Anda di halaman 1dari 17

A.

LATAR BELAKANG
Salah

satu

kekuatan

pembelajaran

terletak

pada

pemilihan

model

pembelajaran. Penggunaan model pembelajaran hendaknya dipandang sebagai bagian


yang integral dari suatu sistem belajar mengajar. Model yang dipilih hendaknya
selaras dan menunjang tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Penetapan model
harus jelas prosedur operasionalnya, spesifik dan benar benar tercermin dalam
bentuk perilaku warga belajar.
Dewasa ini model model pembelajaran kebanyakan diadopsi dari konsep
para pakar pendidikan dari luar, seolah-olah model yang absolut. Ketika Model
model pembelajaran itu diaplikasikan secara semena-mena yang terjadi adalah ketidak
harmonisan, ketidaksesuaian dan ketidakserasian antara materi pembelajaran dengan
model yang dipilihkan karena tidak ada relevansinya dengan kehidupan siswa sehari
hari.
Apabila ditinjau lebih mendalam, ternyata model pembelajaran dapat juga
diangkat dari kekayaan intelektual tradisional seperti yang dimiliki masyarakat Bima
atau masyarakat Mbojo pada umumnya. Nilai kearifan yang dimaksud adalah budaya
weharima yang merupakan nilai nilai luhur yang masih sakral untuk dipertahankan
yang kini telah diadopsi menjadi budaya nasional bangsa Indonesia. Kultur weharima
telah diserap ke dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
Wujud budaya weharima pada hakikatnya bersumber dari kulturtani, nilainilai moral, nilai sosial, saling membantu, mengajari, saling memberi dan bekerja
sama dengan prinsip saling menguntungkan kedua belah pihak yang dilaksanakan
dengan penuh tanggung jawab. Selama ini pendekatan pembelajaran kelompok yang
dipilih masih menuai kendala karena karakteristik model pembelajaran yang diusung
tidak sesuai kondisi dan perilaku siswa. Pencapaian kompetensi maksimal yang
diharapkan jauh dari harapan karena langkah guru dalam menerapkan pendekatan
dinilai tidak efektif sehingga prestasi belajar siswa tidak signifikan. Hal itu
disebabkan karena pemilihan model pembelajaran yang dipilih masih bertumpu pada
model-model pembelajaran yang tertera dalam referensi-referensi standar. Acapkali
guru sebagai pendidik tidak memiliki keberanian menyelenggarakan agenda
perubahan dalam acara pembelajaran. Oleh karena itu pemilihan pemilihan model
weharima dalam kontrak belajar terhadap siswa dalam mengeksploitasi unsur yang
membangun karya cerpen (unsur instrinsik).
Dalam pelajaran bahasa Indonesia, khususnya pelajaran satra, memiliki
keragaman materi yang cukup kompleks. Siswa dihadapkan pada materi teks yang
1

banyak. Agar siswa tidak terbebani dengan materi teks, maka penulis melakukan
pembelajaran pembelajaran kolaboratif dengan menerapkan model weharima sebagi
kontrak belajar siswa yang disaksikan oleh guru.
Setelah dianalisis hasil pekerjaan siswa secara individual ternyata tidak
memberikan hasil yang maksimal karena keterbatasan siswa itu sendiri. Siswa perlu
bantuan teman lain agar kesulitan belajar dapat diatasi dan saling membelajarkan satu
sama lainnya. Di samping itu kerja sama yang saling menguntungkan. Model
weharima sebagai solusi untuk menjawab tantangan belajar siswa. Bagi siswa,
pendekatan model weharima sangat menguntungkan karena dapat menuntaskan
ketuntasan belajar. Siswa tidak lagi menggantungkan diri pada guru, tetapi dapat
belajar atau bekerja sama dengan siswa lain dalam kelompok belajar. tetapi juga siap
mengajarkan kelompok lain. Dengan kata lain model wehariam memiliki prinsip etika
dan tanggung jawab untuk saling membalas dan memberi terhadap kekuatan atau
potensi yang dimilikinya. Bertitik tolak dari gambaran di atas penulis mengemukakan
judul Membangun Kontrak Belajar dengan Menerapkan Model Weharima dalam
Meningkatkan Kemampuan Menganalis Unsur Instrinsik Karya Cerpen dan
Keterkaitannya dengan Kehidupan Sehari-hari pada Kelas X SMA Negeri 2 Kota
Bima. Model pembelajaran yang ditempuh telah memberi manfaat bagi siswa, guru
dan sekolah. Bagi siswa model pembelajaran weharima dapat meningkatkan prestasi
belajar, sedangkan bagi guru dapat memberi manfaat membantu dan memudahkan
dalam mengorganisasikan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).

B. PERMASAHAN
Pembelajaran bahasa terdapat dua fariabel yang cakupannya sangat luas, yakni bahasa
dan sastra. Pelajaran sastra khususnya cerpen merupakan cerita yang dipadatkan (intens). Di
dalamnya terdapat unsur-unsur yang membangun, baik dari unsur instrinsik maupun unsur
ekstrinsik. Namun yang dibahas dalam tulisan ini adalah unsur intrinsik saja. Unsur instrinsik
mencakup : tema, amanat, plot, setting, sudut pandang, penokohan, karakteristik, dan gaya
bahasa.
2

Unsur yang membangun karya cerpen dari dalam tersebut diketahui siswa tidak tuntas
menjawab keseluruhan. Hal itu disebabkan selama ini tidak akrab dengan karya satra,
termasuk cerpen. Siswa lebih menyukai budaya instan yang lebih membiasakan budaya
menonton daripada membaca. Dampaknya, jarak antara membaca karya satra dan budaya
menonton sangat jauh. Kondisi yang memprihatinkan lagi adalah informasi, pesan-pesan
moral, pendidikan, peradaban, sejarah, perjuangan, keberhasilan mencapai cita-cita, dan
peradaban umat manusia menjadi terabaikan. Langkah strategis guru bahasa adalah
bagaimana mengakrabkan siswa dengan karya satra sehingga aktivitas membaca karya satra
menjadi kebutuhan yang sama dengan bacaan nonsatra.

1.
2.
3.
4.
5.

6.

7.

Dalam menganalisis unsur yang membangun karya cerpen, siswa masih dihapapkan pada
beberapa permasalahan, di antaranya :
Siswa lekas jenuh membaca. Hal ini mempengaruhi kadalaman dan keluasan dalam
mengidentifikasi tahapan unsur-unsur yang membangun karya cerpen tersebut.
Siswa masih menyamakan antara tema dan amanat. Bahkan judul dan tema sering kali
dianggap sama.
Siswa kesulitan mengidentifikasi alur cerpen (maju, mundur/sorot balik). Kerancuan
mengidentifikasi berdampak pada kesalahan konsep.
Kesulitan mengidentifikasi sudut pandang sebagai orang pertama, orang ketiga biasa dan
orang ketiga serba tahu (pengarang sebagai pelaku dan pengamat).
Umumnya siswa mengetahui latar waktu dan tempat, tetapi kesulitan mengidentifikasi
latar suasana. Siswa kerapkali menyamakan suasana dalam puisi dan suasana cerpen.
Keduanya memiliki perbedaan yang mendasar.
Penokohan dan karakteristik tokoh sering dianggap sama. Jika ditilik secara cerdas antara
penokohan dan karakteristik tokoh sangatlah berbeda. Penokohan lebih menekankan pada
keragaman tokoh dan peran yang diemban, sedangkan karakteristik tokoh
menggambarkan ciri atau watak yang menjiwai perannya dalam cerita.
Terjadi kesalahan mendiskripsikan antara gaya bahasa dan majas. Kecendrungan
mencampuradukan pengertian majas dalam puisi terbawa ke dalam pengertian gaya
bahasa dalam karya prosa, termasuk cerpen. Majas dalam puisi lebih menekankan pada
fariasi yang menimbulkan pada efek puitis (keindahan) dari ragam majas yang digunakan,
sedangkan dalam cerpen lebih jauh mengupas pada stil, cara atau gaya penulis dalam
mengorganisasikan tulisan dalam kerangka postur cerita.

C. CARA PEMECAHAN MASALAH

1. Pengertian dan Konsep Pembelajaran Model Weharima


Secara harfiah model adalah pola atau bentuk yang dapat ditiru dan
disimulasikan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBB) model adalah contoh,
acuan atau ragam dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan. Dengan demikian
model pembelajaran merupakan pola yang ditiru untuk mengorganisasikan kegiatan
belajar mengajar agar mencapai tujuan yang diinginkan.
3

Kosa kata Weharima dewasa ini sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia.
Istilah weharima berasal dari bahasa Bima, atau etnis Mbojo yang mendiami tiga
wilayah tingkat dua yakni, Kota Bima, Kabupaten Bima dan Kabupaten Dompu, Nusa
Tenggara Barat. Bima adalah nama Kabupaten, sedangkan sebutan Mbojo merupakan
etnis yang mendiami tiga daerah otonomi yaitu Kabupaten Bima, Kota Bima dan
Kabupaten Dompu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Weharima berarti
gotong royong.
Secara etimologis Weharima berasal dari kata weha dan rima. Weha
berarti ambil, sedangkan Rima berarti tangan. Secara lugas Weharima bermakna
ambil tangan. Weharima adalah ungkapan yang bermakna suatu kerja sama yang
saling menguntungkan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) weharima
berarti gotong royong. Dewasa ini weharima telah menjadi kosa kata baku bahasa
Indonesia. Makna kata weharima memiliki cakupan makna sebagai berikut:
a) Pinjam atau bantuan tenaga yang harus dibayar tunai dengan tenaga pula.
Misalnya hari ini si Hasan mengerjakan sawah atau ladang si Amir, maka pada
suatu kesempatan si Amir harus membayar tunai bantuannya yang dipinjam dari
Hasan.
b) Weharima merupakan bentuk kerja sama yang saling menguntungkan antara
individu dengan individu , individu dengan kelompok dan kelompok dengan
kelompok yang lainnya.
c) Weharima adalah bentuk aturan atau ikatan adat tak tertulis yang memiliki norma
norma dasar yang dijunjung tinggi oleh masyarakat pendukungnya.
d) Terdapat nilai tanggung jawab penuh terhadap pekerjaan yang digarap bersama
tanpa ada pihak yang dirugikan karena pada prinsipnya weharima tidak saja
kesanggupan menerima tetapi juga kewajiban memberi .
2. Penerapan Model Weharima dalam Pembelajaran
Weharima dalam pembelajaran menganalisis unsur instrinsik yang membangun karya
cerpen adalah suatu model pembelajaran kolaboratif atau kerja sama antarkelompok
yang saling menguntungkan, saling memberi dan menerima secara adil dan
proporsional. Kelompok satu dengan yang lainnya saling menjajaki kontrak belajar
atau kerja sama dalam kerangka saling membelajarkan. Lebih jelasnya perhatikan
ilustrasi di bawah ini!.
Diagram 1. Model kerjasama antarkelompok (searah/dua kelompok)
K. 1

K. 2

K. 3

K. 4

K. 5

K. 6

K. 7

K. 8

K. 9

K. 10

K. 11
1

K. 12

Keterangan :
K
: Kelompok
1-12 : Urutan Kelompok
Diagram 2. Alur kerjasama lebih dari satu kelompok
K. 1
K. 12
K. 11
1K.10

K. 2

K. 3

K. 12
K. 9

K. 4
K. 5
K. 6

K. 8

K. 7

Dari ilustrasi di atas bahwa pola kerjasama yang dibangun adalah model
kerjasama yang saling menguntungkan. Susuai semangat budaya weharima bahwa
masing-masing kelompok tidak hanya menerima bantuan semata, tetapi saling
memberi dan menerima yang berdasarkan kesepakatan bersama sehingga terjadi
kontrak belajar masing-msing kelompok yang disaksikan oleh guru. Untuk menyiasati
hal tersebut guru harus teliti membagi kelompok berdasarkan tingkat prestasi atau
kelompok heterogen.
Diagram 1 menggambarkan model kerja sama yang hanya terdiri dari dua
kelompok, sedangkan diagram 2 menggambarkan kerja sama lebih dari satu atau
lintas kelompok. Perluasan kerjasama sesuai diagram 2 dimasudkan agar kelompok
tertentu bisa mencapai ketuntasan belajar maksimal antara kompetensi dasar yang satu
ke

kompetensi

dasar

yang

lainnya.

Namun

dalam

pelaksanaanya

harus

mempefrtahankan aturan main yang disepakati bersama.


3. Cara Pemecahan Masalah
Cara menyelesaikan masalah ditempuh melalui pembiasaan mengoleksi cerpen
dan karya sastra lainnya. Selanjutnya siswa melalui kegiatan seni dibudayakan
mengadakan lomba pada bulan apresiasi budaya dan bahasa. Dengan demikian
harapan tumbuhnya kecintaan, kepedulian, kepekaan, kritis, dan tingkat apresiasi
positif di kalangan siswa akan berkembang secara wajar dan terbina, bahkan dapat
diukur.
Ada beberapa strategi skenario pembelajaran dalam meningkatkan kompetensi
dan prestasi siswa dalam menganalisis unsur intrinsik cerpen dan keterkaitannya
dalam kehidupan sehari-hari, yaitu sebagai berikut :
a. Membuat portofolio kumpulan cerpen. Setiap anak diwajibkan mengumpulkan
cerpen yang disusun dalam bentuk portofolio. Cerpen yang disusun dirangkum
hasilnya dan analisis berdasarkan unsur-unsur yang membangun karya satra.
Portofolia cerpen berguna bagi warga kelas dan siswa-siswi SMAN 2 pada
5

umumnya. Dengan demikian ada upaya secara terorganisasi dalam


membangun gerakan mencintai karya sastra.
b. Strategi Pembelajaran.
Agar proses pembelajaran berjalan lancar, maka penulis terlebih dahulu
memperkenalkan model weharima dan langkag-langkah kerja yang harus
diikuti siswa seperti yang diuraikan di muka. Adapun langkah-langkah yang
dimaksud adalah sebagai berikut :
1) Membagi kelompok siswa ke dalam 6 kelompok pada siswa kelas X-1.
Selanjutnya guru membagi cerpen kepada seluruh siswa kelas X-1 pada semua
kelompok sebagai objek pembelajaran. Setelah dibagikan, siswa menganalisis
cerpen secara individu. Selanjutnya siswa bergabung dalam kelompok dan
mendiskusikannya. Hasil diskusi dirangkum subbagian yang dianggap sulit
dan mudah lalu diidentifikasi secara cermat. Pada tahap berikutnya masingmasing kelompok melakukan kontrak weharima secara tunai sesuai
kebutuhan. Dua kelompok atau lebih bertemu setelah melakukan penjajakan
kerja sama atau melakukan weharima.
Proses weharima berjalan lancar dengan menghasilkan kontrak
weharima yang terdiri dari kelompok 1 dan 2, 3 dan 5, 4 dan 6. Proses weharima
atau kerja sama kelompok berjalan konstruktif. Tidak ada kelompok yang pasif
karena pada hakikatnya weharima merupakan wujud kerja sama secara
proporsional atau berimbang. Siswa bekerja sama secara adil saling memberi dan
saling menerima.
Tabel Hasil Evaluasi Belajar Kelompok dengan Menggunakan Model
Weharima Kelas X-1 SMA Negeri 2 Kota Bima Tahun Pelajaran 2015-2016
Nama

Aspek Penilaian

Kelompok

Sudut
No.

Tema

Amanat

Alur

Setting

Pandang

1
2
3
4
5
6
Rerata

100
96
95
95
98
100
97,33

95
95
98
97
95
95
95.83

95
85
86
85
90
95
89.33

100
100
98
95
98
100
98.50

95
90
88
90
87
85
89.16

Penokohan

Karakteristik

Gaya Bahasa

jumlah

Ratarata

100
98
97
100
100
95
98.33

100
100
98
100
95
100
98.83

90
85
85
85
85
80
80.50

775
749
745
747
748
750
752.33

96.88
93.63
93.13
93.38
93.50
93.75
94.05

Sumber data: Hasil Evaluasi Belajar Siswa Kelas X-1 SMA Negeri 2 Kota Bima
2015 dengan KKM 70.
Berdasarkan hasil evaluasi diketahui kelompok 1 memperoleh nilai raata-rata
96.88, kelompok 2 = 93.63, kelompok 3 = 93.13 kelompok 4 = 93.38 kelompok
5 = 93.50, dan kelompok 6 memperoleh nilai rata-rata 93.75. Secara klasikal
aspek tema mendapat nilai 97.33, amanat 95.83, alur 89.33, setting 98.50, sudut
pandang 89.16, penokohan 98.33, karakteristik 98.83, gaya bahasa 80.50.
Sedangkan nilai rata-rata secara klasikal tercatat 94.05. Dengan demikian
penerapan model weharima mengalami peningkatan kompetensi dan prestasi
belajar secara signifikan jika dibandingkan hasil sebelumnya secara konvensional.
Di samping itu kemampuan individu siswa diluar kemampuan kelompok hampir
sama. Hal ini membuktikan penerapan model weharima telah memberi manfaat,
baik secara kelompok maupun individu.
Setelah dilakukan evaluasi secra individual dengan sampel cerpen yang lain,
membuktikan bahwa rata-rata siswa telah memenuhi ketuntasan belajar sesuai
yang diharapkan. Tidak terjadi remidi, kecuali penguatan pada aspek gaya bahasa,
alur dan sudut pandang.
D. SIMPULAN DA REKOMENDASI
1. Simpulan

Membangun Kontrak Belajar dengan Menerapkan Model Weharima dalam


Meningkatkan Kemampuan Menganalis Unsur Instrinsik Karya Cerpen dan
Keterkaitannya dengan Kehidupan Sehari-hari pada Kelas X SMA Negeri 2 Kota
Bima telah berdampak posisitif bagi peningkatan kompetensi belajar siswa.
Peningkatan belajar yang dimaksud tercatat peningkatan perkembangan belajar
secara kelompok maupun individual. Berdasarkan hasil evaluasi diketahui
kelompok 1 memperoleh nilai raata-rata 96.88, kelompok 2 = 93.63, kelompok 3
= 93.13 kelompok 4 = 93.38 kelompok 5 = 93.50, dan kelompok 6 memperoleh
nilai rata-rata 93.75. Aspek lain yang perlu diberi penguatan adalah gaya bahasa,
alur dan sudut pandang.
Hasil belajar secara individul berbanding lurus dengan hasil belajar secara
kelompok. Perlakuan yang diberikan berupa pemberian sampel cerpen lain dengan
tagihan yang sama dengan soal tes tertulis yang sama pula. Dengan demikian

penerapan model weharima dalam pembelajaran dirasakan sesuai dengan


karakteristik siswa.
2. Rekomendasi
a). Hendaknya model weharima menjadi alternatif karena model yang dipilih
akrab dan kontekstual dengan kondisi nyata yang dihadapi siswa.
b). Penerapan model weharima mampu menumbuhkembangkan minat, motivasi
dan prestasi belajar siswa.
c). Semua kelompok aktif dan tidak boleh terjadi kelompok pasif karena pada
prinsipnya nilai-nilai moral yang terkandung dalam budaya weharima harus
terjadi kerja sama yang saling menguntungkan. Terdapat muatan moral bahwa
setiap individu atau kelompok merasa malu kalau hanya menerima, tanpa
saling memberi.
d). Model weharima cikal bakalnya lahir dari budaya sendiri (budaya Bima) yang
hingga kini telah diadopsi menjadi khasanah budaya nasional Indonesia.
e). Penerapan model weharima akan menumbuhkan kompetensi belajar yang sehat
karena prinsipnya setiap individu maupun kelompok ingin maju.
f). Guru bahasa maupun nonbahasa direkomendasikan menggunakan model
weharima karena keberadaan model weharima memiliki karakteristik yang
universal.
E. PELAJARAN YANG DIPEROLEH

1. Prinsip Pelaksanaan Model Weharima


Penerapan model weharima pada prinsipnya dapat membangkitkan minat dan
motivasi

belajar

karena

aplikasinya

dalam

proses

pembelajaran

akan

menumbuhkan kompetisi yang berdampak pada ketuntasan dan peningkatan hasil


belajar. Pada sisi lain model weharima akan mengakrabkan siswa dengan
pengalaman nyata yang dialami di lingkungan tempat tinggalnya sehingga
memudahkan guru dalam menyajikan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).
Pembelajaran yang diterapkan akan bermuara pada keberhasilan kegiatan belajar
mengajar yang mengarah pada proses eksplorasi, eksploitasi, elaborasi, dan
ketuntasan belajar.
Penggunaan model weharima mengacu pada prinsip :
a. Menjalin kerjasama antar kelompok yang saling menguntungkan
b. Menyepakati aturan main dengan membuat kontrak kerja sama secara
proporsional
c. Tidak boleh ada kelompok yang pasif atau hanya menerima bantuan dari
kelompok lain. Semua kelompok dituntut untuk saling membelajarkan dengan
menukarkan materi, pembelajaran yang diketahuinya secara seimbang.
8

d. Bersifat terbuka, artinya model kerjasama weha rima yang dibangun tidak
hanya untuk dua kelompok saja, tetapi juga peluang kerja sama bisa dilakukan
lebih dari satu kelompok secara bersiklus.
e. Semakin banyak mitra kerja kelompok, maka akan semakin banyak
pengalaman yang diperoleh
f. Persiapan belajar lebih mantap karena basis belajar berpusat pada siswa
g. Siswa harus memiliki bekal pengalaman belajar sebagai model kerja sama
dengan kelompok yang lain
h. Tidak akan terjadi kerjasama kelompok kalau tidak bisa saling memberi.
Modal utama kelompok adalah menguasai materi atau salah satu indikator
sebagai bekal ditukarkan dengan kelompok lain secara tunai atau seimbang.
2. Hikmah yang Diambil dari Penerapan Model Weharima
Adapun hikmah pembelajaran yang diambil dalam penerapan model weharima
dalam pembealajaran menganalisis unsur instrinsik cerpen adalah sebagai berikut :
a. Bagi Siswa
1). Bernilai inovatif, kreatif dan memacu partisipasi warga belajar
2). Berdasarkan karakteristik kondisi nyata siswa, selaras dengan latar belakang
3).

budaya dan kultursosial.


Dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru. Oleh karena itu
penerapan model atau pola weharima, horizon pengalaman anak didik
semakin luas, persepsi semakin tajam, dan konsep konsep dengan
sendirinya semakin lengkap sehingga keinginan dan minat baru untuk belajar

selalu timbul.
4). Memudahkan dalam menanam konsep dasar yan benar, kongkret dan realistis.
5). Menghasilkan keseragaman pemahaman mengenai rancanangan pembelajaran
dan mudah diarahkan secara konstruktif.
6). Mengintegrasikan pengalaman nyata yang dialami siswa di lingkungan tempat
tinggalnya dengan pengalaman yang dialami siswa di sekolah.
7).

Mampu menigkatkan mutu pembelajaran sehingga prestasi belajar siswa


meningkat pula.

8). Siswa saling membelajarkan sehingga melahirkan kecakapan individu dan


juga kecakapan kelompok.
9).

Siswa saling membelajarkan

10). Siswa menyadari bahwa dirinya harus memiliki pengalaman belajar untuk
berbagi dengan kelompok yang lainnya.
11). Adanya keharusan dan komitmen untuk saling membantu dan bekerjasama
antarkelompok

12). Tertanamnya budaya malu apabila tidak dapat membantu kelompok lain atau
tidak mampu membalas jasa baik kelompok lain.
13). Tumbuhnya kewajiban moral, sikap toleransi, apresiasi atau penghargaan
antar kelompok.
b. Bagi Guru
a. Pemusatan belajar benar benar terkonsentrasi pada siswa sebagai subjek
belajar
b. Membantu dan memudahkan guru dalam mengorganisasikan Kegiatan Belajar
Mengajar (KBM)

DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zaenal, E. 1996. Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Surat Menyurat.
Jakarta : Ekapres
Arikunto, Suharsini.1991. Prosedur Penelitian. Yogyakarta : Rineka Cipta
AR. Syamsuddin. Kompetensi Berbahasa dan Sastra Indonesia. 2005.
Solo : PT. Tiga Serangkai. Pustaka Mandiri
Depdiknas Dirjen Pendidikan Dasar dan menengah Direktorat Pendidikan Menengah Umum.
2003. Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran
bahasa Indonesia dan Sastra Indonesia.
Jakarta : Depdiknas.
Depdiknas. 2003. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.
Jakarta: Depdiknas
Depdiknas. 2003. Kumpulan 25 Naskah cerpen Terbaik. Jakarta : Depdiknas
Marahimin, Ismail. 1993. Menulis Secara Populer.
Jakarta : Pustaka Jaya
Nurhadi. 2002. Pendekatan Konsektual. Dirjen Pendidikan Dasar dan menengah
10

Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama. Jakarta : Depdikdas.


Sukaryana, I, WY. 1999. Penyusunan Usulan Penelitian Tindakan Kelas.
Lembaga Penelitian. Edisi April. 1999 : IKIP Malang
Torigam, Guntur, Henry. 1982. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung : Angkasa

Membangun Kontrak Belajar dengan Menerapkan Model


Weharima dalam Meningkatkan Kemampuan Menganalis Unsur
Instrinsik Karya Cerpen dan Keterkaitannya dengan Kehidupan
Sehari-hari pada Kelas X SMA Negeri 2 Kota Bima
Oleh

NAMA
NIP

: IMRAN, S. Pd
: 19680202 199512 1 005

LOMBA PENULISAN BEST PRACTICE GURU


DISELENGGARAKAN OLEH DIREKTORAT PEMBINAAN
PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
11

PENDIDIKAN MENENGAH
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
TAHUN 2015

Membangun Kontrak Belajar dengan Menerapkan Model Weharima


dalam Meningkatkan Kemampuan Menganalis Unsur Instrinsik Karya
Cerpen dan Keterkaitannya dengan Kehidupan Sehari-hari pada Kelas X
SMA Negeri 2 Kota Bima

Latar Belakang
Selama ini guru kurang kreatif dan tidak cermat memilih : Pendekatan, Metode,

Model,

Teknik
Model yang dipilih cendrerung menggunakan para pakar yang sudah baku
Siswa tidak akrab dengan karya sastra, termasuk cerpen
Pelajaran sastra tidak intens diajarkan
Kegiatan apresiasi di sekolah relatif kurang
Siswa dimanjakan dengan budaya menonton daripada membaca

Permasalahan
1. Siswa lekas jenuh membaca karya sastra.
2. Siswa masih menyamakan antara tema dan amanat. Bahkan judul dan tema sering kali
dianggap sama.
3. Siswa kesulitan mengidentifikasi alur cerpen
4. Kesulitan mengidentifikasi sudut pandang sebagai orang pertama, orang ketiga biasa dan
orang ketiga serba tahu (pengarang sebagai pelaku dan pengamat).
5. Umumnya siswa mengetahui latar waktu dan tempat, tetapi kesulitan mengidentifikasi
latar suasana.
6. Penokohan dan karakteristik tokoh sering dianggap sama.
7. Terjadi kesalahan mendiskripsikan antara gaya bahasa dan majas.

Cara Pemecahan Masalah


Weharima sebagai solusi karena :
12

Berasal dari budaya sendidri dan sesuai dengan kondisi nyata


Semua siswa secara individu maupun kelompok aktif. Tidak ada kelompok pasif
Akrap dengan peserta didik
Mampu menumbuhkan minat dan meningkatkan prestasi belajar siswa
Teknik penerapan model weharima :
Membuat portofolio cerpen
Meningkatkan kegiatan apresiasi sastra secara berkala
Membagi kelompok belajar
Membagi lembaran cerpen
Menganisis unsur intrinsik cerpen secara individu
Menganisis unsur intrinsik cerpen secara masing-masing kelompok
Menganisis unsur intrinsik cerpen antarkelompok melalui kontrak kerja/weharima

Diagram 1. Model kerjasama antarkelompok (searah/dua kelompok)


K. 1

K. 2

K. 3

K. 5

K. 4
K. 6
Keterangan
:
K : Kelompok
1-6 : Urutan Kelompok

Diagram 2. Alur kerjasama lebih dari satu kelompok


K. 2

K. 3
K. 4

K. 1

K. 12

K. 5

SIMPULAN DA REKOMENDASI

1. Simpulan
Tumbuh minat dan motivasi belajar

Model weharima relevan dengan karakteristik siswa


Prestasi belajar siswa meningkat

13

Berdasarkan hasil evaluasi diketahui kelompok 1 memperoleh nilai raata-rata


96.88, kelompok 2 = 93.63,
kelompok 3 = 93.13
kelompok 4 = 93.38
kelompok 5 = 93.50
kelompok 6 = 93.75.
Secara klasikal = 94.05
Aspek lain yang perlu diberi penguatan adalah gaya bahasa, alur dan sudut
pandang.

2. Rekomendasi
a). Hendaknya model weharima menjadi alternatif karena model yang dipilih
akrab dan kontekstual dengan kondisi nyata yang dihadapi siswa.
b). Penerapan model weharima mampu menumbuhkembangkan minat, motivasi
dan prestasi belajar siswa.
c). Semua kelompok aktif dan tidak boleh terjadi kelompok pasif.

KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat-Nya
penulisan naskah lomba practice guru dapat diselesaikan dalam waktu yang ditetapkan.
Materi tulisan yang berbasis pengalaman menarik ini berjudul Membangun Kontrak Belajar
dengan Menerapkan Model Weharima dalam Meningkatkan Kemampuan Menganalis Unsur
14

Instrinsik Karya Cerpen dan Keterkaitannya dengan Kehidupan Sehari-hari pada Kelas X
SMA Negeri 2 Kota Bima.
Tulisan ini mengupas penerapan model weharima dalam pembelajaran. Model
weharima adalah model kerja sama saling memberi dan menerima yang diikat dalam kontrak
kerja sama secara adil, seimbang dan proporsional. Model ini relevan dengan karakteristik
dan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa. Dapat disimpulkan bahwa penerapan model
weharima merupakan nyawa baru dalam kegiatan belajar mengajar.
Kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan naskah lomba ini penulis
mengucapkan terima kasih.

Kota Bima,
Penulis,

Agustus 2015

DAFTAR ISI
Halaman judul.....i
Halaman pengesahan...ii
Daftar Isi....iii
Latar Belakang...
Permasalahan....
Cara pemecahan masalah...
Simpulan dan Rekomendasi...
Daftar Pustaka....
Lampiran-lampiran
15

HALAMAN PENGESAHAN
Judul : Membangun Kontrak Belajar dengan Menerapkan Model Weharima dalam
Meningkatkan Kemampuan Menganalis Unsur Instrinsik Karya Cerpen dan
Keterkaitannya dengan Kehidupan Sehari-hari pada Kelas X SMA Negeri 2 Kota
Bima.
Penulis : I m r a n, S.Pd.
Kategori : Naskah Best Practice

16

Disah pada hari Jumat, 28 Agustus 2015

Kota Bima, 28 Agustus 2015


Kepala Sekolah,

I m r a n, S.Pd.
NIP.196802021995 12 1005

17

Anda mungkin juga menyukai