Anda di halaman 1dari 39

BAB I

SKENARIO 4
NYERI KEPALA YANG HEBAT PADA PAK ANAM

Pak Anam umur 50 th dibawa oleh isterinya ke Unit Gawat Darurat dengan keluhan nyeri
sakit kepala yang hebat. Disertai dengan demam dan mual muntah, kelemahan nyeri otot dan
nyeri punggung. Menurut istrinya keadaan Pak Anam masih dalam keadaan kesehatan yang baik
sampai 2 hari sebelumnya dan sudah 3 bulan ini terkena flu tapi tidak sembuh sembuh hanya
minum obat yang dibeli di warung saja. Pada pemeriksaan tampak letargi dan sakit. Ketika leher
digerakkan sedikit terasa sakit dan pada pemeriksaan kaku kuduk terasa nyeri sakit dan dagu
tidak bisa menyentuh dada karena upaya ini sangat menyakitkan. Suhu tubuh 39 0C. Pemeriksaan
jantung dan paru normal.
Apa yang terjadi dengan Pak Anam ?
Bagaimana keadaan Pak Anam selanjutnya ?
Bagaimana penanganan yang perlu di lakukan kepada Pak Anam ?

BAB II
KATA KUNCI
1. Nyeri kepala yang hebat
2. Demam, mual dan muntah
3. Flu 3 bulan
4. Melihat cahaya terasa tambah nyeri
5. Letargi
6. Pemeriksaan kaku kuduk positip

BAB III
PROBLEM
1. Apa yang terjadi pada Pak Anam ?
2. Apa yang menyebabkan letargi pada Pak Anam ?
3. Pada kasus ini bagaimana cara mendiagnosa pastinya ?
4. Bagaimana prinsip penatalaksanaan pada kasus ini ?
5. Dapatkah penyakit ini dicegah ?

BAB IV
PEMBAHASAN
4.1

BATASAN

ANATOMI
Lapisan pelindung otak terdiri dari cranium ( rangka tulang bagian luar ) dan tiga
lapisan jaringan ikat yang disebut meninges, yang letaknya dari luar ke dalam : duramater,
arachnoid dan piamater. Duramater merupakan lapisan yang liat dan tidak dapat diregangkan.
Lapisan arachnoid terletak di bawah duramater. Piamater merupakan selaput yang berhubungan
erat dengan otak dan medulla spinalis dan mengikuti tiap sulkus dan girus.
1. Duramater
Secara konvensional duramater ini terdiri dari dua lapis , yaitu lapisan endosteal dan
lapisan meningeal. Kedua lapisan ini melekat dengan rapat, kecuali sepanjang tempat- tempat
tertentu, terpisah dan membentuk sinus-sinus venosus. Lapisan endosteal sebenarnya merupakan
lapisan periosteum yang menutupi permukaan dalam tulang cranium. Lapisan meningeal
merupakan lapisan duramater yang sebenarnya, sering disebut dengan cranial duramater.

Lapisan
meningeal

membentuk

empat

septum

dalam

ke

membagi

rongga

cranium

menjadi

ruang-ruang

yang saling

berhubungan dengan bebas dan menampung bagian-bagian otak. Fungsi septum ini adalah untuk
menahan pergeseran otak.

Falx cerebri adalah lipatan duramater berbentuk bulan sabit yang terletak pada garis
tengah diantara kedua hemisfer cerebri. Ujung bagian anterior melekat pada crista
galli. Bagian posterior melebar, menyatu dengan permukaan atas tentorium cerebelli .

Tentorium cerebelli adalah lipatan duramater berbentuk bulan sabit yang menutupi
fossa cranii posterior. Septum ini menutupi permukaan atas cerebellum dan
menopang lobus occipitalis cerebri
5

Falx cerebelli adalah lipatan duramater kecil yang melekat pada protuberantia
occipitalis interna.

Diaphragma sellae adalah lipatan sirkuler kecil dari duramater , yang menutupi sella
turcica dan fossa pituitary pada os sphenoidais. Diapragma ini memisahkan pituitary
gland dari hypothalamus dan chiasma opticum. Pada bagian tengah terdapat lubang
yang dilalui oleh tangkai hypophyse.

Pada pemisahan dua lapisan duramater ini , diantaranya terdapat sinus duramatris yang
berisi darah vena. Sinus venosus/duramatris ini menerima darah dari drainase vena pada otak dan
mengalir menuju vena jugularis interna. Dinding dari sinus- sinus ini dibatasi oleh endothelium.
Sinus pada calvaria yaitu sinus sagitalis superior. Sinus sagitalis inferior , sinus transverses dan
sinus sigmoidea. Sinus pada basis cranii antara lain : sinus occipitalis, sinus sphenoparietal, sinus
cavernosus, sinus petrosus.
Pada lapisan duramater ini terdapat banyak cabang-cabang pembuluh darah yang berasal
dari arteri carotis interna, yaitu : a.maxillaris , a. pharyngeus ascendens , a, occipitalis dan a.
vertebralis. Dari sudut klinis , yang terpenting adalah a.meningea media ( cabang dari
a.maxillaris ) karena arteri ini umumnya sering pecah pada keadaan trauma capitis. Pada
duramater terdapat banyak ujung- ujung saraf sensorik, dan peka terhadap regangan sehingga
jika terjadi stimulasi pada ujung-saraf ini dapat menimbulkan sakit kepala yang hebat.

2. Arachnoid.
Lapisan ini merupakan suatu membrane yang impermeable halus, yang menutupi otak
dan terletak diantara piamater dan duramater. Membran ini dipisahkan dari duramater oleh ruang
potensial yaitu spatium subdurale, dan dari piamater oleh cavum subarachnoid ( subarachnoid
space ) yang berisi cerebrospinal fluid. Dinding subarachnoid space ini ditutupi oleh mesothelial
cell yang pipih. Pada daerah tertentu arachnoid menonjol kedalam sinus venosus membentuk
villi arachnoidales. Villi arachnoidales ini berfungsi sebagai tempat perembesan cerebrospinal
fluid kedalam aliran darah. Arachnoid berhubungan dengan piamater melalui untaian jaringan
fibrosa halus yang melintasi cairan dalam cavum subarachnoid. Struktur yang berjalan dari dan
keotak menuju cranium atau foraminanya harus melalui cavum subarachnoid.
3. Piamater
Lapisan piamater berhubungan erat dengan otak dan sum-sum tulang belakang,
mengikuti tiap sulcus dan gyrus . Piamater ini merupakan lapisan dengan banyak pembuluh
darah dan terdiri dari jaringan penyambung yang halus serta dilalui pembuluh darah yang
memberi nutrisi pada jaringa saraf. Piamater membentuk tela choroidea, atap ventriculus tertius

dan quartus, serta menyatu dengan ependyma membentuk plexus choroideus dalam ventriculus
lateralis, tertius dan quartus.

HISTOLOGI
Susunan saraf pusat dilindungi oleh tengkorak dan kolumna vertebralis.Ia juga dibungkus
membrane jaringan ikat yang disebut meninges.Dimulai dari lapisan paling luar, berturutturut terdapat dura mater, araknoid, dan piamater.Araknoid dan piamater saling melekat dan
seringkali dipandang sebagai satu membrane yang disebut pia-araknoid.
a. Dura mater
Dura mater adalah meninges luar, terdiri atas jaringan ikat padat yang berhubungan langsung
dengan periosteum tengkorak. Dura mater yang membungkus medulla spinalis dipisahkan
dari periosteum vertebra oleh ruang epidural, yang mengandung vena berdinding tipis, jaringan
ikat longgar, dan jaringan lemak. Dura mater selalu dipisahkan dari araknoid oleh celah sempit,
ruang subdural. Permukaan dalam dura mater, juga permukaan luarnya pada medulla spinalis,
dilapisi epitel selapis gepeng yang asalnya dari mesenkim. Dura mater kadangkala
disebut pachimeningen atau

meningen fibrosa karena

tebal,

kuat,

dan

mengandung

serabut kolagen. Pada dura mater dapat diamati adanya serabut elastis, fibrosit, saraf, pembuluh
darah, dan limfe. Lapisan dalam dura mater terdiri dari beberapa lapis fibrosit pipih dan selsel luar dari lapisan arachnoid.

b. Araknoid
Araknoid mempunyai 2 komponen: lapisan yang berkontak dengan dura mater dan sebuah
system trabekel yang menghubungkan lapisan itu dengan piamater. Araknoid terdiri atas
jaringan ikat tanpa pembuluh darah. Permukaannya dilapisi oleh epitel selapis gepeng seperti
dura mater. Karena medulla spinalis araknoid itu lebih sedikit trabekelnya, maka lebih mudah
dibedakan dari piamater. Pada beberapa daerah, araknoid menerobos dura mater membentuk
juluran-juluran yang berakhir pada sinus venosus dalam dura mater. Juluran ini, yang dilapisi
oleh sel-sel endotel dari vena disebut Vili Araknoid. Fungsinya ialah untuk menyerap cairan
serebrospinal

ke

dalam

darah

dari

sinus

venosus.

Lapisan

arachnoid

terdiri

atas fibrosit berbentuk pipih dan serabut kolagen. Lapisan arachnoid mempunyai dua komponen,
yaitu suatu lapisan yang berhubungan dengan dura mater dan suatu sistem trabekula yang

menghubungkan lapisan tersebut dengan pia mater. Ruangan di antara trabekula membentuk
ruang subarachnoid yang berisi cairan serebrospinal dan sama sekali dipisahkan dari ruang
subdural. Pada beberapa daerah, arachnoid melubangi dura mater, dengan membentuk
penonjolan yang membentuk trabekula di dalam sinus venous dura mater. Bagian ini dikenal
dengan vilus arachnoidalis yang berfungsi memindahkan cairan serebrospinal ke darah sinus
venous. Arachnoid merupakan selaput yang tipis dan transparan. Arachnoid berbentuk seperti
jaring laba-laba. Antara Arachnoid dan piameter terdapat ruangan berisi cairan yang berfungsi
untuk melindungi otak bila terjadi benturan. Baik arachnoid dan piameter kadang-kadang disebut
sebagai leptomeninges.

c. Pia mater
Piameter adalah membran yang sangat lembut dan tipis. Lapisan ini melekat pada otak. Pia
mater

mengandung

sedikit

serabut kolagen dan

membungkus

seluruh

permukaan

sistem saraf pusat dan vaskula besar yang menembus otak. Pia mater terdiri atas jarinagn ikat
longgar yang mengandung banyak pembuluh darah. Meskipun letaknya cukup dekat dengan
jaringan saraf, ia tidak berkontak dengan sel atau serat saraf. Di antara pia mater dan elemen
neural terdapat lapisan tipus cabang-cabang neuroglia, melekat erat pada pia mater dan
membentuk barier fisik pada bagian tepi dari susunan saraf pusat yang memisahkan SSP dari
cairan brospinal. Piamater menyusuri seluruh lekuk permukaan susunan saraf pusaf dan
menyusup kedalamnya untuk jarak tertentu bersama pembuluh darah. pia mater di lapisioleh selsel gepeng yang berasal dari mesenkim. Pembuluh darah menembus susunan saraf pusat melalai
torowongan yang dilapisi oleh piamater ruang perivaskuler.
Sawar Darah Otak
Sawar darah otak merupakan barier fungsional yang mencegah masuknya beberapa
substansi,seperti antibiotic dan bahan kimia dan toksin bakteri dari darah ke jaringan saraf.
Sawar darah otak ini terjadi akibat kurangnya permeabilitas yang menjadi ciri kapiler darah
jaringan saraf.Taut kedap, yang menyatukan sel-sel endotel kapiler ini secara sempurna
merupakan unsur utama dari sawar.Sitoplasma sel-sel andotel ini tidak bertingkap, dan
terlihat sangat sedikit vesikel pinositotik. Perluasan cabang sel neuroglia yang melingkari
kapiler ikut mengurangi permeabilitasnya.

10

PLEKSUS KOROID DAN CAIRAN SEREBROSPINAL


Pleksus Koroid
Pleksus koroid terdiri atas lipatan-lipatan ke dalam dari pia mater yang menyusup ke bagian
dalam ventrikel.Ia ditemukan pada atap ventrikel ketiga dan keempat dan sebagian pada
dinding ventrikel lateral. Ia merupakan struktur vasikular yang terbuat dari kapiler venestra
yang berdilatasi.Pleksus koroid terdiri atas jaringan ikat longgar dari pia mater, dibungkus oleh
epitel selapis kuboid atau silindris. Fungsi utama pleksus koroid adalah membentuk cairan
serebrospinal,yang hanya mengandung sedikit bahan padat dan mengisi penuh ventrikel, kanal
sentral dari medulla spinalis, ruang subaraknoid, dan ruang perivasikular. Ia penting untuk
metabolisme susunan saraf pusat dan merupakan alat pelindung, berupa bantalan cairan dalam
ruang subaraknoid. Cairan itu jernih, memiliki densitas rendah, dan kandungan proteinnya sangat
rendah. Juga terdapat beberapa sel deskuamasi dan dua sampai lima limfosit per milliliter.
Cairan serebrospinal mengalir melalui ventrikel, dari sana ia memasuki ruang
subaraknoid.Disini vili araknoid merupakan jalur utama untuk absorbsi CSS ke dalam
sirkulasi vena. Menurunnya proses absorsi cairan serebrospinal atau penghambatan aliran keluar
cairan dari ventrikel menimbulkan keadaan yang disebut hidrosefalus, yang mengakibatkan
pembesaran progresif dari kepala dan disertai dengan gangguan mental dan kelemahan otot.
Meningitis meningokokus adalah radang selaput otak / sumsum tulang belakang yang
terjadi secara akut. Penyakit ini cepat menular, dapat menyebabkan kematian dan bila
sembuh dapat meninggalkan gejala sisa akibat kerusakan di otak. Penyakit ini dikenal juga
dengan nama Meningococcal infection, Carebrospinal fever, Meningococcemia.

FISIOLOGI
Jaringan pelindung di sistem saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang) adalah
meninges. Meninges terdiri dari tiga lapisan, yaitu:
a. Dura Mater (berasal dari kata dura=hard=keras dan mater= mother= ibu),
merupakan lapisan paling luar yang tebal, keras dan fleksibel tetapi tidak dapat
direnggangkan (unstretchable). Duramater otak pada awalnya terdiri atas 2 lapisan

11

tetapi pada orang dewasa kedua lapisan tersebut menyatu. Lapisan terluar adalah
duramater periosteum yang melapisi permukaan

dalam tengkorak (endosteum)

terdiri dari jaringan ikat padat dengan banyak pembuluh darah. Lapisan dalam yaitu
lapisan fibrosa kurang mengandung pembuluh darah dan permukaan dalamnya
dilapisi oleh epitel selapis gepeng yang berasal dari mesoderm.
b. Arachnoid Membrane (berasal dari kata arakhe=spider), merupakan jaringan bagian
tengah yang bentuknya sepertijaring laba-Iaba. Sifatnya lembut, berongga-rongga dan
terletak di bawah lapisan durameter. Merupakan membran tipis, halus, avaskular yang
melapisi duramater. Dari arachnoid ini keluar trabekula jaringan ikat yang berjalan ke
pia mater melintasi ruangan yang terisi oleh banyak trabekula.
c. Pia Mater (berasal dari kata pious=small=kecil dan mater=mother=ibu), merupakan
jaringan pelindung yang terletak pada lapisan paling bawah (paling dekat dengan
otak, sumsum tulang belakang, dan melindungijaringan-jaringan sarafyang lain).
Lapisan ini mengandung pembuluh darah yang mengalir di otak dan sumsum tulang
belakang. Antara pia mater dan membran arachnoid terdapat bagian yang disebut
subarachnoid space yang dipenuhi oleh cairan cerebrospinal fluid (CSF). Piamater
terdiri atas 2 lapisan, yaitu bagian luar tersusun dari anyaman serat kolagen,
mengandung banyak pembuluh darah dan bagian dalam terdiri atas anyaman serat
retikular dan elastin halus yang melekat pada jaringan saraf di bawahnya tetapi
terpisah dari unsur-unsur saraf/otak oleh satu lapis cabang-cabang neuroglia.

Gambar. Lapisan pelindung otak

12

Cairan serebrospinal (CSS) dibentuk terutama oleh pleksus khoroideus, dimana


sejumlah pembuluh darah kapiler dikelilingi oleh epitel kuboid/kolumner yang menutupi
stroma di bagian tengah dan merupakan modifikasi dari sel ependim, yang menonjol ke
ventrikel. Pleksus khoroideus membentuk lobul-lobul dan membentuk seperti daun pakis
yang ditutupi oleh mikrovili dan silia. Tapi sel epitel kuboid berhubungan satu sama lain
dengan tigth junction pada sisi aspeks, dasar sel epitel kuboid terdapat membran basalis
dengan ruang stroma diantaranya. Ditengah villus terdapat endotel yang menjorok ke
dalam (kapiler fenestrata). Inilah yang disebut sawar darah LCS.
Gambaran histologis khusus ini mempunyai karakteristik yaitu epitel untuk
transport bahan dengan berat molekul besar dan kapiler fenestrata untuk transport cairan
aktif.
Pembentukan CSS melalui 2 tahap, yang pertama terbentuknya ultrafiltrat plasma
di luar kapiler oleh karena tekanan hidrostatik dan kemudian ultrafiltrasi diubah menjadi
sekresi pada epitel khoroid melalui proses metabolik aktif. Cairan serebrospinal memiliki
fungsi :
a. CSS menyediakan keseimbangan dalam sistem saraf. Unsur-unsur pokok pada CSS
berada dalam keseimbangan dengan cairan otak ekstraseluler, jadi mempertahankan
lingkungan luar yang konstan terhadap sel-sel dalam sistem saraf.
b. CSS mengakibatkann otak dikelilingi cairan, mengurangi berat otak dalam tengkorak
dan menyediakan bantalan mekanik, melindungi otak dari keadaan/trauma yang
mengenai tulang tengkorak
c. CSS mengalirkan bahan-bahan yang tidak diperlukan dari otak, seperti CO2,laktat, dan
ion Hidrogen. Hal ini penting karena otak hanya mempunyai sedikit sistem limfatik.
Dan untuk memindahkan produk seperti darah, bakteri, materi purulen dan nekrotik
lainnya yang akan diirigasi dan dikeluarkan melalui villi arakhnoid.
d. Bertindak sebagai saluran untuk transport intraserebral. Hormonhormon dari lobus
posterior hipofise, hipothalamus, melatonin dari fineal dapat dikeluarkan ke CSS dan
transportasi ke sisi lain melalui intraserebral.
e. Mempertahankan tekanan intrakranial. Dengan cara pengurangan CSS dengan
mengalirkannya ke luar rongga tengkorak, baik dengan mempercepat pengalirannya

13

melalui berbagai foramina, hingga mencapai sinus venosus, atau masuk ke dalam
rongga subarakhnoid lumbal yang mempunyai kemampuan mengembang sekitar 30%.

PATOFISIOLOGI
Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari oroaring dan diikuti dengan septikemia, yang
menyebar ke meningen otak dan medula spinalis bagian atas.
Faktor predisposisi mencakup infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media, mastoiditis, anemia
sel sabit dan hemoglobinopatis lain, prosedur bedah saraf baru, trauma kepala dan pengaruh
imunologis. Saluran vena yang melalui nasofaring posterior, telinga bagian tengah dan saluran
mastoid menuju otak dan dekat saluran vena-vena meningen; semuanya ini penghubung yang
menyokong perkembangan bakteri.
Organisme masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi radang di dalam meningen dan
di bawah korteks, yang dapat menyebabkan trombus dan penurunan aliran darah serebral.
Jaringan serebral mengalami gangguan metabolisme akibat eksudat meningen, vaskulitis dan
hipoperfusi. Eksudat purulen dapat menyebar sampai dasar otak dan medula spinalis. Radang
juga menyebar ke dinding membran ventrikel serebral. Meningitis bakteri dihubungkan dengan
perubahan fisiologis intrakranial, yang terdiri dari peningkatan permeabilitas pada darah, daerah
pertahanan otak (barier oak), edema serebral dan peningkatan TIK.
Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum terjadi meningitis. Infeksi
terbanyak dari pasien ini dengan kerusakan adrenal, kolaps sirkulasi dan dihubungkan dengan
meluasnya hemoragi (pada sindromWaterhouse-Friderichssen) sebagai akibat terjadinya
kerusakan endotel dan nekrosis pembuluh darah yang disebabkan oleh meningokokus.

14

PATOMEKANISME
Secara umum patomekanisme dari meningitis adalah sebagai berikut
Bakteri

Virus

Prosedur Operasi

Jamur

Protozoa

Trauma Tajam

Agen Penyebab

Invasi ke susunan saraf pusat melalui aliran darah

Bermigrasi ke lapisan subarakhnoid

Respon inflamasi di piamater, arakhnoid, cairan serebrospinal, dan ventrikuler

Eksudat menyebar di seluruh saraf kranial dan saraf spinal

Kerusakan Neurologis

15

Selain dari adanya invasi bakteri, virus, jamur, maupun protozoa, point dentry masuknya
kuman juga dapat melalui trauma tajam, prosedur operasi, dan abses otak yang pecah. Penyebab
lainnya adalah adanya rhinorhea, otorhea pada Universitas Sumatera Utara basis kranial yang
memungkinkan kontaknya CSS dengan lingkungan luar (Pradana, 2009)
Meningitis pada umumnya sebagai akibat dari penyebaran penyakit di organ atau jaringan
tubuh yang lain. Virus / bakteri menyebar secara hematogen sampai ke selaput otak, misalnya
pada penyakit Faringitis, Tonsilitis, Pneumonia, Bronchopneumonia dan Endokarditis.
Penyebaran bakteri/virus dapat pula secara perkontinuitatum dari peradangan organ atau jaringan
yang ada di dekat selaput otak, misalnya Abses otak, Otitis Media, Mastoiditis, Trombosis sinus
kavernosus dan Sinusitis. Penyebaran kuman bisa juga terjadi akibat trauma kepala dengan
fraktur terbuka atau komplikasi bedah otak.
Invasi kuman-kuman ke dalam ruang subaraknoid menyebabkan reaksi radang pada pia
dan araknoid, CSS (Cairan Serebrospinal) dan sistem ventrikulus. Mula-mula pembuluh darah
meningeal yang kecil dan sedang mengalami hiperemi; dalam waktu yang sangat singkat terjadi
penyebaran sel-sel leukosit polimorfonuklear ke dalam ruang subarakhnoid, kemudian terbentuk
eksudat. Dalam beberapa hari terjadi pembentukan limfosit dan histiosit dan dalam minggu
kedua selsel plasma. Eksudat yang terbentuk terdiri dari dua lapisan, bagian luar mengandung
leukosit polimorfonuklear dan fibrin sedangkan di lapisaan dalam terdapat makrofag. Proses
radang selain pada arteri juga terjadi pada vena-vena di korteks dan dapat menyebabkan
trombosis, infark otak, edema otak dan degenerasi neuronneuron.
Trombosis serta organisasi eksudat perineural yang fibrino-purulen menyebabkan
kelainan kraniales. Pada Meningitis yang disebabkan oleh virus, cairan serebrospinal tampak
jernih dibandingkan Meningitis yang disebabkan oleh bakteri.
JENIS-JENIS PENYAKIT YANG BERHUBUNGAN
Menurut MayoClinic, ada beberapa macam meningitis yakni:
1. Meningitis bakteri akut
Biasanya karena bakteri memasuki aliran darah dan bermikrasi ke otak dan sumsum tulang
belakang. Tapi ini bisa juga terjadi karena bakteri langsung menyerang meninges, sebagai akibat
dari
infeksi
telinga,
sinus,
atau
patah
tulang
tengkorak,.
Sejumlah strain bakteri yang bisa menyebabkan meningitis bakteri akut antara lain:

Streptococcus pneumoniae (pneumococcus). Bakteri ini adalah penyebab paling umum


dari meningitis bakteri pada bayi, anak-anak dan orang dewasa di Amerika Serikat. Ini lebih
sering menyebabkan infeksi pneumonia atau telinga atau sinus. Ada vaksin untuk membantu
mengurangi terjadinya infeksi ini.

Neisseria meningitidis (meningococcus). Bakteri ini merupakan penyebab utama


meningitis bakteri. Meningitis meningokokus biasanya terjadi ketika bakteri dari infeksi
saluran pernapasan atas memasuki aliran darah Anda. Infeksi ini sangat menular. Ini
16

mempengaruhi terutama remaja dan dewasa muda, dan dapat menyebabkan epidemi lokal di
asrama, perguruan tinggi, pesantren, dan pangkalan militer. Ada vaksin untuk membantu
mengurangi terjadinya infeksi ini.

Haemophilus influenzae (Haemophilus). Haemophilus influenzae tipe b (Hib) bakteri


menjadi penyebab utama meningitis bakteri pada anak-anak. Tapi vaksin Hib telah sangat
mengurangi jumlah kasus dari jenis meningitis.

Listeria monocytogenes (listeria). Bakteri ini dapat ditemukan dalam keju lunak, hot dog,
dan daging makan siang. Untungnya, kebanyakan orang sehat yang terkena listeria tidak
menjadi sakit, meskipun ibu hamil, bayi baru lahir, orang dewasa yang lebih tua, dan orang
dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah cenderung lebih rentan. Listeria dapat melewati
sawar plasenta, dan infeksi pada akhir kehamilan dapat menyebabkan bayi lahir meninggal
atau meninggal tak lama setelah lahir. Orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah
karena efek penyakit atau obat-obatan, yang paling rentan.
2. Meningitis kronis
Bentuk meningitis ini terjadi ketika organisme menyerang selaput dan cairan yang mengelilingi
otak Anda. Meskipun meningitis akut menyerang tiba-tiba, meningitis kronis berkembang lebih
dari dua minggu atau lebih. Namun demikian, tanda-tanda dan gejala meningitis kronis berupa
sakit kepala, demam, muntah, dan kekeruhan jiwa, serupa dengan meningitis akut.
3. Meningitis jamur
Meningitis jamur relatif jarang dan menyebabkan meningitis kronis. Kadang-kadang bisa meniru
meningitis bakteri akut. Namun, ini bentuk meningitis tidak menular dari orang ke orang.
Meningitis kriptokokus adalah bentuk jamur umum dari penyakit yang mempengaruhi orangorang dengan defisiensi imun, seperti AIDS. Ini mengancam jiwa jika tidak diobati dengan obat
antijamur.
1

Abscess serebral

Merupakan radang suppurativa local pada jaringan otak dan penyebab yang terbanyak dari
abscess di lobus temporal. Mikroorganismapenyebab bisa bakteri aerob dan anaerob. Menyebar
luas yang menggambarkan kongesti vaskuler dan edema pada pemberian contrast ( contrast
enhancement computerized tomography/CECT) enhancement bisa di jumpai atau hanya sedikit.
Dan pada perkembangan proses inflamasi selanjutnya terjadi perlunakan otak (softening) dan
petechial hemorrhage, yang menggambarkan kerusakan sawar darah otak progressif. Pada
stadium ini, CECT menunjukkan area bercorak yang tidak teratur yang enhance, terutama di
gray matter. Dalam mengevaluasi serebritis tahap dini, pemeriksaan MRI lebih akurat dari pada
head CT-scan . oleh karena sensitivitasnya terhadap perubahan kandungan air, MRI dapat
mendeteksi perubahan infeksi pada fase permulaan dengan cepat. TI-WI menunjukkan
hipointensitas yang ringan dan efek massa. Sering terlihat sulkus yang menghilang. Pada T2WI Nampak hiperintensitas dari area inflamasi sentral dan edema sekelilingnya.

17

1. Empiema subdural
Empima subdural biasanya merupakan komplikasi dari sinusitis paranasalis dan dapat
sangat mirip dengan absess serebri. Gejala klinis di tandai dengan peninggian tekanan
intrakranialseperti sakit kepala, muntah proyektil dan kejang.

2. Lateral Sinus Thrombosis


Merupakan suatu thrombophlebitis dari lateral sinus dan merupakan komplikasi
intracranial dari otitis media yang sangat berbahaya.
GEJALA
Tanda-tanda awal yang mungkin Anda lihat sebelum gejala-gejala yang lain muncul. Meningitis
bakterialis memiliki gejala yang muncul secara tiba-tiba dan bisa memburuk dengan cepat.
Gejala awal dari meningitis bakterialis sangat umum dan mirip dengan penyakit lain, di
antaranya sakit kepala parah, badan merasa tidak enak, mual, muntah-muntah.
Demam berarti suhu tubuh mencapai 38 Celcius atau lebih, hal ini bisa terjadi pada orang
dewasa dan anak-anak. Tanda demam lainnya adalah wajah akan terasa panas saat disentuh dan
kulit akan terlihat memerah.
PEMERIKSAAN FISIK
Setelah melakukan anamneesis yang mengarah pada keluhan-keluhan klien, pemeriksaan
fisik sangat berguna untuk mendukung data dari pengkajian anamnesis. Pemeriksaan fisik
sebaiknya dilakukan secara per system B3 (brain) yang terarah dan dihubungkan dengan
keluhan-keluhan dari klien.
Pemeriksaan fisik dimulai dengan memeriksa TTV. Pada klien meningitis biasanya
didapatkan peningkatan suhu tubuh lebih daru normal, yaitu 38-410 C, dimulai dari fase sistemik.
Kemerahan, panas, kulit kering, berkeringat. Keadaan ini biasanya dihubungkan dengan proses
inflamasi dan iritasi meningen yang sudah mengganggu pusat pengatur suhu tubuh. Penurunan
denyut nadi terjadi berhubungan dengan tanda-tanda peningkatan TIK. Apabila disertai
peningkatan frekuensi pernafasan sering berrhubungan dengan peningkatan laju metabolism
umum dan adanya infeksi pada system pernafasan sebelum mengalami meningitis. Tekanan
darah biasanya normal atau meningkat karena tanda-tanda peningkatan TIK.

18

B1 (BREATHING)
Inspeksi apakah klien batuk, produksi sputum, sesak nafas, penggunaan otot bantu nafas, dan
peningkatan prekuensi pernapasan yang sering didapatkan pada klien meningitis yang disertai
adanya gangguan pada system pernapasan. Palpasi thoraks hanya dilakukan apabila terdapat
deformitas pada tulang dada pada klien dengan efusi massif (jarang terjadi pada klien dengan
meningitis). Auskultasi bunyi nafas tambahan sepetti ronkhi pada kien dengan meningitis
tuberkulosa dengan penyebaran primer dari paru.
B2 (BLOOD)
Pengkajian pada system kardiovaskuler terutama dilakukan pada klien meningitis pada tahap
lanjut seperti apabila klien sudah mengalami renjatan (syok). Infeksi fulminating terjadi pada
sekitar 10% klien dengan meningitis meningokokus, dengan tanda-tanda septicemia: demam
tinggi yang tiba-tiba muncul, lesi purpura yang menyebar (sekitar wajah dan ekstremitas), syok,
dan tanda-tanda koagulasi intravascular desiminata (disseminated intravascular coagulationDIC). Kematian mungkin terjadi dalam beberapa jam setelah serangan infeksi.
B3 (BRAIN)
Pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksaan focus dan lebih lengkap dibandingkan
pengkajian pada system lainnya.
a. Tingkat kesadaran
Kualitas kesadaran kliien merupakan parameter yang paling mendasar dan parameter yang
paling penting yang membutuhkan pengkajian. Tingkat kesadaran klien dan respons terhadap
lingkungan adalah indicator paling sensitive untuk disfungsi system persarafan. Beberapa system
digunakan untuk membuat peringkat perubahan dalam kewasspadaan dan kesadaran.
Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien meningitis biasanya berkisar pada tingkat
latergi, stupor, dan semikomatosa. Apabila klien sudah mengalimi koma maka penilaian GCS
sangat penting untuk menilai tingkat kasadaran klien dan bahan evaluasi untuk memantau
pembarian asuhan keparawatan.
b. Fungsi serebri
Status mental: observasi penampilan klien dan tingkah lakunya, nilai gaya bicara klien dan
observasi ekspesi wajah dan aktifitas motorik yang pada klien meningitis tahap lanjut biasanya
status mental klien mengalami perubahan.
c. Pemeriksaan saraf cranial
Saraf I. Biasanya pada klien meningitis tiidak ada kelainan dan fungsi penciuman tidak ada
kelainan.
Saraf II. Tes ketajaman penglihatan pada kondisi normal. Pemeriksaan papiledema
mungkin didapatkan terutama pada meningitis supuratif disertai abses serebri dan efusi ssubdural
yang menyebabkan terjadinya peningkatan TIK berlangsung lama.

19

Saraf III,IV, dan VI. Pemeriksaan fungsi dan reaksi pupil pada klien meningitis yang tidak
disertai penurunan kesadaran biasanya yanpa kelainan. Pada tahap lanjut meningitis yang telah
mengganggu kesadaran, tanda-tanda perubahan dari fungsi dan reksi pupil akan didapatkan.
Dengan alas an yang tidak diketahui, klien meningitis mengeluh mengalami fotofobia atau
sensitive yang berlebihan terhadap cahaya.
Saraf V. Pada klien meningitis umumnya tidak didapatkan paralisis pada otot wajah dan
refleks kornea biasanya tidak ada kelainan.
Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah simetris.
Saraf VIII. Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.
Saraf IX dan X. kemampuan menelan baik.
Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius. Adanya usuha dari
klien untuk melakukan fleksi leher dan kaku kuduk (rigiditas nukal).
Saraf XII. Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi. Indra
pengecapan normal.
d. System motorik
Kekuatan otot menurun, control keseimbangan dan koordinasi pada meningitis
tahap lanjut mengalami perubahan.
e. Pemeriksaan refleks
Pemeriksaan refleks dalam, pengetukan pada tendon, lagamentum atau periosteum derajat
refleks pada respons normal. Refleks patologis akan didapatkan pada klien meningitis dengan
tingkat kesadaran koma. Adanya refleks Babinski (+) merupakan tanda adanya lesi UMN.
f. Gerakan involunter
Tidak ditemukan adanya tremor, kedutan saraf, dan distonia. Pada keadaan tertentu klien
biasanya mengalami kejang umum, terutama pada anak dengan meningitis disertai peningkatan
suhu tubuh yang tinggi. Kejang dan peningkatan TIK juga berhubungan dengan meningitis.
Kejang terjadi sekunder akibat area fokal kortikal yang peka.
g. System sensorik
Pemeriksaan sensorik pada meningitis biasanya didapatkan sensasi raba, nyeri, dan suhu
normal, tidak ada perasaan abnormal dipermukaan tubuh. Sensasi proprioseptif dan diskriminatif
normal.
Pemeriksaan fisik lainnya terutama yang berhubungan dengan peningkatan TIK. Tandatanda peningkatan TIK sekunder akibat eksudat purulen dan edema serebri terdiri atas perubahan
karakteristik tanda-tanda vital (melebarnya tekanan pulsa dan bradikardi), pernapasan tidak
teratur, sakit kepala, muntah, dan penurunan tingkat kesadaran

20

Adanya ruang merupakan salah satu cirri yang menyolok pada meningitis meningokokal
(neisseria meningitis). Sekitar setengah dari semua kloien dengan tipe meningitis, mengalami
lesi-lesi pada kulit diantaranya ruam ptekia dengan lesi purpura sampai ekimosis pada daerah
yang luas.
Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda yang mudah dikenali yang umumnya
terlihat pada semua tipe meningitis. Tanda tersebut adalah rigiditas nukal, tanda kering (positif)
dan adanya tanda brudzinski. Kaku kuduk adalah tanda awal adanya upaya untuk fleksi kepala
mengalami kesukaran karena adanya spasme otot leher. Fleksi paksaan menyebabkan nyeri berat.
Tanda pernig (positif) ketika klien dibaringkan dengan paha dalam keadaan fleksi kearah
abdomen, kaki tidak dapat diekstgensikan sempurna.
Tanda brutzinski: tanda ini didapatkan bila leher klien difleksikan, maka dihasilnya fleksi
lutut dan pinggul; bila didapatkan fleksi pasif, maka ekstremitas bawah pada salah satu sisi,
maka gerakan yang sama terlihat pada sisi ekstremitas yang berlawanan.
B4 (BLADDER)
Pemeriksaan pada system perkemihan biasanya didapatkan volume haluaran urine, hal ini
berhubungan dengan penurunan perfusi dan penurunan curah jantung ke ginjal.
B5 (BOWEL)
Mual sampai muntah karena peningkatan produksi asam lambung. Pemenuhan nutrrisi pada klien
meningitis menurun karena anoreksia dan adanya kejang.
B6 (BONE)
Adanya bengkak dan nyeri pada sendi-sendi besar (khususnya lutut dan pergelangan kaki).
Ptekia dan lesi purpura yang didahului oleh ruam. Pada penyakit yang berat dapat ditemukan
ekimosis yang besar pada wajah. Klien sering mengalami penurunan kekuatan otot dan
kelemahan fisik secara umum sehingga mengganggu aktifitas hidup sehari-hari (ADL).
(dwyardyan,2012.)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan fungsi lumbal
Lumbal fungsi biasanya di lakukan untuk menganalisa jumlah sel dan protein cairan
cerebrospinal, dengan syarat tidak di temukan adanya penganingkatan tekanan
intracranial.
a. Pada meningitis serosa terdapat tekanan yang bervariasi, cairan jernih, sel darah putih
meningkat, glukosa dan protein normal, kultur (-).

21

b. Pada meningitis purulenta terdapat tekanan meningkat, cairan keruh, jumlah sel darah
putih protein meningkat, glukosa menurun, kultur (+) beberapa jenis bakteri.
1

Pemeriksaan Darah
Di lakukan pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah leukosit, laju endapan darah (LED),
kadar glukos, kadar ureum, elektrolit dan kultur.
a. Pada meningitis serosa di dapatkan peningkatan leukosit saja. Di samping itu, pada
meningitis tuberkulosa di dapatkan juga peningkatan LED.
b. Pada meningitis perulenta di dapatkan peningkatan leukosit.

22

BAB V
HIPOTESIS AWAL
Berdasarkan gejala klinis pasien didapat hipotesis awal yang terdiri dari 3 kemungkinan
penyakit yaitu :
a. Encephalitis
b. Empyema
c. Meningitis

23

BAB VI
ANALISIS DARI DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
6.1 GEJALA KLINIS
1. Anamnesa
Nama : Pak Anam
Usia

: 50 tahun

Keluhan Utama: nyeri sakit kepala yang hebat


Keluhan Penyerta:
- Tidak ada
Riwayat Penyakit dahulu
- Nyeri sakit kepala yang hebat. Disertai dengan demam dan maual muntah. Kelemahan
nyeri otot dan nyeri punggung. Menurut istrinya keadaan Pak Anam masih dalam
keadaan kesehatan yang baik sampai 2 hari sebelumnya dan sudah 3 bulan terkena flu
tidak sembuh sembuh hanya minum obat yang dibeli diwarung saja.
Riwayat Penyakit Sekarang
-

Keadaan sekarang masih sakit kepala hebat

Penurunan kesadaran

Demam dan mual muntah. Kelemahan nyeri otot dan nyeri punggung.

Riwayat Pengobatan
- Minum obat flu dan sakit kepala tapi tidak rutin
Riwayat Keluarga
- Tidak ada
Riwayat Sosial
- Pola makan biasa saja
- Bekerja di pabrik es batu

24

6.2 Pemeriksaan Fisik


Vital Sign :
-

Kesadaran : samnolen

Tensi

RR : 18x/menit

Denyut nadi

Suhu

: 70x/menit
: 70x/menit

: 39 C

GCS (Glascow Comma Scale)


-

Gerak bola mata

:3

Verbal

:3

Movement : 3

Inspeksi :
Kepala leher :

Pasien tampak letargi

Kaku kuduk positip : fleksi mendekatkan dagu ke sternum mengalami tahanan karena
nyeri yang timbul.

Hidung : pernapasan normal


Mulut : normal
Dinding thoraks :

Paru : frekuensi pernapasan normal

Jantung : detak jantung normal

Abdomen : normal
Extremitas superior : normal
Extremitas inferior :

Tanda kernig : positip adanya nyeri dan fleksi lutut kontra lateral

Tanda babinski : positip adanya dorsofleksi ibu jari kaki

6.3 Pemeriksaan Penunjang

25

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk membantu mendiagnosa nyeri kepala
seperti:
1. Pemeriksaan laboratorium = dilakukan untuk menyingkirkan kelainan metabolic sebagai
penyebab koma seperti gangguan keseimbangan elektrolit bila sesuai keadaan klinik,
dilakukan pemeriksaan CT- scan.

Pemeriksaan darah lengkap : 60.000/mm

Pemeriksaan protein : 200mg/dl (N:0,2-0,8g/l)

Pemeriksaan glukosa : 40 mg/dl

CT-scan = merupakan indikasi untuk menyingkirkan kemungkinan pendarahan


intracranial (subdural, epidural, atau intraserebral). Kemudian dilakukan pemeriksaan
EEG.

Lumbal pungsi : pada cairan cerebro spinal terdapat lekosit (terutama netrofil) dan
bakteri gram positip (Meningococcus)

EEG= membantu bila di curigai adanya epilepsy, juga berguna pada ensefalopati
metabolic (perlambatan) atau pada koma psikogenik (EEG normal).

26

BAB VII
HIPOTESIS AKHIR
Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan kepada Pak Anam, kelompok kami
menyimpulkan bahwa pasien di diagnosa mengidap penyakit meningitis.

27

BAB VIII
MEKANISME DIAGNOSIS
Adapun mekanisme diagnosis hingga Pak Anam didiagnosa terkena Meninges ialah :

ENCEPHALITIS

MENINGITIS

EMPYEMA

SAKIT KEPALA

PANAS

MUNTAH

PEMERIKSAAN PENUNJANG :
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
CT SCAN
EEG
28

BAB IX
STRATEGI MENYELESAIKAN MASALAH
9.1

PENATALAKSANAAN
Meningitis, Ensefalitis, Otak Abses, dan Empiema:
Infeksi akut pada susunan saraf adalah salah satu masalah yang paling penting dalam

pengobatan karena pengakuan awal, efisien pengambilan keputusan, dan institusi yang cepat
terapi dapat menyelamatkan nyawa. Ini sindrom klinis yang berbeda termasuk meningitis bakteri
akut, meningitis viral, ensefalitis, infeksi fokal seperti abses otak dan empiema subdural, dan
tromboflebitis menular. Setiap dapat hadir dengan prodrome spesifik demam dan sakit kepala,
yang pada individu yang sebelumnya sehat awalnya mungkin dianggap jinak, sampai (dengan
pengecualian dari virus meningitis) perubahan kesadaran, tanda-tanda neurologis fokal, atau
kejang muncul. tujuan utama dari manajemen dini untuk emergently membedakan antara kondisi
ini, mengidentifikasi patogen yang bertanggung jawab, dan memulai terapi antimikroba yang
tepat.
Tugas pertama adalah untuk mengidentifikasi apakah suatu infeksi terutama melibatkan ruang
subarachnoid (meningitis) atau apakah ada bukti baik keterlibatan umum atau fokal dari jaringan
otak di belahan otak, otak kecil, atau batang otak. Ketika jaringan otak terluka langsung oleh
infeksi virus penyakit ini disebut sebagai ensefalitis, sedangkan bakteri fokus, jamur, atau infeksi
parasit yang melibatkan jaringan otak diklasifikasikan sebagai cerebritis atau abses, tergantung
pada ada atau tidak adanya kapsul.

29

Nuchal kekakuan ( "kaku leher") adalah tanda patognomonik iritasi meningeal dan hadir ketika
leher menolak fleksi pasif. Kernig dan tanda-tanda Brudzinski juga tanda-tanda klasik dari iritasi
meningeal. Tanda Kernig ini ditimbulkan dengan pasien dalam posisi terlentang. paha yang
tertekuk di perut, dengan lutut tertekuk; mencoba untuk pasif memperpanjang lutut nyeri
Menimbulkan ketika iritasi meningeal hadir. tanda Brudzinski ini ditimbulkan dengan pasien
dalam posisi terlentang dan positif ketika fleksi pasif leher menyebabkan fleksi spontan pinggul
dan lutut. Meskipun umumnya diuji pada pemeriksaan fisik, sensitivitas dan spesifisitas Kernig
dan tanda-tanda Brudzinski tidak pasti. Keduanya mungkin tidak ada atau berkurang pada pasien
yang sangat muda atau tua, individu immunocompromised, atau pasien dengan status mental
mengalami depresi berat. Prevalensi tinggi penyakit tulang belakang leher pada orang tua dapat
mengakibatkan tes positif palsu untuk kaku kuduk.
manajemen awal dapat dipandu oleh beberapa pertimbangan: (1) terapi empiris harus dimulai
segera setiap kali meningitis bakteri adalah pertimbangan diagnostik yang signifikan. (2) Semua
pasien yang memiliki trauma kepala baru-baru ini, immunocompromised, telah dikenal lesi
ganas atau sistem saraf (CNS) neoplasma pusat, atau memiliki temuan neurologis fokal yang
mencakup papilledema atau tingkat depresi kesadaran harus menjalani CT atau MRI otak
sebelum pungsi lumbal (LP). Dalam kasus ini terapi antibiotik empiris tidak harus ditunda hasil
tes tertunda tetapi harus diberikan sebelum neuroimaging dan LP. (3) Tingkat depresi secara
signifikan kesadaran (misalnya, mengantuk, koma), kejang, atau defisit neurologis fokal tidak
terjadi pada viral (aseptik) meningitis; pasien dengan gejala-gejala ini harus dirawat di rumah
sakit untuk evaluasi lebih lanjut dan diperlakukan secara empiris untuk meningoencephalitis
bakteri dan virus. (4) pasien imunokompeten dengan tingkat kesadaran yang normal, tidak ada
pengobatan antimikroba sebelumnya, dan cairan serebrospinal (CSF) profile konsisten dengan
meningitis viral (pleositosis limfositik dan konsentrasi glukosa normal) sering dapat
diperlakukan sebagai pasien rawat jalan jika kontak dan monitoring yang tepat dapat dipastikan.
Kegagalan seorang pasien yang dicurigai meningitis viral untuk meningkatkan dalam waktu 48
jam harus segera reevaluasi termasuk tindak lanjut neurologis dan pemeriksaan kesehatan umum
dan ulangi pencitraan dan laboratorium penelitian, sering termasuk LP kedua. Meningitis bakteri
adalah keadaan darurat medis. Tujuannya adalah untuk memulai terapi antibiotik dalam waktu 60
menit dari kedatangan pasien di ruang gawat darurat. terapi antimikroba empiris dimulai pada
pasien dengan dugaan meningitis bakteri sebelum hasil noda dan budaya CSF Gram dikenal. S.
30

pneumoniae (Chap. 128) dan N. meningitidis (Chap. 136) adalah organisme etiologi yang paling
umum dari meningitis bakteri diperoleh masyarakat. Karena munculnya penisilin dan
sefalosporin tahan S. pneumoniae, terapi empiris meningitis bakteri diperoleh masyarakat yang
dicurigai pada anak-anak dan orang dewasa harus mencakup kombinasi deksametason,
sefalosporin generasi ketiga (misalnya, ceftriaxone atau cefotaxime) dan vankomisin, ditambah
asiklovir, seperti HSV ensefalitis adalah penyakit terkemuka di diagnosis diferensial, dan
doxycycline selama musim centang untuk mengobati infeksi bakteri tick-borne. Ceftriaxone atau
cefotaxime menyediakan cakupan yang baik untuk rentan S. pneumoniae, Streptococcus grup B,
dan H. influenzae dan cakupan yang memadai untuk N. meningitidis. Cefepime adalah spektrum
luas generasi keempat cephalosporin dengan aktivitas in vitro mirip dengan sefotaksim atau
ceftriaxone terhadap S. pneumoniae dan N. meningitidis dan aktivitas yang lebih besar terhadap
spesies Enterobacter dan Pseudomonas aeruginosa. Dalam uji klinis, cefepime telah ditunjukkan
untuk menjadi setara dengan sefotaksim dalam pengobatan radang paru sensitif terhadap
penisilin dan meningitis meningokokus, dan telah digunakan dengan sukses pada beberapa
pasien dengan meningitis karena spesies Enterobacter dan P. aeruginosa. Ampisilin harus
ditambahkan ke rejimen empiris untuk cakupan L.

31

Antibiotik Digunakan empiris Terapi Bakteri Meningitis dan Infeksi CNS Focal
Indication

Antibiotic

Prematur bayi untuk bayi <1 bulan Ampisilin + cefotaxime

Ampicillin +

cefotaxime
Bayi 1-3 mos Ampisilin + cefotaxime atau ceftriaxone

Ampicillin + cefotaxime or

ceftriaxone
anak imunokompeten> 3 mos dan orang dewasa <55 Cefotaxime atau ceftriaxone
+ vankomisin
Cefotaxime or ceftriaxone + vancomycin
Dewasa> 55 dan orang dewasa dari segala usia dengan alkoholisme atau penyakit
yang melemahkan lainnya Ampisilin + cefotaxime atau ceftriaxone + vankomisin

Ampicillin + cefotaxime or ceftriaxone + vancomycin


meningitis didapat di rumah sakit, pasca trauma atau postneurosurgery
meningitis, pasien neutropenia, atau pasien dengan gangguan sel-dimediasi
kekebalan Ampisilin + ceftazidime + vankomisin
Ampicillin + ceftazidime +

vancomycin

32

Total Daily Dose and Dosing Interval


Antimicrobial Agent Anak (>1 month)
Dewasa
Ampicillin
200 (mg/kg)/d, q4h 12 g/d, q4h
Cefepime
150 (mg/kg)/d, q8h 6 g/d, q8h
Cefotaxime 200 (mg/kg)/d, q6h 12 g/d, q4h
Ceftriaxone 100 (mg/kg)/d, q12h 4 g/d, q12h
Ceftazidime 150 (mg/kg)/d, q8h 6 g/d, q8h
Gentamicin 7.5 (mg/kg)/d, q8hb
7.5 (mg/kg)/d, q8h
Meropenem 120 (mg/kg)/d, q8h 3 g/d, q8h
Metronidazole
30 (mg/kg)/d, q6h
15002000 mg/d, q6h
Nafcillin
100200 (mg/kg)/d, q6h
912 g/d, q4h
Penicillin G 400,000 (U/kg)/d, q4h2024 million U/d, q4h
Vancomycin 60 (mg/kg)/d, q6h
2 g/d, q12hb

Semua antibiotik diberikan secara intravena; dosis ditunjukkan menganggap fungsi ginjal dan
hati yang normal.
Dosis harus disesuaikan berdasarkan puncak serum dan tingkat palung: tingkat terapi gentamisin:
puncak: 5-8 g / mL; melalui: <2 g / mL; vankomisin tingkat terapeutik: puncak: 25-40 g / mL;
melalui: 5-15 g / mL.
PRINSIP TINDAKAN MEDIS
Terapi antimikroba spesifik
Meningokokus Meningitis

Meskipun ceftriaxone dan cefotaxime menyediakan cakupan empiris yang memadai untuk N.
meningitidis, penisilin G tetap antibiotik pilihan untuk meningitis meningokokus disebabkan
oleh strain rentan. Isolat N. meningitidis dengan resistensi moderat terhadap penisilin telah
diidentifikasi, tetapi pasien yang terinfeksi dengan strain tersebut masih telah berhasil diobati
dengan penisilin. CSF isolat N. meningitidis harus diuji untuk penisilin dan ampisilin
kerentanan, dan jika resistance ditemukan, sefotaksim atau seftriakson harus diganti untuk
penisilin. Sebuah kursus 7 hari terapi antibiotik intravena memadai untuk meningitis
meningokokus tidak rumit. Kasus indeks dan semua kontak dekat harus menerima

33

kemoprofilaksis dengan 2-hari rejimen rifampisin (600 mg setiap 12 jam selama 2 hari pada
orang dewasa dan 10 mg / kg setiap 12 jam selama 2 hari pada anak-anak> 1 tahun). Rifampisin
tidak dianjurkan pada wanita hamil. Atau, orang dewasa dapat diobati dengan satu dosis
siprofloksasin (750 mg), satu dosis azitromisin (500 mg), atau satu dosis intramuskular
ceftriaxone (250 mg). Tutup kontak didefinisikan sebagai orang-orang yang memiliki kontak
dengan sekresi orofaringeal, baik melalui ciuman atau dengan berbagi mainan, minuman, atau
rokok.

Antimikroba Terapi CNS Infeksi Bakteri Berdasarkan Patogen

34

Organisme Antibiotik
Neisseria meningitides
Penicillin-sensitive Penicillin G or ampicillin
Penicillin-resistant Ceftriaxone or cefotaxime
Streptococcus pneumoniae
Penicillin-sensitive Penicillin G
Penicillin-intermediate
Ceftriaxone or cefotaxime
Penicillin-resistant (Ceftriaxone or cefotaxime) + vancomycin
Gram-negative bacilli (except Pseudomonas spp.) Ceftriaxone or cefotaxime
Pseudomonas aeruginosa
Ceftazidime or cefepime or meropenem
Staphylococci spp.
Methicillin-sensitive Nafcillin
Methicillin-resistant Vancomycin
Listeria monocytogenes
Ampicillin + gentamicin
Haemophilus influenzae
Ceftriaxone or cefotaxime
Streptococcus agalactiae
Penicillin G or ampicillin
Bacteroides fragilis Metronidazole
Fusobacterium spp. Metronidazole

Terapi ajuvan
Pelepasan bakteri komponen dinding sel oleh antibiotik bakterisida mengarah ke produksi
sitokin inflamasi IL-1 dan TNF dalam ruang subarachnoid. Deksametason diberikannya efek
menguntungkan dengan menghambat sintesis IL-1 dan TNF pada tingkat mRNA, penurunan
35

resistensi aliran CSF, dan menstabilkan penghalang darah-otak. Dasar pemikiran untuk
memberikan deksametason 20 menit sebelum terapi antibiotik adalah bahwa deksametason
menghambat produksi TNF oleh makrofag dan mikroglia hanya jika diberikan sebelum sel-sel
ini diaktifkan oleh endotoksin. Deksametason tidak mengubah produksi TNF setelah telah
diinduksi. Hasil uji klinis terapi deksametason pada anak-anak, terutama dengan meningitis
karena H. influenzae dan S. pneumoniae, telah menunjukkan kemanjurannya dalam mengurangi
peradangan meningeal dan gejala sisa neurologis seperti kejadian kehilangan pendengaran
sensorineural.
Sebuah percobaan Eropa calon dari terapi tambahan untuk meningitis bakteri akut pada
301 orang dewasa menemukan bahwa deksametason mengurangi jumlah hasil yang tidak
menguntungkan (15% vs 25%, p = 0,03) termasuk kematian (7% vs 15%, p = 0,04 ). Manfaat
yang paling mencolok pada pasien dengan meningitis pneumokokus. Deksametason (10 mg
intravena) diberikan 15-20 menit sebelum dosis pertama agen antimikroba, dan dosis yang sama
diulang setiap 6 jam selama 4 hari. Hasil ini dikonfirmasi dalam sidang kedua dari deksametason
pada orang dewasa dengan meningitis pneumokokus. Terapi dengan deksametason idealnya
harus dimulai 20 menit sebelum, atau selambat-lambatnya bersamaan dengan, dosis pertama
antibiotik. Hal ini tidak mungkin untuk menjadi manfaat yang signifikan jika mulai> 6 jam
setelah terapi antimikroba telah dimulai. Deksametason dapat menurunkan penetrasi vankomisin
dalam CSF, dan penundaan sterilisasi CSF dalam model eksperimental S. pneumoniae
meningitis. Akibatnya, potensi manfaat yang harus hati-hati ditimbang saat vankomisin adalah
antibiotik pilihan. Atau, vankomisin dapat diberikan melalui rute intraventrikular.

BAB X
PROGNOSIS DAN KOMPLIKASI

36

10.1 CARA PENYAMPAIAN PROGNOSIS KEPADA PASIEN/KELUARGA PASIEN

Mengatakan kepada keluarga bahwa Pak Ahmad menderita Meningitis yaitu infeksi
pada meninges (selaput pelindung).

Mengatakan kepada keluarga Pak Ahmad bahwa orang dewasa yang terkena
Meningitis resiko terberatnya ialah kematian, jikapun sembuh mungkin akan menjadi
cacat seperti tuli dan kehilangan memori akibat kerusakan dari sistem saraf.
Meningitis dapat sembuh total jika dapat perawatan dengan cepat.

10.2 TANDA UNTUK MERUJUK PASIEN

Muntah-muntah

Sakit kepala parah

Leher kaku

Demam dengan tinggi suhu 38C atau lebih dengan kaki dan tangan terasa dingin

Napas cepat

Sensitif terhadap cahaya atau fotofobia

Ruam kulit berupa bintik-bintik merah yang tersebar (tidak terjadi pada semua orang)

Kejang-kejang

10.3 PERAN PASIEN /KELUARGA UNTUK PENYEMBUHAN


1. Peran Keluarga

Keluarga pasien dapat berperan penting dalam mendukung jalannya pengobatan dengan
cara ikut melakukan pengawasan terhadap pasien, memberikan semangat pada pasien,
memberikan dan mengawasi mengenai aktivitas yang untuk sementara waktu tidak boleh
dilakukan selama masa penyembuhan.

2.

Peran Pasien
Pasien harus mampu untuk mengistirahatkan seluruh tubuh selama proses penyembuhan
dan banyak-banyak berdoa

10.4 PENCEGAHAN PENYAKIT


Langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadi Meningitis ialah :
1. Vaksin
2. Mencuci tangan dengan bersih
37

3. Berlatih hidup higienis


4. Melakukan Pola hidup sehat
5. Menutup mulut ketika bersin atau batuk
6. Jaga kekebalan tubuh

DAFTAR PUSTAKA
1. (romasoneseomate,2013).
38

2. (dwyardyan,2012.)
3. (Majalah kedokteran nusantara, 2009).
4.

https://books.google.co.id/books?id

5. (nerdyna,2011)
6.

http://lifestyle.sindonews.com/read/985826/155/5-cara-mencegah-meningitis1428317072

7. van de Beek D, de Gans J, Tunkel AR, Wijdicks EF (January 2006). "Communityacquired bacterial meningitis in adults". The New England Journal of Medicine 354 (1):
4453. doi:10.1056/NEJMra052116. PMID 16394301.

39

Anda mungkin juga menyukai