Teori Peb 2
Teori Peb 2
PREEKLAMPSIA EKLAMPSIA
Pendahuluan
Definisi
Pre-eklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema dan proteinuria
yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam trimester ke-3
kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya, misalnya pada mola hidatidosa.1
Etiologi
Telah banyak teori yang menerangkan sebab penyakit tersebut, akan tetapi tidak ada yang
dapat memberi jawaban yang memuaskan. Teori yang dapat diterima harus dapat
menerangkan hal-hal seperti:
1. Sebab bertambahnya
frekuensi
pada
primigraviditas,
kehamilan
ganda,
Perubahan anatomi-patologik
1. Plasenta
Terdapat spasmus arteriola spiralis desidua dengan akibat menurunnya aliran
darah ke plasenta. Pada pre-eklampsia terjadi atrofi sinsitium, sedangkan
hipertensi menahun terdapat perubahan pembuluh darah dan stroma. Arteri
spiralis mengalami konstriksi dan penyempitan, akibat aterosis akut disertai
necrotizing arteriopathy. 1
2. Ginjal
Kelainan pada pre-eklampsia berupa kelainan glomerulus, hiperplasia sel-sel
jukstaglomeruler, kelainan pada tubulus-tubulus Henle dan spasmus pembuluh
darah ke glomerulus. Perubahan-perubahan ini yang menyebabkan proteinuria
dan retensi garam dan air. Sesudah persalinan biasanya akan menghilang. 1
3. Hati
Pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan perdarahan dan nekrosis pada tepi
lobulus disertai trombosis pada pembuluh darah kecil, terutama di sekitar vena
porta. 1
4. Otak
Ditemukan edema dan anemia pada korteks serebri. 1
5. Retina
Terjadi spasmus pada arteriola terutama yang dekat diskus optikus. Ablasio retina
juga dapat terjadi tetapi retina akan melekat lagi beberapa minggu postpartum. 1
6. Paru-paru
Ditemukan edema karena bronkopneumonnia. Kadang-kadang ditemukan abses
paru. 1
7. Jantung
Pada eklampsia terjadi degeneratif miokardium. Selain itu sering ditemukan
degenerasi lemak dan cloudy swelling serta nekrosis dan perdarahan. 1
8. Kelenjar adrenal
Kelainan berupa perdarahan dan nekrosis. 1
Perubahan fisiologi-patologik
Perubahan pokok pada pre-eklampsia adalah spasmus pembuluh darah disertai dengan
retensi garam dan air. 1
1. Perubahan pada plasenta dan uterus
Penatalaksanaan
Tujuan utama penanganan ialah1
1. Mencegah terjadinya pre-eklampsia berat dan eklampsia
2. Melahirkan janin hidup
PREEKLAMPSIA RINGAN
Definisi
Preeklampsia ringan adalah suatu sindroma spesifik kehamilan dengan
menurunnya perfusi organ yang berakibat terjadinya vasospasme pembuluh
darah dan aktivasi endotel.
Diagnosis
Diagnosis Preeklampsia ringan ditegakkan berdasarkan atas timbulnya
hipertensi disertai proteinuria dan/atau edema setelah kehamilan 20 minggu.
Penatalaksanaan
Rawat inap
Kriteria preeclampsia ringan perlu dirawat di rumah sakit ialah :
Bila tidak ada perbaikan :tekanan darah, kadar proteinuria selama 2
minggu
Adanya satu atau lebih gejala dan tanda-tanda preeclampsia berat.
Selama dirumah sakit dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
laboratorik. Pemeriksaan kesejahteraan janin, berupa pemeriksaan
USG dan Doppler khususnya untuk evaluasi pertumbuhan janin dan
jumlah cairan amnion.
Pemeriksaan Non stress test dilakukan 2 kali seminggu dan konsultasi
dengan bagian mata, jantung, dan lain-lain.
PREEKLAMPSIA BERAT
Definisi
Preeklampsia berat adalah preeclampsia dengan tekanan darah sistolik 160
mmHg dan tekanan darah diastolic 110 mmHg disertai proteinuria lebih
dari 5 g/24 jam
Diagnosis
Criteria preeclampsia digolongan preeclampsia berat bila ditemukan satu
atau lebih gejala berikut :
Tekanan darah sistolik 160 mmHg dan tekanan darah diastolic
110 mmHg. Tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil
sudah dirawat di rumah sakit dan sudah menjalani tirah baring.
Proteinuria lebih dari 5 g/24 jam atau 4+ dalam pemeriksaan
kualitatif.
Oliguria yaitu produksi urin kurang dari 500 cc/24 jam
Kenaikan kadar kreatinin plasma.
Gangguan visus dan cerebral : penurunan kesadaran, nyeri kepala,
skotoma dan pandangan kabur.
Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadaran kanan atas abdomen
(akibat teregangnya kapsula Glisson)
Edema paru-paru dan sianosis
Hemolisis mikroangiopatik
Trombositopenia berat : < 100.000 sel/mm3 atau penurunan
trombosit dengan cepat
Gangguan fungsi hepar (kerusakan hepatoseluler) : peningkatan
kadar alanin dan aspartat aminotransferase.
Pertumbuhan janin intrauterine terhambat
Sinroma HELLP
Penatalaksanaan
Pengelolaan
preeclampsia-eklampsia mencakup
pencegahan
kejang,
pengobatan hipertensi, pengelolaan cairan, pelayanan suportif terhadap
penyuilit organ yang terlibat dan saat yang tepat untuk persalinan.
Sikap Terhadap Penyakit (medikamentosa)
Penderita preeclampsia berat harus segera masuk rumah sakit
untuk rawat inap dan dianjurkan tirah baring miring ke satu sisi
(kiri).
Perawatan yang penting pada preeclampsia berat ialah pengelolaan
cairan karena penderita preeclampsia dan eklampsia mempunyai
resiko tinggi untuk terjadinya edema paru dan oliguria. Factor yang
sangat menentukan terjadinya edema paru dan oliguria adalah
hipovolemia, vasospasme, kerusakan sel endotel, penurunan
gradient
tekanan
onkotikkoloid/pulmonary
capillary
wedge
pressure. Oleh karena itu, monitoring input cairan dan output cairan
sangatlah penting.
Bila terjadi tanda-tanda edema paru, segera dilakukan tindakan
koreksi. Cairan yang dapat diberikan berupa :
a. 5 % Ringer-dextrose atau cairan garam faali jumlah tetesan : <
125 cc/jam, atau
MgSO4
dipakai
di
Indonesia
adalah
Mantenance dose
Dosis terapeutik
8,4 mg/dl
4-7 mEq/liter
4,8-
10 mEq/liter
12
Terhentinya pernapasan
mg/dl
15 mEq/liter
18
Terhentinya Jantung
mg/dl
>30 mEq/liter
>36
management):
berarti
kehamilan
segera
bersamaan dengan pemberian pengobatan
preeclampsia ringan
preeclampsia berat.
dan
batasan
37
minggu
untuk
Janin
o
Terjadinya oligohidramnion
Laboratorik
o
Adanya
tanda-tanda
Sindroma
menurunnya trombosit dengan cepat.
HELLP
khususnya
Perawatan konservatif
Indikasi perawatan konservatif ialah bila kehamilan preterm 37 minggu
tanpa disertai tanda-tanda impending eclampsia dengan keadaan janin
baik.
Diberi pengobatan yang sama dengan pengobatan medikamentosa pada
pengelolaan secra aktif. Pada perawatan konservatif preeclampsia,
loading dose MgSO4 tidak diberikan secara iv cukup i.m saja. Selama
perawatan konservatif, sikap terhadap kehamilannya ialah hanya
Penyulit ibu
Sistem saraf pusat
Perdarahan intracranial, thrombosis vena sentral, hipertensi
ensefalopati, edema serebri, edema retina, macular atau retina
detachment dan kebutaan korteks.
Lain-lain: asites,
terkendalikan.
edema
laring,
hipertensi
Penyulit janin
Solutio plasenta
Prematuritas
yang
tidak
Kematian neonatal
Perdarahan intraventrikular
Nocrotizing enterocolitis
Sepsis
Cerebral Palsy
EKLAMPSIA
Eklampsia merupakan kasus akut pada penderita preeclampsia yang disertai
dengan kejang menyeluruh dan koma. Sama halnya dengan preeclampsia,
eklampsia dapat timbul pada ante, intra dan postpartum. Eklampsia
postpartum umumnya hanya terjadi dalam waktu 24 jam pertama setelah
persalinan.
Pada penderita preeclampsia yang akan kejang, umumnya member gejalagejala atau tanda-tanda yang khas yang dapat dianggap sebagai tanda
prodoma akan terjadinya kejang. Preeclampsia yang disertai dengan tandatanda prodoma ini disebut sebagai impending eclampsia atau imminent
eclampsia.
Kejang pada eklampsia harus dipikirkan kemungkinan kejang akibat penyakit
lain. Oleh karena itu, diagnosis banding eklampsia menjadi sangat penting,
Gambaran klinik
Kejang-kejang pada eklampsia dimulai dengan kejang tonik. Tanda-tanda
kejang tonik ialah dengan dimulainya gerakan kejang berupa twitching dari
otot-otot mukia khususnya sekitar mulut yang beberapa detik kemudan
disusul kontraksi otot-otot tubuh yang menegang sehingga seluruh tubuh
menjadi kaku. Pada keadaan ini wajah penderita mengalami distorsi, bola
mata menonjol, kedua lengan fleksi, tangan menggenggam, kedua tungkai
dalam posisi inverse. Semua otot tubuh pada saat ini dalam keadaan
kontraksi tonik. Keadaan ini berlangsung 15-30 detik.
Kejang tonik ini segera disusul dengan kejang klonik. Kejang klonik dimulai
dengan terbukanya rahang secara tiba-tiba dan tertutup kembali dengan kuat
disertai pula dengan terbuka dan tertutuonya kelopak mata. Kemudian
disusul dengan kontraksi intermiten pada otot-otot muka dan otot-otot
seluruh tubuh. Begitu kuat kontraksi pada otot-otot tubuh ini sehingga
seringkali penderita terlempar dari tempat tidur. Seringkali pula lidah tergigit
akibat kontraksi otot rahang yang terbuka dan tertutup dengan kuat. Dari
mulut keluar liur berbusa yang kadang-kadang disertai bercak-bercak darah.
Wajah tampak membengkak karena kongesti dan pada konjungtiva mata
dijumpai bintik-bintik perdarahan.
Pada waktu timbul kejang, diafragma terfiksir, sehingga pernapasan tertahan,
kejang klonik berlangsung kurang lebih 1 menit. Setelah itu berangsur-angsur
kejang melemah dan akhirnya penderita diam tidak bergerak dan dapat jatuh
dalam koma. Pada waktu timbul kejang, tekanan darah cepat meningkat,
yang mungkin oleh karena gangguan serebral. Penderita mengalami
inkontinentia disertai dengan oliguria atau anuria dan kadang-kadang terjadi
aspirasi bahkan muntah.
Koma yang terjadi setelah kejang sangat bervariasi dan bila tidak segera
diberi obat-obatan antikejang akan disusul dengan episode kejang
berikutnya. Setelah berakhirnya kejang, frekuensi pernapasan meningkat,
dapat mencapai 50 kali permenit akibat terjadinya hiperkardia atau hipoksia.
Pada beberapa kasus bahkan dapat menimbulkan sianosis. Penderita yang
sadar kembali dari koma, umumnya mengalami disorientasi dan sedikit
Perawatan Eklampsia
Perawatan dasar eklampsia yang utama ialah terapi suportif untuk stabilisasi
fungsi vital. Yang harus selalu diingat Airway,Breathing,Circulation (ABC),
Mengatasi dan mencegah kejang,mengatasi hipoksemia dan asidemia,
mencegah trauma pada pasien pada waktu kejang, mengendalikan tekanan
darah khususnya pada waktu krisis hipertensi, dan melahirkan janin pada
waktu yang tepat dan dengan cara yang tepat.
Perawatanmedikamentosa dan perawatan suportif eklampsia merupakan
perawatan yang sangat penting. Tujuan utama pengobatan medikamentosa
eklampsia ialah mencegah dan menghentikan kejang, mencegah dan
mengatasi penyulit khususnya krisis hiperteni, mencapai stabilisasi ibu
seoptimal mungkin sehingga dapat melahirkan janin pada saat dan dengan
cara yang tepat.
Pengobatan medikamentosa
Obat anti kejang
Obat anti kejang yang menjadi pilihan utama adalah magnesium sulfat. Bila
dengan obat ini kejang masih sulit diatasi dapat dipakai obat jenis lain,
misalnya thiopental. Diazepam dapat menjadi alternative namun diperlukan
dosis yang sangat besar sehingga hanya digunakan oleh mereka yang telah
berpengalaman. Pemberian diuretikum hendaknya selalu disertai dengan
memonitor plasma elektrolit. Obat-obat kardiotonika ataupun obat-obatan
anti hipertensi hendaknya selalu disiapkandan diberikan benar-benar atas
indikasi.
Magnesium Sulfat
Pemberian magnesium sulfat pada dasarnya sama seperti
pemberian magnesium sulfat pada preeclampsia berat. Pengobatan
suporitf terutama ditujukan untuk gangguan fungsi organ-organ
penting misalnya tindakan-tindakan utama memperbaiki asidosis,
Perawatan koma
Perlu bahwa penderita koma tidak dapat bereaksi atau mempertahankan diri
dengan suhu yang ekstrim, posisi tubuh yang menimbulkan nyeri dan
aspirasi karena hilangnya reflex muntah. Bahaya terbesar yang mengancam
penderita koma ialah terbuntunya jalan napas atas. Setiap penderita
eklampsia yang jatuh dalam koma harus dianggap bahwa jalan napas akan
terbuntu kecuali dibuktikan lain sehingga tindakan pertama pad apenderita
yang jatuh koma ialah menjaga danmengusahakan agar jalan napas atas
tetap terbuka.
Untuk menghindari terbuntunya jalan napas oleh pangkal lidah dan epiglottis
dilakukan tindakan sebagai berikut. Cara yang sederhana dan cukup efektif
dalam menjaga terbukanya jalan napas atas ialah dengan maneuver head tilt
neck lift yaitu kepala direndahkan dan leher dalam posisi ekstensi ke
belakang atau head tilt chin lift yaitu kepala direndahkan dan dagu ditarik ke
atas atau jaw thrust yaitu mandibula kiri kanan diekstensikan ke atas sambil
mengangkat kepala ke belakang. Tindakan ini kemudian dilanjutkan dengan
pemasangan oropharyngeal airway.
Hal penting kedua yang perlu diperhatikan ialah bahwa penderita koma akan
kehilangan reflex muntah sehingga kemungkinan terjadinya aspirasi bahan
lambung sangat besar. Lambung ibu hamil harus selalu dianggap sebagai
labung penuh oleh karena itu, semua benda yang ada dalam rongga mulut
dan tenggorokan, baik berupa lendir maupun sisa makanan harus segera
dihisap secara intermitten. Penderita ditidurkan dalam posisi stabil untuk
drainase lendir.
Pada perawatan koma perlu diperhatikan pencegahan dekubitus dan
makanan penderita. Pada koma yang lama, bila kondisi tidak mungkin dapat
diberikan melalui NGT.
Perawatan obstetric
Sikap terhadap kehamilan ialah semua kehamilan dengan eklampsia harus
diakhiri tanpa memandang umur kehamilan dan keadaan janin. Persalinan
diakhiri bila sudah mencapai stabilisasi (pemulihan) hemodinamika dan
metabolisme ibu.
Pada perawatan pasca persalinan, bila persalinan terjadi pervaginam,
monitoring tanda-tanda vital dilakukan sebagimana lazimnya.
Prognosis
Bila penderita tidak terlambat dalma pemberianpengobatan, maka gejala
perbaikan akan tampaak jelas setelah kehamilannya diakhiri. Segera setelah
persalinan berakhir, perubahan patofisiologi akan segera pula mengalami
perbaikan. Dieresis terjadi 12 jam kemudian setelah persalinan. Keadaan ini
merupakan tanda prognosis yang baik karena hal ini merupakan gejala
pertama penyembuhan.
Tekanan darah kembali normal dalam beberapa jam kemudian.
Eklampsia tidak mempengaruhi kehamilan berikutnya, kecuali pada janin dari
ibu yang sudah mempunyai hipertensi kronik. Prognosis janin pada penderita
eklampsia juga tergolong buruk. Seringkali janin mati intrauterine atau mati
pada fase neonatal karena memang kondisi janin memang sudah sangat
buruk.