Disusun Oleh :
Ahmad Andriansyah
03121403013
Pitri Yanti
03121403032
Anindya Fatmadini
03121403041
03121403045
M. Wandy Amrullah
03121403053
Agus Krismaya
03121403055
Nama Asisten :
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses penyerapan gas oleh penyerap atau absorbent dapat terjadi pada
kolom absorber. Pada industri-industri kimia, pemakaian kolom absorber
disesuaikan dengan kondisi yang diinginkan. Misalnya, tipe atau jenis kolom
absorber yang digunakan. Absorpsi merupakan proses penyerapan yang terjadi
pada seluruh permukaan bahan atau zat hingga ke dalam zat tersebut
yang berlangsung dalam suatu kolom atau absorber. Proses penyerapan yang
terjadi tersebut merupakan suatu fenomena fisik ataupun kimiawi sewakru atom,
molekul, ataupun ion memasuki suatu fase limbak (bulk) lain yang dapat berupa
gas, cairan, ataupun padatan. Proses absorpsi ini tentunya berbeda dengan proses
adsorpsi karena penyerapan molekul dilakukan melalui volume bukan melalui
permukaan (penyerapan terjadi hingga kebagian dalam absorben).
Beberapa faktor yang mempengaruhi proses absorpsi, yaitu kemampuan
pelarut yang digunakan sebagai absorben, laju alir dari pelarut dan jenis atau tipe
kolom yang digunakan serta kondisi operasi yang sesuai. Dalam proses absorpsi,
zat yang diserap disebut fase terserap (absorbat) sedangkan zat yang menyerap
disebut absorben kecuali zat padat. Absorben dapat pula berupa zat cair karena itu
absorpsi dapat terjadi antara zat cair dengan zat cair atau gas dengan zat cair.
Proses absorpsi dapat dibedakan menjadi 2 bagian, yakni proses absorpsi
secara fisika dan proses absorpsi secara kimia. Absorpsi fisika dipengaruhi oleh
gaya Van der Waals pada permukaan absorben. Panas absorpsi fisika rendah dan
lapisan molekul pada permukaan absorben biasanya lebih dari satu molekul.
Sedangkan pada absorpsi kimia terjadi reaksi antara absorbat dan absorben. Panas
absorpsi kimia tinggi dan lapisan molekul pada permukaan absorben hanya satu
lapis.
Proses absorpsi yang terjadi didalam wetted wall absorption column dapat
menggambarkan adanya perpindahan massa didalam kolom tersebut. Perpindahan
massa ini terjadi akibat adanya penyerapan (dalam hal ini berupa absorpsi) yang
1. Dapat mengetahui cara kerja alat wetted wall absorption secara lebih jelas.
2. Dapat menentukan nilai Sh dan nilai Re dari suatu senyawa dengan
menggunakan metode wetted wall absorption.
3. Dapat mengetahui hubungan antara nilai Sh dengan nilai Re dengan melihat
grafik.
4. Dapat mengetahui secara langsung proses terjadi absorpsi apabila suatu gas
dilewatkan pada suatu cairan.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui prinsip dan cara kerja Wetted Wall Absorption Colomn.
2. Mengetahui cara menghitung kadar DO dalam air.
3. Mengetahui cara menghitung koefisien perpindahan massa dalam liquid (kL).
4. Mengetahui aplikasi dari Wetted Wall Absorption Colomn
1.4 Permasalahan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Absorbsi
Absorpsi adalah suatu proses pemisahan suatu komponen fluida dari
campurannya dengan menggunakan solven atau fluida lain. Absorpsi dapat
dilakukan pada fluida yang relatif berkonsentrasi rendah maupun yang bersifat
konsentrat. Prinsip operasi ini adalah memanfaatkan besarnya difusivitas molekulmolekul gas pada larutan tertentu. Bahan yang memiliki koefisien partisi hukum
Henry rendah sangat disukai dalam operasi ini.
Peristiwa absorpsi adalah salah satu peristiwa perpindahan massa yang besar
peranannya dalam proses industri. Operasi ini dikendalikan oleh laju difusi dan
kontak antara dua fasa. Operasi ini dapat terjadi secara fisika maupun kimia.
Contoh dari absorpsi fisika antara lain sistem amonia-udara-air dan aseton-udaraair. Sedangkan contoh dari absorpsi kimia adalah NOx-udara-air, dimana NOx
akan bereaksi dengan air membentuk HNO3.
Tujuan dari operasi ini umumnya adalah untuk memisahkan gas tertentu dari
campurannya. Biasanya campuran gas tersebut terdiri dari gas inert dan gas yang
terlarut dalam cairan. Cairan yang digunakan juga umumnya tidak mudah
menguap dan larut dalam gas. Sebagai contoh yang umum dipakai adalah absorpsi
amonia dari campuran udara-amonia oleh air. Setelah absorpsi terjadi, campuran
gas akan di-recovery dengan cara distilasi.
Peralatan yang digunakan dalam operasi absorpsi mirip dengan yang
digunakan dalam operasi distilasi. Namun, terdapat beberapa perbedaan menonjol
pada kedua operasi tersebut, yaitu sebagai berikut:
1) Umpan pada absorpsi masuk dari bagian bawah kolom, sedangkan pada
distilasi umpan masuk dari bagian tengah kolom.
2) Pada absorpsi cairan solven masuk dari bagian atas kolom di bawah
titik didih, sedangkan pada distilasi cairan solven masuk bersama-sama
dari bagian tengah kolom.
kontaknya dengan gas. Packed Bed berfungsi mirip dengan media filter,
dimana gas dan cairan akan tertahan dan berkontak lebih lama dalam
kolom sehingga operasi absorpsi akan lebih optimal.
17)
Beragam jenis packing telah dikembangkan
untuk
tidak mudah menguap yang akan larut sampai tercapai keadaan setimbang.
Konsentrasi gas yang larut disebut kelarutan gas pada kondisi temperatur
dan tekanan yang ada. Pada temperatur tetap, kelarutan gas akan
bertambah bila tekanan dinaikkan pada absorben yang sama. Gas yang
berbeda mempunyai kelarutan yang berbeda. Pada umumnya kelarutan gas
akan menurun apabila temperatur dinaikkan.
24) 2.2.2. Sistem Multikomponen
25)
kelarutan gas ini tidak mempengaruhi kelarutan gas yang mudah larut.
Bila campuran gas dikontakkan dengan liquid pada kondisi tertentu,
kelarutan setimbang, gas tidak akan saling mempengaruhi kelarutan gas
1) Gaya rata-rata tolak menolak dan tarik menarik dalam larutan tidak
berubah, dalam campuran bahan, volume larutan berubah secara linear.
2) Pada pencampuran bahan tidak ada panas yang diserap maupun yang
dilepaskan.
3) Tekanan uap total larutan berubah secara linear dengan komposisi.
27)
sering digunakan adalah menara isian. Alat ini terdiri dari sebuah kolom
berbentuk sekunder atau menara yang dilengkapi dengan pemasukan gas
dan ruang distribusi pada bagian bawah, pemasukan zat cair dan
distributornya pada bagian atas, sedangkan pengeluaran gas dan zat cair
masing-masing pada bagian atas dan bagian bawah serta tower packing.
Penyangga harus mempunyai fraksi ruang terbuka yang cukup besar untuk
mencegah terjadinya pembanjiran pada piring penyangga itu.
28)
atau zat cair yang akan diolah sifat-sifatnya, rasio antara kedua arus itu,
tingkat perubahan konsentrasi dan pada laju perpindahan massa persatuan
volume isian. Laju optimum zat cair untuk absorpsi didapatkan dengan
menyeimbangkan biaya operasi untuk kedua unit dan biaya tetap untuk
peralatan.
30)
maka suhu di dalam menara itu berubah secara menyolok dari dasar
menara ke puncaknya. Kalor absorpsi zat terlarut menyebabkan naiknya
suhu larutan, penguapan pelarut cenderung menyebabkan suhu turun.
Efeknya secara menyeluruh ialah peningkatan suhu larutan, tetapi di dekat
dasar kolom suhu itu bisa sampai melewati maksimum. Bentuk profil suhu
bergantung pada laju penyerapan zat terlarut, penguapan dan kondensasi
pelarut, serta perpindahan kalor antara kedua fase.
31)
32)
34)
fasa, dimana komponen dalam campuran gas diserap oleh cairan. Campuran
gas umumnya terdiri dari komponen yang dapat diserap dan gas sukar
diserap/ bereaksi (inert), sedangkan cairannya bersifat tidak melarut dalam
dasa gas. Dalam perpindahan massa antar fasa, terdapat batas antara kedua
fasa tersebut. Komponen akan terserap melalui fasanya sendiri kemudian melewati
batas antar fasa dan masuk ke fasa yang lain. Hal ini terjadi bila terdapat cukup
kekuatan gerak (driving force) dari suatu fasa yang lain atau dinamakan koefisien
perpindahan massa (mass transfer coefficient). Laju perpindahan massa
juga tergantung antara lain luas permukaan kontak antar fasa.
35)
Operasi absorbsi gas dalam cairan biasanya dilakukan
dalam suatu kolom silinder berunggun (cylindrical packed coloumn). Unggun
yang dimaksud merupakan sekumpulan benda padat dengan bentuk dan bahan
tertentu (plastik/ keramik) yang disusun sedemikian rupa untuk
menghasilkan luas permukaan kontak antar fasa gas -liquid yang sebesar - besarnya.
Dalam kolom absorbsi, penyerapan komponen gas oleh cairan mengalir melewati
packed bed, biasanya arah aliran fluida diatur sedemikian rupa, dimana cairan
mengalir dari atas dan gas mengalir dari bawah (counter current).
36)
Gas dan cairan yang masuk dan keluar dapat dianalisa
untuk mengetahui jumlah gas yang diserap. Dalam skala laboratorium,
peralatan kolom absorbsi gas biasanya sudah dilengkapi dengan peralatan
analisa sampel gas (hempl analisis) maupun analisa cairan (titrasi). Perangkat peralatan
analisa gas (hempl analisis) berisi larutan NaOH yang reaksinya dengan CO2.
37)
CO2 + 2NaOH Na2CO3+ H2O
38) Jumlah CO2 yang terserap sebanding dengan pertambahan volume larutan dalam peralatan
analisa tersebut.
39)
40) 2.4 Tipe-Tipe Absorber
41)
Absorber
digolongkan
menjadi
beberapa
bagian
10
2.5.1.Teori Film
56)
kecepatan aliran yang sebanding adalah tidak sama kecuali pada kondisi
batas. Dari Reynold Number diketahui koefisien dari transfer massa
banyak digunakan, tetapi lebih sedikit dibandingkan dengan koefisien
11
persyaratan yang paling sulit dicapai, terutama pada tower yang besar.
Secara ideal, terdistribusi dari top packing, mengalir dalam bentuk film
tipis dari seluruh permukaan packing turun ke bawah tower. Sebenarnya
film tersebut, cenderung menebal pada beberapa tempat dan menipis di
tempat lain, sehingga liquid itu mengumpul menjadi arus-arus kecil dan
mengalir melalui lintas-lintas tertentu dalam packing. Begitu juga pada
laju aliran rendah, sebagian besar permukaan mungkin kering atau
sedikitnya diliputi oleh film stagnant liquid. Efek ini disebut sebagai
chanelling dan merupakan penyebab utama dari kerja yang kurang
memuaskan pada menara berukuran besar.
59) 2.5.2.Teori Penetrasi
60)
fase cair. Dalam absorpsi gas di mana cairan diasumsikan sebagai aliran
laminer atau stasioner. Higbie mempertimbangkan bahwa transfer di
dalam cairan dengan transport molekul unsteady state.
61)
t
62)
.................... (1)
63)
mana merupakan waktu yang diperlukan oleh gelembung gas untuk naik
dengan jarak tempuh sama dengan jarak gelembung, C A merupakan
konsentrasi awal, t merupakan fungsi waktu, dan D merupakan jarak
gelembung.
64)
suatu persamaan untuk fluks masa pada titik yang berada pada permukan
cairan yang diekspos untuk absorpsi gas. Berbeda dengan Danckwerte
12
seperti solven yang akan digunakan. Ada beberapa kriteria yang perlu
diperhatikan dalam pemilihan solven, antara lain:
1) Kelarutan Gas
68) Umumnya solven yang memiliki sifat yang sama dengan
bahan terlarut akan lebih mudah dilarutkan. Kelarutan gas harus tinggi
sehingga meningkatkan laju absorpsi dan menurunkan kuantitas solven yang
diperlukan. Jika gas larut dengan baik di dalam fraksi mol yang sama pada
beberapa jenis solven, maka dipilih solven yang memiliki berat molekul
paling kecil agar didapatkan fraksi mol gas terlarut yang lebih besar. Jika
terjadi reaksi kimia dalam operasi absorpsi, maka umumnya kelarutan akan
sangat besar. Namun, bila solven akan di-recovery maka reaksi tersebut
harus reversible. Sebagai contoh, etanol amina dapat digunakan untuk
mengabsorpsi hidrogen sulfida dari campuran gas karena sulfida tersebut
sangat mudah diserap pada suhu rendah dan dapat dengan mudah dilucut
pada suhu tinggi. Sebaliknya, soda kostik tidak digunakan dalam kasus ini
karena walaupun sangat mudah menyerap sulfida tapi tidak dapat dilucuti
dengan operasi stripping.
2) Volatilitas
69) Pelarut harus memiliki tekanan uap yang rendah, karena jika gas
yang meninggalkan kolom absorpsi jenuh terhadap pelarut maka akan ada
banyak solven yang terbuang. Jika diperlukan dapat digunakan cairan
pelarut kedua yang volatilitasnya lebih rendah untuk menangkap porsi gas
13
antara luas permukaan pipa dan aliran fluida sebaiknya digunakan wetted
wall column, alasan penggunaan column ini adalah dalam pengamatan
perpindahan massa yaitu kontak luas permukaan antara dua fase yang
14
hasilnya dapat akurat. Persamaan dasar pada wetted wall column ada 2,
yaitu:
1) Koefisien perpindahan massa untuk aliran gas
2) Koefisien Perpindahan Massa untuk Lapisan Film (Persamaan Vivian
dan Peaceman)
78) 2.7.1 Koefisien perpindahan massa untuk aliran gas
79)
Koefisien perpindahan massa untuk aliran gas dapat
ditunjukkan oleh persamaan :
KC . D . B . I M
0 ,83
0 , 44
0,23. Re . Sc
DAB .
80)
.................... (1)
81) di mana :
82) B = densitas liquid B
83) Re = Reynold Number
84) DAB = massa difusivitas komponen A yang menjadi liquid
85) Sc = Schmidt Number
86) 2.7.2 Koefisien Perpindahan Massa untuk Lapisan Film (Persamaan
Vivian dan Peaceman)
87)
Koefisien
perpindahan
massa
untuk
lapisan
film
15
Alat ini berisi arang halus yang berfungsi menyerap gas-gas yang tidak
diinginkan misalnya gas yang beracun. Arang halus yang juga
16
107)
108)
109)
110)
111)
112)
113)
114)
115)
116)
117)
118)
119)
120)
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
121)
122)
1) Kolom Deoksigenator
2) Pump
3) Compressor
4) Sensor probe
5) Tanki Penampung air
6) Flowmeter udara
7) Flowmeter air
123)
124)
1) Air
2) Udara
125)
126)
16
17
7) Kemudian air yang sudah bebas O2 masuk ke sensor probe untuk menghitung
O2 outlet. Dimana kedua alat ini dihubungkan dengan DO meter.
8)
9)
10)
11)
12)
13)
14)
15)
16)
17)
18)
19)
20)
21)
22)
23)
24)
25)
26)
27)
28)
29)
30)
31)
32)
33)
34)
35)
36)
40)
Firdaus,
M.
Yusuf.
2011.
Absorbsi.
[Online]
42)
Rustamaji.
Heri.
2011.
Tinggi
Packed
Column.
http://herirustamaji.files.wordpress.com/2011/12/pap_31.pdf
[Online]
[diakses
Sucitro,
Ade.
2014.
Absorpsi
Weted
Wall.
[Online]
http://rumahdukasi.blogspot.com/2014/02/absorpsi-weted-wall.html
[diakses tanggal 29 Agustus 2014]
44)
Suprapto,
Hasan.
2013.
Absorpsi.
[Online]
Tiawarman,
Anggi
Yudi.
2013.
Absorpsi.
[Online]
[diakses
30
Agustus 2014]
47)
Zahra,
Amanda.
2010.
Packing
Tower.
[Online]
18