Anda di halaman 1dari 4

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian Influenza) adalah suatu penyakit
menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas.
Penyakit ini yang disebabkan oleh virus avian infuenza jenis H5N1 pada unggas
dikonfirmasikan telah terjadi di Republik Korea, Vietnam, Jepang, Thailand,
Kamboja, Taiwan, Laos, China, Indonesia dan Pakistan. Sumber virus diduga berasal
dari migrasi burung dan transportasi unggas yang terinfeksi.
Virus influenza termasuk famili Orthomyxoviridae. Virus influenza tipe A dapat
berubah-ubah bentuk (Drift, Shift), dan dapat menyebabkan epidemi dan pandemi.
Berdasarkan sub tipenya terdiri dari Hemaglutinin (H) dan Neuramidase (N) . Pada
manusia hanya terdapat jenis H1N1, H2N2, H3N3, H5N1, H9N2, H1N2, H7N7.
Sedangkan pada binatang H1-H5 dan N1-N98. Strain yang sangat virulen/ganas dan
menyebabkan flu burung adalah dari subtipe A H5N1. Virus tersebut dapat bertahan
hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22C dan lebih dari 30 hari pada 30C. Virus
akan mati pada pemanasan 60C selama 30 menit atau 56C selama 3 jam dan dengan
detergent, desinfektan misalnya formalin, serta cairan yang mengandung iodin.
(Aditama TY., 2004)
Konfirmasi Laboratorium WHO Reference (Juli 2005-23 Februari 2006) menyatakan
bahwa, Indonesia menempati urutan ke 2 dunia dengan angka fatalitas kasus (Case
Fatality Rate), yaitu sebesar 70,3% (dari 27 kasus, 19 meninggal). Kamboja
menempati urutan pertama dengan CFR 100%, RRC di urutan 3 dengan CFR 66,6%

Universitas Sumatera Utara

(dari 12 kasus, 8 meninggal), Thailand di urutan 4 dengan CFR 63,6% (dari 22 kasus,
14 meninggal), Vietnam di urutan 5 dengan CFR 45,16% (dari 93 kasus, 42
meninggal), Turki di urutan 6 dengan CFR 33,3% (dari 12 kasus, 4 meninggal).
Untuk jumlah cluster AI dalam keluarga (family cluster), Indonesia memiliki jumlah
terbesar, sebanyak 5 cluster. (WHO., 2004)
Pada tanggal 19 Januari 2004, pejabat WHO mengkonfirmasikan lima warga Vietnam
tewas akibat flu burung. Sementara itu di negara Thailand sudah enam orang tewas
akibat terserang flu burung, seorang remaja berusia 6 tahun dipastikan menjadi orang
Thailand pertama yang dikonfirmasi tewas akibat wabah tersebut. Seorang
Epidemiologis dari Pusat Pengawasan Penyakit Dr. Danuta Skowronski, mengatakan
bahwa 80% kasus flu burung menyerang anak-anak dan remaja. Tingkat kematian
akibat flu burung sangat tinggi. Berdasarkan hasil penelitian atas 10 orang yang
terinfeksi virus flu burung di Vietnam, WHO menemukan bahwa dari 10 orang yang
terinfeksi 8 orang yang meninggal, seorang sembuh dan seorang lagi dalam kondisi
kritis. Penyakit flu burung memiliki angka kematian tinggi, disebabkan karakteristik
virus H5N1 yang sangat ganas, hingga disebut sangat patogenik, cepat merusak organ
dalam (terutama paru-paru), cepat berkembang dan menular pada unggas, dapat
terjadi mutasi adaptif dan reasortment, serta mudah resisten terhadap obat anti viral.
(WHO., 2004)
Jumlah kasus konfirmasi flu burung dari referensi Laboratorium Nasional adalah 27
kasus, dan 19 diantaranya meninggal. Menurut jenis kelamin, 59,2% (16 kasus)
adalah laki-laki, dan 40,8% (11 kasus) perempuan. 5 Propinsi memiliki kasus AI
(dikonfirmasi) pada manusia, yaitu Banten, DKI Jakarta, Lampung, Jawa Barat, Jawa
Tengah, pada 14 kabupaten. Propinsi Jawa Barat memiliki jumlah kasus terbanyak,
10 orang dengan 8 diantaranya meninggal. DKI Jakarta pada urutan berikutnya
dengan 9 kasus, 8 diantaranya meninggal. Berikutnya, Banten, memiliki 4 kasus, 3
diantaranya meninggal. Jumlah unggas yang mati akibat wabah penyakit flu burung
di 10 propinsi di Indonesia juga sangat besar yaitu 3.842.275 ekor (4,77%) dan yang

Universitas Sumatera Utara

paling tinggi jumlah kematiannya adalah propinsi Jawa Barat (1.541.427 ekor).
(Depkes., 2005)
Medan merupakan suatu kecamatan yang sedang mengalami urbanisasi dan dengan
populasi yang agak padat. Selama pandemi, mahasiswa kedokteran akan memainkan
peran penting dalam mengendalikan penyebaran penyakit seperti Avian Influenza.
Akibatnya, sekolah medis harus memastikan bahwa semua mahasiswa kedokteran
memiliki pengetahuan yang diperlukan untuk menghadapi potensi pandemi. Oleh
karena itu, saya merancang sebuah penelitian untuk menilai tingkat pengetahuan
sekelompok mahasiswa kedokteran USU mengenai flu burung.

1.2. Perumusan Masalah


Seberapa jauh tingkat pengetahuan mahasiswa kedokteran semester V dan VII
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara mengenai Avian Influenza ?

1.3. Tujuan Penelitian


1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa semester V dan VII tahun 2010/2011
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara mengenai Avian Influenza.
1.3.2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa tentang cara
mendiagnosis Avian Influenza.
b. Untuk

mengetahui

pengetahuan

mahasiswa

tentang

penatalaksanaan klinis untuk kasus Avian Influenza.

Universitas Sumatera Utara

c. Untuk mengetahui apakah mahasiswa kedokteran dapat berperan


dalam pencegahan Avian Influenza.

1.4. Manfaat Penelitian


1.4.1. Untuk Rumah Sakit
Dapat dipakai sebagai informasi atau masukan dalam meningkatkan pelayanannya
khususnya pada semua penderita Flu burung yang mempunyai fatalitas kasus yang
tinggi.
1.4.2. Untuk Peneliti Lain
Dapat dipakai sebagai sumber informasi untuk melakukan penelitian selanjutnya yang
berhubungan

dengan

penelitian

yang

telah

dilakukan

penulis

sekaligus

mengembangkan kemampuan di bidang penelitian serta mengasah kemampuan


analisis penelitian.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai