PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan dan peningkatan kualitas hidup anak merupakan upaya
penting untuk masa depan Indonesia yang lebih baik. Upaya kelangsungan
hidup, perkembanngan dan peningkatan kualitas anak berperan penting sejak
masa dini kehidupan yaitu masa dalam kandungan, bayi dan anak balita.
Pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi memerlukan masukan zatzat gizi yang seimbang dan relatif besar, namun kemampuan bayi untuk
makan dibatasi oleh keadaan saluran pencernaannya yang masih dalam tahap
pendewasaan (Maryunani, 2010).
Kebutuhan nutrisi pada bayi berbeda dengan orang dewasa baik dalam
jumlah maupun proporsi karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral.
Kebutuhan nutrisi pada bayi sudah tercukupi melalui pemberian ASI terutama
ASI eksklusif, karena ASI merupakan makanan pertama yang paling baik
bagi awal kehidupan bayi, ASI mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan
dengan jumlah dan kandungan yang tepat dan membentuk antibodi yang
dapat membantu melawan infeksi (Riksani, 2012).
ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja sejak bayi dilahirkan sampai
usia 6 bulan tanpa memberikan makanan dan minuman tambahan seperti susu
formula, air jeruk, teh, madu dan air putih. Pemberian ASI eksklusif akan
menjamin terjadinya perkembangan potensi kecerdasan anak secara optimal,
karena ASI merupakan nutrien ideal dengan komposisi tepat dan sangat
sesuai dengan kebutuhan bayi, pemberian ASI secara benar akan dapat
mencukupi kebutuhan bayi sampai usia 6 bulan tanpa makanan pendamping
ASI (Maryunani, 2012).
Manfaat ASI bagi bayi adalah enam hingga delapan kali lebih jarang
menderita kanker anak (leukemia), risiko dirawat dengan sakit saluran
pernapasan 3 kali lebih jarang dari bayi yang rutin konsumsi susu formula,
sebanyak 47% lebih jarang diare, mengurangi risiko kencing manis, terhindar
dari alergi, mengurangi risiko penyakit jantung dan pembuluh darah,
mengurangi penyakit menahun seperti usus besar, mengurangi terkena asma
dan mengurangi risiko kekurangan gizi dan obesitas (Maryunani, 2012).
Bayi yang sehat lahir membawa cukup cairan di dalam tubuhnya,
kondisi ini akan tetap terjaga bahkan dalam suasana panas bila bayi diberikan
ASI secara eksklusif siang dan malam. Rendahnya pemberian ASI
Gizi merupakan salah satu komponen penting dalam menunjang
keberlangsungan proses pertumbuhan dan perkembangan, gizi menjadi
kebutuhan untuk tumbuh dan berkembang selama masa pertumbuhan. Dalam
nutrisi terdapat kebutuhan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangan seperti protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin dan air
(Hidayat, 2011).
Status gizi adalah keadaan yang ditunjukkan sebagai konsekuensi dari
keseimbangan antara zat gizi yang masuk ke tubuh dan yang diperlukan.
Keadaan gizi merupakan gambaran apa yang dikonsumsi oleh seseorang
dalam jangka waktu yang cukup lama. Karena itu ketersediaan zat gizi di
dalam tubuh seseorang termasuk bayi menentukan keadaan gizi bayi apakah
kurang gizi atau lebih (Maryunani, 2010).
Salah satu manfaat gizi adalah meningkatkan respon kekebalan tubuh
dan untuk pertumbuhan serta perkembangan. Kekurangan zat gizi mikro
seperti seng, selenium, besi, tembaga, vitamin A, vitamin C, vitamin E,
vitamin B-6 dan asam folat akan mempengaruhi respon kekebalan.
Kekurangan vitamin A dapat menyebabkan rusaknya pertahanan dipermukaan
epitel (Sulistyoningsih, 2012).
Dampak dari asupan gizi yang kurang atau kelebihan asupan gizi
adalah terhambatnya pertumbuhan bayi baik berat badan maupun tinggi
badannya,
kekurangan
energi
protein
(KEP),
obesitas
yang
dapat
dilakukan pada 11 orang ibu yang memiliki bayi usia kurang dari 6 bulan
hanya 3 orang ibu saja yang memberikan ASI eksklusif sampai bayinya usia 6
bulan, sedangkan 8 orang ibu lainnya sudah memberikan susu formula dan
makanan pendamping ASI (MP-ASI).
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul hubungan pemberian ASI Eksklusif dengan status
gizi pada bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Darul Imarah Kabupaten Aceh
Besar tahun 2016.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Darul Imarah
Kabupaten Aceh Besar Periode Januari sampai Februari tahun 2016 jumlah
bayi usia 0-6 bulan sebanyak 457 orang. Cakupan pemberian ASI Eksklusif
sebesar 40,5%. Jumlah bayi yang tidak naik berat badannya sebanyak 11
orang (8,5%). Jumlah bayi yang mengalami ISPA sebanyak 23 orang dan bayi
yang mengalami diare sebanyak 12 orang. Dari hasil studi pendahuluan yang
dilakukan pada 11 orang ibu yang memiliki bayi usia kurang dari 6 bulan
hanya 3 orang ibu saja yang memberikan ASI eksklusif sampai bayinya usia 6
bulan, sedangkan 8 orang ibu lainnya sudah memberikan susu formula dan
makanan pendamping ASI (MP-ASI). Berdasarkan latar belakang di atas,
maka yang jadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah hubungan
pemberian ASI Eksklusif dengan status gizi pada bayi usia 0-6 bulan di
Puskesmas Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar tahun 2016?.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Aceh Besar dan tahun penelitian dalam penelitian ini adalah tahun 2016.
Tyas (2013), hubungan antara pemberian ASI Eksklusif dan ASI non
Eksklusif dengan pertumbuhan berat badan bayi usia 0-6 bulan di
Puskesmas Wonogiri. Hasil Uji Chi Square menunjukkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara pemberian ASI Eksklusif dan non ASI
Eksklusif dengan pertumbuhan berat badan dengan nilai P Value (0,035).
Adapun perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian
sekarang adalah terletak pada variabelnya yaitu ASI non Eksklusif, teknik
penelitian dalam penelitian ini adalah Accidental Sampling, tempat
penelitian dalam penelitian ini adalah Puskesmas Darul Imarah Kabupaten
Aceh Besar dan tahun penelitian dalam penelitian ini adalah tahun 2016.