PENDAHULUAN
Kanker kolorektal adalah kanker yang berasal dalam permukaan usus besar
(kolon) atau rektum/rektal, umumnya kanker kolorektal berawal dari pertumbuhan sel
yang tidak ganas terdapat adenoma atau berbentuk polip. Adenoma atau polip pada
kolorektal dapat diangkat dengan mudah hanya saja jarang menimbulkan gejala
apapun, sehingga tidak terdeteksi dalam waktu cukup lama hingga berkembang
menjadi kanker kolorektal.1,2
Kanker kolorektal adalah suatu bentuk keganasan yang terjadi pada kolon,
rektum,. Distribusi kanker pada kolon adalah 20% terdapat di sepanjang kolon
asenden, 10% di kolon transversum, 15% di kolon desenden, dan 50 % di
rektosigmoideus.1,3
Karsinoma kolon (Ca. Colon) merupakan jenis kanker yang banyak dijumpai
di klinik dengan tingkat mortalitas yang cukup tinggi. Kanker kolon merupakan
penyebab ke-dua dari semua kematian kanker di Amerika, baik pada pria maupun
wanita dan hanya dilampai oleh kanker paru-paru dan mammae. Pasien yang
menderita karsinoma colon membutuhkan perawatan profesional dan dukungan
keluarga yang adekuat. Selain itu pasien juga memerlukan tindakan pembedahan
sebagai penanganan kuratif maupun paliatif yang dapat berupa
laparotomi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bagian atas rectum diperdarahi oleh arteri rectalis superior, yang merupakan
cabang terminal dari arteri mesenterica inferior. Bagian bawah rectum diperdarahi
oleh arteri rectalis media dan arteri rectalis inferior, yang merupakan cabang dari
arteri iliaca interna. Pembuluh vena colon berjalan paralel dengan arterinya. Aliran
darah vena dari caecum, colon ascendens dan colon transversum disalurkan melalui
vena mesenterica superior. Aliran darah vena dari colon descendens, colon
sigmoideum, dan rectum disalurkan melalui vena mesenterica inferior. Keduanya
bermuara ke dalam vena porta, tetapi vena mesenterica inferior melalui vena lienalis.
Aliran vena dari bagian atas rectum disalurkan ke vena mesenterica inferior,
sedangkan bagian bawahnya ke vena cava inferior melalui vena iliaca interna. Aliran
vena dari canalis analis menuju ke vena cava inferior.6,7
Aliran limfe colon sejalan dengan aliran darahnya. Hal ini penting diketahui
sehubungan dengan penyebaran keganasan dan kepentingan reseksi keganasan colon.
Sumber aliran limfe terdapat pada submukosa. Metastasis dari colon sigmoideum
ditemukan di kelenjar regional mesenterium dan retroperitoneal pada arteri colica
sinistra. Aliran dari bagian atas rectum disalurkan ke nodus limfatikus mesenterica
inferior, sedangkan bagian bawahnya ke nodus limfatikus mesenterica inferior atau ke
nodus limfatikus iliaca.6,7
Aliran limfe colon sejalan dengan aliran darahnya. Hal ini penting diketahui
sehubungan dengan penyebaran keganasan dan kepentingan reseksi keganasan colon.
Sumber aliran limfe terdapat pada submukosa. Metastasis dari colon sigmoideum
ditemukan di kelenjar regional mesenterium dan retroperitoneal pada arteri colica
sinistra. Aliran dari bagian atas rectum disalurkan ke nodus limfatikus mesenterica
inferior, sedangkan bagian bawahnya ke nodus limfatikus mesenterica inferior atau ke
nodus limfatikus iliaca. 6,7,8
perubahan mukosa ke arah keaganasan. Risiko tinggi terjadi keganasan bila onset
pada usia muda, mengenai seluruh colon, dan menderita lebih dari 10 tahun.11,12
Faktor
risiko
lainnya
adalah
merokok
yang
berhubungan
dengan
D. Patogenesis
Penelitian menjelaskan mengenai defek genetik dan abnormalitas molekular
yang berhubungan dengan pembentukan dan progresifitas adenoma dan carcinoma
colorectal. Mutasi dapat menyebabkan aktivasi onkogen (K-ras) dan atau inaktivasi
tumor suppressor genes (APC,DCC (deleted in colorectal carcinoma), p53).
Carcinoma colorectal diduga berasal dari polip adenoma dengan akumulasi mutasi
tersebut. Defek pada gen APC pertama kali dideskripsikan pada pasien FAP dan
ditemukan mutasi gen APC. Hal tersebut ditemukan pada 80% carcinoma colorectal
sporadis. Gen APC merupakan tumor-suppressor gene. Mutasi pada alel-alel
diperlukan untuk memulai pembentukan polip. Kebanyakan mutasi adalah stop codon
yang prematur, yang menghasilkan protein APC yang terpotong. Pada FAP, lokasi
mutasi berkorelasi dengan beratnya gejala penyakit Akumulasi mutasi-mutasi
menyebabkan akumulasi genetik yang rusak yang menghasilkan keganasan. K-ras
merupakan proto-oncogen dan menyebabkan pembelahan sel yang tak terkontrol.
DCC merupakan tumor supressor gene dan kehilangan kemampuannya dalam
mendegenerasi keganasan. Tumor supressor gene p53 merupakan protein yang
penting untuk menginisiasi apoptosis sel yang mempunyai kerusakan genetik yang
tidak dapat diperbaiki.9,11
Jalur genetik utama untuk inisiasi dan progresifitas tumor adalah loss of
heterozygosity (LOH) pathway dan the replication error (RER) pathway. Jalur LOH
dikarakteristikan dengan delesi kromosom dan tumor aneuploidi. Jalur RER
dikarakteristikan dengan kesalahan mecocokan perbaikan selama replikasi DNA.
80% carcinoma colorectal berasal dari mutasi pada jalur LOH, 20% berasal dari
mutasi pada jalur RER. Akumulasi kesalahan-kesalahan menyebabkan ketidakstabilan
genom dan akhirnya menjadi carcinogenesis. Jalur RER berhubungan dengan
microsatellite instability (MSI). Microsatelit adalah bagian genom dimana segmensegmen pendeknya diulang beberapa kali. Tumor yang berhubungan dengan MSI
mempunyai karakteristik biologi yang berbeda dengan tumor dari jalur LOH. Tumor
dari MSI sering berada pada colon kanan, memiliki DNA diploid, prognosis lebih
baik daripada tumor dari jalur LOH yang microsatelit stabil (MSS). Tumor dari jalur
LOH biasanya pada distal colon, cromosom aneuploidi, dan prognosis lebih buruk.9,11
Carcinoma colon kiri dan rectum Sering bersifat skirotik sehingga banyak
menimbulkan stenosis dan obstruksi, terlebih karena faeces sudah padat.
Menyebabkan perubahan pola defekasi, seperti konstipasi atau defekasi dengan
tenesmus. Makin ke distal letak tumor, faeces makin menipis, atau seperti kotoran
kambing, atau lebih cair disertai darah atau lendir. Tenesmus merupakan gejala yang
biasa didapat pada carcinoma rectum. Nyeri pada colon kiri bermula di bawah
umbilicus Pada pemerikasaan fisik, bila tumor kecil maka tidak teraba pada palpasi
abdomen, bila sudah terba berarti sudah menunjukkan keadaan lanjut. Massa di colon
sigmoideum lebih jelas teraba daripada massa di bagian lain colon. Pemeriksaan
colok dubur merupakan keharusan.9,10,11,13
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan untuk mendiagnosis karsinoma
kolonrektal antara lain dengan menggunakan Endoskopi;
a. Rectosigmoidoskopi
Rectosigmoidoskop yang kaku digunakan untuk menilai rectum dan colon
sigmoideum bagian distal.8,14
b. Fleksibel sigmoidoskopi dan colonoskopi Sigmoidoskop dan colonoskop
yang fleksibel dengan video atau fiberoptik.
Sigmoidoskopi dan colonoskopi dapat digunakan untuk diagnostik dan
terapetik, merupakan metode yang paling akurat untuk menilai colon.
Prosedur ini sangat sensitif untuk mendeteksi dan dapat untuk melakukan
biopsi. Colonoskop untuk diagnostik memiliki satu saluran untuk lewatnya
alat-alat seperti snare, forcep biopsi, elektrocauter, dan sebagai jalan untuk
melakukan
penghisapan
dan
irigasi.
Colonoskop
untuk
terapetik
untuk
staging
carcinoma
colorectal,
karena
banyak, dan stroma yang sedikit. Terkadang, sel tumor menginvasi jaringan
intersistial dan menghasilkan banyak mucus. Pada pemeriksaan mikroskopis
tampak sebagai daerah-daerah yang kosong, ini disebut mucinous (colloid)
adenocarcinoma, dan merupakan jenis yang berdiferensiasi buruk. Jika
mucus tertahan di dalam sel dan mendorong intinya ke tepi maka akan
memberikan gambaran Signet ring cell. Berdasarkan arsitektur kelenjarnya,
pleomorfisme seluler, dan pola sekresi mucus, adenocarcinoma dapat
dibedakan menjadi berdiferensiasi baik, sedang, ataupun buruk. Jika
perubahan histologis mengarah pada squamous cell carcinoma maka lesi
tersebut akan lebih responsif terhadap kemoterapi dan radioterapi.3,11
G. Diagnosis
Diagnosis
carcinoma
colorectal
ditegakan
berdasarkan
anamnesis,
H. Klasifikasi
American Joint Committee on Cancer memakai sistem TNM. Sistem ini memisahkan
dan mengidentifikasi berdasarkan kedalaman dari invasi tumor (T), status nodus
limfatikus regional (N) dan ada tidaknya metastase (M).3,8,9,10
Sistem TNM ini dapat dikonversikan ke sistem Duke yang lebih sederhana.
Stadium I dari TNM sama dengan Duke A, Stadium II dari TNM sama dengan Duke
B, Stadium III dari TNM sama dengan Duke C, dan Stadium IV dari TNM sama
dengan Duke D.13
I. Metastasis
Carcinoma colorectal mulai berkembang pada mukosa dan bertumbuh sambil
menembus dinding dan meluas secara sirkuler ke arah oral dan aboral ke jaringan dan
organ visceral lainnya. Penyebaran perkontinuitatum menembus jaringan sekitar atau
organ sekitarnya seperti ureter, vesica urinaria, uterus, vagina, atau prostat.
Keterkaitan nodus limfatikus regional merupakan bentuk yang paling sering pada
penyebaran carcinoma colorectal dan biasanya mendahului metastasis jauh atau
menyebabkan carcinomatosis. Penyebaraan ke nodus limfatikus meningkat dengan
pertambahan ukuran tumor, diferensiasi histologis yang buruk, invasi limfovaskular
dan kedalaman invasi.3,8,9,16
Pada carcinoma colon, penyebaran limfatik biasanya mengikuti aliran vena
besar dari segmen colon yang terkait. Penyebaran limfatik dari rectum mengikuti 2
jalur. Pada rectum bagian atas, pengaliran ascendens sepanjang pembuluh rectalis
superior ke kelenjar mesenterica inferior. Pada rectum bagian bawah, pengaliran
limfatik terjadi sepanjang pembuluh rectalis media. 3,8,9,16
Penyebaran sepanjang pembuluh rectalis inferior ke kelenjar iliaca interna
atau inguinal jarang terjadi kecuali jika tumor mengenai canalis analis atau aliran
limfatik proximal diblok oleh tumor. Tempat yang paling sering terkena pada
metastasis jauh carcinoma colorectal adalah hepar. Metastasis ini timbul dari
penyebaran hematogen melalui system vena portal. Seperti pada penyebaran ke nodus
limfatikus, risiko metastasis ke hepar meningkat dengan peningkatan ukuran tumor
dan grade tumor, namun tumor yang kecil pun dapat menyebabkan metastasis jauh.
Paru-paru juga merupakan tempat penyebaran hematogen carcinoma colorectal,
namun jarang terjadi. Penyebaran ke peritoneal mengakibatkan carcinomatosis
(metastasis peritoneal difus) dengan atau tanpa ascites. 3,8,9,16
J. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan karsinoma kolorektal terdiri dari tindakan pembedahan,
kemoterapi dan radiasi. Tujuan utama tindakan bedah adalah memperlancar saluran
cerna, baik bersifat kuratif maupun nonkuratif. Kemoterapi dan radiasi bersifat
paliatif dan tidak memberikan manfaat kuratif. Bedah kuratif dilakukan bila tidak
ditemukan gejala penyebaran lokal maupun jauh.
a. Pembedahan
Pembedahan dapat dikategorikan menjadi curative, palliative, bypass,
fecal diversion,atau open-and-close;
Curative, tindakan ini dapat dilakukan bila tumor terlokalisir.
Karsinoma yang sangat dini seperti polip biasanya dapat disembuhkan
dengan polypectomy pada saat colonoscopy. Tumor yang lebih lanjut
membutuhkan sebagian colon yang mengandung tumor dibuang hingga
batas tertentu (contohnya colectomy) dan reseksi radikal en-bloc dari
mesenterium dan lymph node untuk mengurangi resiko rekurensi. Jika
mungkin bagian yang tersisa dari colon dilakukan anastomosis, jika tidak
memungkinkan anus buatan (stoma) harus dibuat. Pembedahan terhadap
metastase ke hepar yang terisolasi dapat menyembuhkan pada pasien
tertentu. Dengan semakin majunya kemoterapi, maka semakin banyak
pasien yang ditawarkan pembedahan terhadap metastasis ke hepar yang
terisolasi. 8,10
Palliative, dilakukan jika terdapat metastasis yang multipel. Reseksi
dari tumor primer masih dianjurkan untuk menghindari kematian akibat
perdarahan, invasi, ataupun efek katabolik. Dilakukan bila tumor tidak dapat
direseksi untuk mencegah dan mengatasi obstruksi atau menghentikan
perdarahan supaya kualitas hidup penderita baik. Jika tumor tidak dapat
diangkat maka dapat dilakukan bedah pintas atau anus pretenaturalis. Pada
metastasis ke hepar yang tidak lebih dari 2 atau 3 nodul dapat
dipertimbangkan eksisi metastasi.8,9,10
Pemberian sitostatika melalui arteri hepatica, yaitu perfusi secara
selektif, kadang disertai terapi embolisasi jika tumor menginvasi struktur
disekitarnya sehingga eksisi sulit dilakukan, maka ahli bedah lebih
menyukai melakukan bypass dari tumor (ileotransverse bypass) atau
melakukan fecal diversion dengan pembuatan stoma pada tempat yang lebih
proximal.
close. Hal ini dilakukan jika ahli bedah menemukan tumor tidak dapat
direseksi dan usus kecil sudah terinvasi, dan tindakan lebih lanjut akan lebih
membahayakan pasien. Dengan majunya teknik pencitraan hal ini sudah
jarang terjadi. Laparoscopic-assisted colectomy adalah teknik yang kurang
invasif yang dapat mengurangi ukuran sayatan dan nyeri pasca operasi.8,10
Pada dasarnya tindakan bedah terdiri atas reseksi luas carcinoma
primer dan kelenjar limfe regional. Bila sudah ada metastasis jauh, tumor
primer akan direseksi juga dengan maksud mencegah obstruksi, perdarahan,
anemia, inkontinensia, fistel dan nyeri. Pada carcinoma caecum atau colon
ascendens dilakukan hemicolectomy kanan. Pembuluh darah ileocolica,
colica dextra, dan cabang kanan dari colica media diligasi dan dipisahkan.
Ileum terminal sekitar 10 cm ikut direseksi, kemudian dibuat anastomosis
ileum dengan colon transversum. Pada carcinoma di flexura hepatica atau di
proximal colon transversum dilakukan hemicolectomy kanan yang
diperluas. Caranya sama dengan hemicolectomy kanan namun dilakukan
ligasi pembuluh darah colica media pada pangkalnya. Colon kanan dan
proximal colon transversum direseksi dan dilakukan anastomosis ileum
dengan colon transversum distal. Jika aliran darah diragukan, maka reseksi
dapat diperluas sampai flexura lienalis dan dilakukan anastomosis ileum
dengan colon descendens.8,9,13
Pada carcinoma colon transversum tengah dan distal dilakukan
colectomy transversum. Dilakukan ligasi pembuluh darah colica media.
Kemudian dilakukan anastomosis colocolonik. Pada carcinoma colon
transversum distal, flexura lienalis, dan colon descendens dilakukan
hemicolectomy kiri. Cabang kiri pembuluh darah colica media, colica kiri,
dan cabang pertama pembuluh darah sigmoid diligasi. Kemudian dibuat
anastomosis colocolonik. Pada carcinoma colon transversum distal dapat
dilakukan hemicolectomy kiri yang diperluas. Caranya sama dengan
hemicolectomy kiri, namun dilakukan ligasi pada cabang kanan pembuluh
darah colica media.9,13
rectalis
superior
dipertahankan.
Jika
diperlukan
untuk
dengan
anastomosis
ileorectal).
Jika
anastomosis
b. Kemoterapi
Kemoterapi berguna untuk mengurangi kemungkinan metastasis,
mengecilkan ukuran tumor, atau memperlambat pertumbuhan tumor. Biasanya
diberikan setelah pembedahan (adjuvant), atau sebelum pembedahan (neoadjuvant), atau sebagai terapi primer (palliative). Kemoterapi sesudah
pembedahan biasanya diberikan setelah karsinoma menyebar ke lymph node
(stadium III). Beberapa obat yang disetujui oleh US Food and Drug
Administration adalah : Adjuvant (setelah pembedahan) kemoterapi :
Kombinasi dengan infusan 5-fluorouracil, leucovorin, dan oxaliplatin
(FOLFOX), 5-fluorouracil (5-FU) atau Capecitabine (Xeloda), Leucovorin
(LV, Folinic Acid). 3,16
Stadium 0
Stadium 1
colon
ditambah
atau
adjuvant
rectum
Dapat
kemoterapi
pada
colon
ditambah
atau
adjuvant
rectum
Dapat
kemoterapi
pada
(Metastasis
Adjuvant
ke
nodus
kemoterapi,
limfatikus)
radioterapi
C. Radioterapi
Radioterapi tidak digunakan secara rutin pada karsinoma colon, karena
dapat menyebabkan radiation enteritis, dan sulit untuk membidik daerah
spesifik dari colon. Biasanya lebih sering diberikan radioterapi pada
karsinoma rectal karena rectum tidak bergerak sebanyak colon maka lebih
mudah untuk dibidik. Indikasi radioterapi adalah : Karsinoma colon,
Menghilangkan nyeri dan palliative, ditargetkan pada deposit tumor jika
menekan struktur vital atau menyebabkan sakit. Karsinoma rectal Biasanya
diberikan sebelom pembedahan (neoadjuvant) pada tumor yang tumbuh keluar
dari rectum atau telah menyebar ke nodus limfatikus, dengan tujuan
menurunkan resiko rekurensi. Adjuvant, jika tumor menyebabkan perforasi
dari rectum atau karsinoma sudah menyebar ke nodus limfatikus. Palliative,
untuk mengurangi ukuran tumor untuk meringankan gejala.8,9
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Identitas
Nama
: Tn. P S
Umur
: 46 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
: Kristen Protestan
Status Perkawinan
: Menikah
No Rekam Medis
: 00.39.41.53
Tanggal MRS
: 18/02/2015
B. Keluhan Utama:
Perut kembung dan lemah badan.
Riwayat Perjalanan Penyakit Sekarang:
Perut kembung dan lemah badan 8 jam SMRS, riwayat operasi Hartman prosedur
tahun 2013, riwayat kemoterapi 1 tahun yang lalu. Tahun 2013 pasien sebelumnya
sudah pernah masuk rumah sakit dengan keluhan tidak bias buang air besar selama 3
minggu. Tim dokter kemudian melakukan operasi ( Hartman procedure) memotong
usus bagian kiri dan membuat stoma. Potongan usus (kolon desendens dan omentum)
yang dikeluarkan kemudian diberikan ke keluarga untuk dilakukan pemeriksaan
histologi. Hasil pemeriksaan jaringan
kemoterapi 5-fluorouracil, leucovorin, dan oxaliplatin saat ini pasien sudah menjalani
siklus yang ke-XII.
C. Pemeriksaan Fisik:
1. Status Present:
Keadaan Umum
: Cukup
Kesadaran
: Compos Mentis
Tanda Vital
: Normocephal
Mata
Pupil kanan/kiri
Lidah
: Beslag (-)
Gigi
: caries (-)
Thoraks
Abdomen
Inspeksi
: Cembung
Palpasi
Perkusi
: Timpani
Auskultasi
Status Lokalis : Regio iliaka sinistra, stoma (+) di, pasase (+)
Lancar, perdarahan aktif (-)
Anus dan Genital
Ekstrimitas Superior : T A K
Ekstrimitas Inferior : T A K
Status
++
++
++
++
++
++
++
++
Refleks Patologi
D. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium :
(Tanggal : 18/02/2015)
Leukosit
: 9.200(/mm3)
Eritrosit
: 3 (/mm3)
Hemoglobin
: 9,9 (g/dl)
Hematrokit
: 29,8 (%)
Trombosit
: 157.000 (/mm3)
: 106 (mEq/L)
Albumin
: 2,5 (g/dl)
Globulin
: 4,2 (g/dl)
Protein total
: 6,6 (g/dl)
b. CT-Scan Abdomen
Hepar : tampak multiple nodul yang ukurannya bervariasi yang kesan
non kontras enhancement pada lobus kanan.
Lain-lain: Dalam batas normal
Kesan: metastasis proses pada hepar
E. Resume Masuk
Penderita laki-laki 46 tahun masuk rumah sakit tanggal 18/02/2015 dengan
Perut kembung dan lemah badan . Perut kembung dan lemah badan 8 jam SMRS,
riwayat operasi Hartman prosedur tahun 2013, riwayat kemoterapi 1 tahun yang
lalu. Tahun 2013 pasien sebelumnya sudah pernah masuk rumah sakit dengan keluhan
tidak bisa buang air besar selama 3 minggu. Kemudian di diagnosis dengan tumor
colon sinistra berdasarkan hasil foto polos abdomen tiga posisi. Tim dokter kemudian
melakukan operasi (Hartman procedure) memotong usus bagian kiri dan membuat
stoma. Potongan usus (kolon desendens dan omentum) yang dikeluarkan kemudian
diberikan ke keluarga untuk dilakukan pemeriksaan histologi. Hasil pemeriksaan
jaringan ditemukan sel ganas berupa adenocarcinoma papiliferum berdiferensiasi
sedang. Paska operasi dan pemeriksaan jaringan pasien kemudian dilakukan
kemoterapi 5-fluorouracil, leucovorin, dan oxaliplatin saat ini pasien sudah menjalani
siklus yang ke-XII. Pada pemeriksaan fisik tekanan darah 140/80, nadi 108, respirasi
28, suhu badan 36,5. Regio iliaka sinistra ada stoma (+), pasase (+) Lancar,
perdarahan aktif (-). Rektal touch didapatkan tonus sfinter ani cekat, Mukosa licin,
ampula kosong, sarung tangan berlendir.
F. Diagnosa klinis
Post Hartman procedure et causa carcinoma colon sinistra + Post Kemoterapi
+ hepatoma + general weakness et causa elektrolit imbalance + asites +
hipoalbuminemia.
G. Terapi
IVFD RL 20 gtt/m
Kompres stoma dengan kasa steril + epinefrin
Ranitidine 2 x 1 amp iv
Rencana anostomosis stoma
H. Follow Up
19/02/2015
S
Tanda-tanda vital:
Tekanan darah
: 140/80
Nadi
: 80
Respirasi
: 20
Suhu badan
: 36,5
Auskultasi
Palpasi
: Lemas
Perkusi
:Timpani
- IVFD RL 14gtt/m
- KCL 25 mEq drip dalam NaCl 0,9 %,14gtt/m
- Albumin sachet 1 x 1
- Ranitidin 2 x 1 amp iv
20/02/2015
S
: 130/80
Nadi
: 80
Respirasi
: 20
Suhu badan
: 36,6
Auskultasi
Palpasi
: Lemas
Perkusi
:Timpani
- IVFD RL : Aminofluid 1 : 1
- Vit K 1 x 1 amp IM
- Vit C 3 x 1 amp IV
- Albumin sachet 1 x 1
- Ranitidin 2 x 1 amp iv
- Cek darah lengkap, glukosa darah sewaktu, kreatinin dan ureum
darah, elektrolit darah.
21/02/2015
S
: 130/80
Nadi
: 85
Respirasi
: 20
Suhu badan
: 37,2
Auskultasi
Palpasi
: Lemas
Perkusi
:Timpani
- IVFD RL : Aminofluid 1 : 1
- Vit K 1 x 1 amp IM
- Vit C 3 x 1 amp IV
- Albumin sachet 1 x 1
- Ranitidin 2 x 1 amp iv
: 8,500(/mm3)
Eritrosit
: 2,87 (/mm3)
Hemoglobin
: 9,8 (g/dl)
Hematrokit
: 29,5 (%)
Trombosit
: 130,000 (/mm3)
: 130/80
Nadi
: 80
Respirasi
: 20
Suhu badan
: 36,6
Auskultasi
Palpasi
: Lemas
Perkusi
:Timpani
23/02/2015
: 140/80
Nadi
: 75
Respirasi
: 22
Suhu badan
: 36,5
Auskultasi
Palpasi
: Lemas
Perkusi
:Timpani
: 110 (U/L)
SGPT
: 12 (U/L)
24/02/2015
S
: 140/80
Nadi
: 75
Respirasi
: 22
Suhu badan
: 36,5
Auskultasi
Palpasi
: Lemas
Perkusi
:Timpani
- spironolakton 1 x 1
- Ranitidine 2 x 1 amp IV
- Konsul ke bagian Penyakit dalam.
Jawaban konsul bagian Penyakit dalam:
Diagnosis : Asites ec hepatoma susp metastasis adenocarcinoma colon
dd viral infection + hipoalbuminemia + anemia ec kronik
disease + hipertensi stage II
Anjuran bagian penyakit dalam:
-Spironolakton 1 x 1
- cotrimoxazole 1 x 1 tab
- balance cairan dan takar urin
- Periksa Bilirubin total dan direct ,HbSAg, anti HIV, anti HCV
Asam urat, profil lipid, dan urinalisa.
25/02/2015
S
: 140/80
Nadi
: 78
Respirasi
: 20
Suhu badan
: 36,5
(+)
Auskultasi
Palpasi
: Lemas
Perkusi
:Timpani
: 8,2 (mg/dl)
: 195 (mg/dl)
HBSAg
: non reaktif
Anti HIV
: non reaktif
Anti HCV
: non reaktif
Urinalisa
26/02/2015
S
: 120/80
Nadi
: 80
Respirasi
: 20
Suhu badan
: 36,6
Auskultasi
Palpasi
: Lemas
Perkusi
:Timpani
27/02/2015
S
: 120/80
Nadi
: 80
Respirasi
: 20
Suhu badan
: 36,6
Auskultasi
Palpasi
: Lemas
Perkusi
:Timpani
: 10300(/mm3)
Eritrosit
: 2,53 (/mm3)
Hemoglobin
: 8,2 (g/dl)
Hematrokit
: 25,5 (%)
Trombosit
: 126,000 (/mm3)
: 7,93
Globulin
: 5,33
: 106 (U/L)
SGPT
: 12 (U/L)
28/02/2015
S
: 120/80
Nadi
: 80
Respirasi
: 20
Suhu badan
: 36,6
Abdomen;
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
: Lemas
Perkusi
:Timpani
01/03/2015
S
: 120/80
Nadi
: 80
Respirasi
: 20
Suhu badan
: 36,6
Abdomen;
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
: Lemas
Perkusi
:Timpani
BAB IV
PEMBAHASAN
terletak didaerah iliaka kiri pasien. Kemudian dilakukan pemeriksaan jaringan atau
biopsi di laboratorium patologi anatomi. Hasil pemeriksaan jaringan menunjukan
adanya adenocarcinoma papiliferum yang berdiferensiasi sedang. Dari kepustakaan
mengatakan angka umur kejadian tumor atau carcinoma pada kolon adalah terbanyak
pada usia diatas 45 tahun dan insiden terbanyak terjadi pada laki-laki. Pada kasus ini
pasien didiagnosis karsinoma kolon kiri pada usia 45 tahun. Hal ini masih relatif
cocok dengan angka kejadian tumor kolon yaitu diatas 45 tahun. Dari jenis kelamin
pasien yaitu laki-laki, cocok dengan kepustakaan yang menyebutkan bahwa laki-laki
3 kali lebih sering menderita tumor kolon.
Pada gejala klinis yang ditemukan adanya tanda obstruksi berupa perut
kembung dan tidak bias buang air besar selama 3 minggu. Hal ini sesuai dengan teori
yang menyatakan bahwa pada tumor kolon sinistra memiliki gejala obstruktif dimana
gejala obstruktifnya bersifat progresif. Tipe tumor ganas pada kolon kiri pasien juga
mendukung terjadinya obstruktif dimana adenocarcinoma pada kolon kiri sering
bersifat stenotik. Adenocarcinoma merupakan tumor yang paling sering terjadi pada
kegenasan kolorektal yakni sekitar 95%. Kelemahan badan yang dialami penderita
juga sangat sesuai dengan teori yang kepustakaan sebutkan yakni pada tumor atau
kanker kolon kiri perburukan keadaan umum berlangsung lambat.
Pada pasien ini dilakukan operasi dengan Hartman prosedur dimana kolon
desenden diangkat dan dibuat stoma didaerah iliaka kiri. Prosedur Hartmann
ditujukan untuk reseksi colon tanpa anstomosis dimana colostomi dibuat dan distal
colon ditinggalkan sebagai kantung tertutup. Kondisi ini biasanya digunakan ketika
colon kiri atau sigmoideum direseksi dan sisa rectum ditutup dan ditinggalkan di
pelvis.
Pada pasien ini ditemukan hepatoma yang merupakan suatu metastasis dari
tumor primer di kolon. Hal ini dilihat dari gambaran CT-Scan Hepar : tampak
multiple nodul yang ukurannya bervariasi yang kesan non kontras enhancement
pada lobus kanan. Pada pasien ini juga sudah dilakukan serangkaian tes penyaringan
untuk menyingkirkan diagnosis banding yakni hepatitis karena infeksi virus dengan
pemeriksaan antigen virus Hepatitis B dan C maupun HIV yang memberikan hasil
negatif. Gejala klinis yang tampak pada pasien dengan hepatoma berupa kerusakan
dan gangguan fungsi hati menyebabkan ikterus yang dapat terlihat di sclera pasien,
dan asites sehingga pasien merasakan kembung dan begah pada perut. Hal-hal diatas
menandakan sudah terjadi metastasis jauh yang dicurigai berasal dari tumor primer di
kolon hal ini sesuai dengan kepustakaan yang mengatakan bahwa tempat yang paling
sering terkena pada metastasis jauh carcinoma colon dan rektal adalah hepar.
Metastasis ini timbul dari penyebaran hematogen melalui system vena portal. Seperti
pada penyebaran ke nodus limfatikus, risiko metastasis ke hepar meningkat dengan
peningkatan ukuran tumor dan grade tumor, namun tumor yang kecil pun dapat
menyebabkan metastasis jauh.
Metastasis jauh menandakan bahwa stadium tumor sudah sampai pada
stadium akhir (stadium 4). Pada pasien ini diberikan terapi adjuvant setelah
pembedahan 5-fluorouracil, leucovorin, dan oxaliplatin saat ini pasien sudah
menjalani siklus yang ke-XII. Pemberian kemoterapi sebagai adjuvant pembedahan
dalam kasus ini sudah tepat karena penanganannya mengikuti stadium tumor.
Kemoterapi pada kasus ini berguna untuk mengurangi kemungkinan metastasis baru,
mengecilkan ukuran tumor, atau memperlambat pertumbuhan tumor.
Penanganan selama perawatan dirumah sakit saat ini hanya bertujuan untuk
memperbaiki keadaaan umum pasien. Saat masuk rumah sakit pasien mengalami
gangguan keseimbangan elektrolit yakni hipokalemia dan albumin yang rendah.
Pemberian cairan kristaloid untuk menstabilkan hemodinamik, serta aminofiluid
untuk penambahan asam amino bagi orang yang mempunyai gangguan sintesis hepar.
Selain itu penanganan yang diberikan yakni koreksi hipokalemia dengan KCL drips
dan koreksi albumin secara perlahan dengan vip albumin.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pasien yang menderita karsinoma colon membutuhkan memerlukan tindakan
pembedahan sebagai penanganan kuratif maupun paliatif yang dapat berupa
laparotomi (pembukaan dinding abdomen ) dan kolostomi (pembuatan lubang melalui
dinding abdomen ke dalam kolon iliaka untuk mengeluarkan feces) dilakukan untuk
mengatasi masalah eliminasi yang dapat mengamcam nyawa.
Kemoterapi dan radioterapi berguna untuk mengurangi kemungkinan
metastasis, mengecilkan ukuran tumor, atau memperlambat pertumbuhan tumor.
Biasanya diberikan setelah pembedahan (adjuvant), atau sebelum pembedahan (neoadjuvant), atau sebagai terapi primer (palliative).