Oleh
Muhammad Fakhrul AK
15B14048
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir Mata Kuliah Pembelajaran
Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar .Meskipun ini jauh dari sempurna tapi penulis akan
berusaha untuk menyelesaikan tugas ini dengan baik.
Penulis juga memohon untuk para pembaca ikut berpartisipasi sekedar membaca
tugas ini untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Semoga makalah ini bermanfaat.
DAFTAR ISI
A. Ragam Bahasa
1. Pengertian Ragam Bahasa
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda
menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang
dibicarakan, serta menurut medium pembicara. Ragam bahasa yang oleh penuturnya
dianggap sebagai ragam yang baik (mempunyai prestise tinggi), yang biasa digunakan di
kalangan terdidik, di dalam karya ilmiah (karangan teknis, perundang-undangan), di dalam
suasana resmi, atau di dalam surat menyurat resmi (seperti surat dinas) disebut ragam
bahasa baku atau ragam bahasa resmi.
Ditinjau dari media atau sarana yang digunakan untuk menghasilkan bahasa, ragam
bahasa terdiri dari:
a. Ragam bahasa lisan
b. Ragam bahasa tulis
Bahasa yang dihasilkan melalui alat ucap (organ of speech) dengan fonem sebagai
unsur dasar dinamakan ragam bahasa lisan, sedangkan bahasa yang dihasilkan dengan
memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya, dinamakan ragam bahasa
tulis. Jadi dalam ragam bahasa lisan, kita menggunakan lafal, dalam ragam bahasa tulis,
kita menggunakan tata cara penulisan (ejaan). Selain itu aspek tata bahasa dan kosa kata
dalam kedua jenis ragam itu memiliki hubungan yang erat. Ragam bahasa tulis yang unsur
dasarnya huruf, melambangkan ragam bahasa lisan. Oleh karena itu, sering timbul kesan
bahwa ragam bahasa lisan dan tulis itu sama. Padahal, kedua jenis ragam bahasa itu
berkembang menjdi sistem bahasa yang memiliki seperangkat kaidah yang tidak identik
benar, meskipun ada pula kesamaannya. Meskipun ada kedekatan aspek tata bahasa dan
kosa kata, masing-masing memiliki seperangkat kaidah yang berbeda satu dari yang lain.
2. Sebab Terjadinya Ragam Bahasa
Ragam bahasa timbul seiring dengan perubahan masyarakat. Perubahan itu berupa
variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai keperluannnya. Agar banyaknya variasi tidak
mengurangi fungsi bahasa sebagai alat komunikasi yang efisien, dalam bahasa timbul
mekanisme untuk memilih variasi tertentu yang cocok untuk keperluan tertentu yang
disebut ragam standar.
Ragam bahasa memiliki jumlah yang sangat banyak karena penggunaan bahasa
sebagai alat komunikasi tidak terlepas dari latar budaya penuturnya yang berbeda-beda.
Selain itu, pemakaian bahasa juga bergantung pada pokok persoalan yang dibicarakan
serta keperluan pemakainya.
Ragam bahasa di bagi berdasarkan beberapa cara yang pertama berkomunikasi
yaitu: (1) Ragam Lisan, dan (2) ragam tulisan, kedua berdasarkan cara pandang penutur
yaitu: (1) Ragam Dialek, (2) ragam terpelajar, (3) ragam resmi, dan (4) ragam tak resmi,
berdasarkan pesan komunikasi yaitu (1) ragam politik, (2) ragam hukum, (3) ragam
pendidikan, (4) ragam sastra, dan sebagainya.
4. Ragam Bahasa Menurut Cara Berkomunikasi
a. Ragam Lisan
Ragam bahasa baku lisan didukung oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan
besar terjadi pelesapan kalimat. Namun, hal itu tidak mengurangi ciri kebakuannya.
Walaupun demikian, ketepatan dalam pilihan kata dan bentuk kata serta kelengkapan
unsur-unsur di dalam kelengkapan unsur-unsur di dalam struktur kalimat tidak menjadi
ciri kebakuan dalam ragam baku lisan karena situasi dan kondisi pembicaraan menjadi
pendukung di dalam memahami makna gagasan yang disampaikan secara lisan.
Pembicaraan lisan dalam situasi formal berbeda tuntutan kaidah kebakuannya
dengan pembicaraan lisan dalam situasi tidak formal atau santai. Jika ragam bahasa lisan
dituliskan, ragam bahasa itu tidak dapat disebut sebagai ragam tulis, tetapi tetap disebut
sebagai ragam lisan, hanya saja diwujudkan dalam bentuk tulis. Oleh karena itu, bahasa
yang dilihat dari ciri-cirinya tidak menunjukkan ciri-ciri ragam tulis, walaupun
direalisasikan dalam bentuk tulis, ragam bahasa serupa itu tidak dapat dikatakan sebagai
ragam tulis. Kedua ragam itu masing-masing, ragam tulis dan ragam lisan memiliki ciri
kebakuan yang berbeda.
Ciri-ciri ragam lisan:
a) Memerlukan orang kedua/teman bicara;
b) Tergantung situasi, kondisi, ruang & waktu;
c) Tidak harus memperhatikan unsur gramatikal, hanya perlu intonasi serta bahasa
tubuh.
d) Berlangsung cepat;
e) Sering dapat berlangsung tanpa alat bantu;
f) Kesalahan dapat langsung dikoreksi;
4
g) Dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik wajah serta intonasi.
h) Di pengaruhi oleh tinggi rendahnya suara.
Contoh ragam lisan
Penggunaan Bentuk Kata
a)
b)
c)
d)
e)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)
b)
Kosa kata
Contoh ragam lisan dan tulis berdasarkan kosa kata:
a) Ragam Lisan
b)
B. Kata Serapan
1. Pengertian Kata Serapan
Kata serapan adalah kata yang diserap dari berbagai bahasa lain, baik dari bahasa
daerah maupun dari bahasa asing, yang di gunakan dalam bahasa Indonesia yang cara
penulisannya mengalami perubahan ataupun tidak mengalami perubahan. Setiap
masyarakat bahasa memiliki cara yang digunakan untuk mengungkapkan gagasan dan
perasaan atau untuk menyebutkan atau mengacu ke benda-benda di sekitarnya. Hingga
pada suatu titik waktu, kata-kata yang dihasilkan melalui kesepakatan masyarakat itu
sendiri umumnya mencukupi keperluan itu, namun manakala terjadi hubungan dengan
masyarakat bahasa lain, sangat mungkin muncul gagasan, konsep, atau barang baru yang
datang dari luar budaya masyarakat itu. Dengan sendirinya juga diperlukan kata baru.
Salah satu cara memenuhi keperluan itu yang sering dianggap lebih mudah adalah
mengambil kata yang digunakan oleh masyarakat luar yang menjadi asal hal ihwal baru
itu.
Soal kata serapan dalam bahasa atau lebih tepatnya antar bahasa adalah merupakan
suatu hal yang lumrah. Setiap kali ada kontak bahasa lewat pemakainya pasti akan terjadi
serap menyerap kata. Unit bahasa dan struktur bahasa itu ada yang bersifat tertutup dan
terbuka bagi pengaruh bahasa lain. Tertutup berarti sulit menerima pengaruh, terbuka
berarti mudah menerima pengaruh.
Bunyi bahasa dan kosa kata pada umumnya merupakan unsur bahasa yang bersifat
terbuka, dengan sendirinya dalam kontak bahasa akan terjadi saling pengaruh, saling
meminjam atau menyerap unsur asing. Peminjaman ini dilatar belakangi oleh berbagai hal
antara lain kebutuhan, prestise, kurang faham terhadap bahasa sendiri atau berbagai latar
belakang yang lain.
Tidak ada dua bahasa yang sama persis apalagi bahasa yang berlainan rumpun.
Dalam proses penyerapan dari bahasa pemberi pengaruh kepada bahasa penerima
pengaruh akan terjadi perubahan-perubahan. Ada proses penyerapan yang terjadi secara
utuh, ada proses penyerapan yang terjadi dengan beberapa penyesuaian baik yang terjadi
dalam bahasa lisan maupun bahasa tulis. Dalam penyesuaian itu akan terjadi, pergeseran
baik dalam ucapan maupun ejaan antar bahasa pemberi dan penerima pengaruh maupun
pergeseran sistematis.
Bahasa Indonesia dari awal pertumbuhannya sampai sekarang telah banyak
menyerap unsur-unsur asing baik bahasa asing ataupun hbahasa daerah terutama dalam hal
kosa kata. Pertumbuhan ini disesuaikan dengan perkembangan zaman dan budaya
masyarakat.
Proses penyerapan itu dapat dipertimbangkan jika salah satu syarat dibawah ini
terpenuhi, yaitu:
a. Istilah serapan yang dipilih cocok konotasinya;
b. Istilah yang dipilih lebih singkat dibandingkan dengan terjemahan Indonesianya; dan
c. Istilah serapan yang dipilih dapat mempermudah tercapainya kesepakatan jika istilah
Indonesia terlalu banyak sinonimya.
Secara umum kata serapan tersebut masuk ke dalam bahasa Indonesia dengan 4
cara, yaitu:
a. Adopsi. Terjadi apabila pemakai bahasa mengambil bentuk dan makna kata asing itu
secara keseluruhan.
b. Adaptasi. Terjadi apabila pemakai bahasa hanya mengambil makna kata asing itu,
sedangkan ejaan atau penulisannya disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia.
c. Penerjemahan. Terjadi apabila pemakai bahasa mengambil konsep yang terkandung
dalam bahasa asing itu, kemudian kata tersebut dicari padanannya dalam Bahasa
Indonesia
d. Kreasi. Terjadi apabila pemakai bahasa hanya mengambil konsep dasar yang ada dalam
bahasa Indonesia. Cara ini mirip dengan cara penerjemahan, akan tetapi memiliki
perbedaan. Cara kreasi tidak menuntut bentuk fisik yang mirip seperti penerjemahan.
Boleh saja kata yang ada dalam bahasa aslinya ditulis dalam 2 atau 3 kata, sedangkan
bahasa Indonesianya hanya satu kata saja.
2. Proses Penyerapan Kata
Ada beberapa proses atau cara masuknya bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia
sehingga bisa terserap. Di bawah ini adalah proses penyerapan tersebut:
a. Adopsi
Proses adopsi adalah terserapnya bahasa asing karena pemakai bahasa tersebut
mengambil kata bahasa asing yang memiliki makna sama secara keseluruhan tanpa
mengubah lafal atau ejaan dengan bahasa Indonesia.
Contoh: Hotdog, Shuttle cock, reshuffle, plaza, supermarket, dan lain-lain.
b. Adaptasi
Proses adaptasi adalah proses diserapnya bahasa asing akibat pemakai bahasa
mengambil kata bahasa asing, tetapi ejaan atau cara penulisannya berbeda dan disesuaikan
dengan aturan bahasa Indonesia.
Contoh:
9
Option = Opsi
Fluctuate = Fluktuatif
Organization = Organisasi
Maximal = maksimal
c. Pungutan
Masuknya bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia terjadi akibat pemakai bahasa
mengambil konsep dasar yang ada dalam bahasa sumbernya, kemudian dicarikan padanan
katanya dalam bahasa Indonesia. Cara ini dapat disebut juga dengan konsep terjemahan
dimana kata serapan dihasilkan dengan cara menerjemahkan kata / istilah tersebut tanpa
mengubah makna kata tersebut.
Contoh:
Spare part = Suku cadang
Try out = Uji coba
3. Latar Belakang Munculnya Kata Serapan
Yang melatar belakangi munculnya kata serapan adalah kosakata
bahasa
indonesia
pertambahan
itu
yang
sejalan
semakin
dengan
bertambah,
perkembangan
yang
tentunya
masyrakat
dan
lingkungan hidup.
Sumber perluasan kosakata itu pada garis besarnya ada dua
macam, yaitu sumber dalam dan sumber luar.
a. Sumber Dalam
Sumber dalam adalah berasal dari bahasa Indonesia sendiri.
Bahasa itu dapat berwujud:
a) Pengaktifan kata-kata lama
b) Pembentukan baru
c) Penciptaan kata-kata baru
d) Pengakroniman
b. Sumber Luar
Sumber luar perluasan kosakata Indonesia adalah kata-kata dari:
a) Bahasa serumpun (bahasa-bahasa daerah yang terdapat di
Indonesia/rumpun bahasa Austronesia)
b) Bahasa asing (Arab, Sansekerta, Portugis, Belanda, Inggris, dan
sebagainya).
Kata-kata yang diambil dari sumber lua ini disebut kata pungutan,
atau lebih akrab disebut sebagai kata serapan.
10
11
C. Imbuhan
1. Pengertian Imbuhan
Imbuhan adalah bunyi bunyi yang ditambahkan kepada kata dasar untuk
menguabah atau menambahkan makna pada kata dasarnya. Imbuhan imbuhan tersebut
bisa diletakkan di awal (prefiks), di tengah/sisipan (infiks), akhir (suffikis), dan awalanakhiran (konfiks) kata dasar. Jenis jenis imbuhan tersebut mempunyai fungsi yang
berbeda beda.
2. Jenis Jenis Imbuhan
Ada beberapa jenis imbuhan yang sering sekali digunakan, diantaranya adalah
awalan, sisipan, akhiran, dan awalan akhiran. Nah, sobat berikut ini adalah jenis jenis
imbuhan.
a. Awalan
Imbuhan yang diletakkan pada awal kata dasar disebut dengan awalan (prefiks).
Ada beberapa imbuhan awalan, di antaranya adalah:
a) meImbuhan me- berfungsi untuk membentuk kata kerja aktif pada kata dasarnya.
Imbuhan me- bisa berubah ubah menjadi beberapa bentuk sesuai dengan kata dasar
yang diikutinya.
Contoh:
Pencuri itu mendobrak pintu rumahku dan mencuri beberapa barang berharga.
12
b) berImbuhan ber- juga bisa berubah menjadi dua bentuk yaitu bel- dan be-. Apabila
imbuhan ber- bertemu dengan kata dasar yang diawali dengan konsonan, maka bermenjadi be.
Contoh :
c) diImbuhan di- tidak memiliki perubahan bentuk dan berfungsi untuk membentuk
makna pasif pada kata dasarnya.
Contoh:
Contoh :
buang + ter- = terbuang ; Barangku terbuang ke kotak sampah ketika aku tidak ada di
rumah.
Contoh :
Baik + ter- = terbaik ; kelasku menjadi kelas yang terbaik di sekolah.
Contoh :
Injak + ter- = terinjak ; kakiku terinjak oleh Budi
e) peImbuhan pe- memiliki beberapa macam bentuk perubahan, di antaranya adalah
peng-, penye-, dan per-. Imbuhan ini juga memiliki fungsi sebagai berikut:
15
Usia
Lahir
6 minggu
6 bulan
8 bulan
1 tahun
18 bulan
2 tahun
2 tahun
5 tahun
10 tahun
16
18
E. Fonologi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) dinyatakan bahwa fonologi adalah
bidang dalam linguistik yang menyelidiki bunyi bunyi bahasa menurut fungsinya.
Dengan demikian fonologi adalah merupakan sistem bunyi dalam bahasa Indonesia atau
dapat juga dikatakan bahwa fonologi adalah ilmu tentang bunyi bahasa.
Fonologi dalam tataran ilmu bahasa dibagi dua bagian, yakni:
1. Fonetik
Fonetik adalah ilmu bahasa yang membahas bunyi bunyi bahasa yang dihasilkan
alat ucap manusia, serta bagaimana bunyi itu dihasilkan.
Macam macam fonetik :
a. fonetik artikulatoris yang mempelajari posisi dan gerakan bibir, lidah dan organ-organ
manusia lainnya yang memproduksi suara atau bunyi Bahasa.
b. fonetik akustik yang mempelajari gelombang suara dan bagaimana mereka
didengarkan oleh telinga manusia
c. fonetik auditori yang mempelajari persepsi bunyi dan terutama bagaimana otak
mengolah data yang masuk sebagai suara
2. Fonemik
Fonemik adalah ilmu bahasa yang membahas bunyi bunyi bahasa yang berfungsi
sebagai pembeda makna. Jika dalam fonetik kita mempelajari segala macam bunyi yang
dapat dihasilkan oleh alat-alat ucap serta bagaimana tiap-tiap bunyi itu dilaksanakan, maka
dalam fonemik kita mempelajari dan menyelidiki kemungkinan-kemungkinan, bunyiujaran yang manakah yang dapat mempunyai fungsi untuk membedakan arti.
F. Fonem
Fonem adalah satuan bunyi bahasa terkecil yang bersifat fungsional, artinya satuan
memiliki fungsi untuk membedakan makna. Fonem tidak dapat berdiri sendiri karena
belum mengandung arti. Fonemisasi adalah usaha untuk menemukan bunyi-bunyi yang
berfungsi dalam rangka pembedaan makna tersebut. Fonem sebuah istilah linguistik dan
merupakan satuan terkecil dalam sebuah bahasa yang masih bisa menunjukkan perbedaan
makna. Fonem berbentuk bunyi.Misalkan dalam bahasa Indonesia bunyi [k] dan [g]
merupakan dua fonem yang berbeda, misalkan dalam kata cagar dan cakar. Tetapi
dalam bahasa Arab hal ini tidaklah begitu. Dalam bahasa Arab hanya ada fonem /k/.
Sebaliknya dalam bahasa Indonesia bunyi [f], [v] dan [p] pada dasarnya bukanlah
tiga fonem yang berbeda. Kata provinsi apabila dilafazkan sebagai [propinsi], [profinsi]
19
atau [provinsi] tetap sama saja. Fonem tidak memiliki makna, tapi peranannya dalam
bahasa sangat penting karena fonem dapat membedakan makna. Misalnya saja fonem [l]
dengan [r]. Jika kedua fonem tersebut berdiri sendiri, pastilah kita tidak akan menangkap
makna. Akan tetapi lain halnya jika kedua fonem tersebut kita gabungkan dengan fonem
lainnya seperti [m], [a], dan [h], maka fonem [l] dan [r] bisa membentuk makna /marah/
dan /malah/. Bagi orang Jepang kata marah dan malah mungkin mereka anggap sama
karena dalam bahasa mereka tidak ada fonem [l].
Terjadinya perbedaan makna hanya karena pemakaian fonem /b/ dan /p/ pada kata
tersebut. Contoh lain: mari, lari, dari, tari, sari, jika satu unsur diganti dengan unsur lain
maka akan membawa akibat yang besar yakni perubahan arti.
G. Morfologi
Adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai
satuan gramatikal Morfologi mempelajari seluk beluk bentuk serta fungsi perubahanperubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik
1. Jenis-jenis Morfem
Berdasarkan criteria tertentu, kita dapat mengklasifikasikan morfem menjadi
berjenis-jenis. Penjenisan ini dapat ditinjau dari dua segi yakni hubungannya dan
distribusinya (Samsuri, 1982:186; Prawirasumantri, 1985:139). Agar lebih jelas, berikut ini
sariannya.
a. Ditinjau dari Hubungannya
Pengklasifikasian morfem dari segi hubungannya, masih dapat kita lihat
dari hubungan struktural dan hubungan posisi.
b. Ditinjau dari Hubungan Struktur
Menurut hubungan strukturnya, morfem dapat dibedakan menjadi tiga
macam yaitu morfem bersifat
s/, /mn/ dan /iy u/, /ay aw/, //, //. Bentuk-bentuk yang pertama dapat
diartikan masing-masing kaki, tikus, dan orang, sedangkan bentuk-bentuk
yang kedua merupakan alomorf-alomorf jamak. Bentuk-bentuk yang kedua inilah
yang merupakan morfem-morfem atau lebih tepatnya alomorf-alomorf yang
bersifat penggantian itu, karena /u/ diganti oleh /iy/ pada kata foot dan feet, /aw/
diganti oleh /ay/ pada kata mouse dan mice, dan // diganti oleh / / pada kata man
dan men.
Morfem bersifat substraktif, misalnya terdapat dalam bahasa Perancis.
Dalam bahasa ini, terdapat bentuk ajektif yang dikenakan pada bentuk betina dan
jantan secara ketatabahasaan. Perhatikanlah bentuk-bentuk berikut !
Betina
Jantan
Arti
/mov s/
/mov /
buruk
/fos/
/fo/
palsu
/bon/
/bo/
baik
/sod/
/so/
panas
/ptit/
/pti/
kecil
Bentuk-bentuk yang bersifat jantan adalah bentuk betina yang dikurangi
konsonan akhir. Jadi dapat dikatakan bahwa pengurangan konsonan akhir itu
merupakan morfem jantan.
c. Ditinjau dari Hubungan Posisi
Dilihat dari hubungan posisinya, morfem pun dapat dibagi menjadi tiga
macam yakni ; morfem yang bersifat urutan, sisipan, dan simultan. Tiga jenis
morfem ini akan jelas bila diterangkan dengan memakai morfem-morfem imbuhan
dan morfem lainnya.
Contoh morfem yang bersifat urutan terdapat pada kata berpakaian yaitu /
ber-/+/-an/. Ketiga morfem itu bersifat berurutan yakni yang satu terdapat sesudah
yang lainnya.
Contoh morfem yang bersifat sisipan dapat dilihat dari kata / telunjuk/.
Bentuk tunjuk merupakan bentuk kata bahasa Indonesia di samping telunjuk. Kalau
diuraikan maka akan menjadi / tunjuk/+/-e1-/.
Morfem simultan atau disebut pula morfem tidak langsung terdapat pada
kata-kata seperti /khujanan/. /ksiagan/ dan sebagainya. Bentuk /khujanan/
terdiri dari /kan/ dan /hujan/, sedang /kesiangan/ terdiri dari /kean/ dan /sia/.
Bentuk /k-an/ dalam bahasa Indonesia merupakan morfem simultan, terbukti
karena bahasa Indonesia tidak mengenal bentuk /khujan/ atau /hujanan/
21
maupun /ksia/ atau /siana/. Morfem simultan itu sering disebut morfem kontinu
( discontinous morpheme ).
d. Ditinjau dari Distribusinya
Ditinjau dari distribusinya, morem dapat dibagi menjadi dua macam yaitu
morfem bebas dan morem ikat. Morfem bebas ialah morfem yang dapat berdiri
dalam tuturan biasa , atau morfem yang dapat berfungsi sebagai kata, misalnya :
bunga, cinta, sawah, kerbau. Morfem ikat yaitu morfem yang tidak dapat berdiri
sendiri dalam tuturan biasa, misalnya : di-, ke-, -i, se-, ke-an. Disamping itu ada
bentuk lain seperti juang, gurau, yang selalu disertai oleh salah satu imbuhan baru
dapat digunakan dalam komunikasi yang wajar. Samsuri ( 1982:188 )menamakan
bentuk-bentuk seperti bunga, cinta, sawah, dan kerbau dengan istilah akar;
bentuk-bentukseperti di-,ke-, -i, se-, ke-an dengan nama afiks atau imbuhan; dan
juang, gurau dengan istilah pokok. Sementara itu Verhaar (1984:53)berturut-turut
dengan istilah dasar afiks atau imbuhan dan akar. Selain itu ada satu bentuk lagi
seperti belia, renta, siur yang masing-masing hanya mau melekat pada bentuk
muda, tua, dan simpang, tidak bisa dilekatkan pada bentuk lain. Bentuk seperti itu
dinamakan morfem unik.
H. Sintaksis
Kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti dengan dan kata
tattein yang berarti menempatkan. Jadi, secara etimologi berarti: menempatkan bersamasama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat.
1. Struktur Sintaksis
Secara umum struktur sintaksis terdiri dari susunan subjek (S), predikat (P), objek
(O), dan keterangan (K) yang berkenaan dengan fungsi sintaksis. Nomina, verba, ajektifa,
dan numeralia berkenaan dengan kategori sintaksis. Sedangkan pelaku, penderita, dan
penerima berkenaan dengan peran sintaksis. Eksistensi struktur sintaksis terkecil ditopang
oleh urutan kata, bentuk kata, dan intonasi; bisa juga ditambah dengan konektor yang
biasanya disebut konjungsi. Peran ketiga alat sintaksis itu tidak sama antara bahasa yang
satu dengan yang lain.
2. Kata Sebagai Satuan Sintaksis
Sebagai satuan terkecil dalam sintaksis, kata berperan sebagai pengisi fungsi
sintaksis, penanda kategori sintaksis, dan perangkai dalam penyatuan satuan-satuan atau
bagian-bagian dari satuan sintaksis. Kata sebagai pengisi satuan sintaksis, harus dibedakan
adanya dua macam kata yaitu kata penuh dan kata tugas. Kata penuh adalah kata yang
secara leksikal mempunyai makna, mempunyai kemungkinan untuk mengalami proses
22
morfologi, merupakan kelas terbuka, dan dapat berdiri sendiri sebagai sebuah satuan. Yang
termasuk kata penuh adalah kata-kata kategori nomina, verba, adjektiva, adverbia, dan
numeralia. Kata tugas adalah kata yang secara leksikal tidak mempunyai makna, tidak
mengalami proses morfologi, merupakan kelas tertutup, dan di dalam peraturan dia tidak
dapat berdiri sendiri. Yang termasuk kata tugas adalah kata-kata kategori preposisi dan
konjungsi
I. Frase
Frase lazim didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata
yang bersifat nonpredikatif (hubungan antara kedua unsur yang membentuk frase tidak
berstruktur subjek predikat atau predikat objek), atau lazim juga disebut gabungan kata
yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat.
J. Klausa
Klausa adalah satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata berkonstruksi predikatif.
Artinya, di dalam konstruksi itu ada komponen, berupa kata atau frase, yang berungsi
sebagai predikat; dan yang lain berfungsi sebagai subjek, objek, dan keterangan
K. Kalimat
Dengan mengaitkan peran kalimat sebagai alat interaksi dan kelengkapan pesan
atau isi yang akan disampaikan, kalimat didefinisikan sebagai Susunan kata-kata yang
teratur yang berisi pikiran yang lengkap . Sedangkan dalam kaitannya dengan satuansatuan sintaksis yang lebih kecil (kata, frase, dan klausa) bahwa kalimat adalah satuan
sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi
dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final.
23