Anda di halaman 1dari 64

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

DIABETES MELITUS

MAKALAH

oleh:
Kelompok 5

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2016

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


DIABETES MELITUS

MAKALAH
disusun sebagai pemenuhan tugas Kep. Maternitas dengan dosen pengampu:
Ns.John Hafan Sutawardana, M.Kep.,Sp.Kep.MB

oleh:
Kelompok 5
Yunizar Firda A

NIM 142310101011

NurilFauziah

NIM 142310101103

Depi Lestari

NIM 142310101106

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2016

KATA PENGANTAR
Pujisyukurkehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan
Keperawatan Pada Pasien dengan Diabetes Melitus.Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal. Penyusunan makalah ini
tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan
terimakasih kepada:
1. Ketua Program Studi Ilmu Keperawata Universitas Jember yang telah
memberikan saran dan prasarana kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan tuga sini dengan baik dan benar serta tepat pada waktunya.
2. Ns. Jon Hafan S,M.kep., Sp.Kep. MB selaku dosen pengampu dan juga
sebagai dosen penanggungjawab matakuliah Keperawatan Maternitas yang
telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing kami dalam
menyelesaikan makalah ini.
3. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis juga menerima segala bentuk kritikdan saran dari semua pihak
demi kesempurnaa nmakalah ini. Akhirnya penulis berharap, semoga makalah ini
dapat bermanfaat

Jember, September 2016

Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................iii
BAB. 1 PENDAHULUAN............................................................................1
1.1 Latarbelakang.............................................................................1
1.2 Tujuan..........................................................................................1
1.3 Implikasikeperawatan................................................................2
BAB. 2 TINJAUAN TEORI.........................................................................3
2.1 Definisi.........................................................................................3
2.2 Epidemiologi................................................................................4
2.3 Etiologi.........................................................................................5
2.4 Tanda dan Gejala........................................................................7
2.5 Patofisiologi dan Pathways........................................................8
2.6 Komplikasi dan Prognosis........................................................11
2.7 Pemeriksaan Penunjang...........................................................12
2.8 Penatalaksanaan Medis............................................................15
2.9 Penatalaksanaan Non Medis ...................................................16
BAB. 3 ASUHAN KEPERAWATAN.........................................................19
3.1 Pengkajian.................................................................................19
3.2 Diagnosa.....................................................................................39
3.3 Perencanaan..............................................................................41
3.4 Pelaksanaan...............................................................................51
3.5 Evaluasi......................................................................................56
BAB. 4 PENUTUP......................................................................................60
4.1 Kesimpulan............................................................................................60
4.2 Saran......................................................................................................60
DAFTAR PUSTAKA

BAB. 1 Pendahuluan
1.1 Latarbelakang
Diabet mellitus (DM) atau penyakit kencing manis merupakan suatu
penyakit menahun yang di tandai dengan kadar glukosa darah ( gula darah)
melebihi nilai normal yaitu kadar gula darah sewaktu sama atau lebih dari 200
mg/dl.
Diagnosa khas DM pada umumnya adalah bahwa terdapat keluhan khas
DM yaitu : poliuria ( banyak kencing ), polidipsia ( banyak minum ), polifagia
( banyak makan ), dan penurunan berat badan, dan ada beberapa keluhan yang
lain yaitu kesemutan, gatal, mata kabur, dan impotensia pada pria, prioritis
vulva pada wanita. Bagi penderita diabetes kadar glukosa dalam darah
meningkat, kelebihan glukosa tersebut akan dikeluarkan melalui urin,
sehingga terjadilah glukosuria atau adanya glukosa dalam urin, dan pada
orang yang normal glukosaria tidak terjadi.
Dan penderita diabetes di Indonesia sendiri sangat tinggi menurut surve
ADA 2012 adalah 137 orang, itu adalah jumlah penderita yang sudah di
nyatakan diabetes dan masih banyak yang memiliki potensi diabetes dengan
jumlah yang sangat tinggi pula. Dan melihat kondisi seperti itu perlu
dilakukan pencegahan untuk menindaklanjuti masalah tersebut. Oleh karena
itu, perlu dilakukan pencegahan secara dini agar tidak terjadi panambahan
jumlah penderita diabetes di masyarakat.
1.2 Tujuan
Tujuan Umum
Untuk menjelaskan tentang asuhan keperawatan terhadap pasien dengan
penderita diabetes melitus
Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui seperti apa penyakit diabetes melitus
2. Untuk mengetahau bagaimana karakteristik penyakit diabetes melitus

3. Untuk mengetahui apasaja penyebab terjadi diabetes melitus


4. Untuk mengetahui pengobatan terhadap diabetes melitus
5. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan yang bisa di berikan
terhadap pasien diabetes melitus
1.3 Implikasi keperawatan
Tindakan keperawatan yang bisa dilakukan dalam mengatasi masalah
diabetes melitus ini adalah mengontrol gula darah dalam tubuh dengan cara
mengartur pola makan, aktifitas, obat dan juga edukasi untuk melatih dan
mengontrol gula darah bagi penderita diabetes. Dan sebagai perawat hal yang
bisa kita lakukan adalah menjadi edukator, konselor dalam membantu proses
pengobatan para penderita diabetes, selain itu kita bisa berkola borasi dengan
tenaga ahli dan beberapa tenaga medis yang lain untuk penatalaksnanaan
asuhan keperawatan terhadap penderita diabetes melitus.

BAB 2. TINJAUAN TEORI


2.1 Definisi Penyakit
Diabetes secara harfiah berarti mengalirkan, pada penyakit ini pengeluaran
urin dalam jumlah banyak. Melitus berarti manis, pada kasus ini urin pasien
dengan diabetes terasa manis karena mengandung banyak glukosa (Sherwood,
2011). DM adalah suatu penyakit metabolisme yang merupakan suatu kumpulan
gejala yang timbul akibat dari peningkatan kadar glukosa dalam darah. Penyakit
ini diakibatkan oleh gangguan metabolisme glukosa akiat retensi insulin baik
secara absolut maupun relatif (Guyton, 2009)
DM adalah suatu penyakit menahun yang terjadia kibat tubuh tidak
mampu memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup maupun tidak dapat
mengguanakan insulin dengan efektif. Insulin adalah hormon yang diproduksi
oleh pankreas yang fungsinya membawa glukosa yang berasal dari makanan ke
dalam sel tubuh yang diubah menjadi energi untuk tubuh menjalankan fungsinya.
Penderita DM tidakdapat mengabsorbsi glukosa dan menyalurkan hasil ke
sirkulasi darah. Keadaan ini disebut dengan hiperglikemia yang apabila dalam
waktu lama dapat menyebabkan kerusakan jaringan tubuh.kerusakan ini
mengakibatkan komplikasi dan ketidakseimbangan dalam tubuh (IDF, 2013)
Menurut PARKENI (2011) dan ADA (2012) Diabetes Melitus adalah sutua
penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemi yang terjadi karena retensi
insulin dan gangguan kerja insulin yang dapat menimbulkan berbagai komplikasi
pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah.
Ulkus merupakan luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lendir.
Ulkus merupakan kematian jaringan yang terjadi secara luas dan disertai invasif
kuman saprofit yang menyebabkan ulkus berbau. Ulkus diabetikum juga
merupakan salah satu gejala klinik dan perjalanan penyakit DM dengan neuropati
perifer, (Andyagreeni, 2010).
Klasifikasi diabetes melitus menurut American Diabetes Asosiation (ADA,
2015) meliputi empat kelas klinis :
4

1. DM tipe I (defisiensi insulin yang absolut)


Disebut sebagai DM yang tergantung insulin, Insulin Dependent Diabetes
Mellitus (IDDM). Diabetes ini terjadi akibat defisiensi insulin absolut
yang disebabkan oleh proses autoimun atau dapat terjadi secara ideopatik.
Pada penderita DM tipe I ini, sel sel beta pankreas yang menghasilkan
insulin dirusak oleh proses autoimun dan membutuhkan suntik insulin
untuk mengontrol kadar gula darah.
2. DM tipe II (gangguan sekresi insulin menyebabkan retensi insulin)
Disebut sebagai DM yang tidak tergantung dengan insulin atau Non
Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). Diabetes tipe ini terjadi
akibat kurangnya sekresi insulin secara progresif yang menyebabkan
retensi insulin. Sebanyak 90-95% penderita Dmmasuk dalam tipe ini.
penderita DM tipe 2 hanya membutuhkan insulin untuk menurunkan kadar
gula dalam darah. Pabila sudah normal, maka penderita tidak
membutuhkan suntik insulin lagi.
3. DM tipe spesifik lain (berhubungan dengan penyakit lain atau yang dipicu
oleh obat dan bahan kimia)
DM ini terjadi akibat defek genetik fungsi sel beta, gangguan kerja insuin,
penyakit atau gangguanpada pankreas.obat-obatan kimia seperti pada
penatalaksanaan AIDS atau setelah transplantasi organ.
4. Gestational Diabetes Melitus (GDM)
Merupakan DM yang terjadi selama masa kehamilan dan berdampak pada
pertumbuhan janin yang kurang baik. DM ini terjadi memang pada saat
kehamilan dan baru bisa dideteksi saat kehamilan.
2.2 EPIDEMIOLOGI
WHO memprediksi bahwa jumlah tersebut akan meningkat hingga 21,3
juta pada tahun 2030. Indonesia menempati urutan keempat di dunia yang
menempati urutan kejadian DM paling banyak setelah India, China dan USA
dengan jumlah pasien dengan DM tipe II sebanyak 8,4 juta jiwa dan akan
diperkirakan meningkat pada tahun 2030 sebanyak 21,3 juta jiwa. Dengan jumlah
penduduk sebanyak 194 juta, sebanyak 12 juta (14,7%) di daerah urban dan 8,1
juta (7,2%) didaerah rural. Prevalensi DM pada ras kulit putih adalah sekitar 3%6% dari jumlah penduduk dewasanya.

Menurut BPS (2010), peningkatan prevalensi DM tipe II juga terjadi di


Jawa Timur dengan prevalensi nasional sebanyak 1,1% dengan prevalensi 1,3%.
Berdasarkan data rekam medik rawat jalan di RSD dr. Soebandi Jember, jumlah
kunjungan pasien DM tipe II ke Poli Interna pada bulan Januari 2013 adalah
sebanyak 561 orang. Rata-rata kunjungan pasien DM per bulan sebanyak 358
orang.
Prevalensi penderita ulkus diabetik di Amerika serikat adalah sebesar 1520% dan angka mortalitas penderita ulkus 17,6%. Kejadian ulkus adalah menjadi
penyebab utama perawatan penderita DM di rumah sakit. Sebanyak 15%
penderita DM akan mengalami masalah kaki pada kehidupannya. Prevalensi
penderita ulkus diabetik di Indonesia sebesar 15% dari penderita DM. Angka
kematian dan angka amputasi masih cukup tinggi yakni sebesar 32,5% dan 23,5%.
Nasib penderita DM pasca amputasi sangatlah buruk, 14,3% meninggal setahun
pasca amputasi dan 37% meninggal sekitar 3 tahun paca amputasi.
2.3 ETIOLOGI
Diabetes melitus memiliki beberapa faktor resiko (IDF, 2015 ):
1. Genetik
Diabetes

melitus

diidentikkan

dengan penyakit yang

menurun.

Kebanyakan, pasien dengan DM memiliki riwayat kesehatan keluarga


yang pernah menderita DM sebelumnya karena keturunan diabetes
memiliki resiko lebih tinggi mengalami diabetes. Namun hal ini dapat
dicegah dengan mengendalikan pola makan dan gaya hidup yang sehat.
2. Obesitas
Orang dengan berat badan yang berlebih memiliki faktor resiko diabetes
yang lebih tinggi karena indeks massa tubuh melebihi batas normal.
3. Usia
Retensi insulin menjadi salah satu penyebab diabetes melitus. Retensi
insulin biasanya cenderung meningkat diatas usia 65 tahun.
4. Hipertensi
Tenakan darah yang melebihi 140/90 mmHg dapat meningkatkan resiko
DM tipe II.
5. Gaya hidup
6

Gaya hidup yang tidak sehat seperti sering makan makanan cepat saji
atau makan melebihi kalori yang dibutuhkan oleh tubuh dapat
meningkatkan resiko DM. Pankreas memiliki batas sekresi insulin,
makan apabila tidak diimbangi dengan sekresi insulin yang cukup dapat
menyebabkan meningkatnya kadar gula darah dalam tubuh.
6. Kurang aktivitas fisik
Latihan jasmani bertujuan untuk menjaga kebugaran juga dapat
menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga
akan memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang
dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti : jalan
kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang.
7. Riwayat diabetes kehamilan
Mengalami diabetes selama kehamilan atau melahirkan bayi yang
beratnya lebih dari 4 kg akan meningkatkan resiko DM.
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan ulkus pada DM:
a. Neuropati diabetik
Adalah suatu kelainan syaraf pada penderita DM akibat tingginya kadar
gula dalam darah. Akibatnya penderita DM kehilangan keampuan untuk
merasaan nyeri pada kaki, sehingga apabila penderita mengalami luka
pada kaki tidak akan terasa.
b. Angiopati diabetik
Adalah penyempitan pada

pembuluh

darah

dan

mudah

terjadi

penyumbatan, apabila pada kaki mengalami penyumbatan maka akan


menimbukan gangren atau merah kehitaman pada kaki dan biasanya
berbau. Angiopati menyababkan asupan oksigen dan nutrisi terhambat,
sehingga apabila terdapat luka di kaki maka akan sulit untuk sembuh.
c. Trauma
Pasien DM kehilangan kemampuan dalam merasakan nyeri, sehingga
apabila terjadi luka pada kaki akibat benturan, tekanan atau gesekan, maka
penderita tidak akan dapat merasakan sakit.
d. Infeksi
Infeksi merupakan komplikasi pada ulkus diabetik, hal ini dapat terjadi
akibat kadar gula dalam darah tinggi, maka akan menjadi tempat yang baik
untuk berkembangnya bakteri.
7

2.4 MANIFESTASI KLINIS


Tanda gejala Diabetes Melitus menurut ADA (2015) :
1. Poliuri
Hiperglikemia menyebabkan hiperosmolaritas yang menyebabkan
cairan intrasel berdifusi ke dalam sirkulasi ke ginjal meningkat dan
menyebabkan diureis osmotik atau poliuria.
2. Polidipsi
Akibat poliuria, menyebabkan pasien mengalami dehidrasi dan perlu
banyak minum atau sering merasa haus.
3. Polifagi
Glukosa tidakdapat masuk kedalam sel dan menurunkan produksi
energi yang dapat menstimulus rasa lapar.
4. Kelelahan
Kekurangan insulin di dalam tubuh menyebabkan glukosa tidak dapat
diubah menjadi energi, sehingga pasien diabetes sering mengalami
kelelahan.
5. Pandangan kabur
Pandangan kabur ini biasanya disebabkan oleh tingginya kadar gula
darah dan tingginya tekanan darah.
6. Penyembuhan luka yang lambat
7. Penurunan berat badan meskipun makan lebih (DM tipe I)
8. Kesemutan, nyeri, mati rasa (DM tipe II)
Tanda gejala ulkus di daerah akral biasanya tampak merah dan terasa
hangat

karena

peradangan.

Proses

mikroangiopati

dapat

menyebabkan

sumbatanpembuluh darah, dapat memberikan gejala klinis berupa 5P, yaitu :


1.
2.
3.
4.
5.

Pain (nyeri)
Pale (pucat)
Parathesia (kesemutan)
Pulseless (nadi lemah / hilang)
Paralysis (lumpuh)

Ada beberapa pembagian stadium pada pasien dengan DM :


a. Stadium I

: timbul gejala yang tidak khas, umumnya terjadi

kesemutan
b. Stadium II
c. Stadium III

: pada stadium ini umumnya terjadi klaudikasio intermiten


: pada stadium ini biasanya timbul rasa nyeri saat istirahat

d. Stadium IV

: terjadi kerusakan jaringan karena timbulnya ulkus ulkus

2.5 PATOFISIOLOGI DAN CLINICAL PATHWAY


1. DM tipe 1
Pada DM tipe I ini terjadi ketidakmampuan pankreas untuk
melakukan sekresi insulin karena sel beta pankreas telah dirusak dan
dihancurkan oleh proses autoimun. Akibattidak adanya insulin ini, glukosa
yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati dan kadarnya
melebihi batas normal. Apabila kadar gula dalam darah cukup tinggi, maka
ginjal tidak akan mampu menyaring semua glukosa yang ada dalam darah
sehingga dalam keluaran urine terdapat kandungan glukosa (glukosuria).
Saat banyak glukosa yang ada dalam kandungan keluaran urin, maka
banyak pula cairan dan elektrolit yang berlebih, keadaan ini dinamakan
diuresis osmotik. Karena pasien mengalami kehilangan cairan berlebih,
maka pasien mengalami poliuria. Untuk mengimbangi poliuri yang
dialami pasien maka pasien akan merasa haus dan banyak minum, keadaan
ini dinamakan polidipsi.
Selain itu, defisiensi insulin juga dapat menyebabkan metabolisme
tubuh terganggu yang akan berakibat pada penurunan berat badan. Sebagai
mekanisme respon tubuh, pasien akan mengalami polifagi. Dalam keadaan
normal, insulin dapat mengendalikan glikogenesis (pemecahan simpanan
glukosa) dan glukoneogenesis (pembentukan gula baru). Pada pasien DM
yang mengalami defisiensi insulin, proses tersebut akan terganggu dan
akan menyebabkan terjadinya hiperglikemi. Selain itu, dalam tubuh akan
terjadi pemecahan lemak yang akan menghasilkan badan keton (hasil
pemecahan lemak) yang akan mengganggu keseimbangan asam basa bila
jumlahnya berlebih di dalam tubuh. Keadaan ini dinamakan ketoasidosis,
yang dapat menyebabkan tanda gejala seperti mual muntah.
2. DM tipe II
Pada DM tipe II ini terdapat dua masalah utama, yakni retensi
insulin dan gangguan sekresi insulin. Pada keadaan normal, insulin terikat
oleh reseptor khusus pada permukaan sel dan terjadilah metabolisme
glukosa dalam sel. Akibat terjadinya retensi insulin, maka insulin menjadi

inefektif memetabolisme glukosa. Untuk mengatasi terjadinya retensi


insulin, maka sel beta pankreas akan melakukan hiperekskresi insulin
untuk mengimbangi tingginya kadar gula dalam darah. Apabila sel beta
tidak mampu mengimbangi sekresi insulin, maka kadar glukosa akan
meningkat dan terjadilah intoleransi glukosa DM tipe II. Pada DM tipe II
ini masih terdapat insulin dalam jumlah yang cukup untuk mencegah
pemecahan lemak dan kelebihan badan keton sehingga tidak terjadi
ketoasidosis diabetik. Awitan penyakit DM tipe II ini kadang tidak
terdeteksi, namun muncul berbagai gejala seperti kelelahan,

poliuri,

polidipsi, luka yang tidak kunjung sembuh, dan pandangan kabur apabila
kadar gula darah terlalu tinggi.

10

Clinical pathway

Reaksi autoimun

Idiopatik, gen usia, gaya hidup, dll

Sel pankreas rusak

Jumlah Sel pankreas


Defisiensi Insulin

Hiperglikemia
ginjal x mampu
menyerap glukosa
lebih
Glukosuria

Pembatasan
Diet
Intake tidak
adekuat

Gx.

Metabolisme

protein & lemak

Glukosa tidak dapat


dimetabolisme

Badan keton

Energi

Ketoasidosis

Mudah letih

Reaksi intrasel
Inefektif insulin

Mual muntah

Intolerans
i aktivitas

Ekskresi cairan
dan elektrolit
Poliuria

Retensi insulin
& gangguan
sekresi insulin

Nutrisi kurang
dari
kebutuhantub

Hipersekresi
insulin
Intoleransi
glukosa

Dehidrasi
Penyembuhan
luka mjd lama

Polidipsi

Media tumbuh
mikroorganisme

Kekurangan
volumecairan
Nanah

Infeksi

Kerusakan
integritas jaringan

10

Inflamasi

Nyeriakut

Tidak dirawat

2.6 KOMPLIKASI
Komplikasi diabetes melitus menurut IDF (2015) dan ADA (2015) :
1. Penyakit jantung
DM dapat mempengaruhi jantung dan pembuluh darah sehingga dapat
menyebabkan komplikasi seperti serangan jantung dan stroke. Penyakit
jantung menjadi penyebab kematian paling umum pada pasien dengan
DM.
2. Penyakit ginjal (nefropati)
Karena kerusakan pembuluh darah kecil yang menyebabkan aliran darah
ke ginjal terganggu. Keadaan ini umum terjadi pada pasien DM.
3. Penyakit pada saraf (neuropati)
Tingginya kadar gula darah dan tekanan darah dapat menyebabkan
kerusakan saraf di seluruh tubuh, terutama adalah daerah ekstremitas
khususnya kaki. Keadaan ini menyebabkan rasa nyeri, kesemutan, dan
mati rasa. Kemampuan merasakan sakit dan nyeri sangatlah penting untuk
mengindikasi terjadinya luka.
4. Penyakit pada mata (retinopati)
Tingginya kadar gula darah dan tekanna darah secara konsisten adalah
penyebab utama retinopati. Banyak penderita DM yang mengalami
retinopati. Namun hal ini dapat dikontrol dengan cara rajin melakukan
pemeriksaan mata dan menjaga kadar gula darah serta tekanan darah
dalam batas yang normal.
5. Komplikasi kehamilan
Wanita hamil dengan semua jenis diabetes selama kehamilan memiliki
resiko komplikasi jika tidak berhati-hati untuk menjaga kadar gula darah
dan tekanan darah dalam batas normal. Glukosa yang tinggi dalam darah
beresiko menyebabkan bayi yang dilahirkan memiliki berat badan yang
lebih.
6. Ketoasidosis diabetik (KAD)
Adalah suatu keadaan dekompensasi metabolik yang ditandai dengan
hiperglikemi, asidosis dan ketosis yang disebabkan oleh difisiensi insulin
absolut yang relatif. Akibat diuresis osmoyik, KAD biasanya mengalami
dehidrasi yang berat bahkan dapat menyebabkan syok.
7. Sindrom hiperglikemik hiperosmolar non ketolik (HONK)

11

Adalah komplikasi akut diabetes yang ditandai dengan hiperglikemia,


hiperosmolar, dan dehidrasi berat tanpa ketoasidosis. Keadan ini biasanya
dapat disertai dengan penurunan kesadaran.
8. Ulkus / gangren
Luka yang umum terjadi pada kaki pasien dengan DM. Keadaan ini
merupakan komplikasi kronik dari pasien DM.
Gangren dibagi menjadi enam grade menurut Wagner (1983) :
a.
b.
c.
d.
e.

Grade 0 : tidak terdapat lesi terbuka dan kulit masih terlihat utuh
Grade 1 : terdapat ulkus superfisial pada kulit namun terbatas
Grade 2 : terdapat ulkus yang menembus sampai tendon dan tulang
Grade 3 : terjadi abses dalam dengan atau tanpa osteomielitis
Grade 4 : terjadi gangren pada bagian distal kaki, dengan atau tanpa

selulitis
f. Grade 5 : terjadi gangren pada sebagian atau seluruh kaki
2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan yang dilakukan sebagai penunjang diagnostik medis antara
lain:
2.7.1 Pemeriksaan elektrolit
Elektrolit yang didapatkan pada penderita diabetes mellitus bisa
kurang maupun lebih dari kadar normal. Normalnya elektrolit pada
tubuh adalah sebagai berikut :
a. Kalium : 3,6-5,6mEg/l
b. Natrium : 137-145mEq/l
c. Klorida : 98-107mEg/l
2.7.2 Pemeriksaan hematologi
a. Laju endap darah (LED)
Normalnya LED pada pria antara 0 15 mm/jam dan pada wanita
antara 0 20 mm/jam. Namun pada penderita diabetes melitus nilainya
akan meningkat.
b. Hemoglobin
Normalnya Hb pada pria antara 13,0 16,0 dan pada wanita antara
12,0 14,0. Namun pada penderita diabetes melitus nilainya akan
menurun.
c. Leukosit

12

Normalnya leukosit pada yang dihasilkan tubuh bernilai antara 5.000


10.000/ul. Namun pada penderita diabetes melitus nilainya akan
meningkat.
d. Trombosit
Normalnya trombosit pada pria yang dihasilkan tubuh bernilai antara
150.000 400.000/ul. Namun pada penderita diabetes melitus nilainya
akan meningkat.
2.7.3 Pemeriksaan gula darah
Orang dengan diabetes melitus kadar gula darahnya meningkat
lebih dari 200 mg/dl.
Pemeriksaan gula darah antara lain :
a. Gula Darah Puasa ( GDP )
Pemeriksaan gula darah

dimana

pasien

sebelum

melakukan

pengambilan darah dipuasakan selama 8 12 jam. Semua pemberian


obat dihentikan terlebih dahulu.
b. Gula Darah 2 jam Post Prandial (GD 2PP)
Pemeriksaan gula darah yang tidak dapat distandarkankan karena
makanan yang dimakan baik jenis maupun jumlahnya sulit diawasi
dalam jangka waktu 2 jam, sebelum pengambilan darah pasien perlu
duduk beristirahat tenang tidak melakukan kegiatan apapun dan tidak
merokok. Obat-obat hipoglikemi yang dianjurkan dokter harus tetap
dikonsumsi.
c. Gula Darah Sewaktu ( GDS)
Pemeriksaan gula darah yang dilakukan tanpa memerhatikan kapan
terakhir pasien makan.
Parameter
Baik
Sedang
Buruk
GDP
80-100 mg/dl
110-125 mg/dl
126 mg/dl
GD 2PP
80-144 mg/dl
145-179 mg/dl
180 mg/dl
GDS
<110 mg/dl
110-199 mg/dl
200 mg/dl
2.7.4 Pemeriksaan leukosit
Normalnya kadar leukosit dalam tubuh berdasarkan jenisnya :
a) Basofil : 0 1 %
b) Eusinofil : 1 3%
c) N. Segmen : 50 75 %
d) N. Batang : 2 3 %
13

e) Limfosit : 25 40 %
f) Monosit : 3 7 %
2.7.5

Pemeriksaan Urine

Pemeriksaan urine dikombinasikan dengan pemeriksaan glukosa darah


untuk memantau kadar glukosa darah pada periode waktu diantara
pemeriksaan darah.
2.7.6

Pemeriksaan HbA1c
Kadar HbA1c merupakan kontrol glukosa jangka panjang,

menggambarkankondisi 8-12 minggu sebelumnya, karena paruh waktu


eritrosit 120 hari( Kee JL,2003 ), karena mencerminkan keadaan
glikemik selama 2-3 bulan makapemeriksaan HbA1c dianjurkan
dilakukan setiap 3 bulan (Darwis Y, 2005,Soegondo S, 2004).
Peningkatan kadar HbA1c >8% mengindikasikan DM yang tidak
terkendali danberesiko tinggi untuk menjadikan komplikasi jangka
panjang seperti nefropati,retinopati, atau kardiopati, Penurunan 1%
dari HbA1c akan menurunkankomplikasi sebesar 35% (Soewondo P,
2004).
Pemeriksaan HbA1c dianjurkan untuk dilakukan secara rutin pada
pasienDM. Pemeriksaan pertama untuk mengetahui keadaan glikemik
pada tahap awalpenanganan, pemeriksaan selanjutnya merupakan
pemantauan terhadapkeberhasilan pengendalian (Kee JL, 2003).
Parameter
HbA1c

Baik
2,5-6,0%

Sedang
6,1-8,00%

Buruk
>8,00%

2.8 PENATALAKSANAAN MEDIS


2.9.1 Injeksi
1. Insulin
Pasien dengan diabetes melitus umumnya adalah karena berkurangnya
sekresi insulin dalam tubuh. Pemberian insulin pada pasien dengan DM
perlu memperhatikan berbagai keadaan, seperti :
a. Penurunan berat badan drastis
b. Hiperglikemi yang berat

14

c. Gangguan fungsi hati dan ginjal yang berat


d. Ketoasidosis diabetik
2. Antibiotik
Antibiotik sangat penting bagi para penderita DM dengan ulkus karena
dapat mencegah kerusakan jaringan lebih parah dan mengurangi resiko
amputasi.
2.9.2 Obat Oral
1. Tablet Oral Anti Diabetes (OAD)
Obat ini bertujuan untuk menghambat absorbsi karbohidrat dan
glukoneogenesis

di

hati,

meningkatkan

afinitas

reseptor

insulin,

meningkatkan jumlah reseptor insulin, serta mempunyai efek intraseluler.


2. Obat Hiperglikemi Oral (OHO)
Ada 4 golongan OHO :
a. Pemicu sekresi insulin (sulfunilurea : khlorpropamid, glikasid, glipisid,
glimepirid, glikuidon ; Glind : Novonorm, Nateglinid)
b. Penambah sensitifitas sel terhadap insulin (Thiazolidindion,
Pioglitazon, Rosiglitazon)
c. Penghambat glukonegenesis
d. Penghambat glukosidase
Indikasi pemberian obat OHO adalah pada pasien diatas usia 40 tahun
yang menderita diabetes kurang dari 5 tahun. Pasien tersebut biasanya
memerlukan insulin dengan dosis yang kurang dari 40 unit per hari. Selain
itu pada penderita DM tipe II dengan berat badan normal ataupun kurang.
Pemberian OHO maupun insulin dilakukan secara bertahap, dimulai
dengan dosis yang rendah. Terus ditingkatkan melihat respon glukosa
dalam darah.
2.9.3 Pengobatan Medis Lain
1. Amputasi
Tindakan amputasi menjadi pilihan terakhir apabila luka sudah menyebar
dan sudah mengalami nekrosis pada area luka.
American Disbetes Association (ADA), 2015
2.10

PENATALAKSANAAN NON MEDIS


A. Diet dan Terapi Gizi

15

Diet yang dianjurkan adalah diet makanan dengan komposisi yang


seimbang dalam komposisi karbohidrat, protein, lemak, sesuai dengan
kecukupan gizi baik (PERKENI, 2006) :
-

Karbohidrat : 45-64% total asupan energi

Protein : 10-20 % total asupan energi

Lemak : 20-25 % kebutuhan kalori


Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur,

stress akut, dan kegiatan jasmani untuk mencapai dan mempertahankan berat
badan ideal. Jumlah kalori yang diperlukan dihitung dari berat badan ideal
dikali kebutuhan kalori basal ( 30 Kkal/kg BB untuk laki-laki dan 25 Kkal/kg
BB untuk wanita). Kemudian ditambah dengan kebutuhan kalori untuk
aktifitas, koreksi status gizi, dan kalori yang diperlukan untuk menghadapi
stress akut sesuai dengan kebutuhan. Pada dasarnya kebutuhan kalori pada
diabetes tidak berbeda dengan non diabetes yaitu harus dapat memenuhi
kebutuhan

untuk

aktifitas

baik

fisik

maupun

psikis

dan

untuk

mempertahankan berat badan supaya mendekati ideal (PERKENI, 2006).


Tujuan dari terapi ini adalah :
-

Memberikan makanan sesuai kebutuhan

Mempertahankan kadar gula darah sampai normal/mendekati normal

Mempertahankan berat badan menjadi normal

Mencegah / mengurangi risiko komplikasi

Contoh menu sehari menurut (Kementrian Kesehatan RI Direktorat Bina Gizi


Subdit Bina Gizi Klinik, 2011) :
Pagi
Roti putih dengan selai

Siang
Nasi

Malam
Nasi

kacang

Semur daging

Pepes ikan

Telur rebus

Tempe goreng

Tumis kangkung

Jeruk

Apel

Lalap daun slada / tomat


Jam 10.00 makan buah
apel sebagai selingan

16

B. Aktivitas Fsik
Menurut PERKENI (2006) kegiatan jasmani dan latihan jasmani
dilakukan secara teratur (3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30
menit),

merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan DM tipe 2.

Kegiatan sehari-hari seperti berjalan kaki ke pasar, menggunakan tangga,


berkebun harus dilakukan. Latihan jasmani bertujuan untuk menjaga
kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki
sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah.
Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat
aerobik seperti : jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang.
Latihas jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kebugaran
jasmani. Untuk mereka yang relatif sehat, intensitas latihan jasmani bisa
ditingkatkan, sementara yang sudah mendapat komplikasi DM dapat
dikurangi. Hindari kebiasaan hidup yang kurang gerak atau bermalasmalasan karena ini menjadi salah satu penyebab diabetes.

17

BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN DATA DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


PADA KASUS DIABETES MELLITUS TIPE II

I.

Identitas Diri Klien


Nama

: Tn. G

No. RM : 388-36-

XX

II.

Tempat / Tgl lahir

: 21 Mei 1975

Umur

: 38 Tahun

Jenis kelamin

:Laki-laki

Alamat

:Kp. Jampang. Kemang Boor Jawa Barat

Pendidikan

Pekerjaan

:Pegawai Swasta

Agama / Suku

:Kong Hu Cu

Status perkawinan

:Menikah

Tanggal MRS

: 16-10-2013

Diagnosa Medis

: DM Tipe II + Hemofili B

Status Kesehatan Saat Ini:


1. Keluhan Utama (PQRST):

18

Klien

: Klien mengatakan badannya lemas

P : penyebab nyeri tersebut karena adanya proses inflamasi


Q : nyeri hilang timbul seperti berdenyut-denyut
R : kaki kiri
S : skala 5
T : nyeri terus menerus tanpa ada jeda

Sumber Lain

Masalah keperawatan:
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
sejak 3 minggu sebelum MRS, pasien mengeluhkan luka di kaki kiri, yang
tampak bengkak dan terasa nyeri. Luka diawali dengan tumbuhnya bisul
yang semakin lama semakin besar kemudian menjadi bengkak terasa nyeri
dan muncul nanah. Klien berobat ke RS Karyta Bhakti sempat dirawat di
HCU, kemudian di rujuk di RSCM yang kemudian direncanakan operasi
namun karena keterbatasan biaya klien memutuskan untuk dibawa pulang
untuk mengurus surat jaminan kesehatan daerah. Setelah selesai mengurus
surat, klien kembali berobat. Setelah diketahui klien menderita hemofili B
yang dideritanya sejak berumur 5 tahun. Saat itu klien pernah terjatuh dan
mengalami benturan pada pelipis sebelah kanan yang mana mengalami
perdarahan yang tak kunjung berhenti. Klien sering kontrol ke poli
hemofili anak hingga usia 9 tahun lalu klien tidak pernah kontrol kembali.
Pasien tidak mengetahui dirinya menderita DM, saat di IGD kadar gula
darah klien di cek dengan nilai 400 mg/dl. Kemudian klien mengatakan
memang akhir-akhir ini sering memiliki keluhan 3P; sering kecing, sering
merasa haus dan minum banyak dan terasa sering lapar.

III.

Riwayat Penyakit Dahulu :


1. Penyakit yang pernah dialami
a.

Kanak-kanak : hemofilia B sejak umur 5 tahun

b.

Kecelakaan : -

19

c.

Pernah dirawat, dengan penyakit :


Waktu :

d.

Operasi :

amputasi kaki kanan bawah lutut

Waktu : 2 bulan yang lalu


2. Alergi:
a.

Obat

:-

b.

Makanan

:-

3. Imunisasi :4. Kebiasaan: rokok / kopi / alkohol / lain-lain :


5. Riwayat penggunaan obat:
a.

Nama obat

b.

Lama :

6. Lain-lain deskripsikan: 5 tahun lalu pernah didiagnosa DM dan % bulan


terakhir sebelum MRS tidak pernah kontrol.
Masalah keperawatan:
IV.

Riwayat Keluarga (genogram)

20

V.

Lingkungan tempat tinggal


1.

Kebersihan

: bersih

2.

Polusi

: minimal

3.

Berdekatan dengan: pabrik / rumah sakit / perumahan / sungai /


lainnya

4.

Lain-lain deskripsikan:

Masalah keperawatan:
VI.

Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari:


1.

Pola nutrisi :
a.

Makan
Sebelum MRS

Frekuensi makan : 3 porsi makan dalam


sehari

Jenis makanan : jung food

Pantangan makanan :

Makanan yang disukai :

Makanan yang tidak disukai :

Nafsu makan : [ ] baik


[v] sedang,

alasan : aktivitas tidak berat

[ ] kurang,

alasan :

Porsi makanan : 3 porsi makan

Perubahan BB 3 bulan terakhir : naik /


tetap / turun : [

b.

] Kg

Minum

Frekuensi minum : minum dengan kadar


gula tinggi

21


c.

Jenis minuman :
Lainnya/deskripsikan:
Saat MRS
a. Makan

Frekuensi makan :

Jenis makanan :

Pantangan makanan :

Makanan yang disukai : jung food, lebih


banyak karbohidrat

Makanan yang tidak disukai :

Nafsu makan : [ ] baik


[v] sedang,

alasan : aktivitas tidak berat

[ ] kurang,

alasan :

Porsi makanan : Diit DM 1700 kkal/hari

Perubahan BB 3 bulan terakhir : naik /


tetap / turun : [

] Kg

b. Minum

Frekuensi minum : kurang lebih 800-1200


cc/hari

Jenis minuman : saat MRS air putih


c. Lainnya/deskripsikan

Masalah keperawatan:
2. Pola Eliminasi:
Sebelum MRS
a.

Buang air besar


Frekuensi

: 1x dalam sehari
22

b.

c.

Waktu

Warna

: kuning

Konsistensi

: lembek

Kesulitan

:-

Buang air kecil


Frekuensi

: 3-4 kali sehari

Warna

:kuning/jernih

Bau

Kesulitan

Lain-lain deskripsikan:
Saat MRS
Buang air besar
Frekuensi

: 1x dalam sehari

Waktu

Warna

: kuning

Konsistensi

: lembek

Kesulitan

:-

Buang air kecil


Frekuensi

: 3-4 kali sehari, 200 ml setiap kencing

Warna

:kuning/jernih

Bau

Kesulitan

:
23

Lain-lain deskripsikan:
Masalah keperawatan:
3. Pola tidur dan istirahat
Sebelum MRS
a. Waktu tidur (jam) : pukul 21.00- 05.00
b. Lama tidur /hari : 8 jam
c. Kualitas tidur

: baik / cukup / kurang

a. Alasan :
d. Kebiasaan saat tidur

e. Kesulitan tidur

f. Lain-lain deskripsikan:
Saat MRS
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Waktu tidur (jam) : jam 10.00-12.00 dan malam 7-8 jam


Lama tidur /hari : 10 jam
Kualitas tidur
: baik / cukup / kurang
Alasan :
Kebiasaan saat tidur
:
Kesulitan tidur
:
Lain-lain deskripsikan:

Masalah keperawatan:
4. Pola aktivitas dan latihan
a. Kegiatan dalam pekerjaan : duduk di depan komputer
b. Olah raga :

Jenis

Frekuensi

c. Kegiatan di waktu luang :


d. Jenis pekerjaan : pegawai swasta
e. Jumlah jam kerja : 8 jam
f. Masalah dalam pekerjaan :
g. Lain-lain deskripsikan:
24

Masalah keperawatan:
Pola personal hygiene
a. Mandi

dengan sabun / tidak

Frekuensi : 2x sehari
Tempat :
b. Cuci rambut

dengan shampoo / tidak

Frekuensi : 2 hari sekali


c. Sikat gigi :

dengan pasta gigi / tidak

Frekuensi : 2 kali sehari


d. Lain-lain deskripsikan:

Masalah keperawatan:
6.Pola seksual : terganggu karena bed rest dan ketergantungan parsial
Masalah keperawatan:
VII.

Aspek Psikososial

7. Pola pikir dan persepsi


a.

Alat

bantu

yang

digunakan
[ ] kaca mata
[ ] alat bantu pendengaran
[ ] lainnya
b.

Kesulitan
dialami:
[ ] menurunnya sensitifitas terhadap sakit

25

yang

[ ] menurunnya sensitifitas terhadap panas / dingin


[ ] membaca / menulis
c.

Lain-lain
deskripsikan: pandangan kabur karena stadium ringan

Masalah keperawatan:

8. Persepsi diri
a. Hal yang dipikirkan saat ini: penyakit yang diderita saat ini sebagai
suatu cobaan dan tidak akan pernah putus asa
b. Harapan

setelah

menjalani

perawatan:

klien

percaya

bahwa

penyakitnya dapat sembuh


c. Perubahan yang dirasa setelah sakit:klien merasakan sedah berbeda
dengan orang normal seperti sedia kala
Masalah keperawatan:
9. Hubungan / komunikasi :
a.

Bicara
[ v ] jelas
[ ] relevan
[ ] mampu mengekspresikan
[ ] mampu mengerti orang lain
Bahasa utama / bahasa sehari-hari

b.

: bahasa indonesia
Tempat tinggal

[ ] sendiri
[ ] bersama orang lain;
c.

Kehidupan keluarga

26

Adat istiadat yang dianut

: sunda

Pembuat keputusan dalam keluarga

: ayah/klien

Interaksi dalam keluarga

: baik

Interaksi dengan lingkungan

: baik

Masalah dalam keluarga

: peran sebagai kepala keluarga

terganggu karena klien sedang bed rest dan salah satu kaki di amputasi
d.

Lain-lain
deskripsikan:

Masalah keperawatan:
10. Pertahanan koping
Pengambilan keputusan
[ v ] sendiri
[ ] dibantu orang lain, sebutkan

Yang disukai dari diri sendiri

Yang ingin dirubah dari kehidupan

Yang dilakukan bila ada masalah/stress: ( coret yang tidak perlu)


Pemecahan masalah/ makan/ tidur/ makan obat/ cari pertolongan/ lainlain
( misal, marah,diam dll)
Lain-lain deskripsikan:
Masalah keperawatan:
11. sis tem nilai kepercayaan
27

Siapa apa sumber kekuatan : iman kepada tuhan


Apakah tuhan, agama, kepercayaan penting untuk anda: ya/tidak
Kegiatan agama/ kepercayaan yang dilakukan (macam dan frekwensi)
Sebutkan :Kegiatan agama dan kepercayaan yang dilakukan selama di RS,
sebutkan :Lain-lain deskripsikan :Masalah Keperawatan
VIII.

Pengkajian Fisik

Keadaan umum

: baik

Kesadaran

: compos mentis

TD

: 160/90 mmHg

Nadi

: 104x/menit

Suhu

: 37 C

RR

: 18x/menit

BB/ TB

: 65 kg / 167 cm

Head to toe
1. Kepala :
- Mata : konjungtiva tidak anemis, pengelihatan berkurang, mata kanan
-

dan kiri katarak ringan


Telinga : pendengaran baik, telinga bersih, tidak ada nyeri tekan
Hidung : hidung bersih, tidak ada secret, simetris dan tidak ada nyeri

tekan, pasien dapat membau dan membedakan bau dengan baik


- Mulut : bibir tidak sianosis
2. Leher : JVP tidak terlihat
3. Thorak :
A. Paru-paru
- I : irama nafas teratur, gerakan dada simetris, nafas spontan, tidak ada
retraksi dinding dada
- P : vocal fremitus kiri dan kanan sama
- P : sonor
- A : suara nafas vesikuler
B. Jantung
- I : ictus cordis tak tampak
- P : ictus cordis teraba di ICS 5
- P : mid clavikula sinistra dan linea sternalis dekstra
28

- A : bunyi jantung 1 dan 2 reguler, tidak ada bunyi jantung tambahan


4. Abdomen
- I : perut datar, tidak ada asites dan tidak ada benjolan
- A : bising usus 15x/menit
- P : hepar tidak teraba, tidak ada pembeaan hepar
- P : suara timpani
5. Genetalia dan anus
tidak terpasang kateter
6. Ekstremitas
Amputasi pada salah satu ektremitas bawah kiri dari lutut kebawah.
Kekeuatan otot
4444 4444
444- 4444
7. Integument
I : turgor sedang, luka post amputasi 2 bulan pada ekstremitas bawah kiri,
kulit kaki terlihat kering, pada luka terjadi rembesan cairan berwarna
coklat dan berbau
P: akral hangat, CRT < 2 detik
IX.

Data Laboratorium

Analisa Gas Darah


Tgl
Analisa

17- Angka

11-2012

normal

7.384
36.2
89.9
23.8
97.5

7,35 - 7,45
35 - 4 5
85 - 95
21 - 25
94-100

gas

darah
Ph
pCO2
pO2
HCO3
SaO2

mmHg
mmHg
mmol/L
%

Pengkajian PEDIS
Tgl

Nilai normal

Hemoglobi

20-12-2012
10,7

12 18 g/dL

n (Hgb)
Hematocrit

31,6

40% 50%

29

(Hct)
Eritrosit
3,75
Leucosit
11.970
Trombosit
342.000
MCV
84,3
MCH
28,5
MCHC
33,9
Variasi Nilai GDKH = 201 428

4,50 - 5,50 juta/ul


6000-1000 mm3
150000-4000000/mm3
82-92 fL
27-33 pg
32-36 g/ dl

ENDOKRIN
Pemeriksa

Tgl

Nilai

an Lab

17-12-

normal

SGOT
SGPT
Albumin

2012
19
16
2.07

10 35
10 36
3.4-4.5

Satuan

H/ L

U/L
U/L
g/dl

URINE
Komponen

Hasil tgl 20-12- Satuan

Warna
Kejernihan
Leukosit
Eritrosit
Kristal
Jamur

2012
Kuning
jernih
16-17
13-14
-

Komponen
Natrium
Kalium
Klorida
Kreatinin
serum
Blood

K uning
Jernih
16 18
12 14

/LPB
/LPB

Tgl 20-12-2012
140
3.13
100,5
1.20

urea 34

Normal

Normal
132 147
3,3 5,4
94 111
0,5 1,5

Satuan
mEq/L
mEq/L
mEq/L
mg/dl

20 40

mg/dl

8.8-10.2

mg/dl

nitrogen
(BUN)
Kalsium darah 6,8
30

Magnesium
CCT

1,40
67

1.70-2.50
61-120

Mg/dl
ml/mnt

Pemeriksaan Penunjang
Pengakjian PEDIS
P: penyakit arteri pedis tapi tidak kritis. Nilai ABI: pada kaki kiri 0,86 (batas
normal: 0,9-1,3)
E: 8x1 cm
D: ulkus Dermis
I: infeksi hanya pada jaringan kulit dan jaringan subkutan
S: sensitibilitas menurun
Hasil EKG tgl 15-12-2012
Hasil Rongten tgl 15-12-2012: terdapatfibroinfiltrat paru kanan atas dan infiltrate
pada kiri atas.
Pemeriksaan Penunjang Luka
Komponen
Trombosit

Tgl 24-09-2012
342.000

Satuan
10^3/

Normal
150

Leukosit

11.970

L
10^3/

400
8 10

0,3
2,2
75
16,3
6,2
115

L
%
%
%
%
%
mm

01
13
52 76
20 40
28
0 20

Basofil
Eosinofil
Neutrofil
Limfosit
Monosit
Laju
Endap
Darah

31

No.

Data penunjang

1.

Ds: Pasien mengeluh

Etiologi
Hiperglikemia

Masalah
Nyeri akut

luka di kaki kiri,


tampak bengkak dan

Neuropati perifer

terasa nyeri
Do :
P: penyebab nyeri

Luka di kaki

tersebut karena
Inflamasi

adanya proses
inflamasi
Q : nyeri hilang

Nyeri akut

timbul seperti
berdenyut-denyut
R: kaki kiri
S: skala 5
T: nyeri terus
menerus tanpa ada
jeda
2.

DS :
-

Hiperglikemi

jaringan

Pasien mengeluh luka di


kaki kiri, tampak bengkak

Penyembuhan luka lama

dan terasa nyeri.


-

Infeksi

Pasien mengatakan
awalnya tumbuh bisul

Nanah

yang semakin lama


semakin besar kemudian
menjadi bengkak terasa

Kerusakan integritas

Kerusakan integritas jaringan

nyeri dan muncul nanah


DO :

32

Tampak ada balutan luka


pada ekstremitas distal
bagian dekstra

Tampak rembesan darah


pada balutan luka

Tampak daerah sekitar


luka terlihat tanda-tanda
infeksi (Rubor, Kalor,
Tumor, Dolor,
Fungsiolesa)\

Luka tampak terdapat


pus, bengkak, diameter
selitar 3 cm. Gambaran
prosentase luka nekrose
0%, slough 20% dan

3.

granullasi 80%
Ds :
-

Glukosa tidak dapat

Intoleransi aktivitas

dimetabolisme

Klien mengatakan

Energi menurun

badannya terasa
lemas

Lemah

Do :

Mudah letih

Pasien datang dengan

KU tampak lemah
Kaki pasien di

Intoleransi aktivitas

amputasi

4.

DS :
-

Luka bisul
Bengkak

sejak 3 minggu

33

Defisit pengetauan

sebelum MRS, pasien


Nyeri

mengeluhkan luka di
kaki kiri, yang

Tanpa penanganan

tampak bengkak dan

Defisit pengetahuan

terasa nyeri. Luka


diawali dengan
tumbuhnya bisul
yang semakin lama
semakin besar
kemudian menjadi
bengkak terasa nyeri
-

dan muncul nanah


akhir-akhir ini pasien
mengatakan sering
memiliki keluhan 3P;
sering kecing, sering
merasa haus dan
minum banyak dan
terasa sering lapar.

DO :
-

Pasien tidak
mengetahui dirinya
menderita DM, saat
di IGD kadar gula
darah klien di cek
dengan nilai 400
mg/dl. Kemudian
klien mengatakan
memang

DS :-

Kaki kanan di amputasi

34

Hambatan Mobilitas

DO :

Fisik
Proses penyembuhan

Kebutuhan ADL

Turunnya kemampuan

dibantu oleh putri

aktivitas mandiri

bungsunya dan
perawat, Klien dalam
tingkat

Hambatan mobilitas fisik

ketergantunganpartial
-

,
Untuk memenuhi
kebutuhan makan
minum, duduk dan
ambulasi dibantu

oleh anaknya.
Klien juga
mengalami
keterbatasan dalam
berdiri dan aktivitas

berjalan
pada ekstremitas
bawah didapatkan
luka post amputasi 2
bulan yang lalu
dibawah lutut dengan
proses penyembuhan
luka memanjang

6
.

DS :
-

Kaki kanan di amputasi


Pasien merasakan

Berkurangnya fungsi tubuh

dirinya sudah berbeda

Turunnya aktifitas mandiri

dengan orang normal

Gangguan citra diri

karena kondisinya,
dan tidak bisa
35

Gangguan citra diri

kembali normal
-

seperti sedia kala


Perannya sebagai
kepala rumah tangga
terganggu karena
sekarang sakit dan
merasa tidak bisa
mencukupi kebutuhan
anak bungsunya

DO :
-

pada ekstremitas
bawah didapatkan
luka post amputasi 2
bulan yang lalu
dibawah lutut dengan
proses penyembuhan
luka memanjang

DS :
-

Kulit lembab
. Klien mengatakan

Iritasi kulit dan luka yang

pada luka terjadi

bau

rembesan cairan

Gatal-gatal

berwarna coklat tua


-

Gangguan rasa nyaman

dan berbau
klien merasakan
gatal-gatal seluruh
tubuh

DO :
-

kelembapan kulit
baik dan tidak tampak

36

Gangguan rasa nyaman

kering,
tangan kanan
terpasang heflock

sejak tgl 18-12-2012


pada ekstremitas
bawah didapatkan
luka post amputasi 2
bulan yang lalu
dibawah lutut dengan
proses penyembuhan
luka memanjang

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. nyeri akut berhubungan dengan inflamasi yang di tandai dengan
Ds: Pasien mengeluh luka di kaki kiri, tampak bengkak dan terasa nyeri
Do : P: penyebab nyeri tersebut karena adanya proses inflamasi
Q : nyeri hilang timbul seperti berdenyut-denyut
R: kaki kiri
S : skala 5
T: nyeri terus menerus tanpa ada jeda
2. kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan adanya nanah yang di tandai
dengan
DS :
- Pasien mengeluh luka di kaki kiri, tampak bengkak dan terasa nyeri
-Pasien mengatakan awalnya tumbuh bisul yang semakin lama
semakin besar kemudian menjadi bengkak terasa nyeri dan muncul nanah
DO :
-

Tampak ada balutan luka pada ekstremitas distal bagian dekstra

Tampak rembesan darah pada balutan luka

Tampak daerah sekitar luka terlihat tanda-tanda infeksi (Rubor, Kalor,


Tumor, Dolor, Fungsiolesa)\Luka tampak terdapat pus, bengkak, diameter

37

selitar 3 cm. Gambaran prosentase luka nekrose 0%, slough 20% dan
granullasi 80%
2.

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan menurunnya jumlah energi


akibat proses metabolisme yang di tandai dengan
Ds : Klien mengatakan badannya terasa lemas
Do : - Pasien datang dengan KU tampak lemah
- Kaki pasien di amputasi

3. Defisit pengetahuan yang berhubungan dengan ketidak tahuanperawatan

luka yang di tandai dengan


DS :
sejak 3 minggu sebelum MRS, pasien mengeluhkan luka di kaki kiri, yang
tampak bengkak dan terasa nyeri. Luka diawali dengan tumbuhnya bisul
yang semakin lama semakin besar kemudian menjadi bengkak terasa nyeri

dan muncul nanah


akhir-akhir ini pasien mengatakan sering memiliki keluhan 3P; sering
kecing, sering merasa haus dan minum banyak dan terasa sering lapar.
DO :
-Pasien tidak mengetahui dirinya menderita DM, saat di IGD kadar gula
darah klien di cek dengan nilai 400 mg/dl. Kemudian klien mengatakan
memang

4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan ekstremitas bawah bagian


kakan yang di amputasi yang di tandai dengan
DS :DO :
- Kebutuhan ADL dibantu oleh putri bungsunya dan perawat, Klien dalam
tingkat ketergantunganpartial,
- Untuk memenuhi kebutuhan makan minum, duduk dan ambulasi dibantu
oleh anaknya.
- Klien juga mengalami keterbatasan dalam berdiri dan aktivitas berjalan
- Pada ekstremitas bawah didapatkan luka post amputasi 2 bulan yang lalu
dibawah lutut dengan proses penyembuhan luka memanjang
5. Gangguan citra diri berhubungan dengan hilangnya ekstreitas bawah
bagian kanan yang di tandai dengan
DS : -Pasien merasakan dirinya sudah berbeda dengan orang normal
karena kondisinya, dan tidak bisa kembali normal seperti sedia kala
38

Perannya sebagai kepala rumah tangga terganggu karena


sekarang sakit dan merasa tidak bisa mencukupi kebutuhan anak

bungsunya
DO : pada ekstremitas bawah didapatkan luka post amputasi 2 bulan
yang lalu dibawah lutut dengan proses penyembuhan luka
memanjang
6. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan rasa gatal dan luka yang
berbau di tandai dengan
DS :- Klien mengatakan pada luka terjadi rembesan cairan berwarna
coklat tua dan berbau
- klien merasakan gatal-gatal seluruh tubuh
3.3 Intervensi
No

Diagnosa
Tujuan dan kriteria hasil
1. nyeri akut a. kontrol terhadap nyeri
berhubunga b. tingkat nyeri
n

dengan Setelah

inflamasi

dilakukan

tindakan

keperawatan selama 3x24 jam,


nyeri

yang

dialami

berkurang/menghilang,

pasien
dengan

kriteria hasil :

Intervensi
Pain Management:
1. Monitor rasa nyeri
dengan PQRST
2. Monitor TTV
3. Atur posisi pasien
senyaman mungkin
4. Lakukan tindakan

1.Mampu mengontrol nyeri yang

manajemen nyeri

timbul (mengetahui penyebab

(tehnik distraksi

nyeri, mampu menggunakan

dan relaksasi)

tehnik non farmakologi untuk

5. Kolaborasi dengan

mengurangi nyeri, mencari

tim kesehatan

hubungan untuk mengatasi nyeri)

lainnya mengenai

2.Melaporkan bahwa nyeri


berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri
3.Pasien mampu mengenali nyeri
(skala, intensitas, kualitas, lokasi

39

pemberian terapi
6. Berikan obat
melalui IV sebagai
pengurang rasa
nyeri

dan waktu saat nyeri muncul)


4. TTV dalam batas normal (TD :

7. berikan
terapiantibiotic, bila

120/80 mmHg;

diperlukan

Suhu 36,5 oC;


Nadi:60-100x/menit;
RR: 6-24x/menit)
5. Pasien tidak mengalami
2. kerusakan

gangguan tidur
1. Integritas jaringan

Integritas

2. Perawatan diri

kulit

3.Penyembuhan luka

Asessment
1.Monitor TTV : TD,
RR, N, dan S

berhubunga
n

dengan Setelah

dilakukan
3x24

jam

perawatan

adanya

selama

kerusakan

nanah

integritas jaringan dapat teratasi,


dengan kriteria hasil:
1.Tekstur dan ketebalan jaringan
normal

2. inspeksi luka pada


setiapmengganti
balutan
3.kaji luka terhadap
karakteristik tersebut
meliputi lokasi, luas
dan kedalaman,

2.Tidak ditemukan tanda-tanda

adanya dan karakter

infeksi (tumor, kalor, dolor,

eksudat, termasuk

rubor, fungsiolesa)

kekentalan, warna

3.Perfusi jaringan normal

dan bau , ada atau

4.Menunjukkan proses jaringan

tidaknya granulasi
atau epitelialisasi,
ada atau tidaknya
jaringan nekrotik.
4.Deskripsikan warna,
bau dan banyaknya,
ada atau
tidaknyatanda-tanda
infeksi luka setempat

40

5.Kaji ada atau tidaknya


perluasan luka
kejaringan dibawah
kulit
Wound Care:
1. Rawat Luka dengan
kompres NaCl dan
revanol
2. Monitor
Karakteristik luka,
ukuran, warna, luas
dan bau
3. Pertahankan tehnik
balutan steril saat
perawatan luka
4. Periksa luka setiap
mengganti balutan
5. Ajarkan pasien atau
anggota keluarga
tehnik perawatan
luka
Colaboration activity
1. Konsultasikan pada
ahli gizi tentang
makanan tinggi
protein,
mineral,kalori dan
vitamin

41

2. Konsultasikan pada
dokter tentang
implementasi
pemberian makanan
dan nutrisi enteral
atau parenteral untuk
meningkatkan
potensi
3. Intoleransi

penyembuhan luka
NIC

NOC

aktivitas

Energy conservation

Activity Therapy

berhubunga

Activity tolerance

4. Kolaborasikan

Self care: ADLs

dengan

dengan

menurunny
a

tenaga

Rehabilitasi Medik

jumlah Setelah

dilakukan

perawatan

dalam

energi

selama 3x24 jam gangguan citra

merencanakan

akibat

tubuh terhdap diri pasien dapat

program

proses

teratasi, dengan kriteria hasil:

yang tepat.

metabolism 1.
e

Berpartisipa

5. Bantu klien untuk

si dalam aktivitas fisik tanpa

mengidentifikasi

disertai

aktivitas

peningkatan

tekanan

darah, nadi dan RR


2.

yang

mampu dilakukan
Mampu

melakukan aktivitas sehari-hari


3.

terapi

(ADLs) secara mandiri


Tanda-tanda

6. Bantu
memilih

untuk
aktivitas

konsisten
sesuai

vital normal
4.

Mampu

kemampuan

berpindah: dengan atau tanpa

psikologis

bantuan alat

sosial

5.

Sirkulasi
status baik

6.

Status

42

7. Bantu

yang
dengan
fisik,
dan
untuk

mengidentifikasi

respirasi: pertukaran gas dan

dan

mendapatkan

ventilasi adekuat

sumber
diperlukan
aktivitas

yang
untuk
yang

diinginkan
8. Bantu

untuk

mendapatakan alat
bantuan

aktivitas

seperti kursi roda


9. Bantu

untuk

mengidentifikasi
aktivitas

yang

disukai
10. Bantu klien untuk
mebuat

jadwal

latihan

diwaktu

luang
11. Bantu pasien atau
keluarga

untuk

mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
12. Sediakan penguatan
positif bagi yang
aktif beraktivitas
13. Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
14. Monitor

respon

fisik, emosi, sosial

43

dan spiritual
4. Defisit

NOC

NIC

pengetahua
n

1. Knowledge

yang

berhubunga
n

disease

disease process

process

dengan

Teaching:

2. Knowledge

ketidak

health

tahuanpera

behavior

watan luka

1. Berikan

penilaian

tentang

tingkat

pengetahuan pasien
tentang

proses

penyakit
Setelah

dilakukan

selama

1x24

perawatan

jam

yang

spesifik

defisit 2. Jelaskan

pengetahuan dapat teratasi, dengan

patofisiologi

dari

kriteria hasil:

penyakit

dan

1.

Pasie

bagaimana hal ini

n dan keluarga menyatakan

berhubungan

pemahaman tentang penyakit,

dengan

kondisi, prognosis dan program

dan

pengobatan

dengan cara yang

2.

Pasie
n

dan

keluarga

anatomi
fisiologi,

tepat

mampu 3. Gambarkan

tanda

melaksanakan prosedur yang

dan

dijelaskan secara benar

biasa muncul pada

3.

Pasie
n

dan

keluarga

mampu

gejala

penyakit,

yang

dengam

cara yang tepat

menjelaskan kembali apa yang 4. Gambarkan proses


dijelaskan

perawat/tim

kesehatan lainnya

penyakit,

dengan

cara yang tepat


5. Identifikasi
kemungkinan
penyebab,

44

dengan

cara yang tepat


6. Sediakan informasi
pada pasien tentang
kondisi,

dengan

cara yang tepat


7. Sediakan

bagi

keluarga informasi
tentang

kemajuan

pasien dengan cara


yang tepat
8. Diskusikan pilihan
terapi
penanganan
NIC

5 Hambatan

NOC

. mobilitas
berhubunga

1
2
3
4

n dengan

Setelah

ekstremitas

selama

bawah

mobilitas

bagian

teratasi, dengan kriteria hasil:

fisik

kakan yang

Joint Movement: Active


Mobility level
Self care : ADLs
Transfer Performance
dilakukan
3x24
fisik

Exercise therapy:
ambulation
15. Monitoring vital

perawatan

sign

hambatan

sebelum/sesudah

jam

pasien

dapat

Klien meningkat dalam

aktivitas fisik
Mengerti tujuan dari

peningkatan mobilitas
Memverbalisasikan perasaan

di amputasi

atau

dalam meningkatkan
kekuatan dan kemampuan
4

berpindah
Memperagakan penggunaan

alat
Bantu untuk mobilisasi

latihan dan lihat


respon pasien saat
latihan
16. Konsultasikan
dengan terapi fisik
tentang rencana
ambulasi sesuai
dengan kebutuhan
17. Bantu klien untuk
menggunakan
tongkat saat
berjalan dan cegah
terhadap cedera

(walker)
45

18. Ajarkan pasien atau


tenaga kesehatan
lain tentang teknik
ambulasi
19. Kaji kemampuan
pasien dalam
mobilisasi
20. Latih pasien dalam
pemenuhan
kebutuhan ADLs
secara mandiri
sesuai kemampuan
21. Dampingi dan
bantu pasien saat
mobilisasi dan
bantu penuhi
kebutuhan ADLs
pasien
22. Berikan alat bantu
jika klien
memerlukan
23. Ajarkan pasien
bagaimana
merubah posisi dan
berikan bantuan
6 Gangguan
. citra

diri 1. Body image

berhubunga
n

jika diperlukan
NIC

NOC

Body

2. Self esteem

image

enhancement

dengan

1. Kaji secara verbal

hilangnya

Setelah

dilakukan

ekstreitas

selama 1x24 jam gangguan citra

respon

bawah

tubuh terhdap diri pasien dapat

terhadap tubuhnya

46

perawatan

dan

non

verbal
klien

bagian

teratasi, dengan kriteria hasil:

kanan

24. Body image positif


25. Mampu

2. Monitor frekuensi
mengkritik dirinya

mengidentifikasikan

3. Jelaskan

kekuatan personal

tentang

pengobatan,

26. Mendeskripsikan secara faktual

perawatan,

perubahan fungsi tubuh


27. Mempertahankan

kemajuan

interaksi

sosial

dan

prognosis penyakit
4. Dorong

klien

mengungkapkan
perasaannya
5. Identifikasi

arti

pengurangan
melalui pemakaian
alat bantu
6. Fasilitasi
dengan

kontak
individu

lain

dalam

kelompok kecil
7 Gangguan

NOC

NIC

. rasa

Ansiety
Fear leavel
nyaman
Sleep deprivation
berhubunga 31. Comfort, readines, for

Anxyety Reduction

n dengan

1. Menggunakan

enhanced
dilakukan

(penurunan
kecemasan)

rasa gatal

Setelah

perawatan

pendekatan yang

dan luka

selama 3x24 jam gangguan rasa

yang

nyaman dapat teratasi, dengan

menenangkan
2. nyatakan dengan

berbau

kriteria hasil:

jelas harapan

1.

Mampu

mengontrol kecemasan
2.
Status
lingkungan yang nyaman
3.
Kualitas

47

terhadap perilaku
pasien
3. jelaskan semua
prosedur dan apa
yang dirasakan

4.

tidur dan istirahat adekuat


Respon

terhadap pengobatan
5.
Dapat
mengontrol kekuatan
6.
mengontrol
nyeri

selama prosedur
4. temani pasien untuk
memberikan
keamanan dan
mengurangi takut
5. pahami prespektif
pasien terhadap
situasi stres
6. identifikasi tingkat
kecemasan\
7. dorong pasien
untuk
mengungkapkan
perasaan, ketakutan
persepsi
8. berikan obat untuk
mengurangi
kecemasan
environment
management confort
pain management

3.4 Implementasi
NO
1.

Diagnosa
nyeri akut berhubungan
dengan inflamasi

Implementasi
Pain Management:
1.

Melakukan monitoring rasa nyeri


dengan PQRST

2.

Melakukan monitoring TTV

3.

Mengatur posisi pasien senyaman


mungkin

4.
48

Melakukan tindakan manajemen

nyeri (tehnik distraksi dan relaksasi)


5.

Melakukan kolaborasi dengan tim


kesehatan lainnya mengenai pemberian
terapi

6.

Memberikan obat melalui IV sebagai


pengurang rasa nyeri

7.
2.

kerusakan
kulit

Memberikan terapi antibiotic, bila

diperlukan
Integritas Asessment
berhubungan

dengan adanya nanah

1. Memonitor TTV : TD, RR, N, dan S


2. Menginspeksi luka pada
setiapmengganti balutan
3. Mengkaji luka terhadap karakteristik
tersebut meliputi lokasi, luas dan
kedalaman, adanya dan karakter
eksudat, termasuk kekentalan, warna
dan bau , ada atau tidaknya granulasi
atau epitelialisasi, ada atau tidaknya
jaringan nekrotik.
4. Mendeskripsikan warna, bau dan
banyaknya, ada atau tadaknya tandatanda infeksi luka setempat
5. Mengkaji ada atau tidaknya perluasan
luka kejaringan dibawah kulit
Wound Care:
1. Merawat Luka Dengan Kompres Nacl
Dan Revanol
2. Memoonitor Karakteristik Luka,
Ukuran, Warna, Luas Dan Bau
3. Mepertahankan Tehnik Balutan Steril
49

Saat Perawatan Luka


4. Memeriksa Luka Setiap Mengganti
Balutan
5. Mengjarkan Pasien Atau Anggota
Keluarga Tehnik Perawatan Luka
Colaboration activity
1. Mengkonsultasikan pada ahli gizi
tentang makanan tinggi protein, mineral,
kalori dan vitamin konsultasikan pada
dokter tentang implementasi pemberian
makanan dan nutrisi enteral atau
parenteral untuk meningkatkan potensi
penyembuhan luka
3

Intoleransi

berhubungan

dengan 1. Mengkolaborasikan

menurunnya

jumlah

Rehabilitasi Medik dalam merencanakan

energi

proses

program terapi yang tepat.

akibat

metabolisme

aktivitas Activity Therapy


dengan

tenaga

2. Membantu klien untuk mengidentifikasi


aktivitas yang mampu dilakukan
3. Membantu
konsisten

untuk

memilih

aktivitas

yang

sesuai

dengan

kemampuan fisik, psikologis dan sosial


4. Membantu untuk mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang diperlukan
untuk aktivitas yang diinginkan
5. Membantu untuk mendapatakan alat
bantuan aktivitas seperti kursi roda
6. Membantu

untuk

aktivitas yang disukai


50

mengidentifikasi

7. Membantu klien untuk mebuat jadwal


latihan diwaktu luang
8. Membantu pasien atau keluarga untuk
mengidentifikasi

kekurangan

dalam

beraktivitas
9. Menyediakan penguatan positif bagi
yang aktif beraktivitas
10. Membantu

pasien

mengembangkan

untuk

motivasi

diri

dan

penguatan
11. Memonitor respon fisik, emosi, sosial
dan spiritual
4

Defisit

pengetahuan Teaching: disease process

yang

berhubungan 1. Memberikan penilaian tentang tingkat

dengan

ketidak

tahuanperawatan luka

pengetahuan

pasien

tentang

proses

penyakit yang spesifik


2. Menjelaskan patofisiologi dari penyakit
dan bagaimana hal ini berhubungan
dengan anatomi dan fisiologi, dengan
cara yang tepat
3. Menggambarkan tanda dan gejala yang
biasa muncul pada penyakit, dengam
cara yang tepat
4. Menggambarkan

proses

penyakit,

dengan cara yang tepat


5. Mengidentifikasi

kemungkinan

penyebab, dengan cara yang tepat


6. Menyediakan informasi pada pasien
tentang kondisi, dengan cara yang tepat
7. Menyediakan bagi keluarga informasi

51

tentang kemajuan pasien dengan cara


yang tepat
8. Mendiskusikan
5.

dengan

terapi

atau

penanganan
mobilitas Exercise therapy: ambulation

Hambatan
fisik

pilihan

berhubungan 1. Memonitoring vital sign


ekstremitas

bawah bagian kakan


yang di amputasi

sebelum/sesudah latihan dan lihat respon


pasien saat latihan
2. Mengkonsultasikan dengan terapi fisik
tentang rencana ambulasi sesuai dengan
kebutuhan
3. Membantu klien untuk menggunakan
tongkat saat berjalan dan cegah terhadap
cedera
4. Mengajarkan pasien atau tenaga
kesehatan lain tentang teknik ambulasi
5. Mengkaji kemampuan pasien dalam
mobilisasi
6. Melatih pasien dalam pemenuhan
kebutuhan ADLs secara mandiri sesuai
kemampuan
7. Mendampingi dan bantu pasien saat
mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan
ADLs pasien
8. Memberikan alat bantu jika klien
memerlukan
9. Mengajarkan pasien bagaimana merubah
posisi dan berikan bantuan jika

6.

Gangguan
berhubungan
hilangnya

citra

diperlukan
diri Body image enhancement

dengan
ekstreitas

bawah bagian kanan

1. Mengkaji secara verbal dan non verbal


respon klien terhadap tubuhnya
2. Memonitor frekuensi mengkritik dirinya
3. Menjelaskan

52

tentang

pengobatan,

perawatan, kemajuan dan prognosis


penyakit
4. Mendorong

klien

mengungkapkan

perasaannya
5. Mengidentifikasi

arti

pengurangan

melalui pemakaian alat bantu


6. Memfasilitasi kontak dengan individu
7.

lain dalam kelompok kecil


Gangguan rasa nyaman 1. Menggunakan pendekatan yang
berhubungan

dengan

rasa gatal dan luka


yang berbau

menenangkan
2. Menyatakan dengan jelas harapan
terhadap perilaku pasien
3. Menjelaskan semua prosedur dan apa
yang dirasakan selama prosedur
4. Menemani pasien untuk memberikan
keamanan dan mengurangi takut
5. Memahami prespektif pasien terhadap
situasi stres
6. Mengidentifikasi tingkat kecemasan\
7. Mendorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan, ketakutan
persepsi
8. Memberikan obat untuk mengurangi
kecemasan

3.5 Evaluasi
NO
1.

Masalah
nyeri akut berhubungan dengan
inflamasi

Evaluasi
S: pasien mengatakan Pasien
mengeluh luka di kaki kiri, tampak
bengkak dan nyeri sudah berkurang
O:
P: penyebab nyeri tersebut karena
adanya proses inflamasi

53

Q : nyeri hilang timbul seperti

2.

kerusakan

Integritas

berdenyut-denyut
R: kaki kiri
S: skala dari 5 ke 3
T: nyeri terus menerus tanpa ada jeda
A:Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan Intervensi
S : pasien mengatakan Pasien

kulit

berhubungan dengan adanya

mengeluh luka di kaki kiri, tampak

nanah

bengkak dan terasa nyeri


O:
tumbuh bisul, kaki bengkak dan
tampak ada nanah.
Rembesan darah pada balutan luka
masih ada
A:Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi selanjutnya

3.

Intoleransi aktivitas

S: pasien mengatakan pasien sangat terasa

berhubungan dengan

lemas dan tidak mampu melakukan aktivitas

menurunnya jumlah energi

dengan sendiri

akibat proses metabolisme

O: kaki pasien post amputasi


A: masalah tidak teratasi
P: lanjutkan intervensi dan kolaborasikan

4.

Defisit pengetahuan yang

dengan dokter untuk pemberian obat


S : Pasien mengatakan sudah mulai mengerti

berhubungan dengan ketidak

bagaimana cara merawat kakinya yang

tahuanperawatan luka

mengalami luka dengan baik dan benar


O : pasien dapat menjelaskan kepada perawat
tahapan-tahapan merawat luka dengan
langkah yang benar
A : masalah teratasi
P : terminasi intervensi

5.

Hambatan mobilitas fisik

S : pasien mengatakan kakinya saat ini sudah

54

berhubungan dengan

mulai belajar berjalan dengan kruk

ekstremitas bawah bagian

O : pasien dapat berjalan ke kamar mandi

kakan yang di amputasi

dengan kruk dengan dibantu perawat


A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi dan kolaborasi

6.

Gangguan citra diri

dengan tim medis lain untuk penyembuhan


S:-

berhubungan dengan hilangnya

O : pasien sudah mulai mau berinteraksi

ekstreitas bawah bagian kanan

dengan teman-temannya dan mulai mneerima


kondisinya
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi agar pasien lebih
mampu untuk menerima keadaannya dan

7.

Gangguan

rasa

survive
nyaman S : pasien mengatakan luka di kakinya sudah

berhubungan dengan rasa gatal tidak terasa gatal


dan luka yang berbau

O : aroma tidak sedap dari luka pasien mulai


berkurang
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi

55

BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
DM adalah suatu penyakit menahun yang terjadia kibat tubuh tidak
mampu memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup maupun tidak
dapat mengguanakan insulin dengan efektif. Penderita DM tidakdapat
mengabsorbsi glukosa dan menyalurkan hasil ke sirkulasi darah. Keadaan
ini disebut dengan hiperglikemia yang apabila dalam waktu lama dapat
menyebabkan kerusakan jaringan tubuh.kerusakan ini mengakibatkan
komplikasi dan ketidakseimbangan dalam tubuh.
4.2 Saran
Penulis
mahasiswa
Keperawatan

berharap
dapat
dengan

dengan

makalah

mengerti
DM,

dan

ini,

bagaimana
paham

semoga
asuhan

bagaimana

patofiologi yang terjadi pada orang yang mengalami DM.

56

sehingga bisa berpikir kritis dalam melakukan tindakan


keperawatan

57

DAFTAR PUSTAKA
Baradero, dkk. 2009. Klien Gangguan Endokrin: Seri Asuhan Keperawatan.
Jakarta: EGC.
Borley, Neil & Grace, Pierce. 2006. At a Glance Ilmu Bedah. Jakarta: Erlangga.
Brunner dan Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikan Bedah ed.8.
Jakarta: EGC.
Doenges, E.M. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan ed.3. Jakarta: EGC.
NANDA Internasional. 2015. Nursing: Definition and Classification 2015-2017.
USA: Willey Black Publcation
Ginsberg, Lionel. 2008. Lecture Notes: Neurologi ed.8. Jakarta: Erlangga.
Lanywati, Endang. 2011. Diabetes Mellitus Penyakit Kencing Manis.Yogyakarta:
Kanisius.
Misnadiarly. 2006. Diabetes Mellitus: Gangren, Ulcer, Infeksi. Mengenal Gejala,
Menanggualangi, dan Mencegah Komplikasi. Jakarta: Pustaka Populer
Obor.
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem
Persyarafan. Jakarta: Salemba Medik.
Sustrani, dkk. 2006. Diabetes. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Sutedjo, A.Y. 2010. 5 Strategi Penderita Diabetes Melitus Berusia Panjang.
Yogyakarta: Kanisius.
Tapan, Erik. 2005. Penyakit Degeneratif. Jakarta: Elex Media Komputindo.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31529/4/Chapter%20II.pdf
(diakses 8 Mei 2016 pukul 10.13)
http://journal.unair.ac.id/filerPDF/02.%20Perawatan%20Ulkus%20Diabetes.pdf
(diakses 8 Mei 2016 pukul 10.15)
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-nurulagriy-5372-2babiir-1.pdf (diakses 8 Mei 2016 pukul 10.45)

http://repository.unhas.ac.id:4001/digilib/files/disk1/385/--ilkafahmke-19203-1makalah-%29.pdf (diakses 8 Mei 2016 pukul 11.01)


American Diabetes Association (ADA) 2015 http://www.diabetes.org(diakses 10
Mei 2016 pukul 14.10)
International Diabetes Federation (IDF) http://www.idf.org (diakses 10 Mei 2016
pukul 18.08)
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) http://perkeni.freeservers.com
(diakses 11 Mei 2016 pukul 01.53)

Anda mungkin juga menyukai