Anda di halaman 1dari 25

1

BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Berdasarkan kegiatan pada DKK I, kita mendapat perkuliahan baru mengenai sistem
respirasi manusia. Perbedaan tekanan parsial untuk O2 dan CO2 menekankan bahwa hal
tersebut merupakan kunci bagi terjadinya pergerakan gas dan bahwa O 2 mengalir turun dari
udara luar melalui alveoli dan darah ke dalam jaringan, sedangkan CO 2 mengalir turun dari
jaringan ke alveoli. Pernakah kita berfikir berapa tekanan O 2 yang kita hirup sehari-hari
dengan tekanan CO2 yang kita keluarkan sehari-hari ? Oleh karena itu kami menjadikannya
sebagai topik diskusi kami dalam DKK I dan DKK II yang hasilnya dituangkan dalam
laporan ini. Dalam laporan ini akan diuraikan mengenai bagiamana mekanisme difusi gas
atau transpor gas antara paru-paru dan jaringan itu terjadi, bagian-bagian apa saja yang
terlibat disertai fungsinya masing-masing. Hal yang berkaitan erat dengan sistem respirasi
kali ini akan membahas tentang mekanisme difusi gas atau transpor gas antara paru-paru dan
jaringan.
TUJUAN
Kami berharap semoga laporan yang telah kami susun dapat bermanfaat bagi
mahasiswa pada khususnya dan orang lain pada umumnya agar dapat mengetahui secara
detail mengenai difusi gas atau transpor gas antara paru-paru dan jaringan. Sehingga kita
dapat mengetahui secara menyeluruh berapa besar tekanan serta perbedaannya antara O 2 yang
kita hirup sehari-hari dengan CO2 yang kita hembuskan sehari-hari sehingga kita dapat
mengetahui cara serta kerja O2 dan CO2 dalam tubuh, dengan demikian pekerjaan bernafas
yang kita lakukan sehari-hari menjadi suatu anugerah yang memiliki makna yang sangat
berati dalam kehidupan kita.

BAB II
PEMBAHASAN
Skenario
Pasien Sianosis
Seorang dokter muda bernama Dani sedang menjalankan tugas jaga di bangsal anak, Ia
mengamati seorang bayi yang baru lahir tadi pagi dalam keadaan prematur. Dilihatnya
kondisi bayi sesak napas, bibir dan ujung-ujung tangan dan kaki sang bayi tersebut tampak
mengalami sianosis. Dokter yang merawat pasien tersebut mengatakan bahwa pasien tersebut
mengalami gangguan difusi. Dani berusaha memahami maksud sang dokter dengan mencari
mekanisme difusi sehingga bias menimbulkan sianosis.
Step 1 Identifikasi Istilah
1. Sianosis ialah
Keadaan dimana terjadi insufisiensi (tidak cukup) oksigen Hb.
Warna kebiruan pada kulit dan sel lendir akibat pengangkutan jumlah absolute Hb
tereduksi (Hb tidak berikatan
O2 jaringan paru karena tekanan O2
Dari bahasa yunani kyanos artinya biru, kebiruan pada kulit membrane mukosa
dikarenakan banyak Hb yang tidak berikatan dengan O2 dengan kapiler pembuluh darah.
Disklorasi kebiruan di kulit dan membran mukosa akibat konsentrasi dcoxy Hb
berlebihan dalam darah.
2. Sesak napas ialah
Keadaan sulit bernafas karena gangguan tertentu pada bagian saluran pernafasan.
Penyumbatan, penyempitan atau penebalan pada dinding alveoli sehingga terganggunya
difusi antara O2 , CO2 dan kapiler darah menjadi kesulitan bernafas.
3. Difusi ialah
Perpindahan gas melalui membran semi permeabel dari tekanan parsial tinggi ke
rendah.
Gerakan spontan molekul atau partikel dalam larutan untuk mencapai kadar yang sama
di seluruh pelarut dan tidak memerlukan energi + disebabkan gerakan arah suhu.
Gerkan molekul-molekul secara acak yang menjalin jalan ke seluruh arah melalui
membran pernafasan dan cairan yang berdekatan.
4. Prematur ialah
Pre = sebelum dan matur = matang.
Belum cukup waktu.

Step 2 Identifikasi Masalah

1. Mengapa pada bayi premature terjadi gangguan difusi ?


2. Bagaimana gangguan difusi dapat menyebabkan sianosis ?
3. Mekanisme difusi ?
4. Faktor-faktor yang menghambat dan mempengaruhi difusi ?
5. Penyebab sianosis?
6. Prinsip-prinsip dasar difusi ?
7. Sebutkan lapisan pada membran pernafasan ?
8. Rantai respirasi normal ?
9. Komponen dasar rantai respiratorik ?
10. Mekanisme transport O2 dan CO2 ?
11. Jenis-jenis difusi ?
12. Bagaimana efek rasio ventelasi perfusi terhadap konsentrasi gas alveolar ?

Step 3 Brainstorming
1. Terjadi gangguan difusi :

Karena kurangnya surfaktan.

Karena Hb < 5 g/100 mmHg.

Karena pada bayi premature alveolus belum terbentuk secara sempurna, sehingga
difusi tidak sempurna.

2. Gangguan difusi dapat menyebabkan sianosis :

O2 dan CO2 , gangguan difusi O2 diikat Hb , terjadi penumpukan CO2 di membrane


pernafasan.

Gangguan difusi menyebabkan pertukaran O2 dan CO2 antara kapiler darah terganggu
dan pembuluh darah terganggu juga. Sehingga Hb yang mengikat O2 pada pangkal
saja sedangkan ujungnya tidak mendapat O2.

3. Mekanisme difusi :

O2 masuk ke pembuluh darah paru, tekanan alveoli meningkat, CO 2 keluar tekanan


kapiler meningkat.

Tekanan O2 di vena 40 mmHg sejumlah O2 di keluarkan dari darah setelah melalui


jaringan perifer.

Difusi tekanan O2 darah meninggalkan paru di pertahankan.

Tekanan O2 di arteri 95 mmHg

PO2 cairan intertisial 40 mmHg, O2 intrasel 23

mmHg terjadi karena O2 selalu di pakai di dalam sel maka PO 2 lebih besar dari pada
tekanan intrasel terjadi difusi.

Akhir vena dari kapiler PO2 40 mmHg terjadi tekanan O2 kapiler

hampir sama

dengan intertisial karena berdifusi cepat.

Difusi terjadi karena gradient yang disebabkan karena perbedaan tekanan parsial suatu
membran semi permeabel, O2 berpindah dari alveoli (104 mmHg) ke kapiler darah (40
mmHg) sehingga PO2 di alveoli dan kapiler menjadi 104 mmHg.

4. Faktor penghambat dan mempengaruhi difusi :


Dalam cairan :

Daya larut gas dalam cairan.

Luas penampang cairan.

Suhu cairan.

Jarak yang dilalui gas dalam difusi.

Berat molekul

Dalam membran :

Ketebalan membran.

Tekanan parsial.

Koefisien difusi.

Luas permukaan.

Penghambat :

Penumpukan surfaktan.

Penyempitan bronkus dan pembuluh darah.

5. Penyebab sianosis :

Infusiensi oksigen Hb (yang berikatan dengan O2)

Gangguan difusi terjadi karena O2 tidak sampai di sel-sel jaringan, serta dikarenakan
konsentrasi Hb tidak normal.

6. Prinsip-prinsip dasar difusi ada 3 yaitu :

Perbedaan tekanan tinggi ke rendah.

Perbedaan konsentrasi tinggi ke rendah.

Kecepatan difusi berbanding lurus dengan tekanan parsial gas.

7. Terdapat 6 lapisan penyusun membran pernafasan :

Lapisan cairan yang melapisi alveolus dan bensi surfaktan yang mengurangi tekanan
permukaan cairan alveolus.

Epitel alveolus yaitu epitel pipih selapis.

Membran basalis epitel

Ruang intertisial tipis antara epitel alveolus dan membran basalis epitel.

Membran basalis kapiler yang pada beberapa tempat bersatu dengan membran
basalis epitel.

Membran endotel kapiler.

8. Masuk dalam LO
9. Komponen dasar rantai respiratorik :

NADH

Q oksidoreduktase (kompleks), NADH tempat electron di pindahkan dari

NADH

koenzim Q

Sitokrom C oksidase (kompleks IV) menuntaskan rantai (memindahkan elektron ke

sitokrom C oksidoreduktase (kompleks III) ke sitokrom C.

O2 dan tereduksi menjadi H2O)

Suksinat Q reduktase (kompleks V) menyalurkan efek ke Q.

10. Mekanisme transport O2 :

Dalam darah O2 diangkut dari paru ke jaringan melalui 2 jalan secara fisik larut dalam
plasma ,secara kimiawi berikatan dengan Hb sebagai oksihemoglobin (HbO2).

Mekanisme transport CO2 :

CO2 diangkut dari jaringan dengan 3 cara :


1. 10 % larut dalam plasma.
2. 20 % berikatan dengan gugus amino pada Hb dalam sel darah merah.

3. 70 % dalam bentuk bikarbonat plasma.


11. Jenis jenis difusi :
1. Difusi antar molekul.
2. Difusi netto gas.
3. Difusi membrane permeabel.
Penjelasan :
1. Molekul terus bergerak menjadi berbenturan menghasilkan energi meningkat
sehingga memudahkan difusi.
2. Konsentrasi tinggi menjadi rendah.
12. Masuk dalam LO

Step 4 Strukturisasi Konsep

Pertukaran Gas

M. Difusi

M. Transpor

Gangguan

M. Perfusi

R. respirasi normal

Sianosis

Ket : M = Mekanisme
R = Rantai

Step 5 Learning Objective


Kami dituntut untuk mampu mengetahui dan menjelaskan hal-hal sebagai berikut :

1. Mekanisme sianosis.
2. Mekanisme difusi.
3. Mekanisme transport O2 dan CO2.
4. Rantai respirasi normal.
5. Mekanisme perfusi dalam jaringan.
Step 6 Belajar Mandiri
Pada tahap ini, kami melakukan proses belajar mandiri (self study) untuk persiapan dkk 2
dan pleno.
Step 7 Sintesis
Definisi, Gejala, & Jenis Sianosis
Sianosis menurut kamus Dorland edisi 29 adalah diskolorasi kebiruan pada darah
yang disebabkan oleh sejumlah besar hemoglobin yang tidak berikatan dengan oksigen secara
maksimum.
Gejala yang umum ditemukan pada seseorang yang menderita sianosis adalah
kebiruan pada ujung jari, bibir, telinga, dan lidah. Selain itu, biasanya juga disertai dengan
sakit kepala dan sesak nafas.
Jenis-jenis dari sianosis juga beragam. Berbagai klasifikasi sianosis juga dapat dibagi,
seperti sianosis pulmonal dan lainnya. Tetapi, secara garis besar, sianosis dapat
diklasifikasikan menjadi 2 macam, yakni sianosis sentral dan sianosis peripheral.
-

Sianosis sentral : berhubungan dengan pernafasan, paling mudah diketahui di


wajah, bibir, cuping telinga, dan lidah bawah.

Sianosis peripheral : disebabkan oleh insufisiensi jantung dan tersumbatnya


pembuluh darah. Selain itu, hal ini disebabkan vasokontraksi karena pengaruh
temperatur dingin.

MEKANISME SIANOSIS

Gangguan difusi terjadi O2 sulit masuk ke membran repiratori O2 sedikit yang


berikatan dengan Hb padahal jaringan membutuhkan O2 untuk diikat Hb

Cuma bagian

proksimal yang dapat Hb (O2), di distal Cuma terdapat Hb yang tidak mengandung O2.
Sianosis diketahui apabila arteri darah yang mengandung O2 mencapai 5 gr/100ml,
sedangkan normalnya 15 gr/100ml, absolut Hb tereduksi meningkat.
MEKANISME DIFUSI
Istilah pernafasan, yang lazim digunakan, mencakup 2 proses; pernafasan luar
(eksterna) dan pernafasan dalam (interna). Pernafasan luar yaitu penyerapan O2 dan
pengeluaran CO2 dari tubuh secara keseluruhan, sedangkan pernafasan dalam yaitu
penggunaan O2 dan pembentukan Co2 oleh sel-sel serta pertukaran gas antara sel-sel tubuh
dengan media cair sekitarnya. Perbedaan tekanan parsial antara O 2 dan CO2 juga sangat
berpengaruh ini menekankan bahwa hal tersebut merupakan kunci bagi terjadinya pergerakan
gas dan bahwa O2 mengalir turun dari udara luar melalui alveoli dan darah ke dalam
jaringan. Sedangkan CO2 mengalir turun dari jaringan ke dalam alveoli. Walaupun
demikian, jumlah kedua gas yang diangkut ke dan dari jaringan akan sangat tidak adekuat
bila sekitar 99% O2 yang larut di dalam darah tidak terikat pada protein pembawa O 2
hemoglobindan bila sekitar 94,5% CO2 yang larut dalam darah tidak mengalami serangkaian
reaksi kimia

reversible yang mengubah CO2 menjadi senyawa lain. Dengan demikian,

adanya hemoglobin akan meningkatkan kemampuan pengangkutan O2 oleh darah sebanyak


70 kali, dan pengubahan CO2 meningkatkan kandungan CO2 dalam darah sebanyak 17 kali.
Pada fisiologi pernapasan, banyak sekali campuran gas gas terutama oksigen, nitrogen, dan
karbondioksida. Kecepatan difusi masing masing gas ini berbanding langsung dengan
tekanan yang disebabkan oleh gas itu sendiri, yang disebut tekanan parsial gas. Adapun di
dalam hukum Dalton terdapat tekanan parsial gas:
Hukum Dalton : Tekanan Parsial Gas
Setiap gas dalam campuran gas memiliki tekanannya masing-masing tanpa
dipengaruhi gas lain yang ada dalam campuran gas itu yang disebut tekanan parsial (Px).
Tekanan parsial itu ditentukan oleh pukulan konstan molekul-molekul gas pada suatu
permukaan. Kecepatan difusi gas tertentu yang sebanding dengan tekanan gas tersebut
disebut tekanan parsial gas. Setiap gas berdifusi melalui membrane pernapasan dari Px yang
tinggi menuju Px yang lebih rendah.

Tekanan total pada permukaan laut adalah sebesar 760 mmHg dengan komposisi :
Nitrogen (N2) 78,6 %

597 mmHg

Oksigen (O2) 20,9 %

159 mmHg

Uap air (H2O) 0,46%

3,5 mmHg

Karbondioksida (CO2) 0,04% =

0,3 mmHg

Saat inhalasi pada udara alveoli terdapat sedikit oksigen (13,6% Vs 20,9%) dan
banyak karbondioksida (5,2% Vs 0,04 %), karena :
1. Pada pertukaran gas dialveolus, CO2 meningkat dan O2 menurun
2. Udara dilembabkan dahulu saat melewati lapisan mukosa sehingga menyebabkan
H2O meningkat dan O2 menurun.
Saat exhalasi pada udara alveoli terdapat lebih banyak oksigen (16% Vs 13,6%) dan
sedikit CO2 (4,5% Vs 5,2%) karena udara yang dihembuskan sebagian masuk ke ruang rugi
dan tidak ikut ke dalam pertukaran gas.
HUKUM HENRY
Konsentrasi gas terlarut sebanding dengan Px dan kelarutan (S). Konsentrasi zat
terlarut adalah volume gas terlarut dalam satuan volume air, dapat dirumuskan :

Px =

NB : Kelarutan gas sangat tinggi dalam lipid sehingga kelarutannya juga tinggi
dalam membran sel.

PRINSIP FISIS DIFUSI

Gas mengalir dari dari tekanan parsial tinggi menuju ke tekanan parsial yang rendah.

Difusi gas berdasarkan molekul gas. Makin rapat molekul gas, makin besar energi
untuk berbenturan.

Kecepatan difusi berbanding lurus dengan tekanan gas karena ada tekanan parsial gas.

Tekanan parsial masing masing gas dalam campuran ( PO2, PHe, PCO2, PN, PH2O )

10

DIFUSI GAS MELALUI MEMBRAN PERNAPASAN


Membran pernapasan terdiri dari beberapa lapisan, yaitu :
1. Lapisan cairan yang melapisi alveolus berisi surfaktan yang mengurangi tegangan
2.
3.
4.
5.
6.

permukaan cairan alveolus.


Epitel selapis pipih alveolus
Membrane basalis epitel
Ruang interstitial tipis antara epitel alveolus dan membran kapiler
Membran basalis kapiler yang tempatnya bersatu dengan membrane basalis epitel
Membran endotel kapiler

REAKSI HEMOGLOBIN & OKSIGEN


Dinamika reaksi pengikatan O2 oleh hemoglobin menjadikannya sebagai pembawa O2
yang sangat serasi. Hemoglobin adalah protein yang dibentuk dari 4 subunit, masing-masing
mengandung gugus heme yang melekat pada sebuah rantai polipeptida. Pada seorang dewasa
normal, sebagian besar hemoglobin mengandung 2 rantai alfa dan 2 rantai beta. Heme adalah
kompleks yang di bentuk dari suatu porifirin dan 1 atom besi fero.

1.

Hb4 + O2

Hb4O2

2.

Hb4O2 + O2

Hb4O4

3.

Hb4O4 + O2

Hb4O6

4.

Hb4O6 + O2

Hb4O8

Masing-masing dari ke-4 atom besi dapat mengikat satu molekul O2 secara reversible.Atom
besi tetap berada dalam bentuk fero, sehingga reaksi pengikatan O 2 merupakan suatu reaksi
oksigenasi, bukan reaksi oksidasi. Reaksi pengikatan hemoglobin dengan O2 lazim ditulis

11

sebagai Hb + O2

HbO2. Mengingat setiap molekul hemoglobin mengandung 4 unit Hb,

maka dapat dinyatakan sebagai Hb4, dan pada kenyataannya bereaksi dengan 4 molekul O2
membentuk Hb4O8.
Reaksi ini berlangsung cepat, membutuhkan waktu kurang dari 0,001 detik.
Deoksigenasi (reduksi) Hb4O8 juga berlangsung sangat cepat.
Struktur kuartener hemoglobin menentukan afinitasnya terhadap O2. Pada saat
hemoglobin mengikat O2, kedua rantai beta bergerak saling mendekat apabila O2 dilepaskan,
keduanya bergerak saling menjauhi. Pergerakan kedua rantai ini dikaitkan dengan perubahan
letak gugus heme, yang akan mengambil kedudukan R (relaksasi) sehingga memudahkan
pengikatan O2 atau kedudukan T (tegang) yang menurunkan kemampuan peningkatan O2.
Peralihan dari keadaan satu ke keadaan lainya diperkirakan berlangsung sekitar 10 8 kali
selama kehidupan sel darah merah.

FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN TEKANAN PARSIAL GAS TERLARUT


DALAM CAIRAN
Tekanan Parsial gas dalam larutan ditentukan tidak hanya oleh kosentrasinya tetapi
juga oleh Koefisien Kelarutan gas. Beberapa tipe molekul gas, terutama karbon dioksida,
secara fisika atau kimiawi ditarik ke molekul air, sedanakan yang lainnya di tolak. Bila
molekul-molekul ditarik, lebih banyak molekul gas tersebut yang dapat terlarut tanpa
menghasilkan tekanan parsial berlabihan dalam larutan. Sebaliknya, pada molekul yang
ditolak, akan menghasilkan tekanan yang berlebihan dengan lebih sedikit molekul yang
terlarut. Hubungan ini dapat dinyatakan dengan rumus berikut, Yaitu Hukum Henry ;
Tekanan Parsial = Kosentrasi Gas Yang Terlarut
Koefisien Kelarutan
Bila Hubungan parsial dinyatakan dalam atmosfer (1 Tekanan atmosfir setara dengan 760
mm Hg) dan kosentrasinya dinyatakan dalam volume gas yang terlarut dalam setiap volume
air, maka koefisien kelarutan untuk gas-gas pernapasan yang penting pada suhu tubuh adalah
sebagai berikut ;

12

Oksigen

0,024

Karbon Dioksida

0,52

Karbon Monoksida

0,018

Nitrogen

0,012

Helium

0,0018

Factor yang mempengaruhi kecepatan difusi :


Dalam cairan :
- Daya larut gas dalam cairan ( semakin larut kecepatan difusinya semakin
-

meningkat)
Luas penampang lintang cairan ( semakin luas penampang semakin cepat

difusinya )
Jarak yang dilalui gas waktu difusi ( semakin jauh jaraknya,difusinya semakin

lambat )
Berat molekul gas ( semakin berat molekul gas difusinya semakin lambat )
Temperatur cairan dalam tubuh ( temperatur ini tetap konstan jadi biasanya tidak

perlu dipertimbangkan )
Dalam membran :
- Ketebalan membran (Semakin tebal membran kecepatan difusinya semakin
-

lambat difusinya )
Tekanan parsial ( semakin tinggi tekanan parsial semakin cepat difusinya )
Koefisien difusi ( tergantung larutan,semakin besar koefisiennya semakin larut gas

tersebut )
Luas permukaan ( semakin luas permukaan semakin cepat difusinya )

Berbagai lapisan Membran Pernapasan :


1. Lapisan cairan yang melapisi alveolus dan berisi surfaktan yang mengurangi tekanan
permukaan cairan alveolus.
2. Epitel alveolus yang terdiri dari sel epitel yang tipis.
3. Membran basalis epitel.
4. Ruang Interstitial tipis diantara epitel alveolus dan membran kapiler.

13

5. Membran basalis kapiler pada beberapa tempat bersatu dengan membran basalis epitel.
6. Membran endotel kapiler.
FAKTOR YANG MENYEBABKAN GANGGUAN DIFUSI
Kita telah membahas difusi O2 dan CO2 antara darah dan alveolus seolah-olah
gradient tekanan parsial gas-gas ini merupakan penentu satu-satunya kecepatan difusi
mereka. Ingatlah bahwa, menurut hokum difusi Fick, kecepatan difusi suatu gas melintasi
selembar jaringan bergantung pada luas permukaan dan ketebalan membrane yang harus
dilewati gas serta koefisien difusi gas tertentu. Dalam keadaan normal, perubahan kecepatan
pertukaran gas terutama ditentukan oleh perubahan gradient terkanan parsial antara darah dan
alveolus, karena pada keadaan istirahat factor lain ini relative konstan.
Pada keadaan istirahat, sebagian kapiler paru biasanya tertutup karena tekanan
sirkulasi paru, yang secara normal rendah, tidak mampu membuka semua kapiler yang ada.
Selama olahraga, pada saat tekanan darah paru meningkat akibat tekanan curah jantung,
banyak kapiler yang sebelumnya menutup menjadi terbuka. Hal ini meningkatkan luas
permukaan darah yang tersedia untuk proses pertukaran. Selain itu, selama olah raga
membrane alveolus lebih tegang daripada normal karena peningkatan tidal volume (bernapas
lebih dalam). Peregangan itu meningkatkan luas permukaan alveolus dan menurunkan
ketebalan membrane alveolus.
Beberapa keadaan patologis sangat menurunkan permukaan paru dan pada gilirannya
menurunkan kecepatan pertukaran gas. Luas permukaan berkurang pada efisema karena
banyak dinding alveolus yang lenyap, sehingga terbentuk ruang-ruang udara yang lebih besar
tapi lebih sedikit. Berkurangnya luas permukaan untuk pertukaran gas juga dapat terjadi
karena adanya atelektasis paru serta akibat hilangnya sebagian jaringan paru karena
pengangkatan secara bedah, misalnya dalam pengobatan kanker paru.
Pertukaran gas yang tidak adekuat juga dapat terjadi apabila ketebalan sawar yang
memisahkan udara dan darah meningkat secara patologis. Apabila ketebalan meningkat ,
kecepatan pertukaran gas berkurang karena gas harus menempuh lintasan lebih jauh untuk
berdifusi. Ketebalan meningkat pada:

Edema paru, suatu penimbunan berlebihan cairan interstisium di antara alveolus dan
kapiler paru akibat peradangan paru atau gagal jantung (karena gagal jantung kiri).

14

Fibrosis paru yang melibatkan penggantian jaringan paru oleh jaringan fibrosa tebal
sebagai respon terhadap iritasi kronik tertentu.

Pneumonia yang ditandai oleh penimbunan cairan peradangan di dalam atau disekitar
alveolus.

DIFUSI OKSIGEN dari ALVEOLI ke DARAH KAPILER PARU


Alveolus paru yang berbatasan dengan kapiler paru, yang memperlihatkan difusi
molekul-molekul oksigen antara udara alveolus dan darah paru. PO 2 dari gas oksigen dalam
alveolus rata-rata 104 mmHg., sedangkan PO2 darah vena yang masuk kapiler paru pada
ujung arterinya, rata-rata hanya 40 mmHg karena sejumlah besar oksigen dikeluarkan dari
darah ini setelah melalui jaringan perifer. Oleh karena itu, perbedaan tekanan awal
menyebabkan oksigen berdifusi ke dalam kapiler paru adalah 104 40, atau 64 mmHg.
Peningkatan PO2 yang cepat dalam darah sewaktu darah melewati kapiler PO 2 darah
meningkat hampir sebanding dengan peningkatan yang terjadi pada udara alveolus sewaktu
darah telah melewati sepertiga panjang kapiler, yang menjadi hampir 104 mmHg.

DIFUSI OKSIGEN dari KAPILER PERIFER ke SEL JARINGAN

15

Oksigen selalu dipakai oleh sel. Oleh karena itu, PO2 intrasel dalam jaringan perifer
tetap lebih rendah dari pada PO 2 dalam kapiler perifer. Juga, pada beberapa keadaan ada jarak
fisik yang sangat besar antara kapiler dan sel. Oleh karena itu, PO 2 intrasel normal berkisar 5
mmHg sampai 40 mmH, dengan rata-rata 23 mmHg. Karena pada keadaan normal hanya
dibutuhkan tekanan oksigen sebesar 1 sampai 3 mmHg untuk mendukung sepenuhnya proses
kimiawi dalam sel yang menggunakan oksigen, maka kita dapat melihat bahwa PO 2 intrasel
yang rendah, yaitu 23 mmHg, lebih dari cukup dan merupakan suatu factor pengaman yang
besar.

TRANSPORTASI GAS

TRANSPOR O2 DALAM DARAH


Pada keadaan normal, kira-kira 97% O2 yang ditranspor dari paru-paru ke jaringan dalam
campuran kimiawi dengan Hb dalam sel darah merah 3 % sisanya dibawa dalam bentuk

16

terlarut dalam cairan plasma dan sel. Dengan demikian O2 dibawa ke jaringan hampir
seluruhnya oleh Hb.
Persamaan : Hb + O2 HbO2

Kira-kira 98 % darah dari paru yang memasuki atrium kiri, mengalir melalui kapiler alveolus
dan menjadi teroksigenasi sampai PO2 kira-kira 104 mmHg. Sekitar 2 persennya lagi
melewati aorta melalui sirkulasi bronchial yang terutama menyuplai jaringan dalam pada
paru dan tidak terpapar dengan udara paru. Aliran ini darah ini disebut aliran pintas, yang
berarti darah yang memintas daerah pertukaran gas. Sewaktu meninggalkan paru, PO 2 darah
pintas hampir sama dengan darah vena sistemik normal. Kira-kira 40 mmHg. Ketika darah ini
bercampur dalam darah vena paru dengan darah yang teroksigenasi dari kapiler alveolus,
campuran darah ini disebut campuran darah vena, dan menyebabkan PO 2 darah, yang masuk
ke jantung kiri dan dipompa ke dalam aorta, menjadi turun sampai sekitar 95 mmHg.

17

Aliran Pintas

GABUNGAN ANTARA Hb dan O2

Molekul O2 bergabung secara longgar dan reversibel dengan bagian dari Hb, dan bila P02
tinggi seperti dalam kapiler paru, O2 berikatan dengan Hb, tetapi bila P02 rendah,
misalnya dalam kapiler jaringan, O2 dilepaskan dari Hb. Ini sebagai dasar untuk hampir
seluruh transpor O2 dari paru-paru ke jaringan.

Kurva disosiasi O2-Hb memperlihatkan peningkatan progresif pada prosentase Hb yang


terikat dengan O2 ketika P02 meningkat yang disebut persentase kejenuhan Hb. Karena
darah arteri biasanya memiliki P02 kira-kira 95 mm Hg.

18

Kita dapat lihat dari kurva disosiasi bahwa kejenuhan darah arteri dengan O 2 kira-kira
97%. Sebaliknya pada keadaan normal, P02 darah vena yang kembali dari jaringan
kira-kira 40 mmHg dalam kejenuhan Hb kira-kira 75%.

Jumlah Maksimal O2 yang dapat Bergabung dengan Hb Darah

Darah orang normal mengandung sekitar 15 gram Hb dalam setiap 100 mL darah, dan
tiap gram Hb dapat berikatan dengan maksimal 1,34 ml O2.

Oleh karena itu, rata-rata Hb dalam 100 mL darah dapat bergabung dengan total hampir
20 ml O2 bila tingkat kejenuhannya 100 mL. Biasanya dinyatakan sebagai 20% volume.

Jumlah O2 yang Dilepaskan dari Hb di dalam Jaringan

Jumlah total O2 yang terikat dengan Hb di dalam darah arteri normal, dengan kejenuhan
normal 97% adalah kira-kira 19,4 mL tiap 100 mL darah. Waktu melewati kapiler
jaringan jumlah ini berkurang rata-rata menjadi 14.4 mL dimana P02 40 mmHg dan Hb
tersaturasi 75%. Dengan demikian pada keadaan normal, kira-kira 5 mL O2 ditranspor ke
jaringan oleh setiap 100 mL darah.

19

TRANSPOR CO2 DALAM DARAH


Mekanisme transportasi CO2 dalam darah tidak serumit pada transpor O2, karena
walaupun dalam keadaan yang sangat abnormal biasanya CO 2 dapat ditransport dalam
jumlah yang lebih daripada O2. Pada orang normal dalam keadaan istirahat rata-rata 4
mililiter CO2 ditranspor dari jaringan ke paru setiap 100 mililiter.
Karbondioksida dalam pengangkutannya mempunyai 3 tipe metode pengangkutan yaitu :

Larut dalam fisik sebesar 10%


Dimana jumlah CO2 yag secara fisik larut dalam darah bergantung pada PCO 2. Karena
dalam darah CO2 lebih larut dari O2, proporsi CO2 total dalam darah yang secara fisik
larut lebih besar dibandingkan dengan O2. walaupun demikian, hanya 10% dari
kadungan CO2 total darah diangkut dengan cara ini pada kadar PCO 2 vena sistemik
normal.
Transpor CO2 dalam bentuk terlarut sebagian kecil CO2 ditranspor dalam bentuk
terlarut ke paru. PCO2 darah vena adalah 45 mmHg dan darah arteri adalah 40 mmHg.
Jumlah CO2 terlarut dalam cairan darah pada Tekanan 45 mmHg kira-kira 2,7 ml/dl
(2,7 volume persen). Jumlah yang terlarut pada Tekanan 40 mmHg kira-kira 2,4 ml
atau berbeda 0,3 ml. Oleh karena itu, kira-kira 0,3 ml karbondioksida yang diangkut
dalam bentuk karbondioksida terlarut oleh setiap 100 ml aliran darah. Jumlah ini
kira-kira 7 persen dari semua karbon dioksida yang ditranspor dari darah ke alveoli.

Terikat ke hemoglobin (Hb) sebesar 30%


CO2 sebesar tiga puluh persen ini yang berikatan dengan hemoglobin membentuk
karbaminohemoglobin (HbCO2). Karbondioksida berikatan dengan bagian globin
(protein polipeptida) dari Hb, berbeda dengan O2 yang berikatan dengan bagian hem.
Globin ini adalah suatu protein yang terbentuk dari 4 rantai polipeptida yang sangat
berlipat-lipat. Hb tereduksi memiliki afinitas yang lebih besar untuk CO 2 daripada
HbCO2. dengan demikian pembebasan O2 dari Hb di kapiler jaringan mempermudah
Hb menyerap CO2.
CO2 bereaksi dengan protein plasma dengan cara yang sama, tetep ini kurang penting
sebab jumlah protein hanya seperempat dari jumlah hemoglobin. Jumlah CO2 yang
dapat dibawa dari jaringan ke paru dalam bentuk gabungan karbamino dengan
hemoglobin dan protein plasma adalah sekitar 30 persen dari jumlah total yang

20

diangkut dengan arti normalnya kira-kira 1,5 mililiter CO 2 dalam setiap 100 mililiter
darah.

Sebagai bikarbonat (HCO3-) sebesar 60%


Pada metode ini CO2 diubah menjadi HCO3- oleh reaksi kimia yang berlangsung di sel
darah merah, seperti pada reaksi dibawah ini :
CO2 + H2O H2CO3 H+ + HCO3Pertama, CO2 berikatan dengan H2O untuk membentuk asam karbonat (H2CO3).
Dalam sel darah merah reaksi ini berlangsung cepat karena adanya enzim eritrosit
karbonat anhidrase yang mengkatalisasi reaksi hingga 5000 kali. Reaksi dalam
plasma memerlukan waktu berdetik-detik atau bermenit-menit maka dalam sel darah
merah reaksi ini terjadi sedemikian cepatnya sehingga mencapai keseimbangan
hampir sempuma dalam waktu sepersekian detik. Ini memungkinkan sejumlah besar
CO2 bereaksi dengan cairan sel darah merah bahkan sebelum darah tersebut
meninggalkan jaringan.
Dalam waktu sepersekian detik selanjutnya asam karbonat yg dibentuk dalam sel
darah merah berdisosiasi menjadi ion H + & ion bikarbonat. Sebagian besar ion H +
kemudian bercampur dengan Hb dalam sel darah merah sebab protein Hb merupakan
dapar asam-basa yg kuat. Sebaliknya banyak ion HC03 berdifusi dari sel darah merah
ke dalam plasma sementara ion klorida berdifusi ke dalam sel darah merah dan
menggantikannya. Ini mungkin dapat terjadi dengan adanya protein pembawa
bikarbonat-klorida khusus dalam membran sel darah merah yang menggerakkan
kedua ion bolak-balik dengan cepat dalam arah yang berlawanan. Dengan demikian
kadar klorida sel darah merah vena lebih daripada sel darah merah di arteri, fenomena
ini disebut pergeseran klorida (chlorida shift).

EFEK HALDANE
Telah ditegaskan bahwa sebuah peningkatan CO2 dalam darah akan menyebabkan O2
dilepaskan dari hemoglobin dan ini merupakan factor penting dalam meningkatkan transport
O2. Sebaliknya juga, pengikatan O2 dengan hemoglobin cenderung mengeluarkan CO2 dari
darah yang disebut dengan efek Haldane. Efek Haldane berlangsung pada saat respirasi
eksternal.

21

Efek Haldane disebabkan oleh fakta yang sederhana bahwa gabungan O2 dengan
hemoglobin dalam paru menyebabkan hemoglobin menjadi asam yang lebih kuat. Ini
sebaliknya akan memindahkan CO2 dari darah dan masuk ke dalam alveoli melalui dua cara :
(1) Semakin tinggi hemoglobin asam semakin berkurang kecenderungannya untuk
bergabung dengan CO2 untuk memindahkan banyak CO2 yang ada dalam bentuk
karbaminohemoglobin dari darah
(2) Meningkatkan keasaman hemoglobin juga menyebabkan hemoglobin melepaskan
sejumlah ion H+ dan berikatan dengan ion bikarbonat membentuk asam karbonat
kemudian berdisosiasi menjadi air dan CO2 dikeluarkan dari darah masuk ke dalam
alveoli.

RASIO PERTUKARAN PERNAFASAN


Pada keadaan normal, transpor O2 dari paru ke jaringan oleh setiap 100 mililiter darah
kira-kira 5 mililiter, sedangkan transpor normal CO2 dari jaringan ke paru kira-kira 4 mililiter.
Dengan demikian pada keadaan istirahat normal, jumlah CO 2 yang dikeluarkan paru hanya
sedikit, kira-kira 82% dari jumlah pengambilan O2 oleh paru. Rasio perbandingan antara
pengeluaran CO2 dengan pengambilan O2 disebut rasio. Pada keadaan normal transpor O2
dari paru ke jaringan oleh setiap 100 mililiter darah kira-kira 5 ml, sedangkan transpor
normal CO2 dari jaringan ke paru kira-kira 4 ml. Dengan demikian pada keadaan istirahat
normal, jumlah CO2 yg dikeluarkan paru hanya sedikit, kira-kira 82% dari jumlah
pengambilan O2 oleh paru. Rasio (perbandingan) antara pengeluaran CO2 dengan
pengambilan O2 disebut rasio pertukaran pernapasan (R) yaitu:
R = kecepatan pengeluaran CO2
kecepatan pengambilan O2
RANTAI RESPIRASI

Proses pengambilan/ pembentukan energi oleh sel dalam bentuk ATP dari reaksi
terkendali antara hidrogen dan oksigen yang membentuk molekul air.

ATP adalah bentuk energi di dalam sel.

Proses seluler seperti metabolism, transport, & movement membutuhkan breakdown


of ATP.

ATP Structure

22

Ribose a 5-carbon sugar

Adenine a N-base

3 phosphate group

TRANSPORT ELEKTRON MITOKONDRIA

Rantai transport elektron berhubungan dengan membran dalam mitokondria

MEKANISME PERFUSI DALAM JARINGAN


Perfusi adalah aliran darah yang adekuat dari jantung ke paru-paru atau jaringan. Perfusi
di pengaruhi oleh :

Jantung

Volume darah

Kecepatan aliran darah

Paru menyuplai darah dari arteri pulmonalis dan bronchialis, sirkulasi bronchialis
menyediakan darah mengandung O2 dari sirkulasi sistemik untuk metabolisme jaringan paru.

23

Hubungan Perfusi dan Ventilasi


Ventilasi normal , Perfusi turun

Ventilasi naik

Ventilasi turun

Darah kurang O2

, Perfusi normal

Ventilasi normal , Perfusi normal

Darah dapat O2

Ventilasi turun

Aliran O2 tidak lancar

, Perfusi turun

Darah dari vena cava menuju artrium kanan menuju vena kanan lalu ke paru (banyak kapiler)
terjadi difusi lalu darah O2 keluar dari paru-paru menuju vena pulmonalis lalu ke artrium kiri
menuju aorta lalu ke seluruh tubuh (O2) respirasi sel di tubuh lalu arteri cava.

24

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Difusi gas terjadi karena adanya perbedaan tekanan. Udara mengalir dari tempat yang
bertekanan tinggi ke tempat yang bertekanan rendah. Oksigen mengalir dari atmosfer yang
bertekanan 159 mmHg ke alveoli yang bertekanan 104 mmHg. Prinsip tersebut tidak hanya
terjadi pada difusi gas, tetapi juga pada transpor oksigen dan karbondioksida.
Gangguan pada sistem ini dapat berakibat fatal dan berujung pada kematian, contoh
kecilnya saja yang terdapat pada skenario modul IV mengenai sesak, karena gangguan difusi
dapat mengakibatkan sianosis.

Saran
Mengingat begitu banyaknya mahasiswa yang masih tidak dapat mengatur waktunya,
maka kami selaku penyusun mengharapkan laporan ini dapat berguna bagi kami dan juga
pembaca, serta menjadi sebuah ilmu pengetahuan yang harus terus menerus digali serta di
pelajari dan di pahami.

25

DAFTAR PUSTAKA
Ganong Wiliam.F. 1998. Buku Ajar Fisio;ogi Kedokteran 17th edition. EGC: 646-653
Murray, RK. Biokimia Harper 25th edition. EGC : 120-137
Guyton AC. 1994. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC :149-208

Anda mungkin juga menyukai