Anda di halaman 1dari 23

LOGO

Disiplin PNS

PP NO 53
TAHUN 2010
Politeknik Keuangan Negara STAN

Kewajiban (pasal 3)
1. Mengucapkan sumpah/janji PNS;
2. Mengucapkan sumpah/janji jabatan;
3. Setia
dan
taat
sepenuhnya
kepada
Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, Negara
Kesatuan
Republik
Indonesia,
dan
Pemerintah;
4. Menaati
segala
ketentuan
peraturan
perundang-undangan;
5. Melaksanakan
tugas
kedinasan
yang
dipercayakan kepada PNS dengan penuh
pengabdian, kesadaran, dan tanggung
jawab;
6. Menjunjung tinggi kehormatan negara,
pemerintah, dan martabat PNS;

Kewajiban (lanjutan)
7. Mengutamakan kepentingan negara daripada
kepentingan sendiri, seseorang, dan/atau
golongan;
8. Memegang rahasia jabatan yang menurut
sifatnya atau menurut perintah harus
dirahasiakan;
9. Bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan
bersemangat untuk kepentingan negara;
10. Melaporkan dengan segera kepada atasannya
apabila mengetahui ada hal yang dapat
membahayakan atau merugikan negara atau
Pemerintah terutama di bidang keamanan,
keuangan, dan materiil;
11. Masuk kerja dan mentaati ketentuan jam
kerja;

Kewajiban (lanjutan)
12. Mencapai sasaran kerja pegawai yang
ditetapkan;
13. Menggunakan dan memelihara barangbarang milik negara dengan sebaikbaiknya;
14. Memberikan
pelayanan
sebaik-baiknya
kepada masyarakat;
15. Membimbing bawahan dalam melaksanakan
tugas;
16. Memberikan kesempatan kepada bawahan
untuk mengembangkan karier; dan
17. Menaati
peraturan
kedinasan
yang
ditetapkan oleh pejabat yang berwenang.

Larangan (Pasal 4)
1. Menyalahgunakan wewenang
2. Menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan
pribadi dan/atau orang lain dengan menggunakan
kewenangan orang lain
3. Tanpa izin Pemerintah menjadi pegawai atau bekerja
untuk negara lain dan/atau lembaga atau organisasi
internasional;
4. Bekerja pada perusahaan asing, konsultan asing, atau
lembaga swadaya masyarakat asing;
5. Memiliki,
menjual,
membeli,
menggadaikan,
menyewakan, atau meminjamkan barang-barang baik
bergerak atau tidak bergerak, dokumen atau surat
berharga milik negara secara tidak sah;

Larangan (Lanjutan)
6. Melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman
sejawat, bawahan, atau orang lain di dalam maupun di luar
lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk keuntungan
pribadi, golongan, atau pihak lain, yang secara langsung
atau tidak langsung merugikan negara;
7. Memberi atau menyanggupi akan memberi sesuatu
kepada siapapun baik secara langsung atau tidak langsung
dan dengan dalih apapun untuk diangkat dalam jabatan;
8. Menerima hadiah atau suatu pemberian apa saja dari
siapapun juga yang berhubungan dengan jabatan dan/atau
pekerjaannya;
9. Bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya;

Larangan (Lanjutan)
10. Melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan suatu tindakan
yang dapat menghalangi atau mempersulit salah satu pihak yang
dilayani sehingga mengakibatkan kerugian bagi yang dilayani;
11. Menghalangi berjalannya tugas kedinasan;
12. Memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden,
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, atau Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah dengan cara:
a. Ikut serta sebagai pelaksana kampanye;
b. Menjadi peserta kampanye dengan menggunakan atribut partai
atau atribut PNS;
c. Sebagai peserta kampanye dengan mengerahkan PNS lain;
dan/atau
d. Sebagai peserta kampanye dengan menggunakan fasilitas negara

Larangan (Lanjutan)
13. Memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden
dengan cara:
a. Membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau
merugikan salah satu pasangan calon selama masa kampanye;
dan/atau
b. Mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan
terhadap pasangan calon yang menjadi peserta pemilu sebelum,
selama, dan sesudah masa kampanye meliputi pertemuan, ajakan,
himbauan, seruan, atau pemberian barang kepada PNS dalam
lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat;
14.

Memberikan dukungan kepada calon anggota Dewan Perwakilan


Daerah atau calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dengan cara
memberikan surat dukungan disertai foto kopi Kartu Tanda
Penduduk atau Surat Keterangan Tanda Penduduk sesuai peraturan
perundangundangan; dan

Larangan (Lanjutan)
15. Memberikan
dukungan
kepada
calon
Daerah/Wakil Kepala Daerah, dengan cara:

Kepala

a. Terlibat dalam kegiatan kampanye untuk mendukung calon


Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah;
b. Menggunakan fasilitas yang terkait dengan jabatan dalam kegiatan
kampanye;
c. Membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau
merugikan salah satu pasangan calon selama masa kampanye;
dan/atau
d. Mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan
terhadap pasangan calon yang menjadi peserta pemilu sebelum,
selama, dan sesudah masa kampanye meliputi pertemuan, ajakan,
himbauan, seruan, atau pemberian barang kepada PNS dalam
lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat.

Tingkat dan Jenis Hukuman Disiplin


(Pasal 7)

Ringan

Sedang

Teguran Lisan
Teguran Tertulis
Pernyataan tidak puas secara
tertulis

Penundaan KGB selama 1


tahun
Penundaan Kenaikan
Pangkat selama 1 tahun
Penurunan pangkat
setingkat lebih rendah
selama 1 tahun

Tingkat dan Jenis Hukuman Disiplin


(lanjutan)

Berat

Penurunan pangkat
setingkat lebih rendah
selama 3 tahun
Pemindahan dalam rangka
penurunan jabatan
setingkat lebih rendah
Pembebasan dari jabatan
Pemberhentian dengan
hormat tidak atas
permintaan sendiri sebagai
PNS
Pemberhentian tidak
dengan hormat sebagai
PNS

Pelanggaran dan Jenis Hukuman


 PNS yang melanggar Kewajiban dan Larangan
dikenakan hukuman disiplin
 PP Disiplin tidak mengesampingkan Perundangundangan pidana

Pasal
8&
11

berdampak negatif
pd unit kerja

Pasal
9 & 12

berdampak negatif
pd instansinya

Hukuman Disiplin
Sedang

Pasal
10 &
13

berdampak negatif
pd
Pemerintah/Negara
Pemerintah
/Negara

Hukuman Disiplin
Berat

Hukuman Disiplin
Ringan

Ketentuan Jam Kerja


 Ketentuan mengenai kewajiban untuk masuk kerja &
mentaati jam kerja ditentukan:
Tidak masuk kerja selama 5 s/d 15 hari kerja
dijatuhi hukuman disiplin ringan.
Tidak masuk kerja selama 16 s/d 30 hari kerja
dijatuhi hukuman disiplin sedang.
Tidak masuk kerja selama 31 s/d 46 hari kerja
dijatuhi hukuman disiplin berat.
 Keterlambatan masuk kerja dan/atau pulang lebih
cepat dihitung secara kumulatif s/d 7 jam, menjadi
1 hari tidak masuk kerja.

Pejabat Yang Berwenang Menghukum


 Presiden bagi :
 Eselon I;dan
 jabatan lain yang pangkat dan pemberhentiannya menjadi
wewenang Presiden (Untuk pelanggaran disiplin berat Pasal 7 ayat
(4) huruf b, c, d, dan e.)
 Pejabat Pembina Kepegawaian bagi Eselon I, II, III, IV, V, jabatan
fungsional tertentu dan jabatan fungsional umum dari ringan s/d berat.

Eselon I
Eselon II

Eselon III
Eselon IV
Eselon V

Berlaku rumus one step down dan two step down

 one step down untuk jenis hukuman ringan,


 misal : Eselon IV menjatuhkan hkman tkt ringan bagi Pelaksana,
dst.
 two step down utk jenis hukuman sedang,
 misal : Eselon I menjatuhkan hkman tkt sedang bagi Eselon III,
dst.

Pejabat Yang Berwenang Menghukum (Lanjutan)

 Pejabat yang berwenang menghukum


wajib menjatuhkan Hukdis.
 Apabila pejabat yang berwenang tidak
menjatuhkan Hukdis maka dikenakan
Hukdis yang sama oleh atasannya.
 Apabila tidak ada pejabat yang
berwenang menghukum, kewenangan
menjatuhkan Hukdis menjadi pejabat
yang lebih tinggi.

Pemanggilan dan Pemeriksaan


 PNS yang diduga melanggar dipanggil secara
tertulis oleh atasan langsung
 Sebelum PNS dijatuhi Hukdis wajib dilakukan
pemeriksaaan
Diperiksa oleh atasan langsung
Diperiksa oleh tim yang terdiri dari:
 Atasan Langsung
 Unsur Pengawasan
 Unsur Kepegawaian, atau
 Pejabat Lain yang ditunjuk
Dilakukan secara tertutup
Dituangkan dalam BAP

Pemeriksaan dan Penjatuhan Hukuman

 BAP harus ditandatangani oleh pejabat yang


memeriksa dan PNS yang diperiksa.
 PNS yang diperiksa tidak bersedia menandatangani,
BAP tetap menjadi dasar menjatuhkan Hukdis.
 PNS yang diperiksa berhak mendapatkan fotocopy
BAP.
 Untuk beberapa pelanggaran, PNS hanya dapat
dijatuhi satu jenis Hukdis yang terberat.
 PNS yang melakukan pelanggaran yang sama
dijatuhi Hukdis yang lebih berat dari sebelummnya.
 PNS tidak dapat dijatuhi Hukdis dua kali atau lebih
untuk satu pelanggaran disiplin.
 Setiap penjatuhan Hukdis ditetapkan dengan
keputusan.

Upaya Administratif
 Upaya administratif terdiri dari keberatan dan banding
adminstratif
 Tidak bisa dilakukan upaya administratif adalah Hukdis
yang ditetapkan:
 Presiden
 Menteri Keuangan kecuali Hukdis Pemberhentian Pasal
7 ayat (4) huruf d dan e (Banding Administrasi)
 Pejabat yg berwenang menjatuhkan Hukdis ringan
 Banding administratif disampaikan kepada BAPEK
 Hukdis yang dapat diajukan keberatan adalah Hukdis
Pasal 7 ayat (3) huruf a dan b
 Keberatan disampaikan kepada atasan pejabat yang
berwenang menghukum

Jangka Waktu Keberatan


14 Hr
Kalender
PNS

Atasan Pejabat
yg berwenang
menghukum

Keberatan
SK
Hukdis

14 Hr
Kerja
6 Hr Kerja

Tangga
pan

21 Hr
Kerja

Pejabat yg
berwenang
menghukum
Keputusan
atas
keberatan

Penetapan Keberatan
 Atasan Pejabat yg berwenang menghukum dpt
memperkuat,
memperingan,
memperberat,
atau
membatalkan Hukuman Disiplin yang dijatuhkan oleh
pejabat yang berwenang menghukum.
 Penguatan, peringanan, pemberatan, atau pembatalan
Hukuman Disiplin ditetapkan dengan keputusan Atasan
Pejabat yang berwenang menghukum.
 Keputusan
Atasan
Pejabat
yang
menghukum bersifat final dan mengikat
mengikat.

berwenang

 Apabila dalam waktu lebih 21 (dua puluh satu) hari


kerja Atasan Pejabat yang berwenang menghukum
tidak mengambil keputusan atas keberatan maka
keputusan pejabat yang berwenang menghukum batal

hukum.
demi hukum

Berlakunya Hukdis
1. Hukuman
Hukuman Disiplin yg dijatuhkan oleh :
a. Presiden;
Presiden;
b. Pejabat Pembina Kepegawaian (Menkeu)
Menkeu) untuk jenis
Hukdis, kecuali pemberhentian Dengan Hormat Tidak Atas
Permintaan Sendiri dan Tidak Dengan Hormat
c. Pejabat yang berwenang menghukum untuk semua jenis
hukdis ringan.

Mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan


2. Hukuman Disiplin yg dijatuhkan oleh Pejabat yang berwenang
menghukum apabila :
tidak diajukan keberatan maka mulai berlaku pada hari ke
15 (lima belas) setelah keputusan Hukdis diterima.
diajukan keberatan maka mulai berlaku pada tanggal
ditetapkannya keputusan atas keberatan.
keberatan.

Berlakunya Hukdis (Lanjutan)


3. Hukdis
yang
dijatuhkan
oleh
Pejabat
Pembina
Kepegawaian atau Gubernur untuk jenis Hukdis berat
berupa :
pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan
sendiri sebagai PNS; dan
pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS.
apabila :
 tidak diajukan banding administrasi maka mulai
berlaku pada hari ke 15 setelah keputusan Hukdis
diterima.
diterima.
 apabila diajukan banding administrasi maka mulai
berlaku pada tanggal ditetapkannya keputusan
banding administratif.
administratif
4. Apabila PNS yang dijatuhi Hukdis tidak hadir pada waktu
penyampaian keputusan Hukdis maka Hukdis
ukdis berlaku
pada hari ke 15 (lima belas) sejak tanggal yang
ditentukan untuk penyampaian keputusan Hukdis
ukdis.
dis

KETENTUAN PERALIHAN
1.

Keberatan yg diajukan kepada atasan pejabat


yang
berwenang
menghukum/banding
administratif kepada BAPEK sebelum berlakunya
PP ini diselesaikan sesuai dengan PP No. 30 thn
1980
tentang
Peraturan
Disiplin
beserta
peraturan pelaksanaannya.

2.

Apabila terjadi pelanggaran disiplin dan telah


dilakukan pemeriksaan sebelum berlakunya PP
ini maka hasil pemeriksaan tetap berlaku dan
proses selanjutnya berlaku ketentuan dalam PP
ini.

3.

Apabila terjadi pelanggaran disiplin sebelum


berlakunya PP ini dan belum dilakukan
pemeriksaan maka berlaku ketentuan dalam PP
ini.

Anda mungkin juga menyukai