berapi aktif yang sewaktu-waktu berpotensi meletus juga siap melahirkan korban jiwa.
Apalagi Indonesia berada dalam zona patahan lempeng tektonik yang dalam sejarahnya
sering berujung terjadinya gunung meletus.
Oleh karena itu, masyarakat Indonesia sebaiknya selalu meningkatkan kesadarannya sebab
hidup di kawasan yang rawan bencana. Di Indonesia itu, ada 129 gunung berapi aktif.
Negara kita juga rawan gempa, tsunami, tanah longsor, banjir, dan konflik sosial. Jadi
masyarakat harus selalu dalam kewaspadaan, kata BNPB Syamsul Maarif kepada penulis
belum lama ini.
Menurut Syamsul, sebenarnya masyarakat Indonesia zaman dulu sudah terbiasa hidup dalam
ancaman bencana. Itu karena mereka memiliki kedekatan dengan alam sehingga bisa
menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat tinggalnya. Sayangnya, kata dia, akhir-akhir ini
rasa kepedulian dan kewaspadaan itu semakin berkurang.
Gaya hidup modern membuat masyarakat semakin lengah dan tidak peka dengan tanda alam.
Sehingga kalau terjadi bencana, masyarakat sekitar selalu kalang kabut.
"Mereka baru tersentak ketika terjadi tsunami atau bencana alam lainnya. Kalau ada bencana
mereka seharusnya bisa mencari tempat perlindungan aman, dan tidak perlu pindah. Prinsip
living in harmony bisa diterapkan," saran Syamsul.
Memang membutuhkan waktu tidak sebentar untuk membentuk masyarakat memiliki
karakter seperti itu. Namun tidak ada salahnya bagi BNPB pusat maupun daerah membuat
gerakan masif program pengenalan dan pemahaman kepada rakyat tentang pentingnya hidup
berdampingan dengan alam di kawasan rawan bencana. Perubahan pola pikir mesti dilakukan
sebab datangnya bencana tidak bisa dihindari, tapi bisa diantisipasi untuk mencegah atau
mengurangi korban jiwa dan finansial.
Sektor Penanggulangan Bencana
Membentuk Negara yang Tangguh Menghadapi Bencana Alam - Kerjasama Indonesia-Jepang
Dibidang Penanganan Bencana Alam
1. Indonesia Jepang, Negara yang Selalu Dirundung Bencana Alam
Indonesia, dari segi topografi, banyak sekali terjadi bencana alam, seperti gempa
bumi, tsunami, ledakan gunung, banjir, longsor, kekeringan kebakaran hutan, dan
lain-lain. Sejak tahun 1999 sampai 2008, selama 10 tahun, bencana alam telah
mencatat kerugian yang sangat besar seperti, 180 ribu orang meninggal, 8,4 juta orang
menjadi korban. Kerugian ekonomi mencapai US$.10 milyar.
Pertama, Indonesia tercatat sebagai negara dengan jumlah gempa bumi dengan
kekuatan diatas 4 pada skala Richter yang terbanyak, yaitu rata-rata lebih dari 400 kali
per tahun (Fig.1: catatan sejarah gempa). Terdapat 129 gunung berapi di Indonesia,
diantaranya ada 17 yang masih aktif seperti gunung Merapi (Fig.2: lokasi gunung
berapi). Belum lagi gempa dan letusan gunung berapi yang menyebabkan tsunamipun
sering kali terjadi. Konon, sejak tahun 1600, selama kurun waktu 400 tahun, telah
terjadi 100 kali tsunami yang menimbulkan korban lebih dari 340 ribu orang
meninggal (Fig.3: sejarah tsunami).
Tanggal 24 Juli 2006, pada pertemuan ke 2 Komite, Utusan Khusus Kabinet (bidang
Bencana Alam) Tetsuo Kutsukake dan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat
Aburizal Bakri membuat kesepakatan mengenai arah kebijakan penanganan bencana
alam di Indonesia yang dituangkan kedalam, "Building the Resilience of Indonesia
and its Communities to Disasters for the Next Generation", yang kemudian telah
dilaporkan kepada masing-masing Kepala Negara (http://www.bousai.go.jp/kyoryoku/
Fig.4: Perubahan
Jumlah Korban
Bencana Alam