2. Elma Tiana (C2017034 / 5A) 3. Ema Yulianti (C2017036 / 5A) 4. Eny Rahmawati (C2017037 / 5A) 5. Hanida Miftahuljanah (C2017051 / 5A) Menurut Sastra (2011:133) Autisme adalah gangguan perkembangan otak pada anak yang berakibat tidak dapat berkomunikasi dan tidak dapat mengekspresikan perasaan dan keinginannya, sehingga perilaku hubungan dengan orang lain terganggu. 1. Faktor neurobiologis Gangguan neurobiologist pada susunan saraf pusat (otak). Biasanya, gangguan ini terjadi dalam tiga bulan pertama masa kehamilan, bila pertumbuhan sel-sel otak di beberapa tempat tidak sempurna
2. Masalah selama kehamilan dan kelahiran
Masalah pada masa kehamilan dan proses melahirkan, resiko autisme berhubungan dengan masalah-masalah yang terjadi pada masa 8 minggu pertama kehamilan. Ibu yang mengkonsumsi alkohol, terkena virus rubella, menderita infeksi kronis atau mengkonsumsi obat-obatan terlarang diduga mempertinggi resiko autisme. Proses melahirkan yang sulit sehingga bayi kekurangan oksigen juga diduga berperan penting. Bayi yang lahir premature atau punya berat badan dibawah normal lebih besar kemungkinnanya untuk mengalami gangguan pada otak dibandingkan bayi normal 3. Masalah genetic Faktor genetik juga memegang peranan kuat, dan ini terus diteliti. Pasalnya, banyak manusia mengalami mutasi genetik yang bisa terjadi karena cara hidup yang semakin modern (penggunaan zat kimia dalam kehidupan sehari-hari, faktor udara yang semakin terpolusi). Beberapa faktor yang juga terkait adalah usia ibu saat hamil, usia ayah saat istri hamil, serta masalah yang terjadi saat hamil dan proses kelahiran 1. Usia 0-6 bulan Bayi tampak terlalu tenang (jarang menangis) Terlalu sensitif, cepat terganggu Gerakan tangan berlebihan terutama ketika mandi Tidak ditemukan senyum sosial di atas 10 minggu Tidak ada kontak mata diatas 3 bulan 2. Usia 6-12 bulan Sulit bila digendong Menggigit tangan dan badan orang lain secara berlebihan Perkembangan motor kasar/halus sering tampak normal Tidak ada kontak mata Speak delay 3. Usia 12 bulan–2 tahun Kaku bila digendong Tidak mau permainan sederhana (ciluk ba, da da) Tidak mengeluarkan kata Tidak tertarik pada boneka Memperhatikan tangannya sendiri Terdapat keterlambatan dalam perkembangan motor kasar/ halus 4. Usia 2-3 tahun Tidak tertarik untuk bersosialisasi denga anak lain Melihat orang sebagai “benda” Marah bila rutinitas yang seharusnya berubah Kontak mata terbatas Tertarik pada benda tertentu Contoh : berbentuk bundar dan bergerak (kipas angin, jam) 5. Usia 4-5 tahun Sering didapatkan ekolalia (membeo) Mengeluarkan suara yang aneh Menyakiti diri sendiri (membenturkan kepala) Tempereamen tentrum atau agresif 1. Pemeriksaan CT. Scanning dan pneumo encphalogram pada anak anak autisme tampak : a. Ventrikel lateral otak tidak normal ,terutama daerah temporal b. terlihat pelebaran ventrikel lateral otak 2. Pemeriksaan histopatologi : Pembentukan sel sel di daerah hipotalamus terlihat tidak normal dan ada kendala di kedua sisi otak 3. Pemeriksaan EEG : Kelainan tidak khas , meskipun kadangkadang tampak discharge temporal 1. Terapi perilaku Terapi perilaku digunakan untuk mengurangi perilaku yang tidak lazim. Terapi perilaku ini dapat dilakukan dengan cara terapi okuvasi. 2. Terapi okupasi Terapi okuvasi dilakukan dalam upaya membantu menguatkan, memperbaiki dan meningkatkan keterampilan ototnya. 3. Terapi integrasi sensori Terapi Sensori Integrasi umumnya dilakukan dengan pola permainan, untuk melatih anak yang berguna untuk meningkatkan daya kepekaan pada anak. permainan yang seringkali diberikan Terapis antara lain: mencocokan gambar puzzle, berjalan di atas garis atau balok titian dan menyamakan warna. Permainan tersebut berguna untuk melatih daya konsentrasi anak, penglihatan anak dan motorik pada anak. Hindari konsumsi gluten Gluten adalah senyawa protein yang secara alami dapat ditemukan di beberapa makanan seperti gandum, jelai, dan gandum hitam; Penderita autisme diduga memiliki leaky gut atau ‘sistem pencernaan yang bocor’ sehingga tidak dapat memecah protein glutein dengan sempurna. Akibatnya, sisa pencernaan protein gluten dapat terserap masuk dan mengganggu kerja otak. Pengkajian a. Riwayat gangguan psikiatri/jiwa pada keluarga. b. Riwayat keluarga yang terkena autisme. c. Riwayat kesehatan ketika anak dalam kandungan : Sering terpapar zat toksik, seperti timbal. dan Cedera otak. d. Status perkembangan anak. - Anak tidak dapat berbicara dari umur berapa ? - Anak sulit fokus pada objek dan sulit mengenali bagian tubuh. - Anak mengalami kesulitan dalam belajar. - Anak sulit menggunakan ekspresi non verbal. e. Pemeriksaan Fisik 1. Gangguan tumbuh kembang 1. Mengkaji perubahan pasien 2. Memberikan edukasi pada keluarga untuk dukungan psikis,sosial dan perilaku 3. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat dan diet yang tepat 4. Kolaborasi dengan terapis untuk terapi wicara, terapi perilaku 5. Edukasi keluarga untuk menghindari makanan yang mengandung gluten Terima kasih