Disusun Oleh:
Kelompok III
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Alfika Dewi W
Amila Hanifa
Andri Susilowati
Eka Sulistyowati
Eva Fakhrunnisa
Imsakul Fatimah
Nia Handayani
Pitra Danan P
Wanti Nurin Salasa
NIM. P07120213001
NIM. P07120213004
NIM. P07120213005
NIM. P07120213015
NIM. P07120213017
NIM. P07120213021
NIM. P07120213027
NIM. P07120213030
NIM. P07120213037
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah Keperawatan Gawat
Darurat Anestesi yang berjudul Penatalaksanaan Keperawatan Pada Ketoasidosis
Diabetika, HONK Dan Krisis Tiroid ini dapat terselesaikan tanpa halangan yang
berarti.
Makalah Keperawatan Gawat Darurat Anestesi tentang Penatalaksanaan
Keperawatan Pada Ketoasidosis Diabetika, HONK Dan Krisis Tiroid ini disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat Amestesi
semester VII
2016/2017.
Dengan disusunnya makalah Keperawatan Gawat Darurat Anestesi tentang
Penatalaksanaan Keperawatan Pada Ketoasidosis Diabetika, HONK Dan Krisis
Tiroid ini pembaca diharapkan dapat mengetahui tentang penatalaksanaan
keperawatan pada ketoasidosis diabetika, HONK dan krisis tiroid serta dapat
menggunakan makalah ini sebagai salah satu media pembelajaran untuk mata
kuliah Keperawatan Gawat Darurat Anestesi selanjutnya.
Kami sadar, sebagai pelajar yang masih dalam proses pembelajaran, penulisan
makalah tentang Penatalaksanaan Keperawatan Pada Ketoasidosis Diabetika,
HONK Dan Krisis Tiroid ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan
makalah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar ..........................................................................................................
2
Daftar Isi ....................................................................................................................
3
Bab I: Pendahuluan
A. Latar
Belakang
........................................................................................................................
4
B. Rumusan
Masalah
........................................................................................................................
5
C. Tujuan
........................................................................................................................
5
Bab II: Pembahasan
A. Patofisiologi Ketoasidosis Diabetika, HONK dan Krisis Tiroid...................6
B. Penatalaksanaan pada Ketoasidosis Diabetika HONC dan Krisis Tiroid
........................................................................................................................
13
C. Rencana Asuhan Keperawatan pada Ketoasidosis Diabetika HONC dan
Krisis
Tiroid
........................................................................................................................
24
Bab III: Penutup
A. Kesimpulan
........................................................................................................................
30
B. Saran
........................................................................................................................
31
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Diabetes Mellitus adalah keadaan hiperglikemi kronik yang disertai
berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan
berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah, disertai
lesi pada membran basalis dengan mikroskop elektron. Diabetes yang tidak
disadari dan tidak diobati dengan tepat atau diputus akan memicu timbulnya
penyakit berbahaya dan memicu terjadinya komplikasi. Komplikasi yang
diakibatkan kadar gula yang terus menerus tinggi dan merupakan penyulit dalam
perjalanan penyakit diabetes mellitus salah satunya adalah Keto Asidosis Diabetik
dan Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketotik Hiperglikemia.
Ketoasidosis diabetik adalah kondisi medis darurat yang dapat mengancam
jiwa bila tidak ditangani secara tepat. Ketoasidosis diabetik dikarenakan oleh
penurunan kadar insulin efektif di sirkulasi yang terkait dengan peningkatan
sejumlah hormon seperti glukagon, katekolamin, kortisol, dan growth hormone.
Ketoasidosis diabetik (KAD) merupakan penyebab utama morbiditas dan
mortalitas pada anak dengan diabetes mellitus tipe 1 (IDDM). Mortalitas terutama
berhubungan dengan edema serebri yang terjadi sekitar 57% 87% dari seluruh
kematian akibat KAD.
BAB II
ISI
A. Patofisiologi Ketoasidosis Diabetika, HONK dan Krisis Tiroid
1. Ketoasidosis Diabetika
Pathway :
juga
biasanya
sering
terjadi
dan
akan
Produksi hormone
tiroid meningkat
Metabolisme tubuh
meningkat
Produksi kalor
meningkat
Peningkatan suhu
tubuh
Peningkata
n aktv SSP
Kebutuhan cairan
meningkat
Perub
konduksi
listrik
jantung
Peningkatan
rangsangan
SSP
Peningkatan
aktivitas SSP
Proses
glikogenesis
meningkat
Aktifitas GI
meningkat
Proses
pembakaran
lemak meningkat
Nafsu
makan
meningkat
Disfungsi
Beban kerja
Defisit
Penurunan berat
SSP
Pada orang
sehat,
thyrotropinjantung
naik hipotalamus menghasilkan badan
volume
cairan
releasing hormone (TRH) yang merangsang kelenjar pituitari anterior
Aritmia,
untuk menyekresikan
takikardi
Agitasi,
kejang,
thyroid-stimulating
koma
bentuk: 1) bentuk yang bebas tidak terikat dan aktif secara biologik;
dan 2) bentuk yang terikat pada thyroid-binding globulin (TBG).
Kadar T4 dan T3 yang bebas tidak terikat sangat berkorelasi dengan
gambaran klinis pasien. Bentuk bebas ini mengatur kadar hormon
tiroid ketika keduanya beredar di sirkulasi darah yang menyuplai
kelenjar pituitari anterior.
Dari sudut pandang penyakit Graves, patofisiologi terjadinya
tirotoksikosis ini melibatkan autoimunitas oleh limfosit B dan T yang
diarahkan pada 4 antigen dari kelenjar tiroid: TBG, tiroid peroksidase,
simporter natrium-iodida, dan reseptor TSH. Reseptor TSH inilah
yang merupakan autoantigen utama pada patofisiologi penyakit ini.
Kelenjar tiroid dirangsang terus-menerus oleh autoantibodi terhadap
reseptor TSH dan berikutnya sekresi TSH ditekan karena peningkatan
produksi hormon tiroid. Autoantibodi tersebut paling banyak
ditemukan dari subkelas imunoglobulin (Ig)-G1. Antibodi ini
menyebabkan pelepasan hormon tiroid dan TBG yang diperantarai
oleh 3,5-cyclic adenosine monophosphate (cyclic AMP). Selain itu,
antibodi ini juga merangsang uptake iodium, sintesis protein, dan
pertumbuhan kelenjar tiroid.
Krisis tiroid timbul saat terjadi dekompensasi sel-sel tubuh dalam
merespon hormon tiroid yang menyebabkan hipermetabolisme berat
yang melibatkan banyak sistem organ dan merupakan bentuk paling
berat dari tirotoksikosis. Gambaran klinis berkaitan dengan pengaruh
hormon tiroid yang semakin menguat seiring meningkatnya pelepasan
hormon
tiroid
(dengan/tanpa
peningkatan
sintesisnya)
atau
10
atau
peningkatan
kadar
katekolami
menyebabkan
11
mengirimkan
karbondioksida.
oksigen
Sehingga
akan
secara
cepat
mengakibatkan
dan
membawa
takikardi
dan
12
Hiperaktivitas
kardiovaskuler
dan
adrenergic
respon
akan
sistem
menyebabkan
syaraf
terhadap
respon
kondisi
dan menyadari
pelepasan
asam
amino
dari
jaringan
otot,
dan
JENIS
INSULIN
PREPARAT
Actrapid
AWITA
PUNCAK
LAMA
KERJA
KERJA
KERJA
(JAM)
(JAM)
24
58
(JAM)
Human 0,5 1
14
KERJA
40/Humulin
PENDEK
4 12
8 24
Pzi
6 20
18 36
Mixtard
0,5 - 1
2 4 Dan 8 - 24
Insulatard
KERJA
Nph
MENENGA
H
INSULIN
KERJA
6 - 12
PANJANG
INSULIN
CAMPURA
N
Cara pemakaian insulin :
- Insulin kerja cepat/pendek: diberikan 15-30 menit sebelum
makan.
- Insulin analog: diberikan sesaat sebelum makan.
- Insulin kerja menengah: 1-2 kali sehari, 15-30 menit sebelum
makan. (Bakta, 1999)
c. Kalium
Walaupun terjadi penurunan kadar kalium tubuh total,
hiperkalemia ringan sedang dapat terjadi pada pasien krisis
hiperglikemik. Terapi insulin, koreksi asidosis dan ekspansi
volume menurunkan konsentrasi kalium serum. Untuk mencegah
hipokalemia, penggantian kalium dimulai apabila kadar kalium
serum telah di bawah 5,5 mEq/L, dengan mengasumsikan
15
2)
3)
4)
5)
6)
16
yang
mengancam
tetap
merupakan
indikasi
pemberian
bikarbonat.
Disamping hal tersebut diatas pengobatan umum tak kalah
penting yaitu :
1) antibiotik yang adekuat
2) oksigen bila tekanan O2 kurang dari 80 mmHg
3) heparin bila ada DIC atau bila hiperosmolar (lebih dari 380
mOsm/liter)
Hal-hal yang harus dipantau selama pengobatan adalah :
1) Kadar glukosa darah tiap jam dengan alat glukometer.
2) Kadar elektrolit setiap 6 jam selama 24 jam, selanjutnya
tergantung keadaan.
3) Analisa gas darah; bila pH < 7 waktu masuk, periksa setiap 6
jam sampai pH > 7,1, selanjutnya setiap hari sampai stabil.
4) Pengukuran tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi napas,
dan temperatur setiap jam.
5) Keadaan hidrasi, balans cairan.
6) Waspada terhadap kemungkinan DIC.
2. Penatalaksanaan HONC
a. Pengobatan utama adalah rehidrasi dengan mengunkan cairan
NACL bisa diberikan cairan isotonik atau hipotonik normal
diguyur 1000 ml/jam sampai
keadaan
cairan
intravaskular
17
18
yang
berhubungan
dengan
tirotoksikosis,
dan
penggunaan
thionamide
dan
terapi
yodium.pada
iodine
dilakukan,
untuk
mencegah
stimulasi
menghalangi
proses
coupling
oleh
19
dibandingkan
dengan
pemberian
3-4x
PTU.
arthalgia. Efek samping yang lebih jarang dan lebih serius adalah
agranulositosis, hepatotoksisitas, dan vaskulitis. Oleh sebab itu
PTU lebih disarankan bagi wanita hamil dan pasien lanjut usia
karena pada pemberian methimazole, faktor resiko efek samping
agranulosistosis meningkat dua kali lipat daripada pasien lainnya.
Daoat
dipertimbangkan
pemberian
granulocyte
colony-
efek
dari
terapi
tionamid.
Terapi
tionamid
20
dikenal
memberikan
efek
Wolff-Chaikoff
atau
hipertiroid
dalam
2-3
minggu,
jika
tidak
ada
21
manifestasi
kardiovaskular
pada
tirotoksiskosis
paling
22
penggunaan antagonis
23
harian
Kolaborasikan pemberian cairan IV
Monitor status nutrisi
Berikan cairan IV pada suhu ruangan
Dorong masukan oral
Berikan penggantian nesogatrik sesuai output
Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
Tawarkan snack ( jus buah, buah segar )
24
25
ahli gizi)
Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.
Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan
10) BB pasien dalam batas normal
11) Monitor adanya penurunan berat badan
12) Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif,
interpretasi terhadap informasi yang salah, kurangnya keinginan untuk
mencari informasi, tidak mengetahui sumber-sumber informasi.
Kriteria hasil:
1) Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit,
kondisi, prognosis dan program pengobatan
26
27
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keto Asidosis Diabetikum (KAD) merupakan salah satu kompliasi
akut DM akibat defisiensi hormone insulin yang tidak dikenal dan bila
tidak mendapat pengobatan segera akan menyebabakan kematian. Etiologi
dari KAD adalah Insulin tidak diberikan dengan dosis yang kurang,
keadaan sakit atau infeksi pada DM, manifestasi pertama pada penyakit
diabetes yang tidak terdiagnosis dan tidak diobati. Ada tiga gambaran
kliniks yang penting pada diabetes ketoasidosis yaitu dehidrasi, kehilangan
elektrolit dan asidosis. Dehidrasi disebabkan mekanisme ginjal dimana
tubuh terjadi hiperglikemia, sehingga ginjal mensekresikan dengan
natrium dan air yang disebut poliuri. Kehilangan elektrolit merupakan
kompensasi dari defisiensi insulin. Sedangkan asidosis adalah peningkatan
pH dan diiringi oleh penumpukan benda keton dalan tubuh. Keadaan
ketoasidosis merupakan keadan yang memerlukan banyak pengontrolan
28
dan pemantauan insulin dan cairan elektrolit, karena bila kekurangan atau
malah terjadi kelebihan akan mengakibatkan komplikasi yang sulit untuk
ditanggulangi. HONK merupakan komplikasi akut dari diabetes melitus.
Resistensi insulin menjadi penyebab utama. Glukosa tidak bisa dimasukan
ke dalam sel karena terjadi resistensi insulin, sehinggaa terjadi
hiperglikemi. Pada KAD ditemukan badan keton sehingga pH darah pada
umumnya asam (<7,3) sedangkan pada HONK tidak ditemukan badan
keton sehingga pH darah pada umumnya basa(>7,3). Hasil dari pemecahan
protein didapatkan banyak Nitrogen karena rumus senyawa dari protein
sendiri adalah CHON, dari pemecahan lemak didapatkan bahan buangan
urea, jadi akan didapatka BUN (Blood urea Nitrogen) yang tinggi. Krisis
tiroid timbul saat terjadi dekompensasi sel-sel tubuh dalam merespon
hormon
tiroid
yang
menyebabkan
hipermetabolisme
berat
yang
melibatkan banyak sistem organ dan merupakan bentuk paling berat dari
tirotoksikosis.
B. Saran
Bila menemukan klien yang DM tetapi belum terjadi KAD berikan
informasi tentang KAD dan pencegahan terhadap KAD. Bila menemukan
klien dengan KAD, sebaiknya selalu kontrol pemberian insulin dan cairan
elektrolit sehingga meminimalkan terjadinya komplikasi yang tidak
diinginkan.
29
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8,
Volume 2. Jakarta : EGC
Djokomoeljanto R. 2010. Kelenjar Tiroid, Hipotiroidisme, dan Hipertiroidisme.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Interna Publishing
Hudak, M.C & Gall, B, M. 2010. Keperawatan Kritis Edisi 6. Jakarta : EGC
Soewondo, Pradana. 2009. Koma Hiperosmolar Hiperglikemik Non Ketotik.
Dalam : Aru W. Sudoyo et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi V.
Jakarta : Interna Publishing
Sudoyo W. Aru, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Jakarta:
FKUI
Sumantri, Stevent M.D. 2009. Pendekatan Diagnostik dan Tatalaksana
Ketoasidosis Diabetikum. Internal Medicine Departement
30