Anda di halaman 1dari 20

PENGALAMAN MENJADI KEPALA SEKOLAH DALAM MEMBINA

SISWA BERPRESTRASI DI LINGKUNGAN DINAS PENDIDIKAN


NASIONAL KAB.SUMBAWA TAHUN PELAJARAN 2012-20013

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Undang-undang no 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Pasal 11 menyebutkan bahwa Pemerintah Daerah wajib memberikan
pelayanan dan kemudahan serta menjamin terselenggaranya pendidikan
yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa deskriminasi. Selanjutnya
pasal 32 ayat 2 menyebutkan standar nasional pendidikan digunakan
sebagai acuan pengembangan kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan
prasararana sekolah, dan pembiayaan. Oleh karena itu maka Pemerintah
dan Pemerintah Daerah wajib memberikan pelajayanan yang bermutu
mengacu pada standar nasional pendidikan. Peraturan pemerintah ( PP ) no
32 tahun 2013 tentang standar Nasional Pendidikan telah menetapkan
kebijakan keriteria minimal system pendidikan di seluruh wilayah hukum
Negara kesatuan republik Indonesia dalam bentuk standar nasional
pendidikan ( SNP ) dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan
membentuk watak serta pradaban bangsa yang bermartabat. dan sedangkan
fungsinya sebagai dasar dalam perencanaan,pelaksanaan,dan pengawasan
pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu.
Untuk terlaksananya uraian di atas, maka Peran kepala sekolah dalam
penyelenggaraan pendidikan bukan hanya sebagai leader, tetapi juga
sebagai manager dan enterpreuneur. Sebagai leader, kepala sekolah harus
tampil sebagai sosok pemimpin yang berwibawa, tangguh, tegas, cekatan,
menjadi tauladan, dan tepat dalam mengambil keputusan.
Sebagai manager, sosok kepala sekolah diharapkan mampu berperan dalam
mengorganisasi dan mengoptimalkan seluruh potensi sekolah, termasuk
merubah mind-set para guru untuk membawa mereka menuju ke arah
kemajuan. Ini merupakan pekerjaan yang sangat mendasar, apalagi banyak
guru kita yang menggeluti pekerjaannya karena terpaksa, bukan cita-cita

1
sejak kecil. Hal ini menjadi tugas penting kepala sekolah untuk
menggerakkan mereka agar sekolahnya menjadi maju dan berprestasi.
Selain itu, sosok manajer juga menuntut kepala sekolah mampu
membangun sinergi dengan para stakeholders. Kepala sekolah juga harus
bisa mengevaluasi kinerja yang ada di dalamnya, sekaligus mengatasi
berbagai kendala yang merintanginya.
Sedangkan sebagai enterpreuneur, peran kepala sekolah dituntut mampu
memiliki jiwa yang kreatif, inovatif, dan selalu ingin memajukan
pendidikan yang ada di sekolah yang dipimpinnya.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas saya selaku kepala sekolah dari
salah satu SD yang ada di wilayah Kec. Buer yaitu SDN Jurumapin 2
mencoba berbagai pengalaman dalam membina siswa menjadi siswa yang
berprestasi dalam upaya peningkatan mutu sekolah yang ada di lingkungan
Dinas Pendidikan Kab. Sumbawa khususnya di wilayah kec. Buer.Masalah
yang diangkat dalam Best Practice ini tidak lain adalah peningkatan
sekolah yang bermutu di SDN 2 Jurumapin. Peningkatan sekolah yang
bermutu ini dicapai tidak lain adalah berkat dukungan dari Stakecholder
sekolah dalam mendukung semua program sekolah di SDN Jurumapin 2
Kec. Buer.
Salah satu masalah yang diangkat dalam Best Practice ini adalah :
PENGALAMAN MENJADI KEPALA SEKOLAH DALAM MEMBINA
SISWA BERPRESTRASI DI LINGKUNGAN DINAS PENDIDIKAN
NASIONAL KAB.SUMBAWA TAHUN PELAJARAN 2012-20013.

2. Rumusan Masalah
Dari uraian tersebut di atas, maka masalah yang diambil dalam Bect
Practice ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana kepala sekolah dalam membina siswa berprestasi di
lingkungan Pendidikan nasional kab. Sumbawa tahun pelajaran 20132-
2013 ?

2
2. Bagaimana langkah-langkah kepala sekolah membina siswa berprestasi
di lingkungan Pendidikan nasional kab. Sumbawa tahun pelajaran
20132-2013 ?

3. Tujuan dan Manfaat


a. Tujuan
Tujuan dari penulisan Best Practice ini adalah untuk mengetahui :
1. Keberhasil kepala sekolah dalam membina siswa berprestasi di
lingkungan Pendidikan nasional kab. Sumbawa tahun pelajaran
20132-2013
2. Langkah-langkah kepala sekolah membina siswa berprestasi di
lingkungan Pendidikan nasional kab. Sumbawa tahun pelajaran
20132-2013

b. Manfaat
Manfaat dari Bect Practice ini adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan kompetensi guru, kepala sekolah, dan pengawas
sekolah untuk memperbaiki kualitas pembelajaran
2. Memberikan kontribusi pada peningkatan kualifikasi para peserta
melalui pemberian angka kredit kepada mereka yang berhasil
menyelesaikan program ini
3. Memberikan kontribusi pada peningkatan kualitas sistem
pengembangan tenaga profesional melalui tersedianya program
kelompok kerja guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah yang
dapat diterapkan, sistematis, dan berkelanjutan

3
B. KAJIAN PUSTAKA
1. Peningkatan Capaian Mutu Sekolah Melalui Prestasi Belajar

Peningkatan capaian mutu sekolah melalui prestasi belajar adalah hasil atau

akibat dari kegiatan belajar.Untuk mengetahui tentang prestasi belajar perlu

dijelaskan tentang hakekat belajar.Belajar merupakan suatu proses yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang

baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman ( Slameto,1991).Di

mana perubahan itu bersifat kontinyu dan fungsional, terjadi secara

sadar,bersifat positif dan aktif,bukan bersifat sementara, bertujuan atau

terarah, dan mencakup seluruh aspek tingkah laku yang selanjutnya

dinamakan hasil belajar.Dan hasil belajar tersebut dapat dinyatakan dalam

bentuk prestasi belajar,sebagai capaian mut sekolah.

Menurut Abu Ahmadi ( 2001),belajar adalah suatu proses usaha yang

dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang

baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri

dalam interaksinya dengan lingkungan.

Berdasarkan pengertian prestasi belajar di atas,maka dapat didefinisikan

tentang prestasi belajar,yaitu tingkat keberhasilan yang dicapai siswa

berupa ketrampilan dan pengetahuan berdasarkan hasil tes atau evaluasi

setelah pelaksanaan proses belajar mengajar.

Sedangkan ketuntasan belajar merupakan hasil belajar siswa yang

memenuhi keriteria standart tertentu.Seorang siswa dikatakan tuntas belajar

bila mencapai ketuntasan indikator hasil belajar 65 % ,dan dari suatu

kelas dikatakan tuntas belajar bila dalam kelas telah mencapai 85 %

4
siswa yang telah tuntas belajar ( Depdikbud,1994 ).Ketuntasan hasil

belajar yang dicapai oleh siswa merupakan suatu upaya peningkatan capain

mutu sekolah.

2. Aspek Aspek Penting yang dinilai sebagai hasil proses belajar

Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, sikap, keterampilan yang

harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh siswa dalam melaksanakan

tugas kehidupannya. Berdasarkan pengertian ini, maka secara garis besar

aspek-aspek yang dinilai dalam penilaian berbasis kompetensi meliputi

aspek kognitif, afektif, dan psikomotor atau kompetensi intelektual,

emosional (ahlak dan moral), spritual, dan keterampilan. Sejalan dengan

hal tersebut di atas, Benyamin S. Bloom dan (1956), telah mengklasifikasi

tujuan pendidikan yang dikenal dengan Taksonomi Bloom. Bloom

mengelompokkan kemampuan manusia ke dalam tiga aspek (domain),

yaitu: (1) Aspek kognitif (cognitive domain), (2) Aspek afektif

(affective domain), dan (3) Aspek psikomotor (psychomotorik domain).

Secara lebih rinci, uraian mengenai ketiga aspek tersebut adalah sebagai

berikut.

a) Aspek Kognitif

Aspek kognitif mencakup tujuan-tujuan yang berkenaan dengan

kemampuan berpikir, yaitu berkenaan dengan pengenalan

pengetahuan, perkembangan kemampuan dan keterampilan intelektual

(berpikir). Aspek kognitif terdiri dari enam jenjang yang tersusun

mulai dari kemampuan berpikir yang simpel (rendah, sederhana)

5
menuju pada kemampuan berpikir yang paling kompleks (tinggi) yang

merupakan suatu kontinum. Keenam jenjang berpikir tersebut

seringkali disebut jenjang kognitif yang meliputi ;

pengetahuan,pemahaman,penerapan,analisis,sintesis,dan evaluasi.

b) Aspek Afektif

Daerah afektif adalah daerah atau hal-hal yang berkaitan dengan sikap

(attitude) sebagai manifestasi dari minat (interest), motivasi

(motivation), kecemasan (anxiety), apresiasi perasaan (emotional

appretiation), penyesuaian diri (self adjustment), bakat (aptitude), dan

semacamnya. Hasil belajar aspek afektif terdiri atas lima kategori

sebagai berikut.

(1) Menerima (Reciving), yakni kepekaan dalam menerima rangsangan

(stimulasi) dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk

masalah, situasi, gejala, dll. Dalam tipe ini termasuk kesadaran,

untuk menerima stimulus, keinginan untuk melakukan kontrol dan

seleksi terhadap rangsangan dari luar.

(2) Menjawab (Responding), yakni reaksi yang diberikan oleh

seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar. Hal ini

mencakup ketetapan reaksi, kedalaman perasaan, kepuasan

merespon, tanggung jawab dalam memberikan respon terhadap

stimulus dari luar yang datang pada dirinya.

(3) Menilai (Valuing) berkenaan dengan nilai atau kepercayaan

terhadap gejala atau stimulus yang diterimanya. Dalam hal ini

6
termasuk kesediaan menerima nilai, latar belakang atau

pengalaman untuk menerima nilai dan kesepakatan terhadap nilai

tersebut.

(4) Organisasi (Organizaiton), yakni pengembangan dari nilai ke

dalam satu sistem organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan

nilai lain, pemantapan dan prioritas nilai yang telah dimilikinya.

(5) Internalisasi nilai (Internalized), yakni keterpaduan semua sistem

nilai yang telah dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola

kepribadian dan tingkah lakunya.

Faktor-faktor afektif yang dapat dinilai dalam kegiatan pembelajaran

menurut

Krathwohl (dalam Pratiknyo, 1981 : 8) adalah sebagai berikut:

(1) Adanya kesadaran mengenai pengaruh pelajaran tertentu terhadap

pelajaran lain, begitu pula sebaliknya.

(2) Kesadaran pentingnya nilai dan peranan ilmu dalam masyarakat.

(3) Kesadaran akan keindahan bentuk-bentuk obyek dalam

lingkungannya.

(4) Kesadaran akan pentingnya pelajaran untuk dirinya, baik dalam

pembentukan pribadinya maupun kegunaannya dalam kehidupan

seharihari.

(5) Kesudian untuk memberikan respond dan memberikan pendapat-

pendapat yang baru dalam diskusi.

(6) Kesudian bekerjasama dengan teman-temannya dalam kelas.

7
(7) Kesadaran bahwa pelajaran memberikan keuntungan dan kepuasan

dalam pekerjaannya.

(8) Keinginan untuk berpendapat dan secara sungguh-sungguh

bertanggungjawab pada kewajibannya.

(9) Ada perhatian dan kesediaan untuk berpartisipasi dan aktif dalam

pelajaran.

(10) Ada perhatian untuk meningkatkan diri (ingin tahu) dalam

pelajaran dengan belajar mandiri.

(11) Kebiasaan untuk mengadakan pertemuan dan simulasi.

(12) Kebiasaan untuk mengembangkan dirinya dalam bidang

pelajaran. Evaluasi-KKPS 3

(13) 0Sikap percaya diri sendiri, disiplin pribadi, respek pribadi,

inisiatif, kebebasan, dan perkembangan pada kesadaran untuk

mengkritik diri sendiri (introspeksi diri).

c) Aspek Psikomotori

Pengembangan aspek psikomotorik ini dikembangkan oleh Anita

Harrow (1972). Ia mengklasifikasikan tujuan dalam bidang ini mulai

dari gerakan sederhana sampai pada gerakan yang kompleks, yaitu

gerakan refleks, gerakan dasar, gerakan keterampilan, dan gerakan

komunikasi. Pada kenyataannya, klasifikasi tersebut tidaklah terpisah

satu sama lain, melainkan bersamaan atau berurutan. Penilaian hasil

belajar aspek psikomotorik ini akan lebih efektif bila dilaksanakan

melalui pengamatan (observasi) berupa evaluasi perbuatan dan lisan

8
daripada evaluasi tertulis. Instrumen yang digunakan untuk mengukur

bidang psikomotorik biasanya berupa format berbentuk tabel (matriks)

yang harus diisi, yang berisi rincian aspek yang akan diukur dan

skalapenilaiannya.Hasil belajar psikomotoris tampak dalarn bentuk

keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak. Ada enam tingkatan

keterampilan, yakni:

(1) Gerak refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar).

(2) Gerakan fundamental yang dasar.

(3) Kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan

visual, membedakan auditif, motoris, dan lain-lain.

(4) Kemampuan fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan dan

ketepatan.

(5) Gerakan terampil, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada

keterampilan yang kompleks.

(6) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive

seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.

(7) Hasil belajar yang dikemukakan di atas berhubungan satu sama

lain, bahkan ada dalam kebersamaan. Seseorang yang berubah

tingkat kognisinya sebenamya dalam kadar tertentu telah berubah

pula sikap dan perilakunya.

3. Jenis jenis alat dan teknik penilaian di sekolah

Beberapa jenis dan teknik penilaian yang digunakan di sekolah antara lain

sebagai berikut.

9
(a) Penilaian tertulis

Penilaian tertulis adalah suatu teknik penilaian yang menuntut jawaban

secara tertulis, baik berupa pilihan atau isian. Tes yang jawabannya

berupa pilihan meliputi pilihan ganda, benar-salah, menjodohkan, dan

lain-lain. Adapun tes yang jawabannya berupa isian berbentuk isian

singkat dan uraian.

(b) Observasi

Observasi, dapat pula disebut pengamatan, adalah teknik penilaian

yang dilakukan dengan menggunakan indera penglihatan secara

langsung.

Observasi dapat dilakukan secara formal maupun informal. Observasi

formal dilakukan dengan cara menggunakan instrumen yang sudah

dirancang sebelumnya, sedangkan observasi informal dilakukan tanpa

menggunakan instrumen yang dirancang terlebih dahulu. Sasaran

observasi dapat menyangkut aspek kognitif, psikomotor, dan afektif.

Dalam hal kepribadian, sasaran observasi adalah tindakan nyata

peserta didik sebagai cerminan aspek sikap (afektif) yang didasari

dengan pengetahuan (kognitif) yang mendasari sikap dan tindakannya.

(c) Penilaian unjuk kerja (Praktik)

Penilaian praktik, juga biasa disebut tes kinerja, adalah teknik

penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan

kemahirannya, baik diujudkan dalam bentuk tertulis sehingga disebut

tes keterampilan tertulis, ataupun dalam bentuk lain yaitu berupa

10
kemahiran mengidentifikasi, bersimulasi, ataupun melakukan

pekerjaan yang sesungguhnya. Tes untuk mengukur kemahiran

mengidentifikasi sesuatu hal berdasarkan fenomena yang ditangkap

melalui alat indera disebut tes identifikasi. Tes untuk mengukur

kemahiran bersimulasi memperagakan suatu tindakan disebut tes

simulasi.

Tes untuk mengukur kemahiran mendemonstrasikan pekerjaan yang

sesungguhnya disebut tes petik kerja atau tes contoh kerja. Tes petik

kerja dapat dilakukan dengan sasaran penilaian berupa kemahiran

dalam mendemosntrasikan prosedur, produk yang dihasilkan, dan

dapat pula32keduanya. Tes petik kerja dengan sasaran penguasaan

prosedur, atau disebut tes petik kerja prosedur, dapat dilakukan karena

kemahiran yang didemonstrasikan murni berupa prosedur, dalam arti

tidak menghasilkan produk, misalnya kemahiran berpidato,

berdeklamasi, menari, dan menjalankan mesin. Tes petik kerja dapat

pula dengan sasaran kombinasi prosedur dan produk, misalnya

kemahiran melakukan pekerjaan pengelasan dan kualitas hasil

pengelasan yang diperoleh, kemahiran melakukan pengamatan

mikroskopik dan gambar hasil pengamatan yang diperolehnya.

Tes petik kerja dapat pula sasarannya murni hanya produk karena

prosedur tidak perlu dinilai dengan pertimbangan prosedur harus sudah

dikuasai, dapat pula karena tidak ada prosedur baku yang dapat dinilai,

misalnya kemahiran membuat karangan, puisi, dan melukis abstrak.

11
C. PEMBAHASAN MASALAH
1. Hasil Kegiatan Sebelumnya
Sebelum diangkat menjadi kepala sekolah,saya sering ditugasi oleh kepala

sekolah melaksanakan tugas sehari hari baik sebagai guru di kelas, maupun

mendapat tugas tambahaan yang harus diselesaikan dalam waktu yang

singkat.

Dari pengalaman itu saya sedikit demi sedikit mempunyai pengalaman

yang menurut penilaian saya pribadi cukup berharga, sehingga secara

perlahan lahan mampu melaksanakan tugas baik sebagai guru di kelas

maupun diberi tugas tambahan di luar kegiatan belajar mengajar seperti

( kegiatan ektrakurikuler, tugas yang berkaitan dengan komite sekolah dll ).

Kepercayaan yang diberikan oleh kepala sekolah tersebut, menjadikan saya

berpengalaman dalam mengolah sekolah.Dan dari pengalaman yang saya

miliki tersebut, kepala sekolah yang membina saya, kemudian di mutasi ke

sekolah lain dalam kecamatan yang sama, sehingga sekolah tempat saya

bertugas mengalami kekosongan pemimpin ( Kepala Sekolah).

Dengan berbagai pertimbangan, baik oleh orang tua dan komite sekolah,

maupun dari pihak pemerintah daerah ( Kab.Smbawa ), saya dipercayakan

menjadi kepala sekolah di tempat saya bertugas yaitu di SDN Jurumapin 2

Kec. Buer mulain Oktober tahun 2011.

Menjadi kepala sekolah bagi saya tidak semudah membalikkan telapak

tangan, karena seorang kepala sekolah harus mampu mangatasi berbagai

masalah yang ada, baik yang berkaitan dengan program dan pengembangan

12
sekolah, maupun yang berkaitan dengan mutu lulusan di sekolah binaan

saya.

Salah satu masalah yang menjadi beban bagi saya selaku kepala sekolah

yang baru bertugas adalah, bagaimana meningkatkan mutu lulusan agar

tidak ketinggalan dengan sekolah lain. Salah satu di antaranya adalah

melaksanakan pembelajaran yang intensif dan pelaksanakan program ekstra

kurikuler yang menunjang peningkatan prestasi siswa serta melakukan

kerjasama yang baik dengan stakeholder sekolah.

Upaya yang dapat saya lakukan dalam membina siswa tersebut adalah

melakukan pembinaan secara berkelanjutan melalui kegiatan pembelajaran

maupun kegiatan workshop kepada guru agar mampu membuat program

pembelajaran mulai dari perencanaan, membuat silabus dan RPP,

pelaksanaan pembelajaran, membuka dan menutup pelajaran.Kegiatan

pembinaan tersebut saya lakukan sebagai implikasi dari Undan Undang No

20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional ( SISDIKNAS ) dan

Undang Undang No 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen,

Hasil yang dicapai dari pembinaan yang saya lakukan membuahkan hasil

yang cukup menggembirakan, prestasi di bidang akademik tiap tahun siswa

lulus 100 % dengan Nem tertinggi sejak tahun 2010-2011 sampai sekrang

dan dapat diterima di berbagai sekolah menengah pavorit baik yang ada di

wilayah kota kecamatan Buer maupun di luar kota Kecamatan Buer di di

Lingkungan Kabupaten Sumbawa. Dan prestasi non akademik yang dicapai

sebagai utusan Kecamatan Buer dalam lomba cerdas cermat se kecamatan

13
Alas dan Buer, lomba sekolah sehat, lomba Gerak jalan dan festival anak

saleh dan lomba-lomba lainnya.

Kegiatan pembinaan yang saya lakukan tersebut di atas semula mengalami

hambatan hambatan di antaranya kemampuan guru dalam memahami

materi binaan dan bimbingan yang diberikan oleh kepala sekolah. Namun

setelah diberi penjelasan dan pengarahan yang kontinyu, para guru dapat

memahaminya, sehingga hasil yang dicapai cukup mengembirakan.

Agar para guru lebih mantap dan tidak ragu dalam melaksanakan tugas

sesuai dengan binaan kepala sekolah, langkah lain yang ditempuh adalah

mengundang para Pengawas baik yang ada di Wilayah Kecamatan maupun

yang ada di wilayah Kabupaten. Selain Pengawas juga kepala sekolah

mengupayakan mengundang bapak kepala Dinas Diknas Kab.Sumbawa

maupun kepala Bidang TK/SD Dinas Diknas Kab.Sumbawa yang

dilakukan secara berkolaborasi yang dipusatkan di Kec.Buer Kab.

Sumbawa.

Pembinan yang dilakukan tersebut memberikan dampak yang positif

kepada para guru sehingga termotivasi untuk melakukan pembelajaran

yang inovatif, dan tidak ketinggalan dengan sekolah sekolah lain, baik yang

ada di Wilayah Kecamatan Buer, maupun di luar kecamatan Buer.

2. Strategi Pemecahan Masalah


a. Alasan Pemilihan Strategi Pemecahan Masalah
Untuk meningkatkan mutu sekolah terutama di SDN Jurumapin 2 kec.
Buer maka saya sebagi kepala sekolah melakukan berbagai strategi
pemecahan masalah yaitu 7 strategi yaitu ;
1. Peningkatan kualitas Manajemen Berbasis Sekolah ( MBS ).

14
2. Peningkatan Profesionalisme Pendidik
3. Peningkatan Kualitas Proses Belajar mengajar ( metode PAKEM
dan bilingual )
4. Peningkatan Sarana dan Prasarana Belajar
5. Peningkatan Kegiatan Ekstrakurikuler
6. Peningkatan Sistem Informasi Manajemen
7. Peningkatan Partisipasi Masyarakat

Pemilihan strategi ini saya ambil karena merupakan program pokok


kegiatan sekolah, dengan peningkatan efektivitasnya akan dapat
meningkatkan prestasi siswa dan akan berdampak pada peningkatan
mutu sekolah terutama di wilayah kec. Buer.

b. Deskripsi Strategi Pemecahan Masalah


Berangkat dari persoalan-persoalan tersebut, saya sebagai kepala
sekolah lantas menggulirkan tujuh strategi untuk melakukan
optimalisasi pengelolaan sekolah, yakni peningkatan kualitas MBS
(Manajemen Berbasis Sekolah), peningkatan profesionalisme pendidik
dan tenaga kependidikan, peningkatan kualitas proses belajar mengajar
(metode PAKEM dan bilingual), peningkatan sarana dan prasarana
belajar, peningkatan kegiatan ektra kurikuler, peningkatan sistem
informasi dan manajemen, dan peningkatan partisipasi masyarakat.
Sejak memimpin sekolah tersebut, Saya selalu melibatkan guru, komite
sekolah, pengawas sekolah, dan wakil orangtua kelas dalam menyusun
program sekolah. Para guru juga ditingkatkan kompetensinya, baik
dalam penyusunan KTSP (kurikulum tingkat satuan pendidikan),
pembelajaran PAKEM, pembuatan alat peraga sederhana, penggunaan
komputer dan internet, hingga kemampuan berbahasa Inggris.
Saya juga telah berhasil merehab bangunan sekolah yang dulu rusak
berat kini menjadi tampak megah. Dana renovasi bangunan sekolah
tersebut ada yang berasal dari pemerintah, banyak pula yang berasal

15
dari sumbangan orangtua murid. Buku-buku perpustakaan maupun
sarana komputer juga dilengkapi.
Untuk menggairahkan kegiatan ekstra kurikuler, Saya memperbanyak
ragam kegiatan, misalnya bahasa olahraga, baca tulis Al Quran,
komputer, renang, musik, seni tari, seni lukis, dan pramuka.
Selain itu, SD Jurumapin 2 juga bergelimang prestasi, baik diperoleh
oleh siswa, guru, maupun kepala sekolahnya. Prestasi-prestasi itu
diperoleh mulai dari tingkat kecamatan, maupun kota Kabupaten.

c. Tahapan Operasional Pelaksanaan


Pada saat Saya mengawali tugasnya di SDN Jurumapin 2, kondisi
bangunan fisiknya sungguh memprihatinkan. Bangunan sekolah terdiri
dari enam kelas, namun dinding dan atap plafon terbuat dari asbes, dan
tidak mempunyai kamar kecil (WC). Maklum, SDN Jurumapin 2 yang
dibangun pada tahun 1984. Kalaupun ada kelebihan yang dimiliki
sekolah tersebut adalah lahan yang cukup luas, yakni 1.000 m2.
Kondisi fisik SDN Jurumapin 2 yang seperti itu sejatinya mewakili
kondisi SD pada umumnya yang jumlahnya mencapai ribuan yang
ditujukan untuk memperluas akses belajar bagi anak-anak usia SD (7-
12 tahun).
Sejak tahun 2003 hingga akhir tahun 2013, pemerintah melakukan
renovasi besar-besaran melalui skema pendanaan Dana Alokasi Khusus
(DAK).
Ketika saya mendapat tugas sebagai kepala SDN Jurumapin 2 pada
tahun 2011, selain harus menghadapi kenyataan kondisi bangunan
sekolah yang memprihatinkan, jumlah guru dan siswa juga hanya
sedikit. Saat itu, sekolah tersebut mempunyai 7 guru, satu kepala
sekolah, dan 145 siswa. Sekolah tersebut juga belum memiliki sarana
penunjang belajar yang memadai, seperti komputer, laboratorium,
lapangan olahraga, dan lain-lain. Proses kegiatan belajar mengajar juga
belum menerapkan metode PAKEM (Pembelajaran yang Aktif, Kreatif,

16
Efektif dan Menyenangkan). Kegiatan ektra kurikuler juga kurang
diminati siswa.
Begitu pula keterlibatan masyarakat, tampak masih rendah. Mereka
cenderung tidak peduli terhadap aktivitas dan upaya-upaya
peningkatan mutu sekolah. Mereka tidak memahami program-program
sekolah. Laporan keuangan sekolah juga kurang transparan. Kondisi
memprihatinkan lain yang juga tampak adalah para siswa, guru,
maupun kepala sekolah belum memiliki prestasi yang membanggakan.

3. Pembahasan
SDN Jurumapain 2 Kecamatan Buer dengan melaksanakan 7 strategi yang
dibawah dan diterapkan oleh kepala sekolah maka SDN Jurumapin 2
bergelimang dengan prestasi yang gemilang di Wilayah Kec. Buer. sejak
saya bertugas sebagai kepala sekolah sejak tahun 2011-2012 sampai dengan
sekarang.
Prestasi yang dicapai oleh siswa SDN Jurumapin 2 adalah sebagai berikut :
a. Juara I : Lomba Cerdas Cermat TK Kec. Buer.
b. Juara I : Lomba Sari Tilawah tingkat Kec. Buer
c. Juara I : Lomba Qasidah Rabana tingkat Kec. Buer
d. Juara Umum: Fectival anak shaleh tk Kec. Buer
e. Juara II : Lomba Sekolah Tingkat Kec. Buer
f. Juara I : Lomba Gerak Jalan Putri Tingkat Kec. Buer
g. Juara I : Lomba Tari Tingkat Kec. Alas dan Buer
h. Juara I : Lomba Gerak Jalan Putra se Kec. Alas dan Buer

Prestasi akademik yang dicapai oleh siswa adalah :


a. Masuk 5 ( lima ) besar pencapain Nem tertinggi siswa se Kec. Buer
tahun pelajaran 2011-2012.
b. Masuk 6 ( enam ) besar pencapain Nem tertinggi siswa se Kec. Buer
tahun pelajaran 2012-2013.

17
D. SIMPULAN DAN REKOMANDASI
1. Simpulan
Dari uraian tersebut di atas, maka best practice ini dapat disimpulkan
sebagai berikut :
a) Peran kepala sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan bukan hanya
sebagai leader, tetapi juga sebagai manager dan enterpreuneur.
Sebagai leader, kepala sekolah harus tampil sebagai sosok pemimpin
yang berwibawa, tangguh, tegas, cekatan, menjadi tauladan, dan tepat
dalam mengambil keputusan.
b) Peningkatkan mutu sekolah di SDN Jurumapin 2 kec. Buer dilakukan
berbagai strategi pemecahan masalah yaitu ada 7 strategi ;Peningkatan
kualitas Manajemen Berbasis Sekolah ( MBS ), Peningkatan
Profesionalisme Pendidik, Peningkatan Kualitas Proses Belajar
mengajar ( metode PAKEM dan bilingual ), Peningkatan Sarana dan
Prasarana Belajar, Peningkatan Kegiatan Ekstrakurikuler, Peningkatan
Sistem Informasi Manajemen, Peningkatan Partisipasi Masyarakat.
c) Hasil yang dicapai oleh sekolah dalam upaya peningkatan prestasi
siswa sebagai upaya peningkatan mutu sekolah dapat dicapai baik
melalui kegiatan pembelajaran yang intensif, kegiatan ekstra kurikuler,
dengan capaian prestasi dibarbagai lomba baik di bidang akademik,
agama, maupun olahraga, senin, dan hiburan di wilayah kecamatan
Buer dan Alas maupun tingkat Kabupaten.

2. Rekomendasi

Best Practice bagi kepala sekolah terutama kepala sekolah di tingkat SD


perlu dipublikasikan secara luas sebagai pengalaman yang berharga dalam
menjalan tugas sebagai kepala sekolah. Melalui Bec Practice ini hasilnya
yang dicapai dapat direkomendasikan sebagai berikut :
a) Memberikan arah kepada kepala sekolah untuk mewujudkan sekolah
yang bermutu yang merupakan dambaan bagi masyarakat.

18
b) Dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran dan manajemen
berbasi sekolah terutama di SDN Jurumapin 2
c) Best Practice ini dapat dijadikan pedoman kerja bagi kepala sekolah
terutama yang berkaitan dengan program yang bersifat kompetitif dan
komparatif.
d) Best Practice dapat dipakai sebagai pedoman dalam penyusunan
program sekolah model, sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan.

19
20

Anda mungkin juga menyukai