Anda di halaman 1dari 16

Standar Etika dan Profesionalisme

Dalam Orthopaedi dan Traumatologi

Pendahuluan
Standar Etika dan Profesionalisme Dokter Spesialis Orthopaedi dan
Traumatologi adalah sekumpulan nilai-nilai dan moralitas profesi kedokteran yang
tercantum dalam Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) , fatwa-fatwa etik
IDI, pedoman perilaku dan kesepakatan etik lainnya dari IDI sebagai organisasi
profesi agar dokter Indonesia menjadi dokter baik dan bermanfaat bagi
masyarakat.
Mendahulukan kesehatan pasien dan pelayanan yang memadai dari dokter
adalah permulaan tujuan utama dari pengobatan yang ada sejak 2000 tahun
sebelum masehi.
The

American

Academy

of

Orthopaedics

Surgeons

(AAOS)

mengembangkan prinsip-prinsip dari etika medis bagi dokter spesialis orthopaedi


dan kode etik bagi dokter spesialis bedah orthopaedi terutama untuk kebaikan dari
para pasien.
Prinsip-prinsip dari etika medis dan profesionalisme dokter bedah
orthopaedi bukanlah hukum, tapi menjadi dasar-dasar pelayanan yang
menggambarkan betapa pentingnya pelayanan yang baik bagi dokter spesialis
bedah orthopaedi.
Dokter spesialis bedah orthopaedi harus menyadari bahwa mereka adalah
panutan bagi dokter bedah orthopaedi yang sedang dalam pendidikan dan

penyelenggara kesehatan lainnya dan seharusnyalah bertindak sesuai dengan


prinsip-prinsip dari etika medis dokter spesialis orthopaedi dan kode etik dan
profesionalisme dokter spesialis bedah orthopaedi.
Dalam keseharian dokter spesialis orthopaedi harus berupaya sebaik
mungkin mengamalkan semua kode etik dan profesionalisme spesialis bedah
orthopaedi dan traumatologi Indonesia (KODEPOI) tahun 2014 yang disahkan
oleh kolegium Ilmu Orthopaedi dan Traumatologi Indonesia

Etika Profesionalisme Dokter Spesialis Orthopaedi dan Traumatologi


Berikut Prinsip Etika Medis dan Profesionalisme dalam Bedah Orthopedi
telah diadopsi oleh PABOI dan DEPOI, bukan merupakan catatan hukum,
melainkan standar perilaku yang merupakan esensi perilaku terhormat untuk
spesialis bedah orthopaedi.
I. Hubungan Dokter-Pasien
Profesi orthopaedi ada di Indonesia dengan tujuan utama untuk
memberikan pelayanan kepada pasien. Hubungan dokter-pasien adalah fokus
utama dari semua masalah etika dan profesionalisme. Profesi Dokter spesialis
bedah orthopaedi harus didedikasikan untuk memberikan pelayanan medis yang
kompeten dengan dasar kemanusiaan dan rasa hormat kepada pasien dan
keluarganya.
Salah satu yang bias kita bahas dalam kaitan hubungan antar dokter-pasien
adalah informasi yang tidak menyesatkan, seperti metode pengobatan yang satu
2

cocok terhadap semua pasien. Seperti yang tertulis pada pasal 2 ayat 11 :
Ketika memberikan informed consent untuk pengobatan, dokter spesialis bedah
orthopaedi wajib untuk bertemu dengan pasien dan orang yang bertanggung jawab
terhadap pasien, menjelaskan dalam bahasa yang dapat dimengerti tentang fakta
medis yang bersangkutan dan rekomendasi pengobatannya sesuai praktek medis
yang benar.
II. Integritas
Dokter bedah orthopaedi harus menjaga reputasi untuk kebenaran dan
kejujuran dengan pasien dan kolega, dan harus berusaha untuk mengevaluasi diri
melalui proses yang jujur, apakah mereka dokter yang cukup berkarakter dengan
kompetensi yang memadai sesuai perkembangan zaman.
Seorang spesialis bedah orthopaedi tidak akan, ketika membuat iklan
public, membuat keterangan palsu atau menyesatkan atau berbohong tentang
kemampuannya untuk memberikan perawatan medis. Dan juga berupaya untuk
memastikan bahwa pernyataan dibuat oleh lembaga akademik, rumah sakit atau
badan swasta atas namanya adalah benar dan tidak menyesatkan.
III. Legalitas dan Kehormatan
Dokter bedah orthopaedi harus mematuhi hukum, menjunjung tinggi
martabat dan kehormatan profesi, dan menerima disiplin diri dikenakan profesi
itu. Dokter spesialis bedah orthopaedi juga memiliki tanggung jawab untuk
mencari perubahan dalam persyaratan hukum yang bertentangan dengan
3

kepentingan terbaik pasien.


IV. Kompetensi
Dokter bedah orthopaedi harus terus berusaha untuk mempertahankan dan
meningkatkan pengetahuan medis, ketrampilan klinik-operatif serta perilaku yang
terhormat.
V. Kerahasiaan / Confidentiality
Dokter bedah orthopaedi harus menghormati hak-hak pasien, kolega, dan
profesional kesehatan lainnya dan harus menjaga kepercayaan pasien dalam
batasan hukum
VI. Kerjasama
Hubungan yang baik antara dokter, perawat, dan profesional perawatan
kesehatan dalam satu tim sangat penting untuk perawatan pasien yang baik.
Dokter bedah orthopaedi harus mampu menjadi pimpinan klinik (clinical leader)
dan memfasilitasi pengembangan tim perawatan yang akan bekerja sama secara
harmonis untuk memberikan perawatan pasien yang optimal.
VII. Konflik Kepentingan
Praktek kedokteran inheren menyajikan potensi konflik kepentingan.
Dimanapun konflik kepentingan muncul, harus diselesaikan demi kepentingan
terbaik dari pasien. Dokter spesialis bedah orthopaedi harus melaksanakan semua
alternatif yang masuk akal untuk memastikan bahwa perawatan yang paling tepat
4

diberikan kepada pasien. Jika konflik kepentingan tidak dapat diselesaikan, dokter
spesialis bedah orthopaedi harus memberitahu pasiennya jika berniat untuk
menarik diri dari perawatan pasien.
VIII. Remunerasi
Dokter bedah orthopaedi harus memberikan pelayanan yang berkualitas,
mengutamakan

keselamatan

pasien

dan

perawatan

hemat

biaya

tanpa

diskriminasi. Remunerasi untuk layanan orthopedi harus sepadan dengan


pelayanan yang diberikan
IX. Publisitas
Dokter bedah orthopaedi tidak boleh mempublikasikan dirinya melalui
media atau bentuk komunikasi publik dengan cara yang tidak benar, menyesatkan,
atau menipu.
X. Tanggung Jawab kepada Masyarakat.
Dokter bedah orthopaedi memiliki tanggung jawab tidak hanya untuk
masing-masing pasien, kepada rekan-rekan dan trainees, residen bedah
orthopaedi, tetapi juga untuk masyarakat secara keseluruhan. Kegiatan yang
memiliki tujuan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan pasien dan/atau
masyarakat dengan cara yang hemat biaya, kepentingan luas untuk publik, maka
perlu mendapatkan dukungan dan partisipasi dari spesialis bedah orthopaedi.

Standar Profesionalisme Dokter Spesialis Orthopaedi dan Traumatologi


Standar Profesionalisme ini ditetapkan berdasarkan Kode Etik Kedokteran
dan Profesionalisme. Pernyatan-pernyataan menetapkan standar perilaku minimal
yang dapat diterima oleh dokter spesialis bedah orthopaedi dalam menjalankan
hubungan profesional mereka. Pelanggaran standar minimal ini dapat dilaporkan
secara resmi kepada DEPOI yang kemudian akan ditindaklanjuti seperti yang
tertulis dalam Anggaran Rumah Tangga PABOI .
Profesi dalam bidang

medis

mengharuskan

dokter

untuk tidak

mendahulukan kepentingan mereka sendiri namun demi kepentingan terbaik


pasien dan menempatkan diri dalam standar moral dan etika yang tinggi. Pasien
yang mempercayakan pelayanan kesehatan mereka kepada dokter spesialis bedah
orthopaedi memiliki harapan bahwa mereka akan diperlakukan dengan
manusiawi, empati, kejujuran dan integritas. Ini adalah kewajiban bagi dokter
spesialis bedah orthopaedi untuk mengembangkan hubungan profesional dengan
teman sejawat dan tenaga profesional kesehatan lainnya untuk memenuhi harapan
pasien.
Sebagai pelaku pelayanan kesehatan dan profesional dengan pengetahuan
khusus, dokter spesialis bedah orthopaedi mendapatkan kepercayaan yang tinggi
dari pasien, sesama dokter dan penyedia layanan kesehatan lainnya. Hubungan
profesional yang dibuat oleh dokter spesialis bedah orthopaedi dengan temanteman sejawat dan profesional kesehatan lainnya adalah alat yang ampuh dalam
membantu merawat pasien. Untuk tujuan ini, PABOI dan DEPOI telah

mengadopsi Standar Profesionalisme ini.


Standar Profesionalisme ini berlaku untuk semua anggota PABOI dalam
interaksi mereka sebagai dokter dan profesional yang dihargai karena pengetahuan
dan keahlian mereka.
ACUAN:
Prinsip Etika Medis dan Profesionalisme dalam Bedah OrthopaediHubungan
Dokter-PasienKode Etik Kedokteran dan Profesionalisme Spesialis Bedah
Orthopaedi dan Traumatologi Indonesia, Kewajiban Khusus pasal 2 ayat 1Profesi
orthopaedi terbentuk untuk tujuan utama yaitu merawat pasien. Hubungan antara
dokter dan pasien adalah fokus utama dari segala bentuk yang berhubungan denga
etika.
Standar Profesionalisme:
1. Seorang dokter spesialis bedah orthopaedi harusnya, selain merawat dan
mengobati pasien, juga menganggap tanggung jawabnya kepada pasien
merupakan hal yang utama
ACUAN:Kode Etik Kedokteran dan Profesionalisme Spesialis Bedah Orthopaedi
dan Traumatologi Indonesia, Kewajiban Khusus pasal 3 ayat 1:Hubungan yang
baik antara dokter, perawat, dan profesional kesehatan dalam satu tim sangat
penting untuk perawatan pasien yang baik. Dokter bedah orthopaedi harus dapat
berperan sebagai pemimpin dan manajer serta pemanfaatan sebuah tim perawatan
kesehatan agar dapat bekerja sama secara harmonis untuk memberikan perawatan
7

pasien yang optimal.


Standar Profesionalisme:
2. Seorang dokter spesialis bedah orthopaedi harus menjaga keadilan, rasa hormat,
dan kerahasiaan dalam hubungan dengan teman sejawat dan profesional kesehatan
lainnya. Seorang dokter spesialis bedah orthopaedi harusnya dapat berkomunikasi
dengan baik dimana akan meninggikan derajat mereka.
3. Seorang dokter spesialis bedah orthopaedi akan menempatkan dirinya sendiri
secara profesional dalam interaksi dengan teman sejawat atau profesional
kesehatan lainnya.

4. Seorang dokter spesialis bedah orthopaedi akan bekerja sama dengan teman dan
pelaku pelayanan kesehatan lainnya untuk mengurangi kelalaian medis,
meningkatkan keselamatan pasien, dan mengoptimalkan hasil perawatan pasien.

5. Seorang dokter spesialis bedah orthopaedi yang merujuk kepada dokter lain
atau

pelaku

pelayanan

kesehatan

lainnya

harus

memfasilitasi

rujukan

perawatannya demi kesejahteraan pasien dan bekerja sama dengan mereka yang
menerima pasien rujukan tersebut.

Pelayanan Muskuloskeletal Untuk Pasien


ACUAN:
Prinsip Etika Medis dan Profesionalisme dalam Bedah Orthopaedi Hubungan

Dokter-Pasien
Kode Etik Kedokteran dan Profesionalisme Spesialis Bedah Orthopaedi dan
Traumatologi Indonesia, Kewajiban Khusus pasal 2 ayat 1:Profesi orthopaedi
terbentuk untuk tujuan utama yaitu merawat pasien. Hubungan antara dokter dan
pasien adalah fokus utama dari segala bentuk yang berhubungan dengan etika.
Standar Profesionalisme:
1. Seorang dokter spesialis bedah orthopaedi selain merawat dan mengobati
pasien, harus memiliki rasa tanggung jawab secara holistik kepada pasien .
ACUAN:
Kode Etik Kedokteran dan Profesionalisme Spesialis Bedah Orthopaedi dan
Traumatologi Indonesia, Kewajiban Khusus pasal 2 ayat 3:
Dokter Spesialis Bedah Orthopaedi tidak akan menolak menerima pasien sematamata berdasarkan ras, warna, jenis kelamin, orientasi seksual, agama, atau bangsa
atau dasar apapun yang akan termasuk dalam diskriminasi ilegal.
Standar Profesionalisme:
2. Seorang dokter spesialis bedah orthopaedi akan mengobati pasien secara baik
dengan perlakuan yang sama dan tidak akan menolak menerima pasien sematamata berdasarkan ras, warna, jenis kelamin, orientasi seksual, agama, atau bangsa

ACUAN:
Kode Etik Kedokteran dan Profesionalisme Spesialis Bedah Orthopaedi dan
Traumatologi Indonesia, Kewajiban Khusus pasal 2 ayat 4:Dokter spesialis bedah
orthopaedi dapat memilih pasien yang akan diberikan pengobatan, kecuali seperti
dijelaskan pada butir diatas. Seorang dokter spesialis bedah orthopaedi harus
memberikan layanan yang terbaik dari kemampuannya. Setelah bersedia
memberikan pengobatan dan perawatan terhadap pasien, dokter spesialis bedah
orthopaedi tidak boleh melalaikan pasien tersebut. Kecuali pasien menolak
pengobatan lebih lanjut , dokter spesialis bedah orthopaedi dapat menghentikan
layanan hanya setelah memberikan informasi yang memadai kepada pasien
sehingga pasien dapat memilih pengobatan alternatif lainnya, dokter tetap
memiliki tanggung jawab secara moral untuk membantu pasien dalam
mendapatkan perawatan lebih lanjut.
Standar Profesionalisme:
3. Seorang dokter spesialis bedah orthopaedi harus bersedia untuk menyediakan
kebutuhan pelayanan dan perawatan yang tepat pada pasien
ACUAN:
Kode Etik Kedokteran dan Profesionalisme Spesialis Bedah Orthopaedi dan
Traumatologi Indonesia, Kewajiban Khusus pasal 2 ayat 11:Ketika memberikan
informed consent untuk pengobatan, dokter spesialis bedah orthopaedi wajib
untuk bertemu dengan pasien dan orang yang bertanggung jawab terhadap pasien,

10

menjelaskan dalam bahasa yang dapat dimengerti tentang informasi fakta medis
yang bersangkutan dan rekomendasi pengobatannya sesuai praktek medis yang
baik. Informasi tersebut harus mencakup metode alternatif pengobatan, tujuan,
risiko, dan komplikasi yang mungkin dalam pengobatan tersebut, serta komplikasi
dan konsekuensi akibat tidak diberikannya pengobatan. Setelah semuanya
informasi dilakukan sendiri oleh dokter, dimintakan persetujuan tindakan medis
(informed consent) kepada pasien dan keluarga/wakil sebagai saksi. Dalam
keadaan darurat pihak rumah sakit dapat mewakili pasien.
Standar Profesionalisme:
4. Seorang spesialis bedah orthopaedi akan menyampaikan fakta-fakta medis yang
bersangkutan (pasien) dan rekomendasi pengobatannya. Setelah komunikasi dua
arah dan ada persetujuan maka dinyatakan dalam bentuk inform consent pasien
atau orang yang bertanggung jawab terhadap pasien. Inform consent yang tidak
disertai penjelasan yang lengkap oleh dokter dinyatakan sebagai tidak etis, tidak
profesional dan melanggar peraturan yang berlaku.
ACUAN:
Kode Etik Kedokteran dan Profesionalisme Spesialis Bedah Orthopaedi dan
Traumatologi Indonesia, Kewajiban Khusus pasal 4 ayat 6:
Dokter Spesialis Bedah Orthopaedi wajib bertindak berdasarkan moral dan etis
serta harus menjaga reputasi kebenaran dan kejujuran sehingga pantas mendapat
kepercayaan pasien dan masyarakat dengan memberikan pelayanan dan

11

pengabdian yang terbaik


Standar Profesionalisme :
5. Seorang dokter spesialis bedah orthopaedi harus berfungsi sebagai penasihat
pasien dalam menentukan kebutuhan pengobatan, perawatan dan latihan yang
benar dengan maksud agar pasien mengetahui apa yang dinasehatkan adalah yang
paling tepat dan benar.

6. Seorang dokter spesialis bedah orthopaedi harus menjaga kerahasiaan pasien


dan privasi dalam batasan hukum.

7. Seorang dokter spesialis bedah orthopaedi harus memelihara hubungan yang


tepat dengan pasien, memandirikan pasein dan tidak membuat ketergantungan.

8. Seorang doter spesialis bedah orthopaedi harus menghormati permintaan pasien

untuk mendapatkan opini tambahan


ACUAN:
Prinsip Etika dan Profesionlisme dalam Bedah OrthopaediKode Etik Kedokteran
dan Profesionalisme Spesialis Bedah Orthopaedi dan Traumatologi Indonesia,
pasal 4 ayat 8:Dokter spesialis bedah orthopaedi harus berusaha secara kontinyu
untuk mempertahankan serta meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta
memelihara perilaku baik yang berguna untuk memberikan pelayanan terhadap
pasien serta hubungan profesionalnya dengan sejawat. Untuk itu setiap dokter

12

spesialis bedah orthopaedi harus berpartisipasi dalam kegiatan pendidikan


kedokteran yang bersifat berkelanjutan.
Standar Profesionalisme:
9. Seorang dokter spesialis bedah orthopaedi harus berkomitmen untuk
mempelajari ilmu medis dan ilmiah seumur hidup.
10. Seorang dokter spesialis bedah orthopaedi hanya akan memberikan pelayanan
kesehatan berdasarakan kualifikasi yang dimilikinya berdasarkan pendidikan
personal, pelatihan, ataupun pengalaman pribadinya.
ACUAN:
Kode Etik Kedokteran dan Profesionalisme Spesialis Bedah Orthopaedi dan
Traumatologi Indonesia, pasal 4 ayat 5:Karena dokter spesialis bedah orthopaedi
bertanggung jawab atas kesejahteraan pasiennya, maka penyalahgunaan zat adiktif
yang merupakan ancaman khusus atas pertimbangan dokter yang rasional, harus
segera dihentikan. Dokter spesialis bedah orthopaedi harus menghindari
penyalahgunaan zat adiktif dan apabila sudah kecanduan, agar mencari
pengobatan dan rehabilitasi. Adalah Etis untuk seorang Dokter spesialis bedah
orthopaedi untuk mendorong sejawatnya yang bergantung obat-obat adiktif
mencari pengobatan dan rehabilitasi.
Standar Profesionalisme:
11. Seorang dokter spesialis bedah orthopaedi yang mengalami gangguan

13

sementara atau permanen akibat penyalahgunaan zat (alkohol dan / atau obatobatan) harus melakukan konsultasi dan pengobatan profesional agar tidak
membahayakan diri sendiri, pengobatan dan perawatan serta keselamatan pasien.
Dia harus membatasi atau berhenti dari praktik kedokteran seperti yang
direkomendasikan oleh dokter atau tim kesehatan yang menanganinya.
ACUAN:
Kode Etik Kedokteran dan Profesionalisme Spesialis Bedah Orthopaedi dan
Traumatologi Indonesia, pasal 5 ayat 1:Pada dasarnya praktek medis memiliki
potensi terjadinya konflik kepentingan. Ketika konflik tersebut terjadi, Spesialis
Bedah Orthopaedi harus menyelesaikannya berdasarkan kepentingan pasien. Jika
konflik tersebut tidak dapat diselesaikan, maka harus memberitahukan pasien,
keinginannya untuk mengundurkan diri dari hubungan pelayanan dokter-pasien.
Standar Profesionalisme:
12. Seorang dokter spesialis bedah orthopaedi harus menjelaskan kepada pasien
setiap
konflik kepentingan, termasuk keuangan atau hal lainnya, yang dapat
mempengaruhi kemampuannya untuk memberikan perawatan yang tepat.
ACUAN:Kode Etik Kedokteran dan Profesionalisme Spesialis Bedah Orthopaedi
dan Traumatologi Indonesia, pasal 5 ayat 3:
Bila tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku dan jika spesialis bedah

14

orthopaedi dalam hal tertentu karena ketidak tersedianya penyedia alat kesehatan
dapat menfasilitasi penyediakan barang medis, , implant orthopaedi, atau fasilitas
pelayanan kesehatan lain, dan harus mengungkapkan hal ini kepada pasien dan
tidak mengambil keuntungan finasial.
Standar Profesionalisme:
13. Seorang dokter spesialis bedah orthopaedi tidak boleh masuk ke dalam suatu
hubungan kontraktual dimana dokter spesialis bedah orthopaedi berkolaborasi
sehingga membebani pembiayaan pasien yang berhubungan dengan masalah
muskuloskeletal.
14. Seorang dokter spesialis bedah orthopaedi akan melakukan upaya yang wajar
untuk memastikan bahwa lembaga akademisnya, rumah sakit atau atasan tidak
akan masuk ke dalam suatu hubungan kontraktual dimana lembaga tersebut
membebani pasien
15. Seorang dokter spesialis bedah orthopaedi atau perusahaan profesionalnya
tidak boleh memiliki perjanjian marketing dalam hal penyediaan jasa medis,
kebutuhan, peralatan yang akan menguntungkan dokter spesialis bedah orthopaedi
atau perusahaan profesionalnya.
16. Seorang dokter spesialis bedah orthopaedi dapat memfasilitasi pasien dalam
situasi tidak ada alat kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan, dengan
mengambil keuntungan finansial.

15

DAFTAR PUSTAKA
Kode

Etika

dan

Profesionalisme

Spesialis

Bedah

Orthopaedi

dan

Traumatologi Indonesia (KODEPOI): Kolegium Ilmu Orthopaedi dan


Traumatologi Indonesia. 2014.

16

Anda mungkin juga menyukai