Anda di halaman 1dari 13

PERHITUNGAN KONSENTRASI NITROGEN DIOKSIDA

SEBAGAI GAS PENCEMAR UDARA DENGAN METODE


GRIESS SALTZMAN DI PARKIRAN ARL
CALCULATE THE CONCENTRATION OF NITROGEN
DIOXIDE AS AN AIR POLLUTION GASES WITH GRIESS
SALTZMAN METHOD IN ARLS PARKING
Elsy Gustika Buana1, Yulvin Marhamah Putri2, Moh Datul Kahfi3, Afrazofri4, Rashif Mulia5
Jumat Kelompok 1
1,2,3,4,5)

Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor, Jln. Kamper,
Kampus IPB Dramaga, Bogor, 16680
nadhelelsy@gmail.com

Abstrak: Pencemaran udara merupakan kondisi udara ketika di dalam udara terdapat bendabenda atau zat-zat asing. Gas pencemar dapat bersumber dari alam dan hasil kegiatan manusia
yang semakin hari semakin bertambah seiring bertambahnya penduduk dan meningkatnya
terapan teknologi sebagai tuntutan hidup yang lebih baik dan sejahtera. Gas pencemar udara
yang paling dominan mempengaruhi kesehatan manusia adalah nitrogen dioksida (NO 2). Gas NO2
merupakan salah satu indikator pencemaran udara yang dihasilkan dari pembakaran kegiatan
indusri dan kendaraan bermotor. Kadar gas NO2 berbedabeda di banyak tempat tergantung
kepadatan penduduk. Konsentrasi NO2 yang berlebihan mampu menimbulkan gangguan
kesehatan bagi makhluk hidup juga lingkungan. Masalah kesehatan yang sering terjadi akibat
tingginya konsentrasi NO2 adalah masalah pernapasan, iritasi mata, hingga kematian. Penelitian
dilakukan untuk menentukan konsentrasi konsentrasi NO 2 di daerah Fakultas Pertanian IPB
menggunakan metode Griess Saltzman. Metode ini menghubungkan nilai pengukuran suhu ruang
dan alat di lapang dengan kurva kalibrasi. Nilai konsentrasi yang didapat adalah sebesar 6,334
g/m3. Nilai ini masih berada dibawah baku mutu yang ditetapkan pemerintah dalam PP No. 41
tahun 1991 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, yaitu sebesar 400 g/Nm3 pada
pengukuran satu jam. Hal ini menunjukkan wilayah tersebut masih berada di wilayah aman untuk
ditinggali.
Kata kunci: Pencemaran udara, Griess Saltzman, nitrogen dioksida (NO2), PP. No.41 tahun1991
Abstract: Air Pollution is a condition when there is foreign substance in the air. Air pollution
gases can be found from natural and result of human activities which has daily increasing
according to the advanced of human population and technology supporting for the satisfaction of
human life. Air pollution gases which were more dominant to influence of human health are
nitrogen dioxide (NO2). NO2 gas is one of the indicators of air pollution resulting from combustion
activities of industry and motor vehicles. The levels of NO 2 gas is different in every places
depending on population density. Excessive concentrations of NO 2 are able to cause health
problems for living things and also the environment. Health problems that often occur due to the
high concentration of NO2 are respiratory problems, eye irritation, until death. Research
conducted to determine concentrations of NO2 in the area of the Faculty of agriculture using
Griess Saltzman method. This method of linking the value of room temperature and tools
temperature with calibration curve. Concentration values obtained is amounting to 6,334
g/Nm3. This value is still below the raw quality of Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1991
tentang Pengendalian Pencemaran Udara, namely amounting to 400 g/Nm3 at measurement of
one hour. It showed the region was still in the safe area for living.
Keywords: Air pollution, Griess Saltzman, nitrogen dioxide (NO2), PP. No.41 tahun1991

PENDAHULUAN
1

Bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia setiap tahunnya mmberikan


beberapa dampak bagi keberlangsungan hidup masyarakat Indonesia terutama
bagi masyarakat di kota-kota besar. Dampak yang ditimbulkan akibat
bertambahnya jumlah penduduk yaitu berkurangnya ruang terbuka hijau akibat
pembukaan lahan baru untuk pembangunan struktur dan infrastruktur. Selain itu,
jumlah kendaraan bermotor juga semakin meningkat seiring dengan
bertambahnya jumlah penduduk. Kendaraan bermotor merupakan salah satu
penyumbang gas pencemar udara yang memberikan dampak negatif bagi
masyrakat. Adanya gas pencemar dalam udara baik dalam konsentrasi sedikit
maupun dalam konsentrasi banyak dapat memberikan dampak-dampak buruk bagi
kesehatan manusia, yaitu peradangan akut sistem pernafasan, kerusakan pada
paru-paru yang berat, dan merusak membran sel dan protein. Selain berdampak
pada manusia, beberapa gas pencemar juga dapat merusak jaringan daun pada
tanaman. Kerusakan pada jaringan tersebut dapat menurunkan fungsi daun
sebagai tenmpat fotosintesis tanaman.
Kesadaran masyarakat akan pencemaran udara akibat gas buang kendaraan
bermotor di kota-kota besar saat ini makin tinggi. Dari berbagai sumber bergerak
seperti mobil penumpang, truk, bus, lokomotif kereta api, kapal terbang, dan kapal
laut, kendaraan bermotor saat ini maupun dikemudian hari akan terus menjadi
sumber yang dominan dari pencemaran udara di perkotaan. Pengaruh dari
pencemaran khususnya akibat kendaraan bermotor tidak sepenuhnya dapat
dibuktikan karena sulit dipahami dan bersifat kumulatif. Kendaraan bermotor
akan mengeluarkan berbagai gas jenis maupun partikulat yang terdiri dari
berbagai senyawa anorganik dan organik dengan berat molekul yang besar yang
dapat langsung terhirup melalui hidung dan mempengaruhi masyarakat di jalan
raya dan sekitarnya (Prawiro 1988).
Udara bersih yang dihirup hewan dan manusia merupakan gas yang tidak
tampak, tidak berbau, dan tidak berwarna. Meskipun demikian, udara bersih sulit
didapatkan terutama di kota-kota besar yang banyak terdapat industri dan
kendaraan bermotor yang padat. Salah satu gas pencemar udara yang banyak
ditemui adalah nitrogen dioksida. Gas-gas pencemar tersebut banyak ditemui pada
udara ambien dan memberikan dampak yang buruk bagi lingkungan sekitarnya
Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui konsentrasi NOx dan NO2 sebagai udara
pencemar pada udara ambien dengan mengunakan metode Griess Saltzman.

TINJAUAN PUSTAKA
Emisi kendaraan bermotor mengandung berbagai senyawa kimia. Komposisi
dari kandungan senyawa kimianya tergantung dari kondisi mengemudi, jenis
mesin, alat pengendali emisi bahan bakar, suhu operasi dan faktor lain yang
semuanya ini membuat pola emisi menjadi rumit. Jenis bahan bakar pencemar
yang dikeluarkan oleh mesin dengan bahan bakar bensin maupun bahan bakar
solar sebenarnya sama saja, hanya berbeda proporsinya karena perbedaan cara
operasi mesin. Secara visual selalu terlihat asap dari knalpot kendaraan bermotor
dengan bahan bakar solar yang umumnya tidak terlihat padakendaraan bermotor
dengan bahan bakar bensin (Batara 2005).
Pencemaran udara dapat diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau zat-zat
asing di dalam udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara
dari keadaan normalnya. Masuknya bahan-bahan atau zat-zat asing ke dalam

udara selalu menyebabkan perubahan kualitas udara. Masuknya bahan-bahan atau


za-zat asing tersebut menyebabkan mutu udara turun sampai ketingkat ketika
kehidupan manusia, hewan, tumbuhan ataupun lingkungan tidak berfungsi
sebagaimana mestinya. Udara yang mengandung zat pencemar disebut udara
tercemar. Udara tercemar tersebut dapat merusak lingkungan dan kehidupan
manusia. Kerusakan lingkungan berarti berkurangnya daya dukung alam terhadap
kehidupan yang pada gilirannya akan mengurangi kualitas hidup manusia secara
keseluruhan (Wardana 2001).
Kondisi kualitas udara ambien pada suatu lokasi dan waktu tertentu
dapat digambarkan pada suatu nilai yang tidak memiliki satuan yang
disebut dengan Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU). Menurut
KEP-107/KABAPEDAL/11/1997
tentang indeks standar pencemaran
udara, parameter yang digunakan untuk menghitung ISPU adalah
partikulat berukuran 10 m (PM 10), karbon monoksida (CO), nitrogen
dioksida (NO2), sulfur dioksida (SO2), dan oksidan (O3). Partikulat
merupakan partikel dalam bentuk padat/liquid yang tersuspensi dalam
gas dengan diameter antara 0,0002-500 m. Nitrogen dioksida adalah
kelompok gas nitrogen yang terdapat di atmosfer dan merupakan gas
yang paling banyak dikertahui sebagai bahan pencemar udara.

Metode Griess Saltzman adalah metoda yang digunakan dalam menentukan


konsentrasi gas pencemar nitrogen dioksida (NO 2) dalam udara. NO2 di udara
direaksikan dengan pereaksi Griess Saltman (absorbent) membentuk senyawa yang
berwarna ungu. Intensitas warna yang terjadi diukur dengan spektrofotometer pada
panjang gelombang 550 nm. Langkah tamayang dilakukan dalam menentukan
konsentrasi NO2 dengan menggunakan metode Greiss Saltzamn yaitu pengambilan
gas sampel pencemar nitrogen dioksida (NO 2) menggunakan larutan penyerap,
pembuatan larutan absorban untuk sampel nitrogen dioksida (NO 2) di udara, dan
analisa konsentrasi nitrogen dioksida (NO 2) dengan spektrofotometer.

METODOLOGI
Penelitian tentang perhitungan konsentrasi NOx dan NO2 sebagai gas pencemar
di udara ambien akibat gas buang kendaraan bermotor dilakukan pada hari Jumat,
23 Agustus 2016 di Parkiran Departemen Agronomi dan Hortikultural Fakultas
Pertanian IPB. Penelitian terrsebut tepat dilakukan di pinggir jalan raya depan
Fakultas Pertanian yang banyak dilalui oleh kendaraan bermotor. Metode yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah metode pengujian langsung di lapangan.
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu midget impinger, pompa
vakum, flowmeter, batu granular, labu ukur 100 ml dan 1.000 ml, gelas ukur 100
ml, pipa volumetrik, stirrer, pipet ukur 1 ml, pipet mikro 0,1 ml; 0,2 ml; 0,4 ml;
0,6 ml; 0,8 ml; 1,0 ml atau buret mikro, ball pipet, gelas piala 100 ml, 500 ml, dan
1.000 ml, tabung uji 25 ml, tabung Erlenmeyer asah bertutup 250 ml,
spektrofotometer dilengkapi kuvet, neraca analitik, cawan penguap, oven,
desikator, trmometer, dan barometer. Sedangkan, bahan-bahan yang digunakan
pada penelitian ini yaitu Larutan asam sulfinat (H2NC6H4SO3H), larutan asam
asetat glasial (CH3COOH pekat), bubuk natrium nitrit (NaNO2), air suling bebas

nitrit, aseton, larutan penyerap Griess Saltzman, larutan induk natrium nitrit
(NaNO2) 1,64 g/l, larutan standar natrium nitrit (NaNO2) 0,0164 g/l.
Prosedur penelitian terdiri dari dua, yaitu prosedur sampling dan pengujian
sampel dan prosedur pembuatan kurva kalibrasi. Sampling dan pengujian sampel
dilakukan selama satu jam dengan pegambilan data selama 15 menit. Langkah
pertama yang dilakukan yaitu botol impinger diisi dengan 10 ml larutan penyerap
Griess Saltzman. Langkah kedua yaitu impinger dan Erlenmeyer asah
dihubungkan dalam keadaan tertutup yang berisi arang aktif (berisi sebagai
perangkap uap) dengan selang silikon. Langkah ketiga yaitu Rangkaian impinger
dan Erlenmeyer dihubungkan pada flowmeter dan pompa vakum dengan
kecepatan alir awal sebesar 0,4 liter/menit. Langkah keempat yaitu larutan
pennyerap didiamkan selama 15 menit setelah dilakukan pemompaan. Langkah
terakhir yang dilakukan yaitu absorbansi (A) diukur pada panjang gelombang 550
nm.
Pembuatan kurva kalibrasi dilakukan pada Laboratorium Pengelolaan Kualitas
Udara Deparemen Teknik Sipil dan Lingkungan. Langkah pertama yang dilakukan
yaitu alat spektrofotometer dioptimalkan sesuai dengan petunjuk penggunaan alat.
Langkah kedua yaitu larutan standar natrium nitrit 0,0164 gram/liter masingmasing 0,0 ml; 0,1 ml; 0,2 ml; 0,4 ml; 0,6 ml; 0,8 ml; dan 1,0 ml dimasukkan
dengan menggunakan pipet volumetrik atau buret mikro ke dalam tabung uji 25
ml. Langkah ketiga yaitu larutan penyerap ditambahkan sampai tanda batas.
Larutan penyerap dikocok dengan baik dan dibiarkan selama 15 menit agar terjadi
pembentukan warna yang sempurna. Langkah keempat yaitu absorbansi masingmasing larutan standar diukur dengan menggunakan spektrofotometer pada
panjang gelombang 550 nm. Langkah terakhir yang dilakukan yaitu kurva
kalibrasi dibuat berdasarkan nilai absorbansi dan jumlah NO2 (g).
Nilai koreksi laju aliran udara ditentukan dengan menggunakan Persamaan 1.
Tr
Qc = Qs Ta
.(1)
Keterangan :
Qc = koreksi laju aliran udara (liter/menit)
Qs = laju aliran udara sampling (liter/ menit)
Tr = temperatur ruang saat pengukuran (K)
Ta = temperatur alat (K)
Volume sampel udara ditentukan dengan menggunakan Persamaan 2.
V = Qc x t(2)
Keterangan :
V = Volume sampel udara (liter)
Qc = koreksi laju aliran udara (liter/menit)
t = lamanya sampling (menit)
Volume udara pada 25oC dan 760 mmHg dapat dihitung dengan menggunakan
Persamaan 3.
P
298
Vr = V 760 Tr +273 ..
(3)
Keterangan :

Vr = volume sampel udara pada 25oC dan 760 mmHg (m3)


V = volume sampel udara (liter)
P = tekanan atmosfer selama sampling (760 mmHg)
Tr = temperatur ruang saat pengukuran (K)
Jumlah N02 pada sampel yang diperoleh dari kurva kalibrasi didaptkan dengan
menggunakan Persamaan 4.
( yc)
b=
a
.(4)
Keterangan :
b = jumlah NO2 pada sampel yang diperoleh dari kurva kalibrasi (g)
y = nilai absorbansi hasil pengukuran di lapangan
c = nilai yang diperoleh dari persamaan grafik kalibrasi
a = nilai yang diperoleh dari persamaan grafik kalibrasi
Konsentrasi NO2 dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 5.
b
Konsentrasi NO2 = Vr x 10 ..(5)
Keterangan :
b = jumlah NO2 pada sampel yang diperoleh dari kurva kalibrasi (g)
Vr = volume sampel udara pada 25oC dan 760 mmHg (m3)
Nilai konsentrasi larutan standar dapat dihitung dengan menggunakan
Persamaan 6.
Ca x Va = Cb x Vb.(6)
Keterangan :
Ca = konsentrasi pada larutan a (g/ml)
Va = volume larutan a (ml)
Cb = konsentrasi larutan b (g/ml)
Vb = volume latutan b (ml)
Prosedur penelitian perhitungan konsenrasi NOx dan NO2 sebagai gas
pencemar di udara ambien akibat gasi buang kendaraan bermotor disajikan pada
Gambar 1.
Impinger diisi dengan 10 ml larutan penyerap Griesss Saltzman

Impinger dan Erlenmeyer asah dihubungkan

Rangkaian impinger dan Erlenmeyer dihubungkan pada flowmeter

Larutan penyerap didiamkan 15 menit

Absorbansi penelitian diukur

Alat spektrofotometer diotimalkan

5
Larutan standar natrium nitrit 0,0164 gram/liter dimasukkan ke dalam tabung uji 25

Larutan penyerap ditambahkan sampai tanda batas, kemudian dikocok dan didiamkan selama 15 menit

Absorbansi masing-masing larutan standar diukur

Kurva kalibrasi dibuat berdasarkan nilai absorbansi dan jumlah NO2 (g)

Gambar 1 Bagan alir prosedur praktikum perhitungan konsentrasi NO2 sebagai


gas pencemar pada udara ambien akibat gas buang kendaraan bermotor

HASIL DAN PEMBAHASAN


Udara di daerah perkotaan yang mempunyai banyak kegiatan industri dan
teknologi serta lalu lintas yang padat mempunyai udara yang relatif sudah tidak
bersih lagi. Udara di daerah perkotaan yang kotor diakbatkan oleh bermacammacam pencemar. Dari berbagai macam komponen pencemar udara, gas-gas yang
paling banyak berpengaruh dalam pencemaran udara, yaitu karbo monoksida
(CO), nitrogen oksida (NOx), balerang oksida (SOx), hidrokarbon (HC), partikel,
dan timah hitam (Pb). Komponen pencemaran udara tersebut bisa mencemari
udara secara sendiri-sendiri atau dapat pula mencemari udara secara bersamasama. Jumlah komponen pencemar udara tersebut bergantung pada sumbernya
(Wardana 2001). Di atmosfer, berbagai polutan udara akan melalui berbagai
proses, baik pencampuran antara polutan yang satu dengan tang lainnya yang pada
akhirnya akan meningkatkan komoposisi polutan itu sendiri bahkan memunculkan
jenis polutan yang baru. Namun, alam mempunyai prosesnya sendiri yang secara
alamiah dapat mengurangi maupun memindahkan konsentrasi berbagai partikulat
tersebut sebagai akibat faktor meteorologi. Pencemaran udara akan dipancarkan
oleh sumbernya dan kemudian mengalami transportasi, dispersi atau
oengumpulan karena kondisi meteorology maupun topografi (Sugiarti 2009).
Nitrogen oksida (NOx) adalah senyawa gas yang terdapat di udara bebas
(atmosfir) yang sebagian besar terdiri atas nitrit oksida (NO) dan nitrogen
dioksida (NO2) serta berbagai jenis oksida dalam jumlah yang lebih sedikit. Kedua
macam gas tersebut mempunyai sifat yang sangat berbeda dan keduanya sangat
berbahaya bagi kesehatan. Gas NO yang mencemari udara secara visual sulit
diamati karena gas tersebut tidak bewarna dan tidak berbau. Sedangkan gas NO 2
bila mencemari udara mudah diamati dari baunya yang sangat menyengat dan
warnanya merah kecoklatan. Sifat Racun (toksisitas) gas NO2 empat kali lebih
kuat dari pada toksisitas gas NO. Organ tubuh yang paling peka terhadap
pencemaran gas NO2 adalah paru-paru. Paru-paru yang terkontaminasi oleh gas

NO2 akan membengkak sehingga penderita sulit bernafas yang dapat


mengakibatkan kematiannya.
Dari seluruh nitrogen dioksida (NOx) yang dibebaskan ke udara, jumlah yang
terbanyak adalah dalam bentuk NO yang diproduksi oleh aktifitas bakteri. Akan
tetapi pencemaran NO dari sumber alami ini tidak merupakan masalah karena
tersebar secara merata sehingga jumlahnya menjadi kecil. Yang menjadi masalah
adalah pencemaran NO yang diproduksi oleh kegiatan manusia karena jumlahnya
akan meningkat pada tempat-tempat tertentu. Kadar NOx di udara perkotaan
biasanya 10 1000 kali lebih tinggi dari pada di udara pedesaan. Emisi NO x
dipengaruhi kepadatan penduduk karena sumber utama NO x yang diproduksi
manusia adalah dari pembakaran arang, bensin, minyak dan gas. Berbagai jenis
NOx dapat dihasilkan dari proses pembakaran bahan bakar minyak (BBM) dan
bahan bakar (BB) fosil lainnya pada temperatur tinggi, baik sumber static maupun
sumber bergerak seperti pembakaran pada kendaraan bermotor, peleburan besi,
pembangkit tenaga listrik dan proses industri yang dibuang kelingkungan melalui
cerobong pabrik-pabrik di daerah kawasan industri. Penyebaran dan konsentrasi
berbagai jenis gas NOx di lingkungan pada umumnya dipengaruhi oleh topografi
lokal dan keadaan meteorology ((Leithe 1972).
Pengukuran konsentrasi nitrogen dioksida (NO2) dilakukan dengan
menggunakan metode Griess Saltzman. Pengambilan sampel praktikum dilakukan
di parkiran Departemen Arsitektur Lanskap. Pembuatan kurva kalibrasi NO 2
dilakukan di laboratorium udara Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan,
Institut Pertanian Bogor. Data hasil praktikum dan perhitungan pembuatan kurva
kalibrasi disajikan dalam tabel 1.
Tabel 1 Data pembuatan kurva kalibrasi
Larutan Standar
1
2
3
4
5
6

Va (ml)
0
0.1
0.2
0.4
0.8
1

Vb (ml)
25
25
25
25
25
25

Ca (g/ml)
2
2
2
2
2
2

Cb (g/ml)
0
0.008
0.016
0.032
0.064
0.08

Absorbansi
0
0.02
0.027
0.044
0.077
0.093

Perhitungan kurva kalibrasi dilakukan dengan menghitung terlebih dahulu nilai


Cb (konsentrasi larutan b) dengan menggunakan persamaan (x), nilai Cb yang
diperoleh dari nilai Va (volume larutan a) 0 ml, 0.1 ml, 0.2 ml, 0.4 ml, 0.8 ml, dan
1 ml larutan standar NaNO2 0.0164 g/l adalah 0 g/ml, 0.008 g/ml, 0.016 g/ml,
0.032 g/ml, 0.064 g/ml, dan 0.08 g/ml. Kemudian dilakukan pengabsorbansi
larutan hingga diperoleh nilai absorbansi yaitu 0, 0.02, 0.027, 0.044, 0.077, dan
0.093. Berdasarkan hasil yang terdapat dalam tabel 1 menunjukan bahwa semakin
besar volume larutan standar NaNO2 mengakibatkan peningkatan nilai absorbansi
yang dihasilkan. Hal tersebut menunjukan bahwa hubungan jumlah larutan
standar NaNO2 berbanding lurus dengan nilai absorbansi yang dihasilkan. Dengan
diketahuinya nilai Cb dan nilai absorbansi larutan standar natrium nitrit 0.0164
g/l, maka nilai tersebut dapat diplotkan kedalam grafik untuk mencari persamaan
regresi linier. Grafik hubungan konsentrasi NO 2 dengan nilai absorbansi disajikan
dalam gambar 1.

0.1
f(x) = 0.09x + 0.01
R = 0.99

0.08
0.06

Absorbansi

0.04
0.02
0

0.2

0.4

0.6

0.8

1.2

Konsentrasi NO2

Gambar 2 Grafik hubungan konsentrasi NO2 dan nilai absorbansi


Berdasarkan grafik dalam gambar 1, dapat ditunjukan bahwa besarnya
besarnya nilai absorbansi mengalami peningkatan seiring bertambahnya jumlah
g NaNO2. Fungsi persamaan linier yang di peroleh dari grafik tersebut yaitu y =
0.0876x + 0.007, dimana variabel x menunjukkan jumlah NO 2 pada sampel dan
variabel y menunjukkan nilai absorbansi larutan penyerap Griess Saltzman dalam
botol impinger. Nilai absorbansi tertinggi yang dihasilkan sebesar 0.093 dan
jumlah g NaNO2 tertinggi yang dihasilkan sebesar 0.08 g/ml.
Pengukuran dilapangan dilakukan selama satu jam dengan pengambilan data
setiap lima belas menit. Data hasil pengukuran di lapangan disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Data awal pengukuran di lapangan
Waktu (menit)
0
15
30
45
60
Rata-rata

Tr (C)
28.5
29
29
29.5
30
29.2

Ta (C)
33
34
35
34.5
34
34.03

Qs (l/menit)
0.4
0.6
0.5
0.5
0.5
0.5

Absorbansi
0.027
0.027
0.027
0.027
0.027
0.027

Berdasarkan data pada Tabel 2, suhu alat lebih besar daripada suhu ruangan.
Perbedaan tersebut disebabkan oleh alat dan termometer yang diletakkan pada
tempat terbuka sehingga terkena cahaya matahari secara langsung. Selain itu,
waktu pengukuran juga menyebabkan suhu yang tinggi pada alat. laju aliran yang
ditunjukan oleh flowmeter pada awalnya diatur dengan laju 0,4 liter/menit. PAda
menit ke 15 laju aliran sampling meningkat menjadi 0,6 liter/menit, sedangkan
pada 15 menit selanjutnya laju aliran mengalami penurunan menjadi 0,5
liter/menit dan kemudian konstan sampai menit ke 60. Kenaikan pada menit ke 15
disebabkan oleh debit aliran udara yang meningkat dengan kuantitas aliran udara
yang besar, sedangkan paa menit-menit selanjutnya debit aliran udara menurun
akibat kuantitas aliran udara yang lebih sedikit daripada sebelumnya. Selain itu,
nilai absorbansi yang didapatkan di lapangan berdasarkan hasil percobaan yaitu
sebesar 0,027. Nilai tersebut dipengaruhi oleh kadar NO2 yang diserap oleh

impinger. Semakin banyak NO2 yang diserap oleh larutan penyerap dalam
impinger maka nilai absorbansi semakin besar.
Besarnya konsentrasi NO2 di udara ambien didapatkan dari data-data hasil
perhitungan yang disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Data hasil perhitungan NO2
No
1

Qc (L/menit)
0.429

V (L)
25.742

Vr (L)
25.384

b
0.161

C1 (g/m3)
6.334

Berdasarkan data hasil perhitungan yang didapatkan pada Tabel 3, nilai koreksi
laju aliran udara (Qc) yang didapatkan dari hasil perhitungan dipengaruhi oleh
suhu atau temperatur ruangan dan temperatur alat serta laju aliran udara sampling.
Nilai Qc berbanding terbalik dengan suhu alat dan berbanding lurus dengan laju
aliran udara sampling dan temperatur ruangan. Artinya, semakin besar nilai laju
aliran udara sampling maka nilai koreksi laju aliran udara juga semakin besar.
Nilai volume sampel udara (V) yang didapatkan dari hasil perhitungan pada tabel
dipengaruhi oleh koreksi laju aliran udara (Qc) dan waktu sampling. Nilai volume
sampel udara berbanding lurus dengan koreksi laju aliran udara dan waktu
sampling. Artinya, semakin besar nilai kedua parameter terrsebut maka volume
udara sampel yang didapatkan juga semakin besar. Nilai volume sampel udara
pada 25oC dan 760 mmHg (Vr) yang duperoleh dari hasil perhitungan pada tabel
dipengaruhi oleh besarnya volume udara sampel dan suhu ruangan. Volume
sampel udara pada 25oC dan 760 mmHg (Vr) berbanding lurus dengan volume
sampel udara yang berarti bahwa semakin besar nilai volume sampel udara maka
nilai Vr yang didapatkan juga semakin besar. Nilai dari jumlah NO 2 pada sampel
yang diperoleh dari kurva kalibrasi (b) yang didaptkan pada tabel dipengaruhi
oleh besarnya absorbansi dan koefisien a dan c yang didaptkan berdasarkan hasil
percobaan dan perhitungan pada laboratorium yang kemudian diplotkan kedalam
grafik. Besarnya konsentrasi NO2 di udara ambien (C1) dipengaruhi oleh jumlah
NO2 pada sampel yang diperoleh dari kurva kalibrasi dan besarnya volume
sampel udara pada 25oC dan 760 mmHg (Vr) dan jumlah NO2 pada sampel yang
diperoleh dari kurva kalibrasi (b). Nilai C1 berbanding lurus dengan jumlah NO 2
pada sampel yang diperoleh dari kurva kalibrasi (b) dan berbanding terbalik
dengan volume sampel udara pada 25oC dan 760 mmHg (Vr). Artinya, semakin
besar nilai b dan semakin kecil nilai Vr maka nilai C1 yang didapatkan akan
semakin besar.
Besarnya konsentrasi NO2 yang didapatkan dari perhitungan-perhitungan
beberapa parameter dari hasil percobaan di lapangan didaptkan konsentrasi NO 2
sebesar 6,334 g/m3. Sedangkan, baku mutu nitrogen dioksida (NO 2) berdasarkan
PP. No. 41 Tahun 1999 sebesar 400 g/Nm 3 dengan waktu pengukuran satu jam.
Konsentrasi NO2 yang didaptkan pada pengukuran di Parkiran Departemen ARL
berada dibawah baku mutu yang telah ditetapkan. Beberapa hal yang
mempengaruhi nilai tersebut yaitu berdasarkan lingkungan sekitar parkiran dan
jalan yang masih terdapat banyak pohon sehingga dapat menyerap gas-gas
beracun akibat gas buang kendaraan bermotor. Vegetasi memberikan manfaat
yang besar untuk mengurangi gas-gas pencemar udara sehingga pada jalan-jalan
9

yang banyak dilalui oleh kendaraaan bermotor ataupun tempat-tempt industri dan
pabrik harus banyak terdapat vegetasi. Selain itu, lalu lintas yang terjadi tidak
begitu padat seperti di jalan raya dengan intensitas kendaraan yang tinggi
menyebabkan emisi gas NO2 juga sedikit. Oleh sebab itu, jumlah NO 2 yang
diserap oleh larutan penyerap hanya sedikit karena hasil pembakaran kendaraan
bermotor dan emisi gas yang dikeluarkan juga sedikit.
Pengendalian pencemaran gas NO2 pada udara ambien dapat dilakukan dengan
memperbaiki kualitas emisi gas buang pada sektor industri. Pengupayaan ini
dapat dilakukan dengan mengganti jenis bahan bakar, penggunaan wet
scrubber dan oksigen murni, serta optimalisasi pengaturan suhu dan tekanan
dalam proses pembakaran (Leithe 1972). Selain itu, perbaikan emisi gas buang
juga dilakukan pada sektor transportasi, terutama pada kendaraan darat. Langkahlangkah perbaikan dalam sektor transportasi dapat dilakukan dengan cara
merawat mesin kendaraan agar tetap baik, melakukan pengujian uji emisi KIR
kendaraan secara berkala, serta memasang filter pada knalpot kendaraan
(Sastrawijay, Tresna 1991).

SIMPULAN
Berdasarkan hasil pengukuran dan perhitungan yang telah dilakukan, simpulan
yang dapat diambil yaitu natrium dioksida (NO 2) merupakan salah satu gas
pencemar di udara yang berbahaya bagi makhluk hidup apabila konsentrasinya
melebihi baku mutu yang telah ditetapkan. Konsentrasi NO 2 dipengaruhi oleh
volume udara sampe dan jumlah NO 2 pada sampel yang diperoleh dari kurva
kalibrasi. Beberapa parameter-parameter yang didapatkan dari hasil pengukuran
saling mempengaruhi nilai satu sama lain. Selain itu, konsentrasi NO2 di udara
juga sangat dipengaruhi oleh banyaknya emisi gas buang kendaraan bermotor. Hal
tersebut berhubungan dengan kepadatan lalu lintas yang melewati suatu tempat.
Banyak nya ruang terbuka hijau juga memberikan dampak yang positif yaitu
dapat mengurangi gas- gas pencemar di udara baik akibat kendaraan bermotor
maupun akibat aktivitas pabrik atau industri. Konsentrasi NO 2 yang didapatkan
pada percobaan yaitu sebesar 6,334 g/m3 untuk pengukuran selama satu jam.
Sedangkan, baku mutu NO2 berdasarkan PP No. 41 Tahun 1999 yaitu sebesar 150
g/m3 untuk waktu pengukuran satu jam. Hal tersebut berarti konsentrasi NO 2
yang didaptkan tidak melebihi baku mutu yang telah ditetapkan.

Saran
Pengukuran dan perhitungan konsentrasi NO2 sebaiknya dilakukan pada dua
tempat yang mempunyai kepadatan lalu lintas dan jumlah vegetasi yang berbeda
sehingga mendapat pembanding agar dapat mengetahui sejauh mana pengaruh
vegetasi untuk mengurangi gas-gas pencemar udara terutama gas pencemar
akitbat kendaraan bermotor dan industri atau pabrik-pabrik.

Daftar Pustaka
Batara E. 2005. Pencemaran udara dan respon tanaman serta pengaruhnya pada
manusia. E-USU Repository. 6(3) : 2-3

10

Leithe W. 1972. The Analysis of Air Pollutants. New York (US): AnnArbor
Science Publisher.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor: 41 Tahun 1999 tentang Baku
Mutu Udara Ambien Nasional. Jakarta (ID).
Prawiro R. 1988. Ekologi Pencemaran Lingkungan. Semarang (ID) : Satya
Wacana.
Sastrawijaya A, Tresna. 1991. Pencemaran Lingkungan. Jakarta (ID):
Rineka Cipta.
Sugiarti. 2005. Gas pencemar udara dan pengaruhnya terhadap kesehatan
manusia. Jurnal Chemica. 10(1) : 50-58.
Wardana W. 2001. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta (ID) : Andi
Offset.

Lampiran
Lampiran 1 Contoh perhitungan
Diketetahui :
Qs = 0,50 liter/menit
Tr = 29,20oC
Ta = 34,03oC
t = 60 menit
Perhitungan koreksi laju aliran udara
Tr
Qc = Qs Ta
= 0,50

29,20
34,03

= 0,429 liter/menit
Perhitungan volume sampel udara
V = Qc x t
= 0,429 x 60
= 25,742 liter
Perhitungan Volume udara pada 25oC dan 760 mmHg
P
298
Vr = V 760 Tr +273
760
298
= 25,742 760 29,20+273

= 25,384 liter
Perhitungan jumlah NO2 pada sampel
( yc)
b=
a

11

(0,0270,0079)
0,1188

= 0,161
Perhitungan konsentrasi NO2
b
Konsentrasi NO2 = Vr x 10
=

0.161
x 1000
25,384

= 6,334 g/m3

Lampiran 2 Baku mutu udara ambien berdasarkan PP No. 41 Tahun 1999


No Parameter
Waktu Pengukuran
Baku Mutu
.
1.
SO2
1 jam
900 g/m3
Sulfur dioksida
24 jam
365 g/m3
1 tahun
60 g/m3
2.
CO
1 jam
30.000 g/m3
Karbon monoksida
24 jam
10.000 g/m3
3.
NO2
1 jam
400 g/m3
Nitrogen dioksida
24 jam
150 g/m3
1 tahun
100 g/m3
4.
O3
1 jam
235 g/m3
Oksidan
1 tahun
50 g/m3
5.
HC
3 jam
160 g/m3
Hidrokarbon
6.
PM10
24 jam
150 g/m3
7.
TSP
24 jam
230 g/m3
Debu
1 tahun
90 g/m3
8.
Pb
24 jam
2 g/m3
Timah hitam
1 tahun
1 g/m3
9.
Dustfall
30 hari
10 ton/km2/bln
20 ton/km2/bln
12

10.

Total florida

11.
12.

Flor indeks
Klorine
dan
dioksida
Sulfat indeks

13.

24 jam
90 hari
30 hari
Klorin 24 jam
30 hari

3 g/m3
0,5 g/m3
40 g/100 cm2
150 g/m3
1 mg
cm3

SO3/100

Lampiran 3 Dokumentasi

13

Anda mungkin juga menyukai