Disusun oleh :
Paramita Maharani (G41130801)
APLIKASI INA-CBG
Aplikasi INA-CBG merupakan aplikasi yang digunakan dalam program Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) yang dimulai pada 1 Januari 2014. Aplikasi ini sebelumnya juga
telah digunakan dalam program kesehatan yang dicanangkan oleh pemerintah seperti
JAMKESMAS pada tahun 2010 dengan versi sebelumnya. Aplikasi INA-CBD pertama kali
dikembangkan dengan versi 1.5 yang erkembang sampai dengan saat ini menjadi versi 5
dengan pengembangan pada beberapa hal diantaranya:
1. Interface
2. FItur
3. Grouper
4. Penambahan variable
5. Tarif INA-CBG
6. Modul Protokol Integrasi dengan SIMRS serta BPJS
7. Rancang bangun Pengumpulan data dari rumah sakit ke BPJS Kesehatan dan
Kementerian Kesehatan RI
Pada aplikasi baru tahun 2016 telah terjadi perubahan yang signifikan baik dari segi
interface maupun alur pengiriman data.
Proses pelaksanaan INA-CBG versi 5.1:
A. Instalasi
Aplikasi ini berjalan pada windows 7 dan membutuh kan koneksi internet untuk
pengiriman data klaim ke Data Center Kementerian Kesehatan.
Pra instalasi
1. Proses instalasi harus dilakukan di computer dengan status administrator
2. Format tanggal dan regional menggunakan format Indonesia
3. Lakukan back up data secara manual pada computer yang akan dilakukan upgrade ke
versi 5
B. Tahap instalasi
1. Silahkan bua paket INA-CBG 5.0, kemudian klik kanan dan pilih run as
administrator untuk windows 7 keatas
2. Sebelum melakukan proses instalasi pastikan akun sebagai administrator untuk PC/
laptop yang akan digunakan
3. Setting regional dan date harus diubah menjadi setting Indonesia.
4. Lakukan back up data sebelum melakukan proses update maupun upgrade
5. Sebelum melakukan proses migrasi lakukan dahulu setup data rumah sakit dan
pastikan data sudah sesuai dengan data rumah sakit (kelas, alamat, dll)
6. Selama prose migrasi tidak diperboolehkan entri data dan proses grouping pada
aplikasi INA-CBG versi 5.1
7. Pasien dengan tanggal masuk sebelum 26 Oktober 2016 pada saat migrasi hanya akan
diambil data deografi.
8. Pasien dengan tanggal masuk sebelum 26 Oktober 2016 tidak dapat dilakukan entri
pada aplikasi INA-CBG versi 5.
9. Bagi rumah sakit yang melakukan maupun yang telah melakukan entri di versi 5.0
kemudian melakukan updating dari versi 5.0 ke versi 5.1 harus melakukan proses
batch grouper untuk pasien dengan dimulai pada pasien tanggal masuk 26 Oktober
2016 (akan ada pada pilihan di aplikasi versi 5.1)
: Kelas I
Kelas RS
: Kelas B
Regional
: Regional I
1. Untuk tarif RITL TIDAK terdapat penambahan kode CBGs, yaitu tetap sebanyak 789
Kode CBGs.
2. Tarif CBGs TERTINGGI adalah kode N-1-01-I (Transplantasi Ginjal RinganSedang-Berat) sebesar Rp 250.068.100,- dan untuk RS Swasta sebesar Rp
257.570.100,-.
3. Tarif CBGs TERENDAH adalah kode T-4-10-II (Penyalahgunaan dan
Ketergantungan Obat dan Alkohol Sedang) yaitu sebesar Rp 1.062.500,- untuk RS
Pemerintah dan Rp 1.094.400,- untuk RS Swasta.
4. Terdapat 613 kode (77,69 %) yang mengalami KENAIKAN dibanding tarif lama.
5. Kenaikan tarif tertinggi pada kode I-1-07-III (Prosedur Bypass Koroner Tanpa
Kateterisasi Jantung (Berat) yaitu naik sebesar Rp 82.988.400,- (dari Rp 46.969.800,menjadi Rp 129.958.200,- untuk RS Pemerintah dan Rp 133.857.000,- untuk RS
Swasta).
6. Kenaikan tarif terendah yaitu kode F-4-13-II (Gangguan Bipolar Sedang) yang hanya
naik sebesar Rp 2.700,-.
Penurunan terbesar pada kode I-1-04-III (Prosedur Katup Jantung Tanpa Kateterisasi
Jantung Berat) yaitu turun Rp 38.121.500,- dari tarif lama sebesar Rp 121.722.500,menjadi Rp 83.601.000,- untuk RS Pemerintah dan Rp 86.109.000,- untuk RS Swasta.
Penurunan paling kecil pada kode F-4-14-I (Depresi Ringan) yaitu sebesar Rp 2.300,-.
Rata-rata penurunan tarif dari 173 kode tersebut adalah sebesar Rp 3.239.855,-.
Terdapat 3 Kode (0,38 %) yang TIDAK ADA TARIF nya, yaitu kode P-8-10-I, P-810-II dan P-8-10-III (Neonatal Meninggal Dan Ditransfer ke Fasilitas Perawatan
Akut) derajat Ringan-Sedang-Berat.
Perbedaan tertinggi tarif antara RS Pemerintah dan RS Swasta adalah pada kode N-101-I (Transplantasi Ginjal Ringan-Sedang-Berat) yaitu sebesar Rp 7.502.000,-.
Perbedaan terendah tarif antara RS Pemerintah dan RS Swasta adalah pada kode T-410-II (Penyalahgunaan dan Ketergantungan Obat dan Alkohol Sedang) yaitu sebesar
Rp 31.900,-.
Tarif Transplantasi Ginjal Ringan (N-1-01-I), Sedang (N-1-01-II) dan Berat (N-1-01III) TETAP SAMA untuk ketiga level tersebut yaitu sebesar Rp 257.570.100,-. Pola
ini masih mempertahankan pola tarif lama yang juga TIDAK membedakan tarif
Transplantasi Ginjal Ringan, Sedang dan Berat.
: RS Kelas B
Regional
: Regional I
1. Tarif RJTL terdapat penambahan kode CBGs dari sebelumnya sebanyak 288 Kode
menjadi 290 Kode. Penambahan kode tersebut yaitu G-5-17-0 (Penyakit Syaraf
Kranial dan Saraf Perifer Lain-Lain) dan kode K-5-18-0 (Penyakit Sistem Pencernaan
Lain-Lain).
2. Tarif CBGs TERTINGGI adalah kode G-2-10-0 (Prosedur Kraniotomi) sebesar Rp
5.658.800,- untuk RS Pemerintah dan untuk RS Swasta sebesar Rp 5.941.700,-.
3. Tarif CBGs TERENDAH adalah kode M-3-10-0 (Prosedur Manipulative
Osteopathic) yaitu sebesar Rp 73.100,- untuk RS Pemerintah dan Rp 76.700,- untuk
RS Swasta.
4. Terdapat 197 kode (67,93 %) yang mengalami KENAIKAN dibanding tarif lama.
5. Kenaikan tarif tertinggi pada kode N-2-21-0 (ESWL pada saluran kemih) yaitu naik
sebesar Rp 2.689.800,- (dari Rp 1.480.000,- menjadi Rp 4.169.800,- untuk RS
Pemerintah dan Rp 4.378.300,- untuk RS Swasta).
6. Kenaikan tarif terendah yaitu kode Q-5-16-0 (Vaksinasi) yang hanya naik sebesar Rp
200,- dari Rp 102.400,- menjadi Rp 102.600,- untuk RS Pemerintah dan Rp 107.700,untuk RS Swasta.
Penurunan terbesar pada kode C-3-20-0 (Kemotherapi Pada Tumor Kulit) yaitu turun
Rp 2.645.100,- dari tarif lama sebesar Rp 4.703.800,- menjadi Rp 2.058.700,- untuk
RS Pemerintah dan Rp 2.161.600,- untuk RS Swasta.
Penurunan paling kecil pada kode I-3-10-0 (Prosedur Resusitasi) yaitu sebesar Rp
1.900,- dari tarif lama sebesar Rp 344.900,- menjadi Rp 333.000,- untuk RS
Pemerintah dan Rp 349.700,- untuk RS Swasta.
Rata-rata penurunan tarif dari 173 kode tersebut adalah sebesar Rp 535.530,-.
12. Terdapat 1 Kode (0,34 %) yang TIDAK ADA TARIF nya, yaitu kode P-9-10-0
(Neonatal Meninggal Dan Ditransfer ke Fasilitas Perawatan).
13. Terdapat PERBEDAAN tarif antara RS Pemerintah dan RS Swasta dengan deviasi
yang bervariasi.
a. Perbedaan tertinggi tarif antara RS Pemerintah dan RS Swasta adalah pada
kode G-2-10-0 (Prosedur Kraniotomi) yaitu selisih sebesar Rp 282.900,-.
b. Perbedaan terendah tarif antara RS Pemerintah dan RS Swasta adalah pada
kode M-3-10-0 (Prosedur Manipulative Osteopathic) yaitu sebesar Rp 3.600,-.
c. Rata-rata perbedaan tarif RJTL RS Pemerintah dan RS Swasta adalah Rp
45.194,-.
14. Tidak ada penambahan kode untuk tindakan Gigi dan Mulut, sehingga permasalahan
minim nya kode CBGs untuk tindakan di Poliklinik Gigi dan Mulut RS tetap menjadi
persoalan.
KESIMPULAN
1. Jika kita sebelumnya berharap akan adanya KENAIKAN tarif, maka harus siap-siap
untuk kecewa karena bisa disimpulkan bahwa lebih tepatnya adalah PERUBAHAN,
terdapat kode-kode yang naik namun kode-kode yang turun tarif nya juga cukup
signifikan.
2. Terdapat penambahan kode pada RJTL, namun disisi lain terdapat 3 kode RITL dan 1
kode RJTL yang TIDAK ADA tarif nya, hal ini sangat berpotensi
menimbulkan errorsaat entri dan menghasilkan kode CBGs tersebut.
3. Perbedaan tarif antara RS Swasta dan RS Pemerintah patut dipertanyakan dasar
perhitungan dan sumber data nya karena dengan rata-rata perbedaan tarif
RITLhanya Rp 477.677,- dan rata-rata perbedaan tarif RJTL hanya sebesar Rp
45.194,-, maka dapat disimpulkan bahwa INDEX KEMAHALAN RS Swasta hanya
dihargai senilai tersebut. Pertanyaan besarnya adalah, cukupkah kompensasi
kemahalan untuk RS Swasta sebesar itu ? Tentu memerlukan kajian dan analisa lebih
detail dan mendalam.
4. Ada hal yang aneh namun cukup menarik, yaitu berdasarkan ketentuan PMK Nomor
28 Tahun 2014 bahwa penyalahgunaan dan ketergantungan terhadap obat-obatan
tertentu serta alkohol TIDAK dijamin oleh program JKN, namun ternyata kode dan
tarif untuk diagnosa tersebut ada pada PMK Nomor 59 Tahun 2014 maupun PMK
Nomor 52 Tahun 2016 ini, yaitu kode T-4-10- I / II / III (Penyalahgunaan dan
Ketergantungan Obat dan Alkohol Ringan/Sedang/Berat).
5. Tarif untuk transplantasi ginjal tetap TIDAK ADA perbedaan antara kelas rawatan III,
kelas II dan kelas I seperti halnya pada PMK Nomor 59 Tahun 2014.
6. Pemerintah masih ragu-ragu menaikkan tarif INA -CBGs, dibuat pembeda antara tarif
RS Pemerintah dan RS Swasta memang sudah memenuhi harapan dan keinginan kita
selama ini, namun nampaknya baru sekedar hadiah hiburan bagi RS Swasta.