PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gigi merupakan salah satu alat pencernaan yang mempunyai fungsi
sebagai alat pemotong, alat pengoyak atau perobek makanan, dan sebagai alat
pengunyah makanan. Oleh sebab itu, pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut
sangat penting dilakukan untuk mencegah kerusakan gigi seperti karies dan
penyakit periodontal (Kertasapotra dalam Jayanti, 2012).
Kesehatan gigi menjadi salah satu masalah kesehatan utama di Indonesia,
hal ini didukung oleh data Kementrian Kesehatan RI (2011) yaitu sebanyak 25,9
persen penduduk Indonesia mempunyai masalah kesehatan gigi dan mulut. Data
yang dilaporkan yakni 31,1 persen melakukan perawatan gigi dan 68,9 persen
tidak melakukan perawatan gigi. Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan
Kabupaten Jember (2013) masalah kesehatan gigi meliputi karies dan jaringan
periodontal menempati urutan ke-9 dengan persentase sebesar 2,49 persen
menurut angka kesakitan (morbiditas).
Tingginya persentase masalah kesehatan gigi disebabkan oleh faktor-faktor
antara lain struktur gigi, mikroorganisme rongga mulut, makanan, dan lamanya
waktu makanan menempel di dalam mulut (Schurus dalam Dewanti, 2012).
Faktor-faktor lain adalah usia, jenis kelamin, tingkat ekonomi, tingkat pendidikan,
lingkungan, kesadaran dan prilaku yang berhubungan dengan kesehatan gigi
(Suwelo dalam Dewanti, 2012). Hal ini didukung oleh hasil Riset Kesehatan
Dasar 2007 (Kemenkes), menunjukkan prevalensi karies gigi dalam 12 bulan
terakhir di Indonesia adalah 46,5 persen dan yang mempunyai pengalaman karies
sebesar 72,1 persen. Prevalensi karies akif kelompok umur 12 tahun sebesar 29,8
persen sedangkan pengalaman karies 36,1 persen. Besarnya kerusakan gigi yang
belum ditangani dan memerlukan penumpatan/pencabutan (RTI) pada usia 12
tahun sebesar 62,3 persen sedangkan persentasi dari jumlah gigi tetap yang sudah
di tumpat (PTI) pada usia ini baru mencapai 0,7 persen dan 26,2 persen telah
terlanjur dicabut.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui cara peningkatan pengetahuan siswa-siswi SDN Ambulu 03,
SDK Yos Sudarso dan SDN Ambulu 04 mengenai kebersihan dan
2
Gambar 1. Anatomi
Anatomi gigi:
a. Email adalah
yang
Lapisan
ini
berwarna
putih.
sangat
keras
5
Plak gigi merupakan lengketan yang berisi bakteri beserta produknya yang
terbentuk pada semua permukaan gigi. Akumulasi bakteri in i tidak dapat terjadi
secara kebetulan melainkan terbentuk melalui serangkaian tahapan. Jika email
yang bersih terpapar dirongga mulut maka akan di tutupi oleh lapisan organik
amorf yang disebut pelikel. Pelikel ini terutama terdiri dari atas glokoprotein yang
diendapkan dalam saliva dan terbentuk segera setelah penyikatan gigi. Sifatnya
sangat lengket dan mampu membantu melekatkan bakteribakteri tertentu pada
permukaan gigi.
Bakteri yang mula-mula menghuni pelikel terutama yang berbentuk kokus
yang paling banyak adalah Streptococcus mutans. Organisme tersebut tumbuh
berkembangbiak dan mengeluarkan gel ekstra sel yang lengket dan akan
menjerat berbagai bentuk bakteri yang lain. Dalam beberapa hari plak ini akan
bertambah tebal dan terdiri dari berbagai macam mikroorganisme. Streptococcus
mutans adalah penyebab utama karies pada mahkota
b. Karbohidrat Makanan
Dibutuhkan waktu minimum tertentu bagi plak dan karbohidrat yang
menempel pada gigi untuk membentuk asam dan mampu mengakibatkan
demineralisasi email. Karbohidrat ini menyediakan substrat untuk pembuatan
asam bagi bakteri dan sintesa polisakarida ekstra sel. Walaupun demikian, tidak
semua karbohidrat sama derajat kariogeniknya.
Karbohidrat yang kompleks misalnya pati relative tidak berbahaya karena
tidak dicerna secara sempurna di dalam mulut, sedangkan karbohidrat dengan
berat molekul yang rendah seperti gula akan segera meresap ke dalam plak dan
dimetabolisme dengan cepat oleh bakteri. Dengan demikian makanan dan
minuman yang mengandung gula akan menurunkan pH plak dengan cepat sampai
level yang dapat menyebabkan demineralisasi email.Plak akan tetap bersifat asam
selama beberapa waktu.
Untuk kembali ke pH normal sekitar 7 di butuhkan waktu 30 karena
sifatnya yang menempel pada email, menghasilkan dan dapat hidup di lingkungan
asam, berkembang pesat menghasilkan dan dapat hidup di lingkungan yang kaya
sukrosa dan menghasilkan bakteriosin, substansi yang dapat membunuh
organisme kompetitornya.60 menit.Oleh karena itu konsumsi gula yang sering dan
berulang ulang akan tetap menahan pH plak di bawah normal dan menyebabkan
demineralisasi email (Kidd dan Joyston, 1991).
c. Kerentanan Permukaan Gigi
1. Morfologi gigi.
Plak yang mengandung bakteri merupakan awal
terbentuknya
karies oleh karena itu gigi yang memudahkan perlekatan plak sangat
mungkin terkena karies seperti pada gigi molar 1 terdapat fit dan fissure.
2.
Lingkungan gigi.
Karena kerentanan gigi terhadap karies banyak bergantung pada
lingkungannya, maka peran saliva sangat besar sekali. Saliva mampu
meremineralisasikan karies yang masih dini karena
banyak sekali
Indeks adalah ukuran yang dinyatakan dengan angka dari keadaan suatu
golongan/kelompok terhadap suatu penyakit gigi tertentu. Ukuran-ukuran ini
dapat digunakan untuk mengukur derajat keparahan dari suatu penyakit mulai dari
yang ringan sampai berat. Untuk mendapatkan data tentang status karies
seseorang digunakan indeks karies agar penilaian yang diberikan pemeriksa sama
atau seragam (Pintauli dan Hamada, 2007).
Indeks ini diperkenalkan oleh Klein H, Palmer CE, Knutson JW pada
tahun 1938 untuk mengukur pengalaman seseorang terhadap karies gigi.
Pemeriksaannya meliputi pemeriksaan pada gigi (DMFT) dan permukaan gigi
(DMFS). Semua gigi diperiksa kecuali gigi molar tiga karena gigi molar tiga
biasanya tidak tumbuh, sudah dicabut atau tidak berfungsi. Indeks ini tidak
menggunakan skor; pada kolom yang tersedia langsung diisi kode D (gigi yang
karies), M (gigi yang hilang) dan F (gigi yang ditumpat) dan kemudian
dijumlahkan sesuai kode. Untuk gigi permanen dan gigi susu hanya dibedakan
dengan pemberian kode DMFT (decayed missing filled tooth) atau DMFS
(decayed missing filled surface) sedangkan deft (decayed extracted filled tooth)
dan defs (decayed extracted filled surface) digunakan untuk gigi susu. Rerata
DMF adalah jumlah seluruh nilai DMF dibagi atas jumlah orang yang diperiksa
(Pintauli dan Hamada, 2007).
Indeks karies gigi adalah angka yang menunjukkan klinis penyakit karies
gigi. Indeks karies yang biasa digunakan adalah indeks DMF-T untuk gigi
permanen, dan indeks def-t untuk gigi sulung. Indeks DMF-T (DMF-Teeth)
digunakan untuk mengemukaan gigi karies, hilang dan ditambal, dengan kriteria:
a. D = Decay
: Jumlah gigi karies yang masih dapat ditambal
b. M = Missing : Jumlah gigi tetap yang telah/harus dicabut karena
karies
c. F = Filling
: 0,0 1,1
: 1,2 2,6
: 2,7 4,4
: 4,5 6,5
: > 6,6
11
NILAI
KRITERIA DEBRIS
Pada permukaan gigi yang terlihat, tidak ada debris lunak dan tidak ada
pewarna ekstrinsik
a. Pada permukaan gigi yang terlihat, ada debris lunak yang menutupi
permukaan gigi seluas 1/3 permukaan atau kurang dari 1/3
permukaan
b. Pada permukaan gigi yang terlihat, tidak ada debris lunak, tetapi ada
permukaan tersebut seluas lebih dari 1/3 permukaan gigi, tetapi kurang
dari 2/3 permukaan gigi
Pada permukaan yang terlihat, ada debris yang menutupi permukaan
tersebut seluas lebih dari 2/3 permukaan atau seluruh permukaan gigi
Tabel Calculus Index (C.I.)
NILAI
0
1
2
KRITERIA DEBRIS
Tidak ada kalkulus
Kalkulus supragingiva menutupi tidak lebih daripermukaangigi
Kalkulus supragingiva menutupi lebih dari permukaan gigi tetapi
tidak lebih daripermukaan gigi atau kalkulus subgingival berupa
bercak hitam di sekitar leher gigi atau terdapat keduanya
Kalkulus supragingiva menutupi lebih dari permukaan gigi atau
c.
d.
Bila ada kasus salah satu dari gigi-gigi tersebut tidak ada (telah
dicabut/tinggal sisa akar), penilaian dilakukan pada gigi-gigi pengganti yang
sudah ditetapkan untuk mewakilinya, yaitu:
a. Bila gigi M1 rahang atas atau rahang bawah tidak ada, penilaian dilakukan
pada gigi M2 rahang atas atau rahang bawah.
b. Bila gigi M1 dan M2 rahang atas atau rahang bawah tidak ada, penilaian
dilakukan pada gigi M3 rahang atas atau rahang bawah.
c. Bila M1, M2 dan M3 rahang atas atau rahang bawah tidak ada, tidak dapat
dilakukan penilaian.
d. Bila gigi 1 kanan rahang atas tidak ada, penilaian dilakukan pada 1 kiri rahang
atas.
e. Bila gigi 1 kanan dan kiri rahang atas tidak ada, tidak dapat dilakukan
penilaian.
f. Bila gigi 1 kiri rahang bawah tidak ada, penilaian dilakukan pada gigi 1 kanan
rahang bawah
g. Bila gigi 1 kiri dan kanan rahang bawah tidak ada, tidak dapat dilakukan
penilaian.
Bila terdapat kasus beberapa gigi diantara keenam gigi yang seharusnya
diperiksa tidak ada, debris indeks dan kalkulus masih dapat dihitung apabila
terdapat paling sedikit dua gigi yang dapat dinilai. Penilaian dapat diperoleh
dengan melakukan pemeriksaan pada gigi permanen (Herijulianti, 2002). OHI-S
diperoleh dari penjumlahan DebrisIndex(DI) dan Calculus Index(CI), sehingga
perolehan nilai tersebut dapat ditulis dengan rumus sebagai berikut:
OHI-S
Kriteria klinis
0,0-1,2
Baik
1,3-3,0
Sedang
3,1-6,0
Buruk
13
Teknik Roll
Bagian samping sikat gigi diletakkan berkontak dengan bagian samping
gigi dengan bulu sikat mengarah ke apikal dan sejajar terhadap sumbu gigi,
bagian belakang sikat terletak setinggi permukaan oklusal gigi. Sikat kemudian
diputar perlahan-lahan ke bawah pada rahang atas dan keatas pada rahang bawah
sehingga bulu sikat menyapu daerah gigi dan gusi. Sekitar 10 putaran dilakukan
untuk tiap bagian dan kemudian sikat digeser kebagian berikutnya. Bila lengkung
segmen anterior sempit, sikat dapat digerakkan vertikal. Bila semua permukaan
bukal dan lingual sudah dibersihkan, permukaan oklusal dapat disikat dengan
gerakan rotasi (Putri, 2010) .
2. Teknik Bass
Teknik penyikatan ini ditujukan untuk membersihkan daerah leher gingiva.
Cara yang digunakan yaitu ujung sikat harus dipegang sedemikian rupa sehingga
bulu sikat terletak 45o terhadap sumbu gigi, ujung bulu sikat mengarah ke leher
gingiva. Sikat kemudian ditekan ke arah gingiva dan digerakkan dengan gerakan
memutar yang kecil sehingga bulu sikat masuk ke daerah leher gingiva dan
terdorong masuk diantara gigi (Putri, 2010).
14
3. Teknik Charter
Metode ini jarang digunakan tidak seprti metode bass dan terdiri dari
gerakan sikat pada sulkus gingiva tetapi terdapat gerakan memutar dengan
meletakkan sikat gigi pada arah oklusal membentuk sudut 45 derajat, dilakkan
dengan gerakan melingkar untu membersihkan daerah proksimal. Metode ini
dilakukan dengan gerakan berpurar untuk membersihkan daerah embrasure
proksimal. Metode ini jarang digunakan (Putri, 2010).
4. Teknik Stillman Mc Call
Posisi bulu-bulu sikat berlawanan dengan chapter, sikat gigi di tempatkan
sebagaia pada gigi dan sebagian pada gingiva membenuk sdut 45 derajat terhadap
sudut gigi dan mengarah ke apikal. Kemudian sikat gigi dtekankan kemudian
memucat dan dilakukan dengan geraka rotasi kecil tampa mengbah kedudukan
ujung bulusika, penekanan dilakuan dengan cara menekannan permukaan bulu
sikat tampa mengakibatkan friksi atau trauma teradap gigi. Bulu-bulu sikat dapat
di tekuk ke tiga jurusan tetapi ujung bulu sikat harus pada tempatnya. Metide ini
sedikit diubah oleh beberapa ahli yatu ditambah dengan gerakan ke oklusal dari
ujung bulu sikat tetap menghadap ke apikal (Putri, 2010).
15
BAB 3. METODOLOGI
kesehatan gigi dan mulut. Materi pre-test dibuat sebanyak 10 soal yang juga
dipakai sebagai materi post-test. Pemberian post-test ini bertujuan untuk
mengetahui seberapa besar siswa peserta UKGS paham dan mengerti tentang
materi yang diberikan oleh penyuluh.
Penyuluhan dilakukan menggunakan bantuan alat peraga poster dan
pantom. Manfaat alat bantu peraga tersebut adalah :
1. Menimbulkan minat sasaran
2. Memudahkan penyampaian informasi
3. Memudahkan penerimaan informasi oleh sasaran
Penyuluhan dilakukan dengan metode dua arah dimana tanya jawab antara
siswa dan penyuluh disisipkan selama penyampaian materi. Hal ini dilakukan agar
penyampaian materi tidak monoton dan para siswa tidak perlu menunggu hingga
penyampaian materi selesai untuk mengajukan pertanyaan. Cara ini juga dapat
mengetahui pengetahuan awal para siswa mengenai materi yang disampaikan
sehingga kami mengetahui materi yang harus ditekankan.
3.1.2 Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut
Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut dilakukan dengan cara mengukur
skor def-t, DMF-T dan OHI-S.
a. Pengukuran skor OHI-S
Pada OHI-s permukaan gigi yang dinilai adalah permukaan bukal pada
kedua molar 1 rahang atas dan permukaan lingual kedua molar 1 rahang bawah
serta permukaan labial gigi insisivus 1 kanan rahang atas dan insisivus 1 kiri
rahang bawah. Skor OHI-s didapatkan dengan menjumlah Skor Debris dan
Skor Kalkulus.
17
Kriteria
Tidak terdapat debris/stain
Terdapat debris kurang dari 1/3 permukaan gigi atau
tidak ada debris yang dijumpai namun terdapat bercak
stain pada gigi
Terdapat debris lebih dari 1/3 namun kurang dari 2/3
permukaan gigi
Terdapat debris lebih dari 2/3 permukaan gigi
Kriteria
Tidak terdapat kalkulus
Terdapat kalkulus supragingival kurang dari 1/3
permukaan gigi.
Terdapat kalkulus supragingival lebih dari 1/3 namun
kurang dari 2/3 permukaan gigi atau terdapat garis putusputus kalkulus subgingival yang melingkari servikal gigi.
Terdapat kalkulus supragingival lebih dari dua pertiga
permukaan gigi atau terdapat garis utuh kalkulus
subgingival yang melingkari servikal gigi.
18
Penilaian
Sangat baik
Baik
Sedang
Buruk
F.
Pencabutan normal selama masa pergantian gigi geligi tidak dimasukkan
dalam kategori M.
19
Indeks def-t (def-teeth) adalah indeks yang sama untuk gigi sulung dengan
kriteria:
d. D = Decay
: Jumlah gigi karies yang masih dapat ditambal
e. E = Exfoliasi : Jumlah gigi sulung yang telah/harus dicabut karena
karies
f. F = Filling
3.1.3
: 0,0 1,1
: 1,2 2,6
: 2,7 4,4
: 4,5 6,5
: > 6,6
pemberian materi dan pemeriksaan indeks def-t, DMF-T dan OHI-S. Kegiatan ini
dilakukan sebagai pengaplikasian dari materi cara menyikat gigi. Penyuluh juga
dapat mengetahui seberapa paham para siswa akan materi yang disampaikan.
Penyuluh membagikan sikat gigi dan air kumur untuk masing-masing siswa. Para
siswa kemudian dikumpulkan di lapangan sekolah membentuk lingkaran per kelas
mengelilingi penyuluh masing-masing kelas.
Sikat gigi bersama diawali dengan membasahi sikat gigi dengan air,
kemudian dilakukan pemberian pasta gigi secara bergantian pada siswa oleh tim
UKGS. Setelah semua siswa mendapatkan pasta gigi, kegiatan sikat gigi bersama
dilakukan secara serempak. Tim UKGS ikut membantu dan mengawasi jalannya
acara sambil memberikan contoh di depan mengenai cara menyikat gigi dengan
menggunakan phantom. Setelah kegiatan sikat gigi bersama dirasa cukup siswa
kemudian diinstruksikan berkumur sampai bersih dan kembali masuk ke kelas
untuk dilakukan pemeriksaan OHI-S setelah sikat gigi.
3.2 Alat dan bahan
20
3.2.1
Alat
1. Poster
2. Model gigi
3. Sikat gigi
4. Alat dasar untuk memeriksa gigi antara lain kaca mulut, sonde, pinset,
excavator, dan neirbecken.
5. Masker
6. Hand scoon
7. Lembar skor def-t, DMF-T dan OHI-S
3.2.2
Bahan
1. Pewarna makanan
2. Alkohol 70%
3. Kapas
4. Cotton buds
5. Pasta gigi mengandung fluoride
6. Air mineral
3.3 Sasaran kegiatan
Sasaran kegiatan adalah siswa Kelas III,IV, dan VSDN Ambulu 3, SDK
Yos Sudarso, dan SDN Ambulu 4 dengan total 167 responden, berikut rincian
jumlah siswa di setiap kelas dari setiap sekolah:
Kelas
3
4
5
Jumlah
SDN Ambulu 03
28
29
21
78
SDN Ambulu 04
10
15
10
35
21
3.4 Pelaksanaan
Kegiatan UKGS ini dilaksanakan pada :
1.
2.
3.
Hari/tanggal
Tempat
: SDN Ambulu 3
Waktu
Kelas
: III, IV dan V
Jumlah siswa
: 78 orang
Hari/tanggal
Tempat
Waktu
Kelas
: III, IV dan V
Jumlah siswa
: 54 orang
Hari/tanggal
Tempat
: SDN Ambulu 4
Waktu
Kelas
: III, IV dan V
Jumlah siswa
:35 orang
Jam (wib)
06.00
07.00
07.15
07.30
07.50
Uraian kegiatan
Berangkat dari Basecamp
Persiapan di sekolah
Pretest
Penyuluhan
Pemeriksaan def-t, dmf-t
6
7
8
9
08.20
08.40
09.10
09.30
dan OHI-S
Sikat gigi bersama
Pemeriksaan OHI-S
Postest
Kembali ke Basecamp
Penanggung jawab
Pj sekolah : Aulia M
Pj sikat gigi : Adilla
Kelas 3 : Fitria krisna
Kelas 4 : Puspita Kusuma
Kelas 5 : Erfin Ramadana
No
Jam
(wib)
06.00
Berangkat dari
07.00
Basecamp
Persiapan di
07.15
07.25
07.45
sekolah
Pretest
Penyuluhan
Pemeriksaan def-t,
6
7
08.05
08.20
8
7
08.40
08.50
S
Postest
Kembali ke
3
4
5
Uraian kegiatan
Penanggung jawab
SDN TegalSari 3
Pj sekolah : Lia M
Pj sikat gigi :
Sandya
Kelas 3 : Chairiyah
Kelas 4 : Cut gusti A
dan Nungky T
Kelas 5 : Harish
Basecamp
3. SDN Ambulu 4
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Jam (wib)
06.00
07.00
07.15
07.30
07.50
Uraian kegiatan
Berangkat dari Basecamp
Persiapan di sekolah
Pretest
Penyuluhan
Pemeriksaan def-t, dmf-t
08.20
08.40
09.10
09.30
dan OHI-S
Sikat gigi bersama
Pemeriksaan OHI-S
Postest
Kembali ke Basecamp
Penanggung jawab
Pj sekolah : Ni putu Inda
Pj sikat gigi : Ni putu Inda
Kelas 3 : Ahmad Faris A
Kelas 4 : Puspita Kusuma
Kelas 5 : Hanny Maghfiroh
23
24
Gambar 4.1 Perbandingan rata-rata nilai pre test dan post test SDN Ambulu 3, SDK Yos
Sudarso dan SDN Ambulu 4
Berdasarkan hasil pre test diketahui bahwa dari ketiga sekolah memiliki
nilai yang hampir sama, yaitu SDN Ambulu 3 6,5; SDK Yos Sudarso 6,6 dan SDN
Ambulu 4 6,2. Sedangkan hasil post test yang dilakukan menunjukan nilai yang
berbeda-beda.
Tabel 4.1 Perbandingan rata-rata nilai pre test dan post test SDN Ambulu 3, SDK Yos
Sudarso dan SDN Ambuu 4.
Sekolah
Rata-rata
nilai pre test
SDN Ambulu 3
SDK Yos Sudarso
SDN Ambulu 4
6,5
6,6
6,2
Rata-rata
nilai post test
7,9
9
8,4
25
Dari tabel diatas diketahui bahwa peningkatan nilai post test yang tertinggi
adalah nilai dari SDK Yos Sudarso yaitu sebesar 36,3%, kemudian SDN Ambulu
4 dan yang paling rendah penigkatannya adalah SDN Ambulu 3.
4.1.2
Indeks DMF-t dan def-t dan OHIs pada SDN Ambulu 3, SDK Yos Sudarso
dan SDN Ambulu 4
Perhitungan mengenai indeks DMF-t dan def-t ini dilakukan di SDN
Ambulu 3, SDK Yos Sudarso dan SDN Ambulu 4. Pemeriksaan OHI-S dilakukan
dua kali, yaitu sebelum pelaksanaan sikat gigi bersama dan sesudah sikat gigi
bersama dengan cara pemberian pewarna makanan pada gigi terlebih dahulu. Hal
ini bertujuan untuk mengetahui keadaan kebersihan rongga mulut siswa siswi
sebelum dan sesudah sikat gigi bersama dan untuk mengetahui keberhasilan
penyuluhan yang telah sebelumnya dilakukan. Pemeriksaan def-t dan DMF-T dan
OHI-S ketiga sekolah dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 4.2 Perbandingan DMF-T, def-t, OHI-S sebelum dan sesudah menggosok gigi
SDN Ambulu 3.
memiliki nilai def-t rendah (2,06)dan nilai DMF-T rendah (1,58) sedangkan untuk
kelas 5 memiliki nilai def-t sangat rendah (0,67), dan nilai DMF-T rendah (1,76).
Berdasarkan grafik diatas menunjukkan bahwa nilai OHI-s sebelum
menggosok gigi pada kelas 3menunjukkan nilai kriteria yang sedang (1,87), untuk
kelas 4 menunjukkan nilai buruk yaitu (3,22), dan kelas 5 menunjukan nilai
sedang yaitu (2,94). Nilai OHI-s setelah menggosok gigi untuk kelas 3
menunjukkan nilai OHI-s baik yaitu (1,18). Kelas 4 dan kelas 5 menunjukkan
nilai OHI-s sedang yaitu (1,79) dan (1,99) . Nilai OHI-s pada saat sebelum
menggosok gigi lebih tinggi jika dibandingkan dengan setelah menggosok gigi,
hal ini menunjukkan cara menggosok gigi yang diajarkan kepada siswa-siswi
sudah cukup efektif, dibuktikan dengan nilai OHI-s yang semakin rendah pada
pemeriksaan OHI-s setelah menggosok gigi.
Gambar 4.3 Perbandingan DMF-T, def-t, OHI-S sebelum dan sesudah menggosok gigi
SDK Yos Sudarso
27
Gambar 4.4 Perbandingan DMF-T, def-t, OHI-S sebelum dan sesudah menggosok gigi
SDN Ambulu 4.
28
sedang. Kelas 3 yaitu (2,8),(2,31) dan (2,33). Nilai OHI-s setelah menggosok gigi
menunjukkan nilai sedang pada kelas 3 dan 5 yaitu (1,68) dan (1,47). Kelas 4
menunjukkan nilai OHI-s baik (1,76). Nilai OHI-s pada saat sebelum menggosok
gigi lebih tinggi jika dibandingkan dengan setelah menggosok gigi, hal ini
menunjukkan cara menggosok gigi yang diajarkan kepada siswa-siswi sudah
cukup efektif, dibuktikan dengan nilai OHI-s yang semakin rendah pada
pemeriksaan OHI-s setelah menggosok gigi.
Gambar 4.5 Perbandingan DMF-T, def-t, OHI-S sebelum dan sesudah menggosok gigi
SDN Ambulu3, SDK Yos Sudarso dan SDN Ambulu 4
Pemeriksaan
Skore
Kriteria
29
SDN Ambulu 3
SDN Ambulu 4
DMF-t
2,96
Sedang
def-t
1,60
Rendah
DMF-t
1,11
Sangat rendah
def-t
1,55
Rendah
DMF-t
1,12
Rendah
def-t
2,86
Sedang
Pada tabel diatas dapat diketahui bahwa rata-rata nilai DMF-t tertinggi
berada pada SDN Ambulu 3 yaitu (2,96, sedang) dan yang terendah adalah SDK
Yos Sudarso yaitu (1,11, sangat rendah). Sedangkan nilai def-t tertinggi adalah
SDN Ambulu 4 yaitu (2,89, sedang) dan yang terendah adalah SDK Yos Sudarso
yaitu (1,11, sangat rendah).
Tabel 4.2 Perbandingan rata-rata nilai OHI-s SDN Ambulu 3, SDK Yos Sudarso dan SDN
Ambulu 4.
Nama Sekolah
OHIs
Skore
Kriteria
SDN Ambulu 3
Sebelum
2,66
Cukup
Sesudah
1,65
Cukup
Sebelum
1,37
Cukup
30
SDN Ambulu 4
Sesudah
0,78
Baik
Sebelum
2,45
Cukup
Sesudah
1,8
Cukup
Pada tabel diatas dapat diketahui bahwa rata-rata nilai OHI-s sebelum
gosok gigi tertinggi berada pada SDN Ambulu 3 yaitu (2,66, cukup) dan yang
terendah adalah SDK Yos Sudarso yaitu (1,37, cukup). Sedangkan nilai OHI-s
sesudah tertinggi adalah SDN Ambulu 3 yaitu (1,65, cukup) dan yang terendah
adalah SDK Yos Sudarso yaitu (0,75, baik).
4.2
Analisa Data
31
4.2.2
Uji Homogenitas
Uji berikutnya adalah uji homogenitas, pengujian ini dilakukan untuk
mengetahui apakah variasi data tergolong homogen atau heterogen. Pada uji
homogenitas Levene ini, data dikatakan homogen apabila P-Value lebih dari
0,05.Berdasarkan hasil uji homogenitas Levene yang telah dilakukan, diketahui
bahwa nilai P-Value untuk data pre-test dan post-tes pada SDN Ambulu 03, SDK
Yos Sudarso dan SDN Ambulu 04 adalah 0,000 untuk post-test dan 0.235 untuk
pre-test(Lampiran G). Sedangkan analisa yang telah dilakukan untuk data OHI-s
sebelum dan sesudah penyuluhan pada SDN Ambulu 03, SDK Yos Sudarso dan
SDN Ambulu 04 adalah 0.192 untuk P-Value OHI-s sebelum dan 0.108 untuk PValue OHI-s sesudah penyuluhan (Lampiran G). Untuk uji homogenitas data
DMF-t pada SDN Ambulu 03, SDK Yos Sudarso dan SDN Ambulu 04 adalah
0,000 (Lampiran G). Dan untuk Untuk uji homogenitas data def-t pada SDN
Ambulu 03, SDK Yos Sudarso dan SDN Ambulu 04 adalah 0,032 (Lampiran G).
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa data pre-test, def-t serta OHI-s sebelum
dan sesudah adalah homogen karena P-Value lebih dari 0,05, serta untuk data
post-test dan DMF-t adalah heterogen karena P-Value kurang dari 0,05.
4.2.3
sesudah yang didapat tidak terdistribusi normal dan tidak homogen maka uji
selanjutnya menggunakan uji non-parametrik Wilcoxon Signed Ranks Test. Uji ini
digunakan untuk mengetahui adanya perbedaan kemaknaan pada data sebelum
dan sesudah yang memiliki variable yang sama. Pada uji non-parametrik
Wilcoxon Signed Ranks Test ini dikatakan terdapat perbedaan yang signifikan
apabila P-Value kurang dari 0,05. Berdasarkan hasil analisis Wilcoxon Signed
Ranks Test yang telah dilakukan, diketahui bahwa nilai signifikansi sebesar 0,000
lebih kecil dari 0.05 untuk data pre-test dan post-test maupun data OHI-s sebelum
dan sesudah pada SDN Ambulu 03, SDK Yos Sudarso dan SDN Ambulu 04
sehingga menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok
pertama (SDN Ambulu 3), kelompok 2 (SDK Yos Sudarso), dan kelompok 3
32
(SDN Ambulu 4) pada nilai pre-test dan post-test maupun nilai OHI-s sebelum
penyuluhan dengan nilai OHI-s sesudah penyuluhan (Lampiran G).
4.2.4
normal maka uji selanjutnya menggunakan uji non-parametrik KruskalWallis.Uji ini digunakan untuk mengetahui adanya perbedaan kemaknaan antara
data hasil penelitian pada SDN Ambulu 03, SDK Yos Sudarso dan SDN Ambulu
04.Pada uji non-parametrik Kruskal-Wallis ini dikatakan terdapat perbedaan yang
signifikan apabila P-Value kurang dari 0,05. Berdasarkan hasil analisis KruskalWallis yang telah dilakukan, diketahui bahwa nilai signifikansi sebesar 0,000
lebih kecil dari 0.05 baik pada data DMF-t maupun data def-t, sehingga
menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara SDN Ambulu 03, SDK
Yos Sudarso dan SDN Ambulu 04 (Lampiran G).
4.3
Pembahasan
4.3.1
siswa-siswi SDN
Ambulu 3, SDK Yos Sudarso dan SDN Ambulu 4 dilakukan dengan mengadakan
penyuluhan mengenai kesehaan dan kebersihan gigi dan mulut pada siswa kelas
3,4 dan 5. Penyuluhan merupakan usaha untuk merubah perilaku, baik
pengetahuan, sikap ataupun tindakan seseorang (Tana, 2009). Penyuluhan adalah
bagian dari komunikasi yang terdiri dari proses penyampaian pesan dari seseorang
untuk merubah perilaku orang lain.Terdapat perbedaan pengetahuan yang
bermakna antara sebelum dan sesudah penyuluhan kesehatan dengan media
audiovisual (Kapti dkk, 2013).
Penyuluhan dilakukan dengan metode ceramah selama 20 menit dan
dilajutkan dengan sesi tanya jawab dua arah dimana tanya jawab antarasiswa dan
penyuluh disisipkan selama penyampaian materi. Hal ini dilakukan agar
penyampaian materi tidak monoton dan para siswa tidak perlu menunggu
hinggapenyampaian materi selesai untuk mengajukan pertanyaan. Cara ini juga
dapamengetahui pengetahuan awal para siswa mengenai materi yang disampaikan
33
34
35
kelamin, usia, status sosial ekonomi, pola diet dan kebiasaan menjaga kebersihan
gigi dan mulut (Moses, 2011).
Nilai pretes yang tidak jauh berbeda antara tiga sekolah dan skore DMF-t
serta def-t yang jauh berbeda dimungkinkan karena adanya perbedaan status sosial
ekonomi. Dimana siswa dari SDK Yos Sudarso memiliki tingkat status soaial
yang lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan Suharjo dan Hardiansyah dalam
Hidayanti (2006) Keadaan sosial ekonomi seperti pendapatan merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi konsumsi pangan dan gizi.
36
5.1 Kesimpulan
1. Pengetahuan kesehatan gigi dan mulut mengenai kesehatan dan kebersihan
gigi dan mulut yang meliputi penyuluhan tentang pendidikan kesehatan gigi
dan sikat gigi bersama menunjukkan bahwa terdapat peningkatan yang baik
terlihat dari hasil nilai post-test yang lebih baik dari pada nilai pre-test pada
siswa-siswi SDN Ambulu 3, SDK Yos Sudarso dan SDN Ambulu 4.
2. Indeks karies (def-t dan DMF-T) pada siswa-siswi menunjukkan kriteria def-t
dan DMF-T yang hampir sama yaitu def-t dalam kategori sedang dan DMF-T
dalam kategori rendah. Hal ini menunjukkan bahwa persebaran tingkat karies
pada siswa tiga sekolah dasar di wilayah kerja Puskesmas Ambulu relatif
merata.
3. Indeks OHI-S pada siswa-siswi di ketiga sekolah dalam kategori sedang. Hal
ini menunjukkan hasil kebersihan rongga mulut yang relatif sama pada siswa
di tiga sekolah dasar wilayah kerja Puskesmas Ambulu.
5.2 Saran
1. Pentingnya kegiatan ini maka lebih baik kegiatan UKGS seperti ini
dilaksanakan secara rutin di sekolah-sekolah.
2. Disarankan agar pihak sekolah dapat memotivasi siswa agar gemar
menggosok gigi dan selalu menjaga kebersihan mulut.
37