DASAR TEORI
3.1
Untuk memodelkan suatu struktur anjungan lepas pantai, diperlukan survei dan
pengamatan terhadap kondisi lingkungan untuk mendapatkan kondisi sesungguhnya
beban-beban yang mempengaruhi struktur. Beban-beban yang diterima oleh struktur
bangunan lepas pantai adalah sebagai berikut:
a. Beban Mati
Beban mati struktur adalah berat struktur itu sendiri, termasuk semua
perlengkapan yang permanen dan perlengkapan struktur yang tidak berubah
selama beroperasinya struktur. Beban mati terdiri dari:
-
b. Beban Hidup
Beban hidup adalah beban yang mengenai struktur dan berubah selama operasi
platform berlangsung. Beban hidup terdiri dari:
-
c. Beban Lingkungan
Beban lingkungan adalah beban yang mengenai struktur akibat fenomena alam
seperti angin, arus, gelombang, gempa bumi, salju, es, dan pergerakan kerak
bumi. Selai hal-hal diatas yang termasuk didalamnya adalah:
Gaya apung pada tiap elemen karena perubahan tinggi air yang
disebabkan oleh perubahan gelombang dan pasang surut.
d. Beban Konstruksi
Beban konstruksi adalah beban yang dihasilkan dari beban-beban pada saat
fabrikasi, load-out, transportasi, dan instalasi.
e. Beban Dinamik
Beban dinamik adalah beban yang disebakan adanya gaya yang berulangulang seperti gelombang, angin, gempa bumi, getaran mesin, dan benturan
kapal pada struktur.
Dari gambar dibawah ini dapat dilihat bahwa terdapat beberapa beban lingkungan
selain beban struktur dan peralatan - yang yang dapat mempengaruhi kestabilan
struktur ajungan lepas pantai. Perhitungan beban-beban lingkungan yang bekerja pada
struktur mengacu pada rekomendasi yang diberikan API RP2A dan dilakukan
berdasarkan data oseanografi dan meteorologi seperti tinggi gelombang, perioda
gelombang, kecepatan angin, arus, pasang surut, gempa bumi dan kondisi tanah.
3.2
Gelombang
Gelombang pada dasarnya adalah manifestasi dari gaya-gaya yang bekerja pada
fluida, antara lain hembusan angin, benda-benda yang jatuh ke permukaan air, dan
bisa juga berupa gaya-gaya yang terjadi di dasar laut seperti gempa bumi.
Parameter-parameter terpenting dalam menggambarkan gelombang adalah :
1. Panjang gelombang L, yaitu jarak horizontal antara dua puncak gelombang atau
dua lembah gelombang yang saling berurutan.
2. Tinggi gelombang H, yaitu jarak vertikal antara puncak gelombang dan lembah
gelombang.
3. Perioda gelombang T, yaitu waktu yang ditempuh untuk mencapai satu lintasan
gelombang.
4. Kedalaman perairan h dimana gelombang tersebut dirambatkan.
Adapun parameter lain, seperti kecepatan serta percepatan partikel air, kecepatan dan
panjang gelombang dapat diturunkan dari teori gelombang.
Bentuk ideal gelombang beramplitudo kecil di perairan dalam adalah sinusoidal.
Karakteristik gelombang dua dimensi yang merambat dalam arah x dapat dilihat pada
gambar dibawah ini.
L
y
SW
L
(t)
d
Mud line
Gambar 3.2 Parameter-parameter gelombang
Dimana:
a
= amplitudo gelombang
= kecepatan gelombang
= panjang gelombang
(t)
Dalam suatu teori gelombang diperlukan suatu persamaan pengatur yang dapat
mewakili kondisi fisik gelombang yang sebenarnya. Persamaan pengatur dalam teori
gelombang adalah persamaan Laplace. Persamaan pengatur bersifat umum, untuk
mendapatkan solusi yang bersifat khusus diperlukan syarat-syarat batas, yaitu syarat
batas kinematis, dinamis dan syarat batas periodik. Perbedaan cara dan pengambilan
asumsi yang berbeda dalam penyelesaian persamaan gelombang akan menghasilkan
teori gelombang yang bebeda pula. Namun tiap teori gelombang memiliki keunggulan
dan keterbatasan sendiri-sendiri.
Teori gelombang dibangun dari asumsi bahwa fluida mempunyai sifat incompressible
dan irrotational. Maka dapat didapatkan potensial kecepatan () yang memenuhi
persamaan kontinuitas :
2
2 2 2
0 ..
x 2 y 2 z 2
(3.1)
3.3
Gaya gelombang di alam bersifat dinamik. Untuk sebagian besar struktur lepas pantai,
terutama di perairan dangkal, dapat dimodelkan dengan analisis gelombang statik.
Akan tetapi untuk perairan dalam, analisis statik tidak dapat menggambarkan kondisi
sebenarnya dari gaya dinamik yang dialami oleh struktur.
3.3.1 Analisis Gelombang Statik
Langkah-langkah untuk analisis gelombang statik dapat dilihat pada gambar di bawah
ini.
V I ......................................................
T
Tapp
2
Tapp
2
...........................................
g tanh(2d / )
(3.2)
(3.3)
(4 / )
4 ( z d )
U c ( z ) cosh
dz ......
sinh( 4d / ) d
VI
(3.4)
Dimana:
= panjang gelombang
= periode gelombang
Tapp
VI
= kecepatan arus
Heading
all
end-on
diagonal
broadside
end-on
diagonal
broadside
end-on
diagonal
broadside
Factor
0.90
0.80
0.85
0.80
0.75
0.85
0.80
0.70
0.85
0.80
4. Marine Growth
Struktur yang terbenam di dalam air akan mengalami pertambahan luas area
melintang akibat adanya marine growth. Marine growth ditimbulkan oleh organisme
laut yang menempel pada struktur seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini :
(3.5)
Pertambahan luas melintang ini mengakibatkan gaya gelombang yang diterima oleh
struktur menjadi lebih besar
5. Koefisien Drag dan Inersia
Nilai koefisien drag (Cd) dan koefisien inersia (Cm) bergantung pada permukaannya.
Pada permukaan silinder halus nilai Cd = 0.65 dan nilai Cm = 1.6. Sementara itu
untuk permukaan silinder kasar nilai Cd = 1.05 dan nilai Cm = 1.2.
Koefisien Cd dan Cm ditentukan berdasarkan hasil percobaan dan nilainya tergantung
pada bilangan Reynold dan bilangan Keulegan-Carpenter. Bilangan-bilangan tersebut
tergantung pada harga parameter kecepatan partikel maksimum dan diameter tiang
seperti bentuk berikut :
U max D
U T
K max
D
Re
......................................................
Keterangan :
Re
= bilangan Reynold.
= bilangan Keulegan-Carpenter.
Umax
= kecepatan maksimum.
= diameter.
(3.6)
= periode
Pada Gambar dan Gambar dapat dilihat besaran C d dan Cm untuk berbagai macam
nilai bilangan Reynolds dan Keulegan-Carpenter.
Gambar 3.6 Diagram hubungan koefisien drag (Cd) dengan bilangan Reynolds.
U
AU U C m V
.
2g
g
t
Dimana:
F
FD
= Gaya seret
FI
= Gaya inersia
(3.7)
= percepatan gravitasi
= Luas permukaan
= Volume silinder
= Kecepatan arus
3.4
Gaya Angin
Gaya angin yang mengenai struktur adalah fungsi dari kecepatan angin, orientasi
struktur, dan karakteristik aerodinamik dari struktur dan setiap elemennya adalah
sebagai berikut :
F
1
vw 2Cs A
2
........................................
(3.8)
dengan :
F
= gaya angin.
Cs
= koefisien bentuk.
vw
Menurut API RP2A, koefisien bentuk adalah seperti pada Tabel di bawah ini :
Tabel 3.2 Koefisien bentuk.
Bentuk
Beams
Sides of building
Cylindrical section
Overall platform projected area
Cs
1.5
1.5
0.5
1
Koreksi kecepatan angin apabila tidak sama dengan ketinggian referensi adalah
sebagai berikut :
vwZ vwZ R
z
z R
......................................
(3.9)
dengan :
Vz R
zR
3.5
Gaya Arus
Arus di laut biasanya terjadi akibat adanya pasang surut dan gesekan angin pada
permukaan air (wind-drift current). Kecepatan arus dianggap pada arah horizontal dan
bervariasi menurut kedalaman.
Gambar 3.9 Distribusi vertikal tidal current dan wind drift current
3.6
Gaya Apung
Tekanan air pada struktur yang terendam terjadi akibat berat air di atasstruktur
tersebut, dan akibat gerakan air karena gelombang di sekitar struktur, tekanan air pada
bagian struktur yang terendam dapat menimbulkan tambahan tegangan pada bagian
tersebut. Gaya yang timbul akibat gerakan air karena gelombang sudah
diperhitungkan dalam persamaan Morison.
Tekanan hidrostatik yang terjadi akibat berat air di atas struktur adalah sebagai berikut
:
p f ( h z ) .................................................
(3.10)
dengan :
= kedalaman perairan.
Tekanan tersebut menimbulkan gaya apung yang akan tetap ada meskipun kondisi
tidak ada gelombang di permukaan. Besar gaya apung yang bekerja pada struktur
terendam dalam fluida, baik itu sebagian atau seluruhnya adalah :
Fh f V
................................................
(3.11)
dengan :
V
Perhitungan gaya apung pada struktur lepas pantai, biasanya dikombinasikan dengan
berat struktur tersebut, sehingga didapat berat efektif dari struktur adalah :
W = W f V
.......................................
(3.12)
dengan :
W
3.7
Analisis In-Place
Analisis in-place dapat dilakukan dengan dua jenis analisis gelombang, yaitu static
wave analysis dan dynamic wave analysis. Dynamic wave analysis dilakukan bila
frekuensi alamiah struktur mendekati frekuensi gelombang yang bekeja di sekitarnya.
Bila frekuensi alamiah struktur tidak mendekati frekuensi gelombang maka analisis
inplace dilakukan dengan menggunakan static wave analysis. Biasanya frekuensi
alamiah struktur dibuat lebih kecil daripada periode gelombang yang bekerja pada
struktur tersebut.
Analisis inplace dilakukan dalam dua kondisi, yaitu:
1. Kondisi operating
Pada kondisi ini, anjungan beroperasi secara normal sehingga struktur menerima
seluruh beban kerja yang ada. beban lingkungan yang terjadi pada struktur seperti
beban gelombang, angin dan arus diambil harga ekstrim untuk periode ulang 1 tahun.
Pada kondisi ini live load yang bekerja pada struktur diperhitungkan 100%.
2. Kondisi badai (storm)
Kondisi ini merupakan kondisi terjadinya badai pada lokasi struktur. Pada kondisi ini
tidak akan ada beban work over rig live, sedangkan beban hidup pada tiap level deck
dianggap tereduksi sebesar 25%. Selain itu dianggap crane tidak bekerja, akibatnya
hanya ada nilai beban crane vertikal saja. Allowable stress dari tiap batang dinaikkan
harganya sebesar 133% menurut peraturan dari AISC.
Dalam prakteknya, analisa inplace dilakukan dengan bantuan software seperti SACS
dan GT STRUDL. Analisa dilakukan dengan anggapan bahwa struktur dan pile
mempunyai kekakuan linier, dan tanah mempunyai kekakuan non linier. Kekakuan
model ditentukan oleh batangbatang struktur utama dari dek, caisson, brace, dan
pile. Konduktor dan boatlanding dianggap bukan merupakan bagian dari struktur,
sehingga tidak memberikan konstribusi terhadap kekakuan struktur, tetapi hanya
menyalurkan gaya lingkungan yang diterima kepada struktur utama. Beban
lingkungan yang bekerja seperti beban gelombang, angin dan arus dianggap sebagai
beban statik dan dikombinasikan dari 8 arah penjuru mata angin.
Syarat bahwa suatu struktur memenuhi syarat analisis inplace adalah bila:
a. Unity Check pada member pada struktur besarnya kurang dari 1.00
b. Unity Check pada pile 1.00
c. Safety Factor pada pile untuk maximum axial load 2.00 untuk kondisi
operating dan 1.50 untuk kondisi storm.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis in-place adalah:
-