Anda di halaman 1dari 25

47

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum lokasi penelitian
a. Gambaran umum UPT Puskesmas sukoharjo
Wilayah kerja UPT Puskesmas Sukoharjo terdiri dari satu kecamatan
dengan 16 desa. Dari jumlah penduduk sebanyak 47.009 jiwa dan luas
wilayah puskesmas sukoharjo adalah 72,95 KM, Maka kepadatan
penduduk rata-rata adalah 619,34/km. jarak tempuh ke kabupaten kurang
lebih 8 Km, dengan waktu tempuh selama 30 menit dengan mengunakan
kendaraan roda empat atau roda dua.
Batas wilayah kerja UPT Puskesmas Sukoharjo adalah sebagai
berikut : Sebelah utara berbatasan dengan desa Bandung Baru Kec.
Adiluwih, Sebelah selatan berbatasan dengan desa Podosari kec.
Pringsewu, Sebelah barat berbatasan dengan desa Sukamulya kec.
Banyumas, sedangkan Sebelah timur berbatasan dengan desa Roworejo
kec.Negri Katon
UPT puskesmas sukoharjo mempunyai wilayah kerja 16 desa/pekon dan 6
pustu yang terdiri dari :
1. Pustu sukoharjo 1
: wilayah kerja 2 desa
2. Pustu pandan sari
: wilayah kerja 2 desa
3. Pustu sukoharjo IV
: wilayah kerja 1 desa
4. Pustu waringin sari barat : wilayah kerja 1 desa
5. Pustu sinar baru
: wilayah kerja 2 desa
6. Pustu pangung rejo
: wilayah kerja 2 desa
b. Keadaan sumberdaya tenaga kesehatan
Jumlah tenaga kesehatan di puskesmas tahun 2016 berjumlah 38
orang PNS, 13 orang bidan PTT,
4 11 orang dokter PTT, 5 orang tenaga
honorer, 7 orang TKS untuk keadaan ketenagaan dapat dilihat dalam table.
Tabel 4.1
Tenaga Kesehatan di Puskesmas Sukoharjo Tahun 2016

48

NO

Jenis Ketenagaan
PUSKESMAS INDUK

JUMLAH

Status Pegawai

1
2
3
4
5

2
1
2
1

1 PNS/ 1 PTT
PNS
PNS
PNS

3
10
2

2 PNS/1 TKS
6 PNS/4 TKS
PNS

7
8
9

Dokter
Dokter Gigi
S1 SKM
S1 Gizi
PERAWAT KESEHATAN
a. S1 Keperawatan
b. D3 keperawatan
c. SPK
Bidan
a. D4 Kebidanan
b. Kebidanan
D3 keperawatan Gigi
Sanitarian(D3 Kesling)
Tenaga Laboratorium( D3

4
9
2
1
1

PNS
7 PNS/ 2 TKS
PNS
PNS
PNS

10

Analisis Kesehatan)
Pengelola Obat (D3

PNS

1
1
1
1
1

Honorer
Honorer
Honorer
Honorer
TKS

4
2

PNS
PNS

13

PTT

II

Farmasi)
Lain-Lain
a. supir ambulance
b. cleaning servis
c. penjaga malam
d. tukang cuci
e. tenaga administrasi
PUSKESMAS

1
2
III
1

PEMBANTU
D3
SPK
Bidan Desa
D3 Kebidanan

11

A. Hasil Penelitian Dan Analisa


1. Analisa Univariat
Analisa univariat dilakukan untuk memperoleh gambaran distribusi
frekuensi dari variabel independent dan variabel dependen di Puskesmas

49

Sukoharjo tahun 2016. Berdasarkan pengolahan data penyebaran


kuisioner maka di peroleh data sebagi berikut :
a. Distribusi Frekuensi Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Pasien
Diabetes Melitus di Puskesmas Sukoharjo III Tahun 2016
Untuk distribusi frekuensi pengendalian kadar gula darah di
Puskesmas Sukoharjo III tahun 2016 adalah sebagai berikut :
Tabel 4.2.
Distribusi Frekuensi Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Pasien
Diabetes Melitus Di Puskesmas sukoharjo tahun 2016
Pengendalian gula darah
Tidak terkontrol
Terkontrol
Jumlah

frekuensi

Persentase (%)

26
24

52
48

50

100

Berdasarkan tabel 4.2. diatas diketahui bahwa distrubusi frekuensi


responden yang kadar gula darahnya terkontrol di Puskesmas
Sukoharjo tahun 2016, terlihat bahwa dari 50 orang sampel terdapat 24
orang (48%) yang kadar gula darahnya terkontrol.
b. Distribusi Frekuensi Pendidikan Pasien Diabetes Melitus di
Puskesmas Sukoharjo III Tahun 2016
Untuk distribusi frekuensi pendidikan penderita Diabetes Melitus
di Puskesmas Sukoharjo tahun 2016 adalah sebagai berikut :

Tabel 4.3.
Distribusi Frekuensi Pendidikan Pasien Diabetes Melitus
di Puskesmas sukoharjo tahun 2016

50

Pendidikan

Frekuensi

Persentase (%)

Tinggi (SMA/PT)

23

46

Rendah (SD/SMP)

27

54

Jumlah

50

100

Berdasarkan tabel 4.3. diatas diketahui bahwa dari keseluruhan


responden yang berpendidikan tinggi di Puskesmas Sukoharjo III tahun
c.

2016 sebanyak 23 orang atau (46%).


Distribusi Frekuensi Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus di
Puskesmas Sukoharjo III Tahun 2016
untuk distribusi frekuensi pengetahuan penderita Diabetes Melitus
di Puskesmas Sukoharjo tahun 2016 adalah sebagai berikut :
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus di
Puskesmas Sukoharjo Tahun 2016
Pengetahuan

Frekuensi

Persentase (%)

Pengetahuan baik

19

38

Kurang baik

31

62

50

100

Jumlah

Berdasarkan tabel 4.4 diatas diketahui bahwa dari keseluruhan


responden yang pengetahuanya baik di Puskesmas Sukoharjo III tahun
2016 sebanyak 19 orang atau (38%).
d. Distribusi Frekuensi Medis Informasi Pasien Diabetes Melitus di
Puskesmas Sukoharjo III Tahun 2016

51

Untuk distribusi frekuensi media informasi penderita diabetes


melitus di Puskesmas Sukoharjo III tahun 2016 adalah sebagai berikut :
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Media Informasi Pasien Diabetes Melitus di
Puskesmas Sukoharjo III Tahun 2016
Media Informasi

frekuensi

Persentase (%)

Mudah didapat

28

56

Tidak mudah
didapat
Jumlah

22

44

50

100

Berdasarkan tabel 4.5 diatas diketahui bahwa dari keseluruhan


responden yang mudah mendapat media informasi di Puskesmas
Sukoharjo III tahun 2016 sebanyak 28 orang (56%) dari jumlah sampel 50
e.

orang.
Distribusi Frekuensi Asupan Obat Pasien Diabetes Melitus di
Puskesmas Sukoharjo III Tahun 2016
Untuk distribusi frekuensi asupan obat penderita Diabetes Melitus di
Puskesmas Sukoharjo tahun 2016 adalah sebagai berikut :
Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Asupan Obat Pasien Diabetes Melitus di
Puskesmas Sukoharjo III tahun 2016
Asupan obat

Frekuensi

Persentase (%)

Sesuai dengan intruksi

26

52

Tidak sesuai dengan intruksi

24

48

jumlah

50

100

Berdasarkan tabel 4.6 diatas diketaui bahwa dari keseluruhan


responden yang minum obat sesui dengan intruksi yang diberikan dokter
di Puskesmas Sukoharjo tahun 2016 sebanyak 26 orang (52%) dari
jumlah sampel 50 orang.

52

2.

Analisis Bivariat
a. Hubungan pendidikan Dengan Pengendalian Kadar Gula Darah
Pada Pasien Diabetes Melitus di Puskesmas Sukoharjo Tahun
2016
Tabel 4.7
Hubungan Pendidikan Dengan Pengendalian Kadar Gula Darah
Pada Pasien Diabetes Melitus di Puskesmas Sukoharjo III Tahun
2016
Pengendalian Kadar Gula Darah
Total
Pendidikan

Tidak
terkontrol

Rendah
Tinggi
Total

n
22
4
26

P
value

Terkontrol
%
81,5
17,4
52

n
5
19
24

%
18,5
82,6
48

N
27
23
50

%
100
100
100

0,000

Berdasarkan tabel 4.7 diatas diketahui bahwa hubungan antara


pendidikan dengan pengendalian kadar gula darah diketahui bahwa
dari 23 responden yanng berpendidikan tinnggi yang gula darahnya
terkontrol sebanyak 19 orang (82,6%), dari 27 responden

yang

berpendidikan rendah yang kadar gula darahnya terkontrol sebanyak 5


orang (18,5%).
Hasil uji statistik diperoleh bahwa nilai p = 0,000 lebih rendah dari
nilai alpha = 0,05, artinya ada hubunga yang bermakna antara
pendidikan dengan pengendallian kadar gula darah di Puskesmas
Sukoharjo tahun 2016.

53

b. Hubungan Pengetahuan Dengan Pengendalian Kadar Gula Darah


Tabel 4.8
Hubungan Pendidikan Dengan Pngendalian Kadar Gula Darah di
Puskesmas Sukoharjo III Tahun 2016
Pengendalian Kadar Gula
Total
Tidak
terkontrol
Pengetahuan
P
terkontrol
Value
n
%
n
%
n
%
Kurang baik
23
74,2
8
25,8
31
100
Baik
3
15,8
16
84,2
19
100
Total
26
24
50
100 0,000

Berdasarkan tabel 4.8 diatas diketahui bahwa hubungan antara


pengetahuan dengan pengendalian kadar gula darah diketahui
sebanyak 19 responden dengan penegtahuan baik yang kadar gula
darahnya terkontrol sebanyak 16 orang (84,2%) dan dari 31 responden
dengan pengetahuan kurang baik yang kadar gula darahnya terkontrol
hanya sebanyak 8 orang (25,8%).
Hasil uji statistik diperolah bahwa nilai p = 0,000 lebih rendah dari
nilain alpha ( =0,05), artinya ada hubungan yang bermakna anatara
pengetahuan dengan pengendalian kadar gula darah di Puskesmas
Sukoharjo III tahun 2016.
c. Hubungan Media Informasi Dengan Pengendalian Kadar Gula
Darah
Tabel 4.9
Hubungan Media Informasi Dengan Pengendalian Kadar Gula
Darah di Puskesmas Sukoharjo III Tahun 2016
Media

Pengendalian Kadar Gula


Tidak
Terkontrol

Total

P
Value

54

informasi
Tidak mudah
didapat
Mudah
didapat
Total

terkontrol
n
%
20
90,9

n
2

%
9,1

N
22

%
100

21,4

22

78,6

28

100 0,000

26

52

24

48

50

100

Berdasarkan tabel 4.9 diatas diketahui bahwa hubungan antara


media informasi dengan pengendalian kadar gula darah diketahui
sebanyak 28 responden dengan informasi yang mudah didapat yang
kadar gula darahnya terkontrol sebanyak 22 orang (78,6%) dan dari 22
responden dengan informasi yang tidak mudah didapat yang kadar
gula darahnya terkontrol hanya sebanyak 2 orang (9,1%).
`

Hasil uji statistik diperoleh bahwa nilai p = 0,000 lebih rendah nilai

dari alpha ( = 0,05), artinya ada hubungan yang bermakna antara


media informasi dengan pengendalian kadar gula darah di Puskesmas
Sukoharji III tahun 2016.
d. Hubungan Asupan Obat Dengan Pengendalian Kadar Gula Drah
Tabel 4.10
Hubungan Asupan Obat Dengan Pengendalian Kadar Gula Darah
di Puskesmas Ssukoharjo Tahun 2016

Asupan Obat
Tidak sesui
dengan intruksi
yang diberikan
Sesui intruksi
yang diberikan

Pengendalian Kadar Gula


Tidak
Terkontrol
terkontrol
n
%
n
%
21
87,5
3
12,5

Total
n
24

P
Value

%
100
0,000

19,2

21

80,8

26

100

55

Jumlah

26

52

24

48

50

100

Berdasrkan tabel 4.10 diatas diketahui bahwa hasil analisis


hubungan antara asupan obat dengan pengendalian kadar gula darah
diketahui sebanyak 26 responden dengan asupan obat sesui dengan
istruksi yang diberikan yang kadar gula darahnya terkntrol sebanyak
21 orang (80,7%) dan dari 24 responden dengan asupan obat yang
tidak sesui dengan instruksi yang diberikan kadar gula darahnya
terkontrol hanya sebanyak 3 orang (12,5%).
Hasil uji statistik diperoleh bahwa nilai p = 0,000 artinya ada
hubungan yang bermakna antara asupan obat dengan pengendalian
kadar gula darah di Puskesmas Sukoharjo III tahun 2016.
C. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai faktor-faktor yang
berhubungan dengan pengendalian kadar gula darah penderita diabetes
melitus di Puskesma Sukoharjo tahun 2016, maka dapat disususn
beberapa pembahasan hasil sebagai berikut :
1. Analisa Univariat
a. Distribusi Frekuensi Pengendalian Kadar Gula Darah di
Puskesmas Sukoharjo Tahun 2016

56

Hasil analisis disrtibusi frekuensi pengendalian kadar gula darah di


Puskesmas Sukoharjo tahun 2016 diperoleh hasil bahwa dari 50
responden, yang kadar gula darahnya terkontrol 24 orang 948%).
Hasil ini memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Ernawati pada tahun 2013 dengan judul faktor-faktor yang
berhubungan dengan terkendalinya gula darah pasien Diabete di RSUD
Abduel Mueloke Bandar Lampung tahun 2013) dengan hasil bahwa
pasien yang kadar gula darahnya terkontrol sebanyak 75%. Dari hasil
tersebut menunjukkan kesamaan bahwa lebih banyak pasien yang kadar
gula darahnya terkontrol hanya persentasinya saja yang berbeda, hal ii
mungkin dikarenakan jumlah responden yang berbeda, penelitian yang
dilakukan Ernawati respondenya lebih banyak dari penelitian ini.
Pengendalian kadar gula darah yang baik dan obtimal diperlukan
untuk

dapat

mencegah

terjandinya

komplikasi

kronik.

Untuk

menyatakan pengendalian kadar gula darah tidak hanya tergantung pada


hilangnya gejala Diabetes Melitus saja, tetapi harus dengan melakukan
pemeriksaan kadar gula darah dengan rutin (Soewondo, 2005).
Pengaturan kadar glukosa darah diatur oleh keseimbangan hormon
glukogen, hormon epineprin, hormon glukokortikoid, dan hormon
pertumbuhan (Soewondo, 2005). Peningkatan kosentrasi kadar glukosa
darah dalam sirkulasi mengakibatkan peningkatan sekresi insulin dan
pengurangan glukogon.

57

Kadar gula darah pada orang normal atau tidak dengan Diabetes
biasanya konstan, karena pengaturan metabolisme karbohidrat yang
baik. Akan tetapi pada penderita Diabetes kadar gula darah menjadi
tidak normal disebabkan karena terganggunya metabolisme karbohidrat
yang disebabkan karena kekurangan insulin yang dihasilkan

oleh

kelenjar pankreas.
Hasil tersebut menunjukkan masih perlunya peningkatan tentang
upaya penyuluhan kesehatan, atau perencanaan makan bagi pasien
diabetes melitus karena meskipun sebagian besar responden kadar gula
darahnya terkendali atau terkontrol, namun sebagian kecil masih ada
responden yang kadar gulanya belum terkontrol.
b. Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden Tentang Pengendalian
Kadar Gula Darah Di Puskesmas Sukoharjo Tahun 2016
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa distribusi
frekuensi

pendidikan

responden

lebih

banyak

responden

yang

berpendidikan rendah yaitu sebanyak 27 orang (54%). Hasil penelitian


ini tidaak sejalan dengan penelitian yang dilakukan olen Ernawati (2013)
dengan judul faktor-faktor yang berhubungan dengan terkendalinya gula
darah pasien Diabetes di RSUD Abdul Moeloek Badar Lampung tahun
2013 yang memperoleh hasil sebagian besar responden memiliki
pendidikan tinggi yaitu sebesar 70,7%. Perbedaan ini mungkin
disebabkan karena penelitian Ernawati dilakukan di perkotaan yaitu di

58

Bandar Lmapung, dimana kebanyakan sudah berpendidikan tinggi,


sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dilakukan di tempat
dimana masih banyaknya responden yang berpendidikan rendah.
Tingkat pendidikan yang rendah menunjukan bahwa sebagian
besar pendidikan penderita Diabetes Melitus masih rendah (SD/SMP).
Pendidikan yang rendah menggambarkan bahwa pengawasan dan upaya
responden yang rendah pula. Pendidikan merupakan upaya persuai atau
pembelajaran kepada masyarakat, agar masyarakat mau melakukan
tindakan -tindakan untuk memelihara atau mengatasi masalah-masalah
dan

meningkatkan

kesehatan

(Notoatmodjo,

2005).

Pendidikan

mampunyai kaitan yang tinggi terhadap prilaku pasien untuk menjaga


dan meningkatkan kesehatanya. Pendidikan bagi penderita Diabetes
berhubungan dengan prilaku pasien dalam mengedalikan kadar gula
darahnya agar tetap stabil dalam batas normal.

c. Distribusi frekuensi Pengetahuan Tentang Pengendalian Kadar Gula


Darah Penderita Diabetes Melitus Di Puskesmas Sukoharjo Tahun
2016
berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa distribusi
pengetahuan penderita Diabetes Melitus di Puskesmas Sukoharjo
sebagian besar memiliki pengetahuan kurang baik yaitu sebessar 31
orang (62%).

59

Pengetahuan adalah infrmasi yang diketahui atau disadari oleh


seseorang, dalam pengertian lainn pengetahuan adalah berbagai gejala
yang ditemui dan diperoleh manuaia melalui pengamatan akal atau
pengindraan (Notoatmodjo, 2010).
Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Ernawati (2013) yang memperoleh hasil sebagian besar responden
memiliki pengetahuan baik yaitu 74 orang (58,7%). Diabetes merupakan
suatu kelainan yang menahuan dan akan berlangsung seumur hidup
sehingga penderita Diabetes mempunyai peran yang sangat penting
dalam penanganan penyakit dalam sehari-hari. Oleh karena Diabetes
merupakan suatu penyakit yang memerlukan penanganan mandiri, maka
penderita Diabetes harus mempunyai pengetahuan, ketrampilan dan sikap
untuk dapat menyesuikan diri dalam penatalaksanaan DM sehari-hari
(Soegondo, 2006). Tingkat pengetahuan yangn baik akan dimungkinkan
mempunyai persepsi yang benar terhadap risiko komplikasi pada
penderita Diabetes dan selanjutnya berpengaruh pada tindakan yang akan
dilakukan dalam upaya pencegahan.
Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori
yang memungkinkan seseorang untuk dapat memecahkan masalahan
yang dihadapinya. Pengetahuan diperoleh baik dari pengalaman langsung
maupun melalui orang lain (Notoatmodjo,2010). Pengetahuan merupakan
faktor penting untuk terbentuknya prilaku seseorang dalam bertindak
( Notoatmodjo, 2010).

60

Bagi penderita Diabetes pengetahuan dan pemahaman tentang


Diabetes serta pengobatanya penting guna pengendalian kadar gula darah
agar tetap stabil dalam batas normal. Bagi penderita Diabetes yang
memiliki tingkat pengetahuan yang baik akam lebih terbantu dan mudah
dalam mengikuti anjuran pengobatan, tetapi sebaliknya bagi penderita
yang memiliki pengetahuan kurang baik, sulit untuk mengikuti
pengobatan Diabetes. Penegtahuan juga akan berpengaruh pada prilaku
penderita Diabetes yang pada akhirnya melakukan pengendalian kadar
gula darah. Dengan masih banyak responden di Puskesmas Sukoharjo
yang memiliki pengetahuan kurang khususnya tentang pengendalian
kadar gula darah, maka perlu ditingkatkan lagi upaya promosi kesehatan
dalam hal ini bisa berupa penkes ataupun yang lainya, meskipun di
Puskesmas Sukoharjo penderita Diabetes sudah terorganisir dalam suatu
klompok,namun daya tangkap setia responden berbeda-beda, meskipun
ada agenda pertemuan rutin berupa penyuluhan setiap bulannya masih
ada saja responden yang pengetahuanya masi kurang baik.
d. Distribusi Frekuensi Media Informasi Terhadap Pengendalian Kadar
Gula Darah Di Puskesmas Sukoharjo III Tahun 2016
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa distribusi
frekuensi media informasi di Puskesmas Sukoharjo tahun 2016 sebagian
besar mengatakan mudah mendapatkan informasi yaitu sebanyak 28
orang (56%).

61

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh


Ernawati (2013) yang menyatakan sebagian besar responden mengatakan
mudah mendapatkan informasi tentang pengendalian kadar gula darah.
Hal ini mungkin disebabkan karena di perkotaan akan lebih mudah dalam
mendapatkan informasi khususnya tentan kesehatan pengendalian kadar
gula darah.
Hal ini sejalan dengan teori Lawrence Green yang dikutip dalam
Notoatmodjo (2010) bahwa salah satu faktor yang berpengaruh dalam
perilaku

adalah

faktor

pemungkiinn

(Enabling

faktor)

yang

memungkinkan atau memfasilitasi prilaku atau tindakan seseorang.


Dalam hal ini yang dimaksut dengan faktor pemngkin adalah sarana dan
prasarana

dalam

memeperoleh

informasi

mengenai

pentingnya

mengendalikan kadar gula darah pada penderita Diabetes Melitus


sehingga dapat memfasilitasi pengendalian kadar gula darah. Meskipun
minimnya informasi kesehatan terutama mengenai penegndalian kadar
gula darah yang didapat, pasien tetap berupaya untuk mengendalikan
kadar gula darahnya agar tetap stabil.
e. Distribusi Frekuensi Asupan Obat Terhadap Pengendalian Kadar
Gula Darah DI Puskesmas Sukoharjo III Tahun 2016
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa distribusi
frekuensi asupan obat terhadap pengendalian kadar gula darah sebagian

62

besar mengkomsumsi obat sesui dengan intruksi yaitu

sebnayak 26

orang (52%).
Hasil penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Mira (2012) dengan judul Gambaran Epidemiologi
Diabetes Melitus dan Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Kadar
Gula Darah Pasien Diabetes Melitus Anggota klub Rumas Sakit Islam,
Jakarta Timur sebagian besar pasien mengkomsumsi obat sesui dengan
intruksi yaitu sebanyak 60%.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden
sudah mengkomsumsi obat sesuai intruksi dokter, perencanaan makan,
atau diet masih merupakan pengobatan utama bagi penderita Diabetes,
tetapi hal ini bersama latihan jasmani ternyata gagal maka diperlukan
obat oral. Obat hipoglikemia oral (OHO) diberikan dengan harapan
bahwa Diabetes dapat terkontrol dengan baik. Obat oral bekerja dengan
cara merangsang sel penghasil insulin (sel beta) di pankreas untuk
memproduksi insulin lebih banyak sehingga kebutuhan insulin dapat
tercukupi (Padila, 2012).
2. Analisa Bivariat
a. Hubungan Pendidikan dengan Pengendalian Kadar Gula Darah
Hasil uji statistik diperoleh bahwa nilai p = 0,000 lebih rendah dari
nilai alpha (=0,05), artinya ada hubungan yang bermakna antara
pendidikan denga pengendalian kadar gula darah di Puskesmas

63

Sukoharjo tahun 2016. Hasil analisis diperoleh nilai OR : 20,900, artinya


penderita Diabetes yang berpendidikan tingggi memiliki peluang sebesar
20,900 kali lebih besar untuk dapat mengendalikan kadar gula darahnya
dibandingkan penderita Diabetes yeng memiliki pendidikan rendah.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Ernawati pada tahun 2013 dengan judul faktor-faktor yang
berhubungan dengan terkendalinya gula darah pasien Diabetes di RSUD
Abdul Mueluek Badar Lampung tahun 2013 tang menyatakan tidak ada
hubungan bermakna antara pendidikan dengan terkendalinya kadar gula
darah penderita Diabetes Melitus di mana liai p > 0,05 yaitu sebesar
0,612. Keadaan tersebut mencerminkan bahwa kadar gula darah pada
pasien diabetes bisa tinggi pada berbagai tingkat pendidikan. Tetapi sama
dengan hasil penelitian yang di lakukan oleh Mira pada tahun (2012)
dengan judul Gambaran Epidemiologi Diabetes Melitus dan Faktorfaktor yang berhubungan dengan kadar gula darah pasien Diabetes
Melitus anggota klub Rumah Sakit Islam, Jakarta Timur, dengan hasil
bahwa terdapat

hubungan

bermakna

antara

pendidikan

dengan

pengendalian kadar gula darah dimana nilai p value =0,005 yang berarti
< 0,05.
Berdasarkan hasil peneliitian didapatkan bahwa responden dengan
pendidikan tinggi sebagian besar kadar gula darahnya terkontrol, dan
responden pendidikan rendah masih banyak yang kadar gula darahnya
tidak terkontrol, dari hasil tersebut diperlukan peningkatan wawasan

64

mengenai pengendalian kadar gula darah khususnya untuk responden


dengan pendidikan rendah sehingga responden dengan pendidikan rendah
pun bisa mengendalikan kadar gula darahnya.
b. Hubungan Pengetahuan Dengan Pengendalian Kadar Gula Darah
Hasil uji statistik diperoleh bahwa nilai p =0,000 lebih rendah dari
nilai alpha ( = 0,05), artinya ada hubungan yang bermakna antara
penegetahuan dengan pengendalian kadar gula darah di Puskesmas
Sukoharjo tahun 2016. Hasil uji analisis diperoleh nilai OR = 15,333
artinya dengan pengetahuan yang baik memiliki peluang sebesar 15,333
kali lebih besar untuk pengendalian kadar gula darah di bandingkan
dengan pengetahuan yang kurang baik. Hasil penelitian ini tidak sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Ernawati pada tahun 2013 dengan
judul faktor-faktor yang berhubungan dengan terkendalinya gula darah
pasien Diabetes Melitus di RSUD Abdul mueluek tahun 2013, yang
menyatakan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara pengetahuan
dengan penegendalian kadar gulah darah penderita Diabetes Melitus.
Hasil penelitian ini memiliki kesamaan denngan penelitian yang
dilakukan oleh Mira (2012) dengan judul Gambaran Epidemiologi
Diabetes Melitas dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kadar gula
darah pasien Diabetes Melitus Anggota klub Rumah Sakit Islam, Jakarta
Timur, diperoleh nilai p = 0,005 dan PR = 2,86 maka dapat disimpulkan
bahwa ada hubungan antara variabel pengetahuan dengan kadar gula

65

darah pasien Diabetes Melitus, pasien DM dengan pengetahuan kurang


mempunyai peluang 2,86 ditemukan dengan kadar gula darah tinggi
dibandingkan dengan pasien DM yanng berpengetahuan yang baik.
Pengetahuan responden berhubungan dengan pengendlian kadar
gula darah, dari hasil penelitian memiliki kesamaan dengan teori yang
dikemukakan oleh Notoatmodjo (2010) yang menyebutkan bahwa
penegtahuan mempunyai hubungan dengan tingkat kesehatan. Semakin
tinggi tingkat penegtahuan seseorang akan semakin mudah dalam
menerima

konsep

hidup

sehat

secara

mandiri,

kreatif,

dan

berkesinabungan, jika tingkat penegtahuan responden baik maka


diharapkan derajat kesehatannya juga baik. Penegtahuan merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku sesorang, orang dengan
pengetahuan yang baik tentang sesuatu hal cenderung akan melakukan
hal yang sesui dengan penegtahuannya tersebut. Demikin juga dengan
penderita Diabetes yang memiliki penegtahuan yang baik, ia akan
cenderung melakukan upaya pengendalian kadar gula darahnya supaya
tetap terkontrol dengan baik. Semakin tinggi tingkat pengetahuan
seseorang maka akan berdampak meningkatnya kemampuan mereka
dalam menerima dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari dalam
hal ini dalah upaya pengendalian kadar gula darah (Azwar, 2005).
Berdasarkan hasil yang diperoleh ditemukan bahwa responden
dengan pengetahuan kurang baik sebagian besar kadar gula darahnya
tidak terkontrol, hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan

66

responden khususnya dalam hal pengendalian kadar gula darah. Dengan


demikian maka perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan pengetahuan
responden dengan upaya promosi kesehatan berupa penyuluhan tentang
pentingnya pengendallian kadar gula darah, meskipun di Puskesmas
Sukoharjo sudah ada posiandu lansia yang kegiatanya berupa penyuluhan
tapi mungkin masih perlu lebih ditingkatkan lagi terutama tentang
pentingnya pengendalian kadar gula darah.
c. Hubungan Media Informasi dengan Pengendalian Kadar Gula Darah
Hasil uji statistik diperloleh bahwa nilai p = 0,000 lebih rendah dari
nilai alpha ( = 0,05), artinya ada hubungan yang bermakna antara media
informasi dengan pengendalian kadar gula darah di Puskesmas Sukoharjo
tahun 2016. Hasil uji analisis diperoleh nilai OR = 36, 667 artinya
dengan media informasi yang mudah didapat memiliki peluang sebesar
36,667 kali lebih besar untuk pengendalian kadar gula darah,
dibandingkan dengan responden yang media informasinya tidaak mudah
didapat.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Ernawati tahun (2013) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan
bermakna antara media informasi dengan pengendalian kadar gula darah
pasien Diabetes dengan hasil p value = 0,743.
Menurut Notoatmodjo (2010), salah satu faktor yang berpengaruh
dalam perilaku adalah faktor pemungkin (Enabling factor) yang

67

memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau tindakan seseorang.


Dalam hal ini yang dimaksud dengan faktor pemungkin adalah sarana
dan prasarana dalam memperoleh informasi mengenai pentingnya
mengendalikan kadar gula darah pada penderita Diabetes Melitus sengga
dapat memfasilitasi pengendalian kadar gula darah.
Dengan minimnya media informasi yang didapat tidak mengurangi
penderita Diabetes untuk mengedalikan kadar gula darahnya, mungkin
hal ini karena didukungnya dengan pendidikan yang baik dan
pengetahuan responden yang baik pula, meskipun mereka sebagian besar
responden mengtakan susah untuk mendapatkan informasi kesehatan
pada kenyataanya kadar gula darahnya tetap terkontrol. Hal ini juga
berpengaruh, misalnya informasi ataupun instruksi yang diberikan oleh
tim medis dapat di telaah atau dicerna dengan baik dan jelas oleh pasien.
Sehingga meskipun informasi yang diperoleh sangat minim namun
diterpakan dengan baik oleh pasien dalam kehidupan sehari-hari dalam
upaya mengendalikan kadar gula darahnya.
d. Hubungan Asupan Obat dengan Pengendalian Kadar Gula Darah
Hasil uji statistik diperoleh bahwa nilai p = 0,000 lebih rendah dari
nilai ( = 0,05), artinya ada hubungan yang bermakna antara asupan obat
dengan pengendalian kadar gula darah di Puskesmas Sukoharjo tahun
2016. Hasil uji analisis diperoleh nilai OR = 29,400 artinya dengan
asupan obat sesui dengan instruksi yang diberikan memiliki peluang

68

sebesar 29,400 kali lebih besar untuk pengendalian kadar gula darah,
dibandingkan dengan asupan obat yang tidak sesuai dengan instruksi
yang diberikan.
Hasil penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Mira (2012), dimana ilai p value = 0,004 yang berarti ada
hubungan yang bermakna antara asupan obat dengan pengendalian kadar
gula darah. Dari hasil yang diperoleh menunjukan sebagian besar
penderita Diabetes yang mengkomsumsi obat sesuai dengan instruksi
dokter dapat melakukan pengendalian kadar gula darahnya, sedangkan
penderita Diabetes yang mengkomsumsi obat tidak sesuai instruksi
dokter kadar gula darahnya menjadi tidak terkontrol. Hasil ini mungkin
juga ada kaitan dengan pengetahuan responden yang sebagian besar
berpengetahuan baik sehingga responden dapat berprilaku mematuhi
semua anjuran dokter untuk mengkomsumsi obat.
Obat oral yang biasa dikomsumsi oleh penderita Diabetes di
Puskesmas Sukoharjo adalah kombinasi antara Metformin dengan dosis
3x500 mg dan Glukodek dengan dosis 1x1, atau Glimepirid 1x1.
Metformin merupakan obat DM dari golongan Biguanid yang memiliki
mekanisme

kerja

menurunkan

kadar

gula

darah

tetapi

tidak

meningkatkan sekresi insulin, obat ini tidak mengalami metabolisme di


hati, disekresikan dalam bentuk yang tidak berubah terutama dalam urin
dan sejumlah kecil dalam feses. Metformin bisa dikomsumsi bersama

69

dengan makanan, bisa juga setelah makan, dan memiliki efek samping
biasanya mual, anoreksia, muntah dan diare.

70

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan, faktor-faktor yang berhubungan
dengan pengendalian kadar gula darah penderita Diabetes Melitus di
Puskesmas Sukoharjo tahun 2016, yang dilakukan terhadap 50 responden
dapat disimpulkan bawa :
1. Penderita Diabetes Melitus yang kadar gula darahnya terkontrol di
Puskesmas Sukoharjo sebesar 24 responden (48%).
2. Penderita Diabetes Melitus yang berpendidikan rendah di Puskesmas
Sukoharjo lebih besar dari yang berpendidikan tinggi yaitu sbesar 27 orang
(54%).
3. Penderita Diabetes Melitus di Puskesmas Sukoharjo sebagian besar
memiliki pengetahuan kurang baik sebesar 31 orang (62%).
4. Penderita Diabetes Melitus di Puskesmas Sukoharjo sebagian besar
mengatakan mudah mendapatkan informasi kesehatan sebanyak 28
responden (56%).
5. Penderita Diabetes Melitus di Puskesma Sukoharjo yang mengkomsumsi
obat sesui dengan instruksi yang diberikan sebesar 26 responden (52%).
6. Ada hubungan pendidikan dengan pengendalian kadar gula darah
penderita Diabetes Melitus dengan nilai p value = 0,000 < 0,05.
7. Ada hubungan pengetahuan dengan pengendalian kadar gula darah
penderita Diabetes Melitis dengan p value = 0,000 < 0,05.
8. Ada hubungan media informasi dengan pengendalian kadar gula darah
penderita Diabetes Melitus dengan p value = 0,000 < 0,05.
9. Ada hubungan asupan obat dengan pengendalian kadar gula darah
7
0 p value = 0,000 < 0,05.
penderita Diabetes Melitus dengan

B. Saran
1. Bagi Tempat Penelitian

71

Penulis menyarankan untuk petugas kesehatan khususnya dalam


pemberian informasi pada penderita Diabetes Melitus, khususnya tentang
pengendalian kadar gula darah.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh mahasiswa
STIKes Aisyah Pringsewu khususnya jurusan keperawatan sebagai
referensi untuk menambah informasi dan meningkatkan pengetahuan
mengenai upaya pengendalian kadar gula darah penderita Diabetes
Melitus.
3. Bagi Peneliti dan Lain
Kepada peneliti lain dapat melakukan penelitian yang lebih
mendalam misalnya dengan menambah jumlah sampelnya, dan
menambahkan variabel lain yang berhubungan dengan pengendalian
kadar gula darah penderita Diabetes Melitus berdasarkan fenomena yang
ada di Puskesmas Sukoharjo misalnya variabel aktifitas fisik penderita
Diabetes, asupan makan atau diet penderita Diabetes atau komplikasi
penyakit lain yang dihubungkan dengan pengendalian kadar gula darah.
Gula darah penderita Diabetes Melitus berdasarkan fenomena yang ada
di Puskesmas Sukoharjo misalnya variabel aktifitas fisik penderita
Diabetes, asupan makan atau diet penderita Diabetes atau komplikasi
penyakit lain yang dihubungkan dengan pengendalian kadar gula darah.

Anda mungkin juga menyukai

  • Laporan Pendahuluan TBC 3
    Laporan Pendahuluan TBC 3
    Dokumen21 halaman
    Laporan Pendahuluan TBC 3
    anggi pratama
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen2 halaman
    Daftar Isi
    anggi pratama
    Belum ada peringkat
  • Alamanda
    Alamanda
    Dokumen3 halaman
    Alamanda
    anggi pratama
    Belum ada peringkat
  • Homepage
    Homepage
    Dokumen21 halaman
    Homepage
    anggi pratama
    Belum ada peringkat
  • LP Epilepsi..
    LP Epilepsi..
    Dokumen26 halaman
    LP Epilepsi..
    anggi pratama
    Belum ada peringkat
  • Keevin
    Keevin
    Dokumen23 halaman
    Keevin
    anggi pratama
    Belum ada peringkat
  • MINGGU
    MINGGU
    Dokumen17 halaman
    MINGGU
    anggi pratama
    Belum ada peringkat
  • Lembar Konsul
    Lembar Konsul
    Dokumen2 halaman
    Lembar Konsul
    anggi pratama
    Belum ada peringkat
  • BPH
    BPH
    Dokumen17 halaman
    BPH
    anggi pratama
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan Sle
    Laporan Pendahuluan Sle
    Dokumen13 halaman
    Laporan Pendahuluan Sle
    anggi pratama
    Belum ada peringkat
  • Spiro Metri
    Spiro Metri
    Dokumen4 halaman
    Spiro Metri
    Ida Sihombing
    Belum ada peringkat
  • Pengajuan Judul Teteh
    Pengajuan Judul Teteh
    Dokumen3 halaman
    Pengajuan Judul Teteh
    anggi pratama
    Belum ada peringkat
  • LP HD
    LP HD
    Dokumen7 halaman
    LP HD
    anggi pratama
    Belum ada peringkat
  • MINGGU
    MINGGU
    Dokumen17 halaman
    MINGGU
    anggi pratama
    Belum ada peringkat
  • Batuk
    Batuk
    Dokumen12 halaman
    Batuk
    anggi pratama
    Belum ada peringkat
  • Homepage
    Homepage
    Dokumen21 halaman
    Homepage
    anggi pratama
    Belum ada peringkat
  • LP Thipoid
    LP Thipoid
    Dokumen16 halaman
    LP Thipoid
    anggi pratama
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen2 halaman
    Daftar Pustaka
    anggi pratama
    Belum ada peringkat
  • Ca Paru
    Ca Paru
    Dokumen19 halaman
    Ca Paru
    anggi pratama
    Belum ada peringkat
  • BAB IV KD
    BAB IV KD
    Dokumen2 halaman
    BAB IV KD
    anggi pratama
    Belum ada peringkat
  • ACAK2
    ACAK2
    Dokumen2 halaman
    ACAK2
    anggi pratama
    Belum ada peringkat
  • Kartu Pemantauan Kemajuan Penyelesaian Skripsi
    Kartu Pemantauan Kemajuan Penyelesaian Skripsi
    Dokumen2 halaman
    Kartu Pemantauan Kemajuan Penyelesaian Skripsi
    anggi pratama
    Belum ada peringkat
  • Data Mentah
    Data Mentah
    Dokumen2 halaman
    Data Mentah
    anggi pratama
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan Ca Paru/ Kanker Paru
    Laporan Pendahuluan Ca Paru/ Kanker Paru
    Dokumen19 halaman
    Laporan Pendahuluan Ca Paru/ Kanker Paru
    anggi pratama
    Belum ada peringkat
  • MINGGU
    MINGGU
    Dokumen17 halaman
    MINGGU
    anggi pratama
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv Bayu Edit
    Bab Iv Bayu Edit
    Dokumen18 halaman
    Bab Iv Bayu Edit
    anggi pratama
    Belum ada peringkat
  • Kuesioner Bayu
    Kuesioner Bayu
    Dokumen3 halaman
    Kuesioner Bayu
    anggi pratama
    Belum ada peringkat
  • Format Askep Tulip
    Format Askep Tulip
    Dokumen15 halaman
    Format Askep Tulip
    anggi pratama
    Belum ada peringkat
  • BAB I1 Basir Jadi
    BAB I1 Basir Jadi
    Dokumen37 halaman
    BAB I1 Basir Jadi
    anggi pratama
    Belum ada peringkat