Pendahuluan
Standar Etika dan Profesionalisme Dokter Spesialis Orthopaedi dan
Traumatologi adalah sekumpulan nilai-nilai dan moralitas profesi kedokteran yang
tercantum dalam Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) , fatwa-fatwa etik
IDI, pedoman perilaku dan kesepakatan etik lainnya dari IDI sebagai organisasi
profesi agar dokter Indonesia menjadi dokter baik dan bermanfaat bagi
masyarakat.
Mendahulukan kesehatan pasien dan pelayanan yang memadai dari dokter
adalah permulaan tujuan utama dari pengobatan yang ada sejak 2000 tahun
sebelum masehi.
The
American
Academy
of
Orthopaedics
Surgeons
(AAOS)
cocok terhadap semua pasien. Seperti yang tertulis pada pasal 2 ayat 11 :
Ketika memberikan informed consent untuk pengobatan, dokter spesialis bedah
orthopaedi wajib untuk bertemu dengan pasien dan orang yang bertanggung jawab
terhadap pasien, menjelaskan dalam bahasa yang dapat dimengerti tentang fakta
medis yang bersangkutan dan rekomendasi pengobatannya sesuai praktek medis
yang benar.
II. Integritas
Dokter bedah orthopaedi harus menjaga reputasi untuk kebenaran dan
kejujuran dengan pasien dan kolega, dan harus berusaha untuk mengevaluasi diri
melalui proses yang jujur, apakah mereka dokter yang cukup berkarakter dengan
kompetensi yang memadai sesuai perkembangan zaman.
Seorang spesialis bedah orthopaedi tidak akan, ketika membuat iklan
public, membuat keterangan palsu atau menyesatkan atau berbohong tentang
kemampuannya untuk memberikan perawatan medis. Dan juga berupaya untuk
memastikan bahwa pernyataan dibuat oleh lembaga akademik, rumah sakit atau
badan swasta atas namanya adalah benar dan tidak menyesatkan.
III. Legalitas dan Kehormatan
Dokter bedah orthopaedi harus mematuhi hukum, menjunjung tinggi
martabat dan kehormatan profesi, dan menerima disiplin diri dikenakan profesi
itu. Dokter spesialis bedah orthopaedi juga memiliki tanggung jawab untuk
mencari perubahan dalam persyaratan hukum yang bertentangan dengan
3
diberikan kepada pasien. Jika konflik kepentingan tidak dapat diselesaikan, dokter
spesialis bedah orthopaedi harus memberitahu pasiennya jika berniat untuk
menarik diri dari perawatan pasien.
VIII. Remunerasi
Dokter bedah orthopaedi harus memberikan pelayanan yang berkualitas,
mengutamakan
keselamatan
pasien
dan
perawatan
hemat
biaya
tanpa
medis
mengharuskan
dokter
untuk tidak
4. Seorang dokter spesialis bedah orthopaedi akan bekerja sama dengan teman dan
pelaku pelayanan kesehatan lainnya untuk mengurangi kelalaian medis,
meningkatkan keselamatan pasien, dan mengoptimalkan hasil perawatan pasien.
5. Seorang dokter spesialis bedah orthopaedi yang merujuk kepada dokter lain
atau
pelaku
pelayanan
kesehatan
lainnya
harus
memfasilitasi
rujukan
perawatannya demi kesejahteraan pasien dan bekerja sama dengan mereka yang
menerima pasien rujukan tersebut.
Dokter-Pasien
Kode Etik Kedokteran dan Profesionalisme Spesialis Bedah Orthopaedi dan
Traumatologi Indonesia, Kewajiban Khusus pasal 2 ayat 1:Profesi orthopaedi
terbentuk untuk tujuan utama yaitu merawat pasien. Hubungan antara dokter dan
pasien adalah fokus utama dari segala bentuk yang berhubungan dengan etika.
Standar Profesionalisme:
1. Seorang dokter spesialis bedah orthopaedi selain merawat dan mengobati
pasien, harus memiliki rasa tanggung jawab secara holistik kepada pasien .
ACUAN:
Kode Etik Kedokteran dan Profesionalisme Spesialis Bedah Orthopaedi dan
Traumatologi Indonesia, Kewajiban Khusus pasal 2 ayat 3:
Dokter Spesialis Bedah Orthopaedi tidak akan menolak menerima pasien sematamata berdasarkan ras, warna, jenis kelamin, orientasi seksual, agama, atau bangsa
atau dasar apapun yang akan termasuk dalam diskriminasi ilegal.
Standar Profesionalisme:
2. Seorang dokter spesialis bedah orthopaedi akan mengobati pasien secara baik
dengan perlakuan yang sama dan tidak akan menolak menerima pasien sematamata berdasarkan ras, warna, jenis kelamin, orientasi seksual, agama, atau bangsa
ACUAN:
Kode Etik Kedokteran dan Profesionalisme Spesialis Bedah Orthopaedi dan
Traumatologi Indonesia, Kewajiban Khusus pasal 2 ayat 4:Dokter spesialis bedah
orthopaedi dapat memilih pasien yang akan diberikan pengobatan, kecuali seperti
dijelaskan pada butir diatas. Seorang dokter spesialis bedah orthopaedi harus
memberikan layanan yang terbaik dari kemampuannya. Setelah bersedia
memberikan pengobatan dan perawatan terhadap pasien, dokter spesialis bedah
orthopaedi tidak boleh melalaikan pasien tersebut. Kecuali pasien menolak
pengobatan lebih lanjut , dokter spesialis bedah orthopaedi dapat menghentikan
layanan hanya setelah memberikan informasi yang memadai kepada pasien
sehingga pasien dapat memilih pengobatan alternatif lainnya, dokter tetap
memiliki tanggung jawab secara moral untuk membantu pasien dalam
mendapatkan perawatan lebih lanjut.
Standar Profesionalisme:
3. Seorang dokter spesialis bedah orthopaedi harus bersedia untuk menyediakan
kebutuhan pelayanan dan perawatan yang tepat pada pasien
ACUAN:
Kode Etik Kedokteran dan Profesionalisme Spesialis Bedah Orthopaedi dan
Traumatologi Indonesia, Kewajiban Khusus pasal 2 ayat 11:Ketika memberikan
informed consent untuk pengobatan, dokter spesialis bedah orthopaedi wajib
untuk bertemu dengan pasien dan orang yang bertanggung jawab terhadap pasien,
10
menjelaskan dalam bahasa yang dapat dimengerti tentang informasi fakta medis
yang bersangkutan dan rekomendasi pengobatannya sesuai praktek medis yang
baik. Informasi tersebut harus mencakup metode alternatif pengobatan, tujuan,
risiko, dan komplikasi yang mungkin dalam pengobatan tersebut, serta komplikasi
dan konsekuensi akibat tidak diberikannya pengobatan. Setelah semuanya
informasi dilakukan sendiri oleh dokter, dimintakan persetujuan tindakan medis
(informed consent) kepada pasien dan keluarga/wakil sebagai saksi. Dalam
keadaan darurat pihak rumah sakit dapat mewakili pasien.
Standar Profesionalisme:
4. Seorang spesialis bedah orthopaedi akan menyampaikan fakta-fakta medis yang
bersangkutan (pasien) dan rekomendasi pengobatannya. Setelah komunikasi dua
arah dan ada persetujuan maka dinyatakan dalam bentuk inform consent pasien
atau orang yang bertanggung jawab terhadap pasien. Inform consent yang tidak
disertai penjelasan yang lengkap oleh dokter dinyatakan sebagai tidak etis, tidak
profesional dan melanggar peraturan yang berlaku.
ACUAN:
Kode Etik Kedokteran dan Profesionalisme Spesialis Bedah Orthopaedi dan
Traumatologi Indonesia, Kewajiban Khusus pasal 4 ayat 6:
Dokter Spesialis Bedah Orthopaedi wajib bertindak berdasarkan moral dan etis
serta harus menjaga reputasi kebenaran dan kejujuran sehingga pantas mendapat
kepercayaan pasien dan masyarakat dengan memberikan pelayanan dan
11
12
13
sementara atau permanen akibat penyalahgunaan zat (alkohol dan / atau obatobatan) harus melakukan konsultasi dan pengobatan profesional agar tidak
membahayakan diri sendiri, pengobatan dan perawatan serta keselamatan pasien.
Dia harus membatasi atau berhenti dari praktik kedokteran seperti yang
direkomendasikan oleh dokter atau tim kesehatan yang menanganinya.
ACUAN:
Kode Etik Kedokteran dan Profesionalisme Spesialis Bedah Orthopaedi dan
Traumatologi Indonesia, pasal 5 ayat 1:Pada dasarnya praktek medis memiliki
potensi terjadinya konflik kepentingan. Ketika konflik tersebut terjadi, Spesialis
Bedah Orthopaedi harus menyelesaikannya berdasarkan kepentingan pasien. Jika
konflik tersebut tidak dapat diselesaikan, maka harus memberitahukan pasien,
keinginannya untuk mengundurkan diri dari hubungan pelayanan dokter-pasien.
Standar Profesionalisme:
12. Seorang dokter spesialis bedah orthopaedi harus menjelaskan kepada pasien
setiap
konflik kepentingan, termasuk keuangan atau hal lainnya, yang dapat
mempengaruhi kemampuannya untuk memberikan perawatan yang tepat.
ACUAN:Kode Etik Kedokteran dan Profesionalisme Spesialis Bedah Orthopaedi
dan Traumatologi Indonesia, pasal 5 ayat 3:
Bila tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku dan jika spesialis bedah
14
orthopaedi dalam hal tertentu karena ketidak tersedianya penyedia alat kesehatan
dapat menfasilitasi penyediakan barang medis, , implant orthopaedi, atau fasilitas
pelayanan kesehatan lain, dan harus mengungkapkan hal ini kepada pasien dan
tidak mengambil keuntungan finasial.
Standar Profesionalisme:
13. Seorang dokter spesialis bedah orthopaedi tidak boleh masuk ke dalam suatu
hubungan kontraktual dimana dokter spesialis bedah orthopaedi berkolaborasi
sehingga membebani pembiayaan pasien yang berhubungan dengan masalah
muskuloskeletal.
14. Seorang dokter spesialis bedah orthopaedi akan melakukan upaya yang wajar
untuk memastikan bahwa lembaga akademisnya, rumah sakit atau atasan tidak
akan masuk ke dalam suatu hubungan kontraktual dimana lembaga tersebut
membebani pasien
15. Seorang dokter spesialis bedah orthopaedi atau perusahaan profesionalnya
tidak boleh memiliki perjanjian marketing dalam hal penyediaan jasa medis,
kebutuhan, peralatan yang akan menguntungkan dokter spesialis bedah orthopaedi
atau perusahaan profesionalnya.
16. Seorang dokter spesialis bedah orthopaedi dapat memfasilitasi pasien dalam
situasi tidak ada alat kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan, dengan
mengambil keuntungan finansial.
15
DAFTAR PUSTAKA
Kode
Etika
dan
Profesionalisme
Spesialis
Bedah
Orthopaedi
dan
16