GASTROENTRITIS
DENGAN
DEHIDRASI RINGAN-SEDANG
Presentan
dr. Rika Susanti
Pendamping
Dr. Yulfi Aneta
Borang Portofolio
Nama Peserta
Nama Wahana
RSUD Pariaman
Topik :
Tanggal Kasus :
10 Januari 2017
Nama Pasien :
Alif
Nomor RM : 108913
Tanggal Presentasi :
Haris
Januari
Pendamping :
Tempat Presentasi :
2017
Poli THT RSUD Pariaman
Objektif Presentasi :
Keilmuan
Keterampilan
Diagnostik
Manajemen
Neonatus
Deskripsi :
Bayi
Anak
Penyegaran
Tinjauan Pustaka
Istimewa
Masalah
Remaja
Dewasa
Lansia
Bumi
l
Pasien bayi laki-laki usia 4 bulan datang ke IGD RSUD Pariaman diantar
keluarga dengan keluhan BAB encer sejak 4 hari yang lalu sebelum masuk
Tujuan :
rumah sakit.
Mengidentifikasi penyebab, perjalanan penyakit, gejala, diagnosis dan tata
Bahan
Bahasan :
Cara
Dis
Membahas
kus
Data
Nama :
Alif Haris
Pasien
Nama Klinik : RSUD Pariaman
No. Reg:
Telp :
Pos
108913
Terdaftar
sejak
10
januari 2017
Data Utama untuk bahan diskusi :
1. Diagnosis / Gambaran Klinis :
- BAB encer sejak kurang lebih 4 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit,
frekuensi 4-5 kali sehari, jumlah +1/4 gelas perkali, konsistensi cair dan tidak
2
Kesadaran
: Compos Mentis
Nadi
: 92x/mnt
Nafas
: 32 x/mnt
Suhu
: 370C
BB
: Teraba hangat, tidak pucat, tidak ikterik, tidak sianosis, turgor kembali
lambat
Kepala
Mata
Hidung
Leher
Dada
Paru
Pa
:fremitus kiri=kanan
Pk
: sonor
Jantung
Pa
Pe
Abdomen I
: tidak membuncit
Pa
Pe
: timpani
Ekstremitas
Diagnosis Kerja
Pemeriksaan Penunjang :
Hb
: 10,5 gr/dl
Leukosit
:13,68 /mm3
Ht
: 29,8 %
Trombosit
: 338.000/mm3
Daftar Pustaka :
1. Sugianto S, 2002. Ilmu Penyakit Anak, Diagnosa dan Penatalaksanaan. Edi. Jakarta:
Salemba Medika, hlm: 73-91.
2. Depkes RI Ditjen Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan
Pemukiman, 1999. Buku Ajar Diare Pegangan Mahasiswa. Jakarta. Depkes RI
Ditjen PPM dan PLP, hlm 4-8.
4
3. Markum AH. Penyakit Radang Usus. Dalam: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak jilid
1. Ed 1. Jakrata: FKUI, 2002. 448-462.
4. Mansjoer dkk, 2002. Diare Akut. Dalam Kapita Selekta Kedokteran, jilid 2, Ed 3.
Jakarta: Media Aesculapius FKUI, hlm 470-478.
5. Staf Pengajar Ilmu kesehatan Anak FKUI, 2002. Diare pada Bayi dan Anak. Dalam
Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak, jilid 2. Jakarta: Percetakan Infomedika. Jakarta,
hlm 283-294.
6. Sub Bag Ilmu kesehatan Anak FK UNPAD, 2005. Diare Akut Dalam Buku
Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak, Edisi 3. Bandung, hal 271278
Hasil Pembelajaran :
1.
2.
3.
4.
BAB encer sejak kurang lebih 4 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit,
frekuensi 4-5 kali sehari, jumlah +1/4 gelas perkali, konsistensi cair dan tidak
Objektif :
Status Generalisata :
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang dan rewel
Kesadaran
: Compos Mentis
Nadi
: 92 x/mnt
Nafas
: 32 x/mnt
5
: 37 0C
Suhu
BB
Kulit
: Teraba hangat, tidak pucat, tidak ikterik, tidak sianosis, turgor kembali
lambat
Kepala
Mata
Mulut
Abdomen
: tidak membuncit
Pa
Pe
: timpani
Ekstremitas
Leukosit
: 13,68 /mm3
Assesment :
Gastroentritis dapat disebabkan oleh infeksi enteral oleh virus, bakteri, ataupun
parasit, malabsorbsi karbohidrat, lemak, dan protein, makanan basi, beracun, atau alergi
terhadap makanan tertentu, adanya imunodefisiensi, dan psikologis berupa rasa takut dan
cemas yang walaupun jarang tetapi dapat menimbulkan diare pada anak. Pada pasien ini
diare kemungkinan disebabkan oleh infeksi enteral oleh bakteri. Hal ini didukung oleh pola
demam yang niak turun dan adanya peningkatan leukosit pada pemeriksaaan laboratorium
darah.
Derajat dehidrasi menurut WHO:
1. Dehidrasi ringan: kehilangan cairan 4-5% berat badan atau sekitar 40-50 ml/kg BB.
2. Dehidrasi sedang: kehilangan cairan 6-9% berat badan atau sekitar 60-90 ml/kg BB.
3. Dehidrasi berat: kehilangan cairan lebih dari 10% berat badan atau sekitar 100-110
ml/kg BB.
Penilaian derajat dehidrasi ringan-sedang pada pasien ini ditetapkan berdasarkan
6
keadaan klinis pasien yaitu mata cekung, mukosa dan bibir kering, dan turgor kembali
lambat.
Penilaian derajat dehidrasi:
Penilaian
Lihatlah
A
keadaan Baik/sadar
umum
Mata
Air mata
Mulut/lidah
Haus
Periksalah
Normal
Ada
Basah
Minum biasa
turgor Kembali cepat
kulit
Kesimpulan
B
C
Gelisah atau lekas Lesu/ lunglai/ tidak
marah*
Cekung
Tidak ada
Kering
Haus*
Kembali lambat*
sadar
Sangat cekung
Kering
Sangat kering
Tidak mau minum*
Kembali
sangat
lambat
Tidak dehidrasi
Dehidrasi
ringan/sedang
(1
Rencana A
tanda lain)
Rencana B
Dehidrasi berat (1
tanda * + atau lebih
tanda lain)
Rencana C
Terapi rencana B diberikan apabila pasien jatuh pada keadaan dehidrasi ringansedang, dengan pemberian oralit atau cairan intravena sebanyak 75 cc/kg BB dalam 3-4
jam pertama dilanjutkan pemberian cairan yang sedang berlangsung sesuai umur seperti
diatas setiap kali buang air besar.
Terapi rencana C merupakan untuk pasien dengan dehidrasi berat dengan cairan RL
100 cc/kgBB. Cara pemberiannya:
-
Minum diberikan jika pasien sudah mau minum 5 cc/kgBB selama proses rehidrasi.
2. Pengobatan dietetic
Makanan harus terus ditingkatkan selama diare untuk menghindarkan efek buruk
pada status gizi
a. Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan
kurang dari 7 kg, jenis makanan:
Susu (ASI dan atau susu formula yang mengandung laktosa rendah
dan asam lemak tak jenuh)
Makanan setengah padat (bubur susu) atau makanan padat (nasi tim)
bila anak tidak mau minum susu.
Susu khusus yaitu susu yang tidak mengandung laktosa atau susu
dengan asam lemak berantai sedang/tak jenuh sesuai dengan
kelaiann yang ditemukan.
b.
Untuk anak di atas 1 tahun dengan berat badan lebih dari 7 kg,
jenis makanan: makanan padat ataumakanan cair atau susu sesuai dengan
kebiasaan makan di rumah.
3. Obat-obatan
a.
Pengobatan simptomatik
Parasetamol (anti piretik) dengan 10mg/kgBB/kali
Klorpromazin (anti emetic) 0,5-1 mg/kg BB/hr
b.
selama
hari,
atau
Kloramfenikol/tiamfenikol
Giardia,
Kriptosporidium
Metronidazol
30-50
Plan :
Diagnosis : Gastroentritis Dehidrasi Ringan-Sedang
Pengobatan :
-
Follow up
11 Januari 2017
S/
O/
Keadaan Umum
Kesadaran
: compos mentis
BB
: 6,2 kg
Nadi
: 98 x / menit
Napas
: 24 x /menit
Suhu
: 36,1 C
Mata
::-
:-
Trichuris trichiura
:-
Leukosit
: 0-2 /lpb
9
Eritrosit
: 2-4 /lbp
Pengobatan :
-
12 Januari 2017
S/
O/
Keadaan Umum
Kesadaran
: compos mentis
BB
: 6,2 kg
Nadi
: 98 x / menit
Napas
: 24 x /menit
Suhu
: 36,1 C
Mata
Pendidikan :
10
Konsultasi
Konsultasi dilakukan dengan spesialis penyakit anak untuk penatalaksanaan selanjutnya.
Rujukan
Saat ini pasien belum perlu dirujuk.
GASTROENTRITIS
Penyakit gastroenteritis hingga kini masih merupakan salah satu penyakit utama pada
bayi dan anak di indonesia. Diperkirakan angka kesakitan berkisar diantara 150-430 / seribu
penduduk setahunnya. Dengan upaya yang sekarang telah dilaksanakan, angka kesakitan di
RS dapat ditekan menjadi < dari 3 %.
Penggunaan istilah diare sebenarnya lebih tepat dari pada gasteroentritis, karena
istilah yang disebut terakhir ini memberikan kesan seolah-olah penyakit ini hanya disebabkan
oleh infeksi dan walaupun disebabkan oleh infeksi, lambung jarang mengalami peradangan.
Hippocrates mendefinisikan diare sebagai pengeluaran tinja yang tidak normal dan
cair. Dibagian IKA FKUI / RSCM diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal /
bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Neonatus dinyatakan
diare bila frekuensi BAB sudah lebih dari 4 kali. Sedangkan untuk bayi berumur > 1 bulan
dan anak, bila frekuensi sudah > 3 kali.
11
12
A. Faktor infeksi
a. Infeksi internal : infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab
utama diare pada anak, meliputi infeksi internal sebagai berikut:
1. Infeksi bakteri : vibrio, ecoly, salmonella shigella, capylabactor, yersinia aoromonas
dan sebagainya.
2. Infeksi virus : entero virus (v.echo, coxsacria, poliomyelitis).
3. Infeksi parasit : cacing (ascaris, tricuris, oxyuris, srongyloidis, protozoa, jamur).
b. Infeksi parenteral : infeksi diluar alat pencernaan, seperti : OMA, tonsillitis,
bronkopnemonia, easefalitis, dan lainnya.
B. Faktor malabsorbsi :
a. Malabsorbsi karbohidrat.
b. Malabsorbsi lemak.
c. Malabsorbsi protein.
C. Faktor makanan, makanan basi atau beracun.
D. Faktor psikologis rasa takut dan cemas (Mansjoer arief, 2000).
1. Faktor Lingkungan : Kebersihan lingkungan tidak dapat diabaikan. Pada musim
penghujan, dimana air membawa sampah dan kotoran lainnya, dan juga pada waktu
kemarau dimana lalat tidak dapat dihindari apalagi disertai tiupan angin yang cukup
besar, sehingga penularan lebih mudah terjadi.
Persediaan air bersih kurang sehingga terpaksa menggunakan air seadanya, dan
terkadang lupa cuci tangan sebelum dan sesudah makan.
2. Perubahan udara : Perubahan udara sering menyebabkan seseorang merasakan tidak
enak dibagian perut, kembung, diare dan mengakibatkan rasa lemas, oleh karena
a.4
kasus
gastroenteritis, organ tubuh yang diserang adalah usus. Didalam usus tersebut bakteri
akan memproduksi enzim yang akan mencairkan lapisan lendir yang menutupi permukaan
usus, sehingga bakteri dapat masuk kedalam membran epitel, dimembran ini bakteri
mengeluarkan toksik yang merangsang sekresi cairan-cairan usus dibagian cripta villi dan
menghambat absorbsi cairan. Sebagian akibat dari keadaan ini volume cairan didalam
lumen usus meningkat yang mengakibatkan dinding usus menggembung dan tegang
sebagian dinding usus akan mengadakan kontraksi sehingga terjadi hipermotilitas untuk
13
mengalirkan cairan diusus besar. Apabila jumlah cairan tersebut melebihi kapasitas
absorbsi usus maka akan terjadi diare.
Diare yang diakibatkan malabsorbsi makanan akan menyebabkan makanan atau zat
yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus
meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus. Isi rongga
usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul
diare.
Tertelannya makanan
siste,
14
metabolisme tubuh. Sehingga bila terjadi stres maka, metabolisme akan terjadi
peningkatan dalam bentuk peningkatan mortalitas usus.
(Ngastiah, 2005 ; Syaifuddin, 1999 ; Barbara C Long, 1999)
Patogenesis diare
Patogenesis diare akut
1. Mikroorganisme/ makanan dimasukkan ke dalam pencernaan.
2. Mikroorganisme tersebut berkembang biak setelah berhasil melewati abar asam
lambung.
3. Mikroorganisme membentuk toksin ( endotoksin )
4. Terjadinya rangsangan pada mukosa usus sehingga terjadi hiperperistaltik dan sekresi
cairan untuk membuang mikroorganisme tersebut, sehingga akibatnya diare.
Patogenesis diare kronik
1. Infeksi bakteri misalnya di E.coli patogen yang sudah resisten terhadap obat obat
yang ada Indonesia pada waktu ini. Tumbuh secara berlebihan dari bakteri non
patogen seperti pseudomonas, proteus, stafilokokus dan sebagainya.
2. Investasi parasit : terutama Entamoeba histolytica, kandida dan trikukis.
3. PCM : Pada penderita PCM didapatkan atrofi pada semua organ, termasuk atrofi
mukosa usus halus, mukosa lambung dan pankreas. Akibatnya akan tarjadi defisiensi
enzim-enzim yang dikeluarakan organ tersebut ( laktase, maltase, lipase dan
sebagainya ) yang menyebabkan makanan tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan
sempurna. Makanan tersebut akan menyebabkan tekanan koloid osmotik dalam lumen
usus meninggi dan menyebabkan diare osmotik. Selain itu juga akan menyebabkan
tumbuh berlebihan bakteri yang juga akan menambah beratnya malabsorbsi dan
infeksi.
Gangguan imunologik : defisiensi secretery IgA ( SigA ) akan menyebabkan
tubuh tidak mampu mengatasi infeksi dan investasi parasit dalam usus.
a.5 Pemeriksaan Penunjang
A. Pemeriksaan laboratorium.
1. Pemeriksaan tinja.
a. Makroskopis dan mikroskopis.
b. pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet dinistest,
bila diduga terdapat intoleransi gula.
c. Bila diperlukan, lakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.
2. Pemeriksaan Darah
a. pH darah dan cadangan dikali dan elektrolit (Natrium, Kalium, Kalsium dan
Fosfor) dalam serum untuk menentukan keseimbangan asama basa.
15
2.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
16
Loperamid (Imodium) : 4mg peroral (dosis awal), lalu tiap tinja cair
2. Okteroid
3. Obat antidiare yang mengeraskan tinja dan absorbs zat toksik, yaitu campuran
kaolin dan morfin
17