Anda di halaman 1dari 22

Konsep dan Teori Keperawatan Menurut Calista Roy

Written By abdul gani Hasan on Sunday, November 4, 2012 | 8:36


PM

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

LATAR BELAKANG
Keperawatan sebagai suatu bentuk pelayanan profesional

yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan,


didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, yang berbentuk
pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual yang komprehensif, ditujukan
pada individu, keluarga, dan masyarakat, baik sakit maupun
sehat yang mencakup seluruh siklus kehidupan manusia.
Keperawatan diberikan karena adanya kelemahan fisik dan
mental, keterbatasan pengetahuan serta kurangnya kemauan
individu dan kelompok dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari
secara mandiri.
Keperawatan merupakan suatu ilmu pengetahuan yang
mempelajari tentang respon manusia terhadap penyakit,
pengobatan dan perubahan lingkungan yang dapat menimbulkan
suatu fenomena. Fenomena tersebut dapat diatasi perawat
dengan mengaplikasikan berbagai konsep model dan teori

keperawatan yang dimilikinya. Selain itu dengan mengaplikasikan


teori dan konsep model keperawatan, perawat dapat mengetahui
apa tindakan keperawatan yang harus dilakukan dan alasan
mengapa tindakan keperawatan tersebut dilakukan.
Aplikasi teori dan konsep model keperawatan dapat
diterapkan diberbagai cabang ilmu keperawatan, baik di
keperawatan dasar, keperawatan klinik, maupun keperawatan
komunitas. Di keperawatan jiwa sendiri salah satu teori dan
konsep model keperawatan yang dapat diterapkan adalah Model
Adaptasi Roy.
Model Adaptasi Roy menggambarkan manusia sebagai
sistem terbuka dan sistem adaptif yang akan merespons terhadap
kejadian atau perubahan-perubahan yang terjadi pada lingkungan
baik yang internal maupun external. Respons yang ditimbulkan
tersebut dapat berupa respon adaptif dan maladaptif, sesuai
dengan mekanisme koping yang digunakan pasien dalam
menghadapi stressor yang dihadapinya. Roy juga memandang
lingkungan sebagai kondisi internal maupun eksternal yang dapat
diatur dan dimanipulasi perawat dalam rangka membantu pasien
memulihkan diri.
Kegiatan keperawatan diarahkan pada penciptaan lingkungan
yang memungkinkan terjadinya penyembuhan dan pemulihan
kesehatan. Selain itu kegiatan keperawatan juga diharapkan
dapat mempertahankan dan meningkatkan kemampuan proses
adaptasi klien terhadap stimulus ke arah yang lebih positif. Oleh
karena itu diperlukan pemahaman yang lebih baik tentang teori

dan aplikasi Model Adaptasi Roy.


1.2 TUJUAN PENULISAN
a. Untuk mengetahui teory adaptasi menurut calista roy
b. Untuk mengetahui model adaptasi menurut calista roy
c. Untuk mengetahui tingkatan adaptasi
d. Untuk system model adaptasi
e. Untuk mengetahui bagaimana klien sebagai system adaptasi
f. Untuk mengetahui proses keperawatan model adaptasi calista
roy
g.Untuk mengetahui kelebihan adaptasi calista roy
h.Untuk mengetahui kekurangan dan perbaikan teory calista roy
1.3 MANFAAT
Untuk menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai
teori adaptasi menurut salah satu para ahli(Calista roy).

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 TEORI ADAPTASI MENURUT CALISTA ROY
Model konsep adaptasi pertama kali dikemukakan oleh Suster
Callista Roy (1969). Konsep ini dikembangkan dari konsep individu
dan proses adaptasi seperti diuraikan di bawah ini. Asumsi dasar

model adaptasi Roy adalah :


1. Manusia adalah keseluruhan dari biopsikologi dan sosial yang
terus-menerus berinteraksi dengan lingkungan.
2. Manusia menggunakan mekanisme pertahanan untuk
mengatasi perubahan-perubahan biopsikososial.
3. Setiap orang memahami bagaimana individu mempunyai batas
kemampuan untuk beradaptasi. Pada dasarnya manusia
memberikan respon terhadap semua rangsangan baik positif
maupun negatif.
4. Kemampuan adaptasi manusia berbeda-beda antara satu
dengan yang lainnya, jika seseorang dapat menyesuaikan diri
dengan perubahan maka ia mempunyai kemampuan untuk
menghadapi rangsangan baik positif maupun negatif.
5. Sehat dan sakit merupakan adalah suatu hal yang tidak dapat
dihindari dari kehidupan manusia.
Dalam asuhan keperawatan, menurut Roy (1984) sebagai
penerima asuhan keperawatan adalah individu, keluarga,
kelompok, masyarakat yang dipandang sebagai Holistic adaptif
systemdalam segala aspek yang merupakan satu kesatuan.
System adalah Suatu kesatuan yang di hubungkan karena
fungsinya sebagai kesatuan untuk beberapa tujuan dan adanya
saling ketergantungan dari setiap bagian-bagiannya.
2.2INPUT
Roy mengidentifikasi bahwa input sebagai stimulus,
merupakan kesatuan informasi, bahan-bahan atau energi dari
lingkungan yang dapat menimbulkan respon, dimana dibagi

dalam tiga tingkatan yaitu stimulus fokal, kontekstual dan


stimulus residual.
a. Stimulus fokal yaitu stimulus yang langsung berhadapan
dengan seseorang, efeknya segera, misalnya infeksi .
b. Stimulus kontekstual yaitu semua stimulus lain yang dialami
seseorang baik internal maupun eksternal yang mempengaruhi
situasi dan dapat diobservasi, diukur dan secara subyektif
dilaporkan. Rangsangan ini muncul secara bersamaan dimana
dapat menimbulkan respon negatif pada stimulus fokal seperti
anemia, isolasi sosial.
c. Stimulus residual yaitu ciri-ciri tambahan yang ada dan relevan
dengan situasi yang ada tetapi sukar untuk diobservasi meliputi
kepercayan, sikap, sifat individu berkembang sesuai pengalaman
yang lalu, hal ini memberi proses belajar untuk toleransi. Misalnya
pengalaman nyeri pada pinggang ada yang toleransi tetapi ada
yang tidak.
2.3KONTROL
Proses kontrol seseorang menurut Roy adalah bentuk mekanisme
koping yang di gunakan. Mekanisme kontrol ini dibagi atas
regulator dan kognator yang merupakan subsistem.
a) Subsistem regulator.
Subsistem regulator mempunyai komponen-komponen : inputproses dan output. Input stimulus berupa internal atau eksternal.
Transmiter regulator sistem adalah kimia, neural atau endokrin.

Refleks otonom adalah respon neural dan brain sistem dan spinal
cord yang diteruskan sebagai perilaku output dari regulator
sistem. Banyak proses fisiologis yang dapat dinilai sebagai
perilaku regulator subsistem.
b) Subsistem kognator.
Stimulus untuk subsistem kognator dapat eksternal maupun
internal. Perilaku output dari regulator subsistem dapat menjadi
stimulus umpan balik untuk kognator subsistem. Kognator kontrol
proses berhubungan dengan fungsi otak dalam memproses
informasi, penilaian dan emosi. Persepsi atau proses informasi
berhubungan dengan proses internal dalam memilih atensi,
mencatat dan mengingat. Belajar berkorelasi dengan proses
imitasi, reinforcement (penguatan) dan insight (pengertian yang
mendalam). Penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan
adalah proses internal yang berhubungan dengan penilaian atau
analisa. Emosi adalah proses pertahanan untuk mencari
keringanan, mempergunakan penilaian dan kasih sayang.
2.4 OUTPUT
Output dari suatu sistem adalah perilaku yang dapat di amati,
diukur atau secara subyektif dapat dilaporkan baik berasal dari
dalam maupun dari luar . Perilaku ini merupakan umpan balik
untuk sistem. Roy mengkategorikan output sistem sebagai respon
yang adaptif atau respon yang tidak mal-adaptif. Respon yang
adaptif dapat meningkatkan integritas seseorang yang secara
keseluruhan dapat terlihat bila seseorang tersebut mampu

melaksanakan tujuan yang berkenaan dengan kelangsungan


hidup, perkembangan, reproduksi dan keunggulan. Sedangkan
respon yang mal adaptif perilaku yang tidak mendukung tujuan
ini.
Roy telah menggunakan bentuk mekanisme koping untuk
menjelaskan proses kontrol seseorang sebagai adaptif sistem.
Beberapa mekanisme koping diwariskan atau diturunkan secara
genetik (misal sel darah putih) sebagai sistem pertahanan
terhadap bakteri yang menyerang tubuh. Mekanisme yang lain
yang dapat dipelajari seperti penggunaan antiseptik untuk
membersihkan luka. Roy memperkenalkan konsep ilmu
Keperawatan yang unik yaitu mekanisme kontrol yang disebut
Regulator dan Kognator dan mekanisme tersebut merupakan
bagian sub sistem adaptasi.
2.5 MODEL ADAPTASI CALISTA ROY
Model Adaptasi Roy berasumsi bahwa dasar ilmu keperawatan
adalah pemahaman tentang proses adaptasi manusia dalam
menghadapi situasi hidupnya. Roy mengidentifikasikan 3 aspek
dalam model keperawatannya yaitu: pasien sebagai penerima
layanan keperawatan, tujuan keperawatan dan intervensi
keperawatan. Masing-masing aspek utama tersebut termasuk
didalamnya konsep keperawatan, manusia, sehat-sakit,
lingkungan dan adaptasi. Konsep adaptasi diasumsikan bahwa
individu merupakan sistem terbuka dan adaptif yang dapat
merespon stimulus yang datang baik dari dalam maupun luar
individu (Roy & Andrews, 1991 dalam Araich, 2001). Dengan

Model Adaptasi Roy, perawat dapat meningkatkan penyesuaian


diri pasien dalam menghadapi tantangan yang berhubungan
dengan sehat-sakit, meningkatkan penyesuaian diri pasien
menuju adaptasi dan dalam menghadapi stimulus. Kesehatan
diasumsikan sebagai hasil dari adapatasi pasien dalam
menghadapi stimulus yang datang dari lingkungan. Dalam Model
Adaptasi Roy juga terdapat proses keperawatan yang dimulai dari
mengkaji prilaku dan faktor faktor yang mempengaruhi,
mengidentifikasi masalah, menetapkan tujuan . dan
mengevaluasi hasil
Peran perawat adalah memberikan asuhan keperawatan pada
pasien dengan memanipulasi stimulus yang datang dari
lingkungan yang akhirnya menimbulkan koping yang positif
sebagai hasil dari adaptasi dan respon negatif dideskripsikan
sebagai respon yang yang maladaptif (Tolson & McIntosh, 1996
dalam Araich, 2001). Adaptasi mempertimbangkan adanya
biologis adaptasi mode dan psikososial adaptasi mode. Psikososial
adaptasi mode termasuk konsep diri, fungsi peran, dan
interdependen. Keempat adaptasi mode tersebut saling
berhubungan. Biologis dan fisiologis adaptasi mode berfokus pada
kebutuhan dasar yang menjaga integritas anatomi dan fisiologis
individu.
Stimulus yang datang dari lingkungan baik internal maupun
eksternal dikategorikan tiga yaitu: Stimulus Fokal, Kontekstual
dan Residul. Stimulus fokal adalah perubahan atau situasi yang
segera berakibat terhadap individu seperti stress, trauma atau

sakit. Stimulus Kontekstual adalah stimulus lain yang


berpengaruh terhadap stimulus fokal contoh lingkungan keluarga,
Stimulus Residual adalah karakteristik, nilai, sikap individu yang
berkembang dari pengalaman masa lalu seperti nilai, pengalaman
dan sifat (Tolson & McIntosh dalam Araich, 2001).
Dalam proses adaptasi, kesehatan adalah hasil dari adaptasi
manusia terhadap stimulus yang dihadapinya, dan merupakan
proses yang terjadi dan terintegrasi serta menggambarkan
hubungan antara individu dengan lingkungan. Sedangkan
adaptasi itu sendiri merupakan proses dan hasil dari apa yang
dipikirkan dan dirasakan individu sebagai individu dan kelompok,
dengan menggunakan kesadaran dan pilihan untuk membuat
integrasi antara individu dengan lingkungan. Respon yang timbul
dalam proses adapatasi dapat berupa respon adaptif dan respon
inefektif. Respon adaptif merupakan peningkatan integritas tujuan
dari individu dalam hidup, pertumbuhan, reproduksi, penguasaan
dan transformasi individu dan lingkungan.
Sedangkan respon yang tidak efektif merupakan respon yang
tidak berkontribusi dalam pencapaian integritas individu. Dalam
proses adaptasi juga terdapat mekanisme koping dan juga sub
sistem regulator dan cognator. Regulator merupakan respon yang
timbul secara otomatis terhadap stimulus berupa proses syaraf,
kimia dan sistem endokrin. Cognator merespon melalui respon
cognitif dan melalui saluran emosi dan kognitif yaitu persepsi dan
proses informasi, belajar, keputusan dan emosi. Selain itu prilaku
dikatakan sebagai aksi dan reaksi yang timbul baik internal dan

eksternal dalam keadaan yang spesifik.


Tujuan perawatan adalah meningkatkan adapatasi dengan
mengatur stimulus lingkungan. Manajemen keperawatan pada
asuhan keperawatan pada pasien termasuk: meningkatkan,
mengurangi, mempertahankan, mengubah yang berhubungan
dengan stimulus fokal dan kontekstual yang relevan. Tujuan
tindakan keperawatan adalah meningkatkan adaptasi, yang
berkontribusi terhadap kesehatan, kualitas kehidupan dan
kematian yang bermartabat.
2.6 TINGKATAN ADAPTASI
a. Focal Stimulasi yaitu Stimulus yang langsung beradaptasi
dengan seseorang dan akan

mempunyai pengaruh kuat

terhadap seseorang individu.


b. Kontekstual Stimulus, merupakan stimulus lain yang dialami
seseorang, dan baik stimulus internal maupun eksternal, yang
dapat mempengaruhi, kemudian dapat dilakukan observasi,
diukur secara subjektif.
c. Residual stimulus, merupakan stimulus lain yang merupakan
ciri tambahan yang ada atau sesuai dengan situasi dalam proses
penyesuaian dengan lingkungan yang sukar dilakukan observasi.
2.7 SYSTEM MODE ADAPTASI
Fungsi fisiologi berhubungan dengan struktur tubuh dan
fungsinya. Roy mengidentifikasi sembilan kebutuhan dasar
fisiologis yang harus dipenuhi untuk mempertahankan integritas,
yang dibagi menjadi dua bagian, mode fungsi fisiologis tingkat
dasar yang terdiri dari 5 kebutuhan dan funfsi fisiologis dengan

proses yang kompleks terdiri dari 4 bagian yaitu :


1. Mode fungsi fisiologi
a. Oksigenasi : Kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan prosesnya,
yaitu ventilasi, pertukaran gas dan transpor gas (Vairo,1984
dalam Roy 1991).
b. Nutrisi

: Mulai dari proses ingesti dan asimilasi makanan

untuk mempertahankan fungsi, meningkatkan pertumbuhan dan


mengganti jaringan yang injuri. (Servonsky, 1984 dalam Roy
1991).
c. Eliminasi : Yaitu ekskresi hasil dari metabolisme dari instestinal
dan ginjal. ( Servonsky, 1984 dalam Roy 1991)
d. Aktivitas dan istirahat : Kebutuhan keseimbangan aktivitas fisik
dan istirahat yang digunakan untuk mengoptimalkan fungsi
fisiologis dalam memperbaiki dan memulihkan semua komponenkomponen tubuh. (Cho,1984 dalam Roy, 1991).
e. Proteksi/ perlindungan : Sebagai dasar defens tubuh termasuk
proses imunitas dan struktur integumen ( kulit, rambut dan kuku)
dimana hal ini penting sebagai fungsi proteksi dari infeksi, trauma
dan perubahan suhu. (Sato, 1984 dalam Roy 1991).
f. The sense / perasaan : Penglihatan, pendengaran, perkataan,
rasa dan bau memungkinkan seseorang berinteraksi dengan
lingkungan . Sensasi nyeri penting dipertimbangkan dalam
pengkajian perasaan.( Driscoll, 1984, dalam Roy, 1991).
g. Cairan dan elektrolit. : Keseimbangan cairan dan elektrolit di
dalamnya termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler,
ekstrasel dan fungsi sistemik. Sebaliknya inefektif fungsi sistem

fisiologis dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit.


(Parly, 1984, dalam Roy 1991).
h. Fungsi syaraf / neurologis : Hubungan-hubungan neurologis
merupakan bagian integral dari regulator koping mekanisme
seseorang. Mereka mempunyai fungsi untuk mengendalikan dan
mengkoordinasi pergerakan tubuh, kesadaran dan proses emosi
kognitif yang baik untuk mengatur aktivitas organ-organ tubuh
(Robertsnn, 1984 dalam Roy, 1991).
i. Fungsi endokrin : Aksi endokrin adalah pengeluaran horman
sesuai dengan fungsi neurologis, untuk menyatukan dan
mengkoordinasi fungsi tubuh. Aktivitas endokrin mempunyai
peran yang signifikan dalam respon stress dan merupakan dari
regulator koping mekanisme ( Howard & Valentine dalam
Roy,1991).
2. Mode Konsep Diri
Mode konsep diri berhubungan dengan psikososial dengan
penekanan spesifik pada aspek psikososial dan spiritual manusia.
Kebutuhan dari konsep diri ini berhubungan dengan integritas
psikis antara lain persepsi, aktivitas mental dan ekspresi
perasaan. Konsep diri menurut Roy terdiri dari dua komponen
yaitu the physical self dan the personal self.
a. The physical self, yaitu bagaimana seseorang memandang
dirinya berhubungan dengan sensasi tubuhnya dan gambaran
tubuhnya. Kesulitan pada area ini sering terlihat pada saat
merasa kehilangan, seperti setelah operasi, amputasi atau hilang

kemampuan seksualitas.
b. The personal self, yaitu berkaitan dengan konsistensi diri, ideal
diri, moral- etik dan spiritual diri orang tersebut. Perasaan cemas,
hilangnya kekuatan atau takut merupakan hal yang berat dalam
area ini.
3. Mode Fungsi Peran
Mode fungsi peran mengenal pola pola interaksi sosial
seseorang dalam hubungannya dengan orang lain, yang
dicerminkan dalam peran primer, sekunder dan tersier. Fokusnya
pada bagaimana seseorang dapat memerankan dirinya
dimasyarakat sesuai kedudukannya .
4. Mode Interdependensi
Mode interdependensi adalah bagian akhir dari mode yang
dijabarkan oleh Roy. Fokusnya adalah interaksi untuk saling
memberi dan menerima cinta/ kasih sayang, perhatian dan saling
menghargai.
Interdependensi yaitu keseimbangan antara ketergantungan
dan kemandirian dalam menerima sesuatu untuk dirinya.
Ketergantungan ditunjukkan dengan kemampuan untuk afiliasi
dengan orang lain. Kemandirian ditunjukkan oleh kemampuan
berinisiatif untuk melakukan tindakan bagi dirinya.
Interdependensi dapat dilihat dari keseimbangan antara dua nilai
ekstrim, yaitu memberi dan menerima.
2.8 KLIEN SEBAGAI SYSTEM ADAPTASI
Teori adaptasi suster Callista Roy memeandang klien sebagai

suatu system adaptasi. Sesuai dengan model Roy, tujuan dari


keperawatan adalah membantu seseorang untuk beradaptasi
terhadap perubahan kebutuhan fisiologis, konsep diri, fungsi
peran, dan hubungan interdependensi selama sehat dan sakit
(Marriner-Tomery,1994). Kebutuhan asuhan keperawatan muncul
ketika klien tidak dapat beradaptasi terhadap kebutuhan
lingkungan internal dan eksternal. Seluruh individu harus
beradaptasi terhadap kebutuhan berikut:
1. Pemenuhan kebutuhan fisiolngis dasar
2. Pengembangan konsep diri positif
3. Penampilan peran social
4. Pencapaian keseimbangan antara kemandirian dan
ketergantungan
Perawat menetukan kebutuhan di atas menyebabkan
timbulnya masalah bagi klien dan mengkaji bagaimana klien
beradaptasi terhadap hal tersebut. Kemudian asuhan
keperawatan diberikan dengan tujuan untuk membantu klien
beradaptasi. Objek dalam ilmu keperawatan:
1). Manusia (individu yang mendapatkan asuhan keperawatan)
Roy menyatakan bahwa penerima jasa asuhan keperawatan
individu, keluarga, kelompok, komunitas atau social. Masingmasing dilakukan oleh perawat sebagai system adaptasi yang
holistic dan terbuka. System terbuka tersebut berdampak
terhadap perubahan yang konstan terhadap informasi, kejadian,
energi antara system dan lingkungan. Interaksi yang konstan
antara individu dan lingkungan dicirikan oleh perubahan internal

dan eksternal. Dengan perubahan tersebut individu harus


mempertahankan intergritas dirinya, dimana setiap individu
secara kontunyu beradaptasi.
Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistem
adaptif. Sebagai sistem adaptif, manusia dapat digambarkan
secara holistik sebagai satu kesatuan yang mempunyai input,
kontrol, out put dan proses umpan balik. Proses kontrol adalah
mekanisme koping yang dimanifestasikan dengan cara- cara
adaptasi. Lebih spesifik manusia didefenisikan sebagai sebuah
sistem adaptif dengan aktivitas kognator dan regulator untuk
mempertahankan adaptasi dalam empat cara-cara adaptasi
yaitu : fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan
interdependensi. Dalam model adaptasi keperawatan, manusia
dijelaskan sebagai suatu sistem yang hidup, terbuka dan adaptif
yang dapat mengalami kekuatan dan zat dengan perubahan
lingkungan. Sebagai sistem adaptif manusia dapat digambarkan
dalam istilah karakteristik sistem, jadi manusia dilihat sebagai
satu-kesatuan yang saling berhubungan antara unit fungsional
secara keseluruhan atau beberapa unit fungsional untuk
beberapa tujuan. Input pada manusia sebagai suatu sistem
adaptasi adalah dengan menerima masukan dari lingkungan luar
dan lingkungan dalam diri individu itu sendiri. Input atau stimulus
termasuk variabel standar yang berlawanan yang umpan baliknya
dapat dibandingkan.
Variabel standar ini adalah stimulus internal yang mempunyai
tingkat adaptasi dan mewakili dari rentang stimulus manusia

yang dapat ditoleransi dengan usaha-usaha yang biasa dilakukan.


Proses kontrol manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah
mekanisme koping. Dua mekanisme koping yang telah
diidentifikasi yaitu : subsistem regulator dan subsistem kognator.
Regulator dan kognator digambarkan sebagai aksi dalam
hubungannya terhadap empat efektor atau cara-cara adaptasi
yaitu : fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan
interdependen.
2.9 PROSES KEPERWATAN MODEL ADAPTASI ROY
Proses keperawatan berdasarkan Model Adaptasi Roy adalah
metode pemecahan masalah pasien dengan mengidentifikasi
stimulus dan mengkaji fungsi dari adaptasi mode. Dalam proses
keperawatan ada 2 level pengkajian yaitu pengkajian prilaku
pasien dan pengkajian stimulus yang mengakibatkan prilaku
pasien. Langkah pertama proses keperawatan adalah pengkajian
prilaku. Prilaku yang dikaji adalah 4 adaptasi mode yaitu fisiologis,
konsep diri, fungsi peran dan interdependen. Fisiologis Adaptasi
Mode adalah proses fisik dan kimiawi dan prilaku yang
menyinggung aspek fisik individu. Terdapat 5 kebutuhan yaitu
oksigenasi, nutrisi, eliminasi, aktivitas dan istirahat dan proteksi.
Perawat harus mempelajari proses yang normal.
Konsep diri adaptasi mode merupakan gabungan dari keyakinan
dan perasaan tentang dirinya pada suatu waktu. Fokusnya adalah
aspek psikologis dan spiritual individu. Fungsi peran adaptasi
mode adalah harapan tentang pekerjaan dan posisi individu
terhadap posisi pekerjaan lainnya. Dasar kebutuhan adalah

integritas sosial, untuk mengetahui hubungan satu dengan


lainnya. Interdependen adapatasi mode adalah prilaku yang
menyinggung tentang hubungan interpenden antara individu dan
kelompok. Dasar kebutuhannya adalah perasaan aman dalam
suatu hubungan.
Level kedua pengkajian adalah menganalisis 3 tipe stimulus yang
mempengaruhi prilaku yang inefektif, terdiri dari stimulus fokal,
konntekstual dan residual. Langkah perawat selanjutnya adalah
menetapkan dianosa keperawatan yang berupa pernyataan yang
menginterpretasikan data tentang status adaptasi individu,
termasuk prilaku dan stimulus yang relevan. Setelah itu perawat
menentukan tujuan keperawatan yang meliputi pernyataan yang
jelas tentang kriteria hasil dari pemberian perawatan. Selanjutnya
perawat melakukan intervensi keperawatan yang menentukan
bantuan yang diberikan pada individu dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Langkah terakhir adalah evaluasi
keperawatan yang merupakan penilaian terhadap efektifitas dari
intervensi keperawatan.
2.10 KELEBIHAN MODEL ADAPTASI ROY
Model Adaptasi Roy telah menggambarkan tahapantahapan
dalam proses keperawatan yang lengkap. Berdasarkan teori Roy,
tahapan proses keperawatan dimulai dari 2 level pengkajian ,
diagnosa keperawatan, tujuan tindakan keperawatan, intervensi
keperawatan dan evaluasi keperawatan. Kelebihan proses
keperawatan berdasarkan Model Adaptasi Roy ini adalah pada

tahap 2 level pengkajian yang harus dilakukan perawat.


Pengkajian keperawatan dimulai dengan; level 1) perawat
mengkaji respon prilaku pasien terhadap stimulus yaitu fisiologis
adaptasi mode, konsep diri adaptasi mode, peran adaptasi mode
dan ketergantungan adaptasi mode, level 2) perawat mengkaji
stressor yang dihadapi pasein yaitu stimulus fokal & kontekstual
( yang pada dasarnya merupakan faktor presipitasi dari masalah
yang dihadapi pasien) dan stimulus residual (yang pada dasarnya
merupakan faktor predisposisi dari masalah yang dihadapi
pasien), sehingga pengkajian yang dilakukan perawat lebih
lengkap dan perawat dapat menegakkan diagnosa lebih akurat
dari pengkajian tersebut.
Di tatanan keperawatan jiwa sendiri, pendekatan yang digunakan
pada Teori Adaptasi Roy ini sangat bermanfaat ketika perawat
melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
jiwa, resiko gangguan dan sehat jiwa. Dengan teori ini, perawat
tidak hanya dapat mengintervensi tanda dan gejala tapi juga
dapat mengetahui & memberikan intervensi pada faktor
presipitasi dan faktor predisposisi dari masalah yang dihadapi
pasien. Sehingga perawat dapat mencegah pasien mengalami
masalah resiko dan gangguan jiwa, mengatasi masalah resiko dan
gangguan jiwa dan meningkatkan individu yang sehat agar tidak
mengalami masalah resiko dan gangguan jiwa.
Selain itu, dengan Teori Adaptasi Roy ini, perawat sebagai
pemberi asuhan keperawatan dapat lebih memahami tentang
proses adaptasi yang terjadi pada individu, yang dimulai dari

adanya stimulus/stressor yang dapat menjadikan individu


mengalami stress, proses mekanisme koping (kognator dan
regulator) dan effektor sebagai upaya individu mengat`si stressor
dan terakhir timbulnya respon prilaku individu terhadap stressor
yang dihadapinya. Teori ini hampir mirip dengan Teori Stress
Adaptasi Stuart-Laraia yang ada di keperawatan jiwa.
2.11 KEKURANGAN DAN PERBAIKAN MODEL ADAPTASI ROY
Masukan dan perbaikan untuk Model Adaptasi Roy adalah untuk
lebih menjabarkan hubungan antara mekanisme koping: kognator
dalam meningkatkan adaptasi serta hubungannya dengan 4
adaptasi mode. Selain itu perlu penjabaran lebih lanjut tentang
hubungan adaptasi dengan kesehatan. Di praktek klinis, perlu
dikaji lebih lanjut bagaimana perawat dapat membantu individu
ke arah yang positif dengan menggunakan Model adaptasi Roy
misal: ketika memberikan asuhan keperawatan pada pasienpasien dengan pemulihan kognitif / pasien dengan trauma /
cedera kepala (Tiedman, 1996 dalam Araich, 2001).
Selain itu Model Adaptasi Roy merupakan model keperawatan
yang komplex dengan konsep dan mempunyai hubungan antar
konsep-konsep. Sehingga perlu diklarifikasi kembali tentang:

Overlaping yang terjadi pada psikososial adaptif mode yaitu

pada konsep diri, fungsi peran dan interdependen. Konsep diri


terdiri dari 5 komponen, salah satunya adalah fungsi peran.
Bagaimana perawat dapat membedakan antara konsep diri,
fungsi peran dan ketergantungan?

Ketika menilai prilaku adaptif dan maladaptif, ada banyak

faktor yang dapat mempengaruhi penilaian tersebut, salah


satunya adalah sistem nilai yang dianut perawat

Kata adaptasi tidak secara umum menyampaikan pengertian

tentang pertumbuhan (Lancester, 1992 dalam Araich, 2001).

Model Adaptasi Roy lebih berfokus pada proses adaptasi

pasien dan bagaimana pemecahan masalah pasien dengan


menggunakan proses keperawatan dan tidak menjelaskan
bagaimana sikap dan prilaku caring perawat ketika melakukan
asuhan keperawatan. Pada prinsipnya pemecahan masalah
pasien sangat penting dalam keperawatan, tetapi prilaku caring
juga sangat diperlukan ketika memberikan asuhan keperawatan
pada pasien, karena bisa saja seorang perawat yang tidak
mempunyai prilaku caring akan menjadi stressor baru bagi
pasiennya.

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Model Adaptasi Roy menggambarkan manusia sebagai sistem
terbuka dan sistem adaptif yang akan merespons terhadap
kejadian atau perubahan-perubahan yang terjadi pada lingkungan
baik yang internal maupun external. Kegiatan keperawatan
diarahkan pada penciptaan lingkungan yang memungkinkan

terjadinya penyembuhan dan pemulihan kesehatan. Selain itu


kegiatan keperawatan juga diharapkan dapat mempertahankan
dan meningkatkan kemampuan proses adaptasi klien. Model
Adaptasi Roy berfokus pada pemecahan masalah pasien dengan
mengunakan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian,
diagnosa, tujuan, intervensi dan evaluasi keperawatan
3.2 SARAN
Oleh karena itu, kelompok memandang perlu untuk mengetahui
dan mengkaji lebih jauh tentang penerapan model keperawatan
yang sesuai dengan teori Sister Callista Roy di lapangan atau
rumah sakit, sehingga dapat diketahui apakah teori Roy dapat
diaplikasikan dengan baik dalam pelayanan keperawatan/asuhan
keperawatan. .

REFERENSI
Araich (2001), Roys Adaptation Model: Demonstration of Theory
Integration into Process of Care in Coronary Care Unit, Nursing
Web Jurnal Ed.7 tahun 2001
Tomey & Alligood (2006), Nursing Theoriests and Their Work, St.
Louis: Mosby
http://1.bp.blogspot.com/_IeMU3Ss0eG0/SIGiDt6nbCI/AAAAAAAAA
HE/-izBIyU0Z2A/s1600-h/PIC+6.jpg diakses pada tanggal 16
oktober 2008 jam 16.40 wib
http://nursingtheories.blogspot.com/2008/07/sister-callista-roy-

adaptation-theory.html diakses pada tanggal 16 oktober 2008 jam


16.00 wib
http://www2.bc.edu/~royca/htm/ram.htm diakses pada tanggal 16
oktober 2008 jam 16.30 wib
Roy (2005), Sister Calista Roy: Roy Adaptation Model
http://www.nipissingu.ca/faculty/arohap/aphome/NURS3006/Resou
rces/SisterCallistaRoy_2.pdf diakses tanggal 16 okt 2008 jam
07.00 wib
http://www.nursing.gr/protectedarticles/Roy.pdf diakses tanggal
16 okt 2008 jam 07
Roy (2005), The Importance of Theory-Based Practice with
Examples from the Roy Adaptation Model Roy
http://www3.uakron.edu/nursing/documents/distlecture/Roy
%20Lecture%202005.pdf diakses pada tanggal 16 oktober 2008
jam 16.00 wib
http://www.bc.edu/schools/son/faculty/theorist/Roy_Adaptation_Mo
del.html diakses pada tanggal 16 oktober 2008 jam 17.00 wib
0 1 0 1475
Posted by abdul gani Hasan at 8:36 PM
- See more at: http://perasat.blogspot.com/2012/11/konsep-danteori-keperawatan-menurut.html#sthash.R7hZcVR2.dpuf

Anda mungkin juga menyukai