Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas kehendak-Nya penulis
dapat menyelesaikan makalah dengan judul LBP (Low Back Pain). Makalah ini dibuat
sebagai salah satu tugas dalam Kepaniteraan Ilmu Penyakit Saraf.
Mengingat pengetahuan dan pengalaman penulis serta waktu yang terserdia untuk
menyusun makalah ini terbatas, penulis masih sadar masih banyak kekurangan baik dari
segi isi, susunan bahasa maupun sistematika penulisannya. Untuk itu kritik dan sarat yang
bersifat membangun sangat penulis harapkan.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dr. Meity Baselar, Sp.S selaku
pembimbing Kepaniteraan Ilmu Penyakit Saraf di RS Bhayangkara Tk. II. Tidak lupa
penulis mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang juga turut membantu dalam
upaya penyelesaian makalah ini.
Akhir kata penulis berharap kiranya makalah ini dapat menjadi masukan yang
berguna dan bisa menjadi informasi bagi tenaga medis dan profesi lain yang terkait dengan
masalah kesehatan pada umumnya, dan khususnya tentang masalah LBP.

Hormat kami

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Nyeri punggung bawah atau low back pain (LBP) merupakan keluhan yang sering
kita dengar dari orang usia lanjut, namun tidak tertutup kemungkinan dialami oleh orang
usia muda. Low back pain merupakan salah satu gangguan muskuloskeletal yang
disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik. Low back pain dapat disebabkan oleh
berbagai penyakit musculoskeletal, gangguan psikologis dan mobilisasi yang salah.
Menurut Rakel, low back pain adalah nyeri yang berasal dari tulang belakang, otot,
saraf atau struktur lain pada daerah ersebut. Dengan demikian low back pain adalah
gangguan muskuloskeletal yang pada daerah punggung bawah yang disebabkan oleh
berbagai penyakit dan aktivitas tubuh yang kurang baik.
Sekitar tiga kwartal dari kasus kasus sakit akibat kerja berdasarkan The Labour
Force Survey (LFS) U.K adalah musculoskeletal disorders misalnya (anggota tubuh bagian
atas atau permasalahan punggung), stress, depresi atau gelisah. Prevalensi kasus
musculoskeletal disorders sebesar 1.144.000 dengan menyerang punggung sebesar 493.000
kasus, anggota tubuh bagian atas atau leher 426.000 kasus, dan anggota tubuh bagian
bawah 224.000 kasus.
Masalah nyeri punggung bawah yang timbul akibat duduk lama menjadi fenomena
yang sering terjadi saat ini. 60 % orang dewasa mengalami nyeri punggung bawah karena
masalah duduk yang terjadi pada mereka yang bekerja atau yang aktivitasnya lebih banyak
dilakukan dengan duduk. Duduk lama dengan posisi yang salah dapat menyebabkan otototot punggung menjadi tegang dan dapat merusak jaringan lunak sekitarnya. Bila keadaan
ini berlanjut, akan menyebabkan penekanan pada bantalan saraf tulang belakang yang
mengakibatkan hernia nukleus pulposus.
Menurut data Biro Statistik Departemen Tenaga Kerja Amerika (2001), pada periode
tahun 1996 1998 terdapat 4.390.000 kasus penyakit akibat kerja yang dilaporkan, 64 %
diantaranya adalah gangguan yang berhubungan dengan faktor resiko ergonomi. OSHA
(2000) menyatakan sekitar 34 % dari total hari kerja yang hilang karena cedera dan sakit
2

yang diakibatkan oleh Musculoskeletal Disorders (MSDs) sehingga memerlukan biaya


kompensasi sebesar 15 sampai 20 miliar dolar US.
Menurut journal medicine di Inggris, 180 juta waktu kerja terbuang akibat sakit
pinggang, yang disebabkan karena duduk di kursi dengan standar kelayakan yang tidak
cukup baik. Aryawan dan Darmadi (2000) mengatakan bahwa LBP merupakan keluhan
kesehatan nomor dua pada manusia setelah influenza.
Keluhan dan gangguan kesehatan terkait muskuloskeletal yang umumnya dijumpai
akibat mengemudi antara lain adalah nyeri pada leher, punggung, dan bahu; kejang;
tekanan dan sirkulasi darah yang buruk di daerah kaki dan bokong; segera setelah
mengemudi resiko cedera punggung bawah akibat mengangkat meningkat dan terjadi
degenerasi pada diskus spinal dan herniasi diskus.
Hasil studi Depkes tentang profil masalah kesehatan di Indonesia tahun 2005
menunjukkan bahwa sekitar 40,5 % penyakit yang diderita pekerja berhubungan dengan
pekerjaannya, gangguan kesehatan yang dialami pekerja, menurut studi yang dilakukan
tehadap 9.482 pekerja di 12 kabupaten/kota di Indonesia, umumnya berupa penyakit
musculoskeletal (16%), kardiovaskuler (8 %), gangguan syaraf (6 %), gangguan
pernapasan (3 %), dan gangguan THT (1,5 %).

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Vertebra


Tulang vertebrae merupakan struktur kompleks yang secara garis besar
terbagi atas 2 bagian. Bagian anterior tersusun atas korpus vertebra, diskus
intervertebralis (sebagai artikulasi), dan ditopang oleh ligametum longitudinale
anterior dan posterior. Sedangkan bagian posterior tersusun atas pedikel, lamina,
kanalis vertebralis, serta prosesus tranversus dan spinosus yang menjadi tempat
otot penyokong dan pelindung kolumna vertebrale. Bagian posterior vertebra
antara satu dan lain dihubungkan dengan sendi apofisial.

Gambar 1 Ruas Ruas Tulang Belakang

Gambar 2. Diskus Intervertebralis


a. Tulang belakang cervical; terdiri atas 7 tulang yang memiliki bentuk
tulang yang kecil dengan spina atau procesus spinosus (bagian seperti
sayap pada belakang tulang) yang pendek kecuali tulang ke-2 dan ke-7.
Tulang ini merupakan tulang yang mendukung bagian leher.
b. Tulang belakang thorax; terdiri atas 12 tulang yang juga dikenal sebagai
tulang dorsal. Procesus spinosus pada tulang ini terhubung dengan
tulang rusuk. Kemungkinan beberapa gerakan memutar dapat terjadi
pada tulang ini.
c. Tulang belakang lumbal; terdiri atas 5 tulang yang merupakan bagian
paling tegap konstruksinya dan menanggung beban terberat dari tulang
yang lainnya. Bagian ini memungkinkan gerakan fleksi dan ekstensi
tubuh, dan beberapa gerakan rotasi dengan derajat yang kecil.
d. Tulang sacrum; terdiri atas 5 tulang dimana tulang-tulangnya bergabung
dan tidak memiliki celah atau intervertebral disc satu sama lainnya.
Tulang ini menghubungkan antara bagian punggung dengan bagian
panggul.
e. Tulang belakang coccyx; terdiri atas 4 tulang yang juga tergabung tanpa
celah antara 1 dengan yang lainnya. Tulang coccyx dan sacrum
tergabung menjadi satu kesatuan dan membentuk tulang yang kuat. Pada

tulang belakang terdapat bantalan yaitu intervertebral disc yang terdapat


di sepanjang tulang belakang sebagai sambungan antar tulang dan
berfungsi melindungi jalinan tulang belakang.
Bagian luar dari bantalan ini terdiri dari annulusfibrosus yang terbuat
dari tulang rawan dan nucleus pulposus yang berbentuk seperti jeli dan
mengandung banyak air. Dengan adanya bantalan ini memungkinkan terjadinya
gerakan pada tulang belakang dan sebagai penahan jika terjadi tekanan pada
tulang belakang seperti dalam keadaan melompat.
Jika terjadi kerusakan pada bagian ini maka tulang dapat menekan syaraf
pada tulang belakang sehingga menimbulkan kesakitan pada punggung bagian
bawah dan kaki. Struktur tulang belakang ini harus dipertahankan dalam kondisi
yang baik agar tidak terjadi kerusakan yang dapat menyebabkan injuri/ cidera.
2.2 Nyeri
2.2.1

Definisi Nyeri
Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi tunggal

yang disebabkan oleh stimulus tertentu. Nyeri bersifat subjektif dan sangat
bersifat individual. Stimulus nyeri dapat berupa stimulus yang bersifat fisik
dan/atau mental, sedangkan kerusakan dapat terjadi pada jaringan aktual atau pada
fungsi ego seorang individu.
Nyeri

adalah

pengalaman

sensori

dan

emosional

yang

tidak

menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual maupun potensial.


Nyeri merupakan mekanisme fisiologis yang bertujuan untuk melindungi diri.
Nyeri merupakan tanda peringatan bahwa terjadi kerusakan jaringan, yang harus
menjadi pertimbangan utama keperawatan saat mengkaji nyeri.
2.2.2

Fisiologi Nyeri
Fisiologi nyeri terdiri atas 3 fase, yaitu resepsi, persepsi dan reaksi.

Stimulus penghasil nyeri mengirimkan impuls melalui serabut saraf perifer.


Serabut nyeri memasuki medula spinalis dan menjalani salah satu dari beberapa

rute saraf dan akhirnya sampai di dalam masa berwarna abu-abu di medula
spinalis. Pesan nyeri dapat berinteraksi dengan sel-sel inhibitor, mencegah
stimulus nyeri sehingga tidak mencapai otak atau ditransmisi tanpa hambatan ke
korteks serebral, maka otak menginterpretasi kualitas nyeri dan memproses
informasi tentang pengalaman dan pengetahuan yang lalu serta asosiasi
kebudayaan dalam upaya mempersepsikan nyeri.
a. Resepsi
Nyeri terjadi karena ada bagian/organ yang menerima stimulus nyeri
tersebut, yaitu reseptor nyeri (nosiseptor). Nosiseptor merupakan ujung-ujung
saraf yang bebas, tidak bermielin atau sedikit bermieln dari neuron aferen.
Nosiseptor tersebar luas pada kulit dan mukosa dan terdapat pada strukturstruktur yang lebih dalam seperti pada visera, persendian, dinding arteri, hati
dan kandung empedu.
Nosiseptor memberi respon terhadap stimuli yang membahayakan
seperti stimuli kimiawi, thermal, listrik atau mekanis. Spasme otot
menimbulkan nyeri karena menekan pembuluh darah yang menjadi anoksia.
Pembengkakan jaringan menjadi nyeri akibat tekanan (stimulus mekanis)
kepada nosiseptor yang menghubungkan jaringan.
Impuls saraf, yang dihasilkan oleh stimulus nyeri, menyebar
disepanjang saraf perifer dan mengkonduksi stimulus nyeri: serabut A-Delta
bermielin dan cepat dan serabut C yang tidak bermielinasi dan berukuran
sangat kecil serta lambat. Serabut A mengirim sensasi yang tajam, terlokalisasi
dan jelas yang melokalisasi sumber nyeri dan mendeteksi intensitas nyeri.
Serabut C menyampaikan impuls yang terlokalisasi buruk, viseral dan terus
menerus.
Transmisi stimulus nyeri berlanjut di sepanjang serabut saraf aferen
dan berakhir di bagian kornu dorsalis medula spinalis. Di dalam kornu
dorsalis,

neurotransmiter

seperti

substansi

dilepaskan,

sehingga

menyebabkan suatu transmisi sinapsis dari saraf perifer (sensori) ke saraf


traktus spinotalamus, yang memungkinkan impuls nyeri ditransmisikan lebih
jauh ke dalam sistem saraf pusat. Di traktus ini juga terdapat serabut-serabut

saraf yang berakhir di otak tengah, yang menstimulasi daerah tersebut untuk
mengirim stimulus kembali ke bawah kornu dorsalis di medula spinalis.
Setelah impuls nyeri naik ke medula spinalis, informasi ditransmisikan
dengan cepat ke otak, termasuk pembentukan retikular, sistem limbik,
talamus, dan korteks sensori dan korteks asosiasi. Seiring dengan transmisi
stimulus nyeri, tubuh mampu menyesuaikan diri atau memvariasikan resepsi
nyeri. Terdapat serabut saraf di traktus spinotalamus yang berakhir di otak
tengah, menstimulasi daerah tersebut untuk mengirim stimulus kembali ke
bawah kornu dorsalis di medula spinalis. Serabut ini disebut sistem nyeri
desenden, yang bekerja dengan melepaskan neuroregulator yang menghambat
transmisi stimulus nyeri.
Impuls nyeri kemudian ditransmisikan dengan cepat ke pusat yang
lebih tinggi di otak, talamus dan otak tengah. Dari talamus, serabut
mentransmisikan pesan nyeri ke berbagai area otak, termasuk korteks sensori
dan korteks asosiasi (di kedua lobus parietalis), lobus frontalis dan sistem
limbik. Di dalam sistem limbik diyakini terdapat sel-sel yang mengontrol
emosi, khususnya untuk ansietas. Dengan demikian, sistem limbik berperan
aktif dalam memproses reaksi emosi terhadap nyeri.
b. Persepsi
Persepsi merupakan titik kesadaran seseorang terhadap nyeri. Stimulus
nyeri ditransmisikan ke talamus dan otak tengah. Dari talamus, serabut
mentransmisikan pesan nyeri ke berbagai area otak (Paice, 1991 dalam Potter
& Pery 2005). Setelah transmisi saraf berakhir di dalam pusat otak yang lebih
tinggi, maka individu akan mempersepsikan sensasi nyeri dan terjadilah reaksi
yang kompleks. Faktor-faktor psikologis dan kognitif berinteraksi dengan
faktor-faktor neurofisiologis dalam mempersepsikan nyeri. Meinhart dan
McCaffery menjelaskan 3 sistem interaksi persepsi nyeri sebagai sensoridiskriminatif, motivasi-afektif dan kognitif-evaluatif. Persepsi menyadarkan
individu dan mengartikan nyeri itu sehingga kemudian individu dapat
bereaksi.

c. Reaksi
Reaksi terhadap nyeri merupakan respons fisiologis dan perilaku yang
terjadi setelah mempersepsikan nyeri. Reaksi terhadap nyeri meliputi beberapa
respon antara lain:
.1 Respon Fisiologis
Nyeri dengan intensitas yang ringan hingga sedang dan nyeri yang
superfisial akan menimbulkan reaksi flight or fight, yang merupakan
sindrom adaptasi umum. Stimulasi pada cabang simpatis pada sistem saraf
otonom menghasilkan respon fisiologis dan sistem saraf parasimpatis akan
menghasilkan suatu aksi.
.2 Respon Perilaku
Gerakan tubuh yang khas dan ekspresi wajah yang mengindikasikan
nyeri meliputi menggeretakkan gigi, memegang bagian tubuh yang terasa
nyeri, postur tubuh membengkok, dan ekspresi wajah yang menyeringai.
Seorang klien mungkin menangis atau mengaduh, gelisah atau sering
memanggil perawat. Namun kurangnya ekspresi tidak selalu berarti bahwa
klien tidak mengalami nyeri.
Nyeri dapat memiliki sifat yang mendominasi, yang mengganggu
kemampuan individu berhubungan dengan oarang lain dan merawat diri
sendiri.
Meinhart dan McCaffery mendeskripsikan 3 fase pengalaman nyeri,
yaitu:
.2.1

Antisipasi terhadap nyeri memungkinkan individu untuk belajar


tentang nyeri dan upaya untuk menghilangkannya

.2.2

Sensasi nyeri terjadi ketika merasakan nyeri. Individu bereaksi


terhadap

nyeri

dengan

cara

yang

berbeda-beda,

tergantung

toleransinya
.2.3

Toleransi bergantung pada sikap, motivasi dan nilai yang diyakini


seseorang. Fase akibat terjadi ketika nyeri berkurang atau berhenti.
Klien mungkin masih memerlukan perhatian perawat. Jika klien
mengalami serangkaian episode nyeri yang berulang, maka respon
akibat dapat menjadi masalah kesehatan yang berat. Perawat

membantu klien memperoleh kontrol dan harga diri untuk


meminimalkan rasa takut akan kemungkinan pengalaman nyeri.
.3 Low Back Pain
.3.1
Definisi Low Back Pain
Low Back Pain adalah nyeri pada daerah punggung bawah yang berkaitan
dengan masalah vertebra lumbar, diskus intervertebralis, ligamentum diantara
tulang belakang dengan diskus, medula spinalis, dan saraf otot punggung bawah,
organ internal pada pelvis dan abdomen atau kulit yang menutupi area lumbar.

Sedangkan menurut Kravitz, Low Back Pain mengacu pada nyeri di daerah
lumbosakral tulang belakang meliputi jarak dari vertebra lumbal pertama ke
tulang vertebra sacral pertama. Ini adalah area tulang belakang dimana bentuk
kurva lordotic. Yang paling sering menyebabkan nyeri pinggang adalah di segmen
lumbal 4 dan 5.
Low Back Pain dapat dibagi dalam 6 jenis nyeri, yaitu:
a. Nyeri punggung lokal
Jenis ini paling sering ditemukan. Biasanya terdapat di garis tengah
dengan radiasi ke kanan dan ke kiri. Nyeri ini dapat berasal dari

bagian-bagian di bawahnya seperti fasia, otot-otot paraspinal,


korpus vertebra, sendi dan ligamen.
b. Iritasi pada radiks
Rasa nyeri dapat berganti-ganti dengan parestesi dan dirasakan pada
dermatom yang bersangkutan pada salah satu sisi badan. Kadangkadang dapat disertai hilangnya perasaan atau gangguan fungsi
motoris. Iritasi dapat disebabkan oleh proses desak ruang pada
foramen vertebra atau di dalam kanalis vertebralis.
c. Nyeri rujukan somatis
Iritasi serabut-serabut sensoris dipermukaan dapat dirasakan lebih
dalam pada dermatom yang bersangkutan. Sebaliknya iritasi di
bagian-bagian dalam dapat dirasakan di bagian lebih superfisial.
d. Nyeri rujukan viserosomatis
Adanya gangguan pada alat-alat retroperitonium, intraabdomen atau
dalam ruangan panggul dapat dirasakan di daerah pinggang.
e. Nyeri karena iskemia
Rasa nyeri ini dirasakan seperti rasa nyeri pada klaudikasio
intermitens yang dapat dirasakan di pinggang bawah, di gluteus atau
menjalar ke paha. Dapat disebabkan oleh penyumbatan pada
percabangan aorta atau pada arteri iliaka komunis.
f. Nyeri psikogen
Rasa nyeri yang tidak wajar dan tidak sesuai dengan distribusi saraf
dan dermatom dengan reaksi wajah yang sering berlebihan.
Low Back Pain berdasarkan sumber :
a. Low Back Pain Spondilogenik
Nyeri yang disebabkan karena kelainan vertebrata, sendi, dan
jaringan lunaknya. Antara lain spondilosis, osteoma, osteoporosis,
dan nyeri punggung miofasial.
b. Low Back Pain Viserogenik

Nyeri yang disebabkan karena kelainan pada organ dalam,


misalnya kelainan ginjal, kelainan ginekologik, dan tumor
retroperitoneal
c.

Low Back Pain Vaskulogenik


Nyeri yang disebabkan karena kelainan pembuluh darah, misalnya
anerisma, dan gangguan peredaran darah.

d. Low Back Pain Psikogenik


Nyeri yang disebabkan karena gangguan psikis seperti neurosis,
ansietas, dan depresi. Nyeri ini tidak menghasilkan definisi yang
jelas, juga tidak menimbulkan gangguan anatomi dari akar saraf
atau saraf tepi. Nyeri ini superficial tetapi dapat juga dirasakan
pada bagian dalam secara nyata atau tidak nyata, radikuler maupun
non radikuler, berat atau ringan. Lama keluhan tidak mempunyai
pola yang jelas, dapat dirasakan sebentar ataupun bertahun tahun.
(PERDOSSI)
2.3.2 Etiologi
Etiologi low back pain dapat berupa :
a. Proses degeneratif, seperi spondilosis, HNP, stenosis spinalis, dan
osteoartritis. Perubahan pada vertebrata lumbosakral dapat terjadi pada
arkus dan prosesus artikularis serta ligamen yang menguhubungkan
antar ruas tulang belakang. Perubahan degeneratif juga dapat menyerang
anulus fibrosus dari diskus intervertebralis.
b. Penyakit inflamasi, seperti rheumatoid artritis yang sering timbul
sebagain penyakit akut dengan ciri persendian keempat anggota gerak
terkena secara serentak atau spondilitis ankilopoetika dengan keluhan
sakit punggung dan pinggang yang sifatnya pegal, kaku
c. Osteoporosis, pada orang tua dan jompo terutama menyerang kaum
wanita. Sakit bersifat pegal, tajam dan radikuler
d. Kelainan kongenital, yang diperlihatkan foto rontgen polos dari vertebra
lumbosakralis sering dianggap sebagai penyebab LBP.dan dapat
menyerupai HNP.

e. Gangguan sirkulasi, seperti aneurisma aorta abdominalis dapat


menyebabkan LBP yang hebat. Gangguan sirkulasi lain seperti trombosis
aorta terminalis, dengan gejala nyeri yang menjalar sampai bokong,
belakang paha dan tungkai kedua sisi
f. Tumor, dapat berupa tumor jinak seperti osteoma, Pagets disease,
osteoblastoma, hemangioma, neurioma, meningioma, atau tumor ganas
seperti mieloma multipel, maupun sekunder
g. Infeksi akut, yang disebkam oleh kuman piogenik seperti streptococcus
atau staphylococcus, atau infeksi kronik seperti spondilitis tuberkulosis
dan osteomielitis
h. Psikoneuritik, seperti histeria, depresi, malingering
2.3.3 Faktor Resiko
a. Umur
Nyeri pinggang merupakan keluhan yang berkaitan erat dengan umur.
Secara teori, nyeri pinggang atau nyeri punggung bawah dapat dialami
oleh siapa saja, pada umur berapa saja. Namun demikian keluhan ini
jarang dijumpai pada kelompok umur 0-10 tahun, hal ini mungkin
berhubungan dengan beberapa faktor etiologik tertentu yag lebih sering
dijumpai pada umur yang lebih tua. Biasanya nyeri ini mulai dirasakan
pada mereka yang berumur dekade kedua dan insiden tertinggi dijumpai
pada dekade kelima.Bahkan keluhan nyeri pinggang ini semakin lama
semakin meningkat hingga umur sekitar 55 tahun.
b. Jenis Kelamin
Laki-laki dan perempuan memiliki risiko yang sama terhadap keluhan
nyeri pinggang sampai umur 60 tahun, namun pada kenyataannya jenis
kelamin seseorang dapat mempengaruhi timbulnya keluhan nyeri
pinggang, karena pada wanita keluhan ini lebih sering terjadi misalnya
pada saat mengalami siklus menstruasi, selain itu proses menopause
juga dapat menyebabkan kepadatan tulang berkurang akibat penurunan
hormon estrogen sehingga memungkinkan terjadinya nyeri pinggang.
c. Indeks Masa Tubuh (IMT)

10

Pada orang yang memiliki berat badan yang berlebih risiko timbulnya
nyeri pinggang lebih besar, karena beban pada sendi penumpu berat
badan akan meningkat, sehingga dapat memungkinkan terjadinya nyeri
pinggang. Tinggi badan berkaitan dengan panjangnya sumbu tubuh
sebagai lengan beban anterior maupun lengan posterior untuk
mengangkat beban tubuh.
d. Pekerjaan
Keluhan nyeri ini juga berkaitan erat dengan aktivitas mengangkat
beban berat, sehingga riwayat pekerjaan sangat diperlukan dalam
penelusuran penyebab serta penanggulangan keluhan ini. Pada
pekerjaan tertentu, misalnya seorang kuli pasar yang biasanya memikul
beban di pundaknya setiap hari. Mengangkat beban berat lebih dari 25
kg sehari akan memperbesar risiko timbulnya keluhan nyeri pinggang.
e. Aktivitas / Olahraga
Sikap tubuh yang salah merupakan penyebab nyeri pinggang yang
sering tidak disadari oleh penderitanya. Terutama sikap tubuh yang
menjadi kebiasaan. Kebiasaan seseorang, seperti duduk, berdiri, tidur,
mengangkat beban pada posisi yang salah dapat menimbulkan nyeri
pinggang, misalnya, pada pekerja kantoran yang terbiasa duduk dengan
posisi punggung yang tidak tertopang pada kursi, atau seorang
mahasiswa yang seringkali membungkukkan punggungnya pada waktu
menulis.
Posisi berdiri yang salah yaitu berdiri dengan membungkuk atau
menekuk ke muka. Posisi tidur yang salah seperti tidur pada kasur yang
tidak menopang spinal. Kasur yang diletakkan di atas lantai lebih baik
daripada tempat tidur yang bagian tengahnya lentur. Posisi mengangkat
beban dari posisi berdiri langsung membungkuk mengambil beban
merupakan posisi yang salah, seharusnya beban tersebut diangkat
setelah jongkok terlebih dahulu.
Selain sikap tubuh yang salah yang seringkali menjadi kebiasaan,
beberapa aktivitas berat seperti melakukan aktivitas dengan posisi
berdiri lebih dari 1 jam dalam sehari, melakukan aktivitas dengan posisi

11

duduk yang monoton lebih dari 2 jam dalam sehari, naik turun anak
tangga lebih dari 10 anak tangga dalam sehari, berjalan lebih dari 3,2
km dalam sehari dapat pula meningkatkan risiko timbulnya nyeri
pinggang.
f. Posisi Tubuh
Posisi lumbar yang berisiko menyebabkan terjadinya nyeri punggung
bawah ialah fleksi ke depan, rotasi, dan mengangkat beban yang berat
dengan tangan yang terbentang. Beban aksial pada jangka pendek
ditahan oleh serat kolagen annular di diskus. Beban aksial yang lebih
lama akan memberi tekanan pada fibrosis annular dan meningkatkan
tekanan pada lempeng ujung. Jika annulus dan lempeng ujung utuh,
maka beban dapat ditahan. Akan tetapi , daya kompresi dari otot dan
beban muatan dapat meingkatkan tekanan intradiskus yang melebihi
kekuatan annulus, sehingga menyebabkan robeknya annulus dan
gangguan diskus.
2.3.4 Patogenesis
Ada beberapa mekanisme yang telah diajukan mengenai proses
perkembangan

nyeri

punggung

dan kelumpuhan

yang

bisa

digunakan

untukmenentukan apakah proses patologis yang terlihat pada gambaran radiologis


berhubungan dengan gejala yang dialami pasien. Nyeri pada bagian manapun
memerlukan perlepasan dari agen-agen inflamasi yang menstimulasi reseptor
nyeri dan menyebabkan sensasi nyeri pada jaringan, tulang belakang merupakan
struktur yang unik karena memiliki banyak jaringan di sekitarnya yang dapat
memicu nyeri. Inflamasi pada sendi tulang belakang, intervertebral diskus,
ligamen dan otot, meninges dan akar saraf dapat menyebabkan nyeri pada
punggung bawah. Jaringan-jaringan ini memberikan respon terhadap nyeri dengan
melepaskan beberapa agen kimia seperti bradikinin, prostalglandin dan leukotrin.
Agen-agen kimia ini mengaktifkan ujung saraf dan menyebabkan impuls
yang menjalar ke korda spinalis. Saraf-saraf nosiseptif yang teraktivasi akan
melepaskan neuropeptida, dimana yang paling banyak adalah substansi P.
Neuropeptida ini bekerja pada pembuluh darah, menyebabkan ekstravasasi, dan

12

menstimulasi sel mast untuk melepas histamin dan melebarkan pembuluh darah.
Sel mast juga melepaskan leukotrin dan agen-agen inflamasi lainnya yang
menarik leukosit dan monosit. Proses tersebut menghasilkan gejala-gejala
inflamasi seperti pembengkakan jaringan, kongesti vaskular, dan stimulasi ujungujung saraf bebas.
Impuls nyeri tersebut dihasilkan oleh jaringan tulang belakang yang
mengalami inflamasi. Korda spinalis dan otak memiliki mekanisme khusus dalam
memodifikasi nyeri yang berasal dari daerah jaringan spinal. Di korda spinalis,
impuls nyeri terkonversi pada neuron yang juga menjadi reseptor sensoris. Hal ini
menyebabkan perubahan derajat sensasi nyeri yang ditransmisikan ke otak melalui
proses yang disebut gate control system. Impuls nyeri selanjutnya akan masuk ke
proses yang kompleks dan berlangsung pada berbagai tingakatan sistem saraf
pusat. Otak akan mengeluarkan substansi kimiawi yang merespon nyeri yang
disebut endorfin. Endorfin merupakan analgesik alami yang dapat menghambat
respon terhadap nyeri melalui serotonorgic pathway.
2.3.5 Klasifikasi Low Back Pain
a. LBP akut
Nyeri akut yang berpangkal pada tulang, yaitu : metastasis vertebra,
osteoporosis,osteomyelitis vertebra, fraktur.
Nyeri akut yang berpangkal pada otot dan atau syaraf, yaitu :
syndroma nyeri myofacial,nyeri radikuler tanpa kelainan spinal, HNP
b. LBP kronis
Nyeri Nosiseptif somatis, misal : peoses degeneratif pada spina dan
atau diskus, spondilolisthesis, syndroma nyeri myofacial
Nyeri Nosiseptif viseral, misal : nyeri rujukan dari organ pelvis,
rongga retroperitoneal,kandung empedu, kelenjar pangkreas.
Nyeri neuropatik, misal : spinal stenosis, neoplasma (tumor)
Nyeri Psikogenik, misal : histeris, depresi
Failed Low Back Syndrome
Nyeri berkepanjangan pasca terapi, secara khusus diartikan sebagai
nyeri berkepanjangan pasca bedah atau komplikasi pembedahan
13

Non cancer chronic back syndrome


Nyeri yang disebabkan oleh sebab organik yang berkaitan dengan
kesan nyeri yang abnormal (Ehrlich.,2003)

2.3.6 Gejala Klinis


Gejala klinis yang utama pada LBP adalah nyeri. Nyeri punggung bawah
dapat bersifat sementara atau menetap dan lokal atau menjalar. Nyeri juga dapat
bersifat dangkal atau dalam. Hal ini bergantung pada penyebab dan jenis nyeri.
Terdapat berbagai jenis nyeri punggung:
a. Nyeri lokal, terjadi di area tertentu di punggung bagian bawah, nyeri jenis
ini paling sering terjadi. Penyebabnya biasa karena terkilir atau keseleo
atau cedera lainnya.Nyeri biasanya menetap,atau terkadang hilang
timbul.Nyeri lokal dapat berkurang atau bertambah dengan perubahan
posisi. Punggung bawah dapat sakit saat dipegang, dapat terjadi spasme
otot.
b. Nyeri yang menjalar, nyeri bersifat tumpul dan terasa menjalar
daripunggung bawah ke tungkai. Nyeri dapat diikuti dengan nyeri tajam,
biasanya hanya mengenai satu sisi tungkai daripada seluruh tungkai.
c. Nyeri dapat terasa sampai ke kaki atau hanya sampai lutut. Nyeri yang
menjalar biasanya menandakan adanya penekanan pangkal saraf,
misalnya karena HNP, osteoartritis atau stenosis tulang belakang. Batuk,
bersin, mengedan atau membungkuk sambil menjaga kaki agar tetap lurus
dapat memicu munculnya nyeri. Jika terdapat penekanan berat pada
pangkal saraf, atau jika korda spinalis tertekan, maka akan timbul rasa
seperti ditusuk jarum, atau bahkan mati rasa dan hilangnya fungsi
pengendalian berkemih dan pencernaan (inkontinensia).
d. Referred pain, nyeri dirasakan pada lokasi berbeda dari lokasi penyebab
nyeri sebenarnya. Misalnya, pada pasien dengan serangan jantung, nyeri
dirasakan pada lengan kiri. Nyeri jenis ini pada punggung bawah
cenderung bersifat sakit dan dalam, dan sulit untuk menentukan lokasi
asal nyeri. Pergerakan tidak memperberat nyeri tersebut

14

2.3.7 Diagnosis
a. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara terarah dan terbimbing. Ditanyakan hal
sebagai berikut:

Letak atau lokasi nyeri

Penyebaran nyeri

Sifat nyeri

Pengaruh aktifitas

Pengaruh posisi dan anggota tubuh

Riwayat trauma

Onset waktunya

Riwayat berobat

Riwayat proses keganasan

Riwayat trauma

b. Pemeriksaan Fisik
b.1

Pemeriksaan Umum

Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi

Tanda-tanda Vital

b.2

Pemeriksaan Neurologis

N. Cranialis

Meningeal Sign

Refleks fisiologis dan patologis

Motorik

Sensorik

Khusus:
Lasegue Test
Patrick
Kontra Patrick
Gaenslens
15

Thomas test
c. Pemeriksaan penunjang
Alat diagnostik mencakup:
c.1

X-ray: Khususnya foto polos daerah lumbosakral AP dan lateral.

c.2

CT scan: Menangkap penampang gambar cakram tulang dan tulang

belakang,dapat digunakan untuk memeriksa herniated disc atau spinal


stenosis
c.3

Myelogram. Memungkinkan identifikasi masalah dalam tulang

belakang, sumsum tulang belakang dan akar saraf. Suntikan pewarna


kontras menerangi tulang belakang sebelum x-ray atau CT-scan
c.4

MRI scan. Menampilkan rinci penampang komponen tulang

belakang. Berguna untuk menilai masalah dengan cakram lumbar dan akar
saraf, serta mengesampingkan penyebab nyeri punggung bawah seperti
infeksi tulang belakang atau tumor. Biasanya spesialis tulang belakang
akan memiliki gambaran yang baik dari penyebab nyeri pasien dari gejalagejala pasien dan pemeriksaan fisik, dan akan menggunakan tes diagnostik
di atas untuk mengkonfirmasi dan mengklarifikasi diagnosis dan / atau
untuk menyingkirkan kemungkinan penyebab lain dari gejala-gejala
pasien.
2.3.8 Diagnosis Banding
Diagnosa banding LPB, diantaranya :
a. Cedera tendon achilles
b. Nyeri coccygeal
c. Kompresi lumbal akibat fraktur
d. Penyakit degeneratif diskus intervertebralis
e. Spondylosis lumbal
f. Spondylolisthesis
2.3.9 Penatalaksanaan
Jika penyebab spesifik terjadinya nyeri punggung bawah dapat
diketahui, maka perlu diatasi penyebab tersebut. Tidak ada pengobatan yang

16

spesifik untuk penyebab nyeri muskuloskeletal.Tetapi terdapat beberapa


tindakan yang dapat membantu,biasanya tindakan ini juga dapat digunakan
untuk mengatasi nyeri akibat penekanan tulang belakang tindakan ini
meliputi: perbaiki aktifitas,menggunakan obat pereda nyeri, kompres dingin
pada daerah nyeri,dan olahraga.
Untuk nyeri punggung bawah yang baru terjadi,penanganan dimulai
dengan

mencegah

aktivitas

yang

memberi

stressor

pada

tulang

belakang,misalnya mengangkat benda berat dan membungkuk.


Penggunaan Acetaminophen terkadang dianjurkan untuk mengatasi
nyeri.Jika terdapat peradangan maka dapat digunakan obat NSAID yang
dapat mengatasi nyeri dan peradangan. Jika keduanya tidak dapatmengatasi
nyeri yang ada,maka dapat digunakan obat golongan Opioid.
Pemakaian relaksan otot seperti cyclobenzaprine, diazepam, atau
methocarbamol, terkadang diperlukan untuk mengatasi spasme otot, tapi
kegunaannya sendiri masih kontroversial. Obat obat ini tidak danjurkan oleh
orang tua,karena lebih sering memberi efek samping.
2.3.10 Pencegahan
Cara yang paling efektif untuk mencegah nyeri punggung bawah adalah
dengan olahraga secara teratur. Latihan aerobik dan olahraga untuk
meregangkan dan mengencangkan otot sangat membantu. Aerobik,
berenang, dan berjalan, memperbaiki kebugaran tubuh secara menyeluruh
dan juga memperkuat otot otot. Latihan tertentu dapat meregangkan dan
memperkuat otot-otot perut, bokong, dan punggung sehingga dapat
menstabilkan tulang punggung. Pada beberapa orang, latihan peregangan
dapat menambah nyeri punggung,untuk itu latihan perlu dilakukan secara
hatihati. Secara umum,olahraga yang menimbulkan atau menambah nyeri
harus dihentikan.
2.3.11 Edukasi
a. Waktu berdiri

17

Bila berdiri dalam waktu lama, selingi dengan periode duduk


sebentar
Bila mengambil sesuatu di tanah, jangan membungkuk, tetapi
menekuk lutut terlebih dahulu
Waktu berjalan, berjalan dengan posisi tegak rileks dan jangan
tergesa-gesa
b. Waktu duduk
Kursi jangan terlalu tinggi sehingga bila duduk, kaki dapat
sepenuhnya merapat ke lantai
Bila duduk seluruh punggung menempel atau bersandar pada kursi
c. Waktu tidur
Tidur dengan punggung mendatar, alas tidur sebaiknya yang keras
d. Waktu bangun tidur
Saat akan bangun tidur dengan cara melipat kedua kaki terlebih
dahulu, kemudian badan dimiringkan dan kedua kak terlebih dahulu
turun dari tempat tidur kemudian diikuti badan.
2.3.12 Prognosis
Prognosis LBP baik pada tipe mekanik. Setelah 1 bulan pengobatan, 35%
pasien dilaporkan membaik, dan 85% pasien membaik setelah 3 bulan.
Dilaporkan tingkat kekumatan LBP mencapai 62% pada tahun pertama.
Setelah 2 tahun, 80% pasien setidaknya mengalami satu kali kekumatan.

18

Referensi :
https://www.academia.edu/9440382/BAB_2_referat_RM
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/48269/3/Chapter%20II.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24616/4/Chapter%20II.pdf

19

Anda mungkin juga menyukai