Anda di halaman 1dari 7

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang


cukup banyak. Selain itu, pertumbuhan penduduk di Inodenesia juga semakin pesat.
Bertambahnya jumlah penduduk yang semakin meningkat menyebabkan jumlah
pembangunan struktur dan infrastruktur di Indonesia juga meningkat. Hal tersebut
dilakukan sebagai salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat
dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari. Dengan banyaknya pembangunan
yang dilakukan, bahan konstruksi yang digunakan juga semakin banyak
dibutuhkan, baik berupa kayu, bambu, baja, beton, dan lain sebagainya.
Keberhasilan suatu pembangunan salah satunya dapat ditentukan oleh bahan-bahan
konstruksi yang digunakan dalam pembangunan tersebut. Layak atau tidaknya
suatu bahan konstruksi untuk digunakan tentunya perlu dilakukan beberapa
pengujian, seperti uji tekan, lentur, dan uji tarik. Pengujian tersebut dilakukan
dengan menggunakan beberapa alat dan dengan memperhatikan standar, fungsi,
atau besarnya beban yang bekerja pada bangunan yang akan dibangun sehingga
dapat menentukan bahan konstruksi yang cocok digunakan dalam pembangunan
tersebut.
Suatu pembangunan tidak terlepas dari proses perencanaan atau
perancangan. Perencanaan pembangunan merupakan tahap awal yang penting
dalam suatu kegiatan pembangunan. Melalui proses perencanaan, keamanan,
keselamatan, ketahanan, serta kelancaran suatu bangunan dapat ditentukan. Dalam
perencanaan tersebut, pemilihan bahan material, baik material utama maupun
pendukung merupakan salah satu hal paling penting dan sangat menentukan.
Material pendukung pada umumnya digunakan untuk mendukung kegiatan
konstruksi, seperti kayu yang digunakan dalam bekisting pada beton (Christo dan
Darmawan 2014). Pemilihan bahan konstruksi atau material konstruksi sangat
perlu diperhatikan agar bangunan yang akan dibangun tidak cepat mengalami
kerusakan.
Masing-masing bahan konstruksi mempunyai sifat mekanis yang berbeda-
beda. Selain itu, kekuatan dari setiap bahan konstruksi juga berbeda-beda, baik
dalam hal kuat tekat maupun kuat tariknya. Masing-masing sifat yang dimiliki oleh
bahan konstruksi, seperti, kayu, bamboo, baja, beton, dan lain sebagainya tidak
dapat dilihat atau ditentukan hanya melalu pengamatan saja, tetapi perlu dilakukan
pengujian kekuatan bahan dengan menggunakan alat uji yang terdiiri dari berbagai
macam alat dengan fungsinya masing-masing. Setiap alat mempunyai fungsi dan
karakteristik yang berbeda-beda. Oleh sebab itu, pengenalan alat-alat praktikum
bahan konstruksi perlu dilakukan untuk mengetahui perbedaan karakterisitik,
fungsi, dan cara penggunaan dari masing-masing alat yang terdapat dalam
Laboratorium Struktur dan Laboratorium Kekuatan Bahan.

TUJUAN
Praktikum ini bertujuan untuk mengenal alat-alat yang akan digunakan dalam
praktikum bahan konstruksi dan memberikan informasi tentang karakteristik,
fungsi, dan cara penggunaan dari masing-masing alat yang akan digunakan agar
mahasiswa dapat mengetahui perbedaan dari masing-masing alat tersebut.
ALAT DAN BAHAN
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
Universal Testing Machine (UTM)
Saringan atau ayakan
Oven
Timbangan
Mold
Los Angeles Machine
Slump Test Apparatus
Shaker
Molen / Mixer
Schmidt Test

Gambar 1. UTM Manual Gambar 2. UTM Otomatis

Gambar 3. Slump Test Apparatus Gambar 4. Oven

Gambar 5. Mold Gambar 6. Shaker


Gambar 7. Los Angeles Testing Mechine Gambar 8. Molen

Gambar 9. Timbangan Gambar 10. Saringan atau ayakan

Gambar 11. Schmidt Test

METODE
Praktikum pengetahuan bahan konstruksi dilakukan di Laboratorium
Struktur dan Laboratorium Kekuatan Bahan Departemen Teknik Sipil dan
Lingkunan IPB. Metode yang digunakan dalam praktikum pengenalan alat bahan
konstruksi adalah metode observasi atau pengamatan langsung dan penjelasan
secara langsung mengenai fungsi dan cara penggunaan masing-masing alat yang
ada di dalam laboratorium tersebut. Langkah-langkang yang dilakukan dalam
praktikum ini adalah membagi mahasiswa menjadi dua kelompok, yaitu satu
kelompok melakukan pengamatan alat-alat pada Laboratorium Struktur terlebih
dahulu dan kelompok lainnya melakukan pengamatan alat pada Laboratorium
Kekuatan Bahan. Selanjutnya, masing-masing kelompok bertukar tempat apabila
telah selesai melakukan pengamatan pada laboratorium yang pertama. Masing-
masing mahasiswa mencatat apa yang dijelaskan oleh teknisi mengenai fungsi
maupun cara kerja alat-alat tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Universal Testing Machine (UTM) merupakan sebuah mesin
pengujian untuk menguji tegangan tarik dan kekuatan tekan bahan atau material
serta uji lentur sampel uji. Penggunaan Universal Testing Machine (UTM)
dilakukan dengan memberikan gaya tekan atau gaya tarik kepada bahan yang
diujikan. Bahan material yang digunakan pada masing-masing uji tersebut dapat
berupa kayu, baja atau beton. Benda uji itu dipasang pada mesin penguji dengan
gaya tekan dan gaya tarik yang akan semakin bertambah besar akhirnya menekan
dan menarik pada batang. Kata universal merujuk kepada berbagai pengkondisian
tegangan yang dapat diamati. Mekanisme aplikasi beban yang digunakan antara
digerakkan oleh gir atau secara hidrolis (Reardon 2011). Universal Testing Machine
(UTM) yang digunakan dalam praktikum terdiri dari dua jenis, yaitu UTM manual
dan UTM otomatis.
Penggunaan UTM otomatis jauh lebih efisien dibandingkan dengan UTM
manual karena penggunaan UTM otomatis hanya membutuhkan satu operator,
sedangkan UTM manual membutuhkan 2-3 orang operator. Uji tekan dan lentur
dilakukan di bagian bawah sedangkan uji tarik dilakukan di bagian atas. Hasil uji
bahan pada UTM otomatis berupa grafik yang akan tersimpan langsung pada
komputer secara otomatis. UTM otomatis akan berhenti dengan sendirinya apabila
pengujian dirasa telah selesai. Sedangkan, hasil uji pada UTM manual dilakukan
dengan membaca jarum pada papan monitor yang berbetuk lingkaran yang berada
disamping alat uji. Setelah pengujian selesai, jarum hitam akan kembali ke posisi
awal atau ke posisi 0.
Oven digunakan untuk membakar hasil cetakan bahan konstruksi sehingga
menjadi lebih kuat dan tahan lama, mengeringkan pasir dan krikil. Selain itu, Oven
digunakan untuk mengurangi kadar air pada bahan agregatyang akan digunakan
pada proses pembuatan beton. Suhu yang digunakan disesuaikan dengan keperluan
pengujian. Umumnya, bahan akan dipanaskan hingga berat jenisnya tetap atau tidak
berubah.Suhu maksimum oven laboratorium sebesar 300C, dan pengujian bahan
dengan pemberian waktu sehari di dalam oven. Penggunaan oven dilakukan
dengan menekan tombol power, lalu suhu diatur sesuai keinginan sampai waktu dan
suhu berhenti sesuai dengan yang ditentukan (Wirjosoemarto 2004).
Shaker merupakan alat yang digunakan untuk menyaring atau mengayak
antara pasir dan krikil, sehingga dapat memilah sedimen berdasarkan ukuran
partikelnya. Shaker juga digunakan untuk memisahkan bahan pengotor dengan
material. Alat ini bekerja dengan memutar tuas yang ada sehingga alat akan naik-
turun dan terlihat sedang mengguncang material. Shaker digunakan bersama
dengan saringan atau ayakan. Ayakan berbentuk bundar disusun di antara empat
batang besi. Penyusunan ayakan dilakukan dengan menempatkan ayakan dengan
lubang ayakan paling besar sampai dengan lubang ayakan paling kecil yang terletak
di bagian bawahnya. Alat ini digunakan pada saat penyusunan komposisi beton,
untuk memperoleh komponen yang memiliki ukuran sesuai dengan spesifikasi yang
telah ditentukan.
Los Angeles Testing Machine digunakan untuk menghitung sifat keras
agregat kasar dengan menentukan presentase jumlah bagian berat yang aus.
Abrasion Test Los Angeles disebut juga alat simulasi keausan dengan bentuk dan
ukuran tertentu terbuat dari pelat baja berputar dengan kecepatan tertentu. Pada alat
ini, material juga akan dipisahkan dengan pengotor. Cara kerjanya adalah material
dimasukkan ke dalam alat dan akan diputar sehingga pengotor nantinya dapat
terpisah dari material. Prinsip dari uji abrasi Los Angeles adalah menetukan
persentase keausan akibat gesekan antara agregat dan bola besi yang digunakan
sebagai penggerus. Pengurangan pada bahan yang dijabarkan dalam presentase
terhadap berat total bahan disebut nilai abrasi Los Angeles (Gambhir 2014).
Molen atau concrete mixer digunakan untuk mengaduk semen, air, dan
agregat lainnya agar pada saat proses pengadukan menjadi lebih rata dan lebih
halus. Cara penggunaannya adalah agregat terlebih dahulu dimasukan ke dalam
molen, kemudian dicampur dengan pasir dan semen dibuat dalam takaran yang
sesuai dengan mutu beton yang diinginkan. Untuk volume yang lebih kecil
digunakan portable concretemixer dalam pembuatan beton langsung di lokasi
konstruksi, hal ini berguna dalam memberikan waktu bagi para pekerja dalam
mengolah beton sebelum mengeras (Leo 2011).
Saringan atau ayakan mesh untuk pasir atau agregat lainnya digunakan
untuk keperluan menyaring agregat agar sesuai dengan ukuran yang diinginkan dan
terpisah dari kontaminan-kontaminan yang tercampur bersama agregat. Fungsi
utama dari saringan atau ayakan ini adalah untuk mendapatkan bahan akhir yang
lebih kecil dari bahan sebelumnya. Saringan atau ayakan terdiri dari beberapa
ukuran sesuai dengan kebutuhan agregat yang ingin dihasilkan. Penggunaan
saringan atau ayakan digunakan sebelum melakukan pencampuran semua agregat
saat pembuatan beton.
Slump Test Apparatus terdiri dari papan, kerucut abrams, dan mistar.
Percobaan slump beton adalah suatu cara untuk mengukur kelecekan adukan beton,
yaitu kecairan atau kekentalan adukan yang berguna dalam pekerjaan beton.
Semakin rendah nilai slump maka menunjukan bahwa adukan tersebut semakin
kental. Pemeriksaan slump beton dimaksudkan untuk mengetahui konsistensi beton
dan sifat mudah dikerjakan (workability) sesuai dengan syarat yang telah ditetapkan
(Herwanto dan Idham 2012). Penggunaan slump test dilakukan dengan
memasukkan cairan beton ke dalam kerucut abrams hingga terisi penuh. Setelah
itu, tinggi cairan atau adukan beton semula diukur dengan menggunakan mistar.
Adukan atau cairan beton yang berada di dalam kerucut abram dikeluarkan dan
dibiarkan mengeras. Setelah beton mengeras, tinggi beton diukur kembali
menggunakan mistar dan akan didapatkan selisih antara tinggi beton pada saat cair
dan tinggi beton setelah mengeras. Nilai tersebut merupakan nilai slump beton.
Beton dengan slump tinggi bisa jadi kuat dan beton dengan kadar slump rendah bisa
jadi tidak terlalu kuat. Hanya uji kekuatan secara langsung pada beton yang sudah
mengeras yang bisa memberikan nilai kekuatan beton secara akurat (Garber 2006).
Mold atau cetakan digunakan untuk mencetak beton. Mold terdiri dari
beberapa bentuk, yaitu silinder besar, silinder kecil, dan kubus. Masing-masing
cetakan terbuat dari besi. Cetakan tersebut berperan penting dalam menentukan
ukuran dan bentuk serta mengontrol posisi, kesejajaran, dan kontur permukaan
beton. Cetakan dengan bentuk yang berbeda-beda dibuat dengan tujuan pembuatan
beton untuk jenis konstruksi yang berbeda-beda pula, misalnya cetakan kubus untuk
pengaspalan jalan. Dari segi keakuratan, cetakan berbentuk silinder lebih akurat
dibandingkan cetakan berbentuk kubus.
Timbangan pada praktikum bahan konstruksi digunakan untuk menimbang
berat bahan uji. Timbangan terdiri dari dua jenis, yaitu timbangan manual dan
timbangan digital. Keuntungan menggunakan timbangan digital adalah berat dari
bahan uji yang diimbang sudah tercatat secara otomatis pada layar yang terdapat
pada timbangan. Kelemahan timbangan digital adalah diperlukannya sumber listrik
sehingga tidak tahan lama. Sedangkan, penggunaan timbangan manual dilakukan
dengan pembacaan secara manual oleh seseorang dan tidak memerlukan sumber
listtrik seperti pada timbangan digital.
Schmidt Test adalah alat yang digunakan untuk menguji sifat elastis atau
kekuatan beton, terutama kekerasan permukaan dan ketahanan penetrasi. Cara
penggunaan dari Schmidt Test adalah dengan menusukkan ujung dari alat tersebut
ke dalam bahan konstruksi yang akan diuji yaitu beton yang telah mengeras.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum pengenalan alat yang telah dilakukan,
kesimpulan yang dapat diambil adalah terdapat berbagai jenis alat yang dapat
digunakan dalam praktikum bahan konstruksi. Terdapat sepuluh alat yang
diperkenalkan dan dijelaskan dalam praktikum ini, yaitu UTM (manual dan
otomatis), Schmidt Test, Slump Test Apparatus (kerucut abrams, mistar, dan papan),
molen atau mixer, timbangan (manual dan otomatis), saringan atau ayakan, shaker,
Los Angeles Testing Mechine, mold, dan oven. Masing-masing alat tersebut
mempunyai karakteristik, fungsi, dan cara penggunaan yang berbeda-beda. UTM
berfungsi sebagai alat untuk uji tekan, tarik, dan uji lentur dari bahan konstruksi,
seperti kayu atau beton, Schmidt Test berfungsi untuk menguji sifat elastis atau
kekuatan beton yang telah mengalami pengerasan, Slump Test Apparatus
digunakan untuk menguji kekentalan beton pada saat sebelum dimasukkan ke
dalam cetakan, molen berfungsi sebagai mengaduk berbagai macam agregat yang
digunakan dalam pembuatan beton, timbangan digunakan untuk menentukan berat
dari bahan yang akan diuji, saringan atau ayakan berfungsi untuk menghasilkan
agregat sesuai dengan ukuran yang diinginkan dan memisahkan agregat dari
kontaminan atau kotoran yang ada didalamnya, shaker berfungsi untuk mengayak
pasir atau kerikil, Los Angeles Testing Mechine digunakan untuk digunakan untuk
menghitung sifat keras agregat kasar dengan menentukan presentase jumlah bagian
berat yang aus, mold berfungsi untuk mencetak beton, dan oven berfungsi untuk
mengecek kadar air.

DAFTAR PUSTAKA
Christo A, Darmawan I. 2014. Sistem dan Mekanisme dan Kesehatan Kerja pada
Pelaksanaan Proyek Konstruksi. Balikpapan (ID) : Politeknik Negeri
Balikpapan.
Gambhir. 2014. Building and Construction Materials. India (ND) : McGraw Hill
Education Private Limited.
Garber G. 2006. Design and Construction of Concrete Floors, Second Edition.
Inggris (UK) : Elsevier Ltd.
Herwanto J, Idham M. 2012. Pengaruh mutu beton K-250 akibat terendam air laut
dengan penambahan zat aditif sikacim concrete additive kadar 0,6%. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa. 1(1): 118-127.

Leo S. 2011. Concrete Mixer. http://id.brasilbritadores.com/pengetahuan/mesin-


pengaduk-pasir.html. (2016 Februari 17).

Reardon AC. 2011. Metallurgy for the Non-Metallurgist, Second Edition.


Amerika (US) : ASM International.
Wirjosoemarto K. 2004 . Teknik Laboratorium. Bandung (ID) : JICA.

Anda mungkin juga menyukai