Oleh:
Tara Ken Wita Kirana G99141097 H62014
Narulita Anggasari G99141099 H82014
Pembimbing:
dr. Dwi Hidayah, Sp.A, M.Kes
Presentasi kasus ini disusun untuk memenuhi persyaratan kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret/RSUD DR Moewardi Surakarta. Presentasi kasus
dengan judul :
SEORANG ANAK PEREMPUAN USIA 15 TAHUN
DENGAN DENGUE FEVER
Hari/tanggal
Oktober 2014
Oleh:
Tara Ken Wita Kirana G99141097 H62014
Narulita Anggasari G99141099 H82014
BAB I
LAPORAN KASUS
I. Identitas Pasien
Nama
: An. S
Umur
: 15 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Berat Badan
: 38 kg
Panjang Badan
: 150 cm
Agama
: Islam
Alamat
Tanggal masuk
: 2 Oktober 2014
Tanggal pemeriksaan
: 6 Oktober 2014
No. RM
: 01273320
II. Anamnesis
A. Keluhan Utama
Demam.
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Kurang lebih 4 hari SMRS pasien demam tinggi mendadak, mimisan (-), gusi berdarah
(-), BAK tidak ada keluhan, BAB hitam (-), bintik kemerahan di kulit (-), makan (+), minum
(+), mual (-), muntah (-), nyeri perut (+).
Satu hari SMRS pasien masih demam tinggi, mimisan (-), gusi berdarah (-), muntah 1x isi
makanan/minuman yang dimakan, BAB hitam (-), BAK (+) warna kuning jernih jumlah
banyak, bintik kemerahan di kulit (-), nyeri perut (+). Kemudian pasien dibawa berobat ke
dokter dan diberi dua macam obat tapi keluhan tidak berkurang, kemudia pasien dibawa ke
RSDM.
Saat di IGD RSDM pasien sudah tidak mengeluhkan demam, compos mentis, tampak
sakit sedang, nyeri tekan perut (+), BAK tidak ada keluhan, BAB hitam (-), mual (-), mimisan
(-), bintik merah di kulit (-).
I
II
III
IV
Sen(05.00) Sel
Rab
Kam(12.30) Jum
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: air PAM
F. Riwayat Kelahiran
Lahir spontan ditolong dokter pada usia kehamilan 40 minggu, dengan berat badan lahir
3000 gram, panjang badan 48 cm, dan langsung menangis kuat.
G. Riwayat Post Natal
Rutin ke posyandu tiap bulan untuk menimbang badan dan mendapat imunisasi.
H. Riwayat Imunisasi
Pasien sudah mendapatkan imunisasi:
1.
2.
3.
4.
5.
BCG
DPT
Polio
Campak
Hepatitis B
: usia 1 bulan
: usia 2, 3, 4 bulan
: usia 1, 2, 3, 4 bulan
: usia 9 bulan
: usia 0, 2,3, 4 bulan
I.
Perkembangan Anak
Pasien mulai tengkurap pada usia 3 bulan, saat berusia 9 bulan dapat merangkak, saat berusia 12
bulan sudah bisa berjalan.
Kesan : Tumbuh kembang sesuai usia
J. Riwayat Kebiasaan dan Lingkungan
Tempat tinggal pasien berada di pemukiman penduduk yang cukup padat. Di dekat rumah
pasien banyak terdapat tempat penampungan air yang terbuka.
K. Pohon Keluarga
I
II
III
III.
An. S, 15 tahun
Pemeriksaan Fisik
A. Keadaan umum
B.
Tanda vital
Nadi
Laju nafas
Suhu
: 37C (aksila)
: mesocephal
: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), edema palpebra (-/-)
E. Hidung
H. Tenggorok
I. Leher
J. Thoraks
K. Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
M.
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: sonor/sonor
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
: timpani
Palpasi
: supel, hepar teraba 2 cm dibawah arcus costa dextra, nyeri tekan (+), undulasi
(-), pekak alih (-), ascites (-), lingkar perut 57 cm.
N.
Ekstremitas
:
Akral Dingin
Oedem
-
--
TB: 150 cm
Usia: 15 tahun
V. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium Darah
Pemeriksaan
2/10/2014
HEMATOLOGI RUTIN
Hemoglobin
15,3
Hematokrit
44
Leukosit
10.3
Eritrosit
5,15
Trombosit
68
Satuan
Rujukan
g/dl
%
ribu/ul
juta/ul
ribu/ul
9.4-13.0
28-42
5.0-19.5
3.10-4.30
150
450
Kesan: trombositopenia
VI.
Resume
Kurang lebih 4 hari SMRS pasien demam tinggi, mimisan (-), gusi berdarah (-), BAK tidak
ada keluhan, BAB hitam (-), makan (+), minum (+), mual (-), muntah (-), nyeri perut (+).
Satu hari SMRS pasien masih demam tinggi, mimisan (-), gusi berdarah (-), muntah 1x isi
makanan/minuman yang dimakan, BAB hitam (-), BAK(+) warna kuning jernih jumlah banyak,
bintik kemerahan di kulit (-), nyeri perut (+). Kemudian pasien dibawa berobat ke dokter dan
diberi dua macam obat tapi keluhan tidak berkurang, kemudia pasien dibawa ke RSDM.
Saat di IGD RSDM pasien sudah tidak mengeluhkan demam, compos mentis, tampak sakit
sedang, nyeri tekan perut (+), BAK tidak ada keluhan, BAB hitam (-), mual (-), mimisan (-), bintik
merah di kulit (-).
Riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga yang berkaitan dengan riwayat penyakit
sekarang tidak ditemukan. Riwayat pemeliharaan kehamilan dan prenatal baik. Riwayat kelahiran
berat badan lahir cukup, cukup bulan, sesuai masa kehamilan, lahir spontan, dan menangis kuat.
Riwayat imunisasi, pasien mendapatkan imunisasi dasar sesuai jadwal KEMENKES. Riwayat
perkembangan pasien baik sesuai dengan usia. Status gizi pasien kesan baik berdasarkan
pemeriksaan klinis dan gizi baik dengan severely underwight dan stunted secara antopometri.
Hasil pemeriksaan keadaan umum didapatkan kompos mentis, status gizi kesan baik,
tampak sakit sedang. Tanda vital pasien didapatkan nadi 88 x/menit, reguler, isi dan tegangan
cukup, pernafasan 22 x/menit, kedalaman cukup, reguler, tipe abdominal, suhu 37 C (aksila),
tekanan darah 100/60 mmHg. Pemeriksaan fisik ditemukan nyeri tekan abdomen (+) dan hepar
teraba 2 cm dibawah arcus costa dextra, hepar teraba 2 cm dibawah arcus costa dextra, nyeri tekan
(+), undulasi (-), pekak alih (-), ascites (-), lingkar perut 57 cm..
VII.
Daftar Masalah
a. Demam
b. Hepar teraba 2 cm dibawah arcus costa dextra
c. Nyeri tekan abdomen
d. Trombositopenia
IX.
Penatalaksanaan
1.
2.
3.
4.
X. Planning
DL2, IgG, IgM anti dengue, RLD, pemeriksaan urin dan feses rutin.
XI.
Monitoring
1. KUVS/TD/ 4 jam
2. Balance cairan dan diuresis/8 jam
3. DL2/8 jam
4. Awasi tanda-tanda plasma leakage.
XII.
Edukasi
Edukasi keluarga tentang:
1. Kondisi pasien
2. Penyakit pasien
3. Tatalaksana dan pencegahan
4. Higiene
XIII. Prognosis
Ad vitam
: bonam
Ad sanam
: bonam
Ad fungsionam
: bonam
FOLLOW UP PASIEN
A. Tanggal 3 Oktober 2014 (DPH I)
S
: demam (-), mimisan (-), gusi berdarah (-), bintik merah di kulit(-).
Sen
II
Sel
III
Rab
IV
Kam
Jum
RR: 20x/menit
T: 36,4o C
Kepala
: normocephal.
Mata
Hidung
Telinga
: sekret (-/-)
Mulut
Tenggorok : mukosa faring hiperemis (-), tonsil T1-T1, faring hiperemis (-)
Leher
Thoraks
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Pulmo
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: sonor/sonor
Auskultasi
Abdomen :
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
: timpani
Palpasi
: supel, hepar dan lien tidak teraba, ascites(-), nyeri tekan epigastrium (+), lingkar
perut 63 cm..
Ekstremitas:
Akral Dingin
Oedem
- -
Hasil
Satuan
Rujukan
13,4
g/dl
12-15,6
Hct
39
33-45
AE
5,61
106 / L
4,1-5,1
AL
103 / L
4,5-11
AT
59
103/ L
150-450
MCV
83,1
/um
80,0-96,0
MCH
34,7
Pg
28,0-33,0
MCHC
34,7
g/dl
33,0-36,0
Eosinofil
0,0
0,00-4,00
Basofil
0,0
0,00-2,00
55,0080,00
22,0044,00
0,00-7,00
Hemoglobin
Netrofil
Limfosit
Monosit
31
63
6
Rujukan
IgM
Negatif
Negatif
IgG
Positif
Negatif
: (+)
Assesment :
: demam (-), mimisan (-), gusi berdarah (-), minum sedikit, BAB hitam (-), BAK
II
III
IV
Sen
Sel
Rab
Kam
Jum
Sab
O
compos mentis, gizi kesan baik, tampak sakit sedang
Tanda vital : HR: 75x/menit
RR: 24x/menit
T: 36,4,o C
TD: 110/70 mmHg.
Kepala
: mesocephal
Mata
: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), edema palpebra (-)
Hidung
: napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-)
Telinga
: sekret (-/-)
Mulut
: mukosa basah (+), sianosis (-)
Tenggorok : mukosa faring hiperemis (-), tonsil T1-T1, faring hiperemis (-)
Leher
: kelenjar getah bening tidak membesar
Thoraks : simetris, retraksi (-/-)
Jantung
:
Inspeksi
: iktus cordis tidak tampak
Palpasi
: iktus cordis tidak kuat angkat
Perkusi
: batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi
: bunyi jantung I-II intensitas normal, reguler, bising (-)
Pulmo
:
Inspeksi
: pengembangan dada kanan sama dengan dada kiri
Palpasi
: fremitus raba sulit dievaluasi
Perkusi
: sonor/sonor
Auskultasi
Abdomen :
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
Ekstremitas:
Akral Dingin
Capillary refill
Arteri
Oed
em
-
Hasil
Hemoglobin
Satuan
Rujukan
13,0
g/dl
12-15,6
Hct
39
33-45
AE
5,61
106 / L
4,1-5,1
AL
13,1
103 / L
4,5-11
AT
358
103/ L
150-450
MCV
69.2
/um
80,0-96,0
MCH
23.2
Pg
28,0-33,0
MCHC
33,5
g/dl
33,0-36,0
Eosinofil
0,30
0,00-4,00
Basofil
0,20
0,00-2,00
55,0080,00
22,0044,00
Netrofil
Limfosit
38.50
56.00
Monosit
5.00
0,00-7,00
Assesment:
1. Dengue Fever (hari ke 4-5)
Sen
Sel
Rab
2. Gizi baik
Terapi:
1.
2.
3.
Planning:
1. Feses rutin
Monitoring:
1. KUVS/TD/4 jam
2. Balance cairan dan diuresis/8 jam
3. DL2/8 jam diganti menjadi DL2/12 jam
Kam
Jum
Sab
: demam (-), mimisan (-), gusi berdarah (-), minum (+) banyak,
BAB (-). BAK (+)
RR: 20 x/menit
TD: 110/70 mmHg
Kepala
: normocephal
Mata
Hidung
Telinga
Mulut
Thoraks
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Pulmo
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: sonor/sonor
Auskultasi
Abdomen :
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
: timpani
Palpasi
: nyeri tekan (+) regio epigastrium, pekak alih (-), asites (-),
hepar dan lien tidak teraba, LP=61cm
Ekstremitas:
Akral Dingin
Oedem
- - -
Rujukan
12.3-15.3
33-45
4.5-14.5
150-450
3.80-5.80
Sen Sel
Rab
Kam
Jum
2. Gizi baik
Terapi:
1. Diet nasi lauk 1800 kkal/hari
2. Paracetamol 3x500mg (k/p)
3. IVFD D 1/2 NS 20 tpm/ 78cc/jam (maintenance)
Sab
Mg
Planning:
1. Feses rutin
2. DL2/24 jam
Monitoring:
1. KUVS/TD/8 jam
2. Balance cairan dan diuresis/8 jam
: demam (-), mimisan (-), gusi berdarah (-), BAK (+), BAB (+)
RR: 20 x/menit
TD: 120/70 mmHg
Kepala
: normocephal
Mata
Hidung
Telinga
Mulut
Thoraks
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Pulmo
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: sonor/sonor
Auskultasi
Abdomen :
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
: timpani
Palpasi
: nyeri tekan (+) regio epigastrium, pekak alih (-), asites (-),
hepar dan lien tidak teraba, LP=60 cm
Ekstremitas:
Akral Dingin
Oedem
- - -
Sen
Sel
Rab
Kam
Jum
Sab
Ming
Sen
2. Gizi baik
Terapi:
1. Diet nasi lauk 1800 kkal/hari
2. Paracetamol 3x500mg (k/p)
3. IVFD asering 20 tpm/ 78cc/jam (maintenance)
Planning:
1. Usul BLPL
Monitoring:
1. KUVS/TD/8 jam
2. Balance cairan dan diuresis/8 jam
BAB II
ANALISIS KASUS
Penegakkan demam dengue didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis dan pemeriksaan fisik perlu
dicari:
1. Sejak kapan demam, berkurang atau tidak dengan pemberian obat penurun
panas, demam mendadak atau didahului batuk pilek, demam terus tinggi atau
ada siklus tertentu.
2. Tanda-tanda perdarahan: bintik-bintik merah di kulit dengan diameter >2,5 cm
sebanyak >10, mimisan, gusi berdarah, BAB hitam, hematuria, melena.
3. Tanda-tanda kebocoran plasma: pekak alih (+), test undulasi (+)
4. Tanda-tanda syok: akral dingin, nadi cepat dan lemah sampai tak terukur,
tekanan darah turun sampai tak terukur, penurunan kesadaran, CRT > 2 detik,
diuresis sampai anuria.
5. Ditemukan hepatomegali pada palpasi abdomen.
Pada pasien, demam didapatkan sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit.
Saat di IGD RSUD DR.Moewardi, pasien compos mentis, tampak sakit sedang,
makan minum tidak ada keluhan, nyeri perut (+), BAB dan BAK tidak ada
kelainan. Tidak didapatkan adanya riwayat sakit serupa pada keluarga, namun di
lingkungan pasien terdapat banyak kubangan air dan tempat penyimpanan air
terbuka.
Pemeriksaan fisik yang dilakukan meliputi keadaan umum, kesadaran, dan
tanda vital. Hasil pemeriksaan keadaan umum tampak sakit sedang, gizi kesan
baik dengan derajat kesadaran kompos mentis. Tanda vital pasien didapatkan nadi
88 x/ menit, reguler, isi, dan tegangan cukup, laju nafas 22 x/ menit, kedalaman
cukup, reguler, tipe abdominal, suhu 37,5C (aksila). Pemeriksaan fisik tidak
ditemukan tanda-tanda perdarahan, tanda-tanda kebocoran plasma, maupun tandatanda syok.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah pemeriksaan darah.
Pemeriksaan ini terutama untuk mengetahui apakah ada trombositopenia
(trombosit <=100.000/) dan apakah ada hemokonsentrasi (Hct meningkat >20%
dari masa konvalesen).
Pengertian demam dengue adalah penyakit yang disebabkan virus dengue
dengan tanda-tanda klinis nyeri sendi disertai leukopeni, dengan atau tanpa ruam.
Pada pasien, diagnosis dengue fever ditegakkan berdasarkan:
1.
Anamnesis :Demam tinggi mendadak 2-7 hari tanpa sebab yang jelas yang tidak
turun dengan diberi obat penurun panas.
2.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Infeksi virus dengue merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh
infeksi virus dengue tipe DEN 1-4, yang disebarkan oleh nyamuk jenis aedes
aegepty dengan manifestasi klinis berupa demam mendadak 2-7 hari, nyeri
otot atau sendi yang disertai dengan leukopenia, ruam, limfadenopati,
trombositopenia (trombosit kurang dari 100.000). Pada DBD (demam
berdarah dengue) terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan
peningkatan hematokrit 20% atau lebih dari harga normal yang menyebabkan
penumpukan cairan pada rongga tubuh, hal ini tidak didapatkan pada DB
(demam dengue), sedangkan pada DSS (Dengue Shock Syndrome) gejala yang
terjadi disertai dengan rejatan/ syok8.
B. Epidemiologi
Terjadi peningkatan frekuensi infeksi virus dengue di seluruh dunia sejak
20 tahun terakhir dimana sekitar 2,5-3,0 trilyun penduduk di seluruh dunia
memiliki resiko untuk menderita penyakit ini. Sekitar 2,5 juta penduduk dunia
saat ini berada di wilayah endemik infeksi virus dengue. Di seluruh dunia 50
100 milyar kasus telah dilaporkan. Saat ini, 75% kejadian infeksi virus dengue
di seluruh dunia terjadi di wilayah Asia Tenggara, dan merupakan wilayah
dengan tingkat mortalitas dan morbiditas yang tinggi, tetapi angka kematian
telah menurun 2% secara bermakna. Usia terbanyak terkena infeksi dengue
adalah kelompok usia 4-10 tahun, walaupun saat ini kejadian DBD makin
banyak terjadi pada kelompok usia yang lebih tua 4,8.
C. Etiologi dan Transmisi
DB dan DBD diketahui disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue
merupakan RNA virus dengan nukleokapsid ikosahedral dan dibungkus oleh
lapisan kapsul lipid. Virus ini termasuk kedalam kelompok arbovirus B, famili
Flaviviridae, genus Flavivirus. Flavivirus merupakan virus yang berbentuk
sferis, berdiameter 45-60 nm, mempunyai RNA positif sense yang
terselubung, bersifat termolabil, sensitif terhadap inaktivasi oleh dietil eter dan
natrium dioksikolat, stabil pada suhu 70 oC4,1. Virus dengue mempunyai 4
serotipe, yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3, DEN 43.
Penularan infeksi virus dengue selain dipengaruhi oleh virus dengue itu
sendiri, terdapat 2 faktor lain yang berperan yaitu faktor host dan vektor
perantara6. Vektor utama dengue di Indonesia adalah Aedes aegypti betina,
disamping pula Aedes albopictus betina8.
Jika seseorang terinfeksi virus dengue digigit oleh nyamuk Aedes
aegypti, maka virus dengue akan masuk bersama darah yang diisap olehnya.
Didalam tubuh nyamuk itu virus dengue akan berkembang biak dengan cara
membelah diri dan menyebar ke seluruh bagian tubuh nyamuk. Sebagian besar
virus akan berada dalam kelenjar air liur nyamuk. Dalam satu minggu
jumlahnya dapat mencapai puluhan bahkan sampai ratusan ribu sehingga siap
untuk ditularkan kepada orang lain. Jika nyamuk tersebut menggigit seseorang
maka alat tusuk nyamuk (proboscis) menemukan kapiler darah, sebelum darah
orang itu diisap maka terlebih dahulu dikeluarkan air liurnya agar darah yang
diisapnya tidak membeku6.
Bersama dengan air liur inilah virus dengue tersebut ditularkan kepada
orang lain. Tidak semua orang yang digigit nyamuk Aedes aegypti tersebut
akan terkena demam berdarah dengue. Orang yang mempunyai kekebalan
yang cukup terhadap virus dengue tidak akan terserang penyakit ini, meskipun
dalam darahnya terdapat virus dengue. Sebaliknya pada orang yang tidak
mempunyai kekebalan yang cukup terhadap virus dengue, dia akan sakit
demam ringan atau bahkan sakit berat, yaitu demam tinggi disertai perdarahan
bahkan syok, tergantung dari tingkat kekebalan tubuh yang dimilikinya3.
D. Patofisiologi dan Patogenesis
Walaupun demam dengue (DD) dan demam berdarah dengue (DBD)
disebabkan oleh virus yang sama, tapi mekanisme patofisiologisnya yang
berbeda yang menyebabkan perbedaan klinis. Perbedaan yang utama adalah
pada peristiwa renjatan yang khas pada DBD. Renjatan itu disebabkan karena
kebocoran plasma yang diduga karena proses imunologi. Pada demam dengue
hal ini tidak terjadi. Manifestasi klinis demam dengue timbul akibat reaksi
tubuh terhadap masuknya virus. Virus akan berkembang di dalam peredaran
darah dan akan ditangkap oleh makrofag. Segera terjadi viremia selama 2 hari
sebelum timbul gejala dan berakhir setelah lima hari gejala panas mulai.
Makrofag akan segera bereaksi dengan menangkap virus dan memprosesnya
sehingga makrofag menjadi APC (Antigen Presenting Cell). Antigen yang
menempel di makrofag ini akan mengaktifasi sel T-Helper dan menarik
makrofag lain untuk memfagosit lebih banyak virus. T-helper akan
mengaktifasi sel T-sitotoksik yang akan melisis makrofag yang sudah
memfagosit virus. Juga mengaktifkan sel B yang akan melepas antibodi. Ada
diatas
menyebabkan
terlepasnya
mediator-mediator
yang
trombosit
yang
menyebabkan
trombositopenia,
tetapi
DBD
dan
DSS
terjadi
suatu
proses
imunopatogenesis.
Derajat
Hasil Laboratorium
Leukopenia (< 5000/mm3)
DBD
DBD
II
DBD
III
DBD
IV
Nyeri kepala
Nyeri retro-orbita
Myalgia
Arthralgia
Rash
Manifestasi perdarahan
Tanda kebocoran plasma
(-)
Demam disertai manifestasi
perdarahan (uji RL +) dan
ada tanda kebocoran plasma
DBD derajat I namun
disertai perdarahan spontan
Trombositopenia
(<150.000/mm3)
Peningkatan
Hematokrit
(5% - 10%)
Trombositopenia
<100.000/mm3;
Peningkatan HCT > 20%
Trombositopenia
<100.000/mm3;
Peningkatan HCT > 20%
DBD derajat I/II disertai Trombositopenia
kegagalan sirkulasi
<100.000/mm3;
nadi cepat dan lemah, Peningkatan HCT > 20%
tekanan nadi menurun (20
mmHg atau kurang)
DBD derajat III namun Trombositopenia
sudah syok, TD sudah tidak <100.000/mm3;
terukur dan nadi tak teraba
Peningkatan HCT > 20%
2.6 Diagnosis
Diagnosis DBD ditegakan berdasarkan kriteria diagnosis menurut WHO
tahun 2011 terdiri dari kriteria klinis dan laboratoris. Penggunaan kriteria ini
dimaksudkan untuk mengurangi diagnosis yang berlebihan3,8.
Kriteria Klinis :
a. Demam tinggi mendadak, tanpa sebab jelas berlangsung terus menerus
selama 2 7 hari.
b. Terdapat manifestasi perdarahan, termasuk uji torniquet positif, petekie,
ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis / melena.
c. Pembesaran hati
d. Syok, ditandai nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi,
hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab dan pasien tampak
gelisah.
Kriteria laboratoris :
a. Trombositopenia ( 100.000 / mm3 atau kurang )
kriteria
klinis
pertama
ditambah
trombositopenia
dan
Pada
kasus
syok,
adanya
peningkatan
hematokrit
dan
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk menunjang
diagnosis DBD adalah pemeriksaan darah lengkap, urine, sumsum tulang,
serologi dan isolasi virus. Yang signifikan dilakukan adalah pemeriksaan
darah lengkap, selain itu untuk mendiagnosis DBD secara definitif dengan
isolasi virus,identifikasi virus dan serologis.
Darah Lengkap :
Pemeriksaan darah rutin dilakukan untuk memeriksa kadar hemoglobin,
hematokrit, jumlah trombosit. Peningkatan nilai hematokrit yang selalu
dijumpai pada DBD merupakan indikator terjadinya perembesan plasma,
Selain hemokonsentrasi juga didapatkan trombositopenia, dan leukopenia8.
Isolasi Virus :
Ada beberapa cara isolasi dikembangkan, yaitu :
a.Inokulasi intraserebral pada bayi tikus albino umur 1 3 hari.
b. Inokulasi pada biakan jaringan mamalia (LLCKMK2) dan nyamuk A.
albopictus.
c.Inokulasi pada nyamuk dewasa secara intratorasik / intraserebri pada
larva3.
Identifikasi Virus :
menggunakan
cunjugate.
Untuk
identifikasi
virus
dipakai
1.
2.
3.
4.
5.
6.
H. Diagnosis Banding
1. Pada awal perjalanan penyakit, diagnosis banding mencakup infeksi
bakteri, virus, atau penyakit protozoa seperti demam tifoid, campak,
influenza, hepatitis chikungunya, malaria. Adanya trombositopenia yang
jelas disertai hemokonsentrasi dapat membedakan antara DBD dengan
penyakit lain.
2. DBD harus dibedakan pada deman chikungunya (DC). Pada DC biasanya
seluruh anggota keluarga dapat terserang dan penularannya mirip dengan
influenza. Bila dibandingkan dengan DBD, DC memperlihatkan serangan
demam mendadak, masa demam lebih pendek, suhu tubuh tinggi, hampir
selalu disertai ruam makulopapular, injeksi kojungtiva dan lebih sering
dijumpai nyeri sendi. Proporsi uji tourniquet positif, petekie dan epistaksis
hampir sama dengan DBD. Pada DC tidak ditemukan perdarahan
gastrointestinal dan syok.
3. Perdarahan seperti petekie dan ekimosis ditemukan pada beberapa
penyakit infeksi, misalnya sepsis, meningitis meningkokus. Pada sepsis,
anak sejak semula kelihatan sakit berat, demam naik turun, dan ditemukan
tanda-tanda infeksi. Disamping itu jelas terdapat leukositosis disertai
dominasi sel polimorfonuklear (pergeseran ke kiri pada hitung jenis).
Pemeriksaan laju endap darah (LED) dapat dipergunakan untuk
membedakan
infeksi
bakteri
dengan
virus.
Pada
meningitis
1.
bila
tempat
penampungan
air
tersebut
akan
DAFTAR PUSTAKA
1. Demam Berdarah Dinas Kesehatan DKI Jakarta.Available on www.dinkesdki.go.id/db.html .Accessed:Oktober 4,2014.
2. Hadinegoro SRH, Soegijanto S, Suryadi
S.
Tatalaksana
Demam