Anda di halaman 1dari 4

Kasus

Ba berusia 7 tahun, tinggal di desa Zamfara, Nigeria Tenggara. Penderita mempunyai


riwayat tertelan batu dan pasir. Perkembangan neurologinya normal dan tidak mempunyai
gangguan neuropsikiatri. Pada pemeriksaan abdomen terdapat nyeri abdomen ringan dan
bebrapa pembemkakan berupa kistik. Rectal touche terasa adanya perabaan gumpalan keras
seperti batu berukuran 1 sampai 3 cm. Pada hapusan darah ditemukan anisocytosis atau
perubahan nilai sel darah merah seperti hipokromia dan microcytosis. Pemeriksaan
mikroskopis feses terdapat tropozoit dari entamoeba histolytica dan telur cacing tambang.
Selain itu juga didapatkan nanah. Pemeriksaan X-ray pada perut memperlihatkan adanya
gambara densitas radioopac pada lumen usus besar mulai dari caecum sampai rectum. Dia
mendapatkan tindakan enema dan dalam waktu tiga hari mengeluarkan 180 batu. Pengobatan
yang didapatkan adalah fersolete, Abendazole dan Metonidazol, dan menghentikan pica
selama 8 hari. Dia melanjutkan meminum splemen zat besi selama tiga bulan.
Pendahuluan
Manifestasi dari infeksi cacing tambang adalah anemia karena pendarahan kronis
pada usus. Anemia defisiensi besi dapat terjadi pada pasen Pica. Pica adalah gangguan untuk
menelan sesuatu yangtidak wajar, biasanya terjadi pada anak- anak. Pada pemeriksaan
labolatorium infeksi cacing tambang menyebabkan anemia defisiensi besi seperti anemia
mikrositik hipokromik dan adanya eosinofilia.
Rumusan
Kasus ini unik karena batu keluar dari akumulasi kotoran atau feses. (coba lihat
terjemahan ini aku bingung.)
Enema bisa digunakan untuk mengeluarkan batu yang ukurannya lebih besar.
Anak penderita pica harus di evaluasi untuk melihat adanya cacing tambang dan
anemia defisiensi besi.

1. Perkenalan
Gejala klinis pada infeksi cacing tambang adalah kehilangan darah kronis
pada usus. Anemia defisiensi besi juga dapat terjadi sehingga
menyebabkan Pica. Pica sering terjadi pada anak anak dan mereka
mengkonsumsi sesuatu yang tidak bergizi sehingga dapat menyebabkan
gangguan pada kesehatannya. Pemeriksaan labolatorium sangat penting
untuk mendeteksi adanya anemia defisiensi besi seperti anemia mikrositik
hipokromik dan eosinophilia pada infeksi cacing tambang. Kasus ini
membahas seorang anak dengan gangguan pica yang terinfeksi cacing
tambang dengan manifestasi anemia defisiensi besi meliputi mikrositik
dan hipokromik.
2. Presentasi kasus
BA anak berusia 7 tahun, tinggal di desa Zamfara, barat laut nigeria. Dia
mempunyai riwayat 1 bukan menelan batu dan pasir, kehilangan nafsu
makan, dan diare. Untuk mengevaluasi adanya batu di rektum darus
dilakukan rectal thouce. Didapatkan nyeri peru ringan. Pasien mengalami
penurunan berat badan dan terkadang terjadi demam ringan, namun tidak
ditemukan adanya pucat pada telapak tangan dan kaki. Dari pemeriksaan

neurologi tidak ditemukan abnormalitas


perkembangan neurologinya normal.

dari

neuropsikiatrinya

dan

Dia tinggal di daerah yang bukan merupakan daerah pertambangan. Pada


keadaan umum anak tersebut terlihat sakit kronis, . terdapat nyeri perut
ringan dengan massa di perut yang tidak jelas. Pada pemeriksaan rectal
terdapat beberapa batu di anus, ukuran batu sekitar 1 sampai 3 cm
dengan adanya gangguan pada feces yang harus dievaluasi.
Diagnosisnya adalah anemia defisiensi besi dengan pica 2 o yang
menyebabakan infeksi parasit. Pasien diminta untuk mengeluarkan feses
dan batunya diambil.
Pemeriksaan lanjut dilakuakan hitung darah lengkap yang hasilnya di
bawah ini:

Pada tabel menunjukan adanya adanya anemia defisiensi besi dan infeksi
parasit. Setelah melakukan pengobatan, hasil dari PCV,RBC, MCHC, MCV,
MCH, menunjukan kasil anisocytosis, microcytosis, sel hipokromi dan seel
target. Pada hapusan darah setelag 2 minggu menunjukan microcytosis,
sel target dan sel hipokromik.
2.2Mikroskopik feses, kultur feses dan sensitivitas
Makroskopik : feses berair, kehijauan, terdapat darah, serta terdapat
pasis pada feses
Mikroskopis : Kista Entamoeba Histolytica dan telur cacing tambang.
Terdapat nanah dan sel darah merah.

2.3Abdomen X-ray
Tedapat desitas radiopac dan kalsifikasi di lumen usus besar mulai dari
caecum sampai ke rectum. Terlihat distribusi gas normal dan adanya
calibre.
2.4 Abdominal Utra Sound
Loop usus menunjukan adanya ketebalan mukosa ringan dengan aktivitas
hiperperistaltik. Pemeriksaan organ lain normal. Stelah 4 hari, dia telah menelan
batu sebanyak 180 buah.
2.5Pengobatan Dan Tindakan
Hasi dari pemeriksaan diatas menunjukan adanya anemia defisiensi besi
dengan pica sekunder yang menyebabkan kecacingan dan amoebiasis. Dia
mendapatkan pengobatan enema (sabun dan air), rehidrasi oral perdiare,
besi dengan dosis 5mg/kg/ hari, fersolate 200mg 3Xi. Abendazole dan
Metronidazole diberikan untuk mengobati infeksi cacing tambang dan
amoebiasis. Pengobatan ini dihentikan 8 hari setelah pica berhenti dan
dilanjutkan untuk mengonsumsi zat besi selama 3 bulan. Kemudian diperiksa
ualang setelah satu minggu dan dilakuakan pemeriksaan darah lengkap lagi.

3. Diskusi
Pica merupakan gangguan makan sesuatu yang tidak wajar yang biasanya
terjadi pada anak anak dengan gangguan perkembangan. Penderita pica
akan mengkonsumsi terus menerus sesuatu yang tidak bergizic dalam
waktu satu bulan pada usia >24 bulan.
Gangguan ini dikatakan normal pada anak anak usia 18 bulan sampai 2
tahun. Namun jika Pica terjadi pada masa remaja, hal ini membutuhkan
pemeriksaan lebih lanjut.
Zat yang tidak bergizi ini antara lain seperti tanah, kotoran, pasir, batu,
kerikil, rambut, kotoran, plastik, penghapus, es, kuku, kertas, cat, batu
bara, kapur, kayu, plaster, dll. Pada pasien ini, ia menelan pasir dan batu.
Mengkonsumsi barang barang diatas dapat menyebabkan toksisitas
yang dapat menganggu pencernaan, seperti mekanis usus, ulserasi,
infeksi thorax dan anemia. Pada kasus ini dilaporkan bahea seorang anak

laki laki , karena pica lebih banyak terdapat pada laki laki daripada
pada perempuan.
Etiologi dari pica ini tidak diketahui dengan jelas, namun penyebab
psikososial disebutkan sebagai faktor utamanya. Faktor budaya, sosial
ekonomi, organi dan psikodinamik juaga terlibat dalam penyebab pica.
Pica dengan keracunan biasanya timbul di daerah yang tanahnya
terkontaminasi, seperti pertambangan. Pica dan keracunan timbal
menyebabkan gangguan lebih kompleks dari pada tanah atau cat.
Kekurangan Gizi tidak merupakan penyebab terjadinya pica. Namun,
kekurangan zat besi, kalsium, seng, tiamin, niasin vi Bdan C dapat
menyebabkan terjadinya pica.
Anemia defisiensi besi telah dilaporkan mempunyai hubungn dengan
gangguan pica. Penghambatan penyerapan zat besi yang dikarenakan
kumsumsi tanah liat menyebabkan kekurangan zat besi tidak dapat
dievaluasi. Namun, pica adalah efek dari penyebab kekurangan zat besi,
sehingga pengobatan zat besi menyebabkan pica dapat terhenti. Dalam
kasus ini pica berhenti setelah pengobatan dan diketahui pada
pemeriksaan darah hasilnya membaik.
Anemia defisiensi besi biasanya juga disebabkan oleh infeksi cacing
tambang. Penyebabnya adalah Necator Americanus dan Ancylostoma
Duodenale. Penularannya melalu kontak dengan tanah yang
terkontaminasi.
Telur cacing tambang ditemukan dalam tinja dalam kasus ini. Namun,
entamoba histolytica ditemuakan pada pemeriksaan tersebut, mungkin
karena kebetualan. Laki laki memilliki eksposur lebih terhadap infeksi
dibandingkan dengan wanita. Sehingga wanita dan anak- anak yang
cenderung memiliki zat besi rendah akan rentan terhdap infeksi cacaing
tambang.
Infeksi A. Duodenale menyebabkan kehilangan darah lebih besar.
Defisiens besi cancing tambang tergantunng kepada pesiesnya. Anascara
dari dari hipoproteinemia plasma terjadi dengan kulis yang halus dan
kekuningan. Pada kasus ini ditemukan infeks cacing tambang
menghambat pertumbuhan fisisk selain pica. Labolatorium yangpaliang
menonjol adlah adanya eosinofilia. Eosinofilia akan meningkat pada 5-9
munggu setelah terinfeksi, masanya akan muncul saat cacing tambang
dewasa berada didalam usu.
Pengobatan yang diberikan adalah Benzimidazole (Albendazole,
Mebendazole).
Penelitian lain yang dilakukan con garnier melaporkan telah terjadi kasus
pica dengan anemia. Sedangakn howart juga terjadi pica dengan
defisiensi besi.
4. Kesimpulan
Beberapa penelitian telah melaporkan pica dengan anemia, namun belum
ada yang ditemukan adanya batu dalam feses yang keluar. Enema
diperlukan untuk mengeluarkan batu yang besar. Anak dengan pica harus
dievaluasii adanya infeksi cacing tambang dan kekurangan zat besi.
perawatan yang tepat akan menghentikan kelainan pica tersebut.

Anda mungkin juga menyukai