Anda di halaman 1dari 32

A N A L I S I S K E L AYAK A N U S A H ATAN I D A N P E R A N

KELEMBAGAAN TERHADAP USAHATANI KACANG HIJAU


DI KEMUKIMAN JULI KECAMATAN JULI
KABUPATEN BIREUEN

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Mata Praktikum Metodologi


Penelitian pada Laboratorium Komunikasi dan Penyuluhan Pertanian
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Jember

Asisten Pembimbing :
Riza Meilina Putri Raharjo
Oleh :
Addin Fahmi Yuliansyah
NIM. 131510601064

LABORATORIUM KOMUNIKASI DAN PENYULUHAN PERTANIAN


PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Permasalahan
Indonesia adalah negara agraris dimana sebagian besar penduduknya
hidup dari hasil bercocok tanam atau bertani, sehingga pertanian merupakan
sektor yang memegang peranan penting dalam kesejahteraan kehidupan penduduk
Indonesia.

Pembangunan

pertanian

diarahkan

untuk

mewujudkan

dan

meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani, memperluas lapangan kerja dan
kesempatan usaha, mengisi dan memperluas pasar, baik pasar dalam negeri
maupun pasar luar negeri, sehingga tercapainya masyarakat yang adil, makmur
dan merata baik materil maupun spiritual yang berdasarkan pancasila. Hal ini
dapat diwujudkan dengan pertanian yang maju, efisien dan tangguh sehingga
mampu meningkatkan mutu dan derajat pembangunan daerah (Yani, 2012).
Pertanian dalam pengertian yang luas mencakup semua kegiatan yang
melibatkan pemanfaatan makhluk hidup (termasuk tanaman, hewan, dan
mikrobia) untuk kepentingan manusia. Pertanian juga diartikan sebagai kegiatan
pemanfaatan sebidang lahan untuk membudidayakan jenis tanaman tertentu,
terutama yang bersifat semusim. Suatu usaha pertanian dapat melibatkan berbagai
sector atau subjek secara bersama-sama dengan alasan efisiensi dan peningkatan
keuntungan. Semua usaha pertanian pada dasarnya adalah kegiatan ekonomi
sehingga memerlukan dasar-dasar pengetahuan yang sama akan pengelolaan
tempat usaha, pemilihan benih/bibit, metode budidaya, pengumpulan hasil,
distribusi produk, pengolahan dan pengemasan produk, dan pemasaran (Mareta
dan Shofia, 2011).
Sektor pertanian merupakan sektor yang dapat diandalkan dalam
pemulihan perekonomian nasional. Berbagai hal dapat dilakukan untuk dapat
mengembangkan pertanian sejak saat ini. Kesejahteraan petani dan keluarganya
merupakan tujuan utama yang harus menjadi prioritas yang berhubungan dengan
pengembangan pertanian. Sektor pertanian menjadi prioritas pertama bagi negaranegara berkembang karena sektor ini ditinjau dari berbagai segi merupakan sektor
yang dominan dalam ekonomi nasional. (Yani, 2012).

Menurut Purwono (2007), pangan diartikan sebagai segala sesuatu yang


bersumber dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah
dan batasan untuk tanaman pangan adalah kelompok tanaman sumber karbohidrat
serta protein. Tanaman pangan biasanya dibatasi pada kelompok tanaman yang
berumur semusim. Tanaman pangan terdiri dari tanaman padi-padian, palawija
dan sayuran. Tanaman sayur-sayuran dapat dibagi atas 3 jenis yang dibagi
menurut bagian tanaman yang dipanen, yaitu sayuran daun yang dipanen bagian
daunnya, seperti bayam, kangkung, selada, dan sawi. Sayuran biji dan polong,
yang dipanen bagian polong dan bijinya seperti kapri, kacang hijau, kedelai, dan
petai. Sayuran umbi dan buah yang dipanen bagian umbi dan buahnya misalnya
kentang, ubi jalar, lobak, dan cabai (Khalik, 2013).
Kacang hijau merupakan salah satu tanaman pangan yang cukup penting
di Indonesia. Posisinya menduduki tempat ketiga setelah kedelai dan kacang
tanah. Permintaan terhadap kacang hijau cukup tinggi dan cenderung meningkat
dari tahun ketahun, sementara laju peningkatan luas areal tanamnya masih di
bawah jagung dan kedelai maupun kacang tanah (Marzuki dan Soeprapto, 2001).
Kacang hijau termasuk tanaman pangan yang sudah lama dibudidayakan
di Indonesia, baik di lahan tegalan dan lahan sawah tadah hujan. Biji kacang hijau
lebih kecil dibandingkan biji kacang-kacangan lain. Warna bijinya kebanyakan
hijau kusam atau hijau mengilap, beberapa ada yang berwarna kuning, cokelat dan
hitam. Tanaman kacang hijau berakar tunggang dengan akar cabang pada
permukaan. Peningkatan produksi kacang hijau dilakukan dengan cara
memperbaiki kultur teknis petani, mengupayakan untuk mendapatkan varietasvarietas yang produksinya tinggi dan masak serempak, serta mengupayakan
peningkatan usaha pengelolaan lepas panennya (Marzuki dan Soeprapto, 2001).
Kabupaten Bireuen merupakan salah satu kabupaten dalam Provinsi
Aceh yang letaknya sangat strategis serta diapit oleh beberapa kabupaten dan
merupakan pusat perdagangan di wilayahnya. Daerah tingkat dua pecahan Aceh
Utara initermasuk wilayah agraris. Sebanyak 52,2 persen wilayah Bireuen adalah
wilayah pertanian. Kondisi itu pula yang membuat 33,05 persen penduduknya
bekerja di sektor agraris. Bireuen memiliki potensi dibidang pertanian dan

perkebunan yang didukung dengan lahan yang subur dan masih banyaknya lahan
tidur sehingga daerah ini dianggap mampu memberikan kontribusi besar dibidang
pengembangan tanaman pangan. Pengembangan potensi ini dilakukan dengan
cara membina kelompok-kelompok petani baik dari sisi keahlian maupun sisi
pemasaran.

Penggembangan

tanaman

pangan

mulai

digencarkan

guna

memanfaatkan lahan tidur dan lahan-lahan yang masih belum berfungsi.


Berdasarkan lima kegiatan pada lapangan usaha pertanian, tanaman pangan
member kontribusi terbesar untuk pendapatan Kabupaten Bireuen. Produk
andalan bidang ini adalah padi, kedelai dan kacang hijau dengan luas tanaman
yang cukup luas (Bireuenkab, 2014).
Tabel1.Luastanam, Luas Panen, Produktivitas, dan Produksitanaman kacang
hijaudi Kabupaten Bireuen Tahun 2013
Luas
Luas panen Produktivitas Produksi
Kecamatan
Tanam
(Ha)
(kw/Ha)
(ton)
(Ha)
15
16
13,20
21
1 Samalanga
11
12
15,00
18
2 SimpangMamplam
4
4
13,00
5
3 Pandrah
4 Jeunieb
5
10
15,00
15
5 Peulimbang
0
0
6 Peudada
23
16
14,00
22
7 Juli
16
13
15,00
20
8 Jeumpa
4
5
14,50
7
9 Kota Juang
4
4
14,00
6
10 Kuala
0
0
11 Jangka
0
0
34
31
15,00
47
12 Peusangan
13 Peusangan Selatan
0
0
14 Peusangan Sb. Krueng
8
8
14,00
11
0
0
15 Makmur
16 Gandapura
24
20
14,00
28
0
0
17 KutaBlang
Jumlah
148
139
14,37
200
Sumber : Badan Pusat Statistik 2014

Berdasarkan data produksi mentimun menurut BPS (2014), jumlah


produksi kacang hijau paling tinggi adalah Kecamatan Peusangan dengan jumlah
produksi 47 ton. Jumlah produksi Kecamatan Peusangan merupakan jumlah

produksi paling tinggi disebabkan oleh beberapa faktor yang salah satunya adalah
luas lahan. Luas lahan yang digunakan dalam memproduksi kacang hijau
sebanyak 34 (Ha) dan diimbangi denganproduktivitas yang tinggi pula. Faktor
lain juga mempengaruhi tingginya jumlah produksi kacang hijau seperti adanya
program pemberdayaan petani atau kelompok tani dari pemerintah Kabupaten
Bireuen yang berhasil.
Kecamatan Juli adalah salah satu daerah yang memilliki produktivitas
tanaman kacang hijau yang tinggi. Kecamatan Juli memiliki luas 22.571 Km2
yang terdiridari 4 pemukuman 36 desadan 116 dusun. Penduduk daerah ini
sebagian besar berprofesi sebagai petani. Masyarakat Juli kebanyakan
berusahatani tanaman pangan seperti padi dan kacang hijau. Petani di Kecamatan
Juli biasanya mengalami kesulitan dalam memperoleh air pada saat musim
kemarau. Sejumlah 120 orang petani yang ada di Kecamatan Juli Kabupaten
Bireuen tidak mengolah sawah mereka karena tidak tersedia sumber air yang
memadai. Ratusan hektar sawah petani di kawasan Kemukiman Juli beralih fungsi
bercocok tanaman dari menanam padi ke tanaman palawija seperti kacang
hijau.Sementara petani lainnya yang punya sumur dapat menyedot air dengan
mesin pengisap, sebagai penganti irigasi dengan mengeluarkan biaya tinggi.
Permasalahan yang dihadapi petani di Kemukiman Juli dapat mempengaruhi
produktivitas kacang hijau petani di sana. Atas dasar tesebut, peneliti ingin
mengetahui bagaimana kondisi sosial ekonomi serta kesejahteraan petani pada
usahatani kacang hijau disbanding dengan usahatani padi dan peran kelembagaan
terhadap usahatani kacang hijau di Kecamatan Juli. Selain itu peneliti juga
memepelajari analisis kelayakan usahatani kacang hijau di Kemukiman Juli
Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi sosial ekonomi dan kesejahteraan petani saat
berusahatani kacang hijau disbanding dengan usahatani padi Kemukiman
Juli Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen?
2. Bagaimana peran kelembagaan terhadap usahatani kacang hijau di
Kemukiman Juli Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen?

3. Bagaimana analisis kelayakan usahatani kacang hijau di KemukimanJuli,


Kecamatan Juli, Kabupaten Bireuen?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi dan kesejahteraan petani saat


berusahatani kacang hijau dibanding dengan usahatani padi Kemukiman Juli
Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen.
2. Untuk mengetahui peran kelembagaan terhadap usahatani kacang hijau di
Kemukiman Juli Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen.
3. Untuk mengetahui analisis kelayakan usahatani kacang hijau di Kemukiman
Juli Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen.
1.3.2

Manfaat Penelitian

1. Pemerintah dapat mengetahui dan memahami dampak adanya kelembagaan


usahatani kacang hijau di Kemukiman Juli Kecamatan Juli Kabupaten
Bireuen.
2.

Mahasiswa dapat mengetahui, memahami dan mempelajari analisis


kelayakan usahatani dan peran kelembagaan terhadap usahatani kacang
hijau di Kemukiman Juli Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen.

3.

Penelti dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta penelitian ini


diharapkan dapat menjadi sarana pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Penelitian Terdahulu
Menurut Wulandari (2013), dengan judul Kondisi Sosial Ekonomi Petani
Padi Sawah Di Kelurahan Mangalli Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa,
menyatakan bahwa kondisi ekonomi petani penggarap dan buruh tani dengan
pemilik tanah ada perbedaan yang sangat jauh berbeda dari segi pendapatan.
Tingkat pendapatan pemilik tanah itu lebih baik dan lebih tinggi dibanding dengan
pendapatan petani penggarap dan buruh tani. Rata-rata tingkat pendidikan para
petani penggarap dan buruh tani relatif masih rendah, tentunya kemampuan dalam
penguasaan dan penerapan teknologi juga relatif terbatas, yang pada akhirnya
akan berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas hasil produksi. Untuk
menunjang kemampuan dan ketrampilan para petani tersebut perlu ditunjang
dengan pelatihan-pelatihan yang terkait dengan budidaya tanaman. Hasil survey
menunjukkan bahwa masih terdapat cukup banyak petani yang belum mengikuti
pelatihan tentang budidaya pertanian.
Menurut Mutaqin (2008), dengan judul Analisis Kinerja Kelembagaan
Agribisnis dan Efisiensi Teknik Usahatani Padi menyatakan bahwa peran
kelembagaan LPS dalam pengadaan permodalan dan pengadaan saprodi yang
pertama adalah memberikan bantuan modal sewa lahan selama satu tahun dan
biaya produksi selama satu musim. LPS dengan mitranya, kelompok tani yang
mereka bentuk, mampu menyalurkan dana sehingga sampai pada orang yang
tepat. Kelembagaan juga terlibat dalam penyediaan pupuk seperti kelembagaan
koperasi, Gapoktan, ataupun ketua kelompok tani. Kelembagaan merupakan suatu
kebutuhan yang diperlukan oleh petani, agar mereka dapat bersaing dalam
melaksanakan kegiatan usahatani dan dapat meningkatkan kesejahteraan
hidupnya.
Menurut Aulia (2008), dengan judul Analisis Pendapatan Usahatani dan
Kelayakan Usahatani Padi Pada Ketinggian Lahan 350-800 MDPL di Kabupaten
Tasikmalaya menyatakan bahwa analisis kelayakan usaha atau juga dapat disebut

studi kelayakan proyek perlu dilakukan untuk melihat apakah suatu proyek dapat
memberikan manfaat atas invetasi yang telah ditanamkan. Analisis kelayakan
usahatani padi di Desa Cibongas bersifat layak. Hal ini terlihat dari NPV yang
bernilai positif yaitu sebesar Rp 8.593.840,85, IRR yang lebih besar dari tingkat
suku bunga (30,56>16), nilai gross B/C sebesar 2,1 dan nilai payback periodnya
adalah 5,71 tahun.
2.2. Landasan Teori
2.2.1 Komoditas Kacang Hijau
Tanaman

palawija

merupakan

tanaman

yang

potensial

untuk

dikembangkan karena hasilnya dapat digunakan sebagai sumber karbohidrat,


sumber protein nabati, dan bahan dasar berbagai industri. Sebagian besar tanaman
palawija bukan merupakan tanaman asli Indonesia, namun demikian tanaman
tersebut sudah beradaptasi dan dibudidayakan di Indonesia. Tanaman palawija
meliputi jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, dan ubi jalar
(Siswadi, 2006).
Menurut Purwono (2005), kacang hijau merupakan tanaman pangan
semusim berupa semak yang tumbuh tegak. Tanaman kacang hijau ini diduga
berasal dari India. Awal abad ke 17, kacang hijau mulai menyebar ke berbagai
negara Asia tropis termasuk Indonesia. Tanaman kacang hijau adalah tanaman
semusim berumur pendek (60 hari). Kacang hijau termasuk dalam keluarga
Leguminosae. Adapun klasifikasi botani tanaman kacang hijau sebagai berikut.
Divisi

: Spermatophyta

Subdivisi

: Angiospermae

Kelas

: Dicotyledonae

Ordo

: Rosales

Keluarga

: Leguminosae (Fabaceae)

Gennus

: Vigna

Spesies

: Vigna radiata

Kacang hijau termasuk tanaman pangan yang sudah lama dibudidayakan


di Indonesia, baik di lahan tegalan, lahan sawah, tadah hujan, dan lahan sawah
pada musim tanam yang sesuai. Pada dekade terakhir setelah pengembangan lahan
pasang surut, petani mulai menanam kacang hijau pada lahan bertipologi
potensial, sulfat masam potensial, dan bergambut dengan tipe luapan B, C, dan D.
Tanaman kacang hijau merupakan salah satu tanaman semusim yang berumur
pendek ( 60 hari) (Marzuki, 2001).
Tanaman kacang hijau berbatang tegak dengan ketinggian sangat
bervariasi antara 30-60 cm, tergantung varietasnya. Cabangnya menyamping pada
batang utama, berbentuk bulat, dan berbulu. Warna batang dan cabangnya ada
yang hijau ada juga yang ungu. Daunnya trifoliate (terdiri dari tiga helaian) dan
letaknya berseling. Tangkai daunnya cukup panjang, lebih panjang dari daunnya.
Warna daunnya hijau muda sampai hijau tua. Bunga kacang hijau berwarna
kuning, tersusun dalam tandan, keluar pada cabang serta batang, dan dapat
menyerbuk sendiri. Polong kacang hijau berbentuk silindris dengan panjang
antara 6-15 cm. Biji kacang hijau lebih kecil dibandingkan biji kacang-kacangan
lain. Warna bijinya kebanyakan hijau kusam atau hijau mengilap, beberapa ada
yang berwarna kuning, cokelat dan hitam. Tanaman kacang hijau berakar
tunggang dengan akar cabang pada permukaan (Marzuki, 2001).
Kebutuhan tanaman akan air harus dipenuhi. Utamanya pada saat tanaman
mengalami masa pertumbuhan vegetatif. Selain itu, drainase tanah harus tetap
terjaga baik. Untuk itu, perlu dilakukan pengaturan pemberian air dengan baik.
Pemberian air biasanya hanya dilakukan pada kacang hijau yang ditanam di lahan
sawah irigasi. Hal ini karena waktu penanaman pada musim kemarau, sehingga
tanaman muda sering tidak terterpa hujan. Kacang hijau di lahan sawah tadah
hujan dan lahan tegalan tidak perlu diberi air, karena ditanam pada saat masih ada
hujan. Pada tanaman itu, kelembapan tanah masih mencukupi (Najiyati, 2000).
Manfaat kacang hijau sebagai penghasil bahan makanan merupakan hal
yang sangat penting, karena jenis kacang ini banyak mengandung vitamin
terutama vitamin B1 yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan gizi masyarakat
yang relatif kurang vitamin. Selain itu tanaman ini juga dapat dijadikan sebagai

tanaman penutup tanah karena pertumbuhannya yang cepat sehingga dapat


menghalangi tumbuhnya rumput dan juga karena umurnya yang relatif pendek
sehingga dapat menyelesaikan siklus hidupnya sebelum musim kemarau tiba.
Suatu hal yang sangat menguntungkan dari tanaman ini, yaitu bahwa kacang hijau
akan mengikat unsur nitrogen melalui bintil- bintil akarnya, kemudian akan
memberi kan unsur tersebut pada tanaman yang berada disekitarnya yang memang
sangat membutuhkan unsur nitrogen. Oleh sebab itu, tanaman ini sangat baik
apabila ditumpangsarikan dengan tanaman lain termasuk tanaman jagung. Jagung
dan kacang hijau merupakan komoditi yang penting dan mempunyai prospek yang
baik, karena memiliki kapasitas meningkatkan pendapatan petani, bernilai
ekonomis tinggi, dapat dijadikan sebagai bahan baku industri dan berpeluang
untuk diekspor (Syaifuddin dkk, 2010).
Tanaman kacang hijau dari segi agronomis memiliki kelebihan jika
dibandingkan dengan tanaman kacang-kacangan lainnya. Kacang hijau lebih tahan
kekeringan, hama dan penyakit yang menyerang relatif sedikit. Selain itu, kacang
hijau dipanen pada umur 55-60 hari, dapat ditanam pada tanah yang kurang subur,
budidayanya mudah serta harga jual yang lebih tinggi dan stabil bila ditinjau dari
segi ekonomi (Polnaya, 2012).
2.2.2 Teori Perubahan Sosial
Soerjono dalam Rosana (2011), merumuskan bahwa perubahan sosial
adalah segala perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di
dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk
didalamnya nilai-nilai, sikap-sikap, dan pola perikelakuan diantara kelompokkelompok dalam masyarakat. Menurut Martono (2012), perubahan sosial
bukanlah sebuah proses yang terjadi secara tiba-tiba, terlebih lagi ketika
perubahan sosial tersebut melibatkan individu atau kelompok sosial sebagai target
perubahan. Munculnya gagasan-gagasan baru, temuan baru, atau munculnya
kebijakan baru, tidak dapat diterima begitu saja oleh individu atau kelompok
sosial tertentu. Sejarah telah menunjukkan bahwa proses perubahan pola pikir
yang dominan, sangat sulit diubah.

Menurut Schramm dan Lerner dalam Saefudin (2005), menyatakan bahwa


sebab-sebab yang mendorong terjadinya perubahan juga sangat beragam.
Penyebabnya dalam konteks kehidupan sosial, terjadinya perubahan dapat
mengarah pada dua keadaan. Perubahan ke arah yang lebih baik (progress) dan
perubahan ke arah yang lebih baik (regress).
Masyarakat yang telah mengalami peningkatan penghasilan secara drastis
mengakibatkan kejutan budaya atau shock culture yang mengakibatkan interaksi
sosial di dalam masyarakat menjadi lebih longgar, dan budaya lokal yang
sebelumnya ada telah semakin musnah. Semua itu disebabkan karena masyarakat
yang telah berorientasi pada uang (materialistis) untuk setiap pekerjaan yang
dilakukan sehingga lebih bersifat individualistis. Terkait dengan perumahan,
terjadi pergeseran mengenai cara pandang masyarakat terhadap fungsi rumah.
menurut masyarakat setempat, rumah selain memiliki fungsi sesungguhnya yakni
digunakan untuk berlindung, rumah juga berfungsi untuk menunjukkan status
sosial dalam masyarakat, maka dengan semakin bagus dan banyak terdapat
barang-barang mahal yang dimiliknya (Melati, 2013).
Parsudi dalam Wulandari (2013) menyatakan bahwa perkembangan
manusia dalam hidupnya dapat dilihat dalam hal pemenuhan hidupnya sehari-hari.
Hal ini dapat menunjukkan tingkat hidup seseorang atau sekelompok orang.
Segala macam kebutuhan hidup itu tersebut dapat dipenuhi secara keseluruhan
atau hanya terbatas pada kebutuhan pokok saja. Tingkat hidup masyarakat telah
terwujud sebagai interaksi antara aspek sosial adalah ketidaksamaan sosial antara
sesama

warga

masyarakat

yang

bersangkutan,

yang

bersumber

pada

pendistribusian sosial yang ada dalam masyarakat tersebut.


2.2.3 Teori Kesejahteraan
Menurut Segel dalam Widyastuti (2012), kesejahteraan merupakan titik
ukur bagi suatu masyarakat bahwa telah berada pada kondisi sejahtera.
Kesejahteraan tersebut dapat diukur dari kesehatan, keadaan ekonomi, kebahagiaan dan kualitas hidup rakyat. Kesejahteraan ini diwujudkan agar warga negara
tersebut dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat

melaksanakan fungsi sosialnya dengan baik, jika masyarakat sejahtera berarti


masyarakat tersebut mengalami kemakmuran.
Kesejahteraan merupakan salah satu kualitas hidup individu dan
masyarakat, sehingga para ahli filsafat berdebat mengenai kehidupan yang baik,
dan satu kesimpulan yang dimunculkan dari debat ini bahwa kehidupan yang baik
adalah kebahagiaan. Kebahagiaan sebagai bagian dari kesejahteraan subjektif
dapat memfasilitasi kontak sosial, individu yang kebahagiannya tinggi memiliki
stres yang lebih sedikit. Selain itu efek positif dapat menimbulkan perasaan aktif
dan energik, sehingga membuat lebih produktif. Kesejahteraan subjektif
didefinisikan sebagai evaluasi individu terhadap kehidupannya yang berkaitan
dengan komponen kognitif dan emosional yang mencakup tiga komponen utama,
yaitu banyaknya mengalami afek positif atau afek yang menyenangkan seperti
kegembiraan, kelegaan hati, kasih sayang, sedikitnya mengalami afek negatif atau
afek yang tidak menyenangkan seperti ketakutan, kemarahan, dan kesedihan, serta
pendapat pribadi mengenai kepuasan hidup (Utami, 2012).
Menururt Albert dalam Yusrizal (2014), menyatakan kesejahteraan sosial
dan ekonomi merupakan aspek penting dalam menjaga dan membina tercipta dan
terpeliharanya stabilitas sosial dan ekonomi. Secara umum kesejahteraan dapat
dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu classical utilitarian, neo classical
welfare theory, new contractarian approach. Tiga pendekatan mengenai
kesejahteraan di atas dapat disimpulkan bahwa kesejahteraan tersebut akan selalu
berhubungan dengan tingkat kepuasan (utility) dan kesenangan (pleasure)
seseorang yang dapat diraih dalam hidupnya. Kesejahteraan hidup realitasnya
memiliki banyak indikator keberhasilan yang dapat diukur, sehingga banyak cara
dan pendekatan yang digunakan saat ini dalam mengukur tingkat kesejahteraan
masyarakat. Terdapat berbagai perkembangan pengukuran tingkat kesejahteraan
dari sisi fisik, seperti Human Development Index (Indeks Pembangunan Manusia),
Physical Quality Life Index (Indeks Mutu Hidup); Basic Needs (Kebutuhan
Dasar); dan GNP/Kapita (Pendapatan Perkapita).

2.2.4 Teori Kelembagaan


Menurut Mubyarto dalam Mutaqin (2008), yang dimaksud lembaga
(institution) adalah organisasi atau kaidah-kaidah, baik formal maupun informal,
yang mengatur perilaku dan tindakan anggota masyarakat tertentu baik dalam
kegiatan-kegiatan rutin sehari-hari maupun dalam usahanya untuk mencapai
tujuan tertentu. Lembaga-lembaga dalam masyarakat ada yang berasal dari adat
kebiasaan mereka turun-temurun tetapi ada pula yang baru diciptakan baik dari
dalam maupun mengadopsi dari luar.
Menurut Nasution dalam Akbar (2014), menyatakan bahwa kelembagaan
mempunyai pengertian sebagai wadah dan sebagai norma. Lembaga atau institusi
adalah seperangkat aturan, prosedur, norma perilaku individual dan sangat penting
artinya bagi pengembangan pertanian. Pada dasarnya kelembagaan mempunyai
dua pengertian yaitu : kelembagaan sebagai suatu aturan main (rule of the game)
dalam interaksi personal dan kelembagaan sebagai suatu organisasi yang memiliki
kelembagaan sebagai aturan main diartikan sebagai sekumpulan aturan baik
formal maupun informal, tertulis maupun tidak tertulis mengenai tata hubungan
manusia dan lingkungannya yang menyangkut hak-hak dan perlindungan hak-hak
serta tanggung jawabnya. Kelembagaan sebagai organisasi biasanya merujuk pada
lembaga-lembaga formal seperti departemen dalam pemerintah, koperasi, bank
dan sebagainya.
Keberadaan lembaga di perdesaan memiliki fungsi yang mampu
memberikan energi sosial yang merupakan kekuatan internal masyarakat dalam
mengatasi masalah-masalah mereka sendiri. Lembaga di perdesaan yang saat ini
memiliki kesamaan dengan karakteristik tersebut dapat dikatakan sebagai lembaga
Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Peran kelembagaan sangat penting dalam
mengatur sumberdaya dan distribusi manfaat, untuk itu unsur kelembagaan perlu
diperhatikan

dalam

upaya

peningkatan

pembangunan desa (Arimbawa, 2013).

potensi

desa

guna

menunjang

2.2.5 Analisis Kelayakan


Menurut Nastalia dkk (2014), analisis kelayakan merupakan penilaian atas
investasi yang dilakukan untuk pendirian atau pengembangan usaha. Untuk
memulai usaha, perlu dilakukan studi kelayakan terlebih dahulu, karena pada
prinsipnya terdapat faktor ketidakpastian dimasa mendatang yang perlu
diperkirakan. Menurut Tirta (2014), tujuan analisis kelayakan finansial adalah
untuk mengetahui usaha layak dijalankan atau tidak. Analisis tersebut merupakan
bagian dari perencanaan usaha dan dalam perencanaan usaha maka pengumpulan
data yang sesuai dengan kondisi terkini merupakan kebutuhan mutlak dalam
kelayakan finansial. Kesalahan dalam penentuan asumsi teknologi produksi,
ketersediaan bahan baku dan fluktuasi harganya, sensitivitas biaya operasional,
perkiraaan tenaga kerja dapat menyebabkan ketidak tepatan analisis sehingga
apabila rencana tersebut direalisasikan berpotensi merugi.
Menurut Umar dalam Emawati (2007), pendapatan perusahaan merupakan
penerimaan yang dihasilkan dari kegiatan perusahaan sedangkan biaya operasinya
merupakan pengeluaran yang juga karena kegiatan perusahaan. Berikut ini adalah
kriteria kelayakan investasi.
1. Net Present Value (NPV) atau nilai bersih sekarang yaitu selisih antara Present
Value dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas
bersih di masa yang akan datang. Berikut ini adalah rumus dari NPV :
n

NPV
t 1

Bt Ct
(1 i )t

Dimana:
Bt = Present Value Benefit
Ct = Present Value Cost
i

= diskon faktor

= tahun (waktu)

Indikator :
NPV > 0 (nol) usaha/proyek layak (feasible) untuk dilaksanakan

NPV < 0 (nol) usaha/proyek tidak layak (feasible) untuk dilaksanakan


NPV = 0 (nol) usaha/proyek berada dalam keadaan BEP dimana TR=TC
2. Internal Rate of Return (IRR) adalah metode yang digunakan untuk mencari
tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan
di masa datang atau penerimaan kas, dengan mengeluarkan investasi awal.
Perhitungan IRR dengan cara interpolasi, jika diperoleh NPV +, maka carilah
NPV dengan cara meningkatkan discount factornya.
IRR i1

NPV 1
(i 2 i1)
NPV 1 NPV 2

Indikator IRR :
Jika IRR > DF, discount rate yang berlaku maka proyek layak untuk
dilaksanakan.
Jika IRR < DF. Discount rate yang berlaku, maka proyek tdk layak untuk
dilaksanakan.
3. Payback Period (PP) adalah suatu periode yang menunujukkan berapa lama
modal yang ditanamkan dalam proyek tersebut dapat kembali.
PP

I
Ab

Rumus :

Dimana :
PP = Payback Period
I = besarnya biaya investasi
Ab = benefit bersih yg diperoleh setiap tahunnya
4. Net B/C Ratio merupakan metode yang dilakukan untuk melihat berapa
manfaaat yang diterima oleh proyek untuk satu rupiah pengeluaran proyek.
n

NetB / C

N B ()
i 1
n

N B ( )
i 1

Rumus :

Indikator :
Net B/C > 1 (satu) berarti proyek (usaha) layak dikerjakan
Net B/C < 1 (satu) berarti proyek tidak layak dikerjakan
Net B/C = 1 (satu) berarti cash in flows = cash out flows (BEP)
5. Break event point meupakan suatu keadaan atau penjualan usaha dimana jumlah
manfaat sama besarnya dengan pengeluaran dengan kata lain keadaan dimana
perusahaan tidak mendapatkan keuntungan dan tidak menderita kerugian,
untuk menghitung Break Even Point ada 2 cara yaitu:
a. Rumus BEP untuk menghitung berapa unit yang harus dijual agar terjadi
Break Even Point :
Total Fixed Cost

b. Rumus BEP untuk menghitung berapa uang penjualan yang perlu diterima
agar terjadi BEP :
Total Fixed Cost
1- (Variable cost per unit/ harga jual per unit)
6. Return of investment (ROI) adalah pengukur kemampuan perusahaan secara
keseluruhan dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan
aktiva yang tersedia di dalam perusahaan. Semakin tinggi rasio ini, semakin
baik keadaan perusahaan.
Rumus :
ROI = Laba Bersih setelah Pajak (EAT) x 100%
Total Investasi

2.3 Kerangka Pemikiran


Pertanian dalam pengertian yang luas mencakup semua kegiatan yang
melibatkan pemanfaatan makhluk hidup (termasuk tanaman, hewan, dan
mikrobia) untuk kepentingan manusia. Pertanian juga diartikan sebagai kegiatan
pemanfaatan sebidang lahan untuk membudidayakan jenis tanaman tertentu,
terutama yang bersifat semusim. Suatu usaha pertanian dapat melibatkan berbagai
sector atau subjek secara bersama-sama dengan alasan efisiensi dan peningkatan
keuntungan (Mareta, 2011).
Pangan diartikan sebagai segala sesuatu yang bersumber dari sumber
hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah. Komoditas pangan
harus mengandung zat gizi yang terdiri atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin,
dan mineral yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan kesehatan manusia. Batasan
untuk tanaman pangan adalah kelompok tanaman sumber karbohidrat dan protein.
Secara sempit tanaman pangan biasanya dibatasi pada kelompok tanaman yang
berumur semusim (Purwono, 2007).
Kacang hijau merupakan sumber protein, vitamin, dan mineral yang
penting bagi manusia. Dengan potensinya ini kacang hijau dapat mengisi
kekurangan protein pada umumnya dan sekaligus menaikkan pendapatan petani.
Manfaat kacang hijau sebenarnya bukan hanya sebagai penghasil bahan makanan.
Tanaman kacang hijau dapat dijadikan penutup tanah karena pertumbuhannya
yang cepat. Kecepatan pertumbuhannya dapat menghalangi tumbuhnya rumput
(Soeprapto, 2000).
Kemukiman Juli Kabupaten Bireuen adalah salah satu daerah yang
memilliki produktivitas tanaman kacang hijau yang tinggi. Penduduk daerah ini
sebagian besar berprofesi sebagai petani. Masyarakat Juli kebanyakan
berusahatani tanaman pangan seperti padi dan kacang hijau. Petani di Kecamatan
Juli biasanya mengalami kesulitan dalam memperoleh air pada saat musim
kemarau. Akibatnya ratusan hektar sawah petani di kawasan Kemukiman Juli
beralih fungsi bercocok tanaman dari menanam padi ke tanaman palawija seperti

kacang hijau. Sementara petani lainnya yang punya sumur dapat menyedot air
dengan mesin pengisap, sebagai penganti irigasi dengan mengeluarkan biaya
tinggi.
Petani di Kemukiman Juli Kabupaten Bireuen tergabung dalam beberapa
kelompok tani. Keberadaan kelembagaan kelompok tani sangat penting
diberdayakan karena potensinya sangat besar. Kelembaga di perdesaan memiliki
fungsi yang mampu memberikan energi sosial yang merupakan kekuatan internal
masyarakat dalam mengatasi masalah-masalah mereka sendiri. Kelembagaan
merupakan suatu kebutuhan yang diperlukan oleh petani, agar mereka dapat
bersaing dalam melaksanakan kegiatan usahatani dan dapat meningkatkan
kesejahteraan hidupnya. Kelembagaan berperan dalam mengatur sumberdaya dan
distribusi manfaat, untuk itu unsur kelembagaan perlu diperhatikan dalam upaya
peningkatan potensi desa guna menunjang pembangunan desa.
Peran kelembagaan pertanian berpengaruh terhadap kondisi sosial
ekonomi masyarakat Juli. Kelembagaan berupa kelompok tani di Kemukiman Juli
menjadi sarana untuk kegiatan belajar, bekerja sama, dan pemupukan modal
kelompok dalam mengembangkan usahatani. Perubahan kondisi sosial dan
ekonomi masyarakat Juli akibat adanya peran kelembagaan diharapkan bersifat
positif.
Analisis kelayakan usahatani digunakan untuk menilai investasi yang
dilakukan atas pendirian atau pengembangan usaha. Untuk memulai usaha, perlu
dilakukan studi kelayakan terlebih dahulu, karena terdapat faktor ketidakpastian
dimasa mendatang yang perlu diperkirakan. Analisis tersebut merupakan bagian
dari perencanaan usaha dan dalam perencanaan usaha maka pengumpulan data
yang sesuai dengan kondisi. Tujuan analisis kelayakan adalah untuk mengetahui
usaha layak dijalankan atau tidak.
Berdasarkan dari permasalahan kondisi sosial ekonomi, peran
kelembagaan, dan alasisis kelayakan usahatani kacang hijau, maka terjadi
peningkatan pendapatan petani. Dari adanya peran kelembagaan yang berupa
kelompok tani, maka pendapatan petani lebih baik dari sebelumnya. Sehingga
petani di Kemukiman Juli dapat memperoleh kesejahteraan yang diharapkan.

Pertanian

Sektor Pangan

Komoditas
Kacang Hijau
Peran kelompok tani terhadap usahatani kacang hijau
di Kemukiman Juli Kabupaten Bireuen

Perubahan Kondisi
Sosial Ekonomi
Petani

Teori Perubahan
Sosial

Peran
Kelembagaan

Teori
Kelembagaan

Kelompok
Tani

Analisis
Kelayakan
Usahatani

Kriteria Kelayakan
Investasi:
NPV, IRR, PP, Net
B/C Ratio, BEP, ROI

Layak

Tidak Layak

Peningkatan Pendapatan
Petani di Kemukiman Juli
Kabupaten Bireuen
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran
2.4 Hipotesis
1.

Usahatani kacang hijau di Kemukiman Juli Kecamatan Juli Kabupaten


Bireuen layak diusahakan.
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian


Penentuan daerah penelitian ditentukan dengan menggunakan purposive
method atau metode yang disengaja. Pengertian purposive method menurut
Sugiyono (2010) adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.
Sehingga data yang diperoleh lebih representatif dengan melakukan proses
penelitian yang kompeten dibidangnya. Penelitian dilaksanakan di Kemukiman
Juli Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen dengan pertimbangan bahwa Kemukiman
Juli Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen mempunyai produksi kacang hijau yang
cukup besar dan mengalami permasalahan tentang kondisi ekonomi dan sosial.
Kemukiman Juli Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen merupakan daerah dengan
rata-rata masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani khususnya komoditas
kacang hijau sehingga memiliki potensi produksi kacang hijau yang cukup baik.
Potensi produksi kacang hijau di Kemukiman Juli Kecamatan Juli Kabupaten
Bireuen perlu dikembangkan sehingga diperlukan adanya analisis kelayakan
usahatani dan peningkatan peranan kelembagaan untuk meningkatkan potensi
tersebut.
3.2 Metode Penelitian

Metode penenelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan


tujuan dan kegunaan tertentu. Jenis penelitian yang digunkan dalam penelitian ini
adalah metode deskriptif. Menurut Sugiyono (2010), penelitian deskriptif adalah
penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu
variabel

atau

lebih

(independen)

tanpa

membuat

perbandingan

atau

menghubungkan antara satu dengan variabel lain. Penelitian deskriptif untuk


eksplorasi dan klarifikasi mengenai sesuatu fenomena atau kenyataan sosial,
mencoba mencari penjelasan yang tepat dan cukup dari semua aktifitas, obyek,
proses dan manusia. Metode ini mengumpulkan data berdasarkan faktor- faktor
yang menjadi pendukung terhadap objek penelitian, kemudian menganalisa
faktor- faktor tersebut untuk dicari peranannya. Penelitian deskriptif dalam
penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi petani kacang
hijau dan peran kelembagaan pertanian terhadap usahatani kacang hijau di
Kemukiman Juli Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen.
3.3 Metode Pengambilan Contoh
Menurut Sugiyono (2010), penentuan pengambilan contoh dalam
penelitian ini ditentukan dengan menggunakan metode proportionate stratified
random sampling. Teknik proportionate stratified random sampling atau teknik
sampling proporsional yaitu sampel yang di hitung berdasarkan perbandingan.
Teknik ini di gunakan apabila populasi mempunyai anggota atau unsur yang tidak
homogen dan berstrata secara proporsional. Teknik penarikan sample yang
digunakan harus melihat pada perbedaan sifat dari populasi. Proportionate
stratified random sampling adalah teknik pengambilan sampel bila populasi
mempunyai anggota atau unsur heterogen dan berstrata proporsional. Penentuan
pengambilan contoh pada penelitian ini diambil dari petani kacang hijau yang
berada di Kemukiman Juli Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen yang tergabung
dalam kelompok tani dan memiliki lahan usahatani baik sewa maupun milik
sendiri. Penentuan informan dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan
metode proportionate stratified random sampling dengan rumus:
n = (pop. kelas : pop. keseluruhan) x sampel (Slovin)

Populasi keseluruhan petani di Kemukiman Juli Kecamatan Juli


Kabupaten Bireuen berjumlah 120 petani. Populasi kelas pada penelitian ini
terbagi menjadi tiga golongan yaitu petani dengan luasan lahan luas, lahan
sedang, dan lahan sempit. Petani dengan luasan lahan luas ditentukan dengan
jumlah luasan lahan petani lebih dari 2 Ha. Petani dengan luasan lahan sedang
ditentukan dengan jumlah luasan lahan petani antara 1-2 Ha. Petani dengan luasan
lahan sempit ditentukan dengan jumlah luasan lahan petani kurang dari 1 Ha.
Berikut ini adalah perhitungan Slovin :
n = 120 / 1+(120(0,05)2)
= 92,307
= 92
Jumlah populasi kelas dan jumlah sampel petani kacang hijau di Desa
Kemukiman Juli Kabupaten Bireuen ditentukan pada tabel berikut:
Tabel 3.1 Jumlah Populasi Kelas dan Sampel Petani Kacang Hijau di Kemukiman
Juli Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen
No.

Sampel Kelas

Sampel

30

23

Kriteria Kelas
Lahan luas

Lahan sedang

60

46

Lahan sempit

30

23

120

92

Total

Berdasarkan tabel diatas jumlah sampel petani kacang hijau yang


tergolong memliki luasan lahan luas sebanyak 23 petani. Jumlah sampel petani
kacang hijau yang tergolong memiliki lahan sedang sebanyak 46 petani. Jumlah
sampel petani kacang hijau yang tergolong memiliki luas sempit sebanyak 23
petani.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini memiliki objek yaitu petani kacang hijau di Kemukiman
Juli Kabupaten Bireuen dan engumpulan data akan dilakukan pada daerah
tersebut. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Menurut Waluya (2007), data primer adalah data atau keterangan yang
diperoleh peneliti secara langsung dari sumbernya.
1. Data primer diperoleh dari wawancara langsung menggunakan kuisioner
dengan petani kacang hijau di Kemukiman Juli. Menurut Oktora (2013), data
sekunder yaitu data yang diperoleh melalui literatur-literatur serta informasi
tertulis lainnya yang bersumber dari obyek penelitian ini.
2. Data sekunder diperoleh dari pengumpulan data pada penelitian ini
menggunakan teknik studi kepustakaan atau biasa dikenal dengan istilah library
research. Dengan demikian data-data penelitan tersebut adalah data yang berasal
dari buku, jurnal, artikel, skripsi dan Badan Pusat Statistik.
3.5 Metode Analisis Data
Permasalahan pertama yang akan dianalisis oleh peneliti yaitu mengenai
kondisi sosial ekonomi masyarakat petani kacang hijau di Kemukiman Juli
Kabupaten Bireuen. Pada permasalahan ini, peneliti menggunakan analisis
domain yang dikemukakan dalam teori Spreadly. Menurut Spradley dalam
Sugiyono (2010), analisis domain merupakan penyelidikan unit-unit terhadap
pengetahuan budaya yang lebih besar yang disebut domain. Peneliti akan mencari
simbol-simbol budaya yang termasuk kategori (domain) yang lebih besar berdasar
atas kemiripan. Sehubungan dengan kemungkinan bervariasinya domain, maka
disarankan menggunakan hubungan semantik (semantik relationship) yang
bersifat universal dalam analisis domain yaitu jenis, ruang, sebab akibat, rasional,
lokasi kegiatan, cara ke tujuan, fungsi, urutan, dan atribut. Analisis domain pada
umumnya dilakukan untuk memperoleh gambaran yang umum dan menyeluruh
tentang situasi sosial yang diteliti. Terdapat enam tahap yang dilakukan dalam
analisis domain yaitu:
1. Memilih salah satu hubungan semantik untuk memulai dari sembilan hubungan
semantik yang tersedia.
2. Menyiapkan lembar analisis domain.
3. Memilih salah satu sampel catatan lapangan yang dibuat terakhir, untuk
memulainya.

4. Mencari istilah acuan dan istilah bagian yang cocok dengan hubungan
semantik dari catatan lapangan.
5. Mengulangi usaha pencarian domain sampai semua hubungan semantik habis.
6. Membuat daftar domain yang ditemukan (teridentifikasikan).
Permasalahan yang kedua yaitu mengenai peran kelembagaan pada
usahatani kacang hijau di Kemukiman Juli Kabupaten Bireuen. Pada
permasalahan ini, peneliti menggunakan teori Miles dan Hubermen. Menurut
Miles dan Hubermen dalam Patilima (2005), teori ini mengemukakan bahwa
aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung
secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh. Ukuran kejenuhan
data ditandai dengan tidak diperolehnya lagi data atau informasi baru. Aktivitas
dalam analisis meliputi reduksi data (data reduction), penyajian data (data
display)

serta

Penarikan

kesimpulan

dan

verifikasi

(conclusion

drawing/verification). Berikut ini adalah tahap dalam analisis data menurut teori
Miles dan Hubermen :
1. Langkah-langkah dalam tahap reduksi, yaitu meringkaskan data kontak
langsung dengan orang, kejadian dan situasi di lokasi penelitian, pengkodean,
pembuatan catatan obyektif, membuat catatan reflektif, membuat catatan
marginal, penyimpanan data, membuatan memo, menganalisis antarlokasi dan
pembuatan ringkasan sementara antar lokasi.
2. Tahap penyajian, pada tahapan ini dikembangkan model-model seperti
mendeskripsikan konteks dalam penelitian, cheklist matriks, mendeskripsikan
perkembangan antar waktu, matriks tata peran, matriks konsep terklaster,
matriks efek dan pengaruh, matriks dinamika lokasi dan daftar kejadian.
3. Tahap penarikan kesimpulan dan verifikasi data. Kesimpulan hasil penelitian
yang diambil dari hasil reduksi dan panyajian data adalah merupakan
kesimpulan sementara. Kesimpulan sementara ini masih dapat berubah jika
ditemukan bukti-bukti kuat lain pada saat proses verifikasi data di lapangan.
Permasalahan ketiga mengenai analisis kelayakan usahatani kacang hijau
di Kemukiman Juli Kabupaten Bireuen. Pada permasalahan ini, peneliti
menggunakan Analisis yang digunakan adalah analisis pendapatan usahatani dan

analisis kelayakan usahatani. Analisis kelayakan untuk menghitung kriteria


investasi seperti NPV, IRR, Net B/C, payback period, Break event point dan
Break event point. Data yang dipakai untuk analisis ini adalah data dari komoditi
kacang hijau yang memiliki kriteria sebagai suatu proyek atau usaha dengan sifat
investasi atau memberi manfaat berjangka dalam suatu periode waktu tertentu.
Menurut Umar dalam Emawati (2007), pendapatan perusahaan merupakan
penerimaan yang dihasilkan dari kegiatan perusahaan sedangkan biaya operasinya
merupakan pengeluaran yang juga karena kegiatan perusahaan. Berikut ini adalah
kriteria kelayakan investasi.
1. Net Present Value (NPV) atau nilai bersih sekarang yaitu selisih antara Present
Value dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas
bersih di masa yang akan datang. Berikut ini adalah rumus dari NPV :
n

NPV
t 1

Bt Ct
(1 i )t

Dimana:
Bt = Present Value Benefit
Ct = Present Value Cost
i

= diskon faktor

= tahun (waktu)

Pengambilan keputusan :
NPV > 0 (nol) usaha/proyek layak (feasible) untuk dilaksanakan
NPV < 0 (nol) usaha/proyek tidak layak (feasible) untuk dilaksanakan
NPV = 0 (nol) usaha/proyek berada dalam keadaan BEP dimana TR=TC
2. Internal Rate of Return (IRR) adalah metode yang digunakan untuk mencari
tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan
di masa datang atau penerimaan kas, dengan mengeluarkan investasi awal.
Perhitungan IRR dengan cara interpolasi, jika diperoleh NPV +, maka carilah
NPV dengan cara meningkatkan discount factornya.

IRR i1

NPV 1
(i 2 i1)
NPV 1 NPV 2

Pengambilan keputusan :
Jika IRR > DF, discount rate yang berlaku maka proyek layak untuk
dilaksanakan.
Jika IRR < DF. Discount rate yang berlaku, maka proyek tdk layak untuk
dilaksanakan.
3. Payback Period (PP) adalah suatu periode yang menunujukkan berapa lama
modal yang ditanamkan dalam proyek tersebut dapat kembali.
PP

I
Ab

Rumus :

Dimana :
PP = Payback Period
I = besarnya biaya investasi
Ab = benefit bersih yg diperoleh setiap tahunnya
4. Net B/C Ratio merupakan metode yang dilakukan untuk melihat berapa
manfaaat yang diterima oleh proyek untuk satu rupiah pengeluaran proyek.
n

NetB / C

N B ()
i 1
n

N B ( )
i 1

Rumus :

Pengambilan keputusan :
Net B/C > 1 (satu) berarti proyek (usaha) layak dikerjakan
Net B/C < 1 (satu) berarti proyek tidak layak dikerjakan

Net B/C = 1 (satu) berarti cash in flows = cash out flows (BEP)
5. Break event point meupakan suatu keadaan atau penjualan usaha dimana jumlah
manfaat sama besarnya dengan pengeluaran dengan kata lain keadaan dimana
perusahaan tidak mendapatkan keuntungan dan tidak menderita kerugian,
untuk menghitung Break Even Point ada 2 cara yaitu:
a. Rumus BEP untuk menghitung berapa unit yang harus dijual agar terjadi
Break Even Point :
Total Fixed Cost

b. Rumus BEP untuk menghitung berapa uang penjualan yang perlu diterima
agar terjadi BEP :
Total Fixed Cost
1- (Variable cost per unit/ harga jual per unit)
6. Return of investment (ROI) adalah pengukur kemampuan perusahaan secara
keseluruhan dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan
aktiva yang tersedia di dalam perusahaan. Semakin tinggi rasio ini, semakin
baik keadaan perusahaan.
Rumus :
ROI = Laba Bersih setelah Pajak (EAT) x 100%
Total Investasi
3.6 Definisi Operasional
1. Pembangunan pertanian merupakan sebagai respon terhadap strategi
pembangunan sebelumnya yang terfokus pada tujuan pertumbuhan ekonomi
tinggi yang terbukti telah menimbulkan degradasi kapasitas produksi maupun
kualitas lingkungan hidup.

2. Pangan merupakan segala sesuatu yang bersumber dari sumber hayati dan air,
baik yang diolah maupun yang tidak diolah.
3. Tanaman palawija merupakan tanaman yang potensial untuk dikembangkan
karena hasilnya dapat digunakan sebagai sumber karbohidrat, sumber protein
nabati, dan bahan dasar berbagai industri.
4. Kacang hijau merupakan salah satu tanaman pangan semusim yang berumur
pendek ( 60 hari).
5. Kelompok tani adalah kumpulan petani yang dibentuk atas dasar kesamaan
kepentingan, kesamaan kondisi, lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya)
dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggotanya.
6. Usahatani adalah tujuan untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal
dengan cara meminimalkan risiko, termasuk keinginan untuk memiliki
persediaan pangan yang cukup untuk konsumsi rumah tangga dan selebihnya
untuk dijual.
7. Pengembangan kacang hijau adalah suatu usaha untuk meningkatkan tanaman
kacang hijau menjadi bahan pangan yang mempunyai kualitas bagus.
8. Kelembagaan merupakan suatu kebutuhan yang diperlukan oleh petani, agar
mereka dapat bersaing dalam melaksanakan kegiatan usahatani dan dapat
meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
9. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berasal dari latar
belakang alami atau kenyataan di masyarakat, dengan menggunakan proses
langkah pengamatan, wawancara, dan penelaahan dokumen.
10. Metode penelitian kuantitatif, adalah pendekatan-pendekatan terhadap kajian
empiris untuk mengumpulkan, menganalisa, dan menampilkan data dalam
bentuk numerik daripada naratif.
11. Analisis kelayakan usahatani adalah analisis yang digunakan untuk menilai
investasi yang dilakukan atas pendirian atau pengembangan usaha.
12. Analisis deskriptif merupakan analisis untuk eksplorasi dan klarifikasi
mengenai sesuatu fenomena atau kenyataan sosial yang mencoba mencari
penjelasan dari semua aktifitas, obyek, proses dan manusia.

13. Perubahan ekonomi rumah tangga petani pada dasarnya merupakan perilaku
rasional dalam mengalokasikan sumberdaya rumah tangga yang dimiliki
untuk menghasilkan barang dan jasa, serta dalam menggunakan barang dan
jasa untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.
14. Perubahan sosial adalah segala perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga
kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem
sosialnya,

termasuk

didalamnya

nilai-nilai,

sikap-sikap,

dan

pola

perikelakuan diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat.


15. Kesejahteraan merupakan salah satu kualitas hidup individu dan masyarakat,
sehingga para ahli filsafat berdebat mengenai kehidupan yang baik, dan satu
kesimpulan yang dimunculkan dari debat ini bahwa kehidupan yang baik
adalah kebahagiaan.

DAFTAR PUSTAKA
Akbar, Maulana. 2014. Peranan Gabungan Kelompotani Dalam Melaksanakan
Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (Puap) Di Kecamatan
Undaan, Kabupaten Kudus. Diterbitkan Skripsi. Semarang: Universitas
Diponegoro.
Arimbawa, Putu. 2013. Peran Kelembangaan Agribisnis Dalam Usahatani Kakao.
Agriplus, 23(3): 180-181.

Aulia, Avenia Nur. 2008. Analisis Pendapatan Usahatani Dan Kelayakan


Usahatani Padi Pada Ketinggian Lahan 350-800 MDPL Di Kabupaten
Tasikmalaya. Skripsi: Bogor: Institut Pertanian Bogor.
BadanPusatStatistik, 2014. Luas Lahan Pertanian Kabupaten
[http://www.bps.go.id/]. Diaksespada 24 Maret 2015.

Bireuen.

Emawati. 2007. Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu, Usaha Dagang Tahu
Bintaro, Kabupaten Tanggerang, Provinsi Banten. Skripsi: Jakarta: UIN
Syarif Hidayatullah.
Hidayah, I. dan Susanto. 2008. Analisis Kelayakan Finansial Teknologi Usahatani
Kacang Hijau Setelah Padi Sawah Di Desa Waekasar, Kecamatan Mako,
Kabupaten Buru, Maluku. Jurnal Budidaya Pertanian, 4(1) : 55-57.
Khalik, Safridan dan Hamid. 2013. Optimasi Pola Tanam Usahatani Sayuran
Selada dan Sawi di Daerah Produksi Padi. Agrisep, 14(1): 19.
Mareta, Dea Tio dan Shofia Nur A. 2011. Pengemasan Produk Sayuran Dengan
Bahan Kemas Plastik Pada Penyimpanan Suhu Ruang Dan Suhu Dingin.
Mediagro 7(1): 26-40.
Martono, Nanang. 2012. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta : Raja Grafindo
Persada.
Marzuki, Rasyid dan Soeprapto, 2001. Bertanam Kacang Hijau. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Melati, Febrian Fatma. 2013. Dinamika Perubahan Sosial Dan Budaya di Desa
Kendalsari, Kecamatan Sumobito, Kabupaten Jombang. AntroUnair, 2(1) :
291-292.
Mutaqin, Amir. 2008. Analisis Kinerja Kelembagaan Agribisnis dan Efisiensi Teknik
Usahatani Padi. Diterbitkan Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Najiyati, Sri dan Danarti. 2000. Palawija, Budidaya dan Analisis Usahatani.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Nastalia, Risa Dwi dkk. 2014. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Perkebunan
Karet Rakyat Swadaya Di Desa Sungai Jalau Kecamatan Kampar Utara
Kabupaten Kampar. Jom Faperta, 1(2): 3-4.
Oktora, Fahri Eka dan Winston Pontoh. 2013. Analisis Hubungan Pendapatan Asli
Daerah, Dana Alokasi Umum, Dan Dana Alokasi Khusus Atas Belanja

Modal Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Tolitoli Provinsi Sulawesi


Tengah. Accountability, 2(1) : 1-26.
Pemerintah Kabupaten Bireuen. 2014. [http://www.bireuenkab.go.id/singlelist/sejarah/]. Di akses pada 24 Maret 2015
Polnaya, F dan J.E. Patty. 2012. Kajian Pertumbuhan Dan Produksi Varietas
Jagung Lokal Dan Kacang Hijau Dalam Sistem Tumpangsari. Agrologia
1(1): 42-50.
Purwono dan Heni Purnamawati, 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan
Unggul. Jakarta: Penebar Swadaya.
Purwono dan Rudi. 2005. Kacang Hijau.Bogor: Penebar Swadaya.
Rosana, Ellya. 2011. Modernisasi dan Perubahan Sosial. Jurnal TAPIS, 7(12): 3435.
Saefudin, H.A. 2005. Teori Konflik dan Perubahan Sosial. Mediator, 6(1): 75-76.
Sanitasi Bireuen. 2010. [http://ppsp.nawasis.info.docx/]. Diakses pada 24 Maret
2015
Sianipar, Jelita dkk. 2013. Pengaruh Radiasi Sinar Gamma Terhadap Tanaman
Kacang Hijau (Vigna Radiata L.) Pada Kondisi Kekeringan. Jurnal Online
Agroekoteknologi, 1(2): 2337- 6597.
Siswadi. 2006. Budidaya Tanaman Palawija. Yogyakarta: Citra Aji Parama.
Soeprapto. HS. 2000. Bertanam Kacang Hijau. Jakarta: Penebar Swadaya.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Syaifuddin dkk. 2010. Perbedaan Waktu Tanam Kacang Hijau Dalam Pertanaman
Jagung. Jurnal Agrisistem 6(1): 1858-4330.
Tirta, Parama dan Nur Kartika. 2014. Analisa Kelayakan Finansial Pengembangan
Usaha Produksi Komoditas Lokal Mie Berbasis Jagung. Agritech, 34(2):
194-195.
Utami, Muhana Sofiati. 2012. Religiusitas, Koping Religius, dan Kesejahteraan
Subjektif. Jurnal Psikologi 39(1): 46 66.
Waluya, Bagja. 2007. Sosiologi: Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat.
Bandung: Setia Purna.

Widyastuti, Astriana. 2012. Analisis Hubungan Antara Produktivitas Pekerja dan


Tingkat Pendidikan Pekerja Terhadap Kesejahteraan Keluarga di Jawa
Tengah Tahun 2009. Economics Development Analysis Journal, 1(1): 2-3.
Wulandari. 2013. Kondisi Sosial Ekonomi Petani Padi Sawah Di Kelurahan
Mangalli Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa. Diterbitkan Skripsi.
Makassar: Universitas Hasanuddin.
Yani, Fitra.2012. Peranan Tanaman Padi Sawah Terhadap Perekonomian di
Kabupaten Kampar Propinsi Riau. Jurnal Ekonomi.
Yusrizal, Firdaus. 2014. Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Lokal Setelah
Diberikan Upaya Pemberdayaan Masyarakat Pada Kawasan Wisata Istana
Siak Kabupaten Siak Propinsi Riau. Repository Unri, 2(1): 5-6.

Anda mungkin juga menyukai