Anda di halaman 1dari 10

Disusun Oleh :

Adilah Salamatunnisa
1543050043

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA
2016
PENGGOLONGAN ANTIBIOTIKA BERDASARKAN STRUKTUR KIMIA
1. Golongan Beta-Laktam

Penisilin

Mekanisme Kerja :
Penisilin merintangi/menghambat pembentukan sintesa dinding sel bakteri
sehingga bila sel bakteri tumbuh dengan dinding sel yang tidak sempurna maka
bertambahnya plasma atau air yang terserap dengan jalan osmosis akan menyebabkan
dinding sel pecah sehingga bakteri menjadi musnah.
Berdasarkan mekanisme kerjanya antibiotic -laktam I termasuk antimikroba
yang menghambat sintesis dinding sel mikroba. Efek bakterisid diberikan pada mikroba
yang sedang aktif membelah. Pada waktu berlangsungnya pembelahan, sebagian dari
dinding sel induk dilisis oleh suatu asetilmuramidase. Dinding sel bakteri terdiri dari
mukopeptida. Transpeptidase terlibat dalam pembentukan dinding sel baru. Enzim ini
diblokir oleh penisilin sehingga pembentukan dinding sel tidak sempurnayang
mengakibatkan matinya bakteri. Oleh karena dinding sel kokus gram positif terdiri dari
60 % sedangkan kokus gram negative hanya mengandung 10 % mukopeptida, maka
spectrum antimikroba dari penisilin tidak luas (Wattimena, 1991).
Contoh Turunan Antibiotik (Golongan penisilin)
1. Penisilin G
Penisilin G diekstraksi dari biakan Penisillinum chrysogenum dan merupakan
penisilin alami. Penisilin G diperdagangkan dalam bentuk hablur murni yang bersifat
asam. Penisilin G dalam larutan tidak stabil pada PH 5 atau kurang dan pada PH 8
atau lebih. Larutan penisilin bila dibiarkan bebrapa hari lamanya akan terurai
meskipun disimpan dalam tempat dingin. Penisiln G dapat membentuk garam dengan
logam alkali dan alkali tanah yang larut dalam air, sedangkan garam dengan logam
berat tidak mudah larut (Wattimena, 1991)
2. Fenoksimetilpenisilin (Penicilin V)
Penisilin V merupakan turunan fenoksimetil dari penisilin G. PENISILIN v
sedikit larut dalam air, mudah larut dalam alcohol dan aseton (Wattimena, 1991).
3. Amoksisilin`
Amoksisilin diperoleh dengan cara mengasilasi asam 6 aminopenisilinat dengan
D-(-)-2-(p-hidroksifenil) glisin. Amoksisilin berupa bubuk, hablur putih, berasa pahit,

tidak stabil pada kelembaban tinggi dan suhu diatas 37 o C. Kelarutannya dalam air
1g/370 ml, dalam alcohol 1g/2000 ml (Wattimena, 1991).
4. Ampisilin
Asam 6 aminopenisilinat dialisasi dengan D-(-)- glisin menghasilkan ampisilin.
Ampisilin berupa bubuk, hablur putih, tak berbau. Garam trihidratnya stabil pada
suhu kamar. Dalam air kelarutannya 1 g/ml, dalam etanol absolute 1g/250ml dan
praktis tak larut dalam eter dan kloroform (Wattimena, 1991).
5. Bekampisilin
Bekampisilin turunan dari ampisilin dimana gugusan 3-karboksil tersubstitusi
oleh gugus etil membentuk ester. Garam HCL nya berbentuk hablur putih yang larut
dalam air.
6. Siklasilin
Siklasilin berupa bubuk, hablur putih, kelarutannya dalam air 1 g dalam 25 ml
pada suhu 38o C.
7. Hetasilin
Asam 6-aminopenesilinat

diasilasi

dengan

D-(-)fenilglisilklorida

lalu

dikondensasikan dengan aseton menghasilkan (hetasilin). Hetasilin berupa bubuk


hablur putih, praktis tidak larut (dalam air).
8. Dikloksasilin
Dikloksasilin adalah hasil asilasi asam 6-aminopenisilinat dengan 3-(2,6diklorofenil)-5-metil-4

isoksazolkarbonat,

hasilnya

dihablurkan

kembali

dan

dibuatkan garam natriumnya. Dikloksasilin berbentuk hablur bubuk putih, berbau


agak khas, melebur antara 222o dan 225o dengan penguraian: pKa = 2,67; larut baik
dalam air, larut dalam etanol; tahan terhadap asam.
9. Metisilin
Metisilin diperoleh sebagai hasil kondensasi asam 6 aminopenisilinat dengan
2,6-dimetoksibenzoilklorida dan kemudian diendapkan dengan natriumasetat untuk
memperoleh garam Na. Metisilin berupa bubuk hablur halus berwarna putih tak
berbau, yang larut baik dalam air, sedikit larut dalam kloroform dan tak larut dalam
eter.
10. Nafsilin
Asam 6 aminopenisilinat yang diasilasi dengan 2 etoksi-1-naf-toilklorida
dalam pelarut organik bebas air, mengandung trietilamin menghasilkan nafsilin.
Nafsilin berupa bubuk berwarna putih kekuning-kuningan, berbau agak khas, larut
dalam air, kloroform dan etanol. Oleh asam sebagian diuraikan. Nafsilin tahan
penisilinase.

11. Kloksasilin
Asam 6 aminopenisilinat diasilasi dengan 3 (O-klorofenil)-5-metil-4
isoksazolkarboksilat. Hasinya dimurnikan dengan cara penghabluran kembali,
kemudian kloksasilin dibuatkan garam natriumnya. Kloksasilin berupa bubuk hablur
putih; stabil terhadap cahaya; sedikit higroskopis; terurai antara 170 o dan 173o ; PH
larutan 1% terletak antara 4,5 dan 7,5. Kloksasilin larut baik dalam air, etanol dan
sedikit larut dalam kloroform.
12. Oksasilin
Oksasilin diperoleh dengan cara mengkondensasikan Asam 6 aminopenisilinat
dengan 5 metil-3-fenil-4-isoksazolklorida dalam pelarut organic yang sesuai,
kemudian oksasilin diendapkan dengan natrium asetat sebagai garam natrium.
Oksasilin berupa bubuk hablur halus, berwarna putih dan tak berbau. Garamnya larut
dalam air, sedikit larut dalam etanol absolute, kloroform dan tak larut dalam eter.
Oksasilin tahan penisilinase
13. Karbenisilin
Karbenisilin berupa bubuk Kristal putih berasa pahit, higroskopik, tak berbau; pH
larutan 1% b/v antara 6,5 dan 8,0; pKa 1 = 2,76, pKa2=3,5. Kelarutannya dalam air 1
g/1,2 ml, dalam etanol 1g/2,5 ml, praktis tidak larut dalam kloroform dan eter, tidak
stabil dengan asam, garam indanil lebih stabil terhadap asam.
14. Tikarsilin
Tikarsilin diperoleh dari Ampisilin dimana inti benzene diganti dwngan inti
tiofen. Tikarsilin berupa bubuk putih sampai kuning, higroskopik, larut sangat baik
dalam air. Tikarsilin diuraikan oleh mikroba yang memproduksi -laktamase.
15. Azlosilin
Azlosilin adalah turunan Ampisilin dimana gugus amina tersubstitusi dan
merupakan asilureidopenisilin. Garam natriumnya berupa bubuk hablur berwarna
kuning pucat yang larut dalam air, methanol dan dimetilformamida serta larut sedikit
dalam etanol dan isipropanol. Azlosilin peka terhadap -laktamase yang diproduksi
oleh Enterobacteriaceae atupu

terhadap

penisilinase

yang

diproduksi

oleh Staphylococcus aureus.


16. Mezlosilin
Mezlosilin diperoleh secara semi sintetik seperti Azlosilin kecuali pada inti
imidazolidin N-heterossiklik tersustitusu gugus metil sulfonil. Garam natrium
monohidrat Mezlosilin berbentuk hablur kuning pucat yang larut dalam air, methanol
dan dimetilformamida, tidak larut dalam aseton dan etanol.

17. Piperasilin
Piperasilin merupakan turunan dari penisilin. Piperasilin mempunyai spectrum
antimikroba yang identik dengan Mezlosilin. Piperasilin juga peka terhadap laktamse yang diproduksi oleh gonokokus (Wattimena, 1991).
Diantaranya Antibiotika Beta-laktam yaitu golongan karbapenem (ertapenem, imipenem,
meropenem), golongan sefalosporin (azteonam, sefaleksin, sefazolin, sefuroksim, sefadroksil,
seftazidim), golongan beta-laktam monosiklik, dan golongan penisilin (benzyl penisilin,
oksisilin, fenoksimetilpenisilin, ampisilin, amoksisilin).

2. Golongan Aminoglikosida
Mekanisme Kerja :
Aminoglikosida bekerja dengan tiga cara, yaitu (1) penghambatan sintesis protein dari
bakteri. Setelah memasuki sel aminoglikosida akan mengikatkan diri dengan reseptor pada
30s ribosom bakteri, kemudian menghambat pengikatan dari aminoasil-tRNA dan
mengakibatkan kesalahan pembacaan mRNA, sehingga protein yang tidak berfungsi yang
disintesis; (2) mengganggu kompleks awal pembentukan peptida; dan (3) menyebabkan suatu
pemecahan polisom menjadi monosom yang tidak berfungsi (Katzung, 1998).
Antibiotik aminoglikosida merupakan bakterisid yang kerjanya cepat. Pembunuhan
bakteri tergantung pada konsentrasi, tetapi aktivitas bakterisid residual masih ada walaupun
konsentrasi serum telah menurun di bawah konsentrasi penghambatan minimum (Brunton,
et.al., 2008).
Diatur oleh potensial elektrik membran, aminoglikosida berdifusi melalui saluran-saluran
encer yang dibentuk oleh protein porin pada membran terluar dari bakteri gram negatif dan
memasuki ruang periplasma. Proses yang kecepatannya terbatas ini dapat diblok atau
dihambat dengan penurunan pada pH atau kondisi anaerobik, seperti pada bisul. Sekali
berada di dalam sel, aminoglikosida mengikat polysome dan mengganggu sintesis protein
dengan menyebabkan kesalahan pembacaan dan terminasi prematur dari translasi mRNA.
Protein abnormal yang dihasilkan mungkin dimasukkan ke dalam membran sel, mengubah
permeabilitas dan kemudian menstimulasi transpor aminoglikosida (Brunton, et.al., 2008).

Contoh Aminoglikosida : Diantaranya amikasin, dibekasin, gentamisin, kanamisin,


neomisin, netilmisin, paromomisin, sisomisin, streptomisin, tobramisin.
1. Streptomisin
Diperoleh dari Streptomyces griseus oleh Walskman (1943) dan sampai sekarang
penggunaannya hampir terbatas hanya untuk tuberkulosa. Toksisitasnya sangat besar
karena dapat menyebabkan kerusakan pada saraf otak ke 8 yang melayani organ
keseimbangan dan pendengarna. Gejala awalnya adalah sakit kepala, vertigo, mual dan
muntah. Kerusakan bersifat reversible, artinya dapat pulih kembali kalau penggunaan
obat diakhiri meski kadang-kadang tidak seutuhnya. Resistensinya sangat cepat sehingga
dalam penggunaan harus dikombinasi dengan INH dan PAS Na atau Rifampisin.
Pemberian melalui parenteral karena tidak diserap oleh saluran cerna. Derivat
streptomisin, dehidrostreptomisin menyebabkan kerusakan organ pendengaran lebih
cepat dari streptomisin sehingga obat ini tidak digunakan lagi sekarang.
2. Neomisin
Diperoleh dari Streptomyces fradie oleh Walksman. Tersedia untuk penggunaan
topical dan oral, penggunaan secara parenteral tidak dibenarkan karena toksik. Antibiotic
ini baik untuk usus sehingga digunakan untuk sterilisasi usus sebelum operasi.
Penggunaan lokal banyak dikombinasikan dengan antibiotic lain, seperti Polimiksin B
dan Basitrasin untuk menghindari terjadinya resistensi.
3. Kanamisin
Diperoleh dari Streptomyces kanamyceticus oleh Umezawa pada tahun 1955.
Persediaan dalam bentuk larutan atau bubuk kering untuk injeksi, pemakaian oral hanya
untuk infeksi usus atau membersihkan usus untuk persiapan pembedahann. Berkhasiat
bakteriostatik pada basil TB, bahkan yang resisten terhadap Streptomisin sehingga
menjadi obat pilihan kedua bagi penderita TBC. Selain itu digunakan dalam pengobatan
infeksi saluran kemih oleh pseudomonas (suntikan). Efek samping : gangguan
keseimbangan dan pendengaran, toksis terhadap ginjal.
4. Gentamisin
Diperoleh dari Mycromonospora purpurea. Berkhasiat terhadap infeksi oleh
kuman gram negatiff seperti Protus, Pseudomonas, Klebsiella, Enterobacter yang antara
lain dapat menyebabkan meningitis, osteomilitis pneumonia, infeksi luka bakar, infeksi
saluran kencing dan THT. Oleh karena itu sebaiknya penggunaan gentamisin secara
topical khususnya di rumah sakit dibatasi agar tidak terjadi resistensi pada kuman-kuman
yang sensitive.

5. Framisetin
Diperoleh dari Streptomyces decaris. Rumus kimia dan khasiatnya mirip
Neomisin. Framisetin hanya digunakan secara lokal seperti salep atau kassa yang
diimpragnasi.
6. Tobramisin
Dihasilkan oleh Stapylococcus tenebrarius. Toksisitasnya paling ringan, khasiat,
efek samping seperti gentamisin sehingga dapat dipakai sebagai pengganti gentamisin.
3. Golongan Kuinolon
Mekanisme Kerja:
Golongan ini dapat digunakan untuk infeksi sistemik. Mekanisme resistensi melalui
plasmid seperti yang banyak terjadi pada antibiotika lain tidak dijumpai pada golongan
kuinolon, namun dapat terjadi dengan mekanisme mutasi pada DNA atau membrane sel
kuman.
Golongan flourokuinolon aktif sekali terhadap enterobacteriaceae (E. coli, Klebsiella,
Enterobacter, Proteus), Shigella, Salmonella, Vibrio, C. jejuni, B. catarrhalis, H. influenza,
dan N. gonorrhoeae. Golongan ini juga aktif terhadap Ps. Aeruginosa. Berbagai kuman yang
telah resisten terhadap golongan aminoglikosida dam beta-laktam ternyata masih peka
terhadap fluorokuinolon.
Streptokokus (termasuk S. pyogenes grup A, Enterococcus faecalis, dan Streptococcus
viridans) termasuk ke dalam kuman yang kurang peka terhadap fluorokuinolon. Kumankuman anaerob pada umumnya resisten terhadap fluorokuinolon.
Golongan kuinolon baru umunya dapat ditoleransi dengan baik. Efek sampingnya yang
terpenting adalah pada saluran cerna dan susunan saraf pusat. Manifestasi pada saluran cerna
terutama berupa mual dan hilang nafsu makan, merupakan efek samping yang paling sering
dijumpai. Efek samping pada susunan saraf pusat umumnya bersifat ringan berupa sakit
kepala, vertigo dan insomnia.
Contoh Golongan Kuinolon, Diantaranya asam nalidiksat, siprofloksasin, ofloksasin,
norfloksasin, levofloksasin, dan trovafloksasin.
4. Golongan Sulfonamida
Sulfonamida merupakan kelompok zat antibakteri dengan rumus dasar yang sama,yaitu
H2N-C2H-SO2NHR, dan R adalah bermacam- macam substituen. Pada prinsipnya senyawasenyawa ini dapat digunakan untuk menghadapi berbagai infeksi.
Aktifitas dan Mekanisme kerja Obat ini memilik kerja bakteriostatis yang luas terhadap

bakteri gram postif dan gram negatif; terhadap Pseudomonas, Proteus dan streptococcus
faecalis tidak aktif.
Mekanisme kerjanya berdasarkan pencegahan sintesis (dihidro)folat dalam kuman
dengan cara antagonisme saingan denga PABA. Banyak jenis bakteri membutuhkan asam
folat untuk membangun asam-asam intinya DNA dan RNA. Asam folat ini dibentuknya
sendiri dari bahan-pangkal PABA(=para-aminobenzoid acid) yang terdapat dimana-mana
dalam tubuh manusia.
Contoh-contoh sulfonamida antara lain:
1. Trisulfa
2. Kotrimoksazol
3. Sulfacetamida (N-[(4-aminofenil)sulfonil]-asetamida);
4. Sulfadiazin
5. Sulfadimetoksin (4-amino-N-(2,6-dimetoksi-4-pirimidinil)benzenesulfonamida)
6. Sulfadimidin (=sulfametazin: 4-amino-N-(4,6-dimetil-2pirimidinil)benzenesulfonamida);
7. Sulfaguanidin(4-amino-N-(aminoiminometil)benzenesulfonamide);
8. Sulfametizol (4-amino-N-(5-metil-1,3,4-tiadiazol-2-il)benzenesulphonamide);
9. Sulfametoksazol (4-amino-N-(5-metil-3-isoxazolil)benzenesulfonamida);
10. sulfatiazol(4-amino-N-2-tiazolilbenzenesulfonamida); dan sebagainya.
5. Polipeptida
- Golongan Makrolida (Eritromisin, Azitromisin, Klaritromisin, Roksitromisin)
Mekanisme Kerja:
Golongan
makrolida
menghambat
sintesis
protein
bakteri

pada

ribosomnya dengan jalan berikatan secara reversibel dengan Ribosom subunit 50S,.
Sintesis protein terhambat karena reaksi-reaksi translokasi aminoasil dan hambatan
pembentuk awal sehingga pemanjangan rantai peptide tidak berjalan. Macrolide bisa
bersifat sebagai bakteriostatik atau bakterisida, tergantung antara lain pada kadar
obat serta jenis bakteri yang
antibiotika

yang

lebih

dicurigai. Efek

tinggi, kepadatan

bakterisida
bakteri

yang

terjadi pada
relatif

kadar

rendah, an

pertumbuhan bakteri yang cepat. Aktivitas antibakterinya tergantung pada pH,


meningkat pada keadaan netral atau sedikit alkali.
Meskipun mekanisme yang tepat dari tindakan makrolid tidak jelas,
telah dihipotesiskan bahwa aksi mereka makrolid menunjukkan dengan menghambat
sintesis protein pada bakteri dengan cara berikut:
1. Mencegah Transfer peptidil tRNA dari situs A ke situs P.
2. Mencegah pembentukan peptida tRNA
3. Memblokir peptidil transferase.
4. Mencegah perakitan ribosom

Antibiotik macrolida terikat di lokasi P-dari subunit 50S ribosom. Hal


ini menyebabkan selama proses transkripsi, lokasi P ditempati oleh makrolida.
Ketika t- RNA terpasang dengan rantai peptida dan mencoba untuk pindah ke
lokasi P, t-RNA tersebut tidak dapat menuju ke lokasi P karena adanya makrolida,
sehingga

akhirnya dibuang dan tidak dipakai. Hal ini dapat mencegah transfer

peptidil tRNA dari situs A ke


menghambat

situs-P dan

memblok

sintesis protein

dengan

translokasi dari rantai peptida yang baru terbentuk. Makrolida juga

memnyebabkan pemisahan sebelum waktunya dari tRNA peptidal di situs A.


Mekanisme kerja makrolida, selain terikat di lokasi P dari RNA ribosom
50S, juga memblokir aksi dari enzim peptidil transferase. Enzim ini bertanggung jawab
untuk pembentukan ikatan peptida antara asam amino yang terletak di lokasi Adan
P dalam ribosom
asam

dengan

amino berikutnya.

cara menambahkan
Dengan

memblokir

peptidil
enzim

melekat
ini,

pada tRNA ke
makrolida mampu

menghambat biosintesis protein dan dengan demikian membunuh bakteri.


-

Golongan Ketolida (Telitromisin)


Golongan tetrasiklin (doksisiklin, oksitetrasiklin, klortetrasiklin).
Mekanisme kerja:
Tetrasiklin merupakan basa yang sukar larut dalam air, tetapi bentuk garam
natrium atau garam HCl-nya mudah larut. Dalam keadaan kering, bentuk basa dan garam
HCl tetrasiklin bersifat relatif stabil. Dalam larutan, kebanyakan tetrasiklin sangat labil
sehingga cepat berkurang potensinya. Golongan tetrasiklin adalah suatu senyawa yang
bersifat amfoter sehingga dapat membentuk garam baik dengan asam maupun basa. Sifat
basa tetrasiklin disebabkan oleh adanya radikal dimetilamino yang terdapat didalam
struktur kimia tetrasiklin, sedangkan sifat asamnya disebabkan oleh adanya radikal
hidroksi fenolik.
Tetrasiklin harus disimpan di tempat yang kering, terlindung dari cahaya.
Tetrasiklin apabila bereaksi dengan logam bervalensi 2 dan 3 (Ca, Mg, Fe ) maka akan
membentuk kompleks yang inaktif sehingga tetrasiklin tidak boleh diminum bersama
dengan susu dan obat-obat antasida.
Obat ini dalam bentuk kering bersifat stabil, tidak demikian halnya bila
antibiotika ini berada dalam larutan air. Untuk tetrasiklin sediaan basah perlu
ditambahkan buffer. Dalam larutan tetrasiklin yang biasa digunakan untuk injeksi
mengandung buffer dengan pelarut propylen glikol pada pH 7,5, dapat tahan 1 tahun pada

suhu kamar sampai 45C. Bila pH lebih tinggi dari 7,5 maka tingkat kestabilan tetrasiklin
akan menurun.
Tetrasiklin bersifat bakteriostatik dengan jalan menghambat sintesis protein. Hal
ini dilakukan dengan cara mengikat unit ribosoma sel kuman 30 S sehingga t-RNA tidak
menempel pada ribosom yang mengakibatkan tidak terbentuknya amino asetil RNA.
Antibiotik ini dilaporkan juga berperan dalam mengikat ion Fe dan Mg. Meskipun
tetrasiklin dapat menembus sel mamalia namun pada umumnya tidak menyebabkan
keracunan pada individu yang menerimanya.
Ada 2 proses masuknya antibiotik ke dalam ribosom bakteri gram negatif;
pertama yang disebut difusi pasif melalui kanal hidrofilik, kedua ialah sistem transport
aktif. Setelah masuk maka antibiotik berikatan dengan ribosom 30S dan menghalangi
masuknya tRNA-asam amino pada lokasi asam amino.

Anda mungkin juga menyukai