Anda di halaman 1dari 3

SEROEPIDEMIOLOGI TOKSOPLASMOSIS PADA

MASYARAKAT DI DESA KUMU TAHUN 2015


1

Vanessa Julia Tei Seran


2

Billy Kepel

Fatimawali

Kandidat Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi


2

Bagian Kimia Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi


Email : meateiseran@gmail.com

Abstract:
Keywords:
Abstrak:
Kata kunci:
PENDAHULUAN
Dalam 30 tahun terakhir, lebih dari
40 patogen baru telah diidentifikasi dengan
metode serologi dan molekular. Beberapa
dari mikroba ini menyebabkan penyakit
serius yang menyebar di seluruh dunia. 1
Setiap tahun berbagai penyakit ini
membunuh hampir 9 juta orang,banyak dari
mereka adalah anak-anak balita, dan
menyebabkan cacat seumur hidup.2
Toksoplasmosis,
suatu
penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma
gondii, merupakan penyakit parasit pada
manusia dan juga pada hewan. Infeksi yang
disebabkan oleh T. gondii tersebar di seluruh
dunia, pada hewan berdarah panas dan
mamalia lainnya termasuk manusia sebagai

hospes perantara, kucing dan berbagai jenis


Felidae lainnya sebagai hospes definitif.3
Infeksi Toxoplasma gondii tersebar luas
dan sebagian besar berlangsung tanpa
menunjukkan gejala yang spesifik. Manusia
dapat terkena infeksi parasit ini dengan cara
didapat maupun diperoleh semenjak dalam
kandungan.5
Toxoplasmosis merupakan salah satu
dari tiga penyakit infeksi terbanyak yang
penularannya
melalui
makanan
dan
menyebabkan kematian terbanyak setelah
Salmonellosis dan Listeriosis.6Diperkirakan
30- 50% populasi dunia terinfeksi
Toxoplasma gondii.7
Pada tahun 2003, dilakukan penelitian
untuk mengetahui seroprevalensi kadar IgG
antibody Toxoplasma pada 1.693 penduduk

dengan umur 20-85 tahun di Jakarta.


Didapatkan hasil angka seroprevalensinya
adalah 70% tanpa adanya perbedaan
bermakna antara laki- laki (71%) dan wanita
(69%).8 sedangkan di Manado, Sulawesi
Utara, Kapojos10 menemukan angka
prevalensi dari 108 orang dengan umur 0-54
tahun, adalah 60%.
Pada daerah perkotaan, terlebih pada
daerah dengan sanitasi rendah di negara
berkembang,terdapat banyak anjing dan
kucing liar yang hidup bersama manusia
bersama mangsanya seperti tikus, dan yang
menjadi sumber infeksi ookista Toxoplasma
gondii adalah daging sisa makanan manusia
yang tersedia dalam tempat sampah. Sumber
infeksi lainnya adalah kandungan ookista
dalam air yang sangat mudah didapat untuk
hewan-hewan ini di lingkungan sekitar, pada
air yang terkontaminasi feses dari kucing
perkotaan yang sudah terinfeksi.11
Indonesia sebagai sebuah negara tropik
merupakan tempat yang sesuai untuk
perkembangan Toxoplasma gondii. Keadaan
ini ditunjang dengan beberapa faktor resiko,
seperti sanitasi lingkungan yang masih
rendah, banyaknya sumber penularan, dan
pola makan masyarakatnya.Selain itu,
Toxoplasma gondii berkembang baik di
daerah yang lembab dan hangat, ookista
Toxoplasma gondii juga dapat bertahan di
daerah bersuhu rendah hingga berbulanbulan lamanya, dan tahan terhadap
disinfektan, dan tidak hanya dapat
ditemukan di tanah, namun juga terdapat di
air.12
Berdasarkan uraian masalah diatas,
penulis ingin mengetahui penyebaran
Toksoplasma gondiipada masyarakat yang
tinggal di Manado. Karena pola makan,

tingkat sanitasi, dan faktor resiko lain yang


meningkatkan kemungkinan terjadinya
infeksi
Toxoplasma
gondii
dapat
diketemukan pada masyarakat yang tinggal
di Manado. Namun pada saat ini, belum ada
data seroepidemiologi terbaru mengenai
infeksi Toxoplasma gondiidi Manado. Oleh
sebab itu, penulis merasa perlu dilakukannya
penelitian
ini
untuk
mengetahui
seroepidemiologi
Toxoplasma
gondii
khususnya pada masyarakat yang tinggal di
Pasar Karombasan, Manado.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian
epidemiologi deskriptif cross sectional.
Populasi penelitian yaitu semua individu
yang tinggal di sekitar Pasar Karombasan
dan sampel penelitian yaitu berupa
hemaaglutinasi darah dan kuisioner. Variabel
penelitian yaitu masyarakat desa kumu dan
toksoplasmosis.

HASIL PENELITIAN
Tabel 1 memperlihatkan distribusi
kasus toksoplasmosis berdasarkan umur
dengan jumlah terbanyak ditemukan pada
kelompok umur 51-60 tahun, yaitu sebanyak
36,36% dari total responden.
Tabel 1. Distribusi Kasus Toksoplasmosis
Berdasarkan Umur

PEMBAHASAN

SIMPULAN
SARAN
1. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut
mengenai tokoplasmosis, karena
masih sedikit data mengenai penyakit
ini di Indonesia.
2.
Perlu dilakukan pengambilan sampel
dan data yang lebih baik untuk
memperoleh data yang lebih lengkap
dan mendapatkan hasil penelitian
yang lebih baik dan lebih valid.

DAFTAR PUSTAKA
1. Budimulja U. Mikosis. Dalam:
Djuanda A, Hamzah M, Aisah S,
penyunting. Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Edisi ke-6. Jakarta: Badan
Penerbit FKUI; 2011. h. 89-105.
2. Hidayati AN, Suyoso S, Hinda D,
Sandra E. Mikosis Superfisialis di
Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan
Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD.
Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2003-

2005. Berkala Ilmu Kesehatan Kulit


dan Kelamin. 2009;21.
3. Adiguna
MS.
Epidemiologi
Dermatomikosis Superfisialis di
Indonesia. Dalam: Bramono K,
Suyoso S, Indriatmi W, Ramali LM,
Widaty S, Ervianti E, penyunting.
Dermatomikosis Superfisialis. Edisi
ke-2. Jakarta: Badan Penerbit FKUI;
2013. h. 1-7.
4. Agustine
R.
Perbandingan
Sensitivitas
dan
Spesifitas
Pemeriksaan Sediaan Langsung
KOH 20% Dengan Sentrifugasi Pada
Tinea Kruris. 2012.
5. Kurniawati RD. Faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian tinea
pedis pada pemulung di TPA
Jatibarang Semarang. 2006.
6. Gadithya I D G, Darmada I G, Mas
M L. Laporan kasus tinea korporis et
kruris.
Fakultas
Kedokteran
Universitas Udayana Denpasar-Bali.

Anda mungkin juga menyukai