Khotbah Topikal
(Kopem GKY Mangga Besar, 09 Februari 2008)
Intro.
Banyak orang mempertanyakan persahabatan antar lawan
jenis. Mereka ragu apakah hal semacam itu bisa terjadi tanpa
melibatkan perasaan lebih dari sekedar teman. Alasan di balik
keraguan ini jelas, banyak persahabatan antar lawan jenis yang
berubah menjadi hubungan romantis, yang celakanya seringkali
berakhir menyedihkan: pacar tak ada, sahabatpun tak punya.
Di satu sisi, kekuatiran semacam ini cukup beralasan.
Namun di sisi lain, upaya untuk memisahkan persahabatan dari
perasaan sayang terkesan konyol. Sekalipun persahabatan antar
lawan jenis dibayang-bayangi oleh bahaya laten pecahnya
persahabatan tersebut karena cinta romatis, namun menjauhkan
sama sekali kemungkin naik level dari persahabatan ke hubungan
pacaran jelas berlebihan.
Yang perlu diwaspadai mungkin bukan pergeseran level
persahabatan ke hubungan cinta, namun kedewasaan kedua belah
pihak di dalam mengakomodir perasaan masing-masing.
Bagi saya, sah-sah saja persahabatan antara lawan jenis itu
berkembang ke hubungan pacaran, asal saja kedua belah pihak bisa
bersikap dewasa dan matang.
Jika kedewasaan melambari
hubungan itu, maka persahabatan yang berubah menjadi pacaran
atau pacaran yang batal tidak akan merusak persahabatan.
Prop.
Kita harus mensikapi hubungan antar lawan jenis
dengan dewasa.
Quest.
Bagaimana kita bisa mensikapi hubungan antar lawan jenis
dengan dewasa?
Trans.
Agar dapat mensikapi hubungan antar lawan jenis dengan
dewasa, ada sedikitnya tiga rambu yang harus kita perhatikan.
Rambu pertama, sadari adanya perbedaan kepribadian
antara pria dengan wanita. Menyadari perbedaan ini akan sangat
menolong kita untuk tidak menjadi GR (Gede Rasa) satu dengan
yang lain.
hubungan, dan
rohani dari suatu
topik.
menyenangkan
bagi sahabat
pria Anda sejauh
itu nyambung
dari versinya.
Jadi jika ia
berkata bahwa
Anda
nyambung,
mungkin saja itu
menurut
versinya, bukan
versi Anda.
Sebaliknya, jika
Anda berkata
bahwa
komunikasinya
nyambung,
mungkin itu
karena Anda
yang
menyesuaikan
diri.
Penutup
Pak Budi dan istrinya
Pak Budi dan istrinya adalah pasangan suami istri yang
rukun, mereka tidak pernah kelihatan bertengkar sekalipun mereka
sudah berumah tangga sekitar 60 tahun.
Istrinya sangat penurut. Apa saja yang diminta atau
diperintahkan suaminya selalu dilaksanakan tanpa membantah
sedikitpun.
Pak Yanto, teman seperjuangan Pak Budi semasa perang
kemerdekaan dahulu menceritakan mengapa pasangan ini bisa
demikian rukun.
Pada tahun 1946, Pak Budi hendak mengungsi bersama
dengan istrinya.
Kendaraan yang dipakai adalah delman.
Sayangnya, baru beberapa kilometer berjalan, kuda delmannya
jatuh. Mungkin karena kelelahan membawa beban yang sangat
berat. Pak Budi bergegas turun untuk membantu kudanya berdiri
sambil berseru, Satu!!!
Namun setelah beberapa saat kuda itu berjalan, kuda itupun
jatuh kembali. Pak Budi kembali membantunya berdiri sambil
berseru, Dua!!!
Ketika perjalanan dilanjutkan, kuda ini kembali jatuh. Pak
Budi bergegas turun sambil berseru, Tiga!!! Kemudian ia
mengeluarkan pistolnya dan menembak kuda itu tepat
dikepalanya...DOR...DOR...DOR!!! Kuda itu langsung mati.
Melihat hal itu, istri Pak Budi sangat terkejut dan menjadi
sangat marah. Ia memaki-maki Pak Budi sebab telah membunuh
kuda yang bisa memudahkan perjalanan mereka.
Ketika istrinya sedang memaki-maki, Pak Budi menatap
kalem istrinya, kemudian berseru, Satu!!!