Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN INDIKASI FOTO ABDOMEN 3POSISI, THORAX AP AXIAL, DAN THORAX

LATERAL

Disusun oleh:
INTAN KUSUMA DEWI
KHAIRUN NISA
MAULIA ABDI PRATIWI
MUHAMAD BISTRI
MUHAMMAD HASBI. A
NIDA KHOFIYAH
NOVI SUSANTI
NURRY CAHYANI
PIPIN ADHA SUPRIYANTO
RATU WINDI PRIHADI SEGARA
RIDHA AULIA
RIRIN MARTININGSIH
RISKI RYAN CITRA PERTIWI
RUDY DWI PURNOMO

TINGKAT I D4 REGULER A
JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
JAKARTA II
2012

ABDOMEN 3 POSISI
1. PERFORASI

Peritonitis merupakan keradangan akut maupun kronis pada peritoneum parietale, dapat terjadi
secara lokal (localized peritonitis) ataupun menyeluruh (general peritonitis). Suatu peritonitis
dapat terjadi oleh karena kontaminasi yang terus menerus oleh kuman, kontaminasi dari kuman
dengan strain yang ganas, adanya benda asing ataupun cairan bebas seperti cairan ascites akan
mengurangi daya tahan peritoneum terhadap bakteri. Omentum juga merupakan jaringan yang
penting dalam penmgontrolan infeksi dalam rongga perut. Pada perforasi ileum, maka feses cair
dan kuman-kuman segera mengkontaminir peritoneum dan setelah melewati masa inkubasi (ratarata 6-8 jam) baru menimbulkan gejala peritonitis. Tetapi ileum sebenarnya memiliki sifat
protective mechanism yaitu sifat bila suatu segemen ileum mengalami perforasi maka akan
segera segemen tadi kaan berkontraksi sedemikian rupa sehingga menutup lubang perforasi.
2. ILEUS PARALITIK

ileus paralitik adalah hilangnya peristaltik usus sementara akibat suplai saraf otonom mengalami
paralisis dan peristaltik usus terhenti sehingga tidak mampu mendorong isi sepanjang usus.

3. ILEUS OBSTRUCTION

Ileus obstruktif adalah kerusakan atau hilangnya pasase isi usus yang disebabkan oleh sumbatan
mekanik.
4. INVAGINASI

INVAGINASI adalah suatu keadaan gawat darurat akut dimana suatu segmen usus
masuk kedalam lumen usus bagian distalnya sehingga menimbulkan gejala obstruksi
kemudian Strangulasi Usus. Perjalanan penyakit ini bersifat Progresiv Insidens Dapat
terjadi pada semua umur, bahkan dapat terjadi intra uterine yang menyebabkan
INTESTINAL ATRESIA 70% terjadi pada usia < 1 th tersering usia 6 7 bulan, Lakilaki ataupun Wanita.

5. CORPUS ALIENUM

Yaitu adanya benda asing yang masuk ke dalam abdomen.


6. ATRESIA ANI

Atresia berasal dari bahasa Yunani, artinya tidak ada, trepis artinya nutrisi atau
makanan. Dalam istilah kedokteran atresia itu sendiri adalah keadaan tidak
adanya atau tertutupnya lubang badan normal atau organ tubular secara
kongenital disebut juga clausura. Dengan kata lain tidak adanya lubang di tempat
yang seharusnya berlubang atau buntunya saluran atau rongga tubuh, hal ini bisa
terjadi karena bawaan sejak lahir atau terjadi kemudian karena proses penyakit
yang mengenai saluran itu. Atresia dapat terjadi pada seluruh saluran tubuh,
misalnya atresia ani. Atresia ani yaitu tidak berlubangnya dubur. Atresia ani
memiliki nama lain yaitu anus imperforata. Jika atresia terjadi maka hampir selalu
memerlukan tindakan operasi untuk membuat saluran seperti keadaan normalnya
7. TRAUMA TUMPUL

Trauma tumpul adalah cedera atau perlukaan pada abdomen tanpa penetrasi ke
dalam ronggaperitoneum, dapat diakibatkan oleh pukulan, benturan, ledakan,
deselarasi (perlambatan), ataukompresi. Trauma tumpul kadang tidak
memberikan kelainan yang jelas pada permukaan tubuh tetapidapat
mengakibatkan kontusi atau laserasi jaringan atau organ di bawahnya. Benturan
pada traumatumpul abdomen dapat menimbulkan cedera pada organ berongga
berupa perforasi atau pada organpadat berupa perdarahan.
8. TRAUMA TAJAM

Trauma tembus dapat mengakibatkan peritonitis atau perdarahan tergantung pada


organ yang terkena. Bila terjadi perforasi dapat mengakibatkan peritonitis sampai
dengan sepsis bila mengenai organ yang berongga intraperitoneal. Rangsangan
peritoneal yang timbul sesuai dengan isi dari organ berongga tersebut, mulai dari
gaster yang bersifat kimia sampai dengan kolon yang berisi feses. Trauma tembus
juga dapat mengakibatkan perdarahan bila yang terkena adalah organ padat
seperti hepar dan limpa.

INDIKASI ABDOMEN DENGAN PERSIAPAN :


1. Vesicolithiasis

Foto pendahuluan

foto vesicolithiasis

Batu perkemihan dapat timbul pada berbagai tingkat dari sistem perkemihan (ginjal,
ureter, kandung kemih), tetapi yang paling sering ditemukan ada di dalam ginjal (Long,
1996:322).
Vesikolitiasis merupakan batu yang menghalangi aliran air kemih akibat penutupan leher
kandung kemih, maka aliran yang mula-mula lancar secara tiba-tiba akan berhenti dan
menetes disertai dengan rasa nyeri (Sjamsuhidajat dan Wim de Jong, 1998:1027).
Pernyataan lain menyebutkan bahwa vesikolitiasis adalah batu kandung kemih yang
merupakan keadaan tidak normal di kandung kemih, batu ini mengandung komponen
kristal dan matriks organik (Sjabani dalam Soeparman, 2001:377).
Vesikolitiasis adalah batu yang ada di vesika urinaria ketika terdapat defisiensi substansi
tertentu, seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat meningkat atau ketika
terdapat defisiensi subtansi tertentu, seperti sitrat yang secara normal mencegah
terjadinya kristalisasi dalam urin (Smeltzer, 2002:1460).
Vesikolithotomi adalah alternatif untuk membuka dan mengambil batu yang ada di
kandung kemih, sehingga pasien tersebut tidak mengalami ganguan pada aliran
perkemihannya (Franzoni D.F dan Decter R.M)
Pemeriksaan penunjangnya dilakukan di laboratorium yang meliputi pemeriksaan:
1. Urine

pH lebih dari 7,6 biasanya ditemukan kuman area splitting, organisme dapat
berbentuk batu magnesium amonium phosphat, pH yang rendah menyebabkan
pengendapan batu asam urat.

Sedimen : sel darah meningkat (90 %), ditemukan pada penderita dengan batu,
bila terjadi infeksi maka sel darah putih akan meningkat.

Biakan Urin : Untuk mengetahui adanya bakteri yang berkontribusi dalam proses
pembentukan batu saluran kemih.

Ekskresi kalsium, fosfat, asam urat dalam 24 jam untuk melihat apakah terjadi
hiperekskresi.

2. Darah
o

Hb akan terjadi anemia pada gangguan fungsi ginjal kronis.

Lekosit terjadi karena infeksi.

Ureum kreatinin untuk melihat fungsi ginjal.

Kalsium, fosfat dan asam urat

3. Radiologis
o

Foto BNO/IVP untuk melihat posisi batu, besar batu, apakah terjadi bendungan
atau tidak.

Pada gangguan fungsi ginjal maka IVP tidak dapat dilakukan, pada keadaan ini
dapat dilakukan retrogad pielografi atau dilanjutkan dengan antegrad pielografi
tidak memberikan informasi yang memadai.

4. USG (Ultra Sono Grafi)


Untuk mengetahui sejauh mana terjadi kerusakan pada jaringan ginjal.
5. Riwayat Keluarga
Untuk mengetahui apakah ada anggota keluarga yang menderita batu saluran kemih, jika

ada untuk mengetahui pencegahan, pengobatan yang telah dilakukan, cara mengambilan
batu, dan analisa jenis batu.
2. Urolithiasis

Urolithiasis adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya batu (urolith) atau kristalkristal pada saluran air kencing (tractus urinarius). Batu dan kristal tersebut dapat ditemukan di
ginjal, urethra, dan kebanyakan di vesika urinaria (kandung kencing). Adanya batu atau
polikristal tersebut dapat membuat iritasi saluran air kencing, akibatnya saluran tersebut rusak,
ditemukan darah bersama urin yang dapat menimbulkan rasa sakit. Polikristal ini terdiri dari
Kristal organic atau anorganik (90-95%) dan matriks organic (5-10%) dan unsur lain dalam
jumlah kecil.
Urolit berbentuk khas, tidak berupa endapan bahan Kristal yang berserakan tetapi berupa
kumpulan Kristal yang tersusun teratur dan mempunyai struktur internal yang kompleks. Dalam
praktek kasus batu dan kristal tersebut menyebabkan penyumbatan pada saluran air kencing
sehingga terjadi retensi urin. Pada irisan melintang urolit sering tampak adanya inti dan lamina.
Hal tersebut membuktikan bahwa urin yang menggenangi urolit komposisinya bervariasi dari
hari ke hari dan keadaan tersebut merupakan hal yang sangat konseptual dalam mencoba
memahami sifat fisik urolit.
Urolit (kalkuli urinaria) terbentuk dalam traktus urinarius baik di dalam pelvis maupun
diseluruh bagian traktus urinarius paling bawah. Urolit diberi nama dengan komposisi, letak
(nefrolit, renolit, uretrolit, sistolit, kalkuli vesikalis, ureterolit) atau bentuknya (halus, segi,
pyramid, berlapis-lapis, mulberry, jackstone, seperti tanduk atau bercabang). Bentuk Kristal yang
khas terutama dipengaruhi oleh struktur internal dan lingkungan Kristal terbentuk. Urolithiasis

umumnya terjadi pada anjing berumur 6 tahun, meskipun anjing berumur beberapa minggu
sampai 16 tahun juga dapat menderita urolithiasis.
Urolithiasis dapat ddi diagnose berdasarkan hasil pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan
radiologis/USG, sehingga dapat disimpulkan bahwa anjing tersebut menderita urolithiasis.
Penanganan urolithiasis dapat dilakukan dengan pembedahan ataupun tanpa pembedahan.
3.

Nefrolithiasis
Neprolithiasis adalah pembentukan btu ginjal pada saluran kemih yang letaknya di pelvis
ginjal.

Penyebab:
Disebabkan oleh peningkatan pH urin konsentrasi bahan-bahan pembentuk batu yang
tinggi di dalam darah dan urin, dan obat / kebiasaan makan tertentu, juga dapat
merangsang pembentukan batu segala sesuatu yang menghambat aliran urin dan
menyebabkan statis urin di bagian mana saja disaluran kemih, memingkatakan
kemungkinan pembentukan batu. Faktor yang mempengaruhi pembentukan batu
mencakup infeksi, statis urin, periode imobilisasi.
Tanda dan Gejala:

Pengurangan nyeri dapat di hilangkan dengan morfin/meperiden

Pengangkatan batu, pemeriksaan sistoskopik dan pasase kateter uretoral kecil


Terapi nutrisi berperan penting dalam mencegah batu renal
Terapi medikasi di berikan sesuai jenis batu, misal: batu kalsium,batu posfat, batu

urat
Terapi laser
Mungkin di perlukan tindakn bedah

Penatalaksanaan Medis:

Pengurangan nyeri dapat di hilangkan dengan morfin/meperiden


Pengangkatan batu, pemeriksaan sistoskopik dan pasase kateter uretoral kecil
Terapi nutrisi berperan penting dalam mencegah batu renal
Terapi medikasi di berikan sesuai jenis batu, misal: batu kalsium,batu posfat, batu

urat
Terapi laser
Mungkin di perlukan tindakn bedah

Prosedur Diagnostik
Selain pemeriksaan melalui anamnesis dan jasmani untuk menegakkan diagnosis, perlu di
tunjang dengan pemeriksaan radiologi laboratorium,pemeriksaan renogram
Penatalaksanaan diet

Makanan vit D harus di hindari

Garam meja dari makanan tinggi natrium harus di kurang

Masalah keperawatan yang mungkin muncul


Bila terjadi hematuria perlu di timbangkan kemungkinan keganasan apalagi bila hemeturia
terjadi tanpa nyeri. Saluran kemih yang bertahun-tahun dapat juga menyebabkan tumor yang
umunya karsinoma epidermoid, usus batu ginjal dengan hidronefrosis perlu di pertimbangkan
kemungkinan tumor ginjal mulai dari polikista hingga tumor grawitz.

4. Kanker Abdomen

Kanker pada colon ascenden, foto abdomen menggunakan bahan kontras warna. Tumor
tampak pada bagian kanan atas os.pelvis (kiri gambar)
KISTOMA OVARII
Ovarium mempunyai potensi besar untuk menjadi tumor neoplastik dan keganasan, di
samping terjadi tumor yang timbul karena fungsinya dan disebut tumor non-neoplastik.
Tumor neoplastik dapat bersifat:
Kistik ovarii dan solid tumor ovarii.
Di samping itu, terdapat tumor yang mengeluarkan hormonal, sehingga dapat mengubah
patrun menstruasi endometrium dengan menimbulkan berbagai gejala tambahan.
Gejala klinik tumor ovarium
1. Pembesaran tumor

Benjolan dan menimbulkan ketidaknyamanan.


Dapat menimbulkan gangguan miksi dan defekasi.
Gangguan sirkulasi darah menimbulkan edema tungkai.
2. Aktivitas hormonal
a. Mengganggu patrun menstruasi:
Stein leventhal:
Amenore atau oligomenore.
Hirsutisme.
Infertilitas.
Obesitas.
Granulosa sel tumor:
Hiperestrogenemia-hipermenore.
Mungkin korpus karsinoma. .
Mama hipertropi besar dan sakit.
Arenoblastoma (sertoli leyding sel tumor).
Mengeluarkan androgen.
Defeminisasi:
- Amenore, lemak tubuh berkurang. Atropi mama.
- Maskulisasiperubahan suara.
3. Gejala akibat komplikasi tumor
a. Perdarahan dalam kista:
Perlahan menimbulkan rasa sakit.
Mendadak terjadi akut abdomen.
b. Torsi tangkai kista:
- Terjadi saat hamil atau pascapartum.
- Terjadi akut abdomen.

c Robekan dinding kista:


- Trauma langsung pada kista ovarii.
- Terjadi saat torsi kista.
- Menimbulkan perdarahan dan akut abdomen.
d. Infeksi kista:
- Menimbulkan gejala dolor, kolor, dan fungsiolesa.
- Perut tegang dan panas.
- Laboratorium menunjukkan gejala infeksi.
e. Degenerasi ganas:
- Keganasan ovarium silent killer. Diketahui setelah stadia lanjut, sedangkan
perubahannya tidak jelas.
- Gejala keganasan kista ovarii:
Tumor cepat membesar.
Berbenjol-benjol.
Terdapat asites.
Tubuh bagian atas kering, sedangkan bagian bawah terjadi edema tungkai.
f. Sindrom Meig dan sindrom pseudo Meig:
- Asites hidrothorak.
- Fibroma ovarii.
Dasar diagnosis
a. Berdasarkan keluhan:
- Discomfort perut bagian bawah.
Teraba benjolan pada perut bawah.
b. Pemeriksaan teraba tumor di luar uterus:
- Terpisah dengan uterus di luar uterus atau masih melekat.

- Konsistensi kistik atau solid.


- Permukaan dapat rata atau berbenjol-benjol.
- Masih dapat digerakkan atau terfiksir.
c. Dengan pemeriksaan tambahan:
- Ultrasonografi.
- Laparoskopi.
- Parasintesis cairan asites.
- Pemeriksaan rontgen.
Prinsip menghadapi tumor ovarium
a. Operasi untuk mengambil tumor: Dapat menjadi besar.
- Kemungkinan degenerasi ganas.
b. Saat operasi dapat didahului frozen section, untuk kepastian ganas dan tindakan
operasi Iebih lanjut.
c. Hasil operasi harus dilakukan pemeriksaan PA, sehingga kepastian klasifikasi tumor
dapat ditetapkan, untuk menentukan terapi.
d. Operasi tumor ganas diharapkan debulking (sitoreductive). Pengambilan sebanyak
mungkin jaringan tumor sampai dalam Batas aman, diameter sekitar 2 cm.
- Lakukan TAH + Bil OS omentektomi.
e. Setelah mendapatkan radiasi atau kemoterapi dapat dilakukan operasi kedua, untuk
mengambil sebanyak mungkin jarirwan tumor.
f. Kistoma ovarii di atas umur 45 tahun, sebaiknya dilakukan operasi profilaksis:
- TAH + Bil SO.
- Omentektomi.

Kistoma ovarii

A. PEMERIKSAAN ABDOMEN AKUT (3 POSISI)


Abdomen
memerlukan
pemeriksaan

akut

adalah

tindakan
radiografi

segera.
pada

keadaan

sakit

Abdomen
daerah

perut

mendadak

posisi

adalah

abdomen

yang

prosedur

khususnya

untuk

memperlihatkan

kelainan

yang

terjadi

pada

tractus

digestivus

gastrointestinal yang dilakukan dalam 3 posisi pemotretan. 3 posisi tersebut


adalah abdomen AP supine, Abdomen AP setengah duduk, dan abdomen LLD.
Sedangkan tujuan dari posisi masing masing tersebut adalah
1.

Abdomen AP

: memperlihatkan ada/tidaknya penebalan/distensi

pada kolon yang disebabkan karena massa atau gas pada kolon itu.
2.

Abdomen setengan duduk : untuk menampakkan udara bebas dibawah


diafragma.

3.

Abdomen LLD

: untuk memperlihatkan air fluid level atau udara

bebas yang mungkin terjadi akibar perforasi kolon.

THORAKS PROYEKSI LATERAL

INDIKASI PEMERIKSAAN:
1. Sesak nafas

Sesak napas merupakan keluhan subyektif (keluhan yang dirasakan oleh pasien) berupa
rasa tidak nyaman, nyeri atau sensasi berat, selama proses pernapasan. Pada sesak napas,
frekuensi pernapasan meningkat di atas 24 kali per menit. Sesak napas merupakan gejala dari
suatu penyakit serius yang tidak boleh diremehkan karena dapat menyebabkan kematian. Oleh
karena itu harus dicari penyebab awal dan segera diatasi.
Sesak napas dapat digolongkan menjadi 2 kelompok besar berdasarkan penyebabnya,
yaitu organik (adanya kelainan pada organ tubuh) dan non organik (berupa gangguan
psikis yang tidak disertai kelainan fisik). Sesak napas organik tidak hanya disebabkan oleh
kelainan organ pernapasan, tetapi penyakit pada organ seperti jantung dan ginjal pun dapat
menyebabkan terjadinya keluhan sesak napas. Selain karena kelainan organ, penyakit karena
gangguan metabolisme pada kelainan ginjal, jantung, paru, dan kelainan metabolisme
lainnya seperti diabetes, dapat pula menimbulkan sesak napas.
Sesak napas karena kelainan saluran pernapasan paling sering ditemukan pada Penyakit
Paru Obstruktif Kronik (PPOK). Penyakit ini disebabkan oleh proses peradangan paru dan
ditandai dengan gangguan aliran udara dalam saluran pernapasan yang bersifat irreversible
(tidak dapat kembali kekeadaan semula). Gejala lain yang menyertai adalah batuk lama
(kronik) yang berdahak. Faktor resiko tinggi untuk menderita penyakit ini adalah perokok,
usia di atas 40 tahun, sering terpapar debu dan zat kimia dalam jumlah banyak. Pemeriksaan
yang dapat dilakukan yaitu roentgen dada, tes fungsi paru dengan spirometri, pemeriksaan

dahak (sputum), dan analisa gas darah. Cara menangani penyakit ini adalah segera berhenti
merokok pada orang perokok, mengkonsumsi obat-obatan pelega pernapasan (bronkodilator),
antiradang seperti pada golongan steroid, dan antibiotik untuk mengatasi infeksi.
2. Batuk lama, batuk darah
3. Chest pain
4. Check up

Foto roentgen thorax yang biasa digunakan untuk chek up adalah posisi PA/AP dan posisi
laterla.
5. Fraktur
6. Infeksi
7. Corpus Alienum

Dapat berupa peluru yang masuk ke dalam thorax seorang pasien.


8. Tumor
Mediastinum adalah ruang di dalam rongga dada di antara kedua paru-paru .
Mediastinum adalah daerah di dalam dada diantara kedua paru. Ruang ini dibagi mediastinum
superior dan inferior oleh garis imaginer yang ditarik ke belakang dari angulus sternalis
(manubrium dengan corpus sterni) ke vertebra thorachal IV.

Tumor mediastinum adalah tumor yang terdapat di dalam mediastinum yaitu rongga yang
berada diantara paru kanan dan kiri. Mediastinum berisi jantung, pembuluh darah arteri,
pembuluh darah vena, trakea, kelenjar timus, syaraf, jaringan ikat, kelenjar getah bening dan
salurannya.
Rongga mediastinum ini sempit dan tidak dapat diperluas, maka pembesaran tumor dapat
menekan organ di dekatnya dan dapat menimbulkan kegawatan yang mengancam jiwa.
Kebanyakan tumor mediastinum tumbuh lambat sehingga pasien sering datang setelah tumor
cukup besar, disertai keluhan dan tanda akibat penekanan tumor terhadap organ sekitarnya.
Secara garis besar mediastinum dibagi atas 4 bagian penting :

a. Mediastinum superior, mulai pintu atas rongga dada sampai ke vertebra torakal ke-5 dan
bagian bawah sternum
b. Mediastinum anterior, dari garis batas mediastinum superior ke diafargma di depan
jantung.
c. Mediastinum posterior, dari garis batas mediastinum superior ke diafragma di belakang
jantung.
d. Mediastinum medial (tengah), dari garis batas mediastinum superior ke diafragma di antara
mediastinum anterior dan posterior.
Secara umum diagnosis tumor mediastinum ditegakkan sebagai berikut:
A. Gambaran Klinis
A. Anamnesis
Tumor mediastinum sering tidak memberi gejala dan terdeteksi pada saat dilakukan foto
thoraks. Untuk tumor jinak, keluhan biasanya mulai timbul bila terjadi peningkatan ukuran
tumor yang menyebabkan terjadinya penekanan struktur mediastinum, sedangkan tumor
ganas dapat menimbulkan gejala akibat penekatan atau invasi ke struktur mediastinum.
Gejala dan tanda yang timbul tergantung pada organ yang terlibat:

batuk, sesak, atau stridor muncul bila terjadi penekanan atau invasi pada trakea dan

atau bronkus utama,


disfagia muncul bila terjadi penekanan atau invasi ke esofagus,
sindrom vena kava superior (SVKS) lebih sering terjadi pada tumor mediastinum yang

ganas dibandingkan dengan tumor jinak,


suara serak dan batuk kering muncul bila nervus laringel terlibat, paralisis diafragma

timbul apabila penekanan nervus frenikus,


nyeri dinding dada muncul pada tumor neurogenik atau pada penekanan sistem syaraf.
B. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik akan memberikan informasi sesuai dengan lokasi, ukuran dan keterbatasan
organ lain, misalnya telah terjadi penekanan ke organ sekitarnya.
Kemungkinan tumor mediastinum dapat dipikirkan atau dikaitkan dengan beberapa keadaan
klinis lain, misalnya:

miastenia gravis mungkin menandakan timoma


limfadenopati mungkin menandakan limfoma

C. Prosedur Radiologi

Dari foto toraks PA/ lateral sudah dapat ditentukan lokasi tumor, anterior, medial atau
posterior, tetapi pada kasus dengan ukuran tumor yang besar sulit ditentukan lokasi yang
pasti.
Secara umum faktor-faktor yang dianggap sebagai penyebab tumor adalah:
1.

Penyebab kimiawi
Di berbagai negara ditemukan banyak tumor kulit pada pekerja pembersih cerobong asap. Zat
yang mengandung karbon dianggap sebagai penyebabnya.

2.

Faktor genetik (biomolekuler)


perubahan genetik termasuk perubahan atau mutasi dalam gen normal dan pengaruh protein
bisa menekan atau meningkatkan perkembangan tumor.

3. Faktor fisik
Secara fisik, tumor berkaitan dengan trauma/pukulan berulang-ulang baik trauma fisik
maupun penyinaran. Penyinaran bisa berupa sinar ultraviolet yang berasal dari sinar matahari
maupun sinar lain seperti sinar X (rontgen) dan radiasi bom atom.
4. Faktor nutrisi
Salah satu contoh utama adalah dianggapnya aflaktosin yang dihasilkan oleh jamur pada
kacang dan padi-padian sebagai pencetus timbulnya tumor.
5. Penyebab bioorganisme
Misalnya virus, pernah dianggap sebagai kunci penyebab tumor dengan ditemukannya
hubungan virus dengan penyakit tumor pada binatang percobaan. Namun ternyata konsep itu
tidak berkembang lanjut pada manusia.
6. Faktor hormon
Pengaruh hormon dianggap cukup besar, namun mekanisme dan kepastian peranannya belum
jelas. Pengaruh hormone dalam pertumbuhan tumor bisa dilihat pada organ yang banyak
dipengaruhi oleh hormone tersebut.

9. Efusi pleura
Efusi pleura sebagian kecil ditunjukan oleh tingkat udara atau cairan yang berapa pada rongga
pleura (paru-paru) atau jumlah udara yang sedikit dalam cavitas pleura itu menunjukan
kemungkinan terjadi pnemothoraks.
A. PENYEBAB

Dalam keadaan normal, cairan pleura dibentuk dalam jumlah kecil untuk melumasi permukaan
pleura (pleura adalah selaput tipis yang melapisi rongga dada dan membungkus paru-paru).
Bisa terjadi 2 jenis efusi yang berbeda:
1. Efusi pleura transudativa, biasanya disebabkan oleh suatu kelainan pada tekanan normal
di dalam paru-paru. Jenis efusi transudativa yang paling sering ditemukan adalah gagal
jantung kongestif.
2. Efusi pleura eksudativa terjadi akibat peradangan pada pleura, yang seringkali
disebabkan oleh penyakit paru-paru. Kanker, tuberkulosis dan infeksi paru lainnya, reaksi
obat, asbetosis dan sarkoidosis merupakan beberapa contoh penyakit yang bisa
menyebabkan efusi pleura eksudativa.
Penyebab lain dari efusi pleura adalah:

Gagal jantung
Kadar protein darah yang rendah
Sirosis (perusakan jaringan hati normal yang meninggalkan jaringan parut yang tidak
berfungsi di sekeliling jaringan hati yang masih berfungsi).

Pneumonia
Blastomikosis
Koksidioidomikosis (penyakit infeksi yang disebabkan oleh jamur Coccidioides immitis,

yang biasanya menyerang paru-paru).


Tuberkulosis
Histoplasmosis (Infeksi dengan gejala demam tidak teratur dan radang saluran napas).
Kriptokokosis
Abses dibawah diafragma
Artritis rematoid
Pankreatitis
Emboli paru
Tumor
Lupus eritematosus sistemik
Pembedahan jantung
Cedera di dada
Obat-obatan (hidralazin, prokainamid, isoniazid, fenitoin,klorpromazin, nitrofurantoin,

bromokriptin, dantrolen, prokarbazin)


Pemasanan selang untuk makanan atau selang intravena yang kurang baik.

B. GEJALA
Gejala yang paling sering ditemukan (tanpa menghiraukan jenis cairan yang terkumpul ataupun
penyebabnya) adalah sesak nafas dan nyeri dada (biasanya bersifat tajam dan semakin
memburuk jika penderita batuk atau bernafas dalam). Kadang beberapa penderita tidak
menunjukkan gejala sama sekali. Gejala lainnya yang mungkin ditemukan: Batuk, cegukan,
pernafasan yang cepat, nyeri perut.

THORAKS PROYEKSI AP AXIAL

Posisi ini digunakan apabila pasien tidak dapat melakukan posisi AP lordotik. Posisi ini
digunakan untuk melihat apex pulmonary Karena pada posisi PA/AP apex pulmonary
superposisi dengan ribs.
INDIKASI PEMERIKSAAN

1.

Bronchopneumonia

A. PENGERTIAN
Bronchopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus
paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak Infiltrat (Whalley and Wong, 1996).
Bronchopneumina adalah frekuensi komplikasi pulmonary, batuk produktif yang lama, tanda,
dan gejalanya biasanya suhu meningkat, nadi meningkat, pernapasan meningkat (Suzanne G.
Bare, 1993). Bronchopneumonia disebut juga pneumoni lobularis, yaitu radang paru-paru
yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, dan benda-benda asing (Sylvia Anderson, 1994).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
Bronkopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus paruparu yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat yang disebabkan oleh bakteri, virus,
jamur, dan benda asing.
B. ETIOLOGI
1. Bakteri : Diplococus Pneumonia, Pneumococcus, Stretococcus Hemoliticus Aureus,
Haemophilus Influenza, Basilus Friendlander (Klebsial Pneumoni), Mycobacterium
Tuberculosis.
2. Virus : Respiratory syntical virus, virus influenza, virus sitomegalik.
3. Jamur : Citoplasma Capsulatum, Criptococcus Nepromas, Blastomices Dermatides,
Cocedirides Immitis, Aspergillus Sp, Candinda Albicans, Mycoplasma Pneumonia.
Aspirasi benda asing.
4. Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya Bronchopnemonia adalah daya tahan tubuh
yang menurun misalnya akibat malnutrisi energi protein (MEP), penyakit menahun,
pengobatan antibiotik yang tidak sempurna.

C. PATOFISIOLOGI
Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya disebabkan oleh virus
penyebab Bronchopneumonia yang masuk ke saluran pernafasan, sehingga terjadi peradangan
broncus dan alveolus. Inflamasi bronkus ditandai adanya penumpukan sekret, sehingga terjadi
demam, batuk produktif, ronchi positif, dan mual. Bila penyebaran kuman sudah mencapai
alveolus maka komplikasi yang terjadi adalah kolaps alveoli, fibrosis, emfisema, dan
atelektasis.
Kolaps alveoli akan mengakibatkan penyempitan jalan napas, sesak napas, dan napas
ronchi. Fibrosis bisa menyebabkan penurunan fungsi paru dan penurunan produksi surfaktan
sebagai pelumas yang berpungsi untuk melembabkan rongga fleura. Emfisema ( tertimbunnya
cairan atau pus dalam rongga paru ) adalah tindak lanjut dari pembedahan. Atelektasis
mengakibatkan peningkatan frekuensi napas, hipoksemia, acidosis respiratori, pada klien
terjadi sianosis, dispnea dan kelelahan yang akan mengakibatkan terjadinya gagal napas.
Secara singkat patofisiologi dapat digambarkan pada skema proses.

2.

TB paru

Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium
tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga
sebagai Batang Tahan Asam (BTA).

Bakteri Mikobakterium tuberkulosa


A. Cara Penularan Penyakit TBC
Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri
Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada anakanak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering
masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama
pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh
darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itu, infeksi TBC dapat menginfeksi hampir
seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah
bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paruparu.

B. Gejala Penyakit TBC


Gambaran secara klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit
untuk menegakkan diagnosa secara klinik.
Gejala sistemik/umum

Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari
disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat
hilang timbul.

Penurunan nafsu makan dan berat badan.

Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).

Perasaan tidak enak (malaise), lemah.

Gejala khusus

Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus
(saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang
membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.

Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan
sakit dada.

Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat
dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar
cairan nanah.

Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai
meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan
kesadaran dan kejang-kejang.

3.

Bronkhitis

Bronkitis atau yang dalam istilah medisnya disebut sebagai bronchitis adalah suatu
peradangan pada bronkus, yaitu saluran udara ke paru-paru. Bronkitis adalah peradangan pada
selaput lendir bronkus, saluran udara yang membawa aliran udara dari trakea ke dalam paruparu. Bronkitis dapat dibagi menjadi dua kategori, akut dan kronis, masing-masing memiliki
etiologi yang unik, patologi, dan terapi. Bronkitis akut ditandai oleh perkembangan batuk,
dengan atau tanpa produksi sputum, lendir yang ekspektorasi (batuk) dari saluran pernapasan.
Biasanya bronkitis bersifat ringan dan seiring berjalannya waktu bisa sembuh dengan
sendirinya. Tetapi pada penderita berusia lanjut dan yang memiliki penyakit menahun seperti
jantung atau paru-paru. bronkitis bisa menjadi penyakit yang serius.
A. Penyebab Bronkitis
Bronkitis bisa disebabkan oleh virus, bakteri, dan organisme yang menyerupai bakteri
(mycoplasma pneumoniae dan chlamydia). Serangan bronkitis berulang bisa terjadi pada
perokok dan penderita penyakit paru-paru, serta penyakit pada saluran pernafasan menahun.
Infeksi berulang bisa merupakan akibat dari: sinusitis kronis, bronkiektasis, alergi, pembesaran
amandel dan adenoid pada anak-anak. Sedangkan bronkitis iritatif bisa disebabkan oleh:
berbagai jenis debu asap dari asam kuat, amonia, beberapa pelarut organik, klorin, hidrogen
sulfida, dan bromin polusi udara yang menyebabkan iritasi ozon dan nitrogen dioksida
tembakau dan rokok lainnya.
B. Gejala-Gejala Bronkitis

batuk berdahak (dahaknya bisa berwarna kemerahan)

sesak

nafas

ketika

melakukan

olah

raga

atau

aktifitas

ringan

sering menderita infeksi pernafasan (misalnya flu)

bengek

lelah

pembengkakan

pada

pergelangan

kaki,

kaki

dan

tungkai

kanan-kiri

wajah, telapak tangan atau selaput lendir berwarna kemerahan

pipi tampak kemerahan

sakit kepala

gangguan penglihatan

Bronkitis infeksioda seringkali dimulai dengan gejala seperti pilek, hidung meler, lelah,
mengigil, sakit punggung, nyeri otot, demam ringan, dan nyeri tenggorokan.
Batuk biasanya merupakan tanda dimulainya bronkitis. Pada awalnya batuk tidak berdahak.
Tetapi 1-2 hari kemudian akan mengeluarkan dahak berwarna putih atau kuning. Selanjutnya
dahak

akan

bertambah

banyak,

berwarna

kuning

atau

hijau.

Pada bronkitis berat, setelah sebagian besar gejala lainnya membaik, kadang terjadi demam
tinggi selama 3-5 hari. Sesak nafas terjadi jika saluran udara tersumbat. Sering ditemukan
bunyi nafas mengi terutama setelah batuk.
C. Diagnosa
Diagnosis bronkitis biasanya ditegakkan berdasarkan gejala terutama dari adanya lendir.
Pada pemeriksaan dengan menggunakan stetoskop akan terdengar bunyi bronki atau bunyi
pernafasan yang tidak normal. Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan adalah: Tes fungsi
paru-paru, Gas darah arteri, Rontgen dada.
4. Atelektasis
Atelektasis sebenarnya bukan merupakan suatu jenis penyakit melainkan suatu keadaan
yang berhubungan dengan adanya proses penyakit parenkim paru. Atelektasis sering dikaitkan
dengan terjadinya kolaps alveolus, lobus, atau unit paru yang lebih besar.
Atelektasis

mungkin

disebabkan

oleh

obstruksi

bronkhus.

Obstruksi

tersebut

mengganggu jalannya udara dari dan ke alveoli yang normalnya menerima udara melalui

bronkhus. Udara alveolar yang terperangkap terserap kembali ke pembuluh darah tetapi udara
luar tidak dapat menggantikan udara yang diserap karena obstruksi. Akibatnya, bagian paru
yang terisolasi mengalami kekurangan udara dan ukurannya menyusut. Hal ini menyebabkan
bagian paru lainnya (sisanya) mengembang secara berlebihan. Secara istilah pengertian
atelektasis adalah kolaps alveoli.
Obstruksi bronkhial karena adanya benda asing atau sumbatan eksudat kental yang
mengganggu saluran pernapasan dan menghambat udara masuk ke zona alveolus dapat
menyebabkan atelektasis. Udara yang berada dalam alveolus menjadi sulit untuk keluar dari
alveolus dan akan terabsorbsi sedikit demi sedikit ke aliran darah yang menyebabkan alveolus
kolaps (untuk mengembangkan alveolus yang kolaps total diperlukan tekanan udara yang
lebih besar seperti halnya seseorang harus meniup balon lebih keras pada waktu mulai
mengembangkan balon). Mekanisme ini dikenal dengan atelektasis absorpsi dan dapat
disebabkan oleh obstruksi bronkhus intrinsik atau ekstrinsik.
Atelektasis juga dapat terjadi akibat tekanan pada jaringan paru yang menghambat
ekspansi normal paru pada saat inspirasi. Mekanisme ini disebut dengan atelektasis tekanan.
Proses tekanan tersebut dapat diakibatkan oleh adanya penumpukan cairan di dalam thoraks
(efusi pleura), udara di dalam rongga pleura (pneumothoraks), pembesaran jantung, distensi
perikardium oleh cairan (efttsi perikardial), pertumbuhan tumor di dalam thoraks, atau
kenaikan diafragma ke arah atas akibat adanya tekanan abdominal yang dialami klien.
Atelektasis yang disebabkan oleh tekanan
sering ditemukan pada klien dengan efusi
pleura akibat gagal jantung atau infeksi
pleura. Atelektasis juga sering menjadi
salah satu tanda utama tumor bronkhi.

Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan

radiologis

pada

atelektasis dengan penyebab TB paru sering ditemukan adanya infiltrat khas TB paru dan
gambaran adanya atelektasis paru.

1. Fibrosis paru

Fibrosis paru bukanlah nama suatu penyakit melainkan istilah patologi yang menyatakan
adanya jaringan pengikat dalam jumlah yang berlebihan. Fibrosis timbul akibat perbaikan
jaringan sebagai mekanisme lanjutan pada penyakit paru yang menimbulkan peradangan atau
nekrosis. Jenis fibrosis paru yang paling sering ditemukan adalah fibrosis lokal pada parenkim
paru akibat keadaan yang disebabkan oleh tuberkulosis, abses paru, bronkhiektasis, atau
pneumonia yang tidak teratasi. Kadang-kadang fibrosis paru dapat secara difus menyerang
parenkim paru, terutama pada septum interalveolar. Tidak seperti pada fibrosis lokal, fibrosis
paru difus merupakan kelainan yang menyebabkan kecacatan dan sering kali fatal. Terjadinya
fibrosis paru difus menunjukkan stadium akhir penyakit paru, baik yang sebabnya diketahui
maupun yang belum diketahui (Snteltzcr dan Bare, 2002).
2.

Trauma

Trauma adalah cedera/rudapaksa atau kerugian psikologis atau emosional (Dorland,


2002). Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akibat gangguan
emosional yang hebat (Brooker, 2001).
Penyalahgunaan alkohol dan obat telah menjadi faktor implikasi pada trauma tumpul dan
tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2001).
Trauma dada adalah trauma tajam atau tembus thoraks yang dapat menyebabkan
tamponade jantung, perdarahan, pneumothoraks, hematothoraks, hematompneumothoraks
(FKUI, 1995). Trauma thorax adalah semua ruda paksa pada thorax dan dinding thorax, baik
trauma atau ruda paksa tajam atau tumpul. (Hudak, 1999).
Di dalam thorax terdapat dua organ yang sangat vital bagi kehidupan manusia, yaitu paruparu dan jantung. Paru-paru sebagai alat pernapasan dan jantung sebagai alat pemompa darah.
Jika terjadi benturan atau trauma pada dada, kedua organ tersebut bisa mengalami gangguan
atau bahkan kerusakan (www.iwansain.wordpress.com).
1. Tamponade jantung : disebabkan luka tusuk dada yang tembus ke mediastinum/daerah
jantung.
2. Hematotoraks : disebabkan luka tembus toraks oleh benda tajam, traumatik atau spontan.
3. Pneumothoraks : spontan (bula yang pecah) ; trauma (penyedotan luka rongga dada) ;
iatrogenik (pleural tap, biopsi paaru-paru, insersi CVP, ventilasi dengan tekanan
positif) (FKUI, 1995).

Anda mungkin juga menyukai