Anda di halaman 1dari 21

Pengertian TBC

Penyakit tuberculosis pada bayi dan anak disebut juga tuberculosis primer dan
merupakan suatu penyakit sistemik.Tuberculosis primer biasanya mulai secara perlahan-
lahan sehingga sukar ditentukan saat timbulnya gejala pertama. Kadang terdapat keluhan
demam yang tidak diketahui sebabnya dan sering disertai tanda-tanda infeksi saluran
napas bagian atas. Penyakit ini bila tidak diobati sedini mungkin dan setepat-tepatnya
dapat tmbul komplikasi yang berat dan reinfeksi pada usia dewasa.
Tuberculosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium
tuberculosis dan mycobacterium bovis (jaringan oleh mycobacterium avium). Basil
tuberculosis dapat hidup dan tetap virulen beberapa minggu dalam keadaan kering, tetapi
mati di dalam cairan yang bersuhu 60 selama 15-20 menit. Fraksi protein basil
tyberkulosis menyebabkan nekrosis jaringan, sendang lemaknya menyebabkan sifat tahan
asam dan merupakan factor penyebab untuk terjadinya fibrosis serta terbentuknya sel
epiteloid dan tuberkel. Basil tuberculosis tidak membentuk toksin.
Penularan tuberkolosis umumnya melalui udara hingga sebagaian besar fokus
primer tuberculosis terdapat dalam paru. Selain melalui udara penularan dapat peroral
jika meminum susu yang mengandung basil tuberculosis bovis. Ada mikrobakterium lain
yakni mycobacterium atipic yang dapat menyebabkan penyakit menyerupai tuberculosis.
B. Etiologi
Tuberkulosis anak merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Kuman ini menyebar dari satu orang ke orang lain melalui
percikan dahak (droplet nuclei) yang dibatukkan. Jadi kalau Cuma bersin atau tukar-
menukar piring atau gelas minum tidak akan terjadi penularan (Aditama, 2000).
1. Merokok pasif
Merokok pasif bisa berdampak pada sistem kekebalan anak, sehingga meningkatkan
risiko tertular. Pajanan pada asap rokok mengubah fungsi sel, misalnya dengan
menurunkan tingkat kejernihan zat yang dihirup dan kerusakan kemampuan penyerapan
sel dan pembuluh darah (Reuters Health, 2007).
2. Faktor Risiko TBC anak (admin., 2007)
a. Resiko infeksi TBC
Anak yang memiliki kontak dengan orang dewasa dengan TBC aktif, daerah
endemis, penggunaan obat-obat intravena, kemiskinan serta lingkungan yang tidak sehat.
Pajanan terhadap orang dewasa yang infeksius. Resiko timbulnya transmisi kuman dari
orang dewasa ke anak akan lebih tinggi jika pasien dewasa tersebut mempunyai BTA
sputum yang positif, terdapat infiltrat luas pada lobus atas atau kavitas produksi sputum
banyak dan encer, batuk produktif dan kuat serta terdapat faktor lingkungan yang kurang
sehat, terutama sirkulasi udara yang tidak baik. Pasien TBC anak jarang menularkan
kuman pada anak lain atau orang dewasa disekitarnya, karena TBC pada anak jarang
infeksius, hal ini disebabkan karena kuman TBC sangat jarang ditemukan pada sekret
endotracheal, dan jarang terdapat batuk5. Walaupun terdapat batuk tetapi jarang
menghasilkan sputum. Bahkan jika ada sputum pun, kuman TBC jarang sebab hanya
terdapat dalam konsentrasi yang rendah pada sektret endobrokial anak.
b. Resiko Penyakit TBC
Anak 5 tahun mempunyai resiko lebih besar mengalami progresi infeksi
menjadi sakit TBC, mungkin karena imunitas selulernya belum berkembang sempurna
(imatur). Namun, resiko sakit TBC ini akan berkurang secara bertahap seiring
pertambahan usia. Pada bayi < 1 tahun yang terinfeksi TBC, 43% nya akan menjadi sakit
TBC, sedangkan pada anak usia 1-5 tahun, yang menjadi sakit hanya 24%, pada usia
remaja 15% dan pada dewasa 5-10%. Anak < 5 tahun memiliki resiko lebih tinggi
mengalami TBC diseminata dengan angka kesakitan dan kematian yang tinggi . Konversi
tes tuberkulin dalam 1- 2 tahun terakhir, malnutrisi, keadaan imunokompromis, diabetes
melitus, gagal ginjal kronik dan silikosis. Status sosial ekonomi yang rendah, penghasilan
yang kurang, kepadatan hunian, pengangguran, dan pendidikan yang rendah.

C. Patofisologi
Berbeda dengan TBC pada orang dewasa, TBC pada anak tidak menular. Pada
TBC anak, kuman berkembang biak di kelenjar paru-paru. Jadi, kuman ada di dalam
kelenjar, tidak terbuka. Sementara pada TBC dewasa, kuman berada di paru-paru dan
membuat lubang untuk keluar melalui jalan napas. Nah, pada saat batuk, percikan
ludahnya mengandung kuman. Ini yang biasanya terisap oleh anak-anak, lalu masuk ke
paru-paru (Wirjodiardjo, 2008).
Proses penularan tuberculosis dapat melalui proses udara atau langsung, seperti
saat batuk. Terdapat dua kelompok besar penyakit ini diantaranya adalah sebagai berikut:
tuberculosis paru primer dan tuberculosis post primer. Tuberculosis primer sering terjadi
pada anak, proses ini dapat dimulai dari proses yang disebut droplet nuklei, yaitu statu
proses terinfeksinya partikel yang mengandung dua atau lebih kuman tuberculosis yang
hidup dan terhirup serta diendapkan pada permukaan alveoli, yang akan terjadi eksudasi
dan dilatasi pada kapiler, pembengkakan sel endotel dan alveolar, keluar fibrin serta
makrofag ke dalam alveolar spase. Tuberculosis post primer, dimana penyakit ini terjadi
pada pasien yang sebelumnya terinfeksi oleh kuman Mycobacterium tuberculosis
(Hidayat, 2008).
Sebagian besar infeksi tuberculosis menyebar melalui udara melalui terhirupnya
nukleus droplet yang berisikan mikroorganisme basil tuberkel dari seseorang yang
terinfeksi. Tuberculosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas yang
diperantarai oleh sel dengan sel elector berupa makropag dan limfosit (biasanya sel T)
sebagai sel imuniresponsif. Tipe imunitas ini melibatkan pengaktifan makrofag pada
bagian yang terinfeksi oleh limfosit dan limfokin mereka, responya berupa reaksi
hipersentifitas selular (lambat). Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolar
membangkitkan reaksi peradangan yaitu ketika leukosit digantikan oleh makropag.
Alveoli yang terlibat mengalami konsolidasi dan timbal pneumobia akut, yang dapat
sembuh sendiri sehingga tidak terdapat sisa, atau prosesnya dapat berjalan terus dengan
bakteri di dalam sel-sel (Price dan Wilson, 2006).
Drainase limfatik basil tersebut juta masuk ke kelenjar getah bening regional dan
infiltrasi makrofag membentuk tuberkel sel epitelloid yang dikelilingi oleh limfosit.
Nekrosis sel menyebabkan gambaran keju (nekrosis gaseosa), jeringan grabulasi yang
disekitarnya pada sel-sel epitelloid dan fibroblas dapat lebih berserat, membentuk
jatingan parut kolagenosa, menghasilkan kapsul yang mengeliligi tuberkel. Lesi primer
pada paru dinamakan fokus ghon, dan kombinasi antara kelenjar getah bening yang
terlibat dengan lesi primer disebut kompleks ghon. Kompleks ghon yang mengalami
kalsifikasi dapat terlihat dalam pemeriksaan foto thorax rutin pada seseorang yang sehat
(Price dan Wilson, 2006).
Tuberculosis paru termasuk insidias. Sebagian besar pasien menunjukkan demam
tingkat rendah, keletihan, anorexia, penurunan berat badan, berkeringat malam, nyeri
dada dan batuk menetal. Batuk pada awalnya mungkin nonproduktif, tetapi dapat
berkembang ke arah pembentukan sputum mukopurulen dengan hemoptisis. Tuberculosis
dapat mempunyai manifestasi atipikal pada anak seperti perilaku tidak biasa dan
perubahan status mental, demam , anorexia dan penurunan berat badan. Basil
tuberkulosis dapat bertahan lebih dari 50 tahun dalam keadaan dorman (Smeltzer dan
Bare, 2002).
Menurut Admin (2007) patogenesis penyakit tuberkulosis pada anak terdiri atas :
1. Infeksi Primer
Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TBC.
Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati sistem
pertahanan mukosilier bronkus, dan terus berjalan sehingga sampai di alveolus dan
menetap disana. Infeksi dimulai saat kuman TBC berhasil berkembang biak dengan cara
pembelahan diri di paru, yang mengakibatkan peradangan di dalam paru. Saluran limfe
akan membawa kuman TBC ke kelenjar limfe di sekitar hilus paru, dan ini disebut
sebagai kompleks primer predileksinya disemua lobus, 70% terletak subpelura. Fokus
primer dapat mengalami penyembuhan sempurna, kalsifikasi atau penyebaran lebih
lanjut. Waktu antara terjadinya infeksi sampai pembentukan kompleks primer adalah
sekitar 4-6 minggu. Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi
tuberkulin dari negatif menjadi positif.
Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung dari banyaknya kuman yang masuk
dan besarnya respon daya tahan tubuh (imunitas seluler). Pada umumnya reaksi daya
tahan tubuh tersebut dapat menghentikan perkembangan kuman TBC2. Meskipun
demikian, ada beberapa kuman akan menetap sebagai kuman persister atau dormant
(tidur). Kadang kadang daya tahan tubuh tidak mampu menghentikan perkembangan
kuman, akibatnya dalam beberapa bulan, yang bersangkutan akan menjadi penderita
TBC. Masa inkubasi, yaitu waktu yang diperlukan mulai terinfeksi sampai menjadi sakit,
diperkirakan sekitar 6 bulan.
2. TBC Pasca Primer (Post Primary TBC)
TBC pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun sesudah
infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat terinfeksi HIV atau
status gizi yang buruk. Ciri khas dari TBC pasca primer adalah kerusakan paru yang luas
dengan terjadinya kavitas atau efusi pleura.

D. Manifestasi Klinik
Menurut Wirjodiardjo (2008) gejala TBC pada anak tidak serta-merta muncul.
Pada saat-saat awal, 4-8 minggu setelah infeksi, biasanya anak hanya demam sedikit.
Beberapa bulan kemudian, gejalanya mulai muncul di paru-paru. Anak batuk-batuk
sedikit. Tahap berikutnya (3-9 bulan setelah infeksi), anak tidak napsu makan, kurang
gairah, dan berat badan turun tanpa sebab. Juga ada pembesaran kelenjar di leher,
sementara di paru-paru muncul gambaran vlek. Pada saat itu, kemungkinannya ada dua,
apakah akan muncul gejala TBC yang benar-benar atau sama sekali tidak muncul. Ini
tergantung kekebalan anak. Kalau anak kebal (daya tahan tubuhnya bagus), TBC-nya
tidak muncul. Tapi bukan berarti sembuh. Setelah bertahun-tahun, bisa saja muncul,
bukan di paru-paru lagi, melainkan di tulang, ginjal, otak, dan sebagainya. Ini yang
berbahaya dan butuh waktu lama untuk penyembuhannya.
Riwayat penyakit TBC anak sulit dideteksi penyebabnya, Penyebab TBC adalah
kuman TBC (mycobacterium tuberculosis). Sebetulnya, untuk mendeteksi bakteri TBC
(dewasa) tidak begitu sulit. Pada orang dewasa bisa dideteksi dengan pemeriksaan dahak
langsung dengan mikroskop atau dibiakkan dulu di media. Mendeteksi TBC anak sangat
sulit, karena tidak mengeluarkan kuman pada dahaknya dan gejalanya sedikit. Diperiksa
dahaknya pun tidak akan keluar, sehingga harus dibuat diagnosis baku untuk
mendiagnosis anak TBC sedini mungkin. Yang harus dicermati pada saat diagnosis TBC
anak adalah riwayat penyakitnya. Apakah ada riwayat kontak anak dengan pasien TBC
dewasa. Kalau ini ada, agak yakin anak positif TBC (Wirjodiardjo, 2008).
Gejala-gejala lain untuk diagnosa antara lain (Wirjodiardjo, 2008):
1. Apakah anak sudah mendapat imunisasi BCG semasa kecil. Atau reaksi BCG sangat
cepat. Misalnya, bengkak hanya seminggu setelah diimunisasi BCG. Ini juga harus
dicurigai TBC, meskipun jarang.
2. Berat badan anak turun tanpa sebab yang jelas, atau kenaikan berat badan setiap bulan
berkurang.
3. Demam lama atau berulang tanpa sebab. Ini juga jarang terjadi. Kalaupun ada, setelah
diperiksa, ternyata tipus atau demam berdarah.
4. Batuk lama, lebih dari 3 minggu. Ini terkadang tersamar dengan alergi. Kalau tidak ada
alergi dan tidak ada penyebab lain, baru dokter boleh curiga kemungkinan anak terkena
TBC.
5. Pembesaran kelenjar di kulit, terutama di bagian leher, juga bisa ditengarai sebagai
kemungkinan gejala TBC. Yang sekarang sudah jarang adalah adanya pembesaran
kelenjar di seluruh tubuh, misalnya di selangkangan, ketiak, dan sebagainya.
6. Mata merah bukan karena sakit mata, tapi di sudut mata ada kemerahan yang khas.
7. Pemeriksaan lain juga dibutuhkan diantaranya pemeriksaan tuberkulin (Mantoux Test,
MT) dan foto. Pada anak normal, Mantoux Test positif jika hasilnya lebih dari 10 mm.
Tetapi, pada anak yang gizinya kurang, meskipun ada TBC, hasilnya biasanya negatif,
karena tidak memberikan reaksi terhadap MT.
Menurut Supriyatno (2009) skrining tuberkulosis pada anak antara
lain : Sesungguhnya mendiagnosa tuberculosis pada anak, terlebih pada anak-anak yang
masih sangat kecil, sangat sulit. Diagnosa tepat TBC tak lain dan tak bukan adalah
dengan menemukan adanya Mycobacterium tuberculosis yang hidup dan aktif dalam
tubuh suspect TB atau orang yang diduga TBC. Caranya? Yang paling mudah adalah
dengan melakukan tes dahak. Pada orang dewasa, hal ini tak sulit dilakukan. Tapi lain
ceritanya, pada anak-anak karena mereka, apalagi yang masih usia balita, belum mampu
mengeluarkan dahak. Karenanya, diperlukan alternatif lain untuk mendiagnosa TB pada
anak.
Kesulitan lainnya, tanda-tanda dan gejala TB pada anak seringkali tidak spesifik
(khas). Cukup banyak anak yang overdiagnosed sebagai pengidap TB, padahal
sebenarnya tidak. Atauunderdiagnosed, maksudnya terinfeksi atau malah sakit TB tetapi
tidak terdeteksi sehingga tidak memperoleh penanganan yang tepat. Diagnosa TBC pada
anak tidak dapat ditegakkan hanya dengan 1 atau 2 tes saja, melainkan harus
komprehensif. Karena tanda-tanda dan gejala TB pada anak sangat sulit dideteksi, satu-
satunya cara untuk memastikan anak terinfeksi oleh kuman TB, adalah melalui uji
Tuberkulin (tes Mantoux). Tes Mantoux ini hanya menunjukkan apakah seseorang
terinfeksiMycobacterium tuberculosis atau tidak, dan sama sekali bukan untuk
menegakkan diagnosa atas penyakit TB. Sebab, tidak semua orang yang terinfeksi
kuman TB lalu menjadi sakit TB.
Sistem imun tubuh mulai menyerang bakteri TB, kira-kira 2-8 minggu setelah
terinfeksi. Pada kurun waktu inilah tes Mantoux mulai bereaksi. Ketika pada saat
terinfeksi daya tahan tubuh orang tersebut sangat baik, bakteri akan mati dan tidak ada
lagi infeksi dalam tubuh. Namun pada orang lain, yang terjadi adalah bakteri tidak aktif
tetapi bertahan lama di dalam tubuh dan sama sekali tidak menimbulkan gejala. Atau
pada orang lainnya lagi, bakteri tetap aktif dan orang tersebut menjadi sakit TB.
Uji ini dilakukan dengan cara menyuntikkan sejumlah kecil (0,1 ml) kuman TBC,
yang telah dimatikan dan dimurnikan, ke dalam lapisan atas (lapisan dermis) kulit pada
lengan bawah. Lalu, 48 sampai 72 jam kemudian, tenaga medis harus melihat hasilnya
untuk diukur. Yang diukur adalah indurasi (tonjolan keras tapi tidak sakit) yang
terbentuk, bukan warna kemerahannya (erythema). Ukuran dinyatakan dalam milimeter,
bukan centimeter. Bahkan bila ternyata tidak ada indurasi, hasil tetap harus ditulis
sebagai 0 mm.
Secara umum, hasil tes Mantoux ini dinyatakan positif bila diameter indurasi
berukuran sama dengan atau lebih dari 10 mm. Namun, untuk bayi dan anak sampai usia
2 tahun yang tanpa faktor resiko TB, dikatakan positif bila indurasinya berdiameter 15
mm atau lebih. Hal ini dikarenakan pengaruh vaksin BCG yang diperolehnya ketika baru
lahir, masih kuat. Pengecualian lainnya adalah, untuk anak dengan gizi buruk atau anak
dengan HIV, sudah dianggap positif bila diameter indurasinya 5 mm atau lebih.
Namun tes Mantoux ini dapat memberikan hasil yang negatif palsu (anergi),
artinya hasil negatif padahal sesungguhnya terinfeksi kuman TB. Anergi dapat terjadi
apabila anak mengalami malnutrisi berat atau gizi buruk (gizi kurang tidak menyebabkan
anergi), sistem imun tubuhnya sedang sangat menurun akibat mengkonsumsi obat-obat
tertentu, baru saja divaksinasi dengan virus hidup, sedang terkena infeksi virus, baru saja
terinfeksi bakteri TB, tata laksana tes Mantoux yang kurang benar. Apabila dicurigai
terjadi anergi, maka tes harus diulang.
E. Komplikasi
Komplikasi Yang dapat terjadi adalah sebagai berikut :
a. Meningitis
b. Spondilitis
c. Pleuritis
d. Bronkopneumoni
e. Atelektasis
Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan
kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.
Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial. Bronkiectasis (pelebaran bronkus setempat)
dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
Pneumotorak (adanya udara didalam rongga pleura) spontan: kolaps spontan karena
kerusakan jaringan paru. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang,
persendian, ginjal dan sebagainya. Insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary
Insufficiency).

F. Penatalaksanaan Medis
Menurut Price dan Wilson (2006) pengobatan TBC terutama berupa pemberian
obat antimikroba dalam jangka waktu lama. Obat-obat ini juga dapat digunakan untuk
mencegah timbulnya penyakit klinis. ATS (1994) menekankan tiga prinsip dalam
pengobatan tuberculosis yang berdasarkan pada:
1. Regimen harus termasuk obat-obat multiple yang sensitif terhadap mikroorganisme.
2. Obat-obatan harus diminum secara teratur.
3. Terapi obat harus dilakukan terus menerus dalam waktu yang cukup untuk
menghasilkan terapi yang paling efektif dan paling aman pada waktu yang paling singkat.
Obat anti tuberculosis (OAT) harus diberikan dalam kombinasi sedikitnya dua
obat yang bersifat bakterisid dengan atau tanpa obat ketiga. Tujuan dari pengobatan ini
adalah (FKUI, 2001):
1. Membuat konversi sputum BTA positif menjadi negatif secepat mungkin melalui
kegiatan bakterisid.
2. Mencegah kekambuhan dalam tahun pertama estela pengobatan dengan kegiatan
sterilisasi.
3. Menghilangkan atau mengurangi gejala dan lesi melalui perbaikan daya tahan
imunologis.

G. Penatalaksanaan Perawatan
Menurut Hidayat (2008) perawatan anak dengan tuberculosis dapat dilakukan
dengan melakukan :
1. Pemantauan tanda-tanda infeksi sekunder
2. Pemberian oksigen yang adekuat
3. Latihan batuk efektif
4. Fisioterapi dada
5. Pemberian nutrisi yang adekuat
6. Kolaburasi pemberian obat antutuberkulosis (seperti: isoniazid, streptomisin,
etambutol, rifamfisin, pirazinamid dan lain-lain)
7. Intervensi yang dapat dilakukan untuk menstimulasi pertumbuhan perkembangan anak
yang tenderita tuberculosis dengan membantu memenuhi kebutuhan aktivitas sesuai
dengan usia dan tugas perkembangan, yaitu (Suriadi dan Yuliani, 2001) :
a. Memberikan aktivitas ringan yang sesuai dengan usia anak (permainan, ketrampilan
tangan, vidio game, televisi)
b. Memberikan makanan yang menarik untuk memberikan stimulus yang bervariasi bagi
anak
c. Melibatkan anak dalam mengatur jadual harian dan memilih aktivitas yang diinginkan
d. Mengijinkan anak untuk mengerjakan tugas sekolah selama di rumah sakit,
menganjurkan anak untuk berhubungan dengan teman melalui telepon jika
memungkinkan

H. Pathways
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Identitas Data Umum (selain identitas klien, juga identitas orangtua; asal kota dan
daerah, jumlah keluarga)
Keluhan Utama (penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit)
Riwayat kehamilan dan kelahiran
1) Prenatal : (kurang asupan nutrisi , terserang penyakit infeksi selama hamil)
2) Intranatal : Bayi terlalu lama di jalan lahir , terjepit jalan lahir, bayi menderita caput
sesadonium, bayi menderita cepal hematom
3) Post Natal : kurang asupan nutrisi , bayi menderita penyakit infeksi , asfiksia ikterus
Riwayat Masa Lampau
1) Penyakit yang pernah diderita (tanyakan, apakah klien pernah sakit batuk yang lama
dan benjolan bisul pada leher serta tempat kelenjar yang lainnya dan sudah diberi
pengobatan antibiotik tidak sembuh-sembuh? Tanyakan, apakah pernah berobat tapi tidak
sembuh? Apakah pernah berobat tapi tidak teratur?)
2) Pernah dirawat dirumah sakit
3) Obat-obat yang digunakan/riwayat Pengobatan
4) Riwayat kontak dengan penderita TBC
5) Alergi
6) Daya tahan yang menurun.
7) Imunisasi/Vaksinasi : BCG
Riwayat Penyakit Sekarang (Tanda dan gejala klinis TB serta terdapat benjolan/bisul
pada tempat-tempat kelenjar seperti: leher, inguinal, axilla dan sub mandibula)
Riwayat Keluarga (adakah yang menderita TB atau Penyakit Infeksi lainnya, Biasanya
keluarga ada yang mempunyai penyakit yang sama
Riwayat Kesehatan Lingkungan dan sosial ekonomi
1) Lingkungan tempat tinggal (Lingkungan kurang sehat (polusi, limbah), pemukiman
yang padat, ventilasi rumah yang kurang, jumlah anggota keluarga yang banyak), pola
sosialisasi anak.
2) Kondisi rumah
3) Merasa dikucilkan
4) Aspek psikososial (Tidak dapat berkomunikasi dengan bebas, menarik diri)
5) Biasanya pada keluarga yang kurang mampu
6) Masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu yang lama
dan biaya yang banyak
7) Tidak bersemangat dan putus harapan.
Riwayat psikososial spiritual (Yang mengasuh, Hubungan dengan anggota keluarga,
Hubungan dengan teman sebayanya, Pembawaan secara umum, Pelaksanaan spiritual)
Pola fungsi kesehatan.
Pola persepsi sehat dan penatalaksanaan kesehatan. Keadaan umum: alergi, kebiasaan,
imunisasi. Pola nutrisi metabolik. Anoreksia, mual, tidak enak diperut, BB turun, turgor
kulit jelek, kulit kering dan kehilangan lemak sub kutan, sulit dan sakit menelan, turgor
kulit jelek. Pola eliminasi. Perubahan karakteristik feses dan urine, nyeri tekan pada
kuadran kanan atas dan hepatomegali, nyeri tekan pada kuadran kiri atas dan
splenomegali. Pola aktifitas-latihan Sesak nafas, fatique, tachicardia, aktifitas berat
timbul sesak nafas (nafas pendek). Pola tidur dan istirahat Iritable, sulit tidur, berkeringat
pada malam hari. Pola kognitif perseptual. Kadang terdapat nyeri tekan pada nodul limfa,
nyeri tulang umum, takut, masalah finansial, umumnya dari keluarga tidak mampu. Pola
persepsi diri. Anak tidak percaya diri, pasif, kadang pemarah. Pola peran hubungan Anak
menjadi ketergantungan terhadap orang lain (ibu/ayah)/tidak mandiri. Pola
seksualitas/reproduktif. Anak biasanya dekat dengan ibu daripada ayah. Pola koping
toleransi stres, Menarik diri, pasif
Pemeriksaan Fisik
Demam: sub fibril, fibril (40-41C) hilang timbul. Batuk: terjadi karena adanya iritasi
pada bronkus; batuk ini membuang/ mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk
kering sampai batuk purulen (menghasilkan sputum). Sesak nafas: terjadi bila sudah
lanjut, dimana infiltrasi radang sampai setengah paru. Nyeri dada: ini jarang ditemukan,
nyeri timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura. Malaise: ditemukan berupa
anoreksia, berat badan menurun, sakit kepala, nyeri otot dan kering diwaktu malam hari.
Pada tahap dini sulit diketahui. Ronchi basah, kasar dan nyaring. Hipersonor/timpani bila
terdapat kavitas yang cukup dan pada auskultasi memberi suara limforik. Atropi dan
retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan fibrosis. Bila mengenai pleura terjadi efusi
pleura (perkusi memberikan suara pekak). Pembesaran kelenjar biasanya multipel.
Benjolan/pembesaran kelenjar pada leher (servikal), axilla, inguinal dan sub mandibula.
Kadang terjadi abses.
Pemeriksaan Diagnostik Dan Pengobatan
1) Uji tuberkulin = uji tuberkulin (+). hipersensitifitas tipe lambat imunitas seluler
Infeksi TB
2) Foto rontgent Rutin : foto pada rongga paru. Atas indikasi: tulang, sendi, abdomen.
Rontgent paru tidak selalu khas.
3) Pemeriksaan mikrobiologis (Bakteriologis Memastikan TB. Hasil normal: tidak
menyingkirkan diagnosa TB. Hasil (+) : 10-62% dengan cara lama. Cara : cara lama
radio metrik (Bactec); PCK.
4) Pemeriksaan darah tepi (Tidak khas. LED dapat meninggi)
5) Pemeriksaan patologik anatomik. Kelenjar, hepar, pleura; atas indikasi. Sumber
infeksiAdanya kontak dengan penderita TB menambah kriteria diagnosa.
6) Lain-lain (Uji faal paru, Bronkoskopi, Bronkografi, Serologim dll)
Pengkajian TUMBANG menggunakan KMS,KKA, dan DDST
1) Pertumbuhan
a) Kaji BBL, BB saat kunjungan
b) BB normal
c) BB normal, mis : ( 6-12 tahun ) umur
d) Kaji berat badan lahir dan berat badan saat kunjungan TB = 64 x 77R = usia dalam
tahun
e) LL dan luka saat lahir dan saat kunjungan
2) Perkembangan
a) lahir kurang 3 bulan = belajar mengangkat kepala, mengikuti objek dengan mata,
mengoceh,
b) usia 3-6 bulan mengangkat kepala 90 derajat, belajar meraih benda, tertawa, dan
mengais meringis
c) usia 6-9 bulan = duduk tanpa di Bantu, tengkuarap, berbalik sendiri, merangkak,
meraih benda, memindahkan benda dari tangan satu ke tangan yang lain dan
mengeluarkan kata-kata tanpa arti.
d) usia 9-12 bulan = dapat berdiri sendiri menurunkan sesuatu mengeluarkan kat-kata,
mengerti ajakan sederhana, dan larangan berpartisipasi dalam permainan.
e) usia 12-18 bulan = mengeksplorasi rumah dan sekelilingnya menyusun 2-3 kata dapat
mengatakan 3-10 kata , rasa cemburu, bersaing
f) usia 18-24 bulan = naikturun tangga, menyusun 6 kata menunjuk kata dan hidung,
belajar makan sendiri, menggambar garis, memperlihatkan minat pada anak lain dan
bermain dengan mereka.
g) usia 2-3 tahun = belajar melompat, memanjat buat jembatan dengan 3 kotak,
menyusun kalimat dan lain-lain.
h) usia 3-4 tahun = belajar sendiri berpakaian, menggambar berbicara dengan baik,
menyebut warna, dan menyayangi saudara.
i) usia 4-5 tahun = melompat, menari, menggambar orang, dan menghitung.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas berhubungan dengan obstruksi jalan napas
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
3. Ketidak seimbangan Nutrisi : Kurang Dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan
Ketidakmampuan untuk mengabsorpsi nutrisi
4. Defisiensi Pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang proses penyakit
3. Intervensi Keperwatan

No NANDA: Nursing Diagnosis Nursing Care Plan

Nursing Outcomes Nursing


.
Classification (NOC) Interventions
Classification (NIC)
1 Ketidakefektifan Bersihan Setelah dilakukan tindakan 3160. Airway Suctioning
Jalan Nafas b.d obstruksi keperawatan selama . x
Aktivitas keperawatan:
jalan napas 24 jam klien akan:
Definisi : Ketidakmampuan untuk 1. Pastikan kebutuhan oral /
- 0403. Respiratory
membersihkan sekresi atau obstruksi tracheal suctioning
status : Ventilation
dari saluran pernafasan untuk 2. Auskultasi suara nafas
mempertahankan kebersihan jalan - 0410. Respiratory sebelum dan sesudah
nafas. status : Airway patency suctioning.
3. Informasikan pada klien dan
Batasan Karakteristik : - 0402. Respiratory
keluarga tentang suctioning
Status: Gas Exchange
Tidak ada batuk 4. Minta klien nafas dalam
- 1918. Aspiration sebelum suction dilakukan.
Suara napas tambahan Prevention, yang 5. Berikan O2 dengan
Perubahan frekuensi napas dibuktikan dengan menggunakan nasal untuk
Perubahan irama napas indikator sebagai berikut: memfasilitasi suksion
Sianosis nasotrakeal
(1-5 = tidak pernah, jarang,
Kesulitan berbicara/mengeluarkan 6. Gunakan alat yang steril
kadang-kadang, sering,
suara sitiap melakukan tindakan
atau selalu)
Penurunan bunyi napas 7. Anjurkan pasien untuk
Dispnea Kriteria Hasil : istirahat dan napas dalam
Sputum dalam jumlah yang setelah kateter dikeluarkan
berlebihan - Mendemonstrasikan dari nasotrakeal
Batuk yang tidak efektif batuk efektif dan suara 8. Monitor status oksigen
Ortopnea nafas yang bersih, tidak pasien
Gelisah ada sianosis dan dyspneu 9. Ajarkan keluarga bagaimana
Mata terbuka lebar (mampu mengeluarkan cara melakukan suksion
sputum, mampu bernafas 10. Hentikan suksion dan berikan
dengan mudah, tidak ada oksigen apabila pasien
Faktor yang berhubungan: pursed lips) menunjukkan bradikardi,
Lingkungan - Menunjukkan jalan peningkatan saturasi O2, dll.
nafas yang paten (klien
Perokok pasif
tidak merasa tercekik, 3140. Airway Management
Mengisap asap
irama nafas, frekuensi
pernafasan dalam rentang Aktivitas keperawatan:
Obstruksi jalan napas normal, tidak ada suara
1. Buka jalan nafas, guanakan
nafas abnormal)
Spasme jalan napas teknik chin lift atau jaw
Mucus dalam jumlah yang - Mampu thrust bila perlu
berlebihan mengidentifikasikan dan 2. Posisikan pasien untuk
Eksudat dalam alveoli mencegah factor yang memaksimalkan ventilasi
Materi asing dalam jumlah napas dapat menghambat jalan 3. Identifikasi pasien perlunya
Adanya jalan napas buatan nafas pemasangan alat jalan nafas
Sekresi yang tertahan/sisa sekresi buatan
Sekresi dalam bronki 4. Pasang mayo bila perlu
Fisiologis 5. Lakukan fisioterapi dada jika
perlu
Jalan napas alergik 6. Keluarkan sekret dengan
Asma batuk atau suction
Penyakit paru obstruksi kronis 7. Auskultasi suara nafas, catat
Hyperplasia dinding bronchial adanya suara tambahan
Infeksi 8. Lakukan suction pada mayo
Disfungsi neuromuskular 9. Berikan bronkodilator bila
perlu
10. Berikan pelembab udara
Kassa basah NaCl Lembab
11. Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
12. Monitor respirasi dan status
O2

2 Intoleransi aktivitas b.d kelemahan Setelah dilakukan tindakan 0180. Energy Management
umum keperawatan selama . x
Aktivitas keperawatan:
24 jam klien akan:
Definisi : Ketidakcukupan energu
1.Observasi adanya
secara fisiologis maupun psikologis - 0002. Energy
pembatasan klien dalam
untuk meneruskan atau conservation
melakukan aktivitas
menyelesaikan aktifitas yang diminta
- 0300. Self Care : 2. Dorong anak untuk
atau aktifitas sehari hari.
ADLs, yang dibuktikan mengungkapkan perasaan
Batasan karakteristik : dengan indikator sebagai terhadap keterbatasan
berikut: 3.Kaji adanya factor yang
Respons tekanan darah abnormal
menyebabkan kelelahan
terhadap aktivitas (1-5 = tidak pernah, jarang,
4.Monitor nutrisi dan sumber
Respon frekuensi jantung abnormal kadang-kadang, sering,
energi tangadekuat
terhadap aktivitas atau selalu)
5.Monitor pasien akan adanya
Perubahan EKG yang mencerminkan
Kriteria Hasil : kelelahan fisik dan emosi
aritmia
secara berlebihan
- Berpartisipasi 6. Monitor respon
Perubahan EKG yang mencerminkan
dalam aktivitas fisik tanpa kardivaskuler terhadap
iskemia
disertai peningkatan aktivitas
Ketidaknyaman setelah beraktivitas
tekanan darah, nadi dan 7. Monitor pola tidur dan
Dispnea setelah beraktivitas
RR lamanya tidur/istirahat pasien
Menyatakan merasa letih
Menyatakan merasa letih - Mampu melakukan
aktivitas sehari hari 4310. Activity Therapy
(ADLs) secara mandiri
Faktor yang berhubungan :
Aktivitas keperawatan:
Tirah baring
1. Kolaborasikan dengan
Kelemahan umum Tenaga Rehabilitasi Medik
Ketidakseimbangan antara suplai dalammerencanakan progran
dan kebutuhan oksigen terapi yang tepat.
Imobilitas 2. Bantu klien untuk
Gaya hidup monoton mengidentifikasi aktivitas
yang mampu dilakukan
3. Bantu untuk memilih
aktivitas konsisten
yangsesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi
dan social
4. Bantu untuk
mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas
yang diinginkan
5. Bantu untuk mendpatkan alat
bantuan aktivitas seperti kursi
roda, krek
6. Bantu untu mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
7. Bantu klien untuk membuat
jadwal latihan diwaktu luang
8. Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan
dalam beraktivitas
9. Sediakan penguatan positif
bagi yang aktif beraktivitas
10. Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi
diri dan penguatan
11. Monitor respon fisik, emoi,
social dan spiritual

3 Ketidak seimbangan Nutrisi : Setelah dilakukan tindakan 1100. Nutrition


Kurang Dari Kebutuhan Tubuh keperawatan selama . x Management
b.d Ketidakmampuan untuk 24 jam klien akan:
Aktivitas keperawatan:
mengabsorpsi nutrisi
- 1008. Nutritional 1. Kaji adanya alergi makanan
Status : food and Fluid 2. Kolaborasi dengan ahli gizi
Definisi : Intake nutrisi tidak cukup
Intake untuk menentukan jumlah
untuk keperluan metabolisme tubuh.
kalori dan nutrisi yang
- 1006. Weight : Body
dibutuhkan pasien.
Mass, yang dibuktikan
3. Anjurkan pasien untuk
Batasan karakteristik : dengan indikator sebagai
meningkatkan intake Fe
berikut:
Kram abdomen 4. Anjurkan pasien untuk
Nyeri abdomen (1-5 = tidak pernah, jarang, meningkatkan protein dan
Menghindari makan kadang-kadang, sering, vitamin C
Berat badan 20% atau lebih di atau selalu) 5. Berikan substansi gula
6. Yakinkan diet yang dimakan
bawah berat badan ideal
Kriteria Hasil : mengandung tinggi serat
Kerapuhan kapiler
Diare - Adanya peningkatan untuk mencegah konstipasi
Kehilangan rambut berlebihan berat badan sesuai dengan 7. Berikan makanan yang
Bising usung hiperaktif terpilih ( sudah
tujuan
Kurang makan dikonsultasikan dengan ahli
- Berat badan ideal gizi)
Kurang informasi
sesuai dengan tinggi badan8. Ajarkan pasien bagaimana
Kurang minat pada makanan
Penurunan berat badan dengan membuat catatan makanan
- Mampu
harian.
asupan makanan adekuat mengidentifikasi
Kesalahan konsepsi 9. Monitor jumlah nutrisi dan
kebutuhan nutrisi
Kesalahan informasi kandungan kalori
Membrane mukosa pucat - Tidak ada tanda 10. Berikan informasi tentang
Ketidakmampuan memakan tanda malnutrisi kebutuhan nutrisi
11. Kaji kemampuan pasien
makanan - Tidak terjadi untuk mendapatkan nutrisi
Tonus otot menurun
penurunan berat badan yang dibutuhkan
Mengeluh gangguan sensasi rasa
yang berarti
Mengeluh asupan makanan kurang
dari RDA (recommended daily 1160. Nutrition Monitoring
allowance)
Cepat kenyang setelah makan Aktivitas keperawatan:
Sariawan rongga mulut
1. BB pasien dalam batas
Steatore
normal
Kelemahan otot pengunyah
2. Monitor adanya penurunan
Kelemahan otot untuk menelan
berat badan
Faktor yang berhubungan :
3. Monitor tipe dan jumlah
Faktor biologis aktivitas yang biasa
Faktor ekonomi dilakukan
Ketidakmampuan untuk 4. Monitor interaksi anak atau
mengabsorpsi nutrisi orangtua selama makan
Ketidakmampuan untuk mencerna 5. Monitor lingkungan selama
makanan makan
Faktor psikologis 6. Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam
makan
7. Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
8. Monitor turgor kulit
9. Monitor kekeringan, rambut
kusam, dan mudah patah
10. Monitor mual dan muntah
11. Monitor kadar albumin, total
protein, Hb, dan kadar Ht
12. Monitor makanan kesukaan
13. Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
14. Monitor pucat, kemerahan,
dan kekeringan jaringan
konjungtiva
15. Monitor kalori dan intake
nuntrisi
16. Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oral.
17. Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet

4 Defisiensi Pengetahuan b.d kurang Setelah dilakukan tindakan 5602. Teaching : Disease
informasi tentang proses penyakit keperawatan selama . x Process
24 jam klien akan:
Definisi : Aktivitas keperawatan:
- 1803. Kowledge :
Ketiadaan atau defisiensi informasi 1. Berikan penilaian tentang
kognitif yang berkaitan dengan topik disease process tingkat pengetahuan pasien
tertentu. tentang proses penyakit yang
- 1805. Kowledge :
spesifik
Batasan karakteristik : health behavior, yang
2. Jelaskan patofisiologi dari
dibuktikan dengan
Perilaku hiperbola penyakit dan bagaimana hal
indikator sebagai berikut:
Ketidakdaruratan mengikuti perintah ini berhubungan dengan
Ketidakdaruratan melakukan tes (1-5 = tidak pernah, jarang, anatomi dan fisiologi, dengan
Perilaku tidak tepat (mis ; histeria, kadang-kadang, sering, cara yang tepat.
bermusuhan, agitasi, apatis) atau selalu) 3. Gambarkan tanda dan gejala
Pengungkapan masalah yang biasa muncul pada
Kriteria Hasil : penyakit, dengan cara yang
Faktor yang berhubungan :
- Pasien dan keluarga tepat
Keterbatasan kognitif
menyatakan pemahaman 4. Gambarkan proses penyakit,
Salah interpretasi informasi dengan cara yang tepat
tentang penyakit, kondisi,
Kurang pajanan
prognosis dan program 5. Identifikasi kemungkinan
Kurang minat dalam belajar penyebab, dengna cara yang
pengobatan
Kurang dapat mengingat tepat
Tidak familiar dengan sumber - Pasien dan keluarga6. Sediakan informasi pada
informasi mampu melaksanakan pasien tentang kondisi,
prosedur yang dijelaskan dengan cara yang tepat
secara benar 7. Hindari harapan yang kosong
8. Sediakan bagi keluarga
- Pasien dan keluarga
informasi tentang kemajuan
mampu menjelaskan
pasien dengan cara yang
kembali apa yang
tepat
dijelaskan perawat/tim
9. Diskusikan perubahan gaya
kesehatan lainnya
hidup yang mungkin
diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang
akan datang dan atau proses
pengontrolan penyakit
10. Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan
11. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan
12. Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat
13. Rujuk pasien pada grup atau
agensi di komunitas lokal,
dengan cara yang tepat
14. Instruksikan pasien mengenai
tanda dan gejala untuk
melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan, dengan
cara yang tepat

Daftar Pustaka :

Buleche, G.M., Butcher, H.K., & Dochterman, J.C. (Eds.). (2008). Nursing Interventions
Classification (NOC) (5th ed.). St. Louis: Mosby/Elsevier
Herdman, T. Heather. (2012). Nursing Diagnosis : Defenitions and Clasification 2012 -2014.
Jakarta : EGC.

Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M., & Swanson, E. (Eds). (2008). Nursing Outcomes
Classification (NOC) (4th ed.). St. Louis: Mosby/Elsevier
Perawatan anak sakit/ ngastiyah; editor, monica Ester-Ed.2 Jakarta: EGC.2005

Anda mungkin juga menyukai

  • BPH
    BPH
    Dokumen17 halaman
    BPH
    anggi pratama
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen2 halaman
    Daftar Isi
    anggi pratama
    Belum ada peringkat
  • Alamanda
    Alamanda
    Dokumen3 halaman
    Alamanda
    anggi pratama
    Belum ada peringkat
  • Homepage
    Homepage
    Dokumen21 halaman
    Homepage
    anggi pratama
    Belum ada peringkat
  • LP Epilepsi..
    LP Epilepsi..
    Dokumen26 halaman
    LP Epilepsi..
    anggi pratama
    Belum ada peringkat
  • Keevin
    Keevin
    Dokumen23 halaman
    Keevin
    anggi pratama
    Belum ada peringkat
  • LP Thipoid
    LP Thipoid
    Dokumen16 halaman
    LP Thipoid
    anggi pratama
    Belum ada peringkat
  • Spiro Metri
    Spiro Metri
    Dokumen4 halaman
    Spiro Metri
    Ida Sihombing
    Belum ada peringkat
  • LP HD
    LP HD
    Dokumen7 halaman
    LP HD
    anggi pratama
    Belum ada peringkat
  • MINGGU
    MINGGU
    Dokumen17 halaman
    MINGGU
    anggi pratama
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan Sle
    Laporan Pendahuluan Sle
    Dokumen13 halaman
    Laporan Pendahuluan Sle
    anggi pratama
    Belum ada peringkat
  • Pengajuan Judul Teteh
    Pengajuan Judul Teteh
    Dokumen3 halaman
    Pengajuan Judul Teteh
    anggi pratama
    Belum ada peringkat
  • Lembar Konsul
    Lembar Konsul
    Dokumen2 halaman
    Lembar Konsul
    anggi pratama
    Belum ada peringkat
  • MINGGU
    MINGGU
    Dokumen17 halaman
    MINGGU
    anggi pratama
    Belum ada peringkat
  • Batuk
    Batuk
    Dokumen12 halaman
    Batuk
    anggi pratama
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan Ca Paru/ Kanker Paru
    Laporan Pendahuluan Ca Paru/ Kanker Paru
    Dokumen19 halaman
    Laporan Pendahuluan Ca Paru/ Kanker Paru
    anggi pratama
    Belum ada peringkat
  • Homepage
    Homepage
    Dokumen21 halaman
    Homepage
    anggi pratama
    Belum ada peringkat
  • Data Mentah
    Data Mentah
    Dokumen2 halaman
    Data Mentah
    anggi pratama
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen2 halaman
    Daftar Pustaka
    anggi pratama
    Belum ada peringkat
  • Ca Paru
    Ca Paru
    Dokumen19 halaman
    Ca Paru
    anggi pratama
    Belum ada peringkat
  • ACAK2
    ACAK2
    Dokumen2 halaman
    ACAK2
    anggi pratama
    Belum ada peringkat
  • Kartu Pemantauan Kemajuan Penyelesaian Skripsi
    Kartu Pemantauan Kemajuan Penyelesaian Skripsi
    Dokumen2 halaman
    Kartu Pemantauan Kemajuan Penyelesaian Skripsi
    anggi pratama
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv-V
    Bab Iv-V
    Dokumen25 halaman
    Bab Iv-V
    anggi pratama
    Belum ada peringkat
  • BAB IV KD
    BAB IV KD
    Dokumen2 halaman
    BAB IV KD
    anggi pratama
    Belum ada peringkat
  • MINGGU
    MINGGU
    Dokumen17 halaman
    MINGGU
    anggi pratama
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv Bayu Edit
    Bab Iv Bayu Edit
    Dokumen18 halaman
    Bab Iv Bayu Edit
    anggi pratama
    Belum ada peringkat
  • Kuesioner Bayu
    Kuesioner Bayu
    Dokumen3 halaman
    Kuesioner Bayu
    anggi pratama
    Belum ada peringkat
  • Format Askep Tulip
    Format Askep Tulip
    Dokumen15 halaman
    Format Askep Tulip
    anggi pratama
    Belum ada peringkat
  • BAB I1 Basir Jadi
    BAB I1 Basir Jadi
    Dokumen37 halaman
    BAB I1 Basir Jadi
    anggi pratama
    Belum ada peringkat