Anda di halaman 1dari 5

LAB. KEKUATAN BAHAN Waktu : 13.00-16.

00 WIB
SIL Tanggal : 23 Juni 2017
Hari : Senin

LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN KONSTRUKSI


UJI KUAT TEKAN BETON PADA STRUKTUR BANGUNAN
DENGAN SCHMIDT TEST OTOMATIS

Nama : Rahmalina
NIM : F44150001
Kelompok :1

Dosen :
M. Fauzan, St., MT.
Dr. Ir. Meiske Widyarti, M.Eng.
Titiek Ujianti Karunia, ST., MT.

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2017
TUJUAN
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui keseragaman kekuatan beton pada
suatu struktur bangunan dengan menggunakan Schmidt Test dan untuk mengetahui
perbedaan kekuatan struktur beton pada kolom.

MANFAAT PRAKTIKUM
Pengujian kekuatan tekan beton dengan metode Schmidth Test bermanfaat untuk
mengetahui tegangan karakteristik suatu komponen beton yang telah tercetak dan
diragukan kekuatannya atau beton tersebut akan ditingkatkan kekuatannya tanpa
merusak struktur tersebut (non destructive). Dari pengujian ini juga diguanakan
sebagai bahan evaluasi kinerja struktur paska pembangunan.

ALAT DAN BAHAN


1. Schmidt Test
2. Kolom, lantai, dan lainnya

Gambar 1. Schmidt test

METODE
Praktikum dilakukan pada hari Senin, 5 Juni 2017 di Laboratorium Kekuatan
Bahan, Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian,
Institut Pertanian Bogor. Sampel kolom yang digunakan adalah kolom pada Lab.
Struktur Teknik Sipil dan Lingkungan. Metode yang digunakan adalah metode
pengujian langsung dengan menggunakan alat Schmidt Test otomatis. Langkah
pertama yang dilakukan yaitu mencari titik untuk tempat pengujian pada kolom.
Langkah kedua yaitu titik-titik pengujian pada struktur kolom ditentukan sebanyak
lima titik dengan mebentuk tanda “+” yang mana memiliki bagian titik tengah, atas,
bawah, samping kanan dan kiri. Langkah ketiga yaitu pengujian dengan Schmidt
Test. Sebelum melakukan pengujian dengan menggunakan alat Schmidt Test,
praktikan menentukan terlebih dahulu satuan yang akan digunakan pada pengujian
kali ini. Setelah ditentukan satuannya, alat diatur dengan menggerakan ke kanan
dan ke kiri untuk memilih satuan yang diinginkan. Kemudian Schmidt Test
ditempel pada masing-masing titik yang telah ditentukan dengan menekan Schmidt
Test sampai terdengar suara dan nilai kekuatan kolom muncul pada alat tersebut.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Schmidt hammer merupakan alat ukur kekuatan beton. Schmidt hammer adalah
sebuah instrumen yang kompak dan ringan untuk pengujian beton dan batuan yang
dapat dilakukan secara in situ maupun pengujian terhadap sampel di laboratorium.
Schmidt hammer terdiri dari pegas yang dipasang pada sebuah pengisap (pluger)
yang ketika dilepas aka menghantam permukaan dan menyebabkan sebuah massa
dalam alat tersebut memantul (rebound). Magnitud dari pantulan diindikasi dalam
skala pada rebound number. Angka ini yang disebut sebagai nilai schmidt hammer
dan memberikan indikasi kekerasan permukaan yang dapat dikorelasikan dengan
kekuatan dari material yang diuji (Brook 1979). Alat ini sangat berguna untuk
mengetahui keseragaman material beton pada struktur. Karena kessderhanaanya,
pengujian dengan menggunakan scmidt hammer sangat cepat, sehingga dapat
mencakup area pengujian yang luas dalam waktu yang singkat. Alat ini sangat peka
terhadap variasi yang ada pada permukaan beton, misalnya keberadaan partikel batu
pada bagian-bagian tertentu dekat permukaan (Lubis 2003).
Schmidt Test yaitu suatu alat permukaan mutu beton tanpa merusak beton.
Disamping itu dengan menggunakan metode ini akan diperoleh cukup banyak data
dalam waktu yang relatif singkat dengan biaya yang murah. Metode pengujian ini
dilakukan dengan memberikan beban intact (tumbukan) pada permukaan beton
dengan menggunakan suatu massa yang diaktifkan dengan menggunakan energi
yang besarnya tertentu. Jarak pantulan yang timbul dari massa tersebut pada saat
terjadi tumbukan dengan permukaan beton benda uji dapat memberikan indikasi
kekerasan juga setelah dikalibrasi, dapat memberikan pengujian yang luas dalam
waktu yang singkat. Alat ini sangat berguna untuk mengetahui keseragaman
material beton pada struktur. Karena kesederhanaannya, pengujian dengan
menggunakan alat ini sangat cepat, sehingga dapat mencakup area pengujian yang
luas dalam waktu yang yang singkat. Alat ini sangat peka terhadap variasi yang ada
pada permukaan beton, misalnya keberadaan partikel batu pada bagian-bagian
tertentu yang dekat dengan permukaan. Oleh karena itu, diperlukan pengambilan
beberapa kali pengukuran disekitar setiap lokasi pengukurannya, yang hasilnya
kemudian dirata-ratakan. British Standards (BS) mengisyaratkan pengambilan
antara 9 sampai 25 kali pengukuran untuk setiap daerah pengujian seluas
maksimum 300 mm2. Secara umum alat ini bisa digunakan untuk memeriksa
keseragaman kualitas beton pada struktur dan mendapatkan perkiraan kuat tekab
beton (Brook 1979).
Pengujian dengan menggunakan Schmidt Test mempunyai kekurangan dan
kelebihan. Kelebihan penggunaan alat Schmidt Test yaitu murah, pengukuran bisa
dilakukan dengan cepat, praktis, dan tidak merusak struktur beton. Sedangkan,
kekurangan pengujian kekuatan struktur beton dengan menggunakan alat Schmidt
Test yaitu hasil pengujian dipengaruhi oleh kerataan permukaan, kelembaban
beton, sifat-sifat dan jenis agregrat kasar, derajat karbonasi, dan umur beton. Oleh
karena itu, pengujian beton yang dilakukan harus dari jenis dan kondisi yang sama.
Selain itu, kekurangan pengujian dengan Schmidt Test adalah sulit mengkalibrasi
hasil pengujian apabila menggunakan Schmidt Test manual, tingkat keandalannya
rendah, dan hanya memberikan informasi mengenai karakteristik beton pada
permukaan (Mulyono 2005).
Praktikum Schimdt Test kontruksi beton dilakukan pada sampel struktur kolom
di Lab. Struktur Teknik Sipil dan Lingkungan IPB dengan lima titik yang berbeda
pada masing-masing struktur. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Uji Schmidt Test


Kuat Tekan Kekuatan Rata-
Pengujian
(MPa) rata
1 34,5
2 37,5
3 43 (eror)
37,167
4 37,5
5 36,5
6 30,5 (eror)

Pengujian kuat tekan pada tiang/kolom di laboratorium kekuatan bahan SIL


IPB didapatkan nilai kuat tekan untuk 6 titik. Hasil pengujian dapat dilihat pada
tabel 1 dimana pada titik pertama didapatkan nilai kuat tekan sebesar 34.5 Mpa,
pada titik kedua 37.5 Mpa, pada titik ketiga 43 Mpa, pada titik keempat 37.5, pada
titik kelima 36.5 Mpa, dan pada titik keenam didapatkan nilai kuat tekan sebesar
30.5 Mpa. Dengan metode rasional, nilai kuat tekan pada titik satu, titik ketiga, titik
keenam yaitu 34.5, 43 dan 30.5 dianggap eror karena hasilnya terlampau jauh lebih
besar daripada nilai kuat tekan yg lainnya. Maka diperoleh data kekuatan rata-rata
dari titik 2,3, dan 4 adalah 37.167 MPa. Metode rasional yang menganggap eror
dibeberapa hasil pengujian dikarenakan asumsi bahwa di titik yang diuji kadang
letaknya bertepatan di tulangan baja sehingga nilai kuat tekan tinggi atau letaknya
bertepatan pada campuran beton yang keropos sehingga hasilnya terlampau rendah.
Alat Schmidt Test manual mempunyai perbedaan dengan Schmidt Test
otomatis. Perbedaan tersebut ditunjukan oleh cara pembacaan nilai dari kekuatan
dan kekerasan beton yang diuji. Pada Schmidt Test otomatis, nilai kekuatan beton
langsung dapat diketahui tanpa melakukan konversi melalui grafik-grafik pada
struktur berbentuk silinder dan kubus untuk mendapatkan nilai kekuatan dari beton,
baik pada kolom maupun balok. Cara penggunaan Schmidt Test baik manual
maupun otomatis mempunyai prinsip kerja yang sama, yaitu Schmidt Test hanya
ditempelkan pada titik yag akan diuji kemudian ditekan sampai terdengar bunyi
yang menunjukan pengujian telah dilakukan dan setelah itu dilakukan pembacaan
pada angka atau skala yang ditunjukan pada Schmid Test yang digunakan. Nilai
atau angka tersebut menunjukan nilai kekuatan atau kekerasan beton.
Schmidt Test atau Hammer Test digunakan untuk mengetahui kualitas beton
yang sudah mengeras, aplikasinya untuk mengetahui nilai konfirmasi terhadap kuat
tekan di lapangan. Uji ini juga bertujuan untuk keperluan evaluaasi bangunan
eksisting (yang telah ada/berdiri). Evaluasi biasanya dilakukan jika ada
kemungkinan adanya perubahan kualitas struktur yang bisa terjadi karena accident
(misalnya kebakaran atau gempa), adanya kerusakan akibat kesalahan pengerjaan
atau ketidaksesuaian dengan spesifikasi teknis maupun karena faktor umum
bangunan (Lubis 2003).

SIMPULAN
Pengujian schmidt hammer test dilakukan pada beberapa bagian struktur kolom
pada Lab Kekuatan Bahan di Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan. Pengujian
dilakukan dengan melakukan percobaan di 6 titik pada kolom yang telah di tentukan
sebelumnya. Berdasarkan 6 kali pengujian didapatkan tiga nilai yang terjadi eror
karena memiliki nilai yang lebih tinggi atau lebih rendah dari nilai di titk yang lain
dimana dilakukan dengan metode rasional. Metode rasional yang menganggap eror
dibeberapa hasil pengujian dikarenakan asumsi bahwa di titik yang diuji kadang
letaknya bertepatan di tulangan baja sehingga nilai kuat tekan tinggi atau letaknya
bertepatan pada campuran beton yang keropos sehingga hasilnya terlampau rendah.
Sehingga rata-rata kuat tekan sebesar 37.167 MPa.

DAFTAR PUSTAKA
Brook K M. 1979. Bahan dan Praktek Beton. Jakarta (ID): Erlangga
Bungey JH dan Millard SG. 2006. Pengujian Beton pada Struktur. Jakarta (ID):
Erlangga
Lubis M. 2003. Pengujian Struktur Beton dengan Metode Hammer Test dan Metode
Pembebanan (Load test). Medan (ID): Universitas Sumatera Utara
Mulyono T. 2005. Teknologi Beton. Yogyakarta (ID): Andi Offet

Anda mungkin juga menyukai