Anda di halaman 1dari 2

Penyebab Anak Makan Tanah Batu Kecil Pasir Cat Tembok

Seorang bocah bernama Herman (6) punya kebiasaan aneh bin ajaib. Sejak berusia 2 tahun, ia
makan tanah layaknya seorang bocah menyantap jajanan. Tak cuma itu. Ia pun doyan
menyantap batu kecil atau pasir yang dibawanya pulang sehabis bermain. Bahkan anak asal
Tangerang ini pernah mencicipi cat tembok yang mengelupas (Koran Tempo, 9/12/06). Luar
biasa! Begitu juga penduduk gunung Kidul, Jawa Tengah, yang ternyata memasukkan tanah
liat (geophagia) dalam menu makanan mereka. Tanah liat dipercaya mengandung mineral
yang membawa kebaikan bagi tubuh.

Mungkin bukan hanya Herman atau masyarakat gunung Kidul yang punya selera makan luar
biasa. Barangkali Anda pernah mendengar ada bocah yang terbiasa makan pecahan semprong
(kaca penutup lampu minyak), blao (bahan yang biasa digunakan untuk mencuci pakaian)
bahkan obat nyamuk bakar! Sangat aneh bukan?
Dalam bahasa ilmiah, perilaku mengonsumsi zat-zat atau makanan yang sebenarnya bukan
makanan serta tak lazim dimakan manusia disebut pika. Pada usia bayi, boleh dibilang
perilaku pika masih dalam kategori normal. Kenapa? Karena pada masa/fase oral, bayi
umumnya senang memasukkan berbagai benda ke dalam mulutnya. Ini menjadi bagian dari
eksplorasinya terhadap lingkungan.
Di usia batita, kebiasaan eksplorasi serupa bisa dalam bentuk perilaku mengisap jempol dan
dot botol susu atau menggigit ujung bantal maupun selimut dan sebagainya. Dalam skala
yang lebih luas, perilaku menjelajah dari anak-anak ini tak hanya terhadap mulut, tapi juga
mencoba memasukkan benda ke dalam hidung atau bahkan telinga. Nah, kebiasaan tersebut
lazimnya akan hilang seiring bertambahnya usia anak.
Sekali lagi, perilaku seperti ini merupakan gejala normal dalam mendapatkan "kepuasan" dan
eksplorasi dunia luar menggunakan mulut. Dengan kata lain, kalau hanya sesekali saja,
mencicipi dan menelan benda-benda yang bukan makanan tak bisa dikategorikan sebagai
pika. Akan tetapi pada beberapa anak, perilaku "aneh" tersebut menetap dan menjadi suatu
kebiasaan hingga dia beranjak remaja bahkan dewasa. Tentu saja selera makan yang tak wajar
ini perlu diwaspadai karena sudah tidak sesuai dengan fase perkembangan anak.
FAKTOR PSIKOLOGIS
Berdasarkan literatur, angka kejadian pika pada anak-anak tidak diketahui secara pasti karena
gangguan ini tidak selalu dilaporkan. Bahkan orangtua kadang tidak menyadari kalau
anaknya mengalami gangguan pika. Apa yang menjadi penyebab pika sesungguhnya hingga

kini masih belum ada kejelasan. Namun dugaan-dugaan mengarah pada persoalan psikologis,
seperti kurangnya perhatian dari orangtua atau proses pengenalan makan yang salah sehingga
anak cenderung mengonsumsi yang "aneh-aneh". Sebaliknya, anak yang mendapat asuhan
dan perhatian yang baik dari orangtuanya tak ditemukan mengalami gangguan pika.
Satu hal lagi, perilaku ini biasanya terjadi pada anak dengan kelainan tingkah laku atau
keterbelakangan mental. Tingkat keparahan gangguan lazimnya berbanding lurus dengan
tingkat keparahan gangguan retardasi mental yang dialami.
APA AKIBATNYA?
Gangguan perilaku seperti ini sudah semestinya ditangani serius karena dapat menimbulkan
persoalan medis. Bukan hanya berdampak terhadap saluran pencernaan semata, melainkan
juga berisiko mengalami infeksi cacing atau parasit, kekurangan zat besi dan gizi lainnya,
bahkan keracunan bahan kimia. Contohnya, anak yang doyan makan serpihan cat dinding
berisiko tinggi mengalami keracunan timah dan timah hitam (timbel) yang merusak otak.
Infeksi cacing atau parasit kemungkinan besar dialami anak yang gemar makan tanah/tanah
liat begitu saja. Gejala-gejaja awal yang timbul bisa berupa batuk-batuk, demam, yang
akhirnya bisa berkembang jadi fatal.
Gangguan saluran pencernaan dapat terjadi bila yang dikonsumsi adalah bahan yang tak
mudah dicerna. Saluran pencernaan bisa terluka bila benda-benda asing yang dimakan
"tersangkut" atau menghambat saluran cerna. Begitu pula gigi bisa hancur bila yang dimakan
termasuk benda yang keras. Tentu yang paling parah berupa kematian yang bisa terjadi bila si
bocah menyantap zat-zat beracun.
Tak hanya dialami anak-anak, perilaku pika juga kadang dialami wanita hamil. Terutama
ketika mengidam ingin makan sesuatu yang aneh dan langka. Konon ada ibu hamil yang
ingin makan tanah liat demi mengurangi gejala mual yang dialami. Untuk mengatasi hal ini,
si ibu hamil perlu mendapat terapi dengan tujuan untuk mengatasi anemia akibat kekurangan
zat besi. Akan tetapi perlu diwaspadai bisa juga ngidam yang aneh ini merupakan gangguan
pika yang sudah lama terjadi, bahkan mungkin sejak masih kanak-kanak.
Yang pasti, penderita gangguan pika mesti menjalani terapi tingkah laku. Psikolog dan
psikiater harus dilibatkan untuk mengatasi gangguan ini. Khusus untuk anak yang mengalami
retardasi mental, mereka mesti lebih diawasi dan dijauhkan dari benda-benda asing yang
kemungkinan bisa dimakannya.

Anda mungkin juga menyukai