Pemeriksaan
Fisik
Pemeriksaan
penunjang
WDX
Terapi
Follow up
Kasus
BA anak berusia 7 tahun, tinggal di desa Zamfara, Barat Laut Nigeria. Dia mempunyai
riwayat 1 bulan memakan batu dan pasir, kehilangan nafsu makan, dan diare, mengalami
penurunan berat badan dan terkadang terjadi demam ringan, namun tidak ditemukan adanya
pucat pada telapak tangan dan kaki. Dari pemeriksaan neurologi tidak ditemukan
abnormalitas dari neuropsikiatri dan perkembangan neurologinya normal. Terdapat nyeri
perut ringan dengan massa di perut yang tidak jelas. Pada pemeriksaan rectal terdapat
beberapa batu di anus, ukuran batu sekitar 1 sampai 3 cm dengan gangguan pada pengeluaran
feses. Selain itu juga diketahui bahwa dia tidak tinggal di daerah pertambangan liar.
Keadaan umum anak tersebut terlihat sakit kronis, perawakan pendek tidak terurus terlihat
pucat dengan vital sign dan kuku yang terlihat normal. Diagnosisnya adalah anemia defisiensi
besi dengan pica derajat dua dengan infeksi parasit (cacing tambang).
Pada pemeriksaan penunjang darah lengkap sebelum dan 2 minggu setelah pengobatan
didapatkan hasil hapusan darah awal menunjukan sel anisositosis, mikrositik, hipokromik dan
beberapa sel target. Pengulangan hapusan darah setelah 2 minggu menunjukan mikrositik,
terdapat beberapa sel target dan sel hipokromik.
Pada pemeriksaan mikroskopik feses, kultur feses dan sensitivitas didapatkan hasil :
Makroskopik
: feses berair, kehijauan, terdapat darah, serta terdapat
pasir pada feses
: Kista Entamoeba Histolytica dan telur cacing tambang.
Terdapat nanah dan sel darah merah.
Pemeriksaan foto abdomen didapatkan hasil densitas radiopac dan kalsifikasi di lumen usus
Mikroskopis
besar mulai dari caecum sampai ke rectum. Terlihat distribusi gas normal dan adanya calibre.
Pemeriksaan Ultra Sound Abdominal didapatkan ketebalan mukosa ringan dengan aktivitas
hiperperistaltik. Pemeriksaan organ lain normal.
Pada pengobatan dan tindak lanjut, anak tersebut memperoleh injeksi pencahar ( sabun dan
air ), rehidrasi garam secara oral perdiare, suplemen zat besi dengan dosis 5mg/kg/ hari,
fersolate 200mg 3X1. Abendazole dan MAetronidazole diberikan untuk mengobati infeksi
cacing tambang dan amoebiasis. Pengobatan ini dihentikan 8 hari setelah pica berhenti dan
dilanjutkan untuk mengonsumsi zat besi selama 3 bulan. Kemudian diperiksa ulang setelah
satu minggu dan dilakuakan pemeriksaan darah lengkap lagi.
Pembahasan
Pica merupakan gangguan makan sesuatu yang tidak wajar yang biasanya terjadi pada
anak anak dengan gangguan perkembangan. Penderita pica akan mengkonsumsi sesuatu
yang tidak bergizi (tanah, kotoran, pasir, batu, kerikil, rambut, kotoran, plastik, penghapus,
es, kuku, kertas, cat, batu bara, kapur, kayu, plaster, dll) secara terus menerus dalam waktu
satu bulan pada usianya dengan perkembangan perilaku yang tidak sesuai. Gangguan ini
dikatakan normal pada anak anak usia 18 bulan sampai 2 tahun. Namun jika Pica terjadi
pada masa remaja, hal ini membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut. Etiologi dari pica ini tidak
diketahui dengan jelas, namun penyebab psikososial disebutkan sebagai faktor utamanya.
Faktor budaya, sosial ekonomi, daerah asal dan psikodinamik juga terlibat dalam penyebab
pica.
Pica dengan keracunan biasanya timbul di daerah yang tanahnya terkontaminasi,
seperti pertambangan. Gizi kurang bukan merupakan penyebab pasti terjadinya pica. Namun,
kekurangan zat besi, kalsium, seng, tiamin, niasin vitamin B dan C akan sangat berpengaruh,
terutama pada anak yang malnutrisi.
Pica juga bisa menjadi penyebab kekurangan zat besi, sehingga pengobatan zat besi juga
diperlukan. Dalam kasus ini pica berhenti setelah pengobatan dan diketahui pada
pemeriksaan darah hasilnya membaik.
Anemia defisiensi besi biasanya juga disebabkan oleh infeksi cacing tambang yang
disebabkan oleh Necator americanus dan atau Ancylostoma duodenale. Penularannya melalui
kontak dengan tanah yang terkontaminasi. Pada kasus ini ditemukan telur cacing tambang
dalam tinja pasien. Laki laki memilliki peluang ekposur lebih terhadap infeksi
dibandingkan dengan wanita. Tetapi hal ini juga dapat ditemukan pada wanita dan anak- anak
yang cenderung memiliki cadangan zat besi rendah, dan rentan terhdap infeksi cacaing
tambang.
Manifestasi klinis utama pada penyakit cacing tambang adalah perdarahan kronis
pada usus. Selain anemia mikrositik hipokromik, hasil laboratorium yang paliang menonjol
adalah adanya eosinofilia. Eosinofilia akan meningkat pada minggu ke 5-9 setelah terinfeksi,
hal ini bersamaan dengan adanya cacing tambang dewasa di dalam usus.
Beberapa penelitian telah melaporkan pica dengan anemia, namun tidak pernah
dengan batu dalam feses maupun batu yang keluar utuh dan dapat dihitung. Injeksi pencahar
diperlukan untuk mengeluarkan batu yang besar karena dampak dari batu tersebut. Anak
dengan pica harus dievaluasi adanya infeksi cacing tambang dan kekurangan zat besi untuk
memberikan perawatan yang tepat sehingga pica dapat dihentikan.