Anda di halaman 1dari 31

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................ 1
BAB I

.............................................................................................. 2

I.1 Latar Belakang...............................................................................2


I.2 Rumusan Masalah..........................................................................3
I.3 Tujuan .............................................................................................. 3
BAB II

.............................................................................................. 4

II.1 Pengeringan dan Penggilingan Akhir Semen............................4


II.2 Feeders Cement Mill....................................................................4
II.3 Grinding Heat...............................................................................5
II.4 Aliran Udara di dalam Cement Mill............................................5
II.5 Faktor Penguapan........................................................................6
II.5.1 Laju bahan baku yang akan diuapkan..............................6
II.5.2 Laju gas panas yang dibutuhkan......................................6
II.5.3 Temperatur (gas untuk pengeringan dan bahan baku
baik saat masuk pengering dan saat meninggalkan
pengering).........................................................................6
II.5.4 Konsumsi panas spesifik....................................................7
II.5.5 Laju Penguapan...................................................................7
II.6 Moisture........................................................................................ 7
BAB III

.............................................................................................. 8

III.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan................................................8


III.2 Teknik Pengumpulan Data..........................................................8
III.3 Metode Analisa Data...................................................................8
BAB IV

............................................................................................ 10

IV.1 Data dan Simulasi......................................................................10


IV.2 Pengaruh Kadar Air Feed dan Kebutuhan Udara pada Cement
Mill 12
IV.3 Pengaruh Kadar Air Material dan Jumlah Feed Cement Mill. 13
LAMPIRAN........................................................................................... 18
APPENDIX........................................................................................... 22
Jurusan matematika
Fakultas sains dan teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
2016

Jurusan matematika
Fakultas sains dan teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
2016

BAB I
PENDAHULUAN
I.1

Latar Belakang

Dalam industri pembuatan semen secara umum melalui


proses penggilingan dan pengeringan, reaksi klinkerasi, serta
pendingan. Produksi semen paling dominan terletak pada proses
penggilingannya. Dalam satu kali produksi, bahan baku yang
nantinya akan menjadi semen harus mengalami dua kali tahap
penggilingan. Yang pertama penggilingan bahan baku (raw
material) yang akan diproses menggunakan raw mill, kemudian
penggilingan kedua terjadi pada akhir proses yaitu menggiling
klinker hingga menjadi semen dengan blaine atau tingkat
kehalusan yang diinginkan, proses penggilingan kedua ini terjadi
didalam cement mill.
Didalam mill tidak hanya terjadi proses penggilingan saja,
namun juga terjadi proses pengeringan. Hal ini dikarenakan raw
material yang masuk kedalam raw mill masih mengandung kadar
air (moisture) yang cukup tinggi yaitu sekitar 14-16%. Sedangkan
diketahui bahwa kandungan air yang diperbolehkan pada semen
hanya sebesar 0,5%. Oleh karena itu, di dalam raw millakan
dialirkan udara panas untuk menguapkan air yang terkandung
dalam material. Begitupun dengan proses yang terjadi pada
cement mill, feed yang akan diproses masih mengandung kadar
air lebih dari batas yang diizinkan. Pada bulan Juni 2016
didapatkan data kandungan air pada feed cement mill dengan
rincian clinker (0%), gypsum (21,5%), batu kapur (6,9%), dan
trass (30,0%). Lain halnya dengan raw mill yang menggunakan
udara panas untuk mengeringkan raw material, cement mill
memanfaatkan panas yang dihasilkan oleh gesekan antara
grinding ball dan dinding cement mill. Selain itu, feed pada
cement mill sudah memiliki suhu yang tinggi yaitu 90-120C, jika
panas yang dihasilkan oleh grinding ball diakumulasikan dengan
panas feed maka akan dapat menguapkan air yang terkandung
pada material. Perbedaan lainnya terletak pada udara yang
digunakan, pada cement mill menggunakan udara ambient
(30C) yang berfungsi untuk mengangkut air yang teruapkan.
Maka dari itu, kebutuhan udara yang digunakan dalam cement
mill harus diperhatikan.
Pengurangan kadar kandungan air yang terdapat pada
material yang masuk ke dalam cement mill berpengaruh pada
udara yang masuk. Udara yang melalui cement mill berfungsi
sebagai alat transport uap air keluar dari cement mill. Banyak
dan sedikitnya udara yang masuk ke dalam cement mill sangat
berpengaruh terhadap kandungan air pada semen ketika keluar
Jurusan matematika
Fakultas sains dan teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
2016

dari cement mill. Apabila udara yang masuk terlalu sedikit, maka
semen yang dihasilkan akan mengandung kadar air diatas batas
ambang yang diizinkan, hal ini dikarenakan udara yang masuk
sudah tidak dapat menyerap uap air dari material semen,
dengan kata lain udara telah mengalami kejenuhan. Sebaliknya,
apabila udara yang masuk terlalu banyak maka akan
berpengaruh pada kecepatan udara di dalam cement mill dimana
kecepatan yang diizinkan tidak lebih dari 1,5 m/s. Apabila udara
terlalu banyak sehingga menyebabkan kecepatan udara di dalam
cement mill terlalu cepat, maka produk semen hasil dari
penggilingan cement mill tidak memenuhi blaine atau tingkat
kehalusan semen yang diperbolehkan.
Pengaturan udara yang masuk serta kecepatan udara di
dalam cement mill tidak dapat diatur sembarangan. Udara
bergerak di dalam cement mill dipengaruhi oleh fan yang
menarik udara dari luar sehingga dapat masuk ke dalam cement
mill, banyak sedikitnya udara yang masuk harus disesuaikan
dengan kapasitas desain fan. Jika fan bekerja terlalu keras
sehingga tidak dapat menahan beban, akan berakibat pada
panasnya motor penggerak fan, jika tidak diatasi maka dapat
menyebabkan crash.

I.2

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka dapat


dirumuskan beberapa masalah, yaitu:
1. Pengaruh kandungan air dari masing-masing komponen pada
feed cement mill terhadap kebutuhan udara cement mill
2. Batas maksimum moisturesetiap komponen pada feed cement mill
sehingga tercapai faktor clinker 70%ditinjau dari kapasitas desain fan.

I.3

Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari tugas khusus ini adalah:
1. Menghasilkan simulasi yang dapat menentukan berapa
jumlah udara yang dibutuhkan cement mill ketika feed
dan kandungan air didalamnya diketahui.
2. Mendapatkan pengaruhkandungan air dari masing
masing komponen pada feed cement mill terhadap
kebutuhan udara cement mill
3. Menentukan batas maksimum moisture komponen
pada feed cement mill sehingga tercapai faktor clinker
70%ditinjau dari kapasitas desain fan.

Jurusan matematika
Fakultas sains dan teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
2016

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Pengeringan dan Penggilingan Akhir Semen
Proses pengeringan dan penggilingan akhir semen adalah sebuah proses
penggilingan clinker, gypsum dan beberapa jenis aditif seperti batu kapur dan
trass. Zat aditif yang digunakan dapat ditambahkan dalam jumlah tertentu, selama
memenuhi kualitas dan spesifikasi semen yang dipersyaratkan. Proses
penggilingan clinker secara garis besar dibagi menjadi sistim penggilingan open
circuit dan sistim penggilingan closedcircuit. Dalam open circuit panjang shell
sekitar 4-5 kali dari diameter untuk mendapatkan blaine yang diinginkan.
Sedangkan dalam closedcircuit panjang shell sekitar 3 kali diameter atau kurang
untuk mempercepat produk yang lewat. Karena pabrik Semen Tonasa
menggunakan sistem closed circuit, maka pembahasan pada laporan kali ini akan
lebih difokuskan pada pengeringan dan penggilingan dengan sistem closed circuit.
Pada sistem closed circuit, ketika material akan keluar dari cement mill
maka akan diteruskan ke separator. Dalam separator material akan dipisahkan
menjadi 2 fractions, yaitu finer atau produk semen yang sudah memenuhi standar
kualitas baik dari segi kehalusan maupun kandungan airnya, dan reject atau
produk semen yang masih dirasa belum memenuhi standar sehingga akan
dikembalikan lagi kedalam cement mill dan akan diproses kembali. Dalam
keadaan stabil, finer yang dihasilkan akan sesuai dengan jumlah feed yang masuk
ke dalam cement mill, namun dalam keadaan tertentu material yang dikembalikan
lagi ke dalam cement mill akan lebih tinggi jumlahnya dibandingkan
denganfeed.Reject yang kembali ke dalam cement mill tergantung pada efisiensi
separator, atau dapat juga dihitung dengan rumus circulating load yaitu hasil bagi
feed dan finer yang dihasilkan oleh separator.Sistem closed circuit
memungkinkan untuk melakukan penggilingan dalam jumlah yang lebih besar
tanpa menyebabkan kerusakan liner atau dinding dalam cement mill.
Dalam cement mill selain terjadi proses penggilingan juga terjadi proses
pengeringan. Proses pengeringan yang terjadi memanfaatkan panas yang
dihasilkan oleh gesekan antara grinding ball dengan liner. Panas
tersebut akan terakumulasi dengan panas feed dan kandungan
air akan teruapkan. Air yang menguap akan terbawa oleh udara
yang mengalir di dalam cement mill dan diteruskan ke
electrostatic precipitator untuk dipisahkan dari semen yang ikut
terbawa aliran udara keluar.

II.2 Feeders Cement Mill


Feed atau umpan yang masuk ke dalam cement mill
berupa material dengan komposisi 85% clinker, 5% gypsum, dan
10% campuran batu kapur dan trass. Feed masuk melalui pen
conveyor. Penggunaan pen conveyor karena suhu clinker yang
masuk ke cemen mill masih relatif panas, yaitu sekitar 90-120C.
Material yang masuk cement mill masih mengandung kadar air
Jurusan matematika
Fakultas sains dan teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
2016

atau moisture dengan rincian clinker (0%), gypsum (21,5%), batu


kapur (6,9%), dan trass (30,0%). Hal ini perlu menjadi fokusan
karena belum memenuhi standar kualitas semen dengan batas
maksimal moisture 0,3%, sedangkan total moisture material
sebesar 2,319%. Oleh karena itu perlu adanya treatment guna
menurunkan tingkat moisture yang terkandung dalam material.
Kandungan air pada material yang mengandung moist tinggi
namun bersuhu rendah akan menguap ketika proses
penggilingan bersama dengan material bersuhu tinggi dengan
moist rendah (clinker). Air yang telah teruapkan akan terbawa
oleh udara yang mengalir di dalam cement mill dan kemudian
terhisap keluardengan bantuan fan.
Untuk mencegah terjadinya penyumbatan pada diafragma
sehingga menyebabkan overfilling pada chamber 1, pada saat
feed akan memasuki cement mill akan lebih baik apabila suhu di
dalam mill sudah panas terlebih dahulu atau sedang memanas.
Suhu di dalam mill dapat diketahui dengan menempatkan
thermometer di dalam chamber sehingga suhu dapat terkontrol
melalui control room. Suhu operasional cement mill yang baik
adalah sekitar 120C.

II.3 Grinding Heat


Sebagian besar energi yang tersalurkan ke cement mill
terkonversi menjadi panas karena adanya pengaruh dari grinding
atau penggilingan, panas ini berasal dari gesekan antara
grinding balls dengan liner, sehingga material yang masuk ke
dalam cement mill mengalami peningkatan suhu. Kebanyakan
panas yang timbul akan keluar bersamaan dengan produk atau
semen.
Panas yang timbul akibat dari proses penggilingan memiliki
efek yang dapat menguntungkan dan tidak menguntungkan.
Panas yang menguntungkan lebih dirasakan manfaatnya
pada chamber 1, yaitu untuk mencegah kecenderungan
terjadinya clogging jika material yang masuk mengandung lebih
dari 1-2% kadar air, panas tersebut dapat menguapkan air yang
terkandung pada material. Panas yang kurang menguntungkan
berakibat pada chamber 2, pada temperature 100C atau lebih,
material tanah halus yang kering dapat menyebabkan clogging
pada mill dan akan semakin parah seiring dengan meningkatnya
suhu, sehingga kapasitas penggilingan akan berkurang jauh.
Terlebih lagi, material yang telah halus memiliki kecenderungan
untuk menyatu dengan deburan media grinding, yang mana
dapat benar-benar mengganggu proses penggilingan yang baik.
Dikarenakan
hal
tersebut,
dirasa
perlu
adanya
pengurangan panas yang timbul akibat penggilingan dengan
menggunakan air pendingin. Cara pemberian air pendingin pada
mill yang digunakan dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu outside
Jurusan matematika
Fakultas sains dan teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
2016

water cooling dan inside water cooling. Outside water cooling


dilakukan dengan menyemprotkan air pada bagian luar cement
mill shell, sedangkan inside water cooling dilakukan dengan
menginjeksikan air dengan partikel kecil melalui nozzle yang ada
di dalam cement mill.

II.4 Aliran Udara di dalam Cement Mill


Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, air yang telah
teruapkan harus dihisap keluar cement mill untuk mencegah
terjadinya clogging. Udara yang mengalir di dalam mill tidak
diperbolehkan terlalu cepat dan terlalu lambat. Aliran udara yang
terlalu cepat dapat menyebabkan terbawanya butiran material
yang masih kasar yang tidak diinginkan menjadi produk,
sebaliknya jika aliran udara terlalu lambat maka produk semen
hasil gilingan tidak terdistribusi dengan baik sehingga
menyebabkan terjadinya overfilling. Kecepatan aliran udara di
dalam cement mill yang baik adalah sekitar 1,0-1,5 m/s.
Jumlah udara yang masuk juga berpengaruh pada
terangkut atau tidaknya uap air di dalam mill. Jika jumlah udara
jauh lebih sedikit dibanding dengan uap air sehingga mengalami
kejenuhan dan tidak dapat membawa uap air lagi maka uap air
akan tertinggal dan memperbesar kemungkinan terjadi clogging.
Sebaliknya jika udara terlalu banyak maka akan berpengaruh
pada kecepatan aliran udara seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya.
Aliran udara yang masuk ke dalam cement mill tidak lepas pengaruhnya
dari kapasitas desain fan. Melalui kapasitas desain fan itulah dapat terlihat berapa
kemampuan hisap dari fan tersebut, apabila udara yang dibutuhkan melampaui
kemampuan fan maka akan berpengaruh pada motor penggerak fan menjadi panas
dan apabila tidak diatasi akan terjadi crash. Besarnya debit udara juga diatur oleh
bukaan dumper atau valve.

II.5 Faktor Penguapan


Di dalam proses pengeringan bahan baku, beberapa
parameter proses yang perlu diketahui karena memang penting
dan erat kaitannya dengan kualitas produk dan proses adalah
sebagai berikut.
II.5.1 Laju bahan baku yang akan diuapkan
Laju bahan baku yang akan dikeringkan menunjukkan
berapa ton/jam bahan baku yang harus dikeringkan agar
memenuhi kebutuhan produksi. Bahan baku di sini adalah
bahan baku yang masih mengandung air yang cukup
tinggi. Dengan demikian, apabila kandungan air dalam
bahan baku secara rata-rata dapat diketahui dan target
Jurusan matematika
Fakultas sains dan teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
2016

kandungan air dalam produk ditentukan atau diinginkan,


maka jumlah air yang harus diuapkan dapat dievaluasi.
II.5.2 Laju gas panas yang dibutuhkan
Laju gas panas yang dibutuhkan menunjukkan
berapa m3/jam gas panas dengan kualitas tertentu
(temperaturnya, kadar air, massa jenisnya dll) yang
dibutuhkan untuk memenuhi proses pengeringan hingga
diperoleh produk pengeringan dengan kualitas yang telah
ditetapkan. Laju gas panas ini dapat dievaluasi
berdasarkan data lain yang diperlukan.
II.5.3 Temperatur (gas untuk pengeringan dan bahan
baku baik saat masuk pengering dan saat
meninggalkan pengering)
Temperatur erat kaitannya dengan kecepatan
pengeringan, artinya semakin tinggi beda temperatur
antara gas yang mengeringkan dengan material yang
dikeringkan, kecepatan pengeringan akan semakin tinggi.
Temperatur gas khususnya erat pula kaitannya dengan
konsumsi
panas
yang
dibutuhkan
dalam
proses
pengeringan. Semakin tinggi temperatur gas yang
dibutuhkan untuk setiap laju massa gas tertentu berarti
semakin tinggi pula konsumsi panas spesifik yang
dibutuhkan dalam proses pengeringan.
Temperatur material saat keluar dari dryer harus
serendah mungkin agar kehilangan panas yang terjadi
tidak terlalu besar. Selain itu, beberapa material akan
mengalami perubahan kimia pada temperatur yang tinggi.
Oleh karena itu, temperatur keluaran dryer tidak boleh
terlalu tinggi. Panas yang diberikan oleh gas panas kepada
material yang basah akan digunakan untuk menaikkan
temperatur material tersebut terlebih dahulu. Kemudian,
setelah mencapai tekanan uap tertentu, kandungan air
pada material tersebut akan teruapkan. Setelah beberapa
lama, peningkatan temperatur material tidak akan terjadi
lagi dan semua panas yang diterima oleh material
digunakan untuk menguapkan kandungan air yang ada
pada material tersebut. Pada kondisi ini, temperatur gas
panas berada di rentang 600 8000C, sedangkan
temperatur material berada di antara 70 - 800C. Kemudian,
pada akhir pengeringan, ketika kandungan air sudah
teruapkan semua, panas yang diterima oleh material
digunakan untuk meningkatkan temperatur kembali.
II.5.4 Konsumsi panas spesifik
Konsumsi panas spesifik adalah energi dalam bentuk
panas yang diperlukan untuk mengeringkan sehingga
diperoleh 1 (satu) satuan massa (misalnya kg atau ton)
Jurusan matematika
Fakultas sains dan teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
2016

produk bahan yang dikeringkan. Panas ini termasuk di


dalamnya panas untuk evaporasi air yang terkandung
dalam bahan baku, panas yang terbawa oleh gas buang
dan produk keluar dari pengering, panas radiasi atau tak
termanfaatkan karena pindah ke lingkungan sekitar alat,
dan panas untuk memanaskan uap dari temperatur
evaporasi hingga temperatur sama dengan gas saat
meninggalkan pengering.
II.5.5 Laju Penguapan
Laju penguapan adalah angka yang menunjukkan
massa air yang dapat diuapkan tiap jam untuk 1(satu) m3
volume pengering. Besaran ini juga disebut sebagai
intensitas penguapan, yang sangat bergantung pada
beberapa hal antara lain sifat fisik bahan yang akan
dikeringkan, ukuran partikel bahan yang akan dikeringkan,
jenis air yang terkandung, kadar air dalam bahan saat awal
dan akhir proses, temperatur gas pemanas, dan
desain/konstruksi pengering.

II.6 Moisture
Kadar air (moisture) adalah bagian/contoh yang hilang jika
dipanaskanpada kondisi uji tertentu. Kadar air dalam bahan
makanan sangat mempengaruhikualitas dan daya simpan dari
pangan tersebut. Oleh karena itu, penentuan kadar airdari suatu
bahan pangan sangat penting agar dalam proses pengolahan
maupunpendistribusian mendapat penanganan yang tepat.
Penentuan kadar air dalammakanan dapat dilakukan dengan
dengan beberapa metode, yaitu metodepengeringan (dengan
oven biasa), metode destilasi, metode kimia, dan metode
khusus.

Jurusan matematika
Fakultas sains dan teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
2016

BAB III
METODOLOGI
III.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Kerja Praktek ini dilaksanakan pada tanggal 11 Juli 2016
sampai dengan 29 Juli 2016 di Pabrik Semen PT. Semen Tonasa
unit IV, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan, pada Biro
Perencanaan Operasi dan Evaluasi Proses.

III.2 Teknik Pengumpulan Data


Metode yang digunakan dalam pengambilan data adalah
sebagai berikut :
1. Pengamatan Langsung dan Studi Dokumentasi
Pengamatan langsung yang dilakukan adalah
dengan observasi di sekitar pabrik serta wawancara.
Observasi dilakukan antara lain di Lab. QC (Quality
Control), ruang pengendalian (CCR) Tonasa IV, dan unit
operasi cement mill Tonasa IV. Sedangkan wawancara
dilakukan dengan Staff Biro Perencanaan dan Evaluasi
Proses, operator lapangan yang berkaitan dengan
topik permasalahan serta Kepala Seksi dan Bepala Biro
Operasi cement mill Tonasa IV. Adapun data-data yang
di ambil adalah :
a. Data analisa komposisi feed cement mill bulan Jui
2016, (Analisa data kadar air clinker, gypsum,
batu kapur, dan trass),
b. Jumlah total feed cement mill per jam,
c. Temperatur pada masing masing komponen feed
cement mill.
d. Temperatur operasi unit cement mill Tonasa IV,
e. Temperatur output cement mill
f. Perbandingan antara clinker, gypsum, batu kapur,
dan trass pada feed cement mill.
g. Data aktual ketinggian didalam cement mill dari
permukaan grinding ball hingga menyentuh liner
atas bagian dalamcement mill.
2. Studi pustaka
Data-data yang di ambil bersumber dari bacaanbacaan dan literatur berbagai bidang disiplin ilmu
sesuai dengan topik permasalahan seperti :
a. Data formula modulus dan faktor,
b. Data desain dari unit cement mill Tonasa IV
Jurusan matematika
Fakultas sains dan teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
2016

10

III.3 Metode Analisa Data


Data-data pengamatan yang berupa data operasional
pabrik yang di ambil selama penyelesaian tugas khusus ini
ditampilkan dalam bentuk tabel yang bisa dilihat pada bagian
lampiran.
Kemudian dari data tersebut dibuatkan simulasi dalam
bentuk excel sehingga dapat melihat pengaruh kadar air pada
masing masing komponen feed cement mill terhadap kebutuhan
udara yang masuk cement mill. Dan juga dari simulasi tersebut
dapat terlihat pula hubungan kadar air pada masing masing
komponen feed cement mill terhadap velocity didalam cement
mill.
Dalam pembahasan kali ini, digunakan boundary conditions
dalam simulasi, sebagai berikut:
1. New feed cement mill sebesar 140 ton/jam
2. Komposisi pada feed dengan rician 85% clinker, 5%
gypsum, 7,5% batu kapur, dan 2,5% trass.

Jurusan matematika
Fakultas sains dan teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
2016

11

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Data dan Simulasi
Berangkat dari permasalahan yang telah dirumuskan,
untuk mengetahui pengaruh kadar air masing-masing material
pada feed terhadap kebutuhan udara yang masuk ke cement
mill, maka diperlukan perhitungan material balance dan heat
balance. Data yang diperlukan meliputi data desain cement mill
Tonasa IV, data hasil pengukuran aktual, dan data literatur. Data
yang telah terkumpul kemudian diolah sesuai langkah
perhitungan yang terlampir sehingga menjadi simulasi sistem
cement mill. Simulasi tersebut dapat membantu mengetahui
kondisi optimum sistem, khususnya mengetahui jumlah feed
cement mill yang dapat diberikan ketika kondisi moisture dan
bukaan dumper telah ditentukan.
Berikut adalah data yang didapatkan dari Quality Control
Cement Mill Tonasa 4 pada bulan Juni 2016:
Tabel 4.1.1 Data Kadar Air Feed Cement Mill pada Juni 2016
DATA KADAR AIRFEED
Komponen
%Massa
Clinker
0%
Gypsum
21.52%
Batu Kapur
6.92%
Trass
30.017%
Tabel 4.1.2 Data Komposisi Feed Cement Mill pada Juni 2016
KOMPOSISI FEED
Komponen
%Massa
Clinker
85%
Gypsum
5%
Batu Kapur
7.5%
Trass
2.5%
Jurusan matematika
Fakultas sains dan teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
2016

12

Simulasi dijalankan dengan mengubah kadar air salah satu


komponen pada feed cement mill, setelah itu akan terlihat nilai
kebutuhan udara yang digunakan. Dalam simulasi ini, untuk
mencari besar kebutuhan udara yang masuk cement mill
menggunakan perhitungan material balance.
Data kadar air feed tersebut digunakan untuk melakukan
simulasi awal sebelum nantinya dilakukan perubahan variabel
untuk mendapatkan data perbandingan sebagai dasar penarikan
hubungan antara kadar air pada feed dan kebutuhan udara yang
masuk ke cement mill.

Berikut adalah contoh dari simulasi yang telah dijalankan dengan


menggunakan data kadar air feed yang telah didapatkan:
Tabel 4.1.3Material Balance Cement Mill dengan data Feed Juni
2016
INPUT
OUTPUT
Feed
Cement
Komponen
x
m (kg)
Komponen
x
m (kg)
0,867 120.927,1
Clinker
0,85 120.927,15 Clinker
7
5
0,040
Gypsum
0,0392
5.582,57 Gypsum
5.582,57
1
0,071
Batu Kapur
0,0698
9.931,68 Batu Kapur
9.931,68
3
0,017
Trass
0,0175
2.489,68 Trass
2.489,07
9
0,003
Air
0,0235
3.336,77 Air
426,80
1
142.267,23
139.357,2
TOTAL
1
TOTAL
1
6
67
Udara
Udara
Komponen
x
m (kg)
Komponen
x
m (kg)
0,907
Udara
0,976
37.603,71 Udara
37.603,71
46
0,092
Air
0,024
924,68 Air
3.834,65
54
41.438,35
TOTAL
1 38.528,389 TOTAL
1
9
180.795,6
180.795,
TOTAL INPUT
TOTAL OUTPUT
25
625
Tabel 4.1.4Heat Balance Cement Mill dengan data Feed Juni
2016
Jurusan matematika
Fakultas sains dan teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
2016

13

JENIS
Input Qfeed

Clinker
Gypsum
Batu kapur
Trass
Air
TOTAL
Input Qudara
Udara
Air
TOTAL
Input Qgrinding
Grinding
TOTAL Q INPUT
Output Qcement
Clinker
Gypsum
Batu kapur
Trass
Air
TOTAL
Output Qudara
Udara
Air
TOTAL
Output Qradias
Radiasi
Output QPanas Latent Air
Panas Latent Air
Output Qloss
Q loss
TOTAL Q OUTPUT

Hs (kJ)
7.180.049,57
18.841,16
27.522,89
6.533,81
41.709,64
7.274.657,08
138.281,44
5.548,09
143.829,53
17.056.667
24.475.153,28
7,467,251.56
489,870.20
536,696.42
169,879.16
135,153.87
8,798,851.21
3,503,129.78
582,866.95
4,085,996.73
1,043,039.94
8,099,750.08
2,447,515.33
24.475.153,28

IV.2 Pengaruh Kadar AirFeed dan Kebutuhan


Udara pada Cement Mill
Dengan menggunakan perhitungan material balance dan
heat balance terebut, kadar air pada pada salah satu komponen
dapat dirubah secara bergantian sedangkan komponen yang
lainnya tetap, sehingga didapatkan grafik hubungan antara kadar
air masing-masing komponen terhadap kebutuhan udara yang
diperlukan sebagai berikut:

Jurusan matematika
Fakultas sains dan teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
2016

14

Grafik Hubungan Antara Kadar Air


dan Kebutuhan Udara
16
14
12
10
8
6
4
2
0
udara (m3/s)

kadar air (%massa)


trass

batu kapur

gypsum

Gambar 4.2.1 Grafik Hubungan Antara Kadar Air dan Kebutuhan


Udara
Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa kadar air tiap
komponen pada feed cement mill berpengaruh pada jumlah
kebutuhan udara yang digunakan. Dan dari grafik tersebut juga
dapat dilihat seberapa besar pengaruh apabila kandungan kadar
air salah satu komponen tersebut naik ataupun turun. Semakin
tinggi kadar air pada feed, maka udara yang dibutuhkan akan
semakin sedikit. Hal ini dikarenakan material yang akan diproses
di dalam cement mill akan dikurangi kadar airnya melalui proses
pengeringan. Proses pengeringan di dalam cement mill terjadi
dengan bantuan panas yang timbul dari gesekan antara grinding
ball dan liner atau dinding bagian dalam cement mill.Proses
pengeringan material tidak dilakukan oleh udara yang masuk.
Udara di dalam cement mill berperan sebagai pendorong
material agar berpindah dari chamber 1 ke chamber 2 dan
akhirnya keluar cement mill. Udara juga berperan sebagai
transportasi air yang telah teruapkan dari material. Sehingga
tidak terjadi clogging atau penyumbatan pada diafragma cement
mill.

Kecepatan udara di dalam cement mill berbanding lurus


dengan banyak sedikitnya kebutuhan udara selama proses
penggilingan dan pengeringan di dalam cement mill. Apabila
Jurusan matematika
Fakultas sains dan teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
2016

15

kebutuhan udara sedikit, maka kecepatan udara di dalam


cement mill juga akan kecil. Aliran udara yang lambat inilah yang
mampu membuat waktu tinggal (residence time) semakin lama.
Waktu tinggal material yang lama mampu memaksimalkan
proses pengeringan sehingga air yang teruapkan akan semakin
banyak.
Adapun kecepatan udara yang ada di dalam cement mill
dipengaruhi oleh bukaan dumper pada fan yang berada setelah
alat electrostatic precipitator (EP). Bukaan dumper menentukan
banyak sedikitnya udara yang dihisap yang kemudian akan
masuk ke cement mill dan dilanjutkan ke EP. Hisapan fan itulah
yang mempengaruhi apakah udara akan mengalir cepat atau
lambat. Bukaan dumper juga harus memperhatikan ampere pada
fan, apabila dumper dibuka terlalu besar maka kerja fan akan
semakin berat, ampere fan akan semakin tinggi, sehingga
menyebabkan motor penggerak fan menjadi panas. Apabila hal
ini tidak segera ditangani maka akan menyebabkan terjadinya
crash pada mesin.
Untuk saat ini pada cement mill Tonasa Unit IV
menggunakan bukaan dumper 50%, hal ini disesuaikan dengan
kondisi kadar air pada materialfeed cement millsaat ini. Jika
kadar air pada material suatu waktu berubah, bukaan pada
dumper dapat dirubah sesuai dengan hasil perhitungan yang
muncul pada simulasi.

IV.3 Pengaruh Kadar Air Material dan Jumlah


Feed Cement Mill
Dari penjelasan sebelumnya diketahui bahwa udara yang
masuk berdasarkan kadar air material feed diatur menggunakan
bukaan dumper pada fan. Dumper sendiri dibatasi oleh ampere
yang menunjukkan kemampuan motorpenggerak fan. Pada
cement mill Tonasa unit IV batasan bukaan maksimal dumper
sebelum menyebabkan motor fan memanas ialah sebesar 60%.
Dengan bukaan dumper sekian dan kadar air material seperti
yang telah disebutkan sebelumnya, apabila menggunakan
perhitungan pada simulasi yang telah tersedia diketahui bahwa
feed yang diberikan pada cement mill hanya sebesar 157.822
ton/jam. Jumlah tersebut termasuk rendah jika ditinjau dari
kapasitas desain cement mill yang digunakan.
Mengingat kadar air pada material tidak selalu konstan,
karena material tambahan seperti gypsum, trass, dan batu kapur
Jurusan matematika
Fakultas sains dan teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
2016

16

berasal dari alam, sehingga tidak dapat dipastikan jumlah air


yang terkandung di dalamnya. Apabila kadar air material
meningkat, dapat diatasi dengan mengecilkan bukaan dumper
sehingga aliran udara juga menjadi lambat dan material memiliki
waktu tinggal yang lebih lama di dalam cement mill sehingga
pengeringan dapat berlangsung secara maksimal. Namun
apabila case yang terjadi adalah kadar air pada material
berkurang, sementara bukaan dumper sudah maksimal dan tidak
dapat diperbesar lagi, maka hal yang dapat dilakukan untuk
memaksimalkan produksi adalah dengan menambahkan jumlah
feed yang masuk ke cement mill.
Berbekal simulasi yang ada, dengan merubah kadar air
pada material, maka akan muncul jumlah ideal feed yang dapat
diberikan ke cement mill. Untuk mengetahui apakah kadar air
feed berpengaruh terhadap jumlah feed yang dapat diberikan,
variabel kadar air pada masing-masing komponen dirubah secara
bergantian, sehingga menghasilkan grafik sebagai berikut:

Grafik Hubungan Antara Kadar Air dan


Jumlah Feed Cement Mill

Trass
Jumlah feed (ton/jam)

240
220
200
180
160
140
120
100
80
60
40
20
Batu0Kapur

Gypsum

KADAR AIR (%massa)

Gambar 4.3.1Grafik Hubungan Antara Kadar Air dan Jumlah


Feed Cement Mill
Dari grafik diatas, dapat diketahui bahwa kadar air pada
material berbanding terbalik dengan jumlah feed yang masuk ke
dalam cement mill, semakin rendah kadar air pada feed, maka
Jurusan matematika
Fakultas sains dan teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
2016

17

semakin banyak jumlah feed yang mampu diberikan ke dalam


cement mill.
Mari bandingkan dua kondisi feed cement mill, yang
pertama dengan kadar air tinggi dan yang kedua dengan kadar
air rendah. Dengan menggunakan basis waktu pengoprasian
yang sama yaitu 1 jam, untuk mencapai proses pengeringan
secara maksimal sehingga target kadar air semen yang baik
dapat terpenuhi, feed dengan kadar air tinggi hanya mampu
diberikan semisal sebesar 150 ton/jam, namun dengan feed
berkadar air rendah,feed yang diberikan dapat ditambah.
Sebab,feed dengan kadar air rendah tidak memerlukan waktu
yang lama untuk mencapai kondisi kadar air maksimal pada
semen. Dengan menambahkan jumlah feed maka dalam waktu
produksi yang sama, produk semen yang dihasilkan dapat
bertambah. Sehingga kadar air feed cement mill yang rendah
dapat meningkatkan produksi cement mill.

IV.4 Kondisi Operasi Optimum Cement Mill


Berbekal simulasi yang ada dan kadar air feed cement mill sebagai variabel
bebas, dapat diketahui kebutuhan udara dan jumlah feed yang dapat diberikan.
Dengan demikian dapat diketahui bagaimana kondisi operasi optimum cementmill
pada Tonasa unit IV.
Apabila ditinjau dari kebutuhan produksi pabrik yang mencapai 200
ton/jam dan dengan asumsi kondisi bukaan dumper maksimal yaitu 60% serta
target perusahaan dengan faktor clinker sebesar 0.7%, yakni feed cement mill
mengandung 70% clinker, 5% gypsum dan sisanya diisi dengan material ketiga,
maka kadar air pada masing-masing komponen feed cement mill baik gypsum,
batu kapur, maupun trassyang baik haruslah tidak lebih dari 5%. Dengan kondisi
kadar air sekian, jumlah feed yang diberikan pada cement mill dapat mencapai
jumlah yang sesuai dengan kebutuhan produksi pabrik, sehingga kapasitas cement
mill lebih maksimal. Sebab tidak mungkin apabila menggunakan gypsum, batu
kapur, dan trass dengan kandungan kadar air yang ada saat ini dan ingin mencapai
target tersebut.
Mengingat kadar air pada material feed belum mencapai angka >5%, maka
harus dilakukan treatment terhadap material sebelum memasuki cement mill.
Treatment yang dapat diberikan pada material feed cement mill antara lain dengan
mengeringkan material terlebih dahulu agar kandungan air pada masing-masing
komponen berkurang sehingga mampu memaksimalkan proses penggilingan dan
pengeringan di dalam cement mill. Selain itu, cara lain untuk memaksimalkan
operasi sistem cement mill ialah dengan menggunakan material alternatif yang
memiliki kadar air lebih rendah jika dibandingkan dengan kadar air pada material
yang tengah digunakan saat ini.

Jurusan matematika
Fakultas sains dan teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
2016

18

BAB V
SIMPULAN
V.1 Simpulan
Dari hasil analisa permasalahan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik
beberapa simpulan antara lain :
1. Kadar air pada masing-masing komponen feed cement mill
berbanding terbalik dengan jumlah feed yang diberikan. Semakin
rendah kadar air pada material feed maka jumlah feed yang diberikan
dapat semakin banyak.
2. Bila ditinjau dari kapasitas fan yang digunakan Tonasa Unit IV,
apabila fan digunakan dalam kondisi maksimum yaitu dengan bukaan
dumper 60%, dan dengan harapan target faktor clinker 70%, maka
dengan menggunakan simulasi yang ada, akan didapatkan nilai kadar
air pada masing-masing komponen feed yang baik ialah dengan
gypsum 5%, batu kapur 5%, dan trass 5%.

V.2 Saran
Untuk menjawab permasalahan yang ada maka saran yang dapat
diberikan, yaitu :
1. Untuk memaksimalkan produksi Semen Tonasa Unit IV, dapat
dilakukan dengan meningatkan jumlah feed yang diberikan pada
cement mill. Penambahan feed dilakukan dengan memperhatikan
kadar air pada masing-masing komponen feed cement mill.
2. Untuk mencapai kadar air ideal agar sistem mampu berjalan optimum,
maka akan lebih baik apabila dilakukan treatment pada masingmasing komponen feed cement mill. Treatment yang dilakukan dapat
berupa pengeringan material terlebih dahulu sebelum memasuki
cement mill. Hal tersebut akan mengurangi kadar air material
sehingga proses penggilingan dan pengeringan lebih optimum. Hal
lain yang dapat dilakukan adalah dengan mencari material alternatif
yang memiliki kadar air lebih rendah dari material yang digunakan
sekarang.

Jurusan matematika
Fakultas sains dan teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
2016

19

DAFTAR PUSTAKA
Duda, Walter.H. 1985.Cement Data-Book 3rd edition, Bauverlag
GmbH, Berlin .
FLSmidth, 1994
Geankoplis, C.J. 1993. Transport Processes and Unit Operations.
New Jersey: Prentice Hall.
Holderbank. 1993. Cement Seminar Process Technology: Heat
Balances of Kilns and Coolers and Related Topics.
Institut Semen dan Beton Indonesia.2008. Bab 4 Pengendalian
Kualitas Klinker dan Semen.
Peray. Kurt E. Cement Manufactures Handbook. New York.
Perry, R.H. 1999. Perrys Chemical Engineers Handbook. New
York: McGrawHill.
Van

Ness,H.C, Smith, dkk.2005.Introduction to Chemical


Engineering Thermodynamics 6th ed.New York : Mc Graw
Hill Inc.

Jurusan matematika
Fakultas sains dan teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
2016

20

LAMPIRAN
1. Data Kandungan H2O dalamFeed Cement Mill Bulan Juni
2016
Tanggal
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Avrg

Gypsum
21.95
21.36
22.53
22.72
23.33
20.61
21.68
23.10
22.14
20.81
20.56
20.88
21.69
21.91
21.21
20.54
21.07
20.93
21.49
20.83
21.80
21.38
20.31
20.93
21.91
21.70
21.52

Batu Kapur
6.81
7.28
7.25
6.95
7.27
6.93
7.09
6.58
6.97
6.97
6.98
6.95
6.82
7.36
7.12
6.32
6.75
6.87
7.11
6.97
6.62
6.95
6.95
6.25
6.85
6.82
6.92

Trass
29.80
29.60
30.18
29.97
29.45
29.43
29.60
29.03
30.57
29.93
29.68
30.11
29.71
30.18
29.31
30.19
30.75
29.97
29.91
31.03
30.69
30.79
29.80
30.20
30.60
30.01
30.02

Jurusan matematika
Fakultas sains dan teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
2016

21

2. Data Design Cement Mill Tonasa Unit 4


Diameter efektif Ch.1
= 4,75 m
Diameter efektif Ch.2
= 5,5 m
Panjang Ch.1
= 4,86 m
Panjang Ch.2
= 11,16 m
Filling degree Ch.1 = 27%
Filling degree Ch.2 = 31%
Tinggi efektif Ch.1 = 3,307 m
Tinggi efektif Ch.2 = 3,568 m
Power MD 1
= 2800 kW
Power MD 2
= 2800 kW
Luas selimut Ch.1
= 92,94 m2
Luas selimut Ch.2
= 182,76 m2
Luas permukaan Ch.1
= 13,353 m2
Luas permukaan Ch.2
= 16,418 m2
3. Data Hasil Pengamatan
T udara ambient
= 30C
= 303 K
T klinker in
= 100C
= 373 K
T batu kapurin
= 29C
= 302 K
T trass in
= 28C
= 301 K
T gypsumin
= 28C
= 301 K
T udara in
= 28C
= 301 K
=
82,4F
T air in
= 28C
= 301 K
= 82,4F
T reject
= 115C
= 388 K
= 239F
T udara out
= 101C
= 374 K
= 213,8F
T air out
= 101C
= 374 K
= 213,8F
T semen out
= 103C
= 376 K
= 217,4F
T shell luar Ch.1
= 95C
= 368 K
=
203F
T shell luar Ch.2
= 97C
= 370 K
=
206,6F
P udara ambient
= 1013,3 mbar = 1 atm
P inletmill
= -0,3 mbar
P outlet mill
= -3 mbar

Jurusan matematika
Fakultas sains dan teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
2016

22

4. Data Literatur
Cp H2O liquid
Cp H2O vapour
L air
Cp udara
Cp clinker
Cp gypsum
Cp batu kapur
Cp trass
Cp semen

5. Densitas udara
Densitas udara
Densitas udara in
Densitas udara out

= 1 kcal/kgC
= 0,48 kcal/kgC
= 595,48 kcal/kg
= 0,242 Btu/lbF
= 0,19 kcal/kgC
= 0,27 kcal/kgC
= 0,1663 kcal/kgC
= 0,21 kcal/kgC
= 0,185 Btu/lbF
= 0.0000000488 kcal/(m2.h.K4)
= 1290 kg/N.m3
= 1,1697 kg/m3
= 0,9388 kg/m3

6. Properti fisik udara pada tekanan (101,325 kPa) 1 atm


absolute, SI Units

Jurusan matematika
Fakultas sains dan teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
2016

23

Jurusan matematika
Fakultas sains dan teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
2016

24

APPENDIX
1. Luas Permukaan Kosong di
dalam Cement Mill
Chamber 1
Luas tembereng = Luas
juring Luas ABC
2
1
x x r 2 (2 x AD x AB )
( 360 =
2
= 6,5883
2,2135

h
A

= 4,37477 m2
Luas lingkaran

x r2
= 3,14 x 2,3752
= 17,7277 m2

Luas permukaan kosong


tembereng

= Luas lingkaran Luas

= 17,7277 4,37477
= 13,353 m2

Chamber 2
Luas tembereng = Luas
juring Luas ABC
2
1
2
( 360 x x r (2 x 2 AD x AB )
=

= 9,5989 2,2495
C

= 7,3494 m2
Luas lingkaran=

xr

= 3,14 x 2,75
= 23,768 m2
Jurusan matematika
Fakultas sains dan teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
2016

25

Luas permukaan kosong


tembereng

= Luas lingkaran Luas

= 23,768 7,3494
= 16,418 m2

Jurusan matematika
Fakultas sains dan teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
2016

26

2. MaterialBalance
New feed
= 157,822 ton/jam
= 157.822 kg/jam
Reject
= 157,822 ton/jam
= 157.822
kg/jam
Cement mill feed = 315,644 ton/jam
= 315.644 kg/jam
Wet Basis :
% clinker = 85%
= 134,15 ton/jam = 134.149 kg/jam
% gypsum = 5% = 7,8911 ton/jam = 7.891
kg/jam
% batu kapur
= 7,5%
= 11,837 ton/jam = 11.837
kg/jam
% trass
= 2,5%
= 3,9455 ton/jam = 3.946
kg/jam

Udara
vudara
= 6,1 m3/s = 25.685,6
kg/jam
(asumsi : udara yang digunakan berasal dari
lingkungan)
T lingkungan
= 30C
Kelembaban relatif
= 80%
Kandungan uap air di udara
= 0,024 kg uap/kg
udara (dari psikometrik)
= 616,454 kg/jam
Udara murni
= 25.069 kg/jam

Air
Feed :
Kadar air clinker = 0% = 0 ton/jam = 0
kg/jam
Kadar air gypsum
= 21,52%
= 1,6982
ton/jam
= 1.698,16
kg/jam
Kadar air batu kapur
= 6,9%
= 0,8167
ton/jam
= 817 kg/jam
Kadar air trass = 30% = 1,1837 ton/jam = 1.183,66
kg/jam
TOTAL MOISTURE = 2,34%
Produk :
Kadar air semen
= 616,45 kg/jam

Dry Basis
Clinker
kg/jam
Gypsum
6.193
kg/jam

= 0,30%

= 0,47 ton/jam

= 134,149 ton/jam

= 134.149

= 6,19293 ton/jam

Jurusan matematika
Fakultas sains dan teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
2016

27

Batu kapur
11.019,9kg/jam
Trass
kg/jam
Reject
kg/jam
UMPAN KERING
kg/jam

Semen Kering
Semen

= 11,0199 ton/jam

= 2,76188 ton/jam

= 2.762

= 157,349 ton/jam

= 157.349

= 311,472 ton/jam

= 311,472

= 153,65 ton/jam = 153.650 kg/jam

3. Heat Balance
Qfeed + Qudara in + Qgrinding = Qvap + Qsemen + Qudaraout +Qloss
INPUT
Feed
Kompone
n
Clinker
Gypsum
Batu
Kapur
Trass
Air
TOTAL

Cp
(kcal/kg
C)

m (kg)

0.850
00
0.039
24
0.069
83
0.017
50
0.023
44
1.000
00

134,148.
69

0.19

6,192.93
11,019.9
2

0.27
0.166273
409

2,761.88

0.21

3,698.56
157,821.
989

T
(
C)

Hs (kJ)

75

7,965,078.5
3

20,901.16

30,538.66

7,249.95

46,231.98
8,070,000.
27

Udara
Kompon
en
Udara
Air
TOTAL

m (kg)

0.976
00
0.024
00
1.000

25,069.1
4
616.45
25,685.5

Cp
(kcal/kg
C)
0.06098
4
0.48

T
(
C)
14
3

Hs (kJ)
92,187.63
3,698.73
95,886

Jurusan matematika
Fakultas sains dan teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
2016

28

Kompone
n

m (kg)
00

0.8671
2
25,069.14
0.1328
8
3,841.55
1.0000 28,910.68
0
5

Udara
Air
TOTAL

Cp
(kcal/kg
93C)
0.060984
0.48

T
(
C)

Hs (kJ)

367

2,335,419.8
5

76

.35

583,915.08
2,919,334.94

Grinding
Qgrinding = 85% of power supplied to the mill table
Q
= 85% (Power Ch.1 + Power Ch.2)
= 85% (2.800 + 2.800)
= 4.760 kw
= 4.093.600 kcal
= 17.056.667 kJ

TOTAL Q INPUT
= Qfeed + Qudara in + Qgrinding
= 8.070.000,27 + 95.886,35 +
17.056.667
= 25.222.553,29 kJ
OUTPUT
Cement
Kompone
n
Clinker
Gypsum
Batu
Kapur
Trass
Air
TOTAL

Cp
(kcal/kg
C)

m (kg)

0.867
73
0.040
06
0.071
28
0.017
87
0.003
06
1.000
00

134,148.
69

0.19

6,192.93
11,019.9
2

0.27
0.166273
409

2,761.88

0.21

473.47
154,596.
897

Udara

Radias
Radiasi
Q radiasi Ch.1
= x A x T4
= 0 x 92,94 x 18.339.659.776

T
(
C)

Hs (kJ)

78

8,283,681.6
7

78
78
78
76

Jurusan matematika
Fakultas sains dan teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
2016

543,430.03
595,503.91
188,498.64
149,930.89
9,761,045
.15

29

= 83.179,01 kcal
Q radiasi Ch.2
= x A x T4
= 0 x 182,76 x 18.741.610.000
= 167.150,57 kcal
Q RADIASI = 1.043.039,94 kJ

Panas Latent Air


Q1
= m x Cp x dT
= 3.225 x 1 x 72,13
= 232.625,91 kcal
Q2
=mxL
= 3.225 x 595,48
= 1.920.478,00 kcal
= 8.001.991,65 kJ
Q3
= m x Cpu x dT
= 3.225 x 0,48 x 0,87
= 1.346,80 kcal
= 5.611,66 kJ
Q PANAS LATEN AIR = 8.976.877,94 kJ

Q Loss
Asumsi : 10% dari Q input
Q LOSS = 2.522.255,33 kJ

TOTAL Q OUTPUT= Qvap + Qsemen + Qudaraout +Qloss


= 8.976.877,94 + 2,919,334.94
+2,919,334.94 + 2.522.255,33

= 25.222.553,29 kJ

HEAT BALANCE

= Q INPUT Q OUTPUT
= 25.222.553,29

25.222.553,29
=-

Jurusan matematika
Fakultas sains dan teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
2016

30

Anda mungkin juga menyukai