Anda di halaman 1dari 7

DINA AL MUTHIAH

03071181419036
TEKNIK GEOLOGI
PEKERJAAN DAN PENYELESAIAN
1.

Braided river merupakan sungai dengan proporsi yang tinggi dari sedimen
yang dibawa seara saltation disepanjang lantai channel. Transport dan pengendapan
sedimen dari daerrah sumber ke daerah pengendapannya tidaklah dikuasai oleh
jenis-jenis mekanisme transport tertentu misalnya hanya arus traksi saja. Umunya
tipe sungai braided didominasi oleh pulau-pulau kecil yang berada diatasnya
dengan berbagai ukuran dengan ukuran butir pasir hingga kerikil. Pola aliran dari
sungai braided terkonsentrasi pada zona aliran utama. Biasanya jika sedang hujan
dan terjadi banjir, sungai ini banyak membawa material dan menghambat pada
tengah sungai baik berupa batang pepohonan ataupun ranting-ranting pepohonan.
Struktur sedimen yang umum terbentuk pada braided river adalah cross
bedding, ripplers dan ripple cross-lamination. Pada struktur skala besar
perkembangan awal dari bar memperlihatkan rendahnya pola pembentukan. Pada
saat air surut pada sungai braided terjadi cross bedding dengan perkembangan pada
ripples dan laminasi hal ini terjadi pula pada permukaan bar.
Sungai braided memperlihatkan perkembangan dari Distal bagian dari
Alluvial fans. Pada area ini biasanya banyak diendapkan tumbuh-tumbuhan dari
pegunungan yang terbawa oleh aliran sungai tersebut. Karakteristik istimewa dari
sungi braided ada 3 yaitu Longitudinal Bars, Linguoid, Transverse Bars.
Longitudinal Bars adalah pulau ditengah sungai, berorientasi pada letaknya pulau
pada tengah sungai mengakibatkan banyak partikel-partikel yang terjebak pada
daerah ini selanjutnya terendapkan pada sungai tersebut. Linguoid dan Tranverse
Bars berapaa pada sudut garis potong ke arah alur sungai, Lingouid Bars dengan
penurunan ketinggian paras muka sungai. Untuk Tranvers Bars muncul akibat
adanya riak air sungai yang besar sehingga dapat mengakibatkan banjir.
Pada Longitudinal umumnya endapan batuan sedimen yang terdapat pada
sungai braided adalah batupasir dan batuan krikil. Pada Longitudinal bar cenderung
mengubah besaran krikil menjadi besaran pasir. Lingouid, transverse dan lateral bar
pada umumnya mengandung batuan berpasir. Endapan dari sungai braided

bervariasi atas besarnya beban pengendapan yang terkirim, kedalaman dari air
sungai dan variasi pembelokan aliran sungai. Umumnya proses pengendapan
rangkaian vetical fasies juga tidak menunjukkan perbedaan kondisi pengendapan.

Gambar 1. Endapan batupasir pada channel braided river


2.

Pada sungai yang memiliki morfologi yang tidak straight (sinuous), aliran air
yang memiliki tenaga terbesar akan berada pada bagian thalwegnya. sungai tipe ini
erosi secara umum lemah sehingga pengendapan sedimen kuat. Erosi horisontalnya
lebih besar dibandingkan erosi vertikal, perbedaan ini semakin besar pada waktu
banjir. Hal ini menyebabkan aliran sungai sering berpindah tempat secara mendatar.
Ini terjadi karena adanya pengikisan tepi sungai oleh aliran air utama yang pada
daerah kelokan sungai pinggir luar dan pengendapan pada kelokan tepi dalam.
Akan tetapi ketika thalwegnya mengalami pembelokan dan gerusan yang
disebabkan material sedimen yang terendapkan, aliran air sungai tidak akan
langsung ikut membelok melainkan tetap lurus hingga menabrak bank dari sungai
tersebut. Akibatnya bank bagian luar dari sungai akan tererosi oleh aliran sungai
yang menggerus tersebut dan barulah aliran sungai membelok kearah thalwegnya.
Kemudian pada kelokan thalweg bagian dalam dari sungai tersebut akan
terendapkan material sedimen yang berasal dari hulu. Proses ini terus berjalan dan
berkembang sehingga membentuk sistem sungai yang berkelok yang dinamakan
meander sungai.

3.

Inner bank merupakan permukaan berlereng (inclined surface) yang


terbentuk diatas tepi bagian dalam sunngai yang diakibatkan oleh migrasi point bar.

Gambar 1. Cross Stratification


Cross stratification adalah semua laoisan yang terdapat pada sedimen dan
batuannya yang berorientasi dengan sudut tertentu terhadap pengendapan
horizontal. Cross stratification juga pada umumnya sering digunakan untuk
klasifikasi berlereng yang dihasilkan oleh proses selain dari migrasi bedform.
Fining-Upward Succession adalah perubahan besar butir ke arah atas
menjadi lebih halus ketop yang erosive atau tajam. Perubahan ini menunjukan
penurunan kekuatan arus transportasi pada saat pengendapan. Geometri dan
penyebaran batuan ditentukan oleh fasies atau lingkungan pengendapan. Bentuk,
ukuran dan orientasi reservoir tergantung mekanise pengendapannya. Mempelajari
lingkungan pengendapan purba umumnya dimulai dengan penampang stratigrafi
dan korelasinya untuk menandai tipe batua,geometri tiga dimensinya serta struktur
sedimen internalnya (Walker dan James,1992). Geometri umumnya geometri
tergantung dari proses pengendapan yang berlangsung pada lingkungan
sedimentasinya. Seluruh bentuk dari fasies sedimen adalah fungsi dari topografi

sebelum pengendapan, geomorfologi lingkungan pengendapan, dan sejarah setelah


pengendapan. Jika dilihat dari litologinya

pada fasies sedimen merupakan salah

satu parameter yang penting untuk mengobservasi dan interpretasi lingkungan


pengendapan. Jika dilihat dari struktur sedimennya dalam lingkungan pengendapan
dapat memberikan indikasi dan kedalaman, level energi, kecepatan hidrolik dan
arah arus.
4.

Endapan kipas aluvial terbentuk karena adanya perubahan slope yang


signifikan (dari terjal menjadi landai) pada jalur pengaliran sungai. Perubahan slope
ini menyebabkan terjadinya penurun kuat arus yang signifikan pula. Sehingga
material yang tadinya masih sanggup diangkut oleh arus sungai akan terendapkan
karena arusnya melemah. Proses pengendapannya akan dimulai di bagian paling
atas dengan material yang masih beragam ukuran hingga menyebar kebagian
bawah yang materialnya merupakan sisa dari pengendapan sebelumnya dengan
ukuran butir yang lebih halus. Dengan demikian akan terbentuk endapan yang
bagian atasnya tebal dan bagian ujungnya menipis seperti yang ditunjukkan oleh
gambar 4.1.

Gambar 4.1. Pendistribuasian material pada endapan kipas aluvial


5.

Terdapat delapan perbedaan sea level dimana kejadian tersebut terjadi di


daratan, laut, ataupun pada saat kenaikan permukaan laut dan penurunam
permukaan laut. Berikut ini perbedaan tersebut: pertama, keadaan ini terjadi rising
upward dimana adanya proses transgresi sehingga daratan tempat terjadinya
transgresi terangkat keatas karena adanya dorongan dari air laut dan menyebabkan
timbulnya ketidakselarasan. Namun pada kejadian ini tidak ada proses
pengendapan yang berlangsung. Kedua, adanya thickening upward. Pada keadaan
ini berlangsung proses progradasi namun proses transgresi masih juga berlangsung
akan tetapi tidak terlalu kuat maka dari itu permukaan tanah yang mengalami
transgresi terangkat keatas dan suplay sedimen yang ada tidak lebih besar dari

ruang akomodasi yang ada. Pertemuan antara transgresi dan progradasi


menimbulkan adanya deepening upward. Ketiga, adanya shallowing upward,
dimana pada kejadian ini suplay sedimen yang ada sama besar dengan ruang
akomodasinya. Proses yang terjadi adalah agradasi dan fasies yang terbentuk
konstan. Keempat, adanya proses agradasi yang sudah menunjukkan progradasi.
Kejadian ini terbentuk karena suplay sedimen lebih besar dari ruang akomodasi.
Sehingga terjadi up seaward dan adanya perluasan shallowing up. Kelima, adanya
proses progradasi yang kuat namun pada keadaan ini ruang akomodasi lebih kecil
dari suplay sedimen yang ada. Keenam, adanya proses progradasi ditambah dengan
proses regresi sesuai dengan keadaan sea level. Terdapat juga proses regresi namun
kecil dan ada ketidakselarasan yang terbentuk dari proses progradasi Pada keadaan
ini suplay sedimen lebih banyak dari ruang akomodasi. Ketujuh, tidak ada
pengendapan pada kejadian ini, proses regresi atau penurunan muka air laut sangat
kecil namun membentuk adanya ketidakselarasan. Kedelapan, proses ini terbentuk
ketika permukaan laut turun dan tidak terjadi pengendapan namun menimbulkan
adanya ketidakselarasan. Itulah delapan perbedaan dari sea level yang dimulai dari
kejadian didaratan.
6.

Proses pengendapan pada danau secara garis besar terjadi pada dua lokasi
yang berbeda yaitu di tepian danau dan di bagian dalam danau. Mekanisme
pengendapan di dua daerah ini merupakan dua mekanisme yang berbeda baik dari
segi kemiringan lereng, material yang terendapkan, ataupun jenis arus yang bekerja
pada saat terjadi transportasi dan pengendapan. Dengan demikian, maka jenis fasies
yang dihasilkan pada dua lokasi ini akan memilki beberapa perbedaan juga.
Pada bagian tepi danau akan terbentk endapan yang menyerupai endapan
muara sungai, atau endapan pantai. Hal tersebut terjadi karena pada daerah tepian
sungai merupakan daerah transisi antara arus sungai yang lebih kuat dengan arus
danau yang relatif lebih tenang. Sehingga pada daerah ini akan terendapkan
material dengan ukuran butir yang sedang pada bagian atasnya hinga ukuran butir
halus di bagian bawahnya.
Bagian dalam danau jelas memiliki kondisi yang berbeda dan slope yang
lebih terjal dibandingkan dengan tepiannya. Jika pada tepian danau arusnya masih
cukup kuat untuk mengangkut material dengan ukurang butir yang sedang, namun
pada bagian dalam danau arusnya sudah melemah dan berubah menjadi arus

turbidit, sehingga materialnya lebih halus. Hal ini dikarenakan perbedaan slope
yang menyebabkan tidak berlakunya pengaruh arus sungai terhadap proses
pengendapannya.

Gambar 6.1. Perbedaan kondisi pada tepi dan dalam danau

KOMENTAR DAN CATATAN PENILAI

Daftar Pustaka

Nichols, G. 2009. Sedimentation and stratigraphy (second sdition) page 129-161.


United Kingdom.
Ilmi, M Alfons. LINGKUNGAN PENGENDAPAN ( depositional sedimentary
environment ) , FASIES SEDIMEN ( sedimentary facies ) , BOUMA Sequence
( sikuen stratigrafi ) , REZIM ALIRAN , tenaga pengendapan ( stream power ).
Tersedia

di

PENGENDAPAN

https://www.scribd.com/doc/91977089/LINGKUNGANdepositional-sedimentary-environment-FASIES-SEDIMEN-

sedimentary-facies-BOUMA-Sequence-sikuen-stratigrafi-REZ.
tanggal 25 April 2016.

Diunduhh

pada

Anda mungkin juga menyukai