tersebut tidak sah
dan nasabnya hanya berhubungan dengan ibu yang melahirkannya.

Menurut hemat penulis, dalil-dalil syari yang dapat menjadi landasan hukum untuk
mengharamkan inseminasi buatan dengan donor, ialah sebagai berikut :
1. Al-Quran Surat Al-Isra ayat 70 :

Dan sesungguhnya telah Kami meliakan anak-anak Adam, Kami angkat mereka
di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami
lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk
yang telah Kami ciptakan.
Dan Surat Al-Tin ayat 4 :

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaikbaiknya.


Kedua ayat tersebut menunjukkan bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan
sebagai makhluk yang mempunyai kelebihan/keistimewaan sehingga melebihi
makhluk-makhluk Tuhan lainnya. Dan Tuhan sendiri berkenan memuliakan
manusia, maka sudah seharusnya manusia bisa menghormati martabatnya
sendiri dan juga menghormati martabat sesama manusia. Sebaliknya inseminasi
buatan dengan donor itu pada hakikatnya merendahkan harkat manusia (human
dignity) sejajar dengan hewan yang diinseminasi.

2. Hadits Nabi :
Tidak halal bagi seseorang yang beriman pada Allah dan hari akhir
menyiramkan airnya (sperma) pada tanaman orang lain (vagina istriorang lain).
Hadits riwayat Abu Daud, Al-Tirmidzi, dan Hadits ini dipandang sahih oleh Ibnu
Hibban.

Dengan hadits ini para ulama madzhab sepakat mengharamkan sesorang


mengawini/melakukan hubungan seksual dengan wanita hamil dari orang lain
yang mempunyai ikatan perkawinan yang sah. Tetapi mereka berbeda
pendapat : apakah sah/tidak seorang pria mengawini wanita hamil dari orang lain
akibat zina? Menurut madzhab Hanbali, wanita tersebut tidak boleh dinikahi oleh
pria yang tidak menghamilinya sebelum lahir kandungannya. Sebab dia itu
terkena iddah. Zufar al-Hanafi juga sependapat dengan madzhab Hanbali.
Sedang madzhab Syafii membolehkan wanita hamil tersebut dikawini oleh orang
yang tidak menghamilinya tanpa harus menunggu lahir bayinya, sebab anak
yang dikandungnya

itu tidak ada hubungan nasab dengan pria yang berzina

yang menghamili ibunya. Karena itu, adanya si janin itu sama dengan tidak ada,
sehingga tidak perlu ada iddah. Sementara Abu Hanifah membolehkan juga
seorang mengawini wanita hamil dari zina dengan orang lain (sah nikahnya),
tetapi dengan syarat si pria yang menjadi suaminya itu untuk sementara tidak
boleh melakukan hubungan seksual dengan istrinya sebelum kandungan lahir.
Menurut hemat penulis, madhab Hanbali yang mengharamkan perkawinan
antara wanita hamil karena zina dengan pria yang tidak menghamilinya sebelum
habis iddahnya (lahir kandungannya) adalah mengandung hukuman yang cukup
berat yang tidak hanya dirasakan oleh si wanita pelaku zina, melainkan juga
oleh keluarganya, lebih-lebih nantinya akan dirasakan oleh si anak yang tidak
berdosa akibat ulah ibunya. Sebaliknya madzhab Syafii yang membolehkan
wanita hamil karena zina bisa dinikahi pria lain tanpa syarat bisa membawa
dampak negatif dalam masyarakat, yakni pria dan wanita tidak merasa takut
melakukan hubungan seksual di luar nikah. Sebab kalau terjadi kehamilan, pria
dan wanita tersebut bisa kawin atau wanita tersebut bisa kawin dengan pria lain
tanpa menunggu iddah, kecuali kalau keduanya atau salah seorang dari
keduanya masih terikat tali perkawinan dengan orang lain (vide UU No. 1/1974
pasal 9 jo pasal 3 (2) dan pasal 4).

BAB III
PEMBAHASAN

Di Indonesia program bayi tabung telah dilindungi. Program bayi tabung


merupakan salah cara untuk memiliki anak bagi pasangan suami isteri yang mengalami
infertilitas. Pelaksanaan bayi tabung tersebut diatur dalam Undang-Undang nomor 23
tahun 1992 tentang kesehatan dan dalam Peraturan Menteri Kesehatan nomor 73
tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Teknologi Reproduksi Buatan. Dalam
kedua peraturan tersebut pelaksanaan bayi tabung yang diperbolehkan hanya kepada
pasangan suami isteri yang sah dengan menggunakan sel sperma dan sel telur dari
pasangan yang sudah menikah kemudian embrionya ditanam dalam rahim isteri. Hal ini
dilakukan untuk menjamin status anak tersebut sebagai anak sah dari pasangan suami
isteri tersebut.
Penetapan seorang anak sebagai anak sah adalah berdasar pada pasal 42
Undang-Undang nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan. Untuk membuktikan secara
hukum bahwa seorang anak adalah anak sah dari pasangan suami isteri, yang
dibutuhkan adalah sebuah akta kelahiran dari anak tersebut. Akta tersebut berisi nama,
hari, tanggal, kota anak tersebut lahir dan nama kedua orang tua dari anak tersebut.
Karena anak hasil bayi tabung merupakan anak sah, maka hak dan kewajiban dari
anak yang dilahirkan dengan menggunakan program bayi tabung sama dengan anak
yang tidak menggunakan program bayi tabung. Sehingga anak hasil bayi tabung dalam
hukum waris termasuk kedalam ahli waris golongan I yang diatur dalam pasal 852 KUH
Perdata.
Pada proses bayi tabung, ada istilah sperma kosong yang maksudnya cairan air
mani tanpa sperma (azoospermia) yang kasus ini terjadi pada pasangan suami istri di
atas. Hal ini mungkin diakibatkan karena adanya penyumbatan atau gangguan saluran
sperma. Kini kasus azoospermia bisa dilakukan pengambilan sperma dengan teknik
operasi langsung pada saluran air mani atau testisnya. Tekniknya ada dua, MESA
(Microsurgical Sperm Aspiration) dan TESE (Testicular Sperm Extraction). Pada MESA,

sperma diambil dari tempat sperma dimatangkan dan disimpan (epididimis). Sedangkan
pada TESE, sperma langsung diambil dari testis yang merupakan pabrik sperma.
Setelah sperma diambil, dipilih yang paling baik. Selanjutnya, dilakukan langkahlangkah menurut prosedur ICSI. Teknik ini juga sudah diterapkan di RSAB Harapan Kita
sejak 1996 dan telah berhasil melahirkan dua anak.

BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dengan seiringnya waktu, perkembangan teknologi di era moderenisasi ini
akan selalu mengalami kemajuan dan perubahan. Tanpa kita sadari, ternyata
saat ini cara untuk memperoleh seorang anak tidak hanya dilakukan dengan
cara persetubuhan, tetapi dapat juga dilakukan dengan cara tanpa persetubuhan
(bayi tabung).
Bayi tabung adalah bayi yang dihasilkan bukan dari persetubuhan, tetapi
berasal dengan cara mengambil sperma laki laki dan ovum perempuan, lalu
dimasukkan dalam alat dalam waktu beberapa hari lamanya setelah dianggap
mampu menjadi janin, maka dimasukkan ke dalam rahim ibu.
Teknologi reproduksi in vitro ternyata sangat membantu pasangan yang
mengalami gangguan reproduksi. Mengupayakan pasutri agar bisa mempunyai
anak sungguh merupakan perbuatan mulia dan membahagiakan, sekalipun
pembuahannya dilakukan di laboratorium. Teknik untuk membuat bayi tabung
dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu, teknik untuk azoospermia, pembekuan sel
telur dan Blastocyst culture.
2. Saran
Pemerintah hendaknya melarang berdirinya Bank Nuthfah / Sperma dan
Bank Ovum untuk pembuatan bayi tabung karena selain bertentangan
dengan UUD 1945 dan bertentangan juga dengan norma agama dan moral,
serta merendahkan harkat dan martabat manusia karena secara tidak
langsung sejajar dengan hewan yang diinseminasi tanpa perlu adanya
perkawinan.
Pemerintah hendaknya hanya mengizinkan dan melayani permintaan bayi
tabung dengan sel sperma dan ovum suami istri yang bersangkutan tanpa
ditransfer ke dalam rahim wanita lain (ibu titipan), dan pemerintah
hendaknya juga melarang keras dengan anksi-sanksi hukumannya kepada
dokter dan siapa yang melakukan inseminasi buatan pada manusia dengan
sperma dan/atau ovum donor.

DAFTAR PUSTAKA

Adma., 2011. Bayi Tabung dengan "Sperma Nol". Global News Indonesia: Bandung.
http://www.globalnews-indonesia.com/fullpost/beritautama/1301716352/bayi-tabung-dengan-sperma-nol-.html. Di akses tanggal
17 Desember 2011.
Chang, W., 2009. Bioetik sebuah pengantar. Kanisius : Yogyakarta.
Hadibroto, I., dan Alam, S., 2004. Infertil Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.
Rusyana., 2009. Bayi tabung menurut hukum islam. Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan (FKIP) Universitas Galuh : Ciamis.
Yanggo, H. T., 2006. Membendung Liberalisme. Republika : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai