Puji syukur atas rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas kehendak-Nya penulis
dapat menyelesaikan makalah dengan judul LBP (Low Back Pain). Makalah ini dibuat
sebagai salah satu tugas dalam Kepaniteraan Ilmu Penyakit Saraf.
Mengingat pengetahuan dan pengalaman penulis serta waktu yang terserdia untuk
menyusun makalah ini terbatas, penulis masih sadar masih banyak kekurangan baik dari
segi isi, susunan bahasa maupun sistematika penulisannya. Untuk itu kritik dan sarat yang
bersifat membangun sangat penulis harapkan.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dr. Meity Baselar, Sp.S selaku
pembimbing Kepaniteraan Ilmu Penyakit Saraf di RS Bhayangkara Tk. II. Tidak lupa
penulis mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang juga turut membantu dalam
upaya penyelesaian makalah ini.
Akhir kata penulis berharap kiranya makalah ini dapat menjadi masukan yang
berguna dan bisa menjadi informasi bagi tenaga medis dan profesi lain yang terkait dengan
masalah kesehatan pada umumnya, dan khususnya tentang masalah LBP.
Hormat kami
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Nyeri punggung bawah atau low back pain (LBP) merupakan keluhan yang sering
kita dengar dari orang usia lanjut, namun tidak tertutup kemungkinan dialami oleh orang
usia muda. Low back pain merupakan salah satu gangguan muskuloskeletal yang
disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik. Low back pain dapat disebabkan oleh
berbagai penyakit musculoskeletal, gangguan psikologis dan mobilisasi yang salah.
Menurut Rakel, low back pain adalah nyeri yang berasal dari tulang belakang, otot,
saraf atau struktur lain pada daerah ersebut. Dengan demikian low back pain adalah
gangguan muskuloskeletal yang pada daerah punggung bawah yang disebabkan oleh
berbagai penyakit dan aktivitas tubuh yang kurang baik.
Sekitar tiga kwartal dari kasus kasus sakit akibat kerja berdasarkan The Labour
Force Survey (LFS) U.K adalah musculoskeletal disorders misalnya (anggota tubuh bagian
atas atau permasalahan punggung), stress, depresi atau gelisah. Prevalensi kasus
musculoskeletal disorders sebesar 1.144.000 dengan menyerang punggung sebesar 493.000
kasus, anggota tubuh bagian atas atau leher 426.000 kasus, dan anggota tubuh bagian
bawah 224.000 kasus.
Masalah nyeri punggung bawah yang timbul akibat duduk lama menjadi fenomena
yang sering terjadi saat ini. 60 % orang dewasa mengalami nyeri punggung bawah karena
masalah duduk yang terjadi pada mereka yang bekerja atau yang aktivitasnya lebih banyak
dilakukan dengan duduk. Duduk lama dengan posisi yang salah dapat menyebabkan otototot punggung menjadi tegang dan dapat merusak jaringan lunak sekitarnya. Bila keadaan
ini berlanjut, akan menyebabkan penekanan pada bantalan saraf tulang belakang yang
mengakibatkan hernia nukleus pulposus.
Menurut data Biro Statistik Departemen Tenaga Kerja Amerika (2001), pada periode
tahun 1996 1998 terdapat 4.390.000 kasus penyakit akibat kerja yang dilaporkan, 64 %
diantaranya adalah gangguan yang berhubungan dengan faktor resiko ergonomi. OSHA
(2000) menyatakan sekitar 34 % dari total hari kerja yang hilang karena cedera dan sakit
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Nyeri
Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi tunggal
yang disebabkan oleh stimulus tertentu. Nyeri bersifat subjektif dan sangat
bersifat individual. Stimulus nyeri dapat berupa stimulus yang bersifat fisik
dan/atau mental, sedangkan kerusakan dapat terjadi pada jaringan aktual atau pada
fungsi ego seorang individu.
Nyeri
adalah
pengalaman
sensori
dan
emosional
yang
tidak
Fisiologi Nyeri
Fisiologi nyeri terdiri atas 3 fase, yaitu resepsi, persepsi dan reaksi.
rute saraf dan akhirnya sampai di dalam masa berwarna abu-abu di medula
spinalis. Pesan nyeri dapat berinteraksi dengan sel-sel inhibitor, mencegah
stimulus nyeri sehingga tidak mencapai otak atau ditransmisi tanpa hambatan ke
korteks serebral, maka otak menginterpretasi kualitas nyeri dan memproses
informasi tentang pengalaman dan pengetahuan yang lalu serta asosiasi
kebudayaan dalam upaya mempersepsikan nyeri.
a. Resepsi
Nyeri terjadi karena ada bagian/organ yang menerima stimulus nyeri
tersebut, yaitu reseptor nyeri (nosiseptor). Nosiseptor merupakan ujung-ujung
saraf yang bebas, tidak bermielin atau sedikit bermieln dari neuron aferen.
Nosiseptor tersebar luas pada kulit dan mukosa dan terdapat pada strukturstruktur yang lebih dalam seperti pada visera, persendian, dinding arteri, hati
dan kandung empedu.
Nosiseptor memberi respon terhadap stimuli yang membahayakan
seperti stimuli kimiawi, thermal, listrik atau mekanis. Spasme otot
menimbulkan nyeri karena menekan pembuluh darah yang menjadi anoksia.
Pembengkakan jaringan menjadi nyeri akibat tekanan (stimulus mekanis)
kepada nosiseptor yang menghubungkan jaringan.
Impuls saraf, yang dihasilkan oleh stimulus nyeri, menyebar
disepanjang saraf perifer dan mengkonduksi stimulus nyeri: serabut A-Delta
bermielin dan cepat dan serabut C yang tidak bermielinasi dan berukuran
sangat kecil serta lambat. Serabut A mengirim sensasi yang tajam, terlokalisasi
dan jelas yang melokalisasi sumber nyeri dan mendeteksi intensitas nyeri.
Serabut C menyampaikan impuls yang terlokalisasi buruk, viseral dan terus
menerus.
Transmisi stimulus nyeri berlanjut di sepanjang serabut saraf aferen
dan berakhir di bagian kornu dorsalis medula spinalis. Di dalam kornu
dorsalis,
neurotransmiter
seperti
substansi
dilepaskan,
sehingga
saraf yang berakhir di otak tengah, yang menstimulasi daerah tersebut untuk
mengirim stimulus kembali ke bawah kornu dorsalis di medula spinalis.
Setelah impuls nyeri naik ke medula spinalis, informasi ditransmisikan
dengan cepat ke otak, termasuk pembentukan retikular, sistem limbik,
talamus, dan korteks sensori dan korteks asosiasi. Seiring dengan transmisi
stimulus nyeri, tubuh mampu menyesuaikan diri atau memvariasikan resepsi
nyeri. Terdapat serabut saraf di traktus spinotalamus yang berakhir di otak
tengah, menstimulasi daerah tersebut untuk mengirim stimulus kembali ke
bawah kornu dorsalis di medula spinalis. Serabut ini disebut sistem nyeri
desenden, yang bekerja dengan melepaskan neuroregulator yang menghambat
transmisi stimulus nyeri.
Impuls nyeri kemudian ditransmisikan dengan cepat ke pusat yang
lebih tinggi di otak, talamus dan otak tengah. Dari talamus, serabut
mentransmisikan pesan nyeri ke berbagai area otak, termasuk korteks sensori
dan korteks asosiasi (di kedua lobus parietalis), lobus frontalis dan sistem
limbik. Di dalam sistem limbik diyakini terdapat sel-sel yang mengontrol
emosi, khususnya untuk ansietas. Dengan demikian, sistem limbik berperan
aktif dalam memproses reaksi emosi terhadap nyeri.
b. Persepsi
Persepsi merupakan titik kesadaran seseorang terhadap nyeri. Stimulus
nyeri ditransmisikan ke talamus dan otak tengah. Dari talamus, serabut
mentransmisikan pesan nyeri ke berbagai area otak (Paice, 1991 dalam Potter
& Pery 2005). Setelah transmisi saraf berakhir di dalam pusat otak yang lebih
tinggi, maka individu akan mempersepsikan sensasi nyeri dan terjadilah reaksi
yang kompleks. Faktor-faktor psikologis dan kognitif berinteraksi dengan
faktor-faktor neurofisiologis dalam mempersepsikan nyeri. Meinhart dan
McCaffery menjelaskan 3 sistem interaksi persepsi nyeri sebagai sensoridiskriminatif, motivasi-afektif dan kognitif-evaluatif. Persepsi menyadarkan
individu dan mengartikan nyeri itu sehingga kemudian individu dapat
bereaksi.
c. Reaksi
Reaksi terhadap nyeri merupakan respons fisiologis dan perilaku yang
terjadi setelah mempersepsikan nyeri. Reaksi terhadap nyeri meliputi beberapa
respon antara lain:
.1 Respon Fisiologis
Nyeri dengan intensitas yang ringan hingga sedang dan nyeri yang
superfisial akan menimbulkan reaksi flight or fight, yang merupakan
sindrom adaptasi umum. Stimulasi pada cabang simpatis pada sistem saraf
otonom menghasilkan respon fisiologis dan sistem saraf parasimpatis akan
menghasilkan suatu aksi.
.2 Respon Perilaku
Gerakan tubuh yang khas dan ekspresi wajah yang mengindikasikan
nyeri meliputi menggeretakkan gigi, memegang bagian tubuh yang terasa
nyeri, postur tubuh membengkok, dan ekspresi wajah yang menyeringai.
Seorang klien mungkin menangis atau mengaduh, gelisah atau sering
memanggil perawat. Namun kurangnya ekspresi tidak selalu berarti bahwa
klien tidak mengalami nyeri.
Nyeri dapat memiliki sifat yang mendominasi, yang mengganggu
kemampuan individu berhubungan dengan oarang lain dan merawat diri
sendiri.
Meinhart dan McCaffery mendeskripsikan 3 fase pengalaman nyeri,
yaitu:
.2.1
.2.2
nyeri
dengan
cara
yang
berbeda-beda,
tergantung
toleransinya
.2.3
Sedangkan menurut Kravitz, Low Back Pain mengacu pada nyeri di daerah
lumbosakral tulang belakang meliputi jarak dari vertebra lumbal pertama ke
tulang vertebra sacral pertama. Ini adalah area tulang belakang dimana bentuk
kurva lordotic. Yang paling sering menyebabkan nyeri pinggang adalah di segmen
lumbal 4 dan 5.
Low Back Pain dapat dibagi dalam 6 jenis nyeri, yaitu:
a. Nyeri punggung lokal
Jenis ini paling sering ditemukan. Biasanya terdapat di garis tengah
dengan radiasi ke kanan dan ke kiri. Nyeri ini dapat berasal dari
10
Pada orang yang memiliki berat badan yang berlebih risiko timbulnya
nyeri pinggang lebih besar, karena beban pada sendi penumpu berat
badan akan meningkat, sehingga dapat memungkinkan terjadinya nyeri
pinggang. Tinggi badan berkaitan dengan panjangnya sumbu tubuh
sebagai lengan beban anterior maupun lengan posterior untuk
mengangkat beban tubuh.
d. Pekerjaan
Keluhan nyeri ini juga berkaitan erat dengan aktivitas mengangkat
beban berat, sehingga riwayat pekerjaan sangat diperlukan dalam
penelusuran penyebab serta penanggulangan keluhan ini. Pada
pekerjaan tertentu, misalnya seorang kuli pasar yang biasanya memikul
beban di pundaknya setiap hari. Mengangkat beban berat lebih dari 25
kg sehari akan memperbesar risiko timbulnya keluhan nyeri pinggang.
e. Aktivitas / Olahraga
Sikap tubuh yang salah merupakan penyebab nyeri pinggang yang
sering tidak disadari oleh penderitanya. Terutama sikap tubuh yang
menjadi kebiasaan. Kebiasaan seseorang, seperti duduk, berdiri, tidur,
mengangkat beban pada posisi yang salah dapat menimbulkan nyeri
pinggang, misalnya, pada pekerja kantoran yang terbiasa duduk dengan
posisi punggung yang tidak tertopang pada kursi, atau seorang
mahasiswa yang seringkali membungkukkan punggungnya pada waktu
menulis.
Posisi berdiri yang salah yaitu berdiri dengan membungkuk atau
menekuk ke muka. Posisi tidur yang salah seperti tidur pada kasur yang
tidak menopang spinal. Kasur yang diletakkan di atas lantai lebih baik
daripada tempat tidur yang bagian tengahnya lentur. Posisi mengangkat
beban dari posisi berdiri langsung membungkuk mengambil beban
merupakan posisi yang salah, seharusnya beban tersebut diangkat
setelah jongkok terlebih dahulu.
Selain sikap tubuh yang salah yang seringkali menjadi kebiasaan,
beberapa aktivitas berat seperti melakukan aktivitas dengan posisi
berdiri lebih dari 1 jam dalam sehari, melakukan aktivitas dengan posisi
11
duduk yang monoton lebih dari 2 jam dalam sehari, naik turun anak
tangga lebih dari 10 anak tangga dalam sehari, berjalan lebih dari 3,2
km dalam sehari dapat pula meningkatkan risiko timbulnya nyeri
pinggang.
f. Posisi Tubuh
Posisi lumbar yang berisiko menyebabkan terjadinya nyeri punggung
bawah ialah fleksi ke depan, rotasi, dan mengangkat beban yang berat
dengan tangan yang terbentang. Beban aksial pada jangka pendek
ditahan oleh serat kolagen annular di diskus. Beban aksial yang lebih
lama akan memberi tekanan pada fibrosis annular dan meningkatkan
tekanan pada lempeng ujung. Jika annulus dan lempeng ujung utuh,
maka beban dapat ditahan. Akan tetapi , daya kompresi dari otot dan
beban muatan dapat meingkatkan tekanan intradiskus yang melebihi
kekuatan annulus, sehingga menyebabkan robeknya annulus dan
gangguan diskus.
2.3.4 Patogenesis
Ada beberapa mekanisme yang telah diajukan mengenai proses
perkembangan
nyeri
punggung
dan kelumpuhan
yang
bisa
digunakan
12
menstimulasi sel mast untuk melepas histamin dan melebarkan pembuluh darah.
Sel mast juga melepaskan leukotrin dan agen-agen inflamasi lainnya yang
menarik leukosit dan monosit. Proses tersebut menghasilkan gejala-gejala
inflamasi seperti pembengkakan jaringan, kongesti vaskular, dan stimulasi ujungujung saraf bebas.
Impuls nyeri tersebut dihasilkan oleh jaringan tulang belakang yang
mengalami inflamasi. Korda spinalis dan otak memiliki mekanisme khusus dalam
memodifikasi nyeri yang berasal dari daerah jaringan spinal. Di korda spinalis,
impuls nyeri terkonversi pada neuron yang juga menjadi reseptor sensoris. Hal ini
menyebabkan perubahan derajat sensasi nyeri yang ditransmisikan ke otak melalui
proses yang disebut gate control system. Impuls nyeri selanjutnya akan masuk ke
proses yang kompleks dan berlangsung pada berbagai tingakatan sistem saraf
pusat. Otak akan mengeluarkan substansi kimiawi yang merespon nyeri yang
disebut endorfin. Endorfin merupakan analgesik alami yang dapat menghambat
respon terhadap nyeri melalui serotonorgic pathway.
2.3.5 Klasifikasi Low Back Pain
a. LBP akut
Nyeri akut yang berpangkal pada tulang, yaitu : metastasis vertebra,
osteoporosis,osteomyelitis vertebra, fraktur.
Nyeri akut yang berpangkal pada otot dan atau syaraf, yaitu :
syndroma nyeri myofacial,nyeri radikuler tanpa kelainan spinal, HNP
b. LBP kronis
Nyeri Nosiseptif somatis, misal : peoses degeneratif pada spina dan
atau diskus, spondilolisthesis, syndroma nyeri myofacial
Nyeri Nosiseptif viseral, misal : nyeri rujukan dari organ pelvis,
rongga retroperitoneal,kandung empedu, kelenjar pangkreas.
Nyeri neuropatik, misal : spinal stenosis, neoplasma (tumor)
Nyeri Psikogenik, misal : histeris, depresi
Failed Low Back Syndrome
Nyeri berkepanjangan pasca terapi, secara khusus diartikan sebagai
nyeri berkepanjangan pasca bedah atau komplikasi pembedahan
13
14
2.3.7 Diagnosis
a. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara terarah dan terbimbing. Ditanyakan hal
sebagai berikut:
Penyebaran nyeri
Sifat nyeri
Pengaruh aktifitas
Riwayat trauma
Onset waktunya
Riwayat berobat
Riwayat trauma
b. Pemeriksaan Fisik
b.1
Pemeriksaan Umum
Tanda-tanda Vital
b.2
Pemeriksaan Neurologis
N. Cranialis
Meningeal Sign
Motorik
Sensorik
Khusus:
Lasegue Test
Patrick
Kontra Patrick
Gaenslens
15
Thomas test
c. Pemeriksaan penunjang
Alat diagnostik mencakup:
c.1
c.2
belakang. Berguna untuk menilai masalah dengan cakram lumbar dan akar
saraf, serta mengesampingkan penyebab nyeri punggung bawah seperti
infeksi tulang belakang atau tumor. Biasanya spesialis tulang belakang
akan memiliki gambaran yang baik dari penyebab nyeri pasien dari gejalagejala pasien dan pemeriksaan fisik, dan akan menggunakan tes diagnostik
di atas untuk mengkonfirmasi dan mengklarifikasi diagnosis dan / atau
untuk menyingkirkan kemungkinan penyebab lain dari gejala-gejala
pasien.
2.3.8 Diagnosis Banding
Diagnosa banding LPB, diantaranya :
a. Cedera tendon achilles
b. Nyeri coccygeal
c. Kompresi lumbal akibat fraktur
d. Penyakit degeneratif diskus intervertebralis
e. Spondylosis lumbal
f. Spondylolisthesis
2.3.9 Penatalaksanaan
Jika penyebab spesifik terjadinya nyeri punggung bawah dapat
diketahui, maka perlu diatasi penyebab tersebut. Tidak ada pengobatan yang
16
mencegah
aktivitas
yang
memberi
stressor
pada
tulang
17
18
Referensi :
https://www.academia.edu/9440382/BAB_2_referat_RM
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/48269/3/Chapter%20II.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24616/4/Chapter%20II.pdf
19