Anda di halaman 1dari 2

Unifikasi Islam dan Sains

Islam saat ini identik dengan ketertinggalan dan kebodohan. Hampir semua
Muslim di banyak negara menjadi masyarakat kelas dua yang diremehkan dan
direndahkan, sekalipun mereka menjadi golongan mayoritas. Padahal, di masa lalu
pemerintahan Islam pernah menjadi pemimpin dunia yang menguasai daerah yang
sangat luas dari Eropa selatan di barat hingga India di timur. Mengapa hai ini terjadi?
Disinyalir hal ini disebabkan umat Islam yang mencintai kehidupan dunia dan takut
pada kematian sehingga mereka tidak melakukan usaha mati-matian sehingga
kalah dari umat-umat lain.
Pada saat yang sama seluruh umat manusia di dunia ini menghadapi berbagai
macam persoalan mulai dari kerusakan lingkungan yang semakin sering terjadi
hingga kerusakan moral manusia itu sendiri yang bertambah parah seiring
perkembangan zaman. Beberapa pihak menuding bahwa sains yang tidak mengenal
tuhan dan cenderung berpikir bebas adalah penyebab persoalan-persoalan tersebut.
Kalangan umat Islam, khususnya ilmuwan Islam yang prihatin dengan kondisi
tersebut berusaha menggabungkan kebaikan dalam Islam dan keunggulan dalam
sains untuk mengembangkan baik sains maupun Islam. Hal ini melahirkan Sains Islam
dari proses islamisasi sains dan saintifikasi Islam.
Islamisasi Sains
Perkembangan sains dari zaman Yunani kuno hingga abad pertengahan di Eropa
cenderung bersifat materialis dan menentang kehadiran tuhan. Bahkan, pada abad
pertengahan, gereja saat itu memiliki kekuasaan absolut sehingga para ilmuwan tidak
boleh menyelisihi pendapat gereja. Barangsiapa yang menyelisihi gereja, seperti
Galileo Galilei dan Nicolaus Copernicus - dengan teorinya yang menyatakan bahwa
Bumi mengelilingi Matahari yang bertentangan dengan pendapat gereja - akan
dipenjara dan dihukum oleh gereja. Hal ini menyebabkan para ilmuwan semakin
membenci tuhan dan banyak yang menjadi ateis.
Seiring perkembangan zaman, penemuan-penemuan sains yang baru justru
melemahkan konsep materialisme dan semakin sesuai dengan wahyu Allah dalam AlQuran. Contohnya adalah teori terkenal e=mc 2 dari Einstein yang menyatakan
bahwa partikel dapat diubah menjadi energi, begitu juga sebaliknya. Hal ini sesuai
dengan firman Allah:
(Allah) Pencipta langit dan bumi. Apabila Dia hendak menetapkan sesuatu, Dia hanya
berkata kepadanya Jadilah! Maka jadilah sesuatu itu. (QS Al-Baqarah [2]: 117)
Dengan ini telah terbukti bahwa Sains dapat di-Islam-kan dengan mencarikan ayatayat Al-Quran yang sesuai.
Saintifikasi Islam
Islam saat ini diidentikkan sebagai ajaran yang kuno, kadaluarsa, ketinggalan
zaman dan sebagainya. Sebagian Muslim berupaya membuat Islam tampak modern

dan ilmiah dengan cara menjabarkan sisi ilmiah dari Islam. Contohnya, gerakangerakan shalat dari takbiratul ihram hingga salam ternyata memiliki banyak manfaat
bagi tubuh, begitu juga dengan aktivitas membaca Al-Quran yang dapat
mempertajam ingatan sampai 80%, dan masih banyak lagi yang mulai dijelaskan
secara ilmiah.
Sains Islam
Dari kedua interaksi sains-Islam di atas didapatkan Sains Islam dengan
menggabungkan kebaikan dalam Islam dan keunggulan dalam sains. Sains Islam
dibangun dengan prinsip-prinsip dan nilai-nilai dari Islam. Dengan begitu, didapatkan
sumber pengetahuan yang tidak pernah salah dan tidak terbatas untuk digali yaitu
Al-Quran dan Hadits. Selain itu, ilmuwan yang menggunakan Islam sebagai
tumpuannya tidak akan tersesat dan berputus asa jika gagal. Mereka akan
menyerahkan segala hasilnya kepada Allah SWT setelah berusaha sekuat mungkin,
sehingga dia yakin pasti ada pelajaran dan kebaikan dari kegagalannya tersebut.
Ide unifikasi Islam dan Sains ini diharapkan untuk meningkatkan martabat umat
Islam serta mencetak generasi-generasi baru ilmuwan Muslim yang akan menemukan
banyak penemuan yang digali dari Al-Quran dan Hadits. Hal ini akan terjadi seiring
kebangkitan Islam yang telah ditunggu-tunggu banyak pihak di abad ke-15 Hijriyah,
abad terakhir Islam.

Anda mungkin juga menyukai