Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sarana ilmiah

pada

dasarnya

merupakan

alat

yang

membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus


ditempuh. Pada langkah tertentu biasanya diperlukan sarana
yang

tertentu

pula.

Oleh

sebab

itu,

maka

sebelum

kita

mempelajari sarana-sarana berpikir ilmiah ini seyogyanya kita


telah

menguasai

langkah-langkah

dalam

kegiatan

ilmiah

tersebut. Dengan jalan ini maka kita akan sampai pada hakikat
sarana yang sebenarnya, sebab sarana merupakan alat yang
membantu kita dalam mencapai suatu tujuan tertentu, atau
dengan kata lain, sarana ilmiah mempunyai fungsi-fungsi yang
khas dalam kaitan kegiatan ilmiah secara menyeluruh.
Sarana berpikir ilmiah ini, dalam proses pendidikan kita,
merupakan bidang studi tersendiri. Artinya kita mempelajari
saran berpikir ilmiah seperti kita mempelajari berbagai cabang
ilmu. Dalam hal ini kita harus memperhatikan dua hal. Pertama,
sarana ilmiah bukan merupakan ilmu dalam pengertian bahwa
sarana ilmiah itu merupakan kumpulan pengetahuan yang
didapatkan berdasarkan metode ilmiah. Seperti diketahui salah
satu karakteristik dari ilmu umpamanya adalah penggunaan
berpikir induktif dan deduktif dalam mendapatkan pengetahuan.
Sarana berpikir ilmiah tidak menggunakan cara ini dalam
mendapatkan
dikatakan

pengetahuannya.

bahwa

sarana

Secara

berpikir

lebih

ilmiah

tuntas

memiliki

dapat
metode

tersendiri dalam mendapatkan pengetahuannya yang berbeda


dengan metode ilmiah. Kedua, tujuan mempelajari sarana ilmiah
adalah untuk memungkinkan kita melakukan penelaahan ilmiah
secara baik. Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah
dengan baik, maka diperlukan sarana yang berupa bahasa,
matematika, statistika dan logika.
B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian dari Bahasa Sebagai Sarana Berpikir


Ilmiah ?
2. Apa Pengertian Matematika Statistik Sebagai Sarana
Berpikir Ilmiah ?
3. Apa Pengertian dari Logika Sebagai Sarana Berpikir
Ilmiah ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Bahasa sebagai Sarana
Berpikir Ilmiah
2. Untuk Mengetahui Pengertian Matematika sebagai Sarana
Berpikir Ilmiah
3. Untuk Mengetahui Pengertian Statistik sebagai Sarana
Berpikir Ilmiah
4. Untuk Mengetahui

Pengertian

Logika

sebagai

Sarana

Berpikir Ilmiah
5. Untuk Mengetahui Hubungan antara Sarana Ilmiah Bahasa,
Matematika, Statistik dan Logika

BAB II
PEMBAHASAN
A. Bahasa
1. Pengertian Bahasa
Bahasa merupakan lambang dimana rangkaian bunyi ini
membentuk suatu arti tertentu.1 Menurut Bloch and Trager,
bahasa adalah suatu sistem simbol-simbol bunyi yang arbitrer
yang dipergunakan oleh suatu kelompok sosial sebagai alat
untuk berkomunikasi.2
Senada dengan definisi diatas, Joseph Broam mengatakan
bahwa bahasa adalah suatu sistem yang berstruktur dari simbolsimbol bunyi arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota
sesuatu kelompok sosial sebagai alat bergaul satu sama lain.

Bahasa memegang peranan penting dan hal yang lazim


dalam

hidup

membuat

dan

manusia

kehidupan
jarang

manusia.

Kelaziman

memperhatikan

tersebut

bahasa

dan

menganggapnya sebagai suatu hal yang biasa, seperti bernafas


dan berjalan. Padahal bahasa mempunyai pengaruh-pengaruh
yang luar biasa dan termasuk yang membedakan manusia dari
ciptaan lainnya. Hal ini senada dengan yang diutarakan oleh
Ernest Cassirer, bahwa keunikan manusia bukanlah terletak pada
1 Jujun S. Suryasumantri, Filsafat Ilmu, Jakarta, Pustaka sinar harapan,
2003, h. 175.
2 Amsal Bakhtiar, Filsafat ilmu, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2013, h.
176.
3 Ibid, h. 177.

kemampuan berpikirnya, melainkan terletak pada kemampuan


berbahasanya.
2. Fungsi Bahasa
Para pakar telah berselisih pendapat dalam hal fungsi
bahasa. Aliran filsafat bahasa dan Psikolinguistik melihat fungsi
bahasa sebagai sarana untuk menyampaikan pikiran, perasaan
dan emosi. Sedangkan aliran Sosiolinguistik berpendapat bahwa
fungsi bahasa adalah sarana untuk perubahan masyarakat.
Walaupun tampak perbedaan, pendapat ini saling
melengkapi. Secara umum dapat dinyatakan bahwa fungsi
bahasa adalah :
a. Koordinator kegiatan kegiatan masyarakat.
b. Penetapan pemikiran dan pengungkapan.
c. Penyampaian pikiran dan perasaan.
d. Penyenangan jiwa.
e. Pengurangan kegoncangan jiwa.4
Menurut Halliday, sebagaimana yang dikutip oleh Thaimah
bahwa fungsi bahasa adalah sebgai berikut:
a. Fungsi Instrumental : Penggunaaan bahasa untuk mencapai
suatu hal yang bersifat materi seperti makan, minum dan
sebagainya.
b. Fungsi Regulatoris : penggunaan bahasa untuk memerintah
dan perbaikan tingkah laku.
c. Fungsi Interaksiaonal : penggunaan bahasa untuk saling
mencurahkan perasaan pemikiran antara seseorang dengan
orang lain.
d. Fungsi Personal : seseorang menggunakan bahasa untuk
mencurahkan perasaan dan pikiran.
e. Fungsi Heuristik : penggunaan bahasa
mengungkap

tabir

fenomena

dan

untuk

mencapai

keinginan

untuk

mengenalinya.
f. Fungsi Imajinatif : penggunaan bahasa untuk mengungkapkan
imajinasi

seseorang

dan

gambaran-

gambaran

tentang

discovery seseorang dan tidak sesuai dengan realita atau


dunia nyata.
4 Ibid, h.180.

g. Fungsi

Representasional

menggambarkan

penggunaan

pemikiran

dan

bahasa

untuk

wawasan

serta

menyampaikannya pada orang lain.5


Sedangkan Buhler membedakan fungsi bahasa kedalam 3
fungsi :
a. Bahasa Ekspresif : Bahasa yang terarah pada diri sendiri
b. Bahasa Konatif : Bahasa yang terarah pada lawan bicara
c. Bahasa Representasional : Bahasa yang terarah pada
kenyataan lainnya, selain pembicara atau lawan bicara.6

3. Kekurangan Bahasa
Terdapat beberapa Kelemahan

bahasa

sebagai

sarana

berpikir :
a. Kekurangan ini pada hakikatnya teletak pada peranan bahasa
itu sendiri yang bersifat multifungsi.
b. Arti yang tidak jelas dan eksak yang dikandung oleh kata-kata
yang membangun bahasa.
c. Bersifat majemuk (pluralistik) dari bahasa.
d. Beberapa kata dalam bahasa mengandung arti yang sama.
e. Konotasi yang bersifat emosional.
4. Bahasa Sebagai Sarana Berpikir Ilmiah
Bahasa sebagai alat komunikasi verbal yang digunakan
dalam proses berpikir ilmiah di mana bahasa merupakan alat
berpikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran
tersebut kepada orang lain. Dengan kata lain kegiatan berpikir
ilmiah sangat berkaitan erat dengan bahasa.
Menggunakan bahasa yang baik dalam bepikir belum tentu
mendapatkan kesimpulan yang benar apalagi dengan bahasa
yang tidak baik dan benar. Premis yang salah akan menghasilkan

5 Ibid, h.181.
6 Amsal Bakhtiar, Op.Cit, h.182.

kesimpulan yang salah juga. Semua ini tidak terlepas dari fungsi
bahasa itu sendiri sebagai sarana bepikir.
Ketika disifatkan dengan ilmiah, fungsinya untuk komunikasi
disifatkan

dengan

ilmiah

juga,

yakni

komunikasi

ilmiah.

Komunikasi ilmiah ini merupakan proses penyampaian informasi


berupa pengetahuan.
B. Matematika
1. Pengertian Matematika
Matematika diambil dari salah satu kata dalam bahasa latin
"mathemata" yang memiliki arti "sesuatu yang dipelajari".
Sedangkan matematika di dalam bahasa Belanda dikenal dengan
sebutan "wiskunde" yang memiliki arti "ilmu pasti". Jadi secara
umum dapat diartikan bahwa matematika merupakan sebuah
ilmu pasti yang berkenaan dengan penalaran. Matematika
merupakan salah satu ilmu yang mendasari kehidupan manusia.
2. Matematika Sebagai Bahasa
Metematika
adalah
bahasa

yang

melambangkan

serangkaian makna dan dari serangkai pernyataan yang ingin


disampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat artivisial
yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan
kepadanya. Tanpa itu matematika hanya rangkaian rumusanrumusan mati. 7
Bahasa verba mempunyai beberapa kekurangan. Untuk
mengatasi kekurangan yang terdapat pada bahasa verbal kita
berpaling kepada matematika, dalam hal ini kita katakan bahwa
matematika adalah bahasa yang berusaha untuk menghilangkan
sifat majemuk dari bahasa verbal.
Matematika mempunyai kelebihan lain dibandingkan dengan
bahasa verbal. Matematika mengembangkan bahasa numerik
yang memungkinkan kita untuk melakukan pengukuran secara
kuantitatif. Bahasa verbal hanya mampu mngatakan pernyataan
7 Jujun S. Suryasumantri, Op. Cit, h.190

yang bersifat kualitatif. Kita bisa mengetahui bahwa logam mulia


apabila dipanaskan akan memanjang. Namun pengertian kita
hanya sampai disitu. Kita tidak dapat mengatakan dengan tepat
berapa
masalah

besar
ini,

pertambahan
kita

panjangnya.

mengembangkan

Untuk

konsep

mengatasi
pengukuran

( kuantitatif) dari matematika. Matematika mungkinkan ilmu


mengalami perkembangan dari tahap kualitatif ke kuantitatif.
3. Matematika Sebagai Sarana Berpikir Deduktif
Matematika merupakan ilmu deduktif. Nama ilmu deduktif
diperoleh karena penyelesain masalah-masalah yang dihadapi
tidak didasari atas pengalaman seperti halnya yang terdapat di
dalam ilmu-ilmu empirik, melainkan berdasarkan atas deduksideduksi ( penjabaran-penjabaran). Deduksi ialah penalaran yang
sesuai dengan hukum-hukum serta aturan-aturan logika formal,
dalam hal ini orang menganggap tidaklah mungkin titik tolak
yang benar menghasilkan kesimpulan- kesimpulan yang tidak
benar.8
4. Matematika untuk Ilmu Alam dan Ilmu Sosial
Dalam perkembangan ilmu alam, matematika memberikan
kontribusi yang sangat besar. Kontribusi tersebut lebih ditandai
dengan

penggunaan

lambang-lambang

bilangan

untuk

penghitungan dan pengukuran, di samping hal lain seperti


bahasa, metode dan lainya. Hal ini sesuai dengan objek ilmu
alam, yaitu gejala-gejala alam yang dapat diamati dan dilakukan
penelaahan yang berulang-ulang. Berbeda dengan ilmu sosial
yang memiliki objek penelaahan yang kompleks dan sulit dalam
melakukan pengamatan, disamping objek penelaahan yang tak
berulang maka kontribusi matematika tidak mengutamakan pada
lambang-lambang bilangan.
C. Statistik
1. Pengertian Statistik

8 Amsal Bakhtiar, Op. Cit, h. 191

Pada mulanya, kata statistik diartikan sebagai keteranganketerangan yang dibutuhkan oleh negara dan berguna bagi
negara.9 Secara etimolgi, kata statistik berasal dari kata status
(bahasa latin) yang mempunyai persamaan arti dengan kata
state

(bahasa

inggris),

yang

dalam

bahasa

indonesia

diterjemahkan dengan negara.


Pada mulanya kata statistik diartikan sebagai kumpulan
bahan

(data),

baik yang berwujud angka (data kuntitatif)

maupun yang tidak berwujud angka (data kualitatif), yang


mempunyai arti penting dan kegunaan yang besar bagi suatu
negara . Namun pada perkembangan selanjutnya, arti

kata

statistik hanya dibatasi pada kumpulan bahan keterangan yang


berwujud angka atau data kuantitatif saja.
Pertama, istilah statistik kadang diberi pengertian sebagai
data statistik, yaitu kumpulan bahan keterangan yang berupa
angka atau bilangan.
Kedua,
sebagai

kegiatan

statistik

atau

kegiatan

perstatistikan atau kegiatan penstatistikan.


Ketiga, kadang juga dimasukan sebagai metode statistik,
yaitu cara-cara tertentu yang perlu ditempuh dalm rangka
mengumpulkan,
menganalisis,

menyusun
dan

atau

mengatur,

memberikan

interpretasi

menyajikan,
terhadap

sekumpulan bahan berupa angka itu dapat berbicara atau dapat


memberikan makna tertentu.
Keempat, istilah statistik dewasa ini juga dapat diberi
pengertian sebagai ilmu statistik. Ilmu statistik tidak lain
adalah

ilmu

pengetahuan

yang

mempelajari

dan

memperkembangkan secara ilmiah tahap-tahap yang ada dalam


kegiatan statistik.
Dalam kamus ilmiah populer, kata statistik berarti tabel,
grafik, data informasi, angka-angka, informasi. Sedangkan kata

9 Jujun S. Suryasumantri, Op. Cit, h.197

statistika berarti ilmu pengumpulan, analisis, dan klasifikasi data,


angka sebagai dasar untuk induksi.
2. Sejarah Perkembangan Statistik
Peluang yang merupakan dasar dari

teori

statistika,

merupakan konsep baru yang tidak dikenal dalam pemikiran


Yunani

Kuno,

Romawi,

dan

bahkan

Eropa

dalam

abad

pertengahan. Teori mengenai kombinasi bilangan sudah terdapat


dalam aljabar yang dikembangkan oleh sarjana Muslim, namun
bukan dalam lingkup teori peluang. Begitu dasar-dasar peluang
ini

dirumuskan,

maka

dengan

cepat

bidang

telaahan

ini

berkembang. Konsep statistika sering dikaitkan dengan distribusi


variabel yang ditelaah dalam suatu populasi tertentu. Abraham
Demoitre

(1667-1754)

mengembangkan

teori

galat

atau

kekeliruan (theory of error). Pada tahun 1757 Thomas Simpson


menyimpulkan bahwa terdapat suatu distribusi yang berlanjut
(continuous

distribution)

dari

suatu

variabel

dalam

suatu

frekuensi yang cukup banyak. Pierre Simon de Laplace (17491827) mengembangkan konsep Demoivre dan Simpson ini lebih
lanjut dan menemukan distribusi normal sebuah konsepmungkin
paling umum dan paling banyak dipergunakan dalam analisis
statistika disamping teori peluang. Distribusi lain, yang tidak
serupa kurva normal, kemudian ditemukan Francis Galton (18221911) dan Karl Pearson (1857-1936).
Teknik kuadrat terkecil (least squares) simpangan baku dan
galat baku untuk rata-rata (the standard error of the mean)
dikembangkan

Karl

Friedrich

Gauss

(1777-1855).

Pearson

melanjutkan konsep-konsep Galton dan mengembangkan konsep


regresi, korelasi, distribusi, chi-kuadrat, dan analisis statistika
untuk data kualitatif Pearson menulis buku The Grammar of
Science sebuah karya klasi dalam filsafat ilmu. William Searly
Gosset,

yang

terkenal

dengan

nama

samaran

Student,

mengembangkan konsep tentang pengambilan contoh. Desigent


Experiment dikembangkan oleh Ronald Alylmer Fisher (1890-

1962) disamping analisis varians dan covarians, distribusi z,


distribusi t, uji signifikan dan teori tentang perkiraan (theory of
estimation).
3. Statistika dan Cara Berpikir Induktif
Ilmu secara sederhana dapat didefinisikan

sebagai

pengetahuan yang telah teruji kebenarannya. Semua pernyataan


ilmiah adalah sesuai faktual, dimana konsekuensinya dapat diuji
baik dengan jalan menggunakan pancaindera, maupun dengan
alat-alat yang membantu pancaindera tersebut.
Kesimpulan yang ditarik dalam penalaran deduktif adalah
benar jika premis-premis yang dipergunakannya adalah benar
dan prosedur penarikan kesimpulannya adalah sah. Sedangkan
dalam penalaran induktif meskipun premis-premisnya adalah
benar dan prosedur penarikan kesimpulannya adalah sah, maka
kesimpulan

itu

belum

tentu

benar.

Tapi

kesimpulan

itu

mempunyai peluang untuk benar. Pengambilan kesimpulan


secara

induktif

menghadapkan

kita

kepada

sebuah

permasalahan mengenai banyaknya kasus yang kita hadapi.


Dalam hal ini statistika memberikan jalan keluar untuk dapat
menarik

kesimpulan

yang

bersifat

umum

dengan

jalan

mengamati hanya sebagian dari populasi yang bersangkutan.


Statistika

mampu

memberikan

secara

kuantitatif

tingkat

ketelitian dari kesimpulan yang ditarik tersebut, yakni makin


besar contoh yang diambil, maka makin rendah pula tingkat
penelitiannya.
Statistika merupakan sarana berpikir yang diperlukan
untuk memproses pengetahuan secara ilmiah. Sebagai bagian
dari perangkat metode ilmiah, statistika membantu kita untuk
melakukan generalisasi dan menyimpulkan karakteristik suatu
kejadian secara lebih pasti dan bukan terjadi secara kebetulan.
D. Logika
1. Pengertian Logika

10

Logika adalah sarana berpikir sistemis, valid dan dapat


dipertanggung- jawabkan. Karena itu, berpikir logis adalah
berpikir sesuai dengan aturan-aturan berpikir, seperti setengah
tidak boleh lebih besar daripada satu.
Tidak hanya de facto, menurut kenyataannya kita sering
berpikir secara de jure. Berpikir tidak dapat dijalankan semaumaunya. Relitas begitu banyak jenis dan macamnya, maka
berpikir membutuhkan jenis-jenis pikiran yang sesuai. Pikiran
diikat oleh hakikat dan struktur tertentu, kendati hingga kini
belum seluruhnya terungkap. Pikiran kita tunduk kepada hukumhukum tertentu.
Memang sebagai perlengkapan ontologisme, pikiran kita
dapat bekerja secara spontan, alami, dan dapat menyelesaikan
fungsinya dengan baik, lebih-lebih dalam hal yang biasa,
sederhana, dan jelas. Namun, tidak demikianlah halnya apabila
menghadapi hal yang sulit, berliku-liku, dan apabila harus
mengadakan

pemikiran

yang

panjang

dan

sulit

sebelum

mencapai kesimpulan. Dalam situasi seperti ini dibutuhkan


adanya yang formal, pengertian yang sadar akan hukum-hukum
pikiran beserta mekanismenya secara eksplisit.
2. Aturan Cara Berpikir yang Benar
a. Mencintai kebenaran
b. Ketahuilah (dengan sadar) apa yang sedang Anda kerjakan
c. Ketahuilah (dengan sadar) apa yang sedang Anda katakan
d. Buatlah distingsi (pembedaan) dan pembagian (klasifikasi)
yang semestinya
e. Cintailah definisi yang tepat
f. Ketahuilah (dengan sadar) mengapa Anda menyimpulkan
begini atau begitu
g. Hindarilah kesalahan-kesalahan dengan segala usaha dan
tenaga, serta sangguplah mengenali jenis, macam, dan
nama kesalahan, demikian juga mengenali sebab-sebab
kesalahan pemikiran (penalaran)
E. Hubungan

Antara

Sarana

Matematika, Statistik dan Logika

11

Ilmiah

Bahasa,

Agar dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik,


diperlukan sarana yang berupa bahasa, matematika, statistik
dan logika. Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang
dipakai dalam seluruh proses berpikir ilmiah dimana bahasa
merupakan

alat

berpikir

dan

alat

komunikasi

untuk

menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain.


Ditinjau

dari

pola

berpikirnya,

maka

ilmu

merupakan

gabungan antara berpikir deduktif dan berpikir induktif. Untuk


itu, penalaran ilmiah menyandarkan diri kepada proses logika
deduktif dan logika induktif. Matematika mempunyai peranan
yang penting dalam berpikir deduktif, sedangkan statistika
mempunyai peranan penting

dalam berpikir

induktif.

Jadi.

Keempat sarana ilmiah ini saling berhubungan erat satu sama


lain.
Bahasa merupakan sarana komunikasi, maka segala sesuatu
yang berkaitan dengan komunikasi tidak terlepas dari bahasa,
seperti

berpikir

sistematis

dalam

menggapai

ilmu

dan

pengetahuan. Dengan kata lain, tanpa mempunyai kemampuan


berbahasa, maka seseorang tidak dapat melakukan kegiatan
ilmiah secara sistematis dan teratur.
Penalaran

merupakan

suatu

proses

berpikir

yang

membuahkan pengetahuan. Agar pengetahuan yang dihasilkan


dari penalaran itu mempunyai dasar kebenaran, proses berpikir
itu harus dilakukan dengan cara tertentu. Suatu penarikan
kesimpulan

baru

dianggap

valid

kalau

proses

penarikan

kesimpulan tersebut dilakukan menurut cara tertentu tersebut.


Cara penarikan kesimpulan ini disebut logika, dimana logika
dapat didefinisikan sebagai pengkajian untuk berpikir secara
sahih. Terdapat bermacam-macam cara penarikan kesimpulan,
diantaranya penarikan kesimpulan dengan cara logika induktif

12

dan logika deduktif. Logika induktif errat hubungannya dengan


penarikan kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata menjadi
kesimpulan umum. Sedangkan logika deduktif membantu kita
dalam menarik kesimpulan dari hal yang bersifat umum menjadi
khusus yang bersifat individual.
Penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan
pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang
khas dan terbatas untuk menyusun argumentasi yang diakhiri
dengan pernyataan yang bersifat umum. Statistika mempunyai
peranan yang penting dalam berpikir induktif tersebut.
Deduksi

adalah

sebaliknya,

car

berpikir

dimana

dari

pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat


khusus, mempergunakan pola pikir yang dinamakan silogismus.
Pernyataan yang mendukung silogismus ini disebut premis mayor
dan premis minor. Matematika adalah pengetahuan yang disusun
secara deduktif. Matematika juga merupakan bahasa yang
melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin
disampaikan.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bahasa merupakan lambang dimana rangkaian bunyi ini
membentuk suatu arti tertentu. Bahasa sebagai alat komunikasi
verbal yang digunakan dalam proses berpikir ilmiah di mana
bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk
menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain. Dengan
kata lain kegiatan berpikir ilmiah sangat berkaitan erat dengan
bahasa.

13

Matematika merupakan sebuah ilmu pasti yang berkenaan


dengan

penalaran

yang

merupakan

ilmu

deduktif

karena

penyelesain masalah-masalah yang dihadapi tidak didasari atas


pengalaman

melainkan

berdasarkan

atas

deduksi-deduksi

(penjabaran-penjabaran).
Statistik diartikan sebagai kumpulan bahan

(data),

baik

yang berwujud angka (data kuntitatif) maupun yang tidak


berwujud angka (data kualitatif), yang mempunyai arti penting
dan kegunaan yang besar bagi suatu negara . Namun pada
perkembangan selanjutnya, arti

kata statistik hanya dibatasi

pada kumpulan bahan keterangan yang berwujud angka atau


data kuantitatif saja.
Logika adalah sarana berpikir sistemis, valid dan dapat
dipertanggung-jawabkan.

Karena

itu,

berpikir

logis

adalah

berpikir sesuai dengan aturan-aturan berpikir, seperti setengah


tidak boleh lebih besar daripada satu.
B. Saran
Tak ada manusia yang sempurna begitu juga dengan
pemakalah, kerena itu pemakalah sangat menyadari dalam
penulisan makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan,
baik disengaja maupun tidak disengaja. Semoga makalah yang
penulis sajikan ini dapat menambah ilmu dan wawasan kita
tentang Sarana Berpikir Ilmiah : Bahasa, Matematika,
Statistik dan Logika.
Atas partisipasi dosen pembimbing dan teman teman
semua, pemakalah mengharapkan kritikan, dorongan, masukan,
dan saran dari pembaca atau peserta diskusi, dan pemakalah
ucapkan Terima Kasih.

14

Anda mungkin juga menyukai