Anda di halaman 1dari 17

PORTOFOLIO KASUS MEDIK

GASTROENTRITIS
DENGAN
DEHIDRASI RINGAN-SEDANG

Presentan
dr. Rika Susanti

Pendamping
Dr. Yulfi Aneta

PROGRAM DOKTER INTERNSIP


RSUD PARIAMAN
PERIODE 2016-2017
1

Borang Portofolio
Nama Peserta

dr. Rika Susanti

Nama Wahana

RSUD Pariaman

Topik :

Gastroentritis dengan Dehidrasi Ringan Sedang

Tanggal Kasus :

10 Januari 2017

Nama Pasien :

Alif

Nomor RM : 108913

Tanggal Presentasi :

Haris
Januari

Pendamping :

Tempat Presentasi :

2017
Poli THT RSUD Pariaman

dr. Yulfi Neta

Objektif Presentasi :
Keilmuan

Keterampilan

Diagnostik

Manajemen

Neonatus
Deskripsi :

Bayi

Anak

Penyegaran

Tinjauan Pustaka
Istimewa

Masalah
Remaja
Dewasa

Lansia

Bumi

l
Pasien bayi laki-laki usia 4 bulan datang ke IGD RSUD Pariaman diantar
keluarga dengan keluhan BAB encer sejak 4 hari yang lalu sebelum masuk

Tujuan :

rumah sakit.
Mengidentifikasi penyebab, perjalanan penyakit, gejala, diagnosis dan tata

Bahan

laksana dari Gastroentritis dengan Dehidrasi Ringan Sedang.


Tinjauan Pustaka
Riset
Kasus
Audit

Bahasan :
Cara

Dis

Membahas

kus

Data

Nama :

Presentasi dan Diskusi

Alif Haris

Pasien
Nama Klinik : RSUD Pariaman

Email

No. Reg:
Telp :

Pos

108913
Terdaftar

sejak

10

januari 2017
Data Utama untuk bahan diskusi :
1. Diagnosis / Gambaran Klinis :
- BAB encer sejak kurang lebih 4 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit,
frekuensi 4-5 kali sehari, jumlah +1/4 gelas perkali, konsistensi cair dan tidak
2

berampas, berlendir dan berdarah dengan frekuensi 2 x.


Demam dirasakan bersamaan dengan terjadinya diare, demam naik turun, tidak

menggigil, dan tidak kejang


- Muntah tidak ada
- Pasien masih mau menyusu sejak mencret dan lebih rewel dari biasanya
- Batuk dan pilek tidak ada, sesak nafas tidak ada
- BAK jumlah dan warna biasa
2. Riwayat Pengobatan : belum pernah berobat sebelumnya
3. Riwayat Kesehatan/Penyakit :pasien pernah dirawat dengan keluhan yang sama
4. Riwayat keluarga : tidak ada anggota keluarga yang mengalami diare saat ini
5. Riwayat Pekerjaan : 6. Riwayat Lingkungan Sosial dan Fisik : Lain-lain:
Status Generalisata :
Keadaan Umum

: Tampak sakit sedang dan rewel

Kesadaran

: Compos Mentis

Nadi

: 92x/mnt

Nafas

: 32 x/mnt

Suhu

: 370C

BB

: 6,2 kg (BB ideal 8 kg)

Status Lokalis untuk dugaan diagnosis dan menyingkirkan diagnosis banding :


Kulit

: Teraba hangat, tidak pucat, tidak ikterik, tidak sianosis, turgor kembali
lambat

Kepala

: Bentuk simetris, rambut hitam tidak mudah dicabut, ubun-ubun besar


datar

Mata

: Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokhor, diameter


pupil 2 mm, refleks cahaya +/+, mata cekung -/-

Hidung

: Nafas cuping hidung (-)

Leher

: tidak ada pembesaran kelenjar getah bening

Dada

Paru

: normochest, simetris kiri kanan, retraksi dinding dada tidak ada

Pa

:fremitus kiri=kanan

Pk

: sonor

: napas vesikuler, Rh -/-, Wh -/-

Jantung

: Iktus tidak terlihat

Pa

: Iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V

Pe

: batas jantung dalam batas normal

: Bunyi jantung murni, irama teratur, bising tidak ada

Abdomen I

: tidak membuncit

Pa

: supel, turgor kembali lambat

Pe

: timpani

: Bising Usus (+) Normal

Ekstremitas

: akral hangat, refilling kapiler baik

Diagnosis Kerja

: Gastroentritis dengan dehidrasi ringan-sedang

Pemeriksaan Penunjang :
Hb

: 10,5 gr/dl

Leukosit

:13,68 /mm3

Ht

: 29,8 %

Trombosit

: 338.000/mm3

Daftar Pustaka :
1. Sugianto S, 2002. Ilmu Penyakit Anak, Diagnosa dan Penatalaksanaan. Edi. Jakarta:
Salemba Medika, hlm: 73-91.
2. Depkes RI Ditjen Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan
Pemukiman, 1999. Buku Ajar Diare Pegangan Mahasiswa. Jakarta. Depkes RI
Ditjen PPM dan PLP, hlm 4-8.
4

3. Markum AH. Penyakit Radang Usus. Dalam: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak jilid
1. Ed 1. Jakrata: FKUI, 2002. 448-462.
4. Mansjoer dkk, 2002. Diare Akut. Dalam Kapita Selekta Kedokteran, jilid 2, Ed 3.
Jakarta: Media Aesculapius FKUI, hlm 470-478.
5. Staf Pengajar Ilmu kesehatan Anak FKUI, 2002. Diare pada Bayi dan Anak. Dalam
Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak, jilid 2. Jakarta: Percetakan Infomedika. Jakarta,
hlm 283-294.
6. Sub Bag Ilmu kesehatan Anak FK UNPAD, 2005. Diare Akut Dalam Buku
Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak, Edisi 3. Bandung, hal 271278
Hasil Pembelajaran :
1.
2.
3.
4.

Diagnosis Gastroentritis dehidrasi ringan-sedang.


Identifikasi etiologi dari Gastroentritis.
Mekanisme perjalanan penyakit Gastroentritis.
Penanganan gastroenteritis dengan dehidrasi ringan-sedang di Rumah Sakit.

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio


Subjektif :
-

BAB encer sejak kurang lebih 4 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit,
frekuensi 4-5 kali sehari, jumlah +1/4 gelas perkali, konsistensi cair dan tidak

berampas, berlendir dan berdarah dengan frekuensi 2 x.


Demam dirasakan bersamaan dengan terjadinya diare, demam naik turun, tidak

menggigil, dan tidak kejang


Muntah tidak ada
Pasien masih mau menyusu sejak mencret dan lebih rewel dari biasanya
Batuk dan pilek tidak ada, sesak nafas tidak ada
BAK jumlah dan warna biasa

Objektif :
Status Generalisata :
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang dan rewel
Kesadaran

: Compos Mentis

Nadi

: 92 x/mnt

Nafas

: 32 x/mnt
5

: 37 0C

Suhu
BB

: 6,2kg (BB ideal 8 kg)

Kulit

: Teraba hangat, tidak pucat, tidak ikterik, tidak sianosis, turgor kembali
lambat

Kepala

: Bentuk simetris, rambut hitam tidak mudah dicabut, ubun-ubun besar


datar

Mata

: Konjungtiva tidak anemis, sklera ikterik, pupil isokhor, diameter pupil


2 mm, refleks cahaya +/+, mata cekung -/-

Mulut

: Mukosa mulut dan bibir kering

Abdomen

: tidak membuncit

Pa

: supel, turgor kembali lambat

Pe

: timpani

: Bising Usus (+) Normal

Ekstremitas

: akral hangat, refilling kapiler baik

Leukosit

: 13,68 /mm3

Assesment :
Gastroentritis dapat disebabkan oleh infeksi enteral oleh virus, bakteri, ataupun
parasit, malabsorbsi karbohidrat, lemak, dan protein, makanan basi, beracun, atau alergi
terhadap makanan tertentu, adanya imunodefisiensi, dan psikologis berupa rasa takut dan
cemas yang walaupun jarang tetapi dapat menimbulkan diare pada anak. Pada pasien ini
diare kemungkinan disebabkan oleh infeksi enteral oleh bakteri. Hal ini didukung oleh pola
demam yang niak turun dan adanya peningkatan leukosit pada pemeriksaaan laboratorium
darah.
Derajat dehidrasi menurut WHO:
1. Dehidrasi ringan: kehilangan cairan 4-5% berat badan atau sekitar 40-50 ml/kg BB.
2. Dehidrasi sedang: kehilangan cairan 6-9% berat badan atau sekitar 60-90 ml/kg BB.
3. Dehidrasi berat: kehilangan cairan lebih dari 10% berat badan atau sekitar 100-110
ml/kg BB.
Penilaian derajat dehidrasi ringan-sedang pada pasien ini ditetapkan berdasarkan
6

keadaan klinis pasien yaitu mata cekung, mukosa dan bibir kering, dan turgor kembali
lambat.
Penilaian derajat dehidrasi:
Penilaian
Lihatlah

A
keadaan Baik/sadar

umum
Mata
Air mata
Mulut/lidah
Haus
Periksalah

Normal
Ada
Basah
Minum biasa
turgor Kembali cepat

kulit
Kesimpulan

B
C
Gelisah atau lekas Lesu/ lunglai/ tidak
marah*
Cekung
Tidak ada
Kering
Haus*
Kembali lambat*

sadar
Sangat cekung
Kering
Sangat kering
Tidak mau minum*
Kembali
sangat
lambat

Tidak dehidrasi

Dehidrasi
ringan/sedang

(1

tanda * + atau lebih


Terapi

Rencana A

tanda lain)
Rencana B

Dehidrasi berat (1
tanda * + atau lebih
tanda lain)
Rencana C

Prinsip pengobatan diare:


1. Mencegah dehidrasi
Terapi rencana A adalah memberikan cairan rumah tangga dan ASI semaunya, oralit
diberikan sesuai usia setiap kali buang air besar atau muntah dengan dosis
10cc/kgBB/BAB encer, atau jika BB tidak diketahui :
-

kurang dari 1 tahun : 50-100 cc

1-5 tahun :100-200 cc

Lebih dari 5 tahun : semaunya

Terapi rencana B diberikan apabila pasien jatuh pada keadaan dehidrasi ringansedang, dengan pemberian oralit atau cairan intravena sebanyak 75 cc/kg BB dalam 3-4
jam pertama dilanjutkan pemberian cairan yang sedang berlangsung sesuai umur seperti
diatas setiap kali buang air besar.
Terapi rencana C merupakan untuk pasien dengan dehidrasi berat dengan cairan RL
100 cc/kgBB. Cara pemberiannya:
-

Umur kurang dari 1 tahun 30 cc/kgBB dalam 1 jam pertama


kemudian dilanjutkan 70 cc/kgBB dalam 5 jam berikutnya.

Umur lebih 1 tahun 30 cc/kgBB dalam 30 menit pertama kemudian


dilanjutkan 70 cc/kgBB dalam 2 1/2 jam berikutnya.
7

Minum diberikan jika pasien sudah mau minum 5 cc/kgBB selama proses rehidrasi.
2. Pengobatan dietetic
Makanan harus terus ditingkatkan selama diare untuk menghindarkan efek buruk
pada status gizi
a. Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan
kurang dari 7 kg, jenis makanan:
Susu (ASI dan atau susu formula yang mengandung laktosa rendah
dan asam lemak tak jenuh)
Makanan setengah padat (bubur susu) atau makanan padat (nasi tim)
bila anak tidak mau minum susu.
Susu khusus yaitu susu yang tidak mengandung laktosa atau susu
dengan asam lemak berantai sedang/tak jenuh sesuai dengan
kelaiann yang ditemukan.
b.

Untuk anak di atas 1 tahun dengan berat badan lebih dari 7 kg,
jenis makanan: makanan padat ataumakanan cair atau susu sesuai dengan
kebiasaan makan di rumah.

3. Obat-obatan
a.

Pengobatan simptomatik
Parasetamol (anti piretik) dengan 10mg/kgBB/kali
Klorpromazin (anti emetic) 0,5-1 mg/kg BB/hr

b.

Antibiotika, pada umumnya tidak diperlukan untuk


mengatasi diare akut keculai penyebabnya jelas, seperti:
Diare disentri Kotrimoksazol 50mg/kgBB/hari, dibagi dalam 2
dosis

selama

hari,

atau

Kloramfenikol/tiamfenikol

50mg/kgBB/hari, dibagi 3 dosis


Kolera, diberikan tetrasiklin 25-50 mg/kg BB/hari diberikan dalam
4 dosis selama 2-3 hari
Amoeba,

Giardia,

Kriptosporidium

Metronidazol

30-50

mg/kgBB/hari, dibagi 3 dosis selama 5 hari (10 hari untuk kasus


berat)
Campylobacter, diberikan eritromisin 40-50 mg/kg BB/hari
8

Plan :
Diagnosis : Gastroentritis Dehidrasi Ringan-Sedang
Pengobatan :
-

IVFD RL 10 tts/I mikro


Cefotaxime 300 mg/12 jam
Metronidazole 90 mg/8 jam
Zinc 1x 10 mg
Lacto B 2x1 sachet
Sanfuro syr 2x1 cth
Pct drop 3x 0,7 cc
Kalnex 50 mg/ 8 jam
Periksa fases besok pagi
Rawat Anak

Follow up
11 Januari 2017
S/

- BAB encer (+), ampas (-), Lendir darah (+)


- Demam (-)
- Muntah (-)

O/

Keadaan Umum

: tampak sakit sedang

Kesadaran

: compos mentis

BB

: 6,2 kg

Nadi

: 98 x / menit

Napas

: 24 x /menit

Suhu

: 36,1 C

Mata

: mata tidak cekung

Abdomen: timpani, Bising Usus (+) normal


Pemeriksaan Feaces
Amuba
Ascarilumbricoides

::-

Ancyrostoma Duodenale : Enterobius Trichiura

:-

Trichuris trichiura

:-

Leukosit

: 0-2 /lpb
9

Eritrosit

: 2-4 /lbp

Pengobatan :
-

IVFD RL 10 tts/I mikro


Cefotaxime 300 mg/12 jam
Metronidazole 90 mg/8 jam
Zinc 1x 10 mg
Lacto B 2x1 sachet
Sanfuro syr 2x1 cth
Pct drop 3x 0,7 cc
Kalnex 50 mg/ 8 jam
Dexsamethasone 1mg/8 jam
Nistatin drop 4x 0,8 ml

12 Januari 2017
S/

- BAB encer (+), ampas (-), Lendir darah (+)


- Demam (-)
- Muntah (-)

O/

Keadaan Umum

: tampak sakit sedang

Kesadaran

: compos mentis

BB

: 6,2 kg

Nadi

: 98 x / menit

Napas

: 24 x /menit

Suhu

: 36,1 C

Mata

: mata tidak cekung

Abdomen: timpani, Bising Usus (+) normal


Pengobatan :
-

IVFD RL 10 tts/I mikro


Cefotaxime 300 mg/12 jam
Metronidazole 90 mg/8 jam
Zinc 1x 10 mg
Lacto B 2x1 sachet
Sanfuro syr 2x1 cth
Pct drop 3x 0,7 cc
Kalnex 50 mg/ 8 jam
Dexsamethasone 1mg/8 jam
Nistatin drop 4x 0,8 ml

Pendidikan :
10

Memberikan edukasi khususnya kepada keluarga mengenai faktor penyebab

Gastroentritis pada anak, dan penatalaksanaan awal yang tepat.


Memberikan edukasi tentang pola makan yang bergizi seimbang untuk

meningkatkan daya tahan tubuh serta memacu tumbuh kembang pasien.


Teruskan pemberian ASI sesuai keinginan anak.
Menjelaskan pentingnya hygiene dan sanitasi dalam pencegahan diare.

Konsultasi
Konsultasi dilakukan dengan spesialis penyakit anak untuk penatalaksanaan selanjutnya.
Rujukan
Saat ini pasien belum perlu dirujuk.

GASTROENTRITIS

1.1 Latar belakang

Penyakit gastroenteritis hingga kini masih merupakan salah satu penyakit utama pada
bayi dan anak di indonesia. Diperkirakan angka kesakitan berkisar diantara 150-430 / seribu
penduduk setahunnya. Dengan upaya yang sekarang telah dilaksanakan, angka kesakitan di
RS dapat ditekan menjadi < dari 3 %.
Penggunaan istilah diare sebenarnya lebih tepat dari pada gasteroentritis, karena
istilah yang disebut terakhir ini memberikan kesan seolah-olah penyakit ini hanya disebabkan
oleh infeksi dan walaupun disebabkan oleh infeksi, lambung jarang mengalami peradangan.
Hippocrates mendefinisikan diare sebagai pengeluaran tinja yang tidak normal dan
cair. Dibagian IKA FKUI / RSCM diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal /
bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Neonatus dinyatakan
diare bila frekuensi BAB sudah lebih dari 4 kali. Sedangkan untuk bayi berumur > 1 bulan
dan anak, bila frekuensi sudah > 3 kali.
11

Gastroenteritis akut merupakan salah satu penyebab umum kematian di dunia.


Gastroentritis ( GE ) adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang
memberikan gejala diare dengan atau tanpa disertai muntah.
2.2 Definisi
Gastroenteritis adalah radang dari lambung dan usus yang memberikan gejala diare
dengan atau tanpa disertai muntah ( muntah berak).Yang dimaksud dengan diare ialah
defekasi yang tidak normal, baik frekuensi maupun konsistensinya
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari
biasanya (normal 100 200 ml per jam tinja), dengan tinja berbentuk cairan atau setengah
cair (setengah padat), dapat pula disertai frekuensi defekasi yang meningkat (Mansjoer, Arif.,
et all. 1999).
Diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari ( WHO, 1980),
Gastroentritis ( GE ) adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang
memberikan gejala diare dengan atau tanpa disertai muntah (Sowden,et all.1996).
Gastroenteritis diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja
yang encer dengan frekuensi yang lebih banyak dari biasanya (FKUI,1965).
Gastroenteritis adalah inflamasi pada daerah lambung dan intestinal yang disebabkan
oleh bakteri yang bermacam-macam,virus dan parasit yang patogen (Whaley &
Wongs,1995).
Gastroenteritis adalah kondisi dengan karakteristik adanya muntah dan diare yang
disebabkan oleh infeksi,alergi atau keracunan zat makanan ( Marlenan Mayers,1995 ).
Jadi dari keempat pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa gastroenteritis
adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan
frekuensi lebih banyak dari biasanya yang disebabkan oleh bakteri,virus dan parasit yang
patogen.
2.3 Etiologi

12

A. Faktor infeksi
a. Infeksi internal : infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab
utama diare pada anak, meliputi infeksi internal sebagai berikut:
1. Infeksi bakteri : vibrio, ecoly, salmonella shigella, capylabactor, yersinia aoromonas
dan sebagainya.
2. Infeksi virus : entero virus (v.echo, coxsacria, poliomyelitis).
3. Infeksi parasit : cacing (ascaris, tricuris, oxyuris, srongyloidis, protozoa, jamur).
b. Infeksi parenteral : infeksi diluar alat pencernaan, seperti : OMA, tonsillitis,
bronkopnemonia, easefalitis, dan lainnya.
B. Faktor malabsorbsi :
a. Malabsorbsi karbohidrat.
b. Malabsorbsi lemak.
c. Malabsorbsi protein.
C. Faktor makanan, makanan basi atau beracun.
D. Faktor psikologis rasa takut dan cemas (Mansjoer arief, 2000).
1. Faktor Lingkungan : Kebersihan lingkungan tidak dapat diabaikan. Pada musim
penghujan, dimana air membawa sampah dan kotoran lainnya, dan juga pada waktu
kemarau dimana lalat tidak dapat dihindari apalagi disertai tiupan angin yang cukup
besar, sehingga penularan lebih mudah terjadi.
Persediaan air bersih kurang sehingga terpaksa menggunakan air seadanya, dan
terkadang lupa cuci tangan sebelum dan sesudah makan.
2. Perubahan udara : Perubahan udara sering menyebabkan seseorang merasakan tidak
enak dibagian perut, kembung, diare dan mengakibatkan rasa lemas, oleh karena
a.4

cairan tubuh yang terkuras habis.


Patofisiologi
Gastroenteritis bisa disebabkan oleh 4 hal, yaitu faktor infeksi (bakteri, virus,

parasit), faktor malabsorbsi dan faktor makanan dan faktor psikologis.


Diare karena infeksi seperti bakteri, berawal dari makanan atau minuman yang masuk
kedalam tubuh manusia. Bakteri tertelan masuk sampai lambung, yang kemudian bakteri
dibunuh oleh asan lambung. Namun jumlah bakteri terlalu banyak maka, ada yang
beberapa lolos sampai keduodenum dan

berkembang biak. Pada kebanyakan

kasus

gastroenteritis, organ tubuh yang diserang adalah usus. Didalam usus tersebut bakteri
akan memproduksi enzim yang akan mencairkan lapisan lendir yang menutupi permukaan
usus, sehingga bakteri dapat masuk kedalam membran epitel, dimembran ini bakteri
mengeluarkan toksik yang merangsang sekresi cairan-cairan usus dibagian cripta villi dan
menghambat absorbsi cairan. Sebagian akibat dari keadaan ini volume cairan didalam
lumen usus meningkat yang mengakibatkan dinding usus menggembung dan tegang
sebagian dinding usus akan mengadakan kontraksi sehingga terjadi hipermotilitas untuk

13

mengalirkan cairan diusus besar. Apabila jumlah cairan tersebut melebihi kapasitas
absorbsi usus maka akan terjadi diare.
Diare yang diakibatkan malabsorbsi makanan akan menyebabkan makanan atau zat
yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus
meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus. Isi rongga
usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul
diare.
Tertelannya makanan

yang beracun juga dapat menyebabkan diare karena akan

mengganggu motilitas usus. Iritasi mukosa usus mengakibatkan hiperperistaltik sehingga


terjadi berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehinggan timbul diare.
Sebaliknya jika peristaltik menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan,
selanjutnya timbul diare pula.
Adanya iritasi mukosa usus dan peningkatan volume cairan dirongga usus
menyebabkan klien mengeluh abdomen terasa sakit. Selain karena 2 hal itu, nyeri
abdomen atau kram timbul karena metabolisme karbohidrat oleh bakteri diusus yang
menghasilkan gas H2 dan C02 yang menimbulkan kembung dan flatus berlebihan.
Biasanya pada keadaan ini klien akan merasas mual bahkan muntah serta nafsu
makannya menurun. Karena terjadi ketidakseimbangan asam-basa dan elektrolit.
Bila keadaan ini terus berlanjut dan klien tidak mau makan maka, akan menimbulkan
gangguan nutrisi sehingga klien lemas. Kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan
akan menyebabkan klien terjatuh dalam keadaan dehidrasi. Yang ditandai dengan berat
badan menurun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun bisa jadi cekung (pada bayi),
selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering. Tubuh yang kehilangan cairan dan
elektrolit yang berlebihan membuat cairan ekstraseluler dan intraseluler menurun. Dimana
selain air, tubuh juga kehilangan Na, K dan Ion Karbonat. Bila keadaan ini berlanjut terus,
maka volume darah juga berkurang. Tubuh mengalami gangguan sirkulasi, perfusi
jaringan terganggu dan akhirnya dapat menyebabkan syok hipovolemik dengan gejala
denyut jantung meningkat, nadi cepat tapi kecil, tekanan darah menurun klien sangat
lemah kesadaran menurun.
Akibat lain dari kehilangan cairan ekstrasel dan intrasel yang berlebihan, tubuh akan
mengalami asidosis metabolik dimana klien akan tampak pucat dengan pernapasan yang
cepat dan dalam (pernapasan kussamul).
Faktor psikologis juga dapat menyebabkan diare. Karena faktor psikologis (stres,
marah, takut) dapat merangsang kelenjar adrenalin dibawah pengendalian

siste,

pernapasan simpatis untuk merangsang pengeluaran hormon yang kerjanya mengatur

14

metabolisme tubuh. Sehingga bila terjadi stres maka, metabolisme akan terjadi
peningkatan dalam bentuk peningkatan mortalitas usus.
(Ngastiah, 2005 ; Syaifuddin, 1999 ; Barbara C Long, 1999)
Patogenesis diare
Patogenesis diare akut
1. Mikroorganisme/ makanan dimasukkan ke dalam pencernaan.
2. Mikroorganisme tersebut berkembang biak setelah berhasil melewati abar asam
lambung.
3. Mikroorganisme membentuk toksin ( endotoksin )
4. Terjadinya rangsangan pada mukosa usus sehingga terjadi hiperperistaltik dan sekresi
cairan untuk membuang mikroorganisme tersebut, sehingga akibatnya diare.
Patogenesis diare kronik
1. Infeksi bakteri misalnya di E.coli patogen yang sudah resisten terhadap obat obat
yang ada Indonesia pada waktu ini. Tumbuh secara berlebihan dari bakteri non
patogen seperti pseudomonas, proteus, stafilokokus dan sebagainya.
2. Investasi parasit : terutama Entamoeba histolytica, kandida dan trikukis.
3. PCM : Pada penderita PCM didapatkan atrofi pada semua organ, termasuk atrofi
mukosa usus halus, mukosa lambung dan pankreas. Akibatnya akan tarjadi defisiensi
enzim-enzim yang dikeluarakan organ tersebut ( laktase, maltase, lipase dan
sebagainya ) yang menyebabkan makanan tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan
sempurna. Makanan tersebut akan menyebabkan tekanan koloid osmotik dalam lumen
usus meninggi dan menyebabkan diare osmotik. Selain itu juga akan menyebabkan
tumbuh berlebihan bakteri yang juga akan menambah beratnya malabsorbsi dan
infeksi.
Gangguan imunologik : defisiensi secretery IgA ( SigA ) akan menyebabkan
tubuh tidak mampu mengatasi infeksi dan investasi parasit dalam usus.
a.5 Pemeriksaan Penunjang
A. Pemeriksaan laboratorium.
1. Pemeriksaan tinja.
a. Makroskopis dan mikroskopis.
b. pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet dinistest,
bila diduga terdapat intoleransi gula.
c. Bila diperlukan, lakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.
2. Pemeriksaan Darah
a. pH darah dan cadangan dikali dan elektrolit (Natrium, Kalium, Kalsium dan
Fosfor) dalam serum untuk menentukan keseimbangan asama basa.
15

2.

b. Kadar ureum dan kreatmin untuk mengetahui faal ginjal.


Doudenal Intubation
Untuk mengatahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif,

terutama dilakukan pada penderita diare kronik.


3. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup,bila
memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau
astrup,bila memungkinkan.
4. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui pungsi ginjal.
B. pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau parasit
secara kuantitatif,terutama dilakukan pada penderita diare kronik.
a.6 Manifestasi Klinis
1. Mula-mula anak cengeng, gelisah, suhu badan meninggi, nafsu makan berkurang atau
tidak ada. Tinja cair dan mungkin mengadung darah atau lendir.
2. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare.
3. Bila penderita sudah banyak kehilangan cairan dan elektrolit maka timbul dehidrasi.
4. Diare yang berlangsung lama (berhari-hari atau berminggu-minggu) baik secara

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

menetap atau berulang ? panderita akan mengalami penurunan berat badan.


5. Berak kadang bercampur dengan darah.
6. Tinja yang berbuih.
7. Konsistensi tinja tampak berlendir.
8. Tinja dengan konsistensi encer bercampur dengan lemak.
9. Penderita merasakan sekit perut.
10. Rasa kembung.
11. Kadang-kadang demam
a.7 Komplikasi
Dehidrasi
Renjatan hipovolemik
Kejang
Bakterimia
Mal nutrisi
Hipoglikemia
Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.
a.8 Penatalaksanaan Medis
a. Pemberian cairan.
Rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan jenis diare akut dapat diberikan oralit.
Diberikan cairan ringer laktat, bila tak tersedia dapat diberikan cairan NaCl isotonic
ditambah 1 ampul Na Bikarbonat 7,5% 50ml
b. Diatetik : pemberian makanan dan minuman khusus pada penderita dengan tujuan
penyembuhan dan menjaga kesehatan adapun hal yang perlu diperhatikan yaitu :
memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein, vitamin, mineral dan
makanan yang bersih.
c. Obat-obatan antidiare
1. Obat anti motilitas dan sekresi usus

16

Loperamid (Imodium) : 4mg peroral (dosis awal), lalu tiap tinja cair

diberikan 2mg dengan dosis maksimal 16 mg perhari


Difenoksilat (lomotif) : 4x5mgv(2 tablet)
Kodein fosfat 15 60 mgtiap jam

2. Okteroid
3. Obat antidiare yang mengeraskan tinja dan absorbs zat toksik, yaitu campuran
kaolin dan morfin

17

Anda mungkin juga menyukai