BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker adalah penyakit gen. Sebuah sel normal dapat menjadi sel kanker
apabila oleh berbagai sebab terjadi ketidakseimbangan antara fungsi onkogen
dengan gen tumor supresor dalam proses tumbuh dan kembang sebuah sel.
Perubahan atau mutasi gen menyebabkan terjadinya hiperekspresi onkogen dan
atau kurang/hilangnya fungsi gen tumor supresor menyebabkan sel tumbuh dan
berkembang tak terkendali.1
Kanker paru dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan di paru,
mencakup keganasan yang berasal dari paru sendiri maupun keganasan dari luar
paru (metastasis tumor di paru). Kanker paru adalah tumor ganas paru primer yang
berasal dari saluran napas atau epitel bronkus. Terjadinya kanker ditandai dengan
pertumbuhan sel yang tidak normal, tidak terbatas, dan merusak sel-sel jaringan yang
normal. Proses keganasan pada epitel bronkus didahului oleh masa pra kanker.
Perubahan pertama yang terjadi pada masa prakanker disebut metaplasia skuamosa
yang ditandai dengan perubahan bentuk epitel dan menghilangnya silia. 1,2
kesintasan 5 tahun untuk semua stadium kanker paru yang digabungkan adalah
sekitar 14% bahkan, pasien dengan penyakit terbatas di paru memiliki angka
kesintasan 5 tahun hanya sekitar 45%.5
Penegakkan diagnosis kanker paru membutuhkan keterampilan dan sarana
yang tidak sederhana dan memerlukan pendekatan multidisiplin kedokteran.
Pengobatan atau penatalaksanaan penyakit ini sangat bergantung pada kecekatan
ahli paru untuk mendapatkan diagnosis pasti. Penemuan kanker paru pada stage
dini akan sangat membantu penderita untuk memperoleh kualitas hidup yang lebih
baik dalam perjalanan penyakitnya.1
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui definisi
kanker paru, etiologi kanker paru, histopatologi kanker paru, patofisiologi kanker
paru, gambaran klinis kanker paru, diagnosis kanker paru, stadium kanker paru
dan penatalaksanaan kanker paru.
1.3 Manfaat Penulisan
1.3.1 Bagi Penulis
Penulis mampu memahami kanker paru sampai penatalaksanaannya
sehingga dapat menambah wawasan yang dapat bermanfaat dalam
melaksanakan pelayanan.
1.3.2 Bagi Pembaca
Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat menjadi sumber referensi
yang dapat digunakan sebagai penunjang kegiatan serta sebagai bekal
pengetahuan yang bermanfaat dalam melaksanakan pelayanan kelak.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Kanker Paru
Kanker adalah salah satu jenis penyakit dimana sekelompok sel tumbuh
tidak terkendali membelah melebihi normal, menyusup kedalam jaringan
sekitarnya dan merusak jaringan tersebut, dan kadang menyebar (metastasis) ke
berbagai bagian tubuh melalui cairan limfe dan darah.6
Kanker Paru adalah tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus atau
karsinoma bronkus (bronchogenic carcinoma).1
2.2 Etiologi dan Faktor Resiko Kanker Paru
Seperti umumnya kanker yang lain, penyebab pasti kanker paru belum
diketahui, tapi paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat
karsinogenik merupakan faktor penyebab utama selain adanya faktor lain seperti
kekebalan tubuh, genetik, dan lain-lain.4
a. Rokok
Dari beberapa kepustakaan telah dilaporkan bahwa etiologi kanker paru
sangat berhubungan dengan kebiasaan merokok. Terdapat hubungan antara rata-rata
jumlah rokok yang dihisap per hari dengan tingginya insiden kanker paru. Rokok
mengandung lebih dari 4000 bahan kimia, diantaranya telah diidentifikasi dapat
menyebabkan kanker. Kejadian kanker paru pada perokok dipengaruhi oleh usia
mulai merokok, jumlah batang rokok yang diisap setiap hari, lamanya kebiasaan
merokok, dan lamanya berhenti merokok.2,4
Dikatakan bahwa 1 dari 9 perokok berat akan menderita kanker paru. Anakanak yang terpapar asap rokok selama 25 tahun pada usia dewasa akan terkena resiko
kanker paru dua kali lipat dibandingkan dengan yang tidak terpapar dan perempuan
yang hidup dengan suami perokok juga terkena resiko kanker paru 2-3 kali lipat.
Diperkirakan 25% kanker paru dari non-perokok berasal dari perokok pasif. 4
b. Paparan zat karsinogen
Asbestos, sering menimbulkan mesotelioma. Risiko kanker paru baik akibat
kontak dengan asbes maupun uranium meningkat kalau orang tersebut juga
merokok.
Radiasi ion pada pekerja tambang uranium
Radon, arsen, kromium, nikel, polisiklik hidrokarbon, vinil klorida. 2,4
c. Polusi udara
Pasien kanker paru lebih banyak di daerah urban yang banyak polusi
udaranya dibandingkan yang tinggal di daerah rural. Kematian akibat kanker paru
jumlahnya dua kali lebih banyak di daerah perkotaan dibandingkan dengan daerah
pedesaan. Bukti statistik juga menyatakan bahwa penyakit ini lebih sering ditemukan
pada masyarakat dengan kelas tingkat sosial ekonomi yang paling rendah dan
berkurang pada mereka dengan kelas yang lebih tinggi. Suatu karsinogen yang
ditemukan dalam udara polusi (juga ditemukan pada asap rokok) adalah 3,4
benzpiren.2,4
d. Diet
Beberapa penelitian melaporkan bahwa rendahnya konsumsi terhadap betakarotene,
selenium, dan vitamin A menyebabkan tingginya risiko terkena kanker paru. 4
e. Genetik
Terdapat perubahan/mutasi beberapa gen yang berperan dalam kanker paru,
yakni : proto oncogen, tumor suppressor gene dan gene encoding enzyme. 4
Teori onkogenesis
Terjadinya kanker paru didasari perubahan tampilnya gen supresor tumor
dalam genom (onkogen). Adanya inisiator mengubah gen supresor tumor dengan cara
menghilangkan (delesi) atau penyisipan (insersi) sebagian susunan pasangan basanya.
Tampilnya gen erbB1 atau neu/erbB2 berperan dalam anti apoptosis (programmed
cell death). Perubahan tampilan gen kasus ini menyebabkan sel sasaran, dalam hal ini
sel paru, berubah menjadi sel kanker dengan sifat pertumbuhan yang otonom. 4
Rokok selain sebagai inisiator juga merupakan promotor dan progresor yang
diketahui sangat berkaitan dengan terjadinya kanker paru. Dengan demikian kanker
merupakan penyakit genetik yang pada permulaan terbatas pada sel sasaran kemudian
menjadi agresif pada jaringan sekitarnya bahkan mengenai organ lain. 4
Foto toraks : Pada pemeriksaan foto toraks PA/lateral akan dapat dilihat
bila masa tumor dengan ukuran tumor lebih dari 1 cm. Tanda yang
mendukung keganasan adalah tepi yang ireguler, disertai identasi pleura,
tumor satelit tumor, dan lain-lain. Pada foto tumor juga dapat ditemukan
telah invasi ke dinding dada, efusi pleura, efusi perikar dan metastasis
intrapulmoner. Sedangkan keterlibatan KGB untuk menentukan N agak
metastasis intrapulmoner.
Pemeriksaan radiologik lain : Kekurangan dari foto toraks dan CT-scan
toraks adalah tidak mampu mendeteksi telah terjadinya metastasis jauh.
Untuk itu dibutuhkan pemeriksaan radiologik lain, misalnya Brain-CT
untuk mendeteksi metastasis di tulang kepala / jaringan otak, bone scan
dan/atau bone survey dapat mendeteksi metastasis diseluruh jaringan
tulang tubuh. USG abdomen dapat melihat ada tidaknya metastasis di hati,
kelenjar adrenal dan organ lain dalam rongga perut.5
d. Pemeriksaan khusus
- Bronkoskopi : pemeriksan dengan tujuan diagnostik sekaligus dapat
dihandalkan untuk dapat mengambil jaringan atau bahan agar dapat
dipastikan ada tidaknya sel ganas. Pemeriksaan ada tidaknya masa
intrabronkus atau perubahan mukosa saluran napas, seperti terlihat kelainan
mukosa tumor misalnya, berbenjol-benjol, hiperemis, atau stinosis infiltratif,
mudah berdarah. Tampakan yang abnormal sebaiknya di ikuti dengan
tindakan biopsi tumor/dinding bronkus, bilasan, sikatan atau kerokan
bronkus.
- Biopsi aspirasi jarum : Apabila biopsi tumor intrabronkial tidak dapat
dilakukan, misalnya karena mudah berdarah, atau apabila mukosa licin
berbenjol, maka sebaiknya dilakukan biopsi aspirasi jarum, karena bilasan
dan biopsi bronkus saja sering memberikan hasil negatif.
- Transbronchial Needle Aspiration (TBNA)
TBNA di karina, atau trakea 1/1 bawah (2 cincin di atas karina) pada posisi
jam 1 bila tumor ada dikanan, akan memberikan informasi ganda, yakni
didapat bahan untuk sitologi dan informasi metastasis KGB subkarina atau
paratrakeal.
-
Jika lesi terletak di perifer dan ukuran lebih dari 2 cm, TTB dengan bantuan
flouroscopic angiography. Namun jika lesi lebih kecil dari 2 cm dan terletak
di sentral dapat dilakukan TTB dengan tuntunan CTscan.
-
Biopsi lain
Biopsi jarum halus dapat dilakukan bila terdapat pembesaran KGB atau
teraba masa yang dapat terlihat superfisial. Biopsi KGB harus dilakukan bila
teraba pembesaran KGB supraklavikula, leher atau aksila, apalagi bila
diagnosis sitologi/histologi tumor primer di paru belum diketahui. Punksi dan
Klasifikasi histologis kanker paru sel tidak kecil (NSCLC) menurut WHO
tahun 2004 yang dapat dibagi atas:2,4
1. Karsinoma sel skuamosa/karsinoma bronkogenik
Merupakan tipe histologik kanker paru yang sering ditemukan yang
berasal dari epitel bronkus. Tumor ini cenderung timbul di bagian sentral
bronkus lalu menyebar ke kelenjar hilus. Mempunyai cirri khas proses
kreatinisasi dan pembentukan bridge intraselular. Lebih sering pada lakilaki daripada perempuan.
2. Adenokarsinoma
Khas dengan bentuk formasi glandular dan kecenderungan kearah
pembentukan konfigurasi papiler. Biasanya membentuk musin, sering
tumbuh dari bekas kerusakan jaringan paru (scar). Dengan penanda tumor
CEA (Carcinoma Embriogenic Antigen) karsinoma ini dibedakan dari
mesotelioma.
3. Karsinoma bronchoalveolar
Subtipe dari adenokarsinoma, meliputi permukaan alveolar tanpa
menginvasi atau merusak jaringan paru.
4. Karsinoma sel besar
Suatu subtipe yang gambaran histologisnya dibuat secara ekslusi.
Termasuk NSCLC tapi tak ada gambaran diferensiasi skuamosa atau
glandular, sel bersifat anaplastik, tak berdiferensiasi, biasanya disertai
dengan infiltrasi sel netrofil.
2.5 Stadium Klinis
Pembagian stadium klinis kanker paru berdasarkan sistem TNM menurut
International Union Against (IUAC)/The American Joint Comittee on Cancer (AJCC)
1997 adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1. Stadium Klinis Kanker Paru.1,2,3,4,7
STADIUM
Karsinoma tersembunyi
Stadium 0
Stadium IA
Stadium IB
Stadium IIA
TNM
Tx, N0, M0
Tis, N0, M0
T1, N0, M0
T2, N0, M0
T1, N1, M0
Stadium IIB
Stadium IIIA
Stadium IIIB
T2, N1, M0
T3, N1, M0
T berapa pun, N3, M0
T4, N berapa pun, M0
T berapa pun, N berapa pun, M1
Stadium IV
Keterangan :
Status Tumor Primer (T)
T0 : Tidak terbukti adanya tumor primer.
Tx : Kanker yang tersembunyi terlihat pada sitologi bilasan bronkus, tetapi tidak
terlihat pada radiogram atau bronkoskopi.
Tis : Karsinoma in situ.
T1 : Tumor berdiameter 3 cm dikelilingi paru atau pleura viseralis yang normal.
T2 : Tumor berdiameter > 3 cm atau ukuran berapa pun yang sudah menyerang
pleura viseralis atau mengakibatkan ateletaksis yang meluas ke hilus; harus
berjarak > 2 cm distal dari karina.
T3 : Tumor ukuran berapa saja yang langsung meluas ke dinding dada, diafragma,
pleura mediastinalis, dan perikardium parietal atau tumor di bronkus utama
yang terletak 2 cm dari distal karina, tetapi tidak melibatkan karina, tanpa
mengenai jantung, pembuluh darah besar, trakea, esofagus, atau korpus
vertebra.
T4 : Tumor ukuran berapa saja dan meluas ke mediastinum, jantung, pembuluh
darah besar, trakea, esofagus, korpus vertebra, rongga pleura/perikardium
yang disertai efusi pleura/perikardium, satelit nodul ipsilateral pada lobus
yang sama pada tumor primer.
Keterlibatan Kelenjar Getah Bening Regional (N)
N0 : Tidak dapat terlihat metastasis pada kelenjar getah bening regional.
N1 : Metastasis pada peribronkial dan/atau kelenjar hilus ipsilateral.
N2 : Metastasis pada mediastinal ipsilateral atau kelenjar getah bening subkarina.
N3 : Metastasis pada mediastinal atau kelenjar getah bening hilus kontralateral; kelenjar
getah bening skalenus atau supraklavikular ipsilateral atau kontralateral.
10
Pengobatan kanker paru adalah combined modality therapy (multimodaliti terapi). Kenyataanya pada saat pemilihan terapi, sering bukan hanya
diharapkan pada jenis histologis, derajat dan tampilan penderita saja tetapi juga
kondisi non-medisseperti fasiliti yang dimilikirumah sakit dan ekonomi penderita
juga merupakan faktor yang amat menentukan.1,2,3,4,7
Pembedahan
Indikasi pembedahan pada kanker paru adalah untuk KPKBSK stadium I
dan II. Pembedahan juga merupakan bagian dari combine modality therapy,
misalnya kemoterapi neoadjuvan untuk KPBKSK stadium IIIA. Indikasi lain
adalah bila ada kegawatan yang memerlukan intervensi bedah, seperti kanker paru
dengan sindroma vena kava superiror berat. Prinsip pembedahan adalah sedapat
mungkin tumor direseksi lengkap berikut jaringan KGB intrapulmoner, dengan
lobektomi maupun pneumonektomi. Segmentektomi atau reseksi baji hanya
dikerjakan jika faal paru tidak cukup untuk lobektomi. Tepi sayatan diperiksa
dengan potong beku untuk memastikan bahwa batas sayatan bronkus bebas tumor.
KGB mediastinum diambil dengan diseksi sistematis, serta diperiksa secara
patologi anatomis.
Hal penting lain yang penting dingat sebelum melakukan tindakan bedah
adalah mengetahui toleransi penderita terhadap jenis tindakan bedah yang akan
dilakukan. Toleransi penderita yang akan dibedah dapat diukur dengan nilai uji
faal paru dan jika tidak memungkin dapat dinilai dari hasil analisis gas darah
(AGD) :
Syarat untuk reseksi paru
. Resiko ringan untuk Pneumonektomi, bila KVP paru kontralateral baik, VEP1 >
60%.
. Risiko sedang pneumonektomi, bila KVP paru kontralateral > 35%, VEP1 >
60%. 1,2,3,4,7
Radioterapi
Radioterapi pada kanker paru dapat menjadi terapi kuratif atau paliatif.
Pada terapi kuratif, radioterapi menjadi bagian dari kemoterapi neoadjuvan untuk
KPKBSK stadium IIIA. Pada kondisi tertentu, radioterapi saja tidak jarang
menjadi alternatif terapi kuratif. Radiasi sering merupakan tindakan darurat yang
11
Kemoterapi
Kemoterapi dapat diberikan pada semua kasus kanker paru. Syarat utama
harus ditentukan jenis histologis tumor dan tampilan (performance status) harus
lebih dan 60 menurut skala Karnosfky atau 2 menurut skala WHO. Kemoterapi
dilakukan dengan menggunakan beberapa obat antikanker dalam kombinasi
regimen kemoterapi. Pada keadaan tertentu, penggunaan 1 jenis obat anti kanker
dapat dilakukan. 1,2,3,4,7
Prinsip pemilihan jenis antikanker dan pemberian sebuah regimen kemoterapi
adalah:
1. Platinum based therapy ( sisplatin atau karboplatin)
2. Respons obyektif satu obat antikanker s 15%
3. Toksisiti obat tidak melebihi grade 3 skala WHO
4. harus dihentikan atau diganti bila setelah pemberian 2 sikius pada penilaian
terjadi tumor progresif.
Regimen untuk KPKBSK adalah :
1. Platinum based therapy ( sisplatin atau karboplatin)
2. PE (sisplatin atau karboplatin + etoposid)
3. Paklitaksel + sisplatin atau karboplatin
12
masing masing. Ada yang menggunakan rumus antara lain, mg/kg BB, mg/luas
permukaan tubuh (BSA), atau obat yang menggunakan rumusan AUC (area under
the curve) yang menggunakan CCT untuk rumusnya.
Luas permukaan tubuh (BSA) diukur dengan menggunakan parameter
tinggi badan dan berat badan, lalu dihitung dengan menggunakan rumus atau alat
pengukur khusus (nomogram yang berbentuk mistar)
Untuk obat anti-kanker yang mengunakan AUC ( misal AUC 5), maka
dosis dihitung dengan menggunakan rumus atau nnenggunakan nomogram.
Dosis (mg) = (target AUC) x ( GFR + 25) Nilai GFR atau gromenular filtration
rate dihitung dari kadar kreatinin dan ureum darah penderita.
Evaluasi hasil pengobatan
Umumnya kemoterapi diberikan sampai 6 sikius/sekuen, bila penderita
menunjukkan respons yang memadai. Evaluasi respons terapi dilakukan dengan
melihat perubahan ukuran tumor pada foto toraks PA setelah pemberian (sikius)
kemoterapi ke-2 dan kalau memungkinkan menggunakan CT-Scan toraks setelah
4 kali pemberian. Evaluasi dilakukan terhadap
- Respons subyektif yaitu penurunan keluhan awal
- Respons semisubyektif yaitu perbaikan tampilan, bertambahnya berat badan
- Respons obyektif
- Efek samping obat
Respons obyektif dibagi atas 4 golongan dengan ketentuan
13
14
dan bahkan dapat terjadi paresis sampai paralisis otot, dengan akibat akhir
terjadinya gangguan mobilisasi/ambulasi.
Upaya rehabilitasi medik tergantung pada kasus, apakah operabel atau tidak.
- Bila operabel tindakan rehabilitasi medik adalah preventif dan restoratif.
- Bila non-operabel tindakan rehabilitasi medik adalah suportif dan paliatif.
Untuk penderita kanker paru yang akan dibedah perlu dilakukan rehabilitasi
medik prabedah dan pascabedah, yang bertujuan membantu memperoleh hasil
optimal tindakan bedah, terutama untuk mencegah komplikasi pascabedah
(misalnya: retensi sputum, paru tidak mengembang) dan mempercepat mobilisasi.
Tujuan program rehabilitasi medik untuk kasus yang nonoperabel adalah untuk
memperbaiki dan mempertahankan kemampuan fungsional penderita yang dinilai
berdasarkan skala Karnofsky. Upaya ini juga termasuk penanganan paliatif
penderita kanker paru dan layanan hospis (dirumah sakit atau dirumah). 1,2,3,4,7
EVALUASI (follow-up)
Angka kekambuhan (relaps) kanker paru paling tinggi terjadi pada 2 tahun
pertarna, sehingga evaluasi pada pasien yang telah diterapi optimal dilakukan
setiap 3 bulan sekali. Evaluasi meliputi pemeriksaan klinis dan radiologis yaitu
foto toraks PA / lateral dan Ct-scan thoraks, sedangkan pemeriksaan lain
dilakukan atas indikasi. 1,2,3,4,7
2.10 Prognosis
Yang terpenting pada prognosis kanker paru adalah menentukan stadium
penyakit. Pada kasus kanker paru jenis NSCLC yang dilakukan tindakan
pembedahan, kemungkinan hidup 5 tahun adalah 30%. Pada karsinoma in situ,
kemampuan hidup setelah dilakukan pembedahan adalah 70%, pada stadium I,
sebesar 35-40% pada stadium II, sebesar 10-15% pada stadium III, dan kurang
dari 10% pada stadium IV. Kemungkinan hidup rata-rata tumor metastasis
bervariasi dari 6 bulan sampai dengan 1 tahun. Hal ini tergantung pada status
penderita dan luasnya tumor. Sedangkan untuk kasus SCLC, kemungkinan hidup
rata-rata adalah 1-2 tahun pasca pengobatan. Sedangkan ketahanan hidup SCLC
tanpa terapi hanya 3-5 bulan.2
Angka harapan hidup 1 tahun untuk kanker paru sedikit meningkat dari 35
% pada tahun 1975-1979 menjadi 41% di tahun 2000-2003. Walaupun begitu,
15
angka harapan hidup 5 tahun untuk semua stadium hanya 15%. Angka ketahanan
sebesar 49% untuk kasus yang dideteksi ketika penyakit masih bersifat lokal,
tetapi hanya 16% kanker paru yang didiagnosis pada stadium dini (American
Cancer Society, 2008).2
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kanker Paru adalah tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus atau
karsinoma bronkus (bronchogenic carcinoma). Klasifikasi dari kanker paru
menjadi kanker paru kecil (Small Cell Lung Cancer / SCLC) dan kanker paru sel
tidak kecil (Non Small Cell Lung Cancer / NSCLC). Klasifikasi histologis kanker
paru sel tidak kecil (NSCLC) terbagi atas : Karsinoma sel skuamosa/karsinoma
bronkogenik, adenokarsinoma, karsinoma bronchoalveolar dan karsinoma sel
besar.
Gambaran klinis kanker paru tidak banyak berbeda dari penyakit paru
lainnya, terdiri dari keluhan subjektif dan gejala objektif. Dari anamnesis akan
16
didapat keluhan utama dan perjalanan penyakit serta faktor lain yang sering sangat
membantu tegaknya diagnosis.
3.2 Saran
Melihat tingginya persentase kanker paru, sangat disarankan terhadap
masyarakat untuk lebih memperhatikan kesehatannya, terutama bagi perokok.
Selain itu sebaiknya masyarakat lebih peka terhadap tanda dan gejala yang timbul
sehingga tahap pengobatan lebih efektif untuk ditangani.
DAFTAR PUSTAKA
17