Anda di halaman 1dari 249

PTK

Penelitian Tindakan Sekolah


Dan Implementasinya di Sekolah

Drs. Mauluddin Ibrahim, M.Pd

BAB I
SELAYANG PANDANG PTK
( PENELITIAN TINDAKAN KELAS )
A. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
Pada awalnya, penelitian tindakan (action research) dikembangkan dengan
tujuan untuk mencari penyelesaian terhadap problema sosial (termasuk
pendidikan). Penelitian tindakan diawali oleh suatu kajian terhadap suatu masalah
secara sistematis (Kemmis dan Taggart, 1988). Hasil kijian ini dijadikan dasar
untuk menyusun suatu rencana kerja (tindakan) sebagai upaya untuk mengatasi
masalah tersebut. Kegiatan berikutnya adalah pelaksanaan tindakan dilanjutkan
dengan observasi dan evaluasi. Hasil observasi dan evaluasi digunakan sebagai
masukkan melakukan refleksi atas apa yang terjadi pada saat pelaksanaan
tindakan. Hasil refleksi kemudian dijadikan landasan untuk menentukan perbaikan
serta penyempurnaan tindakan selanjutnya.
Menurut Kemmis (1988), penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelitian refleksi diri yang dilakukan oleh para partisipan dalam situasi-situasi sosial
(termasuk pendidikan) untuk memperbaiki praktik yang dilakukan sendiri. Dengan
demikian, akan diperoleh pemahaman yang komprehensif mengenai praktik dan
situasi di mana praktik tersebut dilaksanakan. Terdapat dua hal pokok dalam
penelitian tindakan yaitu perbaikan dan keterlibatan. Hal ini akan mengarahkan
tujuan penelitian tindakan ke dalam tiga area yaitu; (1) untuk memperbaiki
praktik; (2) untuk pengembangan profesional dalam arti meningkatkan
pemahaman para praktisi terhadap praktik yang dilaksanakannya; serta (3) untuk
memperbaiki keadaan atau situasi di mana praktik tersebut dilaksanakan.
Dalam bidang pendidikan, khususnya dalam praktik pembelajaran, penelitian tindakan berkembang menjadi Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau
Classroom Action Reserach (CAR). PTK adalah penelitian tindakan yang
dilaksanakan di dalam kelas ketika pembelajaran berlangsung. PTK dilaku- kan
dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran. PTK
berfokus pada kelas atau pada proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas.
Suharsimi (2002) menjelaskan PTK melalui gabungan definisi dari tiga kata
yaitu Penelitian + Tindakan + Kelas. Makna setiap kata tersebut adalah
sebagai berikut.
Penelitian; kegiatan mencermati suatu obyek dengan menggunakan cara dan
metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam
memecahkan suatu masalah.
Tindakan; sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan
tertentu. Tindakan yang dilaksanakan dalam PTK berbentuk suatu rangkaian siklus
kegiatan.

Kelas; sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran
yang sama dari guru yang sama pula. Siswa yang belajar tidak hanya terbatas
dalam sebuah ruangan kelas saja, melainkan dapat juga ketika siswa sedang
melakukan karyawisata, praktikum di laboratorium, atau belajar tempat lain di
bawah arahan guru.
Berdasarkan pengertian di atas, komponen yang terdapat dalam sebuah kelas
yang dapat dijadikan sasasaran PTK adalah sebagai berikut.
1. Siswa, dapat dicermati obyeknya ketika siswa sedang mengikuti proses
pembelajaran. Contoh permasalahan tentang siswa yang dapat menjadi
sasaran PTK antara lain perilaku disiplin siswa, motivasi atau semangat
belajar siswa, keterampilan berpikir kritis, kemampuan memecahkan masalah
dan lain-lain.
2. Guru, dapat dicermati ketika yang bersangkutan sedang mengajar atau
membimbing siswa. Contoh permasalahan tentang guru yang dapat menjadi
sasaran PTK antara lain penggunaan metode atau strategi pembelajaran,
penggunaan pendekatan pembelajaran, dan sebagainya.
3. Materi pelajaran, dapat dicermati ketika guru sedang mengajar atau
menyajikan materi pelajaran yang ditugaskan pada siswa. Contoh
permasalahan tentang materi yang dapat menjadi sasaran PTK misalnya
urutan dalam penyajian materi, pengorganisasian materi, integrasi materi, dan
lain sebagainya.
4. Peralatan atau sarana pendidikan, dapat dicermati ketika guru sedang
mengajar dangan menggunakan peralatan atau sarana pendidikan tertentu.
Contoh permasalahan tentang peralatan atau sarana pendidikan yang dapat
menjadi sasaran PTK antara lain pemanfaatan laboratorium, penggunaan
media pembelajaran, dan penggunaan sumber belajar.
5. Hasil pembelajaran yang ditinjau dari tiga ranah (kognitif, afektif,
psikomotorik), merupakan produk yang harus ditingkatkan melalui PTK.
Hasil pembelajaran akan terkait dengan tindakan yang dilakukan serta unsur
lain dalam proses pembelajaran seperti metode, media, guru, atau perilaku
belajar siswa itu sendiri.
6. Lingkungan, baik lingkungan siswa di kelas, sekolah, maupun yang
lingkungan siswa di rumah. Dalam PTK, bentuk perlakuan atau tindakan yang
dilakukan adalah mengubah kondisi lingkungan menjadi lebih kondusif
misalnya melalui penataan ruang kelas, penataan lingkungan sekolah, dan
tindakan lainnya.
7. Pengelolaan, merupakan kegiatan dapat diatur/direkayasa dengan bentuk
tindakan. Contoh permasalahan tentang pengelolaan yang dapat menjadi
sasaran PTK antara lain pengelompokan siswa, pengaturan jadwal pelajaran,
pengaturan tempat duduk siswa, penataan ruang kelas, dan lain sebagainya.

Karena makna kelas dalam PTK adalah sekelompok peserta didik


yang sedang belajar serta guru yang sedang memfasilitasi kegiatan belajar, maka
permasalahan PTK cukup luas. Permasalahan tersebut di antaranya adalah sebagai
berikut.
1. Masalah belajar siswa di sekolah, seperti misalnya permasalahan
pembelajaran di kelas, kesalahan-kesalahan dalam pembelajaran, miskonsepsi,
misstrategi, dan lain sebagainya.
2. Pengembangan profesionalisme guru dalam rangka peningkatan mutu
perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi program dan hasil pembelajaran.
3. Pengelolaan dan pengendalian, misalnya pengenalan teknik modifikasi
perilaku, teknik memotivasi, dan teknik pengembangan potensi diri.
4. Desain dan strategi pembelajaran di kelas, misalnya masalah pengelolaan dan
prosedur pembelajaran, implementasi dan inovasi penggunaan metode
pembelajaran (misalnya penggantian metode mengajar tradisional dengan
metode mengajar baru), interaksi di dalam kelas (misalnya penggunaan
stretegi pengajaran yang didasarkan pada pendekatan tertentu).
5. Penanaman dan pengembangan sikap serta nilai-nilai, misalnya
pengembangan pola berpikir ilmiah dalam diri siswa.
6. Alat bantu, media dan sumber belajar, misalnya penggunaan media
perpustakaan, dan sumber belajar di dalam/luar kelas.
7. Sistem assesment atau evaluasi proses dan hasil pembelajaran, seperti
misalnya masalah evaluasi awal dan hasil pembelajaran, pengembangan
instrumen penilaian berbasis kompetensi, atau penggunaan alat, metode
evaluasi tertentu
8. Masalah kurikulum, misalnya implementasi KBK, urutan penyajian meteri
pokok, interaksi antara guru dengan siswa, interaksi antara siswa dengan
materi pelajaran, atau interaksi antara siswa dengan lingkungan belajar.
Berdasarkan cakupan permasalannya, seorang guru akan dapat menemukan
penyelesaian masalah yang terjadi di kelasnya melalui PTK. Hal ini dapat
dilakukan dengan menerapkan berbagai ragam teori dan teknik pembelajaran
yang relevan. Selain itu, PTK dilaksanakan secara bersamaan dangan
pelaksanaan tugas utama guru yaitu mengajar di dalam kelas, tidak perlu harus
meninggalkan siswa. Dengan demikian, PTK merupakan suatu bentuk
penelitian yang melekat pada guru, yaitu mengangkat masalah-masalah aktual
yang dialami oleh guru di lapangan. Dengan melaksanakan PTK, diharapkan
guru memiliki peran ganda yaitu sebagai praktisi dan sekaligus peneliti.
B. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tindakan Kalas
Tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan permasalahan nyata yang
terjadi di dalam kelas sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal tersebut
dapat dipecahkan melalui tindakan yang akan dilakukan. PTK juga bertujuan
untuk meningkatkan kegiatan nyata guru dalam pengembangan profesinya. Tujuan
khusus PTK adalah untuk mengatasi berbagai persoalan nyata guna memperbaiki

atau meningkatkan kualitas proses pembelajaran di kelas. Secara lebih rinci tujuan
PTK antara lain:
(1) Meningkatkan mutu isi, masukan, proses, dan hasil pendidikan dan
pembelajaran di sekolah.
(2) Membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya dalam mengatasi masalah
pembelajaran dan pendidikan di dalam dan luar kelas.
(3) Meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan.
(4) Menumbuh-kembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah sehingga
tercipta sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu
pendidikan/pembelajaran secara berkelanjutan.
Output atau hasil yang diharapkan melaltu PTK adalah peningkatan atau
perbaikan kualitas proses dan hasil pembelajaran yang meliputi hal-hal sebagai
berikut.
(1) Peningkatan atau perbaikan kinerja siswa di sekolah.
(2) Peningkatan atau perbaikan mutu proses pembelajaran di kelas.
(3) Peningkatan atau perbaikan kualitas penggunaan media, alat bantu belajar, dan
sumber belajar lainya.
(4) Peningkatan atau perbaikan kualitas prosedur dan alat evaluasi yang
digunakan untuk mengukur proses dan hasil belajar siswa.
(5) Peningkatan atau perbaikan masalah-masalah pendidikan anak di sekolah.
(6) Peningkatan dan perbaikan kualitas dalam penerapan kurikulum dan
pengembangan kompetensi siswa di sekolah.
Dengan memperhatikan tujuan dan hasil yang dapai dapat dicapai melalui PTK,
terdapat sejumlah manfaat PTK antara lain sebagai berikut.
(1)
Menghasilkan laporan-laporan PTK yang dapat dijadikan bahan panduan
bagi para pendidik (guru) untuk meningkatkan kulitas pembelajaran. Selain itu
hasil-hasil PTK yang dilaporkan dapat dijadikan sebagai bahan artikel ilmiah
atau makalah untuk berbagai kepentingan antara lain disajikan dalam forum
ilmiah dan dimuat di jurnal ilmiah.
(2)
Menumbuhkembangkan kebiasaan, budaya, dan atau tradisi meneliti dan
menulis artikel ilmiah di kalangan pendidik. Hal ini ikut mendukung
professionalisme dan karir pendidik.
(3)
Mewujudkan kerja sama, kaloborasi, dan atau sinergi antarpendidik dalam
satu sekolah atau beberapa sekolah untuk bersama-sama memecahkan masalah
dalam pembelajaran dan meningkatkan mutu pembelajaran.
(4)
Meningkatkan kemampuan pendidik dalam upaya menjabarkan kurikulum
atau program pembelajaran sesuai dengan tuntutan dan konteks lokal, sekolah,
dan kelas. Hal ini turut memperkuat relevansi pembelajaran bagi kebutuhan
peserta didik.
(5)
Memupuk dan meningkatkan keterlibatan, kegairahan, ketertarikan,
kenyamanan, dan kesenangan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di
kelas. Di samping itu, hasil belajar siswa pun dapat meningkat.

(6)

Mendorong terwujudnya proses pembelajaran yang menarik, menantang,


nyaman, menyenangkan, serta melibatkan siswa karena strategi, metode,
teknik, dan atau media yang digunakan dalam pembelajaran demikian
bervariasi dan dipilih secara sungguh-sungguh.

C. Karakteristik Penelitian Tindakan Kalas


PTK merupakan bentuk penelitian tindakan yang diterapkan dalam aktivitas
pembelajaran di kelas. Ciri khusus PTK adalah adanya tindakan nyata yang
dilakukan sebagai bagian dari kegiatan penelitian dalam rangka memecahkan
masalah. Tindakan tersebut dilakukan pada situasi alami serta ditujukan untuk
memecahkan masalah praktis. Tindakan yang diambil merupakan kegiatan yang
sengaja dilakukan atas dasar tujuan tertentu. Tindakan dalam PTK dilakukan
dalam suatu siklus kegiatan.
Terdapat sejumlah karakteristik yang merupakan keunikan PTK
dibandingkan dengan penelitian pada umumnya, antara lain sebagai berikut.
(1) PTK merupakan kegiatan yang tidak saja berupaya memecahkan masalah,
tetapi sekaligus mencari dukungan ilmiah atas pemecahan masalah tersebut.
(2) PTK merupakan bagian penting upaya pengembangan profesi guru melalui
aktivitas berpikir kritis dan sistematis serta membelajarkan guru untuk
menulis dan membuat catatan.
(3) Persoalahan yang dipermasalahkan dalam PTK bukan dihasilkan dari kajian
teoretik atau dan penelitian terdahulu, tetapi berasal dari adanya permasalahan
nyata dan aktual (yang terjadi saat ini) dalam pembelajaran di kelas. PTK
berfokus pada pemecahan masalah praktis bukan masalah teoretis.
(4) PTK dimulai dari permasalahan yang sederhana, nyata, jelas, dan tajam
mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas.
(5) Adanya kolaborasi (kerjasama) antara praktisi (guru dan kepala sekolah)
dengan peneliti dalam hal pemahaman, kesepakatan tentang permasalahan,
pengambilan keputusan yang akhirnya melahirkan kesamaan tentang tindakan
(action) .
(6) PTK dilakukan hanya apabila; (a) Ada keputusan kelompok dan komitmen
untuk pengembangan; (b) Bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme
guru; (c) Alasan pokok ingin tahu, ingin membantu, ingin meningkatkan; dan
(d) Bertujuan memperoleh pengetahuan dan atau sebagai upaya pemecahan
masalah.
Kolaborasi (kerjasama) antara praktisi (guru) dan peneliti (dosen atau
widyaiswara) merupakan salah satu ciri khas PTK. Melalui kolaborasi ini mereka
bersama menggali dengan mengkaji permasalahan nyata yang dihadapi oleh guru
dan atau siswa. Sebagai penelitian yang bersifat kolaboratif, harus secara jelas
diketahui peranan dan tugas guru dengan peneliti. Dalam PTK kolaboratif,
kedudukan peneliti setara dengan guru, dalam arti masing-masing mempunyai
peran serta tanggung jawab yang saling membutuhkan dan saling melengkapi.
Peran kolaborasi turut menentukan keberhasilan PTK terutama pada kegiatan

mendiagnosis masalah, merencanakan tindakan, melaksanakan penelitian


(tindakan, observasi, merekam data, evaluasi, dan refleksi), menganalisis data,
menyeminarkan hasil, dan menyusun laporan hasil.
Sering terjadi PTK dilaksanakan sendiri oleh guru. Guru melakukan PTK
tanpa kerjasama dengan peneliti. Dalam hal ini guru berperan sebagai peneliti
sekaigus sebagai praktisi pembelajaran. Guru profesional seharusnya mampu
mengajar sekaligus meneliti. Dalam keadaan seperti ini, maka guru melakukan
pengamatan terhadap diri sendiri ketika sedang melakukan tindakan (Suharsimi,
2002). Untuk itu guru harus mampu melakukan pengamatan diri secara obyektif
agar kelemahan yang terjadi dapat terlihat dengan wajar. Melalui PTK, guru
sebagai peneliti dapat:
(1) mengkaji/ meneliti sendiri praktik pembelajarannya;
(2) melakukan PTK dengan tanpa mengganggu tugasnya;
(3) mengkaji permasalahan yang dialami dan yang sangat dipahami; dan
(4) melakukan kegiatan guna mengembangkan profesionalismenya.
Dalam praktiknya, boleh saja guru melakukan PTK tanpa kolaborasi
dengan peneliti. Akan tetapi, perlu diperhatikan bahwa PTK yang dilakukan oleh
guru tanpa kolaborasi dengan peneliti mempunyai kelemahan karena para praktisi
umumnya (dalam hal ini adalah guru) kurang akrab dengan teknik-teknik dasar
penelitian. Di samping itu, guru pada umumnya tidak memiliki waktu untuk
melakukan penelitian sehubungan dengan padatnya kegiatan pengajaran yang
dilakukan. Akibatnya, hasil PTK menjadi kurang memenuhi kriteria validitas
metodologi ilmiah. Dalam konteks kegiatan pengawasan sekolah, seorang
pengawas sekolah dapat berperan sebagai kolaborator bagi guru dalam
melaksanakan PTK.
D. Prinsip Penelitian Tindakan Kelas
Terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh guru (peneliti) dalam
pelaksanaan PTK yaitu sebagai berikut.
Pertama, tindakan dan pengamatan dalam proses penelitian yang dilakukan
tidak boleh mengganggu atau menghambat kegiatan utama, misalnya bagi guru
tidak boleh sampai mengorbankan kegiatan pembelajaran. Pekerjaan utama guru
adalah mengajar, apapun jenis PTK diterapkan, seyogyanya tidak mengganggu
tugas guru sebagai pengajar. Terdapat 3 hal penting berkenaan dengan prinsip
pertama tersebut yaitu (1) Dalam mencobakan sesuatu tindakan pembelajaran, ada
kemungkinan hasilnya kurang memuaskan, bahkan mungkin kurang dari yang
diperoleh dari biasanya. Karena bagaimanapun tindakan tersebut masih dalam
taraf uji coba. Untuk itu, guru harus penuh pertimbangan ketika memilih tindakan
guna memberikan yang terbaik kepada siswa; (2) Siklus tindakan dilakukan
dengan mempertimbangkan keterlaksanaan kurikulum secara keseluruhan serta
ketercapaian tujuan pembelajaran secara utuh, bukan terbatas dari segi
tersampaikannya materi pada siswa dalam kurun waktu yang telah ditentukan; (3)
Penetapan jumlah siklus tindakan dalam PTK mengacu kepada penguasaan yang

ditargetkan pada tahap perencanaan, tidak mengacu kepada kejenuhan


data/informasi sebagaimana lazimnya dalam pengumpulan data penelitian
kualitatif.
Kedua, masalah penelitian yang dikaji merupakan masalah yang cukup
merisaukannya dan berpijak dari tanggung jawab profesional guru. Guru harus
memiliki komitmen untuk melaksanakan kegiatan yang akan menuntut kerla ekstra
dibandingkan dengan pelaksanaan tugas secara rutin. Pendorong utama PTK
adalah komitmen profesional guru untuk memberikan layanan yang terbaik kepada
siswa.
Ketiga, metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu
yang lama, sehingga berpeluang menggangu proses pembelajaran. Sejauh mungkin
harus digunakan prosedur pengumpulan data yang dapat ditangani sendiri oleh
guru, sementara guru tetap aktif berfungsi sebagai guru yang bertugas secara
penuh. Oleh karena itu, perlu dikembangkan teknik-teknik perekaman data yang
cukup sederhana, namun dapat menghasilkan informasi yang cukup bermakna.
Keempat, metodologi yang digunakan harus terencana secara cermat,
sehingga tindakan dapat dirumuskan dalam suatu hipotesis tindakan yang dapat
diuji di lapangan. Guru dapat mengembangkan strategi yang dapat diterapkan pada
situasi kelasnya, serta memperoleh data yang dapat digunakan untuk menjawab
hipotesis yang dikemukakan.
Kelima, permasalahan atau topik yang dipilih harus benarbenar nyata,
menarik, mampu ditangani, dan berada dalam jangkauan kewenangan peneliti
untuk melakukan perubahan. Peneliti harus merasa terpanggil untuk meningkatkan
diri.
Keenam; peneliti harus tetap memperhatikan etika dan tata krama penelitian
serta ramburambu pelaksanaan yang berlaku umum. Dalam penyelenggaraan
PTK, guru harus bersikap konsisten dan peduli terhadap etika yang berkaitan
dengan pekerjaannya. Hal ini penting ditekankan karena selain melibatkan para
siswa, PTK juga hadir dalam suatu konteks organisasi sehingga
penyelenggaraannya harus mengindahkan tata krama kehidupan berorganisasi.
Artinya, prakarsa PTK harus diketahui oleh pimpinan lembaga, disosialisasikan
pada rekan-rekan di lembaga terkait, dilakukan sesuai tata krama penyusunan
karya tulis akademik, di samping tetap mengedepankan kemaslahatan bagi siswa.
Ketujuh; kegiatan PTK pada dasarnya merupakan kegiatan yang
berkelanjutan, karena tuntutan terhadap peningkatan dan pengembangan akan
menjadi tantangan sepanjang waktu.
Kedelapan, meskipun kelas atau mata pelajaran merupakan tanggung jawab
guru, namun tinjauan terhadap PTK tidak terbatas dalam konteks kelas dan atau
mata pelajaran tertentu melainkan dalam perspektif misi sekolah. Hal ini terasa
penting apabila dalam suatu PTK terlibat lebih dari seorang peneliti, misalnya
melalui kolaborasi antar guru dalam satu sekolah atau dengan dosen, widyaiswara,
dan pengawas sekolah.

REFERENCE
Dirjen PMPTK (2011), bimbingan guru dalam penelitian tindakan kelas, Jakarta :
Dierjen PMPTK Kemendiknas.

BAB II
IMPLEMENTASI PENELITIAN TINDAKAN KELAS
( PTK ) DI SEKOLAH
A. Contoh Penelitian Tindakan Kepengawasan ( PTKp ) Bagi Pengawas
Sekolah
Oleh ; Drs. Mauluddin Ibrahim, M.Pd - Pengawas SMA Kabupaten
Sumbawa
Peningkatan kinerja guru sosiologi dalam menyusunan RPP dan
menetapkan KKM dengan mengefektifkan MGMP Sosiologi melalui
supervisi akdemik pengawas di SMA Binaan Kabupaten Sumbawa Tahun
pelajaran 2009-2010

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, beilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Dalam upaya mencapai tujuan tersebut di atas, Guru memiliki peranan
yang sangat penting. Kedudukan Guru dan Dosen sebagai tenaga profesional
bertujuan untuk melaksanakan system pendidikan nasional dan mewujudkan
tujuan pendidikan nasional.
Undang undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen pasal 20 ayat (b) mengamanatkan bahwa dalam rangka
melaksanakan tugas keprofesionalannya, guru berkewajiban meningkatkan dan
mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan
sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Pernyataan
undang undang di atas pada intinya mempersyaratkan guru untuk memiliki: (1)
kualifikasi akademik minimum S1 atau D-IV; (2) kompetensi sebagai agen
pembelajaran yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional;
dan (3) sertifikat pendidik. Undang undang ini diharapkan memberikan suatu
kesempatan yang tepat bagi guru untuk meningkatkan profesionalismenya secara
berkelanjutan melalui pelatihan, penelitian, penulisan karya ilmiah, dan kegiatan
profesional lainnya. Kegiatan tersebut sangat dimungkinkan dilaksanakan di
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), mengingat wadah ini dijadikan

10

sebagai tempat melakukan pertemuan bagi guru mata pelajaran sejenis. Berkaitan
dengan peran forum pertemuan guru di MGMP yang sangat strategis untuk
peningkatan kompetensi guru dan kinerja guru, maka pemberdayaan MGMP
merupakan hal mendesak yang harus segera dilakukan.
Berbagai upaya untuk meningkatkan kinerja guru, antara lain melalui
berbagai pelatihan instruktur, peningkatan sarana dan prasarana, dan peningkatan
mutu manajemen MGMP. Laporan evaluasi pelaksanaan kegiatan MGMP
menyebutkan, masih banyak MGMP yang belum menunjukkan peningkatan
kinerja yang berarti.
Di beberapa daerah peningkatan kinerja MGMP cukup
menggembirakan, namun di sebagian besar daerah lainnya masih
memprihatinkan. Di samping itu belum adanya rambu rambu/petunjuk yang dapat
digunakan sebagai acuan bagi guru dan pengurus MGMP dalam melakukan
aktivitas kelompok kerja atau daerah agar dapat menyelenggarakan kegiatan
secara mandiri, bermutu, dan berkelanjutan.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas maka peran pengawas dalam
meningkatkan kualitas guru dalam proses belajar mengajar mutlak dilakukan
terutama dalam melakukan penilaian terhadap guru di kelas dalam melaksanakan
tugsanya. Oleh karena itu ketrampilan utama dari seorang pengawas adalah
melakukan penilaian dan pembinaan kepada guru untuk secara terus menerus
meningkatkan kualitas proses pembelajaran yang dilaksanakan di kelas agar
berdampak pada kualitas hasil belajar siswa.
Untuk dapat mencapai kompetensi tersebut, pengawas diharapkan
dapat melakukan pengawasan akademik yang didasarkan pada metode dan teknik
supervisi yang tepat sesuai dengan kebutuhan guru. Salah satu di antaranya adalah
melalui penegefektifan kegiatan MGMP sebagai upaya peningkatan kinerja guru
dalam melaksanakan pembelajaran secara profesional.
Hal ini perlu dilakukan karena salah satu mata pelajaran di SMA yang
di Uan kan adalah pelajaran sosiologi, belum menunjukkan hasil memuaskan,
data terakhir yang diperoleh dari ; Nilai UAN sosiologi tahun 2008-2009 hanya
hanya mencapai 42,03 % dengah nilai di atas 65. (hasil UAN tahun 2009). Bila
hal ini dibiarkan maka kondisi pendidikan di Kab. Sumbawa akan ketinggalan
dengan sekolah lainnya di luar Kab. Sumbawa.
Faktor penyebab rendahnya nilai UAN Sosiologi yang capai siswa
antara lain ; (1) kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran masih
rendah, (2) persiapan pembelajaran yang disusun oleh guru tidak sesuai dengan
petunjuk yang ada, (3) penerapan model pembelajaran yang dilakukan oleh guru
masih bersifat konvensional dan di dominasi oleh metode ceramah sampai proses
pembelajaran berakhir. Oleh karena itu penulis selaku pengawas binaan perlu
melakukan penelitian tindakan sebagai upaya peningkatan kemampuan guru
melaksanakan pembelajaran secara profesional dengan judul : Peningkatan
kinerja guru sosiologi dalam menyusunan RPP dan menetapkan KKM

11

dengan mengefektifkan MGMP Sosiologi melalui supervisi akdemik


pengawas di SMA Binaan Kabupaten Sumbawa Tahun pelajaran 2009-2010.
B. Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang masalah di atas maka masalah dalam
penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Bagaimana meningkatkan kemampuan mengajar guru secara profesional agar
hasilnya yang dicapai siswa dapat tercapai secara maksimal ?
2. Bagaimana bentuk pembinaan pengawas dalam upaya peningkatan kualiatas
belajar mengajar guru ?
3. Bagimana pembinaan Pengawas terhadap guru dalam membina proses
pembalajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan ?
4. Sejauh mana peran dan fungsi pengawas dalam membantu guru untuk
meningkatkan capaian mutu pendidikan ?
5. Faktor faktor apa saja yang dapat mempengaruhi dalam upaya peningkatan
proses belajar mengajar guru ?
6. Bagiamana efektifitas pembinaan pengawas melalui supervisi akademis
dalam upaya peningkatan kualitas proses belajar mengajar.
C. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah, dan identifikasi masalah di atas, maka
masalah dalam penelitian ini penulis batasi pada masalah yang dapat dirumuskan
sebagai berikut :
1. Bagaimana peningkatan kinerja guru sosiologi dalam menyusun RPP dan
menetapkan KKM dengan mengefektifkan MGMP Sosiologi melalui
supervisi akdemik pengawas di SMA Binaan Kabupaten Sumbawa tahun
pelajaran 2009-2010 ?
2. Bagaimana efektivitas supervisi akademik pengawas dalam peningkatan
kinerja guru sosilogi dengan mengefektifkan MGMP Sosiologi dalkam
menyusun RPP dan menetap KKM melalui supervisi akdemik pengawas di
SMA Binaan Kabupaten Sumbawa tahun pelajaran 2009-2010 ?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan utama yang ingin dicapai oleh peneliti dalam penelitian tindakan
kepengawasan ini adalah untuk mengetahui :
1. Peningkatan kinerja guru sosiologi dalam menyusun RPP dan menetapkan
KKM dengan mengefektifkan MGMP Sosiologi melalui supervisi akdemik
pengawas di SMA Binaan Kabupaten Sumbawa tahun pelajaran 2009-2010.
2. Efektivitas supervisi akademik pengawas dalam peningkatan kinerja guru
sosilogi dengan mengefektifkan MGMP Sosiologi dalkam menyusun RPP dan
menetap KKM melalui supervisi akdemik pengawas di SMA Binaan
Kabupaten Sumbawa Tahun pelajaran 2009-2010.

12

E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian tindakan kepengawasan ini
adalah :
1.
Sebagai bahan refleksi dalam upaya peningkatan capaian mutu sekolah
melalui pembinaan supervisi akademis pengawas.
2.
Jika pembinaan pengawas melalui supervisi akademis ini terbukti dapat
meningkatkan capaian mutu sekolah, maka dapat dipertimbangkan sebagai
bahan uji pelatihan bagi guru dan kepala sekolah di masa mendatang.
3.
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
melakukan supervisi di sekolah pada umumnya, dan khususnya di SMA.
4.
Hasil penelitian ini memberikan kesempatan kepada guru , dan
karyawan tata usaha di sekolah, untuk dapat aktif dalam kegiatan sekolah,
terutama dalam meningkatkan mutu pendidikan.

BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kinerja Guru dan Indikatornya
Istilah kemampuan mengajar guru merupakan kemampuan guru dalam
menigkatkan kinerjanya melaksanakan pembelajaran di kelas. Kinerja dapat
diterjemahkan dalam perfomance atau unjuk kerja, artinya kemampuan yang
ditampilkan seseorang terhadap pekerjaannya pada tempat ia bekerja. Kinerja
merupakan suatu kinerja yang esensial terhadap keberhasilan suatu pekerjaan.
Karena itu suatu kinerja yang efektif bagi setiap individu perli diciptakan
sehingga tujuan lembaga dapat tercapai secara optimal.
Menurut Fattah (1996) kinerja diartikan sebagai ungkapan kemajuan
yang didasari oleh pengetahuan, sikap, keterampilan dan otivasi dalam
menghasilkan suatu pekerjaan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
kinerja adalah hasil kerja seseorang yang mencerminkan prestasi kerja sebagai
ungkapan pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Menurut Supriadi (1998) kinerja guru akan menjadi lebih baik, bila
seorang guru memiliki lima hal yakni:
1. Mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya
2. Menguasai secara mendalam bahan mata pelajaran yang akan diajarkan serta
cara mengajarnya kepada siswa
3. Bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai cara
evaluasi dan
4. Guru mampu berpikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar
serta pengalamannya.
Lebih lanjut Hamalik (2002) kemampuan dasar yang disebut juga
kinerja dari seorang guru teridiri dari: (1) kemampuan merencanakan
pembelajaran, (2) kemampuan mengelola program belajar mengajar, (3)
kemampuan menglola kelas (4) kemampuan menggunakan media/sumber belajar,

13

(5) kemampuan menglola interaksi belajar mengajar, (6) mampu melaksanakan


evaluasi belajar siswa.
Kinerja guru sangat terkait dengan efektifitas guru dalam
melaksanakan fungsinya oleh Medley dalam Depdikbud (1984) dijelaskan bahwa
efektifitas guru yaitu: (1) memiliki pribadi kooperatif, daya tarik, penampilan
amat besar, pertimbangan dan kepemimpinan, (2) menguasai metode mengajar
yang baik, (3) memiliki tingkah laku yang baik saat mengajar, dan (4) menguasai
berbagai kompetensi dalam mengajar.
Evaluasi kinerja guru mutlak dilakukan, karena masih terdapat banyak
kinerja guru yang kurang memadai, di samping itu guru dituntut dapat mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang terus berkembang pula
dengan pesat. Istilah kinerja berasal dari bahasa inggris yaitu Performance, berarti
hasil kena atau unjuk kerja yang dicapai seseorang atau sekelompok
orang/organisasi tertentu. Istilah kinerja dapat diterjemahkan dalam unjuk kerja,
artinya kemampuan yang ditampilkan seseorang terhadap pekerjaannya di tempat
ia bekerja. Kinerja merupakan suatu hal yang sangat esensial terhadap
keberhasilan suatu pekerjan. Pada hakikatnya orang bekerja untuk memenuhi
kebutuhan atas dorongan tertentu. Kebutuhan dipandang sebagai penggerak atau
pembangkit perilaku, sedanghkan tujuannya berfungsi untuk menggerakkan
perilaku. Karena itu suatu kinerja yang efektif bagi setiap individu, perlu
disiptakan sehingga tujuan lembaga dapat tercapai secara optimal.
Widyastono (1999) berpendapat bahwa terdapat empat gugus yang erat
kaitannya dengan kinerja guru, yaitu kemampuan (1) merencanakan KBM, (2)
melaksanakan KBM, (3) melaksanakan hubungan antar pribadi, dan (4)
mengadakan penilaian. Sedangkan Suyud (2005) mengembangkan kinerja guru
profesional meliputi: (1) penguasaan bahan ajar, (2) pemahaman karakteristik
siswa, (3) penguasaan pengelolaan kelas, (4) penguasaan metode dan strategi
pembelajaran, (5) penguasaan evaluasi pembelajaran dan (6) kepribadian.
Dari pendapat tersebut di atas, maka yang dimaksud dengan kinerja
guru dalam penelitian ini ialah: (1) penguasaan bahan ajar, (2) pemahaman
karakteristik, (3) penguasaan pengeloaan kelas, (4) penguasaan metode dan
strategi pembelajaran, (5) penguasaan evaluasi pembelajaran, dan (6) kepribadian.
B. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP )
Perencanaan pembelajaran yang mendidik perlu mengikuti prosedur
yang tepat agar rencana tersebut sesuai dengan aturan yang berlaku dan sesuai.
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), dalam pedoman penyusunan KTSP
mengemukakan langkah-langkah yang ditempuh dalam pengembangan silabus
mata pelajaran adalah (1) mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar, (2)
mengidentifikasi materi pokok pembelajaran, (3) mengembangkan kegiatan
pembelajaran, (4) merumuskan indikator pencapaian kompetensi, (5) menetapkan
jenis penilaian berdasarkan indikator pencapaian kompetensi, (6) menentukan

14

alokasi waktu tiap kegiatan pembelajaran, dan (7) menentukan sumber belajar.
Perhatikan Gambar 3.1 tentang langkah pengembangan.
1. Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Pembelajaran yang mendidik akan dapat dikelola dengan baik
apabila mengacu dan diarahkan kepada pencapaian kompetensi yang harus
dikuasai oleh peserta didik. Kompetensi yang dikuasai peserta didik pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah telah ditetapkan dalam Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Di dalam Permendiknas tersebut telah
ditetapkan standar kompetensi lulusan minimal, yakni (1) standar kompetensi
lulusan minimal satuan pendidikan dasar dan menengah, (2) standar
kompetensi lulusan minimal kelompok mata pelajaran, dan (3) standar
kompetensi lulusan minimal mata pelajaran.
Pasal 1 Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 berbunyi: (1) Standar
Kompetensi Lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah digunakan
sebagai pedoman penilaian dalam menentukan kelulusan peserta didik. (2)
Standar Kompetensi Lulusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
standar kompetensi lulusan minimal satuan pendidikan dasar dan menengah,
standar kompetensi lulusan minimal kelompok mata pelajaran, dan standar
kompetensi lulusan minimal mata pelajaran. (3) Standar Kompetensi Lulusan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum pada Lampiran Peraturan
Menteri ini.
Di dalam melakukan kajian standar kompetensi dan kompetensi
dasar setiap mata pelajaran, perlu memperhatikan hal-hal berikut.
a) Urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat
kesulitan materi, tidak harus selalu sesuai dengan urutan yang ada di SI.
b) Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata
pelajaran.
c) Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar antara mata
pelajaran.
2. Merancang Penghalaman Belajar
Setelah kajian kompetensi dan kompetensi dasar minimal setiap
mata pelajaran, maka perlu merancang pengalaman belajar yang harus dialami
peserta didik untuk menguasai kompetensi dasar mata pelajaran bersangkutan.
Kegiatan merancangan pengalaman belajar ini menjadi mudah dilakukan
apabila kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran telah selesai dikaji
atau dijabarkan
Rumusan kompetensi dasar dari SKL menunjukkan pengalaman
belajar yang dialami peserta didik. Pengalaman belajar kegiatan apa yang
dikerjakan oleh peserta didik dari mata pelajaran tertentu. Kompetensi dasar
sebagai jabaran dari SKL akan berkaitan dengan karakteristik jenis tugas dan
pekerjaan yang akan dilakukan oleh peserta didik.

15

3. Mengidentifikasi Materi Pokok/Materi Pembelajaran


Mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran merupakan langkah
ketiga dalam merancang pembelajaran yang mendidik. Identifikasi materi
pokok/pembelajaran hendaknya dipilih yang menunjang pencapaian
kompetensi dasar yang telah ditetapkan dengan mempertimbangkan hal-hal
seperti ; potensi peserta didik,relevan dengan karakteristik daerah,tinhgkat
perkembangan peserta didik,manfaat bagi peserta didik,struktur
keilmuan,aktualitas/kedalaman/keluasan,relevan dengan peserta didik dan
kebutuhan lingkungan,dan ketepatan alokasi waktu.
4. Menghembangkan kegiatan pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman
belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta
didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya
dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Pengalaman belajar yang
dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang
bervariasi dan berpusat pada peserta didik. Pengalaman belajar memuat
kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik. Hal-hal yang harus
diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran adalah sebagai
berikut ;
a) Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada para
pendidik, khususnya guru, agar dapat melaksanakan proses pembelajaran
secara profesional.
b) Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan
oleh peserta didik serta berurutan untuk mencapai kompetensi dasar.
c) Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki
konsep materi pembelajaran.
d) Rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal mengandung
dua unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar
peserta didik, yaitu kegiatan peserta didik dan materi pembelajaran.
5. Merumuskan Indikator dan Pencapaian Kompetensi
Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang
ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Indikator ini harus dikembangkan sesuai
dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi
daerah. Perumusan indikator menggunakan kata kerja operasional yang
terukur dan/atau dapat diobservasi, karena akan digunakan sebagai dasar
untuk menyusun alat penilaian
6. Penentuan Jenis Penilaian Pembelajaran
Penilaian pembelajaran dimaksudkan untuk mengukur pencapaian
kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan indikator yang telah
dirancang sebelumnya. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non
tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran
sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk,

16

penggunaan portofolio, dan penilaian diri.


Perlu disadari dan dimengerti bahwa penilaian merupakan
serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data
tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis
dan berkesinambungan. Hasil penilaian pembelajaran tersebut merupakan
informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan, sehingga dalam
penentuan jenis penilaian perlu diperhatikan hal-hal :
a) Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi.
b) Penilaian menggunakan acuan kriteria, yaitu berdasarkan proses
pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi seseorang terhadap
kelompoknya.
c) Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan.
Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih kemudian hasilnya
dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang telah dimiliki dan
yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan peserta didik.
d) Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut
berupa perbaikan proses pembelajaran berikutnya, program remedi bagi
peserta didik yang pencapaian kompetensinya dibawah kriteria ketuntasan,
dan program pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi kriteria
ketuntasan.
e) Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang
ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya jika pembelajaran
menggunakan pendekatan tugas observasi lapangan maka evaluasi harus
diberikan baik pada proses (keterampilan proses) misalnya teknik
wawancara, maupun produk/hasil melakukan observasi lapangan yang
berupa informasi yang dibutuhkan
7. Menentukan Alokasi Waktu
Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan
pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu
dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan, kedalaman,
tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi dasar. Alokasi waktu
yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu rerata untuk
menguasai kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh peserta didik yang
beragam. Di dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah telah ditetapkan alokasi waktu
untuk setiap mata pelajaran di SMA.
C. MGMP Pelajaran Sosiologi
Musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) merupakan teknik supervisi
yang bersifat kelompok berupaya untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil
kegiatan pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Tujuan
supervisi pembelajaran adalah untuk meningkatkan kemampuan profesional guru
dalam meningkatkan proses dan hasil belajar melalui pemberian bantuan yang

17

terutama bercorak layanan profesional kepada guru. Kegiatan MGMP menurut


Soetopo dan Soemanto (1984:40-41) dapat membantu guru dalam membimbing
pengalaman belajar siswa, menggunakan media pembelajaran yang berbasis
teknologi informasi, menilai kemampuan belajar siswa, dan dalam pembuatan
rencana pembelajaran yang akan dilaksanakan. Penyelenggaraan MGMP sesuai
dengan prinsip-prinsip supervisi yaitu ilmiah, demokratis, kooperatif, dan
konstruktif.
Keilmiahan MGMP mencakup sistematis, obyektif, dan menggunakan
instrumen. Sistematis MGMP dilaksanakan secara teratur, kontinyu, dan
berencana. Obyektif MGMP diselenggarakan tidak berdasarkan pemikiran pribadi
melainkan bersama-sama. Demokratis MGMP menjunjung tinggi asas
musyawarah dan terdapat adanya kekeluargaan dengan menerima pendapat orang
lain. Kooperatif seluruh anggota MGMP bekerja sama dalam mengembangkan
dan meningkatakan kualitas guru dalam mengajar. Konstruktif dan kreatif yaitu
dengan mendorong dan membina inisiatif guru dalam mengembangkan proses
belajar mengajar yang lebih baik
D. Supervisi Akademik Pengawas
1. Pengertian Supervisi Akademik
Ketrampilan utama dari seorang kepala sekolah adalah melakukan
penilaian dan pembinaan kepada guru untuk secara terus menerus
meningkatkan kualitas proses pembelajaran yang dilaksanakan di kelas agar
berdampak pada kualitas hasil belajar siswa. Untuk dapat mencapai
kompetensi tersebut kepala sekolah diharapkan dapat melakukan pengawasan
akademik yang didasarkan pada metode dan teknik supervisi yang tepat sesuai
dengan kebutuhan guru.
Supervisi akademik adalah kemampuan kepala sekolah dalam
melaksanakan pengawasan akademik yakni menilai dan membina guru dalam
rangka mempertinggi kualitas proses pembelajaran yang dilaksanakannya,
agar berdampak terhadap kualitas hasil belajar siswa.
Supervisi akademik intinya adalah membina guru dalam
meningkatkan mutu proses pembelajaran. Oleh karena itu sasaran supervisi
akademik adalah guru dalam proses pembelajaran, yang terdiri dari materi
pokok dalam proses pembelajaran, penyusunan silabus dan RPP, pemilihan
strategi/metode/teknik pembelajaran, penggunaan media dan teknologi
informasi dalam pembelajaran, menilai proses dan hasil pembelajaran serta
penelitian tindakan kelas. Oleh karena itu tujuan umum pembinaan kepala
sekolah melalui supervisi akademik ini adalah (1) menerapkan teknik dan
metode supervisi akademik di sekolah, dan (2) Mengembangkan kemampuan
dalam menilai dan membina guru untuk mempertinggi kualitas proses
pembelajaran yang dilaksanakannya agar berdampak terhadap kualitas hasil
belajar siswa.

18

2. Sifat Sifat Pengawas Akademik


Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam pembinaan
supervisi akademik maka sifat sebagai seorang kepala sekolah dalam
melaksanakan supervisi akademik harus memiliki kualitas sebagai berikut:
a) Mendengarkan dengan sabar
b) Menunjukkan ketrampilan dengan jelas
c) Menawarkan insentif atau dorongan dengan tepat.
d) Mempertimbangkan reaksi dan pemahaman dengan tepat
e) Menjelaskan, merangsang (stimulating) dan memuji secara simpatik dan
penuh perhatian
f) Meningkatkan pengetahuan sendiri secara berkelanjutan.
3. Tujuan Supervisi Akademik
Supervisi instruksional bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan,
pengembangan, interaksi, penyelesaian masalah yang bebas kesalahan, dan
sebuah komitmen untuk membangun kapasitas guru. Cogan (1973) dan
Goldhammer (1969), penyusun kerangka supervisi klinis, meramalkan
praktek yang akan memposisikan guru sebagai pebelajar aktif. Lebih lanjut,
Cogan menegaskan bahwa guru memiliki kemampuan menjadi
penanggungjawab professional dan lebih dari pada itu ia mampu menjadi
penganalisis kinerjanya sendiri, terbuka untuk membantu orang lain, dan
mengarahkan diri sendiri. Unruh dan Turner (1970) menyatakan bahwa
supervisi sebagai sebuah proses sosial dari stimulasi, pengasuhan, dan
memprediksi pengembangan professional guru dan kepala sekolah sebagai
penggerak utama dalam pengembangan secara optimum kondisi
pembelajaran . Apabila guru belajar dari memeriksa praktiknya sendiri
dengan bantuan teman sejawat atau kepala sekolah, pembelajarannya menjadi
lebih personal dan oleh karena itu lebih kuat.
Maksud dari supervisi akademik/instruksional adalah formatif, sesuai
dengan proses yang sedang berjalan, proses pengembangan, dengan
pendekatan yang berbeda yang memungkinkan guru untuk belajar dari cara
penganalisisan dan perefleksian praktik di kelas mereka dengan
pendampingan pengawas atau profesional lainnya (Glatthorn, 1984, 1990,
Glickman, 1990).
Sebaliknya, maksud dari evaluasi adalah sumatif; pengamatan kelas
dan penilaian kinerja professional lainnya mengarah pada pertimbangan final
atau rating keseluruhan (mis., M=memuaskan, B= baik, PP = perlu
peningkatan). McGreal (1983) memperjelas bahwa seluruh supervisi
mengarah ke evaluasi dan pengawas tidak dapat mengevaluasi guru sebelum
mereka melakukan pengamatan terhadap guru di dalam kelasnya. Penelitian
pada kebiasaan supervisi menyatakan bahwa, kebanyakan sekolah
mengurangi tujuan awal dari supervisi akademik/instruksional dengan
menggantikannya dengan evaluasi (Sullivan & Glanz, 2000).

19

Maksud dari evaluasi adalah untuk melihat ketercapainya dengan


ketentuan standar pendidikan nasional dan kebijakan Pemda.
Menguji/menentukan nilai guru pada akhir tahun, dan dapat pula digunakan
untuk menentukan apakah seorang guru layak untuk mengajar atau tidak.
Tujuan dari supervisi adalah untuk meningkatkan:
a. Interaksi tatap muka dan membangun hubungan antara guru dengan kepala
sekolah (Acheson & Gall, 1997; Bellon & Bellon, 1982; Goldhammer,
1969; McGreal, 1983);
b. Pembelajaran bagi guru dan kepala sekolah (Mosher & Purpel, 1972)
c. Meningkatkan belajar siswa melalui peningkatan pembelajaran guru
(Blumberg, 1980; Cogan, 1973; Harris, 1975)
d. Basis data untuk pengambilan keputusan (Bellon & Bellon, 1982)
e. Pengembangan kapasitas individual dan organisasi (Pajak, 1993)
f. Membangun kepercayaan pada proses, satu sama lain, dan
lingkungan(Costa & Garmston, 1994), dan
g. Mengubah hasil dengan pengembangan kehidupan yang lebih baikuntuk
guru dan siswa dan pembelajaran mereka (Sergiovanni & Starratt,1998).
Secara umum tujuan supervisi adalah meningkatkan kualitas pembelajaran
yang berdampak pada peningkatan kualitas hasil belajar peserta didik
E. Hipotesis Tindakan
Dari uraian tersebut di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Kinerja guru sosiologi dalam menyusun RPP dan menetapkan KKM dengan
mengefektifkan MGMP Sosiologi dapat ditingkatkan melalui supervisi
akdemik pengawas di SMA Binaan Kabupaten Sumbawa Tahun pelajaran
2009-2010.
2. Supervisi akademik pengawas efektif dalam meningkatkan kinerja guru
sosiologi dengan mengefektifkan MGMP Sosiologi dalkam menyusun RPP
dan menetap KKM melalui supervisi akdemik pengawas di SMA Binaan
Kabupaten Sumbawa Tahun pelajaran 2009-2010

20

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah Guru Sosiologi SMA Binaan di
Kabupaten Sumbawa yang menjadi Binaan Pengawas ( Peneliti ) tahun pelajaran
2009-2010.
Adapun data dan nama Guru Sosiologi SMA yang menjadi binaan
pengawas ( peneliti ) disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 3.1
DAFTAR NAMA GURU SOSIOLOGI SMA BINAAN PENGAWAS
KAB. SUMBAWA TAHUN PELAJARAN 2009-2010
No

Nama Guru

Asal Sekolah

Alamat

1
SMA Negeri 1 Sumbawa
Sumbawa
Joni Zulakarnaen, SE
2
Dra. Nurseha
SMA Negeri 1 Sumbawa
Sumbawa
3
Johan Fermansyah
SMA Negeri 3 Sumbawa
Sumbawa
4
Ainun Fatmawati, SH
SMA Negeri 4 Sumbawa
Sumbawa
5
Syihabuddin, S.Pd
SMA St.Gregorius Sumbawa
Sumbawa
6
Hatma, S.Pd
SMA Negeri 1 Alas Barat
Alas Barat
7
Titin Sumarni, S.Pd
SMA Negeri 1 Alas
Alas
8
Nunug Nurhayati, SH
SMA Negeri 1 Utan
Utan
9
Drs. Arifin
SMA Negeri 1 Moyo Utara
Sebewe
10
Bambang Wahyudi, S.Pd
SMA Negeri 1 Lape
Lape
11
Arifuddin, S.Pd
SMA Negeri 1 Lunyuk
Lunyuk
12
Sri Wardani, S.Pd
SMA Negeri 1 Moyo Hulu
Semamung
13
Maskinah, S.Pd
SMA Negeri Plampang
Plampang
14
Ani Satriani, S.Pd
SMA Negeri 1 Labangka
Labangka
15
Purwati, S.P
SMA Negeri 1 Empang
Empang
Sumber Data : Dinas Diknas Kab. Sumbawa tahun pelajaran 2009-2010
B. Setting Penelitian
1. PTKp dilakukan pada 15 SMA binaan Kabupaten Sumbawa tahun pelajaran
2009-2010 .
2. SMA binaan pengawas / peneliti yang ada di Kabupaten Sumbawa terdiri
dari 15 Sekolah yang masing-masing tersebar di wilayah Kabupaten
Sumbawa.
3. PTKp dilakukan pada Guru Pendidikan Sosilogi SMP binaan Kabupaten
Sumbawa yang menjadi binaan pengawas dengan jumlah seluruhnya 15
orang.

21

C. Rancangan Penelitian
1. Tindakan dilaksanakan dalam 3 siklus
2. Kegiatan dilaksanakan dalam semester genap tahun pelajaran 2009-2010.
3. Lama penelitian 6 pekan efektif dilakanakan mulai tanggal 12 April 2010
17 Mei 2010.
4. Dalam pelaksanaan tindakan, rancangan dilakukan dalam 3 siklus yang
meliputi ; (a) perencanaan, (2) tindakan, (3) pengamatan, (4) refleksi.
Rancangan Penelitian Tindakan Kepengawasan ( PTKp ) menurut
Kemmis dan Mc.Taggar ( Depdiknas,2000 ) adalah seperti gambar berikut :
Plan
Reflective
Action / Observation

Siklus I
Recived Plan
Reflective
Action / Obesrvation

Siklus II
Recived Plan
Reflective
Action / Observation
Siklus III
Recived Plan
Gambar 3.1. Alur Penelitian Tindakan Kepengawasan

22

1. Rencana ( Plan ) : adalah rencana tindakan apa yang akan dilakukan untuk
memperbaiki, meningkatkan atau perubahan perilaku dan sikap sebagai solusi.
2. Tindakan ( Action ) : adalah apa yang dilakukan oleh peneliti / pengawas
sebagai upaya perbaikan,peningkatan atau perubahan yang diinginkan.
3. Observasi ( Observation ) : adalah mengamati atas hasil atau dampak dari
tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap guru sosilogi.
4. Refleksi ( reflection ) : adalah peneliti mengkaji,melihat,dan
mempertimbangkan atas hasil atau dampak dari tindakan dari pelbagai
keriteria.
5. Revisi ( recived plan ) : adalah berdasarkan dari hasil refleksi ini,peneliti
melakukan revisi terhadap rencana awal.
D. Varibel Penelitian
Dalam penelitian Tindakan Kepengawasan ini variabel yang diteliti
adalah peningkatan kinerja guru Sosiologi dalam menyusun RPP dan menetapkan
KKM, pembinaan pengawas melalui supervisi Akademik di SMA binaan di
Kabupaten Sumbawa tahun pelajaran 2009-2010.
Variabel tersebut dapat dituliskan kembali sebagai berikut :
Variabel Harapan : Peningkatan kinerja guru Sosiologi SMA dalam
menyusun RPP dan menetapkan KKM
Variabel Tindakan : Pembinaan Pengawas melalui supervisi Akademik
Adapun indikator yang diteliti dalam variabel harapan terdiri dari :
1. Kemampuan dan potensi kinerja guru Sosiologi
2. Kemampuan dalam meningkatkan kinerja guru Sosiologi
3. Kemampuan menguasai materi bimbingan dan pembinaan pengawas
4. Kemampuan meningkatkan kinerja dalam menyusun RPP dan menetapkan
KKM.
Sedangkan variabel tindakan memiliki indikator sebagai berikut :
1. Tingkat kualitas perencanaan
2. Kualitas perangkat observasi
3. Kualitas operasional tindakan
4. Kesesuaian perencanaan dengan tindakan pengawas
5. Kesesuaian materi pembinaan dan bimbingan yang diberikan pengawas
5. Tingkat efektifitas pembinaan dalam meningkatkan kinerja guru sosiologi
6. Kemampuan pembinaan pengawas dalam meningkatkan kinerja guru
sosiologi.

23

E. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data


1. Sumber Data :
Sumber data dalam penelitian ini berasal dari dua sumber yaitu :
1
Guru
;
Diperoleh
:
data tentang peningkatan kinerja Guru
Sosiologi dalam menyusun RPP dan menetapkan
KKM
2
Pengawas ;
Diperoleh data tentang efektivitas pembinaan
pengawas melalui supervisi Akademik
2. Teknik Pengumpulan Data :
Dalam pengumpulan data teknik yang digunakan adalah menggunakan
observasi dan angket.
F. Teknik Analisis Data
Dalam analisis data teknik yang digunakan adalah ;
1. Kuantitatif
Analisis ini digunakan untuk menghitung besarnya peningkatan kinerja guru
sosiologi dalam melaksanakan tugasnya di sekolah dengan menggunakan
prosentase ( % ).
2. Kualitatif
Teknik analisis ini digunakan untuk memberikan gambaran hasil penelitian
secara ; reduksi data, sajian deskriptif, dan penarikan simpulan.
G. Indikator Keberhasilan
Penelitian tindakan kepengawasan ini yang dilaksanakan dalam tiga siklus,
dianggap sudah berhasil apabila 85 % dari guru sosiologi ( guru binaan yang
diteliti ) telah mencapai ketuntasan dengan nilai rata rata 75 . Jika peningkatan
tersebut dapat dicapai pada tahap siklus 1 dan 2 , maka siklus selanjutnya tidak
akan dilaksanakan karena tindakan pembinaan yang dilakukan sudah dinilai
efektif sesuai dengan tuntutan dalam KTSP.
H. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Tabel 3.2 :
JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN
Bulan
N
o
1
2

Uraian Kegiatan
Persiapan dan Koordinasi
SIKLUS I
a. Perencanaan
b. Tindakan
c. Observasi

April
2010
1
2
3
X
X
X
X

24

Mei
2010
4
5
6

Keterangan

5
6
7

d. Evaluasi
SIKLUS II
a. Perencanaan
b. Tindakan
c. Observasi
d. Evaluasi
SIKLUS III
a. Perencanaan
b. Tindakan
c. Observasi
d. Evaluasi
ANALISIS DATA
PENYUSUNAN
LAPORAN
PENYUSUNAN
AKHIR

X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X

DRAFT
LAPORAN

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Paparan Data dan Temuan Penelitian
1. Perencanaan Tindakan
Penelitian tindakan ini menggunakan model pembinaan melalui
supervisi akademik pengawas.
Tujuan yang diharapkan pada pembinaan pertama pengawas melalui
supervisi akademik ini adalah menjelaskan kepada guru dalam rangka
peningkatan kualitas guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas.
Agar dapat tercapai tujuan di atas, peneliti yang bertindak sebagai
pengawas melakukan pembinaan dengan langkah - langkah sebagai berikut :
a) Menyusun instrumen penilaian sesuai dengan standar pengelolaan
pendidikan. ( 8 standar isi pendidikan ).
b) Menyusun Instrumen Monitoring
c) Sosialisasi kepada guru Sosiologi
d) Melaksanakan tindakan melalui supervisi akademik pengawas
e) Melakukan refleksi pada siklus pertama
f) Menyusun strategi pembinaan pada siklus ke dua berdasarkan refleksi
siklus pertama
g) Melaksanakan pembinaan melalui supervisi pada siklus kedua
h) Melakukan Observasi
i) Melakukan refleksi pada siklus kedua
j) Menyusun strategi pembinaan melalui supervisi akademik pengawas pada
siklus ketiga berdasar refleksi siklus kedua
k) Melaksanakan pembinaan melalui supervisi akademik pada siklus ketiga

25

l) Melakukan Observasi
m) Melakukan refleksi pada siklus ketiga
n) Menyusun laporan
2. Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan
Pelaksanaan tindakan dalam penelitian dilakukan 3 siklus yang
terdiri dari enam kali pertemuan.
Waktu yang digunakan setiap kali pertemuan adalah 2 x 60 menit.
Siklus pertama dilaksanakan pada tanggal 12 s.d 19 April 2010 dan siklus
kedua pada tanggal 26 April s.d 03 Mei 2010 siklus ketiga pada tanggal 10 s.d
17 Mei 2010. Penelitian tindakan kepengawasan dilaksanakan pada saat
kunjungan ke sekolah sesuai dengan surat perintah perjalanan dinas dari
kepala Dinas Pendidikan Nasional Kab. Sumbawa ( SPPD terlampir ) sesuai
dengan prosedur rencana pembelajaran dan skenario pembelajaran.
Pelaksanaan Kegiatan Persiklus
SIKLUS 1
a) Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembinaan
berupa perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang sudah
distandarisasi dan alat-alat pengajaran lain yang mendukung.
b) Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan pembinaan untuk siklus I dilaksanakan
pada tanggal 12 s.d 19 April 2010 tahun pelajaran 2009-2010 di SMA
binaan pengawas wilayah Kabupaten Sumbawa dengan jumlah guru 15
orang. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengawas. Adapun proses
pembinaan mengacu pada rencana pembinaan melalui supervisi akademik
yang telah dipersiapkan, dan dilaksanakan pada saat proses belajar
mengajar berlangsung.
Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan
pelaksaaan belajar mengajar. Pada akhir pembinaan diberi tes penilaian I
dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan kinerja guru dalam
mengajar di kelas yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada
siklus I. adalah seperti pada tabel berikut :

26

Tabel 4.1 :
Tabel Distribusi Nilai Peningkatan Kinerja Guru mengajar di kelas
Pada Siklus I
Keterangan
No
Nama
Skor
Tidak
Tuntas
Tuntas
1
Joni Zulakarnaen, SE
65

2
Dra. Nurseha
70

3
Johan Fermansyah
65

4
Ainun Fatmawati, SH
65

5
Syihabuddin, S.Pd
65

6
Hatma, S.Pd
65

7
Titin Sumarni, S.Pd
55

8
Nunug Nurhayati, SH
55

9
Drs. Arifin
55

10
Bambang Wahyudi, S.Pd
55

11
Arifuddin, S.Pd
60

12
Sri Wardani, S.Pd
55

13
Maskinah, S.Pd
55

14
Ani Satriani, S.Pd
50

15
Purwati, S.P
50

Jumlah Total
950
Skor Maksimum Individu
100
Skor Maksimum Kelompok
1500
Keterangan :
Jumlah Guru yang tuntas
: 6 Orang
Jumlah Guru yang belum tuntas : 9 Orang
Sekolah
: belum tuntas.
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan pembinaan
melalui penerapan supervisi akademik diperoleh nilai rata-rata 63,33%.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara
keseluruhan belum tuntas, karena guru yang memperoleh nilai 65 hanya
sebesar 40 % atau ada 6 orang dari 15 guru yang tuntas, hasil ini tentu
lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar
85%. Hal ini disebabkan karena guru masih merasa baru dan belum
mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan Pengawas dengan
menerapkan pembinaan melalui supervisi akademik.

27

c) Refleksi
Dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan diperoleh informasi dari
hasil pengamatan sebagai berikut:
(1) Pengawas kurang baik dalam memotivasi guru dan dalam
menyampaikan tujuan pembinaan
(2) Pengawas kurang baik dalam pengelolaan waktu
(3) Guru kurang begitu antusias selama pembinaan berlangsung.
d) Revisi Rancangan
Pelaksanaan kegiatan pembinaan pada siklus I ini masih terdapat
kekurangan, sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan pada siklus
berikutnya.
(1) Pengawas perlu lebih terampil dalam memotivasi guru dan lebih jelas
dalam menyampaikan tujuan pembinaan. Di mana guru diajak untuk
terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan.
(2) Pengawas perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan
menambahkan informasi-informasi yang dirasa perlu dan memberi
catatan
(3) Pengawas harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi
guru sehingga guru bisa lebih antusias.
SIKLUS II
a) Tahap perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembinaan
yang terdiri dari rencana pembinaan 2, soal tes formatif II dan alat-alat
pembinaan lain yang mendukung.
b) Tahap kegiatan dan pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan pembinaan untuk siklus II dilaksanakan
pada tanggal 26 April s.d. 03 Mei 2010 tahun pelajaran 2009-2010.
Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai Pengawas. Adapun proses
pembinaan mengacu pada rencana pembinaan dengan memperhatikan
revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I
tidak terulang lagi pada siklus II. Penelitian tindakan kepengawasan ini
dilaksanakan sesuai dengan prosedur rencana pembinaan dan pelaksanaan
pembinaan dilaksanakan pada saat proses belajar mengajar berlangsung.
Pada akhir proses pembinaan guru diberi tes formatif II dengan
tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dalam melakukan
pembinaan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif II. Adapun data
hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut.

28

Tabel 4.2 :
Tabel Distribusi Nilai Peningkatan Kinerja guru mengajar di kelas
Pada Siklus II
Keterangan
No
Nama
Skor
Tidak
Tuntas
Tuntas
1
Joni Zulakarnaen, SE
75

2
Dra. Nurseha
80

3
Johan Fermansyah
75

4
Ainun Fatmawati, SH
75

5
Syihabuddin, S.Pd
75

6
Hatma, S.Pd
75

7
Titin Sumarni, S.Pd
65

8
Nunug Nurhayati, SH
60

9
Drs. Arifin
65

10
Bambang Wahyudi, S.Pd
65

11
Arifuddin, S.Pd
65

12
Sri Wardani, S.Pd
60

13
Maskinah, S.Pd
60

14
Ani Satriani, S.Pd
55

15
Purwati, S.P
60

Jumlah Total
1065
Skor Maksimum Individu
100
Skor Maksimum Kelompok
1500
Keterangan :
Jumlah Guru yang tuntas
: 10 Orang
Jumlah Guru yang belum tuntas : 5 Orang
Sekolah
: belum tuntas.
Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata guru adalah 71 %
dan dari 15 orang guru sudah 10 orang yang sudah tuntas ( 66,67 %) .
Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini hasil pembinaan melalui
supervisi akademik pengawas telah mengalami peningkatan sedikit lebih
baik dari siklus I. Adanya peningkatan kinerja guru ini karena pengawas
telah menginformasikan bahwa setiap akhir pembinaan akan diadakan
penilaian sehingga pada pertemuan berikutnya guru lebih termotivasi
untuk meningkatkan kinerjanya. Selain itu para guru juga sudah mulai
mengerti apa yang dimaksudkan dan diinginkan oleh pengawas dalam
melakukan pembinaan melalui penerapan supervisis akademis.

29

c) Refleksi
Dalam pelaksanaan pembinaan diperoleh informasi dari hasil
pengamatan sebagai berikut:
1) Memotivasi guru
2) Membimbing guru dalam menyusun perencanaan dan pelaksanaan
program sekolah, merumuskan kesimpulan/menemukan konsep
3) Pengelolaan waktu
d) Revisi Pelaksanaaan
Pelaksanaan pembinaan pada siklus II ini masih terdapat
kekurangan-kekurangan. Maka perlu adanya revisi untuk dilaksanakan
pada siklus III antara lain:
(1) Pengawas dalam memberikan pembinaan kepada guru hendaknya
dapat membuat para guru termotivasi dalam membuat program dan
rencana pembelajaran.
(2) Pengawas harus lebih dekat dengan guru sehingga tidak ada perasaan
takut/malu dalam diri guru terutama dalam bertanya tentang masalah
yang dihadapi oleh sekolah.
(3) Pengawas harus lebih sabar dalam melakukan pembinan kepada guru
terutama dalam merumuskan kesimpulan / menemukan konsep.
(4) Pengawas harus mendistribusikan waktu secara baik sehingga kegiatan
pembinaan dapat berjalan efektif sesuai dengan yang diharapkan.
(5) Pengawas sebaiknya menambah lebih banyak contoh - contoh
adminsitrasi pembelajaran dengan format format yang sudah
distandardisasi oleh Departemen Pendidikan Nasional, dalam hal ini
Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan ( LPMP ) baik di Tingkat
Provinsi maupun tingkat Pusat.
SIKLUS III
a) Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembinaan
yang berkaitan dengan peningkatan kinerja guru dalam melaksanakan
pengajaran di kelas 3, soal tes formatif 3 dan alat-alat pembinaan lainnya
yang mendukung.
b) Tahap kegiatan dan pengamatan
Pelaksanaan kegiatan pembinaan untuk siklus III dilaksanakan
pada tanggal 10 s.d 17 Mei 2010 di SMA Binaan Pengawas Tahun
pelajaran 2009-2010 dengan jumlah 15 orang guru. Dalam hal ini peneliti
bertindak sebagai Pengawas. Adapun proses pembinaaan mengacu pada
rencana pembinaan dengan memperhatikan revisi pada siklus II, sehingga
kesalahan atau kekurangan pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus
III. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan proses
belajar mengajar di sekolah.

30

Pada akhir proses pembinaan diberi tes formatif III dengan


tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan guru dalam meningkatkan
kinerjanya yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes
formatif III. Adapun data hasil penelitian pada siklus III adalah sebagai
berikut :
Tabel 4. 3 :
Tabel Distribusi Nilai Peningkatan Kinerja Guru dalam mengajar
di kelas Pada Siklus III
Keterangan
No
Nama
Skor
Tidak
Tuntas
Tuntas
1
Joni Zulakarnaen, SE
85

2
Dra. Nurseha
90

3
Johan Fermansyah
85

4
Ainun Fatmawati, SH
85

5
Syihabuddin, S.Pd
85

6
Hatma, S.Pd
85

7
Titin Sumarni, S.Pd
75

8
Nunug Nurhayati, SH
75

9
Drs. Arifin
75

10
Bambang Wahyudi, S.Pd
75

11
Arifuddin, S.Pd
75

12
Sri Wardani, S.Pd
75

13
Maskinah, S.Pd
75

14
Ani Satriani, S.Pd
75

15
Purwati, S.P
75

Jumlah Total
1250
Skor Maksimum Individu
100
Skor Maksimum Kelompok
1500
Keterangan :
Jumlah Guru yang tuntas
: 15 Orang
Jumlah Guru yang belum tuntas : - Orang
Sekolah
: Sudah tuntas.
Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai rata-rata tes formatif
sebesar 84,13 % dan dari 15 orang guru secara keseluruhan telah
mencapai ketuntasan dalam meningkatkan kinerjanya. Maka secara
kelompok ketuntasan telah mencapai 100 % ( termasuk kategori tuntas ).
Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus II.
Adanya peningkatan hasil pembinaan pada siklus III ini dipengaruhi oleh
adanya peningkatan kemampuan pengawas dalam menerapkan pembinaan

31

melalui supervisi akademik sehingga guru menjadi lebih memahami


tugasnya masing masing dan dapat meningkatkan kinerjanya. Di samping
itu ketuntasan ini juga dipengaruhi oleh kerja sama dari pengawas, dan
guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran.
c) Refleksi
Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik
maupun yang masih kurang baik dalam proses pembinaan melalui
penerapan supervisi akademik. Dari data-data yang telah diperoleh dapat
diuraikan sebagai berikut:
(1) Selama proses pembinaan pengawas telah melaksanakan semua
pembinaan dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum
sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing
aspek cukup besar.
(2) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa guru aktif selama
proses pembinaan berlangsung.
(3) Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami
perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.
(4) Hasil pembinaan pengawas melalui penerapan supervisi akademik
pada siklus III mencapai ketuntasan.
d) Revisi Pelaksanaan
Pada siklus III pengawas telah melaksanakan pembinaan dengan
baik hal ini dapat dilihat dari peningkatan kinerja guru selama proses
pembinaan. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu
diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan
mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan
pembinaan selanjutnya baik melalui penerapan supervisi akademik
pengawas maupun supervisi lainnya dapat meningkatkan kinerja guru
sehingga tujuan pembinaan sebagai upaya meningkatkan mutu pendidikan
secara umum dapat tercapai.

32

B. Analisis Hasil Kegiatan


Setelah dilakukan tindakan kepengawasan pada siklus 1, siklus 2 dan siklus 3
menunjukkan hasil sebagai berikut.
Tabel 4.4 :
Analisis Hasil Tes Pembinaan Pengawas melalui Supervisi Akademik dalam
Meningkatkan Kinerja Guru mengajar di kelas.
Skor
Skor
Skor
No
Nama
sebelum
setelah
setelah
Tindakan
Tindakan 1 Tindakan 2
Siklus 1
Siklus 2
Siklus 3
1
Joni Zulakarnaen, SE
65
75
85
2
Dra. Nurseha
70
80
90
3
Johan Fermansyah
65
75
85
4
Ainun Fatmawati, SH
65
75
85
5
Syihabuddin, S.Pd
65
75
85
6
Hatma, S.Pd
65
75
85
7
Titin Sumarni, S.Pd
55
65
75
8
Nunug Nurhayati, SH
55
60
75
9
Drs. Arifin
55
65
75
10
Bambang Wahyudi, S.Pd
55
65
75
11
Arifuddin, S.Pd
60
65
75
12
Sri Wardani, S.Pd
55
60
75
13
Maskinah, S.Pd
55
60
75
14
Ani Satriani, S.Pd
50
55
75
15
Purwati, S.P
50
60
75
Jumlah Total
950
1008
1265
Skor Maksimum Individu
100
100
100
Skor Maksimum Kelompok
1500
1500
1500
Analisis Data Deskriptif Kuantitatif
1. Pencapaian Peningkatan kinerja guru sebelum diberi tindakan
= 950 x 100% = 63,33 %
1500
2. Peningkatan kinerja guru setelah diberi tindakan melalui supervisi akademik.
= 1008 x 100% = 71 %
1500
3. Peningkatan kinerja guru setelah diberi tindakan melalui supervisi akademik
pengawas
= 1265x 100% = 84,33 %
1500

33

Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa


Terjadi peningkatan kinerja guru setelah diberi pembinaan melalui supervisi
akademik yaitu peningkatan kinerja guru dalam mengajar; 63,33% menjadi
71 % ada kenaikan sebesar = 7,67 %
2.
Dari sebelum pembinaan ( siklus 1 ) dan setelah pembinaan oleh pengawas
sampai dengan ( siklus 2 ) 63,33 % menjadi 71 %, dan siklus ke 3 juga
mengalami kenaikan menjadi ; 84,33% 71% = 13,33 %
3.
Rata rata peningkatan kinerja guru dalam mengajar di kelas sebelum diberi
pembinaan 40% pada siklus I, meningkatan menjadi 66,67% pada siklus III,
dan siklus III naik menjadi 100%.
1.

Refleksi dan Temuan


Berdasarkan pelaksanaan pembinaan yang telah dilakukan pengawas
kepada guru melalui supervisi akademik, maka hasil observasi nilai, dapat
dikatakan sebagai berikut :
1. Siklus pertama kegiatan pembinaan belum berhasil karena dalam
pembinaan pengawas masih terlihat guru belum begitu antusias karena
mereka masih menganggap pembinaan pengawas tersebut merupakan tugas
baru yang diembannya ;
2. Pembinaan yang dilakukan melalui supervisi akademik, dalam hal
peningkatan kinerja guru dalam mengajar di kelas belum tampak, sehingga
hasil yang dicapai tidak tuntas.
3. Mungkin karena proses pembinaan melalui supervisi akademik baru mereka
laksanakan sehingga guru merasa kaku dalam menerapkannya.
4. Akan tetapi setelah dijelaskan, mereka bisa mengerti dan buktinya pada
siklus kedua proses pembinaan pengawas berjalan baik, semua guru aktif
dan lebih-lebih setelah ada rubrik penilaian proses, semua guru antusias
untuk mengikutinya dan telah mencapai ketuntasan.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Peningkatan Kinerja Guru dalam mengajar di kelas ;
Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembinaan melalui
supervisi akademik memiliki dampak positif dalam meningkatkan kinerja
guru, hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman guru terhadap
pembinaan yang disampaikan pengawas ( kinerja guru meningkat dari siklus
I, II, dan II ) yaitu masing-masing 63,33 % ; 71 % ;84,33 % secara kelompok
dikatakan tuntas/meningkat karena sudah mencapai ketuntasan.

34

2. Kemampuan pengawas dalam meningkatkan kinerja guru dalam mengajar di


kelas ;
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas guru dalam
meningkatkan kinerjanya dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini
berdampak positif terhadap capaian mutu sekolah yaitu dapat ditunjukkan
dengan meningkatnya nilai rata-rata guru pada setiap siklus yang terus
mengalami peningkatan.
3. Aktivitas pengawas dan guru dalam Pembinaan melalui Supervisi akademik ;
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas pengawas dan guru
yang paling dominan dalam kegiatan pembinaan adalah bekerja dengan
menggunakan
alat/media,
mendengarkan/memperhatikan
penjelasan
pengawas, dan diskusi antar guru dan pengawas. Jadi dapat dikatakan bahwa
aktivitas guru dapat dikategorikan aktif.
Sedangkan untuk aktivitas pengawas selama pembinaan telah
melaksanakan langkah-langkah metode pembinaan melalui Supervisi
akademik dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul
diantaranya aktivitas membuat dan merencanakan program pembelajaran,
melaksanakan, memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab di mana
prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar.
Berdasarkan hasil penelitian di atas, peningkatan kinerja guru dalam
mengajar di kelas melalui Supervisi akademik pengawas hasilnya cukup baik. Hal
itu tampak pada pertemuan dari 15 orang guru yang ada pada saat penelitian ini
dilakukan nilai rata rata mencapai ; 63,67 % meningkat menjadi 71,67% pada
siklus 2 siklus ke 3 meningkatan menjadi 80,33 %.
Dari analisis data di atas bahwa pembinaan pengawas melalui Supervisi
akademik efektif diterapkan dalam upaya meningkatkan kinerja guru dalam
mengajar di kelas, yang berarti proses pembinaan pengawas lebih berhasil dan
dapat meningkatkan capaian mutu sekolah khususnya di SMA Binaan Pengawas
Wilayah Kab. Sumbawa, oleh karena itu diharapkan kepada para pengawas dapat
melaksanakan pembinaan Supervisi akademik secara berkelanjutan.
Berdasarkan Permen No 12 Tahun 2007 tentang kompetensi pengawas,
dapat meningkatkan kinerja guru, serta dapat mengorganisasikan sekolah kearah
perubahan yang diinginkan telah mencapai 85 % ketercapaiannya, maka kinerja
guru dalam mengajar di kelas dengan menerapkan monitoring evaluasi tersebut
dikatakan efektif. Dengan demikian maka hipotesis yang diajukan di atas
dapat diterima.

35

BAB V
PE N UTU P
A. Simpulan
Berdasarkan analisis hasil penelitian dan diskusi dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Pembinaan pengawas dalam upaya meningkatkan kinerja guru dalam
mengajar di kelas melalui penerapan supervisi akademik menunjukan
peningkatan pada tiap-tiap putaran ( Siklus ).
2. Aktivitas dalam kegiatan pembinaan menunjukan bahwa seluruh guru dapat
meningkatkan kinerjanya dengan baik dalam setiap aspek.
3. Peningkatan mutu sekolah oleh pengawas melalui supervisi akademik ini
menunjukan peningkatan pada tiap-tiap putarannya.
4. Aktivitas guru menunjukan bahwa kegiatan pembinaan melalui penerapan
supervisi akademik bermanfaat dan dapat membantu guru untuk lebih muda
memahami konsep peran dan fungsi guru sehingga peningkatan lingkungan
belajar yang efektif di sekolah dapat berjalan baik,dan dengan demikian
peningkatan capaian mutu sekolah dapat ditingkatkan.
B. Saran - Saran
1. Penelitian perlu dilanjutkan dengan serangkaian penelitian yang
mengembangkan alat ukur keberhasilan yang lebih reliabel agar dapat
menggambarkan peningkatan kinerja guru dengan baik sehingga mutu
pendidikan dapat ditingkatkan.
2. Pembinaan pengawas melalui penerapan supervisi akademik diperlukan
perhatian penuh dan disiplin yang tinggi pada setiap langkah pembinaan, dan
perencanaan yang matang misalnya dalam pengalokasian waktu dan
pemilihan konsep yang sesuai.
3. Kepada guru diharapkan selalu mengikuti perkembangan jaman, terutama
dengan membaca hasil karya para akhli sehingga tidak ketinggalan dengan
daerah lain, dalam meningkatkan mutu pendidikan, sebagai tanggung jawab
bersama memajukan pendidikan.

36

DAFTAR PUSTAKA
Arifin, I. 2000. Profesionalisme Guru: Analisis Wacana Reformsi Pendidikan dam
Era Globalisasi. Simposium Nasional Pendidikan di Universitas
Muhammadiyah Malang, 25-26 Juli 2001.
Anom. 2009. Materi Training of the Trainers (TOT) Calon Pengawas Sekolah,
Kompetensi Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Direktorat Tenaga
Kependidikan.
Arikunto, Suharsini. 2004. Dasar dasar Supervisi. Jakarta: Rineka Cipta.
_________,2007.Penelitian Tindakan Kepengawasan.Jakarta : PT.Bumi Aksara.
Bafadal Ibrahim, 1979. Supervisi Pengajaran Teori dan Aplikasinya dalam Membina
Profesional Guru, Jakarta: Rineka Cipta.
Depdiknas RI,2003 Undang Undang No 20 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional.Jakarta : depdiknas
____________,2005 Undang No 14 Tentang Guru dan Dosen.Jakarta : depiknas.
Dirjen PMPTK,2007.Peraturan Menteri No 12 Tentang Standar Kompetensi
Pengawas.Jakarta: Dirjen PMTK Depdiknas.
Dirjen

PMPTK,2009.Bahan Belajar Mandiri Kelompok Kerja Kepala


Sekolah.Dimensi Supervisi Akademis.Jakarta : Dirjen PMTK
depdiknas.

________. 1997. Landasan Kependidikan Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak


Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta
________, 1999. Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara.
Purwanto, Ngalim. M, 2005. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung : PT.
Remaja Rosda Karya
Sergiovanni, T. J., & Starratt, R. J. (1998). Supervision: A re-definition (6th ed.).
Boston: McGraw-Hill.
Unruh, A., & Turner, H. E. (1970). Supervision for change and innovation. Boston:
Houghton-Mifflin.

37

Lampiran : 1

38

DAFTAR HADIR GURU PADA SAAT PEMBINAAN

No

N AM A

1
2
3
4
5

Joni Zulakarnaen, SE
Dra. Nurseha
Johan Fermansyah
Ainun Fatmawati, SH

6
7
8
9

Hatma, S.Pd
Titin Sumarni, S.Pd
Nunug Nurhayati, SH

10
11
12
13
14
15

Bambang Wahyudi, S.Pd


Arifuddin, S.Pd
Sri Wardani, S.Pd
Maskinah, S.Pd
Ani Satriani, S.Pd
Purwati, S.P

Syihabuddin, S.Pd

Drs. Arifin

SEKOLAH
ASAL

II

Tgl.
12-04
2010

Tgl.
19-04
2010

KEHADIRAN
III
IV
Tgl.
26-04
2010

Tgl.
03-05
2010

VI

Tgl.
10-05
2010

Tgl.
17-05
2010

SMA Negeri 1 Sumbawa


SMA Negeri 1 Sumbawa
SMA Negeri 3 Sumbawa
SMA Negeri 4 Sumbawa
SMA St.Gregorius
Sumbawa
SMA Negeri 1 Alas Barat
SMA Negeri 1 Alas
SMA Negeri 1 Utan
SMA Negeri 1 Moyo
Utara
SMA Negeri 1 Lape
SMA Negeri 1 Lunyuk
SMA Negeri 1 Moyo Hulu
SMA Negeri Plampang
SMA Negeri 1 Labangka
SMA Negeri 1 Empang
Sumbawa Besar, 12 April 2010
Pengawas Sekolah

Drs. MAULUDDIN IBRAHIM,M.Pd


NIP.19600521 198803 1 007
Lampiran : 2
ASPEK YANG DIAMATI DALAM PENILAIAN KINERJA GURU
DALAM MENGAJAR DI KELAS TAHUN PELAJARAN 2009-2010
Petunjuk Umum

39

Berilah tanda (V) atau nilai pada kolom yang sesuai dengan penilaian anda dan
catatlah hal-hal yang penting yang berhubungan dengan aspek yang diamati pada
kolom keterangan.
1. Tidak ada (0-25)
2. Kurang baik (26-50)
3. Cukup (51-75)
4. Baik (76-100)
5. Sangat baik (101-125)

No

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18

LEMBAR OBSERVASI
Aspek yang diamati
1
2
3
4
A. Perencanaan Proses
Pembelajaran.
Apakah guru:
Menyusun silabus ?
Identitas mata pelajaran
atau tema pelajaran
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Materi pembelajaran
Kegiatan pembelajaran
Indikator pencapaian
kompetensi
Penilaian
Alokasi waktu
Sumber belajar
B. Menyusun Rencana
Pembelajaran ?
Komponen-komponen:
Identitas mata pelajaran
Standar kompetensi
Kompetensi Dasar
Indikator pencapaian
kompetensi
Tujuan Pembelajaran
Materi Ajar
Alokasi Waktu
Metode Pembelajaran

40

Keterangan

19
20
21
22
23
24
25

Kegiatan Pembelajaran
a) Pendahuluan
b) Inti
c) Penutup
Penilaian hasil belajar
Sumber belajar
C. Pelaksanaan Proses
Pembelajaran
1. Persyaratan pelaksanaan
proses pembelajaran
2. Pelaksanaan
Pembelajaran
D. Penilaian Hasil Proses
Pembelajaran
E. Pengawasan Proses
Pembelajaran
Sumbawa Besar, 12 April 2010
Pengawas Sekolah

Drs. MAULUDDIN IBRAHIM,M.Pd


NIP.19600521 198803 1 007

Lampiran : 3
PANDUAN WAWANCARA PRA PENGAMATAN
LAMANYA WAWANACARA : ............Menit

41

Sumbawa Besar, 12 April 2010


Pengawas Sekolah

Drs. MAULUDDIN IBRAHIM,M.Pd


NIP.19600521 198803 1 007

Lampiran : 4
DAFTAR PERIKSA PENGAMATAN
INSTRUMEN SUPERVISI AKADEMIK

42

1. Nama sekolah : .....


2. Nama guru : ..........
3. Mata pelajaran : ....
4. Kelas / semester : ..
5. Hari/ tanggal/ jam ke : ..
6. Kompetensi Dasar/ : .
Indikator ...
B. Jumlah siswa : orang, hadir: orang, tidak hadir:
. Orang

43

44

Catatan:

Mengetahui
Kepala Sekolah

Guru,

Pengawas Sekolah

45

..
NIP.................................. NIP ...............................

NIP ....................................

Lampiran : 5

FOTO - FOTO KEGIATAN SELAMA PEMBINAAN

Para guru sosiologi, sedang melakukan


Para guru sosiologi sedang berdiskusi
Diskusi dalam menyusun perangkat
dan Mendengarkan pembinaan
pembelajaran(RPP)
dan
penentuan
pengawas
Pengawas sedang melakukan
Bersama rekan sejawat,
Pengawas
KKMdi salah satu
persiapan Pembinaan
sedang melakukan persiapan Pembinaan
SMA Binaan

di salah satu SMA Binaan

46

Para guru sosiologi, sedang melakukan


Diskusi dalam menyusun perangkat
pembelajaran(RPP) dan penentuan
KKM

Para guru sosiologi sedang berdiskusi


dan Mendengarkan pembinaan
pengawas

B. Contoh Penelitian Tindakan Sekolah ( PTS ) bagi kepala sekolah


Oleh ; Sri Ningsih, S.Pd Kepala SMP Negeri 2 Unter Iwes
Peningkatan kinerja guru dalam perancangan pembelajaran melalui
Supervisi Akademik kepala sekolah di SMP Negeri 2 Unter Iwes tahun
Pelajaran 2009-2010
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebagai pengajar atau pendidik, guru merupakan salah satu faktor
penentu keberhasilan setiap upaya pendidikan. Itulah sebabnya setiap adanya
inovasi pendidikan, khususnya dalam kurikulum dan peningkatan sumber daya
manusia yang dihasilkan dari upaya pendidikan selalu bermuara pada faktor guru.
Hal ini menunjukkan bahwa betapa eksisnya peran guru dalam dunia pendidikan.
Demikianpun dalam
upaya membelajarkan siswa guru dituntut
memiliki multi peran dsehingga mampu menciptakan kondidi belajar mengajar
yang efektif. Belajar mengajar dikatakan efektif dapat dilihat dari sudut prestasi,
yaitu mampu menampung masukan yang banyak dan menghasilkan tamatan yang
banyak, bermutu dalam arti mampu bersaing di pasaran atau lapangan kerja yang
ada dan diperlukan. Efektivitas proses belajar mengajar ini dapat dilihat pula dari

47

sudut proses pendidikan, meliputi kegairahan atau motivasi belajar yang tinggi
pada peserta didik.
Agar dapat mengajar efektif, guru harus mampu meningkatkan
ksempatan belajar bagi siswa ( kuantitas ) dan meningkatkan mutu ( kualitas )
mengajar. Kelayakan mengajarpun tidak hanya cukup diukur berdasarkan
pendidikan formal tetapi juga harus diukur berdasarkan bagaimana kemampuan
guru dalam mengajar dan sesi penguasaan materi, menguasai, memilih dan
menggunakan metode, media serta evaluasi pembelajaran. Sehubungan dengan
hal itu, Jiyono ( 1987 ) menyimpulkan bahwa kemampuan guru SMP dalam
menguasai bahan pelajaran pada umumnya sangat menghawatirkan karena dari
sampel guru SMP yang diminta menunjukkan kemampuan menguasai bahan
pelajaran 70% yang kurang menguasai bahan pelajaran, sedangkan hanya 30%
yang menguasai bahan pelajaran.
Kondisi seperti itu diperparah dengan kurang optimalnya fungsi
kepengawasan kepala sekolah maupun pengawas sekolah. Bila selama ini banyak
pendapat menyatakan profesionalisme guru di Indonesia relatif rendah atau
kurang memadai, hal itu merupakan akibat dari kurang kepengawasan baik kepala
sekolah maupun pengawas sekolah.
Dalam penelitian ini penulis mencoba untuk mengkaji dan menggali
supervisi (kepala sekolah) yang berkaitan dengan kinerja guru, disebabkan oleh:
(1). Adanya kecenderungan melemahnya kinerja guru, di mana berdasarkan
pengalaman penulis menjadi kepala di SMP Negeri 2 Unter Iwes yaitu terjadinya
guru yang membolos mengajar, guru yang masuk ke kelas yang tidak tepat waktu,
guru mengajar tidak mempunyai persiapan mengajar, guru tidak punya absensi
siswa, ( 2 ) adanya pelaksanaan supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah
belum dilaksanakan dengan sebaik baiknya kepada guru, ( 3 ) adanya penurunan
kinerja guru merupakan salah satu penyebab menurunnya Nilai UASBN siswa
SMP Negeri 2 Kecamatan Unter Iwes, Kabupaten Sumbawa Besar.
Oleh karena itu perlu diungkap tentang supervisi kepala sekolah
terhadap peningkatan kinerja guru di SMP Negeri 2 Unter Iwes, Kabupaten
Sumbawa. oleh karena itu penulis perlu melakukan penelitian sebagai upaya
peningkatan kinerja guru melalui penelitian tindakan sekolah ( PTS ) dengan
judul : Peningkatan kinerja guru dalam perancangan pembelajaran melalui
Supervisi Akademik kepala sekolah di SMP Negeri 2 Unter Iwes tahun
Pelajaran 2009-2010.
B. Identifikasi Masalah
Dari uraian tersebut di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat
diidentifikasi sebagai sebagai berikut :
1. Kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran masih rendah, hal ini
dibuktikan dengan kemampuan mengajar guru hanya 30 % menguasai bahan
pelajaran.

48

2. Guru tidak disiplin dalam melaksanakan tugas mengajar, terutama persiapan


mengajar yang dimiliki oleh guru masih ada yang tidak lengkap, bahkan ada
yang tidak punya administrasi sama sekali.
3. Penurunan kinerja guru merupakan salah satu faktor penyebab rendahnya nilai
UASBN di SMP Negeri 2 Unter Iwes.
4. Upaya peningkatan kinerja guru perlu dilakukan sebagai melalui supervisi
sebagai upaya pembinaan kepala sekolah yang menjadi tanggung jawab di
SMP Negeri 2 Unter Iwes.
C. Rumusan Masalah
Dari identifkasi masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana peningkatan kinerja guru dalam perancangan pembelajaran
melalui Supervisi Akademik kepala sekolah di SMP Negeri 2 Unter Iwes
tahun Pelajaran 2009-2010 ?
2. Bagaimana efektivitas supervisi akademik kepala sekolah meningkatkan
kinerja guru dalam perancangan pembelajaran di SMP Negeri 2 Unter Iwes
tahun pelajaran 2009-2010 ?

D. Tujuan Penelitian
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Peningkatan kinerja guru dalam perancangan pembelajaran melalui Supervisi
Akademik kepala sekolah di SMP Negeri 2 Unter Iwes tahun Pelajaran 20092010.
2. Efektivitas supervisi akademik kepala sekolah meningkatkan kinerja guru
dalam perancangan pembelajaran di SMP Negeri 2 Unter Iwes tahun pelajaran
2009-2010.
E. Manfat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Memberikan sumbangan pemikiran dan tolok ukur kajian pada penelitian
lebih lanjut yaitu berupa alternatif yang dapat dipertimbangkan dalam usaha
memperbaiki mutu pendidikan dan mempertinggi interaksi belajar mengajar,
khususnya dalam pembinaan / supervisi kepala sekolah
2. Dapat dipertimbangkan dalam melaksanakan pembinaan kepada guru di
bidang yang lain terutama dalam meningkatkan kinerja guru.

49

3. Memberikan kemudahan bagi guru dalam meningkatkan kinerjanya


melaksanakan tugas pembelajaran di sekolah terutama dalam perancangan
pembelajaran guru.
4. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan strategi pelatihan bagi guru
dalam rangka meningkatkan mutu sekolah.
5. Dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi sekolah dalam rangka memajukan
dan meningkatkan prestasi sekolah yang dapat disampaikan dalam pembinaan
guru ataupun kesempatan lain bahwa pembinaan / supervisi kepala sekolah
dapat diterapkan dalam upaya meningkatkan kinerja guru dalam perancangan
pembelajaran sehingga peningkatan capaian mutu sekolah dapat dicapai.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kinerja Guru
Istilah kinerja dapat diterjemahkan dalam perfomance atau unjuk kerja,
artinya kemampuan yang ditampilkan seseorang terhadap pekerjaannya pada
tempat ia bekerja. Kinerja merupakan suatu kinerja yang esensial terhadap
keberhasilan suatu pekerjaan. Karena itu suatu kinerja yang efektif bagi setiap
individu perlu diciptakan sehingga tujuan lembaga dapat tercapai secara optimal.
Menurut Fattah (1996) kinerja diartikan sebagai ungkapan kemajuan yang
didasari oleh pengetahuan, sikap, keterampilan dan motivasi dalam menghasilkan
suatu pekerjaan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah hasil
kerja seseorang yang mencerminkan prestasi kerja sebagai ungkapan
pengetahuan, sikpa dan keterampilan.
Menurut Supriadi (1998) kinerja guru akan menjadi lebih baik, bila
seorang guru memiliki empat hal yakni:
5. Mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya
6. Menguasai secara mendalam bahan mata pelajaran yang akan diajarkan serta
cara mengajarnya kepada siswa
7. Bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai cara
evaluasi dan
8. Guru mampu berpikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar
serta pengalamannya.
Lebih lanjut Hamalik (2002) kemampuan dasar yang disebut juga
kinerja dari seorang guru teridiri dari: (1) kemampuan merencanakan
pembelajaran, (2) kemampuan mengelola program belajar mengajar, (3)
kemampuan menglola kelas (4) kemampuan menggunakan media/sumber belajar,
(5) kemampuan menglola interaksi belajar mengajar, (6) mampu melaksanakan
evaluasi belajar siswa.
Kinerja guru sangat terkait dengan efektifitas guru dalam melaksanakan
fungsinya oleh Medley dalam Depdikbud (1984) dijelaskan bahwa efektifitas

50

guru yaitu: (1) memiliki pribadi kooperatif, daya tarik, penampilan amat besar,
pertimbangan dan kepemimpinan, (2) menguasai metode mengajar yang baik, (3)
memiliki tingkah laku yang baik saat mengajar, dan (4) menguasai berbagai
kompetensi dalam mengajar.
Evaluasi kinerja guru mutlak dilakukan, karena masih terdapat banyak
kinerja guru yang kurang memadai, disamping itu guru dituntut dapat mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang terus berkembang pula
dengan pesat. Istilah kinerja berasal dari bahasa inggris yaitu Performance, berarti
hasil kena atau unjuk kerja yang dicapai seseorang atau sekelompok
orang/organisasi tertentu. Istilah kinerja dapat diterjemahkan dalam unjuk kerja,
artinya kemampuan yang ditampilkan seseorang terhadap pekerjaannya di tempat
ia bekerja. Kinerja merupakan suatu hal yang sangat esensial terhadap
keberhasilan suatu pekerjan. Pada hakikatnya orang bekerja untuk memenuhi
kebutuhan atas dorongan tertentu. Kebuituhan dipandang sebagai penggerak atau
pembangkit perilaku, sedanghkan tujuannya berfungsi untuk menggerakkan
perilaku. Karena itu suatu kinerja yang efektif bagi setiap individu, perlu
disiptakan sehingga tujuan lembaga dapat tercapai secara optimal.
Widyastono (1999) berpendapat bahwa terdapat empat gugus yang erat
kaitannya dengan kinerja guru, yaitu kemampuan (1) merencanakan KBM, (2)
melaksanakan KBM, (3) melaksanakan hubungan antar pribadi, dan (4)
mengadakan penilaian. Sedangkan Suyud (2005) mengembangakn kinerja guru
profesional meliputi: (1) penguasaan bahan ajar, (2) pemahaman karakteristik
siswa, (3) penguasaan pengelolaan kelas, (4) penguasaan metode dan strategi
pembelajaran, (5) penguasaan evaluasi pembelajaran dan (6) kepribadian.
Dari pendapat tersebut di atas, maka yang dimaksud dengan kinerja guru
dalam penelitian ini ialah: (1) penguasaan bahan ajar, (2) pemahaman
karakteristik, (3) penguasaan pengeloaan kelas, (4) penguasaan metode dan
strategi pembelajaran, (5) penguasaan evaluasi pembelajaran, dan (6) kepribadian.
B. Perancangan Pembelajaran
Perancangan pembelajaran merupakan salah satu kompetensi pedagogis
yang harus dimiliki guru, yang akan bermuara pada pelaksanaan pembelajaran.
Pelaksanaan pembelajaran mencakup tiga kegiatan yaitu ; identifikasi kebutuhan,
perumusan kompetensi dasar, dan penyusunan program pembelajaran.
1. Indentifikasi kebututuhan
Identifikasi adalah kesenjangan dengan apa yang seharusnya dengan
kondisi yang sebenarnya, atau sesuau yang harus dipenuhi untuk mencapai
tujuan. ( Mulyasa,E. 2007). Identifikasi tujuan bertujuan antara lain untuk
melibatkan dan memotivasi peserta didik agar kegiatan belajar dirasakan
sebagai bagian dari kehidupan dan mereka merasa memilikinya.
Menurut Mulyasa,E.(2007) hal ini dapat dilakukan dengan prosedur
sebagai beikut :

51

a. Peserta didik didorong untuk menyatakan kebutuhan belajar berupa


kompetensi tertentu yang ingin mereka miliki dan diperoleh melalui
kegiatan pembelajaran.
b. Peserta didik dodorong untuk mengenali dan mendayagunakan lingkungan
sebagai sumber belajar untuk memenuhi kebutuhan belajar.
c. Peserta didik dibantu untuk mengenal dan menyatakan kemungkinan
adanya hambnatan dalam upaya memenuhi kebutuhan belajar, baik yang
datang dari dalam ( internal ) maupun dari luar ( eksternal ).
Ketiga hal tersebut di atas di lakukan secara perseorangan maupun
kelompok.
2. Identifikasi kompetensi
Kompetensi merupakan sesuatu yang ingin dimiliki oleh peserta
didik, dan merupakan kompoenen utama yang harus dirumuskan dalam
pembelajaran, yang memiliki peran penting dan menentukan arah
pembelajaran. Kompetensi yang jelas akan memberi petunjuk yang jelas pula
terhadap materi yang harus dipelajari, penetapan metode dan media
pembelajaran, serta memberi petunjuk terhadap penilaian. Oleh karena itu,
setiap kompetensi harus merupakan perpaduian dari pengetahuan,
ketrampilan, nilai, dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan
bertindak ( thinking skill ). Kompetensi yang harus dipelajari dan dimiliki
peserta didik perlu dinyatakan sedemikian rupa agar dapat dinilai, sebagaio
wujud hasil belajar yang mengacu pada pengalaman langsung.
Peserta didik perlu mengetahui tujuan belajar, dan tingkat-tingkat
penguasaan yang akan digunakan sebagai keriteria pencapaian standar
eksplisit, dikembangkan berdasarkan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan, dan
memiliki kontribusi terhadap kompetensi-kompetensi yang sedang dipelajari.
3. Penyusunan program pembelajaran
Penyusunan program pembelajaran akan bermuara pada rencana
pelaksanaan pembelajaran ( RPP ), sebagai produk program jangka pendek,
yang mencakup komponen program kegiatan belajar dan proses pelaksanaan
program. Komponen program mencakup; kompetensi dasar, materi standar,
metode dan teknik, media dan sumber belajar, waktu belajar, dan daya dukung
lainnya. Dengan demikian rewncana pelaksanaan pembelajaran pada
hakekatnya mrupakan suatu sistem, yang terdiri atas komponen-komponen
yang saling berhubungan serta berinteraksi satu sama lain, dan memuat
langkah-langkah pelaksanaannya, ntuk mencapai tujuan atau membentuk
kompetensi.
C. Supervisi Akademik Kepala Sekolah
Agar peranan guru dalam kaitan dengan tugas mendidik dapat berhasil
dengan baik, maka guru perlu mengadakan pembinaan dengan cara disupervisi

52

oleh kepala sekolah dan kepala sekolah. Fungsi klepala sekolah dan kepala
sekolah antara lain memberikan bimbingan dan penyuluhan terhadap guru
maupun staf tata usaha agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik., dalam
arti tugas itu dapat berhasil secara efektif.
Usaha dan kegiatan membimbing guru meliputi bimbingan di dalam
kelas seperti metode pemnyampaian, cara mengajar, hubungan siswa dengan
guru, dan proses belajar mengajar, evaluasi proses belajar mengajar, bimbingan di
luar kelas meliputi teknik membuat satuan pelajaran, menulis dan mereview
satuan pelajaran, pengembangan proses instrumen laporan, dan kepribadian guru.
Tanggung jawab seorang supervisor adalah mengusahakan agar guru itu mau
melaksanakan tanggungjawabnya atau tugasnya sesuai dengan persyaratan
persyaratan pekerjaan yang telah ditetapkan.
Tugas kepala sekolah adalah membantu guru dalam pembinaan dan
peningkatan profesi mengajar, pembinaan dan peningkatan sikap personal dan
sikap profesional. Peran kepala sekolah di SD harus mampu menggerakkan guru
dan staf tata usaha untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik. Ada perbedaan
karakteristik antara peran kepala sekolah dengan peran lainya, Sergiovani ( dalam
Atmodiaso dan Totosiswanto, 1991) merinci: (1) sangat kuat kaitannya dengan
tugas tugas seorang ahli (expert), (2) Perlunya hidup dalam dunia dan berbicara
dalam dua bahasa dan ( 3 ) keterbatasan dan kekuasaan.
Dalam hubungan tuntutan keahlian (expert) dapat dijelaskan bahwa
seorang supervisor diharapkan ahli di bidang pendidikan dan tugas tugas
seorang supervisor sangat menonjol dalam kaitannya dengan fungsi fungsi: (1)
kurikulum dan tujuan mengajar, ( 2 ) isi program pendidikan, koordinasi dan
wawasan (3) alternatif dan pilihan (4) kurikulum dan inovasi mengajar (5) pola
pola pengelompokan dan penjadwalan (6) pelayanan dan perencanaan unit (7)
evaluasi dan memilih bahan belajar (8) struktur pengetahuan (9) pola guru dan
pengaruh siswa di kelas (10) gaya mengajar, metode dan prosedur (11) iklim
beljar di kelas (12) guru, siswa dan evaluasi program dan ( 13 ) pengembangan
kurikulum dan menghadapi evaluasi pendidikan. Karakteristik kedua seorang
supervisor ada dalam dunia, dunia guru dan dunia administrasi. Dengan demikian
maka ia harus mempergunakan dua bahasa yaitu bahasa guru dan bahasa
administrator. Karakteristi ketiga adalah terbatasnya kekuasaan yang dimiliki.
Langkah langkah yang dapat diambil oleh pangawas harus sistematis
dan pragmatis, yang berikut: (1) Tahap penemuan pendahuluan ( planning
conference ) tahap ini meliputi: saling mengerti yang mendalam ( mutually
understanding ), suasana akrab (intimizad), menum,buhkan rasa saling percaya,
tentukan jenis yang akan dikontrol, pergunakan instrumen yang tepat (2) tahap
pengamatan (observation classroom); guru melaksanakan komponen komponen
yang dikontrol, kepala sekolah melakukan analisis pendahuluan, bertanya tentang
perasaan dan kesan umum kepada guru ketika diamati, mereview target yang
telah disepakati, menunjukkan data hasil supervisi, bersama sama menafsirkan

53

data yang ditunjuk kepala sekolah, bersama sama menyimpulkan data berusaha
memperbaiki hal hal yang perlu ditingkatkan.
Syarat yang harus dimiliki oleh kepala sekolah harus memiliki kelebihan
(super) dari orang yang dikontrolnya walaupun relatif. Syarat syarat itu
diantaranya : (1) menguasai hal ihwal supervisi (2) objektif dalam melakukan
supervisi (3) komprehensif (berwawasan luas) (4) teliti dalam melakukan
tindakan (5) sistematis dalam bekerja (6) siap melayani guru yang dikontrol, (7)
sabar menghadapi permasalahan dengan terus berupaya memecahkannya (8)
kooperatif, mampu bekerja sama dengan guru yang dokontrol (9) percaya diri
(self confident) (10) mampu mengambil keputusan secara cepat dan tepat, dan
(11) humoris (Boyd dalam Atmodiwiro dan Tatosiswanto, 1991).
Sedangkan syarat guru yang dikontrol menurut Boyd ( dalam
Atmodiwiryo dan Tatosiswanto, 1991 ) ialah sebagai berikut: (1) kesediaan dan
terbuka ( open minded ) (2) objektif dalam melihat permasalahan (3) berfikir
dalam melihat permasalahaan (4) mempunyai motivasi untuk berprestasi (5)
berwawasan luas dan (6) kesiapan untuk dibantu/dikontrol.
1.
Supervisi sebagai inspeksi
Dalam inspeksi, supervisi semata mata merupakan kegiatan
meng-inspeksi pekerjaan pekerjaan guru atau bawahan. Orang orang yang
bertugas atau mempunyai tanggungjawab tentang pekerjaan itu disebut
inspektur. Istilah ini masih berlaku resmi dan umum di negara kita meskipun
sebenarnya dalam pelaksanaan sudah banyak mengalami perubahan. Inspeksi
bukanlah suatu kepengawasan yang berusaha menolong guru untuk
mengembangkan dan memperbaiki cara kerja pendidik dan pengajar.
Inspeksi dijalankan terutama dimaksud untuk meneliti / mengawasi
apakah guru menjalankan apa apa yang sudah diinstruksikan dan ditentukan
oleh kepala sekolah atau tidak, sampai dimana guru guru atau bawahan
menjalankan tugas tugas yang telah ditentukan atasannya, jadi inspeksi ialah
kegiatan kegiatan mencari kesalahan.
Untuk menentukan konduite baik buruknya guru dilihat semata
mata dari: sampai dimana ketaatannya dan kebaikannya menjalankan tugas
tugas. Guru guru tidak pernah diminta pendapat, diajak merunding segala
sesuatu yang berhubungan dengan tugasnya. Musyawarah dan mufakat tidak
berlaku dalam hal ini. Inilah ciri ciri kekepala sekolahasn yang khas yang
berlaku di zaman kolonial dahulu, hingga kini masih juga terdapat sisa
sisanya dalam dunia pendidikan kita. Inspeksi merupakan tipe kepala sekolah
yang otokratis.
2.
Laissez Faire
Kepengawasan yang bertipe laissez faire meupakan kepengawasan
yang sama sekali tidak konstruktif. Kepengawasan Laissez faire membiarkan
guru guru / bawahan bekerja sekehendaknya tanpa diberi petunjuk dan
bimbingan. Guru guru boleh menjalankan tugasnya menurut apa yang
mereka sukai, boleh mengajarkan apa yang mereka ingini dan dengan cara

54

mereka masing masing. Sama halnya dengan Lissez faire pada sistem
ekonomi, tipe laissez faire pada supervisi adalah berdasarkan pandangan
demokrasi yang salah.
Seorang kepala sekolah yang masuk tipe ini sama sekali tidak
memberikan bantuan, kepengawasan dan koreksi terhadap pekerjaan
pekerjaan guru. Pembagian tugas dan kerja sama diserahkan sepenuhnya
kepada mereka masing masing, tanpa petunjuk atau saran saran, tanpa ada
koordinasi. Tidak heran jika dalam kepengawasan laissez faire ini sering
terjadi kesimpang siuran tanggungjawab antara guru guru dan pegawai
pegawai lainnya, mudah timbul perselisihan dan dan kesalahpahaman diantara
mereka. Segala kegitan dilakukan tanpa rencana dan bimbingan dari kepala
sekolah. Para anggota tidak memiliki pengertian yang tepat tentang batas
batas tanggung jawab mereka masing masing. Dengan demikian, sukar
diharapkan adanya kerja sama yang harmonis yang sama sam diarhakan ke
satu tujuan.
3.
Coercive Supervision
Hampir sama dengan kepengawasan yang bersifat inspeksi,
kepengawasan ini bersifat otoriter. Di dalam tindakan kepengawasannya si
kepala sekolah bersifat memaksakan segala sesuatu yang dianggapnbya benar
dan baik menurut pendapatnya sendiri. Dalam hal ini pendapat dan inisiatif
guru tidak dihiraukan atau tidak dipertimbangkan. Yang penting guru harus
tunduk dan menuruti petunjuk petunjuk yang dianggap baik oleh supervisor
itu sendiri.
4.

Supervisi sebagai latihan bimbingan


Tipe supervisi ini lebih baik dibandingkan dengan tipe supervisi
lainya. Tipe supervisi ini berlandaskan suatu pandangan bahwa pendidikan itu
merupkan suatu proses pertumbuhan bimbingan. Juga berdasarkan pandangan
bahwa orang orang yang diangkat sebagai guru pada umumnya telah
mendapat pendidikan pre-survice di sekolah guru. Oleh karena itu supervisi
yang dilajutkan selanjutnya ialah untuk melatih (to train) dan memberi
bimbingan (to guide) kepada guru guru tersebut dalam tugas pekerjaannya
sebagai guru.
Tipe ini baik, terutama bagi guru guru yang baru mulai mengajar,
kelemahannya mungkin kepengawasan, petunjuk petunjuk, ataupun nasihat
nasihat yang diberikan dalam rangka training dan bimbingan itu bersifat
kolot, sudah tidak sesuai dengan perkembangan pendidikan dan tun tutan
zaman sehingga dapat terjadi kontradiksi antara pengetahuan yang telah
diperoleh guru dengan pendapat supervisor itu sendiri. Kontradiksi ini dapat
pula terjadi karena sebaliknya, pendapat supervisi itu lebih maju sedangkan
pengetahuan yang diperoleh guru bersifat konservatif.
5.
Kepengawasan yang demokrasi

55

Dalam kepengawasan yang demokratis, kepengawasan atau


supervisi bersifat demokratis pula. Supervisi merupakan kepengawasan
pendidikan secara kooperatif. Dalam tingkat ini, supervisi bukan lagi suatu
pekerjaan yang dipegang oleh seorang petugas, melainkan merupakan
pekerjaan bersama yang dikoordinasikan. Tanggungjawab tidak dipegang
sendiri oleh kepala sekolah, melainkan dibagi bagikan kepada para anggota
sesuai dengan tingkat, keahlian, dan kecakapannya masing masing. Kerja
sama yang esensial ialah yang dapat menunjukkan / mengembangkan; (1)
pengertian yang mendalam pada individu dan kelompok tentang tujuan
tujuan pendidikan, serta pengabdiannya terhadap tujuan tujuan itu (2)
kesediaan dan kerelaan untuk menerima tanggungjawab pribadi dan kelompok
bagi tercapainya tujuan tujuan bersama (3) kecakapan untuk memberi
sumbangan sumbangan secara efektif dan kreatif bagi terpecahkannya
masalah masalah yang bertalian dengan pencapaian tujuan tujuan dan ( 4 )
koordinasi untuk kepentingan usaha bersama secara keseluruhan.
Bentuk bentuk kegiatan kerja sama yang sesuai dengan maksud
maksud tersebut sangatlah banyak, akan tetapi, yang pokok dan sangat
penting bagi fungsi kepengawasan ialah : (1) kerjasama dalam merencanakan
pekerjaan pekerjaan terutama dalam merumuskan tujuan tujuan dan
menentukan prosedur prosedur pelaksanaannya (2) kerjasama dalam mebag
sumber sumber tenaga dan tanggung jawab dalam berbagai aspek pekerjaan
(3) kerja sama dalam menilai pelaksanaan prosedur penilaian terhadap hasil
hasil pekerjaan.
D. Hipotesis Tindakan
Dari uraian tersebut di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian adalah
sebagai berikut :
1. Kinerja guru dalam perancangan pembelajaran dapat ditingkatkan melalui
Supervisi Akademik kepala sekolah di SMP Negeri 2 Unter Iwes tahun
Pelajaran 2009-2010.
2. Supervisi akademik kepala sekolah efektif meningkatkan kinerja guru dalam
perancangan pembelajaran di SMP Negeri 2 Unter Iwes tahun pelajaran 20092010.
BAB III
MEODE PENELITIAN
A. Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah Guru SMP Negeri 2 Unter Iwes tempat
peneliti bertugas sebagai guru dan kepala sekolah tahun pelajaran 2009-2010.

56

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan sekolah melalui penerapan


supervisi akademik.
Jumlah guru yang menjadi obyek dalam penelitian disajikan dalam Tabel
berikut :
TABEL 3.1
NAMA GURU SMP NEGERI 2 UNTER IWES
TAHUN PELAJARAN 2009-2010
Mata Pelajaran yang
No
Nama Guru
Alamat
diajarkan
1
Sudirman, S.Ag
Pend. Agama Islam
Unter Iwes
2
Sri Ayuni, S.Pd
PKn
Unter Iwes
3
Kanti rahayu, S.Pd
Bahasa Indonesia
Unter Iwes
4
Anik Nurhayati, S.Pd
Bahasa Indonesia
Unter Iwes
5
Andi Futriani, S.Pd
Bahasa Inggris
Unter Iwes
6
Mulyadi Suryasupraja, S.Pd
Bahasa Inggris
Unter Iwes
7
Supiyati, S.Pd
Matematika
Unter Iwes
8
Ilmi Rosyida, S.Pd
Matematika
Unter Iwes
9
Dra. Kamriati
IPA Biologi
Unter Iwes
10 Nurhidayat, S.Pd
IPA Fisika
Unter Iwes
11 Kaharuddin, S.Pd
IPS Ekonomi
Unter Iwes
12 Syafruddin, S.Pd
IPS Geografi
Unter Iwes
13 Bhineka Mahendrayati, S.Pd
IPS Sejarah
Unter Iwes
14 I Wayan Jayantara, S.Pd
Seni Budaya
Unter Iwes
15 Surya Wirawan, S.Pd
Pejaskes
Unter Iwes
16 Dewi Permatasari, S.Pd
Teikom
Unter Iwes
17 Rini Indrayani, SE
Teikom
Unter Iwes
18 Titin Asmayani, S.Pd
Mulok
Unter Iwes
19 Eliyah Kusumawati, S.Pd
BP/BK
Unter Iwes
Keterangan : Sumber Data SMP Negri 2 Unter Iwes Tahun Pelajaran 2009-2010.
.
B. Setting Penelitian
1. PTS dilakukan pada guru SMP Negeri 2 Unter Iwes tahun pelajaran 20092010.
2. Guru SMP Negeri 2 Unter Iwes terdiri dari 19 orang Guru termasuk PNS dan
Non PNS.
3. PTS dilakukan pada guru baik yang PNS maupun Non PNS dengan dengan
jumlah seluruhnya 19 Orang.
C. Rancangan Penelitian
1. Tindakan dilaksanakan dalam 3 siklus
2. Kegiatan dilaksanakan dalam Semester Ganjil tahun pelajaran 2009-2010.

57

3. Lama penelitian 6 pekan efektif dilaksanakan mulai tanggal 24 Juli 2009


sampai
28 Agustus 2009.
Pelaksanaan Tindakan
II dengan
Pengamatan/pengumpulan
data
II
Dalam pelaksanaan tindakan, rancangan dilakukan dalam 3 siklus yang
meliputi ; (a) perencanaan,(2) tindakan, (3) pengamatan, (4) refleksi.
Rancangan Penelitian Tindakan Sekolah ( PTS ) menurut
( Arikunto,Suharsimi,2007;74
) adalah seperti gambar berikut :
Pengamatan/
pengumpulan
data I

Permasalahan

Perencanaan tindakan I

Gambar : 3.1 Alur Penelitian Tindakan Sekolah


Permasalahan baru hasil refleksi
1. Perencanaan
Refleksi
Tahapan ini berupa rancangan tindakan yang menjelaskan tentang
apa,
mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut
dilakukan.
Pada PTS di mana peneliti dan guru adalah orangPerencanaan
yang berbeda, dalam
tindakan II
tahap menyusun rancangan harus ada kesepakatan antara keduanya.
Apabila
permasalahan
belumguru
terselesaikan
Rancangan harus
dilakukan
bersama antara
yang akan melakukan
tindakan dengan peneliti yang akan mengamati proses jalannya tindakan. Hal
II
tersebut untuk mengurangi unsur subjektivitas pengamat Refleksi
serta mutu
kecermatan pengamatan yang dilakukan.
2. Tindakan
Dilanjutkan
siklus berikutnya
Pada tahap ini, rancangan tindakan tersebut
tentu saja ke
sebelumnya
telah dilatih kepada si pelaksana tindakan (guru) untuk dapat diterapkan di
dalam kelas sesuai dengan skenarionya. Skenario dari tindakan harus
dilaksanakan dengan baik dan tampak wajar.
3. Pengamatan atau observasi

58

Pelaks

Tahap ini sebenarnya berjalan bersamaan dengan saat pelaksanaan.


Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan, jadi, keduanya
berlangsung dalam waktu yang sama.
Pada tahap ini peneliti (atau guru apabila ia bertindak sebagai peneliti)
melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi
selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan data ini dilakukan
dengan menggunakan format observasi / penilaian yang telah tersusun,
termasuk juga pengmatan secara cermat pelaksanaan skenario tindakan dari
waktu ke waktu serta dampaknya terhadap proses dan hasil belajar siswa.
4. Refleksi
Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan
yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian
dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya.
Refleksi dalam PTS mencakup analisis, sintesis, dan penilaian
terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan. Jika terdapat
masalah dari proses refleksi maka dilakukan proses pengkajian ulang melalui
siklus berikutnya yang meliputi kegiatan: perencanaan ulang, tindakan ulang,
dan pengamatan ulang shingga permasalahan dapat teratasi ( Hopkins, 1993 ).
D. Variabel Penelitian
Dalam penelitian Tindakan Sekolah ini variabel yang diteliti adalah
peningkatan kinerja guru dalam perancangan pembelajaran melalui supervisi
akademik kepala sekolah dalam upaya peningkatan capaian mutu sekolah.
Variabel tersebut dapat dituliskan kembali sebagai berikut :
Variabel Harapan : Peningkatan kinerja guru dalam memilih dan
menentukan materi pembelajaran.
Variabel Tindakan :

Penerapan supervisi akademik kepala sekolah.

Adapun indikator yang diteliti dalam variabel harapan terdiri dari :


1. Peningkatan kinerja guru dalam perancangan pembelajaran
2. Peningkatan kinerja guru dalam memilih dan menentukan materi
pembelajaran melalui supervisi akademik kepala sekolah.
3. Peningkatan kinerja dalam memilih dan menentukan materi pembelajaran
upaya peningkatan capaian mutu sekolah
4. Keefektifan supervisi akademik sekolah dalam meningkatkan kinerja guru.
Sedangkan variabel tindakan memiliki indikator sebagai berikut :
1. Tingkat kualitas perencanaan
2. Kualitas perangkat observasi
3. Kualitas operasional tindakan
4. Kesesuaian perencanaan dengan tindakan kepala sekolah
5. Kesesuaian pembinaan yang diberikan

59

6. Tingkat efektifitas supervisi kepala sekolah


7. Kemampuan meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran.
E. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data
1. Sumber Data :
Sumber data dalam penelitian ini berasal dari dua sumber yaitu :
1
Guru
:
Diperoleh data tentang peningkatan kinerja guru
dalam
memilih
dan
menentukan
materi
pembelajaran
2
Kepala
Diperoleh data tentang efektivitas penerapan
sekolah
:
supervisi akademik kepala skolah.

2. Teknik Pengumpulan Data :


Dalam Pengumpulan data menggunakan Observasi dan Tes.
F. Indikator Keberhasilan
Penelitian tindakan Sekolah yang dilaksanakan dalam tiga siklus dianggap
sudah berhasil apabila terjadi peningkatan kinerja guru dalam memilih dan
menentukan materi pembelajaran mencapai 85 % ( guru yang diteliti ) telah
mencapai ketuntasan dengan nilai rata rata 75. berarti telah memenuhi harapan
ideal seperti yang disyaratkan dalam manajemen berbasis sekolah ( MBS )
dengan standar ideal minimal 75.

G. Teknik Analisis Data


Dalam analisis data teknik yang digunakan adalah ;
1. Kuantitatif
Analisis ini digunakan untuk menghitung besarnya peningkatan
kinerja guru dalam memilih dan menentukan materi pembelajaran melalui
penerapan supervisi akademik kepala sekolah melalui dengan menggunakan
prosentase ( % ).
2. Kualitatif
Teknik analisis ini digunakan untuk memberikan gambaran hasil
penelitian secara ; reduksi data, sajian deskriptif, dan penarikan simpulan.
H. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Berikut disajikan jadwal kegiatan Penelitian yang dilaksanakan mulai
tanggal 24 Juli 2009 - 28 Agustus 2009 ( 6 Minggu efektif ) yang dibuat dalam
bentuk gambar diagram ( gant chart ) sebagai berikut :
Tabel 3.2

60

N0
1

Jadwal Pelaksanaan Penelitian


Waktu ( Minggu ) ke,...
Rencana Kegiatan
1
2
3
4
5
Persiapan
X
Menyusun
Konsep
X
Pelaksanaan
Menyepakati
Jadwal
X
dan Tugas
Menyusun Instrumen
X
Pelaksanaan
Menyiapkan kelas dan
X
alat
Melakukan Tindakan
X
X
Siklus I
Melakukan Tindakan
X
X
Siklus II
Melakukan Tindakan
X
X
Siklus III
Menyusun Laporan
Menyusun
Konsep
X
Laporan
Perbaikan Laporan
Penggandaan
Hasil
Penelitian

X
X
X

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Paparan Data dan Temuan Penelitian
1. Perencanaan Tindakan
Penelitian ini menggunakan model pembinaan kepala sekolah
melalui supervisi akademik.
Tujuan yang diharapkan pada pertemuan pertama dalam pembinaan
kepala sekolah ini adalah peningkatan kinerja guru dalam memilih dan
menentukan materi pembelajaran.
Agar tercapai tujuan di atas, peneliti yang bertindak sebagai
pembimbing dengan melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
a) Menyusun instrumen pembinaan
b) Menyusun Instrumen Monitoring
c) Sosialisasi kepada Guru
d) Melaksanakan tindakan dalam pembinaan

61

e) Melakukan refleksi
f) Menyusun strategi pembinaan pada siklus ke dua berdasar refleksi siklus
pertama
g) Melaksanakan pembinaan pada siklus kedua
h) Melakukan Observasi
i) Melakukan refleksi pada siklus kedua
j) Menyusun strategi pembinaan pada siklus ketiga berdasar refleksi siklus
kedua
k) Melaksanakan pembinaan pada siklus ketiga
l) Melakukan Observasi
m) Melakukan refleksi pada siklus ketiga
n) Menyusun laporan
2. Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan
Pelaksanaan tindakan dalam penelitian dilakukan 3 siklus yang
terdiri dari enam kali pertemuan.
Waktu yang digunakan setiap kali pertemuan adalah 2 x 60 menit.
Siklus pertama dilaksanakan pada tanggal 24 s.d 31 Juli 2009 dan siklus
kedua pada tanggal 07 s.d 14 Agustus 2009 dan siklus ke tiga pada tanggal 21
s.d 28 Agustus 2009. Penelitian tindakan sekolah ini dilaksanakan sesuai
dengan prosedur rencana pembinaan dan skenario kepengawasan dan
dilaksanakan pada saat proses belajar bmengajar berlangsung.

Berikut hasil pembinaan kepala sekolah melalui supervisi akademik


per siklus sebagai berikut ;
SIKLUS I
a) Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembinaan
yang terdiri dari rencana tindakan, soal tes formatif 1 dan alat-alat
pembinaan lain yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar
observasi peningkatan kinerja guru melalui supervisi akademik.
b) Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan pembinaan untuk siklus I dilaksanakan
pada tanggal 24 s.d 31 Juli 2009 di SMP Negeri 2 Unter Iwes tahun
pelajaran 2009-2010. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai kepala
sekolah. Adapun proses pembinaan mengacu pada rencana pembinaan
yang telah dipersiapkan.
Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan
pelaksanaan pembinaan di sekolah. Pada akhir proses pembinaan guru

62

diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan


guru dalam meningkatkan kinerjanya sesuai dengan
yang telah
dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I. adalah seperti pada
tabel berikut :
Tabel 4.1 :
Tabel Distribusi Nilai tes Pada Siklus I
Keterangan
No
Nama
Skor
Tidak
Tuntas
Tuntas
1
Sudirman, S.Ag
80

2
Sri Ayuni, S.Pd
60

3
Kanti rahayu, S.Pd
40

4
Anik Nurhayati, S.Pd
60

5
Andi Futriani, S.Pd
60

6
Mulyadi Suryasupraja, S.Pd
50

7
Supiyati, S.Pd
50

8
Ilmi Rosyida, S.Pd
50

9
Dra. Kamriati
50

10 Nurhidayat, S.Pd
80

11 Kaharuddin, S.Pd
90

12 Syafruddin, S.Pd
80

13 Bhineka Mahendrayati, S.Pd


70

14 I Wayan Jayantara, S.Pd


60

15 Surya Wirawan, S.Pd


60

16 Dewi Permatasari, S.Pd


70

17 Rini Indrayani, SE
60

18 Titin Asmayani, S.Pd


70

19 Eliyah Kusumawati, S.Pd


60

Jumlah Total
1193
Skor Maksimum Individu
100
Skor maksimum Kelompok Guru
1900
Keterangan :
Jumlah Guru yang tuntas
: 7 Orang
Jumlah Guru yang belum tuntas : 12 Orang
Kelompok Guru
: belum tuntas.
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan pembinaan
yang dilakukan oleh kepala sekolah melalui supervisi akademik
diperoleh nilai rata-rata peningkatan kinerja guru adalah 62,79 %. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara kelompok guru
belum meningkat kinerjanya, karena yang memperoleh nilai 65 hanya

63

sebesar 36,84 % atau baru 7 orang guru dari 19 orang guru yang tuntas,
hasil ini tentu lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki
yaitu sebesar 85 %. Hal ini disebabkan karena banyak guru yang belum
memahami materi sehingga mereka merasa baru dengan tugas tersebut.
c) Refleksi
Dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan diperoleh informasi
dari hasil pengamatan sebagai berikut:
(1) Kepala Sekolah masih kurang teliti dalam melakukan pembinaan di
sekolah
(2) Kepala Sekolah masih kurang baik dalam pemanfaatan waktu
(3) Kepala Sekolah masih kurang konsentrasi dalam melakukan
pembinaan, karena ada tugas lain yang harus dikerjakan.
d) Revisi Rancangan
Pelaksanaan kegiatan pembinaan pada siklus I ini masih
terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan pada
siklus berikutnya.
(1) Kepala Sekolah perlu lebih terampil dalam memotivasi guru dan lebih
jelas dalam menyampaikan tujuan pembinaan. Di mana guru diajak
untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan.
(2) Kepala Sekolah perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan
menambahkan informasi-informasi yang dirasa perlu dan memberi
catatan
(3) Kepala Sekolah harus lebih terampil dan bersemangat dalam
memotivasi guru sehingga kinerjanya lebih meningkat.
SIKLUS II
a) Tahap perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembinaan
yang terdiri dari rencana pembinaan 2, soal tes formatif II dan alat-alat
kepengawasan lain yang mendukung.
b) Tahap kegiatan dan pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan pembinaan supervisi akademik untuk
siklus II dilaksanakan pada tanggal 07 s.d 14 Agustus 2009 di SMP Negeri
2 Unter Iwes Tahun Pelajaran 2009-2010. Dalam hal ini peneliti bertindak
sebagai kepala sekolah. Adapun proses pembinaan mengacu pada rencana
pembinaan dengan memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga
kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II.
Penelitian tindakan sekolah ini dilaksanakan pada saat proses belajar
mengajar berlangsung.
Pada akhir proses pembinaan guru diberi tes formatif II dengan
tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan guru dalam meningkatkan
kinerjanya. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif II. Adapun data
hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut

64

Tabel 4.2 :
Tabel Distribusi Nilai tes Pada Siklus II
Keterangan
No
Nama
Skor
Tidak
Tuntas
Tuntas
1
Sudirman, S.Ag
90

2
Sri Ayuni, S.Pd
80

3
Kanti rahayu, S.Pd
60

4
Anik Nurhayati, S.Pd
80

5
Andi Futriani, S.Pd
80

6
Mulyadi Suryasupraja, S.Pd
70

7
Supiyati, S.Pd
60

8
Ilmi Rosyida, S.Pd
70

9
Dra. Kamriati
60

10 Nurhidayat, S.Pd
90

11 Kaharuddin, S.Pd
95

12 Syafruddin, S.Pd
80

13 Bhineka Mahendrayati, S.Pd


80

14 I Wayan Jayantara, S.Pd


90
15 Surya Wirawan, S.Pd
70

16 Dewi Permatasari, S.Pd


80

17 Rini Indrayani, SE
70

18 Titin Asmayani, S.Pd


80

19 Eliyah Kusumawati, S.Pd


70

Jumlah Total
1345
Skor Maksimum Individu
100
Skor maksimum Kelompok Guru
1900
Keterangan :
Jumlah Guru yang tuntas
: 16 Orang
Jumlah Guru yang belum tuntas : 3 Orang
Kelompok Guru
: belum tuntas
Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata peningkatan hasil tes
formatif guru adalah 70,79 % dan ketuntasan mencapai 84,21 % atau ada
15 orang dari 19 orang guru yang sudah tuntas dalam meningkatkan
kinerjanya. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini peningkatan
guru telah mengalami peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I. Adanya
peningkatan kinerja guru ini karena setelah kepala sekolah
menginformasikan bahwa setiap akhir pembinaan akan diadakan
penilaian sehingga pada pertemuan berikutnya guru lebih termotivasi
untuk meningkatkan kinerjanya. Selain itu guru juga sudah mulai

65

mengerti apa yang dimaksudkan dan diinginkan oleh kepala sekolah


dalam melakukan pembinaan melalui supervisi akademik.
c) Refleksi
Dalam pelaksanaan pembinaan diperoleh informasi dari hasil
pengamatan sebagai berikut:
1) Memotivasi guru
2) Membimbing guru dalam menyusun rencana kerja guru merumuskan
kesimpulan/menemukan konsep
3) Pengelolaan waktu
d) Revisi Pelaksanaaan
Pelaksanaan pembinaan pada siklus II ini masih terdapat
kekurangan-kekurangan. Maka perlu adanya revisi untuk dilaksanakan
pada siklus III antara lain:
(1) Kepala Sekolah dalam memberikan pembinaan kepada guru
hendaknya dapat membuat guru termotivasi dalam membuat program
dan rencana pembelajaran.
(2) Kepala Sekolah harus lebih dekat dengan guru sehingga tidak ada
perasaan takut/malu dalam diri guru terutama dalam bertanya tentang
masalah yang dihadapi oleh sekolah.
(3) Kepala Sekolah harus lebih sabar dalam melakukan pembinan kepada
guru terutama dalam merumuskan kesimpulan / menemukan konsep.
(4) Kepala Sekolah harus mendistribusikan waktu secara baik sehingga
kegiatan pembinaan dapat berjalan efektif sesuai dengan yang
diharapkan.
(5) Kepala Sekolah sebaiknya menambah lebih banyak contoh contoh
program kerja dengan format format yang sudah distandardisasi oleh
Departemen Pendidikan Nasional,dalam hal ini Lembaga Penjaminan
Mutu Pendidikan ( LPMP ) baik di Tingkat Provinsi maupun tingkat
Pusat.
SIKLUS III
a) Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembinaan
yang terdiri dari rencana pembinaan 3, soal tes formatif 3 dan alat-alat
pembinaan lainnya yang mendukung.
b) Tahap kegiatan dan pengamatan
Pelaksanaan pembinaan untuk siklus III dilaksanakan pada
tanggal 21 s.d 28 Agustus 2009 di SMP Negeri 2 Unter Iwes tahun
pelajaran 2009-2010 dengan jumlah 19 orang guru. Dalam hal ini peneliti
bertindak sebagai Kepala sekolah. Adapun proses pembinaaan mengacu
pada rencana pembinaan dengan memperhatikan revisi pada siklus II,
sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus II tidak terulang lagi

66

pada siklus III. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan


pelaksanaan proses belajar mengajar di sekolah.
Pada akhir proses pembinaan guru diberi tes formatif III dengan
tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan guru dalam meningkatkan
kinerjanya yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes
formatif III. Adapun data hasil penelitian pada siklus III adalah sebagai
berikut :
Tabel 4.3 :
Tabel Distribusi Nilai tes Pada Siklus III
Keterangan
No
Nama
Skor
Tidak
Tuntas
Tuntas
1
Sudirman, S.Ag
100

2
Sri Ayuni, S.Pd
90

3
Kanti rahayu, S.Pd
80

4
Anik Nurhayati, S.Pd
90

5
Andi Futriani, S.Pd
90

6
Mulyadi Suryasupraja, S.Pd
80

7
Supiyati, S.Pd
70

8
Ilmi Rosyida, S.Pd
80

9
Dra. Kamriati
70

10 Nurhidayat, S.Pd
100

11 Kaharuddin, S.Pd
100

12 Syafruddin, S.Pd
90

13 Bhineka Mahendrayati, S.Pd


90

14 I Wayan Jayantara, S.Pd


90
15 Surya Wirawan, S.Pd
80

16 Dewi Permatasari, S.Pd


90

17 Rini Indrayani, SE
80

18 Titin Asmayani, S.Pd


90

19 Eliyah Kusumawati, S.Pd


80

Jumlah Total
1640
Skor Maksimum Individu
100
Skor maksimum Kelompok Guru
1900
Keterangan :
Jumlah Guru yang tuntas
: 19 Orang
Jumlah Guru yang belum tuntas : - Orang
Kelompok Guru
: Sudah tuntas
Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai rata-rata tes formatif
sebesar 86,32 % dan dari 19 guru secara keseluruhan sudah mencapai

67

ketuntasan dalam meningkatkan kinerjanya. Maka secara kelompok


ketuntasan telah mencapai 100 % ( termasuk kategori tuntas ). Hasil pada
siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus II. Adanya
peningkatan hasil pembinaan pada siklus III ini dipengaruhi oleh adanya
peningkatan kemampuan kepala sekolah dalam menerapkan pembinaan
melalui supervisi akademik sehingga guru menjadi lebih memahami
tugasnya sehingga dapat meningkatkan kinerjanya. Di samping itu
ketuntasan ini juga dipengaruhi oleh kerja sama dari guru dengan kepala
sekolah dalam merencanakan program pembelajaran.
c) Refleksi
Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik
maupun yang masih kurang baik dalam proses pembinaan melalui
supervisi akademik Dari data-data yang telah diperoleh dapat diuraikan
sebagai berikut:
(1) Selama proses pembinaan kepala sekolah telah melaksanakan semua
pembinaan dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum
sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing
aspek cukup besar.
(2) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa guru aktif selama
proses pembinaan berlangsung.
(3) Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami
perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.
(4) Hasil pembinaan guru oleh kepala sekolah melalui supervisi akademik
pada siklus III mencapai ketuntasan.
d) Revisi Pelaksanaan
Pada siklus III kepala sekolah telah melaksanakan pembinaan
dengan baik dan dilihat dari peningkatan kinerja guru pelaksanaan
pembinaan sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi
terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya
adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan
tujuan agar pada pelaksanaan pembinaan selanjutnya baik melalui
supervisi akademik kepala sekolah maupun supervisi lainnya dapat
meningkatkan kinerja guru sehingga tujuan pembinaan sebagai upaya
meningkatkan mutu pendidikan dapat tercapai.
B. Analisis Hasil Kegiatan
Setelah dilakukan tindakan pada siklus 1, siklus 2 dan siklus 3
menunjukkan hasil sebagai berikut.
Tabel : 4.4 :
Analisis Hasil Tes Pembinaan kepala sekolah dalam Peningkatan Kinerja
Guru Melalui Supervisi Akademik sebelum dan sesudah diberi tindakan
Skor sebelum Skor setelah Skor setelah

68

No

Nama

1
Sudirman, S.Ag
2
Sri Ayuni, S.Pd
3
Kanti rahayu, S.Pd
4
Anik Nurhayati, S.Pd
5
Andi Futriani, S.Pd
6
Mulyadi Suryasupraja, S.Pd
7
Supiyati, S.Pd
8
Ilmi Rosyida, S.Pd
9
Dra. Kamriati
10
Nurhidayat, S.Pd
11
Kaharuddin, S.Pd
12
Syafruddin, S.Pd
13
Bhineka Mahendrayati, S.Pd
14
I Wayan Jayantara, S.Pd
15
Surya Wirawan, S.Pd
16
Dewi Permatasari, S.Pd
17
Rini Indrayani, SE
18
Titin Asmayani, S.Pd
19
Eliyah Kusumawati, S.Pd
Jumlah Total
Skor Maksimum Individu
Skor Maksimum Kelompok

Tindakan

Tindakan 1

Tindakan 2

Siklus 1
80
60
40
60
60
50
50
50
50
80
90
80
70
60
60
70
60
70
60
1193
100
1900

Siklus 2
90
80
60
80
80
70
60
70
60
90
95
80
80
90
70
80
70
80
70
1345
100
1900

Siklus 3
100
90
80
90
90
80
70
80
70
100
100
90
90
90
80
90
80
90
80
1640
100
1900

Analisis Data Deskriptif Kuantitatif


1. Pencapaian Peningkatan Kinerja Guru sebelum diberi tindakan
= 1193 x 100% = 62,79 %
1900
2. Pencapaian peningkatan kinerja guru setelah diberi tindakan melalui supervisi
akademik kepala sekolah
= 1345 x 100% = 70,79 %
1900
3. Pencapaian peningkatan kinerja guru setelah diberi tindakan melalui
supervsisi akademik kepala sekolah
= 1640 x 100% = 86,32 %
1900
Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa

69

1.
2.

3.
4.

Terjadi peningkatan kinerja setelah diberi pembinaan melalui supervisi


akademik kepala sekolah yaitu peningkatan kinerja 62,79 % menjadi
70,79 % ada kenaikan sebesar = 8 %
Dari sebelum pembinaan ( siklus 1 ) dan setelah pembinaan oleh kepala
sekolah sampai dengan ( siklus 3 ) 62,79 % menjadi 70,79 %, dan dari
(siklus 2 ) ke ( siklus 3 ) juga ada peningkatan sebanyak 86,32 % - 70,79
% = 15,53 %.
Rata rata kinerja guru sebelum diberi pembinaan 36,84 % ( siklus I ),
naik menjadi 84,21% ( siklus II ), dan siklus III naik menjadi 100 %.
Dari Pembinaan pada siklus 2 dan setelah pembinaan melalui supervisi
akadmik kepala sekolah (siklus 3) 70,79% menjadi 86,32 % berarti ada
peningkatan kinerja sebanyak 86,32 % - 70,79 % = 15,53 %

Refleksi dan Temuan


Berdasarkan pelaksanaan pembinaan yang telah dilakukan kepala
sekolah kepada guru melalui supervisi akademik maka hasil observasi nilai,
dapat dikatakan sebagai berikut :
1. Siklus pertama kegiatan pembinaan belum berhasil karena dalam
pembinaan kepala sekolah masih terlihat guru belum begitu antusias karena
mereka masih menganggap pembinaan kepala sekolah tersebut merupakan
tugas baru yang diembannya ;
2. Pembinaan yang dilakukan melalui supervisi akademik kepala sekolah,
dalam hal peningkatan kinerja guru belum tampak, sehingga hasil yang
dicapai tidak tuntas.
3. Mungkin karena proses pembinaan yang menggunakan pembinaan melalui
supervisi akademik kepala sekolah yang baru mereka laksanakan sehingga
guru merasa kaku dalam menerapkannya.
4. Akan tetapi setelah dijelaskan, mereka bisa mengerti dan buktinya pada
siklus kedua dan ketiga proses pembinaan kepala sekolah berjalan baik,
semua guru aktif dan lebih-lebih setelah ada rubrik penilaian proses, semua
guru antusias untuk mengikutinya.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Ketuntasan Hasil Pembinaan Kinerja Guru
Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembinaan melalui
supervisi akademik kepala sekolah memiliki dampak positif dalam
meningkatkan kinerja guru, hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya
pemahaman guru terhadap pembinaan yang disampaikan kepala sekolah
( Kinerja guru meningkat dari siklus I, II, dan III ) yaitu masing-masing
62,79% ; 70,79 % ; 86,32 %. Pada siklus III kinerja guru secara kelompok
dikatakan tuntas.
2. Kemampuan Kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru

70

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas guru dalam


meningkatkan kinerjanya dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini
berdampak positif terhadap peningkatan capaian mutu sekolah yaitu dapat
ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata guru pada setiap siklus yang
terus mengalami peningkatan.
3. Aktivitas kepala sekolah dan guru dalam Pembinaan melalui supervisi
akademik ;
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas kepala sekolah dan
guru yang paling dominan dalam kegiatan supervisi akademik adalah bekerja
dengan menggunakan alat/media, mendengarkan/memperhatikan penjelasan
kepala sekolah, dan diskusi antar guru dan kepala sekolah. Jadi dapat
dikatakan bahwa aktivitas guru dapat dikategorikan aktif.
Sedangkan untuk aktivitas kepala sekolah selama pembinaan telah
melaksanakan langkah-langkah metode pembinaan melalui supervisi
akademik dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul
diantaranya
aktivitas
membuat
dan
merencanakan
program
sekolah,melaksanakan, memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab di mana
prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar.

Berdasarkan hasil penelitian di atas, peningkatan kinerja guru melalui


supervisi akademik kepala sekolah hasilnya sangat baik. Hal itu tampak pada
pertemuan pertama dari 19 orang guru yang ada pada saat penelitian ini dilakukan
nilai rata rata mencapai ; 62,79 % meningkat menjadi 70,79 % dan pada siklus 3
meningkat menjadi 86,32 %.
Dari analisis data di atas bahwa pembinaan kinerja guru melalui
supervisi akademik kepala sekolah efektif diterapkan dalam upaya meningkatkan
kinerja guru, yang berarti proses pembinaan kepala sekolah lebih berhasil dan
dapat meningkatkan kinerja guru khususnya guru SMP Negeri 2 Unter Iwes, oleh
karena itu diharapkan kepada para kepala sekolah dapat melaksanakan pembinaan
melalui supervisi akademik secara berkelanjutan.
Berdasarkan Permen No 13 Tahun 2007 tentang kompetensi kepala
sekolah, dan dapat membuat rencana kerja pembelajaran, serta dapat
mengorganisasikan sekolah kearah perubahan yang diinginkan mencapai 85 %
ketercapaiannya, maka kinerja guru tersebut dikatakan efektif. Dengan demikian
maka hipotesis yang diajukan di atas dapat diterima.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan

71

Berdasarkan analisis hasil penelitian dan diskusi dapat disimpulkan sebagai


berikut :
1. Pembinaan Kepala sekolah dalam upaya meningkatkan kinerja guru supervisi
akademik kepala sekolah menunjukan peningkatan pada tiap-tiap putaran
(Siklus ).
2. Aktivitas dalam kegiatan pembinaan menunjukan bahwa seluruh guru dapat
meningkatkan kinerjanya dengan baik dalam setiap aspek.
3. Peningkatan kinerja guru oleh kepala sekolah melalui supervisi akademik
kepala sekolah ini menunjukan peningkatan pada tiap-tiap putarannya.
4. Aktivitas kepala sekolah menunjukan bahwa kegiatan pembinaan melalui
supervisi akademik kepala sekolah bermanfaat dan dapat membantu guru
untuk lebih mudah memahami konsep peran dan fungsi guru sehingga kinerja
guru dapat meningkat.

B. Saran
1. Penelitian perlu dilanjutkan dengan serangkaian penelitian yang
mengembangkan alat ukur keberhasilan yang lebih reliabel agar dapat
menggambarkan peningkatan kinerja guru dengan baik sehingga mutu
pendidikan dapat ditingkatkan.
2. Pembinaan kepala sekolah melalui melalui supervisi akademik kepala sekolah
dalam upaya meningkatkan kinerja guru diperlukan perhatian penuh dan
disiplin yang tinggi pada setiap langkah pembinaan, dan perencanaan yang
matang misalnya dalam pengalokasian waktu dan pemilihan konsep yang
sesuai.
3. Kepada guru diharapkan selalu mengikuti perkembangan jaman, terutama
dengan membaca hasil karya para akhli sehingga tidak ketinggalan dengan
daerah lain, dalam meningkatkan mutu pendidikan, sebagai tanggung jawab
bersama memajukan pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsini. 2004. Dasar dasar Supervisi. Jakarta: Rineka Cipta.
________________.2007. Penelitian Tindakan Sekolah. Bandung : Remaja
Rosdakarya.

72

Atmodiwiro, Soebagio dan Soenarto Tatosiswanto, 1991. Kepemimpinan Kepala


Sekolah, Semarang: Adhi Waskitho.
Bafadal Ibrahim, 1979. Supervisi Pengajaran Teori dan Aplikasinya dalam Membina
Profesional Guru, Jakarta: Rineka Cipta.
Dedi Herawan, 2005. Pengembangan Model Supervisi Akademik Mata Pelajaran
IPA-Biologi: Efektifitas Model Inovasi Supervisi Akademik Mata
Pelajaran IPA Biologi dalam Upaya Meningkatkan Kinerja Guru IPA
Biologi di SMU. Tesis Tidak diterbitkan UPI Bandung.
Mulyasa,E.2003. Menjadi kepala sekolah profesional.Bandung : Remaja Rodakarya.
_________2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Usman,User,Moh.2007. Menjadi Guru Profesional. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Semiawan, Conny. 1985. Bagaimana Cara Membina Guru Secara Profesional.
Jakarta: Journal Pendidikan.

73

Lampiran : 1

No

DAFTAR HADIR GURU PADA SAAT PEMBINAAN


KEHADIRAN
I
II
III
IV
V
STATUS
N AM A
Tgl.
Tgl.
Tgl.
Tgl.
Tgl.
GURU
24-07
2009

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Sudirman, S.Ag
Sri Ayuni, S.Pd
Kanti rahayu, S.Pd
Anik Nurhayati, S.Pd
Andi Futriani, S.Pd
Mulyadi Suryasupraja, S.Pd
Supiyati, S.Pd
Ilmi Rosyida, S.Pd
Dra. Kamriati
Nurhidayat, S.Pd
Kaharuddin, S.Pd
Syafruddin, S.Pd
Bhineka Mahendrayati, S.Pd

GT
GT
GT
GT
GT
GT
GT
GT
GT
GT
GT
GT
GT

74

31-07
2009

07-08
2009

14-08
2009

21-08
2009

VI
Tgl.
28-08
2009

14
15
16
17
18
19

I Wayan Jayantara, S.Pd


Surya Wirawan, S.Pd
Dewi Permatasari, S.Pd
Rini Indrayani, SE
Titin Asmayani, S.Pd
Eliyah Kusumawati, S.Pd

GT
GT
GTT
GTT
GTT
GTT
Unter Iwes, 24 juli 2009
Kepala sekolah

SRI NINGSIH, S.Pd


NIP.19630621 198403 2 005

Lampiran : 2
Instrumen Penilaian Kinerja Guru
Penilaian Kinerja Guru dalam Perencanaan Pembelajaran
( Skala Nilai 1 4 )
Nama Guru
Mata Pelajaran
Pokok Materi
Kelas/Semester

: ..............................................................
: ..............................................................
: ..............................................................
: ..............................................................

No
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
1
Tujuan Pembelajaran
Standar Kompetensi
Indikator
Ranah Tujuan (komprehenship)
Sesuai dengan Kurikulum
2

Bahan Belajar/Materi Pelajaran


aBahan belajar mengacu/sesuai dengan tujuan
b Bahan belajar disusun secara sistematis
cMenggunakan bahan belajar sesuai dengan kurikulum
d Memberi Pengayaan
Strategi/Metode Pembelajaran

75

Nilai *)

aPemilihan metode disesuaikan dengan tujuan


b Pemilihan metode disesuaikan dengan materi
cPenentuan langkah-langkah proses pembelajaran
berdasarkan metode yang digunakan
d Penataan alokasi waktu proses pembelajaran sesuai
dengan pro-porsi.
ePenetapan
metode
berdasarkan
pertimbangan
kemampuan siswa.
f Memberi pengayaan
Media Pembelajaran
Media disesuaikan dengan tujuan pembelajaran
Media disesuaikan dengan materi pembelajaran
Media disesuaikan dengan kondisi kelas
Media disesuaikan dengan jenis evaluasi
Media disesuaikan dengan kemampuan guru
f Media
disesuaikan
dengan
kebutuhan
dan
perkembangan siswa
Evaluasi
Evaluasi mengacu pada tujuan
Mencantumkan bentuk evaluasi
Mencantumkan jenis evaluasi
Disesuaikan dengan alokasi waktu yang tersedia
Evaluasi disesuaikan dengan kaidah evaluasi
Total Nilai
Nilai RPP (R)

*) Skala Nilai 0 4
Unter Iwes,
Kepala sekolah

2009

SRI NINGSIH, S.Pd


NIP.19630621 198403 2 005
Kriteria Penilaian:
Nilai 4 jika semua deskriptor tampak
Nilai 3 jika hanya 3 deskriptor yang tampak

76

Nilai 2
Nilai 1
Nilai 0

jika hanya 2 deskriptor yang tampak


jika hanya 1 deskriptor yang tampak
jika tidak ada deskriptor yang tampak

Lampiran 3
INSTRUMEN PENILAIAN KINERJA GURU
DALAM PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Instrumen Penilaian Kinerja Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran (PP)
Di SMP Negeri 2 Unter Iwes Tahun Pelajaran 2009-2010
1. Nama Guru
2. NIP/NIK
3. Sekolah (tempat)
4. Waktu (penilaian)
5.Tanggal (penilaian)
Petunjuk :

:
:
:
:
:

Berilah skor pada butir-butir pelaksanaan pembelajaran dengan cara


melingkari angka pada kolom skor (1, 2, 3, 4, 5) sesuai dengan kriteria
sebagai berikut.
1 = sangat tidak baik
2 = tidak baik
3 = kurang baik
4 = baik
5 = sangat baik
N
O

INDIKATOR/ASPEK YANG DIAMATI

77

SKOR

N
O
I
1.
2.
II
A.
3.
4.
5.
6.
B.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

INDIKATOR/ASPEK YANG DIAMATI


PRAPEMBELAJARAN
Memeriksa kesiapan siswa
Melakukan kegiatan apersepsi

1 2 3 45
1 2 3 45

KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN


Penguasaan materi pelajaran
Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran
Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan
Menyampaikan materi dengan jelas dan sesuai dengan
hierarki belajar
Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan
Pendekatan/strategi pembelajaran
Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi
(tujuan) yang akan dicapai
Melaksanakan pembelajaran secara runtut
Menguasai kelas
Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual
Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan
tumbuhnya kebiasaan positif
Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu
yang direncanakan

C.
13.
14.
15.

Pemanfaatan sumber belajar /media pembelajaran


Menggunakan media secara efektif dan efisien
Menghasilkan pesan yang menarik
Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media

D.

Pembelajaran yang memicu dan memelihara


keterlibatan siswa
Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran
Menunjukkan sikap terbuka terhadap respons siswa
Menumbuhkan keceriaan dan antusisme siswa dalam
belajar

16.
17.
18.
E.
19.
20.
F.

SKOR

Penilaian proses dan hasil belajar


Memantau kemajuan belajar selama proses
Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi
(tujuan)
Penggunaan bahasa

78

1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5

1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5

1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5

1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5

1 2 3 4 5
1 2 3 4 5

N
O
21.
22.
III
23.
24.

INDIKATOR/ASPEK YANG DIAMATI

SKOR

Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik, dan


benar
Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai
PENUTUP
Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan
melibatkan siswa
Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan,
atau kegiatan, atau tugas sebagai bagian
remidi/pengayaan
Total Skor

Unter Iwes,
Kepala sekolah

1 2 3 4 5
1 2 3 4 5

1 2 3 4 5
1 2 3 4 5

2009

SRI NINGSIH, S.Pd


NIP.19630621 198403 2 005
Lampiran : 4
Instrumen Penilaian Kinerja Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran (PP)
Di SMP Negeri 2 Unter Iwes tahun Pelajaran 2009-2010
Nama Guru
NIP
Pangkat/Golongan
Bidang Studi yang diajarkan

:___________________________
:___________________________
:___________________________
:___________________________

Petunjuk :
Berilah penilaian kompetensi kepribadian dan sosial guru, dengan cara melingkari
angka pada kolom skor (1, 2, 3, 4, 5) sesuai dengan kriteria sebagai berikut.
1 = sangat tidak baik/sangat rendah
2 = tidak baik/rendah
3 = kurang baik/kurang tinggi
4 = baik/tinggi
5 = sangat baik/sangat tingi

79

No.
1.

2.
3.
4.
5.

6.
7.

8.

9.

10.

Aspek yang dinilai

Skor

Ketaatan dalam menjalankan ajaran agama (rajin


menjalankan ajaran agama yang dianut, misal: orang
muslim rajin menjalankan sholat, orang Kristiani rajin ke
gereja, dll.)
Tanggung jawab (sanggup menyelesaikan tugas sesuai
dengan ketentuan, misal: melaksanakan pembelajaran
dengan baik dan sesuai jadwal)
Kejujuran (menyampaikan sesuatu apa adanya, misal: ijin
tidak masuk atau tidak mengajar dengan alasan yang
sebenarnya)
Kedisiplinan (kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku,
misal mulai dan mengakhiri kegiatan pembelajaran sesuai
dengan jadwal)
Keteladanan (menjadi contoh atau rujukan dalam sikap dan
perilaku bagi orang lain, misal: menjadi teladan bagi
sejewat dan peserta didik dalam tutur kata, berpakaian,
dll.)
Etos kerja (komitmen dan semangat dalam melaksanakan
tugas, misal yang memiliki etos kerja tinggi, bersemangat
melaksanakan dan mentaati kaidah-kaidah dalam tugas)
Inovasi dan Kreativitas (kemampuan dan kemauan untuk
mengadakan pembaharuan melalui olah pikirnya, misal
selalu berusaha menggunakan alam sekitar dan bahanbahan yang ada di sekitarnya dalam proses pembelajaran
di kelas)
Kemampuan menerima kritik dan saran (perilaku dalam
merespon kritik dan saran dari orang lain, misal mendapat
kritik tidak marah dan akomodatif terhadap saran orang
lain)
Kemampuan berkomunikasi (dapat menyampaikan ideidenya dengan bahasa yang baik dan dapat dipahami oleh
sasaran, misal: dalam keseharian dapat berkomunikasi
secara baik dengan sejawat)
Kemampuan bekerjasama
Skor Total

1 2 3 4 5

Unter Iwes,

80

1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5

1 2 3 4 5
1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5
............

2009

SRI NINGSIH, S.Pd


NIP.19630621 198403 2 005

Lampiran : 5
Intrumen Penilaian Kinerja Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran
Penilaian Kinerja Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran
(Skala 0 4)
Nama Guru : .........................................................
Mata Pelajaran : ........................................................
Pokok Materi : .........................................................
Kelas/Semester : ........................................................
Waktu
: .........................................................
No
.
1.

Penampilan Guru
Kemampuan Membuka Pelajaran
a Menarik Perhatian siswa
b Memberikan motivasi awal

81

Skors *)

2.

3.

5.

6.

7.

8.

9.

Memberikan apersepsi (kaitan materi yang sebelumnya


dengan materi yang akan disampaikan)
d Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan diberikan
e Memberikan acuan bahan belajar yang akan diberikan
Sikap Guru dalam Proses Pembelajaran
a Kejelasan artikulasi suara
b Variasi Gerakan badan tidak mengganggu perhatian siswa
c Antusisme dalam penampilan
d Mobilitas posisi mengajar
Penguasaan Bahan Belajar (Materi Pelajaran)
a Bahan belajar disajikan sesuai dengan langkah-langkah
yang direnca-nakan dalam RPP
b Kejelasan dalam menjelaskan bahan belajar (materi)
c Kejelasan dalam memberikan contoh
d Memiliki wawasan yang luas dalam menyampaikan bahan
belajar
Kegiatan Belajar Mengajar (Proses Pembelajaran)
a Kesesuaian metode dengan bahan belajar yang
disampaikan
b Penyajian bahan belajaran sesuai dengan tujuan/indikator
yang telah ditetapkan
c Memiliki keterampilan dalam menanggapi dan merespon
pertanyaan siswa.
d Ketepatan dalam penggunaan alokasi waktu yang
disediakan
Kemampuan Menggunakan Media Pembelajaran:
a Memperhatikan prinsip-prinsip penggunaan media
b Ketepatan/kesusian penggunaan media dengan materi
yang disampai-kan
c Memiliki keterampilan dalam penggunaan media
pembelajaran
d Membantu meningkatkan perhatian siswa dalam kegiatan
pembelajaran
Evaluasi Pembelajaran
a Penilaian relevan dengan tujuan yang telah ditetapkan
b Menggunakan bentuk dan jenis ragam penilaian
c Penilaian yang diberikan sesuai dengan RPP
Kemampuan Menutup Kegiatan Pembelajaran:
Meninjau kembali materi yang telah diberikan
Memberi kesempatan untuk bertanya dan menjawab
pertanyaan.
Memberikan kesimpulan kegiatan pembelajaran
Tindak Lanjut/Follow up
a Memberikan tugas kepada siswa baik secara individu
maupun kelom-pok

82

Menginformasikan materi/bahan belajar yang akan dipelajari


berikunya.
Memberikan motivasi untuk selalu terus belajar
Jumlah Skors Aspek
Nilai Penampilan (T)
Nilai Akhir : 2R + 3T =
5

Unter Iwes,......,..............2009
Penilai,
SRI NINGSIH, S.Pd
NIP.19630621 198403 2 005
*) Skala nilai 0 4
Kriterai Penilaian:
Nilai 4 jika semua deskriptor tampak
Nilai 3 jika hanya 3 deskriptor yang tampak
Nilai 2 jika hanya 2 deskriptor yang tampak
Nilai 1 jika hanya 1 deskriptor yang tampak
Nilai 0 jika tidak ada deskriptor yang tampak

Lampiran : 6
Intrumen Penilaian Pelaksanaan Membuka dan Menutup Pembelajaran
Nama Guru :..

Pokok Materi

: ............

Hari/Tanggal : .

Kelas/Smt

: .................................

N
Aktivitas Guru
o
Kegiatan Membuka Pembelajaran
1. Memperhatikan sikap dan tempat duduk siswa
2. Memulai pembelajaran setelah siswa siap untuk
belajar
3. Menjelaskan pentingnya materi pelajaran yang
akan dipelajari
4. Melakukan Appersepsi (mengkaitkan materi
yang disajikan dengan materi yang telah
dipelajari sehingga terjadi kesinambungan)
5. Kejelasan
hubungan
antara
pendahuluan
dengan inti pelajaran dilakukan semenarik

83

Skor
1 2 3 4
1 2 3 4
1 2 3 4
1 2 3 4
1 2 3 4

mungkin
Kegiatan Menutup Pembelajaran
1. Kemampuan menyimpulkan KBM dengan tepat
2. Kemampuan menggunakan kata-kata yang
memebesarkan hati siswa
3. Kemampuan
memberikan
evaluasi
lisan
maupun tulisan
4. Kemampuan memberikan tugas yang sifatnya
memberikan pengayaan, dan pendalaman
Komentar/Saran
............................................................................
..............
............................................................................
..............
............................................................................
..............

1 2 3 4
1 2 3 4
1 2 3 4
1 2 3 4

Total Skors

Penilai,

SRI NINGSIH, S.Pd


NIP.19630621 198403 2 005
Secara individual guru sedang
memperhatikan Pembinaan yang
diberikan oleh kepala sekolah
Dalam memilih dan menentukan

Suasana keakraban dan penuh


tanggung jawab guru menerima
pembinaan secara Lampiran
individual : 7
Oleh kepala sekolah dalam
meningkatkan
kinerjanya
FOTO FOTO KEGIATAN SELAMA
PENELITIAN

Lingkungan SMP Negeri 2 Unter


Iwes, tempat Peneliti bertugas
sebagai guru dan kepala sekolah

Kepala sekolah ( peneliti ) sedang


membina guru dalam memilih dan
menentukan materi pelajaran
Melalui supervisi akademik

84

Secara individual guru sedang


memperhatikan Pembinaan yang
diberikan oleh kepala sekolah
Dalam memilih dan menentukan

Suasana keakraban dan penuh


tanggung jawab guru menerima
pembinaan secara individual
Oleh kepala sekolah dalam
meningkatkan kinerjanya

C. Contoh Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) bagi guru di SMA


Oleh ; Drs. M. Amin Guru Biologi SMA Negeri 1 Alas
Upaya Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Biologi Materi
Keanekaragaman Hayati dengan menggunakan pembelajaran bercirikan
pendayagunaan alat peraga dan pendampingan kelas X.1 SMA Negeri 1 Alas
tahun pelajaran 2009/2010

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Biologi adalah suatu alat untuk mengembangkan cara berfikir. Karena itu
Biologi sangat diperlukan baik untuk kehidupan sehari-hari maupun dalam

85

menghadapi kemajuan IPTEK sehingga Biologi perlu dibekalkan kepada setiap


peserta didik sejak SMP, sampai pada pergurun Tinggi (Hudoyo, 2005:35).
Dalam pandangan siswa SMA secara umum, mata pelajaran Biologi
merupakan mata pelajaran yang susah untuk dimengerti. Indikasi yang paling
mudah ditemukan adalah hasil belajar siswa yang cenderung kurang memuaskan.
Terutama pada perolehan nilai yang rata-rata di bawah mata pelajaran lain. Hal
tersebut dirasakan oleh guru, orang tua dan oleh siswa itu sendiri. Kemampuan
komunikasi Biologi merupakan kemampuan untuk menyatakan dan menafsirkan
gagasan Biologi secara lisan, tertulis atau mendemonstrasikan. Menurut Baroody
(1993), pada pembelajaran Biologi dengan menggunakan pendekatan tradisional,
komunikasi masih merupakan largerly a one way affair. Komunikasi siswa
masih sangat terbatas hanya pada jawaban verbal yang pendek atas berbagai
pertanyaan yang diajukan oleh guru.
Sebagian besar siswa dan orang tua siswa memandang bahwa pelajaran
Biologi merupakan pelajaran yang sulit bahkan menjemuhkan. Dan sebagian
orang tua yang lain merasa bangga jika anak mereka pandai dalam hal Biologi,
sehingga memaksa mereka untuk rajin belajar melalui les privat, bimbingan
belajar maupun membimbing sendiri anak mereka tanpa memperhatikan
keinginan mereka. Hal itulah yang menyebabkan siswa tidak merasa senang
belajar Biologi bahkan siswa merasa terpaksa apabila belajar Biologi.
Rasa senang dan gemar Biologi sebaiknya ditanamkan sejak dini, yaitu
pada masa usia anak-anak. Bahkan untuk menanamkan konsep Biologi dapat
dilakukan sejak anak baru lahir. Untuk itulah diperlukan strategi baru dan media
yang menyenangkan dalam pembelajaran Biologi.
Kepentingan alat peraga disebabkan karena cara berfikir siswa SMA
yang masih konkret. Dengan alat peraga, siswa dapat langsung berhadapan
dengan masalah yang nyata, lalu dengan menggunakan kemampuan dan
ketrampilannya, siswa mengolah informasi dan menemukan pemecahannya.
KTSP merupakan suatu kurikulum yang bercirikan pendayagunaaan alat
peraga. Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan dituntut tercapainya ketiga
ranah tujuan pembelajaran yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.
Walaupun kurikulum tingkat satuan pendidikan telah lahir, namun
implementasinya di lapangan masih banyak guru yang belum siap melaksanakan
pembelajaran berdasarkan KTSP. Guru masih memerlukan bantuan untuk dapat
menemukan strategi pembelajaran yang tepat sesuai dengan KTSP serta
pembelajaran yang menyenangkan baik bagi guru maupun siswa.
Pendampingan yang dimaksud adalah bahwa dalam waktu tertentu guru
dan peneliti bersama-sama dalam merancang pembelajaran, melaksanakan hingga
melakukan refleksi di sekolah di mana guru bertugas. Dengan pendampingan saat
guru menerapkan pembelajaran di kelas, guru mendapat feed back setiap usai
pembelajaran Biologi dari pendamping (peneliti) dan guru dapat melakukan
kolaborasi dengan pendamping.

86

Menurut informasi yang diperoleh peneliti dari guru kelas X SMA


Negeri 1 Alas, proses kegiatan belajar mengajar terutama Biologi belum
menggunakan alat peraga yang sesuai. Minat siswa untuk belajar Biologi sangat
kurang. Persentase siswa yang mempunyai sikap gemar Biologi hanya 33,33%.
Siswa terpancang oleh penjelasan dan sejumlah tugas yang diberikan guru.
Akibatnya kemampuan komunikasi Biologi siswa rendah dan siswa tidak
menyukai pelajaran Biologi.
Pada tahun pelajaran 2009/2010 kemampuan komunikasi Biologi
terutama materi keanekaragaman hayati masih rendah yaitu 6,0 dan 5,9. Melihat
kenyataan di atas, sebagai guru kelas merasa sangat prihatin karena pembelajaran
Biologi di SMA merupakan dasar untuk jenjang berikutnya.
Sehingga perlu dilakukan suatu cara agar kemampuan komunikasi
Biologi siswa dapat meningkat dan siswa dapat menyukai pelajaran Biologi.
Dari permasalahan tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul Upaya Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Biologi
Materi Keanekaragaman Hayati dengan menggunakan pembelajaran
bercirikan pendayagunaan alat peraga dan pendampingan kelas X.1 SMA
Negeri 1 Alas tahun pelajaran 2009/2010 .
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka penulis merumuskan
masalah sebagai berikut ;
1. Bagaimana meningkatkan kemampuan komunikasi Biologi materi
keanekaragaman hayati dengan menggunakan pembelajaran bercirikan
pendayagunaan alat peraga dan pendampingan kelas X-1 SMA Negeri 1 Alas
tahun pelajaran 2009/2010 ?
2. Bagaimana efektivitas pembelajaran bercirikan pendayagunaan alat peraga
dan pendampingan dalam meningkatkan kemampuan komunikasi Biologi
materi keanekaragaman hayati kelas X-1 SMA Negeri 1 Alas tahun pelajaran
2009/2010 ?
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dalam penelitian ini dimaksudkan agar tidak terjadi
penyimpangan terhadap apa yang menjadi tujuan dilaksanakannya penelitian,
yaitu sebagai berikut.
1. Pendampingan
Pendampingan dalam penelitian ini berarti guru dan peneliti
bersamasama dalam merancang pembelajaran, melaksanakan pembelajaran
hingga melakukan refleksi di sekolah dimana guru bertugas. Dalam penelitian
ini, peneliti sebagai pendamping dan guru sebagai pihak yang didampingi.
2. Alat Peraga
Mengingat banyaknya alat peraga, maka alat peraga yang digunakan
dalam penelitian ini adalah alat peraga KPK dan Pecahan.

87

3. Kemampuan Komunikasi Biologi


Kata kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti kuasa
(sanggup melakukan sesuatu),dapat. Kemudian mendapat imbuhan ke-an
menjadi kemampuan yang berarti kesanggupan, kecakapan, kekuatan (KUBI,
1999:628). Menurut Asikin (Makhmudah, 2006:7) bahwa komunikasi dapat
diartikan sebagai suatu peristiwa saling hubungan/dialog yang terjadi dalam
suatu lingkungan kelas, dimana terjadi pengalihan pesan-pesan yang dialihkan
berisi tentang materi Biologi yang dipelajari di kelas. Pihak yang terlibat
komunikasi di kelas adalah guru dan siswa. Jadi, kemampuan komunikasi
Biologi dalam penelitian ini adalah kecakapan siswa dalam mengalihkan
pesan yang berupa materi Biologi baik secara tertulis maupun lisan kepada
siswa atau guru.
4. Sikap
Dalam penelitian ini, sikap yang dimaksud adalah bagaimana
perasaan siswa setelah mendapat pembelajaran KBK dengan pendampingan.
Apakah siswa merasa senang, jelas, menarik, dan tidak sulit terhadap
pembelajaran Biologi tersebut atau malah merasa sebaliknya. Dalam
penelitian ini juga dibahas bagaimana sikap guru terhadap pendampingan.
5. Materi
Materi yang diajarkan dalam penelitian ini adalah KPK dan
pengenalan pecahan.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan utama darai penelitian tindakan ini adalah untuk mengetahui :
1. Peningkatan kemampuan komunikasi Biologi materi keaneka ragaman hayati
dengan menggunakan pembelajaran bercirikan pendayagunaan alat peraga dan
pendampingan kelas X-1 SMA Negeri 1 Alas tahun pelajaran 2009/2010.
2. Efektivitas pembelajaran bercirikan pendayagunaan alat peraga dan
pendampingan dalam meningkatkan kemampuan komunikasi Biologi materi
kenaekaragaman hayati kelas X-1 SMA Negeri 1 Alas pelajaran 2009/2010.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitiabn tindakan ini adalah
sebagai berikut :
1. Bagi siswa
a. Dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga
siswa tidak hanya memperoleh pengetahuan tetapi juga keterampilan
untuk berbuat sesuatu berdasarkan materi yang diberikan.
b. Memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan kemampuan
masing-masing terutama kemampuan komunikasi Biologi.

88

c. Melatih siswa agar berani untuk mengemukakan pendapat atau


mengajukan pertanyaan.
d. Meningkatkan kerjasama siswa dalam kelompok dan meningkatkan
kemampuan bersosialisasi siswa.
2. Bagi guru
a. Memperoleh pengetahuan dan pengalaman langsung tentang
pembelajaran Biologi kurikulum berbasis kompetensi yang bercirikan
pendayagunaan alat peraga.
b.
Dapat memperbaiki dan meningkatkan sistem pembelajaran di kelas
dengan baik.
3. Bagi sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran Biologi sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa di
sekolah khususnya dalam bidang Biologi.
4. Bagi Peneliti
a. Memperoleh pengalaman langsung dalam praktek pembelajaran Biologi
kurikulum berbasis kompetensi bercirikan pendayagunaan alat peraga.
b. Memperoleh bekal tambahan sebagai calon guru Biologi sehingga
diharapkan dapat bermanfaat kelak ketika terjun di lapangan.
c. Peneliti dapat mengembangkan dan menyebarluaskan pengetahuan yang
diperoleh selama perkuliahan ke dalam suatu pembelajaran Biologi.

BAB II
KAJIAN TEORI
A. Komunikasi Biologi
Komunikasi (secara konseptual) yaitu memberitahukan (dan
menyebarkan) berita, pengetahuan, pikiran-pikiran dan nilai-nilai dengan maksud
untuk menggugah partisipasi agar hal-hal yang diberitahukan menjadi milik
bersama. (Sardiman, 2001:8). Kata komunikasi (bahasa Inggris : Communication)
berasal dari kata kerja Latin communicare, yang berarti berbicara bersama,
berunding, berdiskusi dan berkonsultasi, satu sama lain. Kata ini erat
hubungannya dengan kata Latin communitas, yang tidak hanya berarti
komunitas/masyarakat sebagai satu kesatuan, tetapi juga berarti ikatan berteman
dan rasa keadilan dalam hubungan antara orang-orang satu sama lain
(Suwito,1989:1).

89

Komunikasi dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara. Kita dapat


membagi komunikasi ke dalam:
a. Komunikasi verbal (komunikasi dengan menggunakan kata-kata) Komunikasi
verbal dibagi 2 yaitu komunikasi verbal lisan dan komunikasi verbal tulisan.
b. Komunikasi nonverbal (komunikasi tanpa menggunakan kata-kata atau pesanpesan yang dinyatakan lewat sarana yang bukan sarana linguistik).
Kemampuan berkomunikasi dengan orang lain merupakan dasar untuk
segala yang kita kerjakan. Grafik, bagan, peta, lambang-lambang, diagram,
persamaan matematik dan demonstrasi visual sama baiknya dengan kata-kata
yang ditulis atau dibicarakan, semuanya adalah caracara komunikasi yang
seringkali digunakan dalam ilmu pengetahuan.
Komunikasi efektif yang jelas, tepat dan tidak samar-samar menggunakan
keterampilan-keterampilan yang perlu dalam komunikasi, hendaknya dilatih dan
dikembangkan pada diri siswa. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa semua
orang mempunyai kebutuhan untuk mengemukakan ide, perasaan dan kebutuhan
lain pada diri kita.
Menurut Asikin (2001:1) komunikasi Biologi dapat diartikan sebagai
suatu peristiwa saling hubungan/dialog yang terjadi dalam suatu lingkungan
kelas, dimana terjadi pengalihan pesan. Pesan ynag dialihkan berisi tentang materi
Biologi yang dipelajari di kelas.
Pihak yang terlibat dalam peristiwa komunikasi di lingkungan kelas
adalah guru dan siswa. Sedangkan cara pengalihan pesan dapat secara tertulis
maupun lesan.
Menurut Tim PPPG Mat (Makhmudah, 2006:15), komunikasi Biologi
adalah proses menyatakan dan menafsirkan gagasan Biologi secara lisan, tertulis
atau mendemonstrasikannya. Jadi siswa dikatakan mampu berkomunikasi dalam
Biologi jika mampu menyatakan dan menafsirkan gagasan Biologi secara lisan,
tertulis atau mendemonstrasikannya.
Menurut Utari (2004:8), indikator yang menunjukkan kemampuan
komunikasi Biologi adalah:
1) menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide Biologi;
2) menjelaskan ide, situasi dan relasi matematik, secara lisan atau tulisan dengan
benda nyata, gambar, grafik dan aljabar;
3) menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematik;
4) mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang Biologi;
5) membaca dengan pemahaman suatu presentasi Biologi tertulis.
Menurut Asikin (2001:3), uraian tentang peran penting komunikasi dalam
pembelajaran Biologi dideskripsikan sebagai berikut:
a) komunikasi dimana ide Biologi dieksploitasi dalam berbagai perspektif,
membantu mempertajam cara berpikir siswa dan mempertajam kemampuan
siswa dalam melihat berbagai keterkaitan materi Biologi;
b) komunikasi merupakan alat untuk mengukur pertumbuhan pemahaman; dan
merefleksikan pemahaman Biologi para siswa;

90

c) melalui komunikasi, siswa dapat mengorganisasikan dan mengkonsolidasikan


pemikiran Biologi mereka;
d) komunikasi antar siswa dalam pembelajaran Biologi sangat penting untuk
pengkonstruksian pengetahuan Biologi, pengembangan pemecahan masalah,
dan peningkatan penalaran, menumbuhkan rasa percaya diri, serta
peningkatan ketrampilan sosial;
e) writing and talking dapat menjadi alat yang sangat bermakna (powerful)
untuk membentuk komunitas Biologi yang inklusif.
B. Media Pembelajaran
Media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti
tengah, perantara, atau pengantar. Dalam bahasa arab, media adalah
perantara atau pengantar pesan dari pengirim atau penerima pesan. (Arsyad, 2002:
91-92).
Media diartikan sebagai segala sesuatu yang dimanfaatkan untuk proses
komunikasi dengan siswa agar siswa belajar. Komunikasi dan siswa yang belajar
(learners) merupakan dua aspek yang pokok. Segala sesuatu yang dapat
dimanfaatkan untuk mendorong proses-proses belajar dapat dikategorikan sebagai
media (Andreas, 2002.:3).
Tujuan pemanfaatan media adalah untuk menciptakan komunikasi yang
baik diantara guru dan siswa. Prinsip pemanfaatan media adalah the right aid at
the right time in the right place in the right manner, merupakan kunci
pemanfaatan media yang dapat meningkatkan kualitas komunikasi guru-siswa
yang pada akhirnya meningkatkan efektivitas pembelajaran. Sebaliknya
pemanfaatan yang kurang tepat sering kali mengganggu komunikasi dan
mengurangi efektivitas pembelajaran.
Pemanfaatan media di kelas untuk meningkatkan mutu komunikasi gurusiswa sehingga proses pembelajaran berjalan sesuai yang diharapkan (efektif).
Semakin banyak indera yang dimanfaatkan oleh siswa, semakin baik retensi (daya
ingat) siswa sebagai kerucut pengalaman E.Dale berikut (Arnie, 2002:75).
Selain E.Dale, Emilia (1998) menekankan pentingnya pemanfaatan
multimedia bagi peningkatan proses pembelajaran eksakta.
Manfaat dari penggunaan media pembelajaran di dalam proses belajar
mengajar sebagai berikut.
a. Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi
sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar.
b. Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak
sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung
antara siswa dan lingkungannya dan kemungkinan siswa untuk belajar sendirisendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.
c. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu.

91

1) Obyek atau benda yang terlalu besar untuk ditampilkan langsung di ruang
kelas dapat diganti dengan gambar, foto, slide, realita, film, radio atau
model.
2) Obyek atau benda yang terlalu kecil yang tidak tampak oleh indera dapat
disajikan dengan bantuan mikroskop, film, slide atau gambar.
3) Kejadian langka yang terjadi di masa lalu atau terjadi sekali dalam
puluhan tahun dapat ditampilkan melalui rekaman video, film, foto, slide
disamping secara verbal.
4) Obyek atau proses yang amat rumit seperti peredaran darah dapat
ditampilkan secara kongkret melalui film, gambar, slide atau simulasi
komputer.
5) Kejadian atau percobaan yang dapat membahayakan dapat disimulasikan.
Menurut Drs. Ahmad D. Marimba (dalam Syaiful Bahri Djamarah dan
Aswan Zain,1995:54) alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam
rangka mencapai tujuan pengajaran. Sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan
dalam mencapai tujuan pengajaran, alat mempunyai fungsi, yaitu alat sebagai
perlengkapan, alat sebagai pembantu mempermudah usaha mencapai tujuan, dan
alat sebagai tujuan.
Setiap materi pelajaran tentu memiliki tingkat kesukaran yang bervariasi.
Pada satu sisi ada bahan pelajaran yang tidak memerlukan alat bantu, tetapi di lain
pihak ada bahan pelajaran yang sangat memerlukan alat bantu berupa media
pengajaran seperti globe, grafik, gambar dan sebagainya.
Media pendidikan sebagai salah satu sumber belajar ikut membantu guru
memperkaya wawasan anak didik. Aneka macam bentuk dan jenis media
pendidikan yang digunakan oleh guru menjadi sumber ilmu pengetahuan bagi anak
didik. Dalam menerangkan suatu benda, guru dapat membawa bendanya secara
langsung ke hadapan anak didik di kelas. Dengan menghadirkan bendanya seiring
dengan penjelasan mengenai benda itu, maka benda itu dijadikan sebagai sumber
belajar.
Menurut Sugiarto dan Hidayah (2005:4-5), media pembelajaran dapat
diidentifikasikan sebagai berikut:
a) media obyek fisik (model, alat peraga);
b) media grafis/visual (poster, chart, kartu dll);
c) media proyeksi;
d) media audio;
e) media audio-visual.
Nilai praktis media pembelajaran antara lain sebagai berikut.
(1) Mampu mengatasi keterbatasan perbedaan pengalaman pribadi siswa.
(2) Mampu mengatasi keterbatasan ruang kelas.
(3) Mampu mengatasi keterbatasan ukuran benda.
(4) Mampu mengatasi keterbatasan kecepatan gerak benda.
(5) Mampu mempengaruhi motivasi belajar siswa.

92

(6) Mampu mempengaruhi daya abstraksi siswa.


(7) Memungkinkan pembelajaran yang lebih bervariasi.
C. Pendampingan
Menurut Muzaqi (2007:20), pendampingan merupakan suatu aktivitas
yang dilakukan dan dapat bermakna pembinaan, pengajaran, pengarahan dalam
kelompok yang lebih berkonotasi pada menguasai, mengendalikan dan
mengontrol. Kata pendampingan lebih bermakna pada kebersamaan, kesejajaran,
samping menyamping, dan karenanya kedudukan antara keduanya (pendamping
dan yang didampingi) sederajat sehingga tidak ada dikotomi antara atasan dan
bawahan. Hal ini membawa implikasi bahwa peran pendamping hanya sebatas
pada memberikan alternatif, saran, dan bantuan konsultatif dan tidak pada
pengambilan keputusan.
Pendampingan berarti bantuan dari pihak luar, baik perorangan maupun
kelompok untuk menambahkan kesadaran dalam rangka pemenuhan kebutuhan
dan pemecahan permasalahan kelompok.
Pendampingan diupayakan untuk menumbuhkan keberdayaan dan
keswadayaan agar masyarakat yang didampingi dapat hidup secara mandiri.
Menurut Muzaqi (2007:22), peran yang dapat dimainkan oleh pendamping
dalam melaksanakan fungsi pendampingan adalah:
a. Peran Motivator. Upaya yang dilakukan pendamping adalah menyadarkan dan
mendorong kelompok untuk mengenali potensi dan masalah, dan dapat
mengembangkan potensinya untuk memecahkan permasalahan itu.
b. Peran Fasilitator. Pendamping mempunyai tanggung jawab untuk menciptakan,
mengkondisikan iklim kelompok yang harmonis, serta memfasilitasi terjadinya
proses saling belajar dalam kelompok.
c. Peran Katalisator. Pendamping dalam hal ini dapat melakukan aktivitas sebagai
penghubung antara kelompok pendampingan dengan lembaga di luar
kelompok maupun lembaga teknis lainnya, baik lembaga teknis pelayanan
permodalan maupun pelayanan keterampilan berusaha dalam rangka
pengembangan jaringan.
Berkaitan dengan hal tersebut diatas, paling tidak seorang pendamping
diharapkan mempunyai sifat sebagai berikut.
1) Jujur dan terbuka
Pendamping haruslah jujur dalam memberikan pembinaan kepada komponenkomponen pelaksana, harus berani mengatakan bahwa kelompok tersebut salah
dalam menyelesaikan pekerjaan, malas dalam mengembangkan/meningkatkan
proses belajar dan lainnya.
Teguran tersebut perlu diberikan demi kemajuan kelompok dan perkembangan
kelompok. Pendamping juga harus terbuka menerima kritik dan saran dari
anggota kelompok serta bersikap adil dalam memberikan pembinaan.
2) Memiliki Dedikasi

93

Pendamping harus memiliki semangat pengabdian yang tinggi dalam


melaksanakan tugasnya, mau mendengarkan keluhan yang dialami oleh
kelompok dengan penuh kesabaran, mampu menumbuhkan motivasi antar
kelompok untuk berprestasi sebaik mungkin, dengan kata lain pendamping
mampu mendorong dan menumbuhkan semangat untuk berkarya.
3) Komunikatif
Pendamping hendaknya pandai berkomunikasi dengan anggota
kelompok dalam rangka menjalin kerja sama antar kelompok. Dalam hal ini
pendamping harus pandai membuat suasana yang kondusif untuk terciptanya
peluang kerja sama dalam menyelesaikan tugas, mengingat masing-masing
kelompok, kemampuan dan ketrampilannya masih terbatas. Dengan
terciptanya komunikasi ini keberadaan kelompok akan mudah terpantau
perkembangannya dan masing-masing anggota kelompok akan semakin akrab.
Dengan kemampuan berkomunikasi yang baik, diharapkan pendamping bisa
lebih tahu perasaan/isi hati dan kemauan/harapan dari anggota kelompok dan
bisa menumbuhkan sikap partisipatif, sehingga pendamping bisa menentukan
bantuan apa yang diperlukan oleh anggota kelompok.
4) Memiliki pengetahuan dan ketrampilan
Dalam melakukan pembinaan, tentunya akan dijumpai bermacam
permasalahan yang masing-masing kelompok tidaklah sama. Untuk itu,
pendamping hendaknya bisa membantu mengatasi permasalahan yang ada,
melalui saran dan alternatif pemecahan.
5) Akrab dan Santai
Dalam melakukan tugas pembinaan, pendamping harus fleksibel dan
tidak memaksakan diri, agar aktivitas pembelajaran tidak terganggu.
Pendampingan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bahwa dalam
waktu tertentu guru dan peneliti bersama-sama dalam merancang
pembelajaran, melaksanakan hingga melakukan refleksi di sekolah dimana
guru bertugas. Dengan pendampingan saat guru menerapkan pembelajaran di
kelas, selain guru mendapat feed back setiap usai pembelajaran Biologi dari
pendamping (peneliti), guru dapat melakukan kolaborasi dengan pendamping.
D. Sikap
Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak obyek berdasarkan
penilaian terhadap obyek tersebut ( Dimyati dan Mudjiono, 2002:18). Sikap
siswa, seperti halnya motif menimbulkan dan mengarahkan aktivitasnya. Siswa
yang menyukai Biologi akan merasa senang belajar Biologi dan terdorong untuk
belajar lebih giat, demikian pula sebaliknya. Karenanya adalah kewajiban bagi
guru untuk bisa menanamkan sikap positif pada diri siswa terhadap mata
pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya.
Banyak sosiolog dan psikolog memberi batasan bahwa sikap merupakan
kecenderungan individu untuk merespon dengan cara yang khusus terhadap
stimulus yang ada dalam lingkungan sosial. Sikap merupakan suatu

94

kecenderungan untuk mendekat atau menghindar, positif atau negatif terhadap


berbagai keadaan sosial, apakah itu institusi, pribadi, situasi, ide, konsep dan
sebagainya (Howard dan Kendler, 1974; Gerungan,2000). Gagne (1974)
mengatakan bahwa sikap merupakan suatu keadaan internal (internal state) yang
mempengaruhi pilihan tindakan individu terhadap beberapa obyek, pribadi dan
peristiwa. Masih banyak lagi definisi sikap yang lain, sebenarnya agak berlainan,
akan tetapi keberagaman pengertian tersebut disebabkan oleh sudut pandang dari
penulis yang berbeda. Namun demikian, jika dicermati hampir semua batasan
sikap memiliki kesamaan pandang, bahwa sikap merupakan suatu keadaan
internal atau keadaan yang masih ada dalam diri manusia. Keadaan internal
tersebut berupa keyakinan yang diperoleh dari proses akomodasi dan asimilasi
pengetahuan yang mereka dapatkan, sebagaimana Piagets tentang proses
perkembangan kognitif manusia (Wadworth, 1971).
Secara umum, dalam berbagai referensi, sikap memiliki 3 komponen
yakni: kognitif, afektif, dan kecenderungan tindakan.
Komponen kognitif merupakan aspek sikap yang berkenaan dengan
penilaian individu terhadap obyek atau subyek. Informasi yang masuk ke dalam
otak manusia, melalui proses analisis, sintesis dan evaluasi akan menghasilkan
nilai baru yang akan diakomodasi atau diasimilasikan dengan pengetahuan yang
telah ada di dalam otak manusia. Nilai-nilai baru yang diyakini benar, baik, indah
dan sebagainya, pada akhirnya akan mempengaruhi emosi atau komponen afektif
dari sikap individu. Oleh karena itu, komponen afektif dapat
dikatakan sebagai perasaan (emosi) individu terhadap obyek atau subyek,
yang sejalan dengan hasil penilaiannya. Sedang komponen kecenderungan
bertindak berkenaan dengan keinginan individu untuk melakukan perbuatan
sesuai dengan keyakinan dan keinginannya. Sikap seseorang terhadap suatu
obyek atau subyek dapat positif atau negatif.
Manifestasikan sikap terlihat dari tanggapan seseorang apakah ia
menerima atau menolak, setuju atau tidak setuju terhadap obyek atau subyek.
E. Materi Keanekaragaman Hayati
Pada dasarnya tidak ada dua makhluk yang sama persis.Keanekargaman
hayati adalah keanekargaman makhluk hidup yang menunjukkan kseluruhan
variasi gen,spesies,dan ekosistem di suatu daerah.
Penyebab keanekaragaman hayati ada dua faktor yaitu faktor genetik dan
faktor luar.
Faktor genetik bersifat relkatif konstan atau stabil pengartuhnya terhadap
morfologi (fenotip) organisme. Sebaliknya faktor luar relatif labil pengaruhnya
terhadap morfologi ( fenotip ) organisme.
Kenanekargaman hayati mencakup tiga tingkatan pengertian yang
berbeda,yaitu keanekaragaman gen,keanekaragaman jenis,dan keanekaragaman
ekosistem.

95

1. Keanekaragaman Gen ; adalah substansi terkecil atau unit dasar yang


membawa faktor keturunan.Melalui gen inilah sifat siaft dari induk diturunkan
kepada keturunannya.Gen terdapat dalm kromosum.Gen tersusun atas
molekul molekul rantai dobel yang disebut DNA.Molekul ini beroeran
penting menyampaikan informasi genetik kepada keturunannya,serta
mengatur proses perkembangan metabolisme.
2. Keanekaragaman jenis ; menunjukkan seluruh variasi yang terdapat pada
makhluk hidup antar jenis ( interspesies ) dalam satu marga.Jika
dibandingkan,keanekaragaman jenis lebih mudah diamati daripada
keanekaragaman gen.Perbedaan antarspesies makhluk hidup dalam satu
marga atau genus lebih mencolok sehingga lebih mudah diamati daripada
perbedaaan antar individu dalam satu spesies.
3. Keanekaragaman Ekosistem ; adalah komunitas organik yang terdiri atas
tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme bersama lingkungan fisik dan kimia
tempat hidup atau habitatnya.Oleh karena itu dalam suuatu ekosistem akan
terdapat berbagai makhluk hidup berlainan jenis yang hidup berdampingan
dalam hubungan yang saling berikatan secara harmonis dalam menjalankan
fungsi ekosistem.
1. Keanekaragaman Hayati di Indonesia
Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati
yang besar.Diperkirakan hampir 30 % spesies yang ada di bumi ini terdapat di
Indoensia,walaupun penyebarannya tidak merta di seluruh pulau.
Keanekaragaman hayati yang tinggi di Indoensia dipengaruhi oleh iklim yang
mendukung.Indonesia terletak di daerah tropis sehingga memilikji
keanekaragaman hayati lebih tinggi di bandingkan dengan daerah sub tropis
dan daerah kutub.Selain itu perbedaan perbedaan ekosistem juga
mempengaruhi keanekaragaman hayati.
2. Flora di Indonesia
Flora di Indonesia termasuk dalam kawasan flora Malesiana.Malesiana
adalah suatu daerah luas yang meliputi Indonesia,Malaysia,Filipina,Papua
Nugini,dan
Kepulauan
Solomon.Wilayah
ini
terletak
sekitar
katulistiwa,sehingga seluruh wilayah ini beriklim tropis dan curah hujan yang
relatif tinggi.Dengan kondisi iklim seperti ini ,tidaklah mengherankan jika
wilayah Malesiana menjadi pusat vegetasi dunia.Bahkan beberapa jenis flora
yang bernilai tinggi,seperti jati,rotan,kayu cendana,dan kayu hitam hanya
tumbuh di kawasan ini.
3. Fauna di Indonesia
Selain
keanekaragaman
flora,fauna
di
Indoensia
juga
beranekaragam.Di dalam batas wilayahnyam,Indoensia memiliki 12 % jenis
mamalia dunia,15% jenis reptil dan amfibi,dan 17 % jenis burung
dunia.Sesuatu yang mengesankan ialah tidak hanya beranekaragam dan
jumlah hewan tersebut,tetapi juga karena banyak hewan endemik yang

96

4.

5.

6.
7.

ditemukan di Indonesia dan tidak ada di tempat lain.Diperkirakan hewan


endemik mencapai 430 dari 2.500 jenis burung dan 200 dari 500 jenis
mamalia.
Manfaat Keanekaragaman Hayati
Manfaat keanekaragaman hayati bagi kehidupan manusia sangat
besar.pemanfaatan keanekaragaman hayati tersebut dapat digolongkan
menjadi beberapa nilai manfaat yaitu :
Nilai Manfaat Konsumtif
Nilai manfaat konsumtif artinya nilai darim produk keanekaragaman
hayati yang langsung dapat dikonsumsi,misalnya bahan pangan,bahan obat
obatan,bahan bangunan,dan bahan bakar.
Nilai Manfaat Produktif
Nilai manfaat produk artiunya nilkai produk keanekaragman hanyati
yang diolah secara besar besaran dan bersifat komersial.
Nilai Manfaat Non Konsumtif
Keanekaragaman hayati bernilai manfat nonkonsumtif artinya manfat
selalin konsumtif dan produktif,misalnya sebagai sumber flasma
nutfah,menjaga kelestarian ekosistem,dan memberikan keindahan alam.Selain
itu keanekaragaman hayati juga mempunyai nilai ilmiah,dan nilai nilai
spiritual.

Dalam proses pembelajaran, selalu diupayakan adanya interaksi


edukatif. Interaksi ini terjadi antara guru, siswa, tujuan pembelajaran, materi,
metode dan media, serta evaluasi. Ini sesuai dengan pendapat Soedjadi (1991: 4)
yang dituliskan sebagai berikut:
Mutu pendidikan hanya mungkin dicapai melalui peningkatan mutu
proses pendidikan yang bermuara kepada peningkatan mutu produk
pendidikan. Proses pendidikan dapat berjalan bila terjadi interaksi antara
elemen-elemennya, yakni (1) siswa, (2) guru, (3) sarana, dan (4)
kurikulum dalam arti luas dan evaluasi hasil belajar.
Sedangkan tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran Biologi
adalah perubahan tingkah laku yang mencapai ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor. Pengembangan aspek koognitif, afektif dan psikomotor dalam
pembelajaran dapat dilakukan dengan meningkatkan kemampuan proses Biologi
yang didapat melalui aktivitas belajar (Arifin, 1995:25).
Tujuan dan fungsi pembelajaran Biologi di SMA dijabarkan dalam
kurikulum 2006 Fungsi mata pelajaran Matemtika yang relevan dengan penelitian
ini meliputi beberapa hal berikut (Depdikbud, 1993).
1. Memberikan dasar-dasar ilmu Biologi untuk mengembangkan pengetahuan di
pendidikan tinggi.
2. Mengembangkan keterampilan proses siswa dalam mempelajari konsep
Biologi.
3. Mengembangkan sikap ilmiah

97

Sesuai dengan fungsi belajar Biologi di atas, mengajarkan Biologi


sebagai bagian dari IPA seyogyanya mencerminkan hakikat Biologi, yakni
meliputi produk, proses dan sikap. Sedangkan tujuan pembelajaran Biologi (M.
Sitorus, 1995:1) dijabarkan bahwa ; Mata pelajaran Biologi bertujuan untuk,
menjelaskan dan menggambarkan bagaimana menggunakan bentuk aljabar,
persamaan dan pertidaksamaan linier satu perubah dan perbandingan dalam
pemecahan masalah
Dengan mengkaji tujuan pembelajaran di atas, maka kegiatan
pembelajaran Biologi diarahkan pada kegiatan-kegiatan yang mendorong siswa
belajar aktif, yakni keterlibatan aktif siswa dalam menemukan sendiri
pengetahuan melalui interaksinya dengan lingkungan. Untuk itu guru harus
menyediakan situasi dan kondisi yang dibutuhkan siswa, yakni keterlibatan
intelektual dan emosional dalam memperoleh produk, di samping keterlibatan
fisik dalam proses kegiatan pembelajaran.
Hakekat pembelajaran ilmu yang baik menurut Gagne (1979), ialah
sebagaimana ilmu itu diketemukan. Dengan demikian dalam kegiatan
pembelajaran tidak harus semua informasi dalam Biologi disajikan dalam bentuk
jadi kepada siswa, beberapa bagian seharusnya diketemukan sendiri oleh siswa.
Agar siswa mampu menemukan informasi tentang Biologi secara utuh dan
mandiri, maka Biologi harus diajarkan secara utuh pula baik sebagai produk,
proses maupun sikap ilmiah

F. Kerangka Berpikir
Pada hakekatnya pembelajaran merupakan proses komunikasi antara guru
dan siswa. Seorang guru perlu menyadari bahwa proses komunikasi tidak selalu
dapat berjalan dengan lancar, bahkan proses komunikasi dapat menimbulkan
kebingungan, salah pengertian atau bahkan salah konsep.
Kesalahan komunikasi seorang guru akan dirasakan siswanya sebagai
penghambat pembelajaran.Pendampingan dimaksudkan bahwa dalam waktu
tertentu guru danpeneliti bersama-sama dalam merancang pembelajaran,
melaksanakanhingga melakukan refleksi di sekolah dimana guru bertugas. Dalam
hal ini, pendamping lebih ahli dalam membuat RP yang sesuai dengan tuntutan
KTSP, pemanfaatan alat peraga dan pembuatan LKS. Dengan pendampingan saat
guru menerapkan pembelajaran di kelas, selain guru mendapat feed back setiap
usai pembelajaran Biologi dari pendamping (peneliti), guru dapat melakukan
kolaborasi dengan pendamping. Dengan alat peraga, siswa dapat memahami
konsep Biologi dengan benar. Proses komunikasi selama pembelajaran akan

98

berjalan lancar sehingga siswa tidak merasa bingung. Selain itu dapat
menciptakan kondisi kelas dengan kadar aktivitas siswa, motivasi siswa dan
motivasi guru yang cukup tinggi. Siswa akan merasa senang dan tidak bosan
karena dalam pembelajarannya guru tidak menggunakan metode ekspositori.
Siswa juga merasa menikmati pelajaran Biologi dan tidak merasa takut.
G. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian dan kerangka berpikir di atas dapat dirumuskan
hipotesis tindakan sebagai berikut;
1. Kemampuan komunikasi Biologi materi keanekaragaman hayati dapat
ditingkatkan dengan menggunakan pembelajaran bercirikan pendayagunaan
alat peraga dan pendampingan kelas X-1 SMA Negeri 1 Alas tahun pelajaran
2009/2010.
2. Pembelajaran bercirikan pendayagunaan alat peraga dan pendampingan efektif
dalam meningkatkan kemampuan komunikasi Biologi materi keanekaragaman
hayati kelas X-1 SMA Negeri 1 Alas tahun pelajaran 2009/2010.

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah peningkatan komunikasi pada pelajaran
Biologi yang dilaksanakan di SMA Negeri 1 Alas. Berdasarkan hasil observasi
yang penulis lakukan bahwa kelas X-1 SMA Negeri 1 Alas partisipasi belajar
Biologi masih sangat rendah. Siswa merasa kesulitan dalam belajar sehingga
siswa kurang respon terhadap pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, yang dilakukan secara
bertahap-tahap sampai mendapatkan hasil yang diinginkan.
Jumlah siswa secara keseluruhan dapat disajikan dalam tabel berikut :
TABEL 3.1
JUMLAH SISWA SMA NEGERI 1 ALAS

99

TAHUN PELAJARAN 2009-2010


Jenis Kelamin
No
Kelas
Total
Keterangan
L
P
1
X
102
130
232
Jumlah kelas bagian; 7
kelas
2
XI-IPS
48
80
128
Kelas IPS 4 kelas,
bagian
3
XI-IPA
62
32
94
Kelas IPA 3 kelas,
bagian
4
XII-IPA
29
63
92
Kelas IPA 3 kelas,
bagian
5
XII-IPS
27
31
58
Kelas
IPA
2
kelas,bagian
268
336
604
Jumlah
kelas
TOTAL
seluruhnya 21 kelas.
Sumber Data : Dokumen SMA Negeri 1 Alas Tahun 2009-2010.
B. Setting Penelitian
1. PTK dilakukan pada siswa kelas X-1 SMA Negeri 1 Alas Tahun Pelajaran
2009-2010.
2. Kelas X SMA Negeri 1 Alas terdiri dari 7 kelas, dengan jumlah siswa tiap
kelas relatif besar dengan jumlah guru 42 Orang ( Guru PNS 30 orang dan
Guru Non PNS 12 Orang ).
3. PTK dilakukan pada siswa kelas XI-1, dengan jumlah siswa terdiri dari 30
orang.

C. Rancangan Penelitian
1. Tindakan dilaksanakan dalam 3 siklus
2. Kegiatan dilaksanakan dalam ganjil tahun pelajaran 2009-2010.
3. Lama penelitian 6 pekan efektif dilaksanakan mulai tanggal 08 September
sampai dengan 15 Oktober 2009.
Dalam pelaksanaan tindakan,rancangan dilakukan dalam 3 siklus yang
meliputi ; (a) perencanaan, (2) tindakan, (3) pengamatan, (4) refleksi.
Rancangan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) menurut Kemmis dan
Mc.Taggar ( Depdiknas,2000 ) adalah seperti gambar berikut :
Plan
Reflective
Action / Observation

100

Siklus I
Recived Plan
Reflective
Action / Obesrvation

Siklus II
Recived Plan
Reflective
Action / Observation

Siklus III
Recived Plan
Gambar 3.1. Alur Penelitian Tindakan Kelas

1. Rencana ( Plan ) : adalah rencana tindakan apa yang akan dilakukan untuk
memperbaiki, meningkatkan atau perubahan perilaku dan sikap sebagai solusi.
2. Tindakan ( Action ) : adalah apa yang dilakukan oleh peneliti / guru sebagai
upaya perbaikan,peningkatan atau perubahan yang diinginkan.
3. Observasi ( Observation ) : adalah mengamati atas hasil atau dampak dari
tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap kepala sekolah.
4. Refleksi ( reflection ) : adalah peneliti mengkaji,melihat,dan
mempertimbangkan atas hasil atau dampak dari tindakan dari pelbagai
keriteria.
5. Revisi ( recived plan ) : adalah berdasarkan dari hasil refleksi ini,peneliti
melakukan revisi terhadap rencana awal.
D. Variabel Penelitian
Dalam penelitian tindakan kelas ini variabel yang diteliti adalah
peningkatan kemampuan komunikasi Biologi materi kenanekaragaman hayati

101

melalui pembelajaran bercirikan pendayagunaan alat peraga dan pendampingan


pada siswa kelas kelas X-.1 SMA Negeri 1 Alas Kab. Sumbawa Tahun Pelajaran
2009-2010.
Variabel tersebut dapat dituliskan kembali sebagai berikut :
Variabel Harapan : Peningkatan kemampuan komunikasi Biologi
materi keanekaragaman hayati kelas X-1.
Variabel Tindakan : Pembelajaran bercirikan pendayagunaan alat
peraga dan pendampingan.
Adapun indikator yang diteliti dalam variabel harapan terdiri dari :
1. Kemampuan Siswa di SMA Negeri 1 Alas dalam pembelajaran Biologi
2. Kemampuan siswa dalam meningkatkan kemampuan komunikasi Biologi
3. Kemampuan siswa dan guru menguasai pembelajaran Biologi materi
kenanekaragaman hayati dengan Pembelajaran bercirikan pendayagunaan alat
peraga dan pendampingan.
4. Keefektifan siswa dalam meningkatkan prestasinya.
Sedangkan variabel tindakan memiliki indikator sebagai berikut :
1. Tingkat kualitas perencanaan
2. Kualitas perangkat observasi
3. Kualitas operasional tindakan
4. Kesesuaian perencanaan dengan tindakan kelas
5. Kesesuaian teknik yang digunakan dalam meningkatkan prestasi belajar siswa
6. Tingkat efektifitas pelaksanaan pembelajaran dengan Pembelajaran bercirikan
pendayagunaan alat peraga dan pendampingan.
7. Kemampuan siswa dan guru dengan pembelajaran bercirikan pendayagunaan
alat peraga dan pendampingan dalam meningkatkan partisi belajar siswa.
E. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
1. Sumber Data :
Sumber data dalam penelitian ini berasal dari dua sumber yaitu :
1
Siswa
: Diperoleh
data
tentang
peningkatan
kemampuan komunikasi Biologi materi
kenanekaragaman hayati siswa kelas X-1.
2
Guru
:
Diperoleh
data
tentang
penggunaan
Pembelajaran bercirikan pendayagunaan alat
peraga dan pendampingan.
2. Teknik Pengumpulan Data :
Dalam pengumpulan data teknik yang digunakan adalah menggunakan
observasi dan angket.
F. Indikator Keberhasilan

102

Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam tiga siklus dianggap


sudah berhasil apabila terjadi peningkatan prestasi belajar siswa dalam pelajaran
biologi materi kenanekaragaman hayati apabila 85 % siswa kelas X-1 ( kelas yang
diteliti ) telah mencapai ketuntasan dengan nilai rata rata 75. Jika peningkatan
tersebut dapat dicapai pada tahap siklus 1 dan 2, maka siklus selanjutnya tidak
akan dilaksanakan karena tindakan kelas yang dilakukan sudah dinilai efektif
sesuai dengan harapan dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan ( KTSP ).
G. Teknik Analisis Data
Dalam analisis data teknik yang digunakan adalah ;
1. Kuantitatif
Analisis ini digunakan untuk menghitung besarnya peningkatan
komunikasi Biologi materi kenanekargaman hayati melalui pembelajaran
bercirikan pendayagunaan alat peraga dan pendampingan dengan
menggunakan prosentase ( % ).
2. Kualitatif
Teknik analisis ini digunakan untuk memberikan gambaran hasil
penelitian secara ; reduksi data, sajian deskriptif, dan penarikan simpulan.

H. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

No
1
2

Tabel 3.2 :
JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN
Bulan
Uraian Kegiatan
Keterangan
September
Oktober
2009
2009
1 2 3 4 5 6
Persiapan dan Koordinasi
X
SIKLUS I
a. Perencanaan

b. Tindakan

c. Observasi

103

d. Evaluasi
SIKLUS II

a. Perencanaan

b. Tindakan

c. Observasi

d. Evaluasi
SIKLUS III

a. Perencanaan

b. Tindakan

c. Observasi

5
6

d. Evaluasi
ANALISIS DATA
PENYUSUNAN DRAFT

LAPORAN
PENYUSUNAN

X
X
X
X

LAPORAN AKHIR

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Paparan Data dan Temuan Penelitian
1. Perencanaan Tindakan
Penelitian ini menggunakan pembelajaran dengan model
pembelajaran bercirikan pendayagunaan alat peraga dan pendampingan.
Tujuan yang diharapkan pada pertemuan pertama dalam
pembelajaran Biologi adalah mendeskripsikan materi biologi tentang
kenanekaragaman hayati.
Agar tercapai tujuan di atas, peneliti yang bertindak sebagai guru
melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
a) Menyusun instrumen pembelajaran
b) Menyusun Instrumen Monitoring
c) Sosialisasi kepada siswa
d) Melaksanakan tindakan dalam pembelajaran
e) Melakukan refleksi

104

f) Menyusun strategi pembelajaran pada siklus ke dua berdasar refleksi


siklus pertama
g) Melaksanakan pembelajaran pada siklus kedua
h) Melakukan Observasi
i) Melakukan refleksi pada siklus kedua
j) Menyusun strategi pembelajaran pada siklus ketiga berdasar refleksi siklus
kedua
k) Melaksanakan pembelajaran pada siklus ketiga
l) Melakukan Observasi
m) Melakukan refleksi pada siklus ketiga
n) Menyusun laporan
2. Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan
Pelaksanaan tindakan dalam penelitian dilakukan 3 siklus yang
terdiri dari enam kali pertemuan.
Waktu yang digunakan setiap kali pertemuan adalah 2 x 45 menit.
Siklus pertama dilaksanakan pada tanggal 08 s.d 15 September 2009 dan
siklus kedua pada tanggal 22 s.d 29 September 2009, dan siklus ke tiga 06 s.d
15 Oktober 2009. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan sesuai dengan
prosedur rencana pembelajaran dan skenario pembelajaran.

SIKLUS 1
a) Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran
yang terdiri dari rencana pelajaran 1, LKS 1, soal tes formatif 1 dan alatalat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar
observasi pengolaan pembelajaran.
b) Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I
dilaksanakan pada tanggal 08 s.d 15 September 2009 di SMA Negeri 1
Alas Tahun pelajaran 2009-2010, dengan jumlah siswa 30 orang. Dalam
hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar
mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan.
Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan
pelaksaaan belajar mengajar. Pada akhir proses belajar mengajar siswa
diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan
siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data
hasil penelitian pada siklus I. adalah seperti pada tabel berikut :
Tabel 4.1 :

105

Tabel Distribusi Nilai tes Pembelajaran Biologi Materi


Keaneragaman Hayati dengan Pembelajaran bercirikan
pendayagunaan Alat Peraga dan Pendampingan Pada Siklus I
Keterangan
L/P
Tidak
No
NAMA SISWA
Skor
Tuntas
Tuntas
1
Apriandi
L
55

2
Afifatun
P
55

3
Agus Sukahad
L
35

4
Andri Ardiansyah
L
45

5
Amri Rosyadi
L
45

6
Arfiny Ghosyasi
P
45

7
Azalia Fuji L
P
50

8
Bagus Chandra B
L
60

9
Bahtiar
L
63

10 Desfitasari
P
63

11 Devi Dwi Suryani


P
55

12 Dewi Ratnawati
P
65

13 Dwi Alyansyah
P
67

14 Eka Surya Sulastriany


P
67

15 Firdauz
P
55

16 Fitri Sagina Febriani


P
75

17 Hari Arfan
L
55

18 Helmi Yusita
P
74

19 Indro Pratomo
L
65

20 Magita Firmansyah
L
68

21 Nurmawati
P
40

22 Pratiwi
P
40

Cahyaningtiyas
23 Rizkia Utami
P
65

24 Sakinah
P
65

25 Satria Irawansyah
L
55

26 Tri Yuni Cahya P


P
55

27 Vivin Nurwindari
P
65

28 Wulan Indriani
P
50

29 Yuli Febrianti
P
50

30 sasmita
P
65

Jumlah Total
30
1822
orang
Skor Maksimum Individu
100
-

106

Skormaksimum Kelas

Keterangan :
Jumlah siswa yang tuntas
Jumlah siswa yang belum tuntas
Klasikal

3000

: 11 Orang
: 19 Orang
: belum tuntas

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan


pembelajaran bercirikan pendayagunaan alat peraga dan pendampingan
diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 60,73 %. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa
belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai 65 hanya
sebesar 36,67 % atau baru 11 siswa dari 30 siswa yang tuntas belajar,
hasil ini tentu lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki
yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru
dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan
menerapkan pembelajaran bercirikan pendayagunaan alat peraga dan
pendampingan.
c) Refleksi
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh
informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut:
(1) Guru kurang baik dalam memotivasi siswa dan dalam menyampaikan
tujuan pembelajaran
(2) Guru kurang baik dalam pengelolaan waktu
(3) Siswa kurang begitu antusias selama pembelajaran berlangsung.
d) Revisi Rancangan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih
terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan pada
siklus berikutnya.
(1) Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas
dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. Di mana siswa diajak
untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan.
(2) Guru perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan menambahkan
informasi-informasi yang dirasa perlu dan memberi catatan
(3) Guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi siswa
sehingga siswa bisa lebih antusias.
SIKLUS II
a) Tahap perencanaan

107

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran


yang terdiri dari rencana pelajaran 2, soal tes formatif II dan alat-alat
pengajaran yang mendukung.
b) Tahap kegiatan dan pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II
dilaksanakan pada tanggal 22 September s.d 29 September 2009 di SMA
Negeri 1 Alas tahun pelajaran 2009-2010. Dalam hal ini peneliti bertindak
sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana
pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan
atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II.
Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan
belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II
dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses
belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah
tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai
berikut
Tabel 4. 2 :
Tabel Distribusi Nilai tes Pembelajaran Biologi dengan Pembelajaran
bercirikan pendayagunaan Alat Peraga dan Pendampingan
Pada Siklus II
Keterangan
L/P
Tidak
No
NAMA SISWA
Skor
Tuntas
Tuntas
1
Apriandi
L
65

2
Afifatun
P
65

3
Agus Sukahad
L
55

4
Andri Ardiansyah
L
60

5
Amri Rosyadi
L
60

6
Arfiny Ghosyasi
P
60

7
Azalia Fuji L
P
70

8
Bagus Chandra B
L
80

9
Bahtiar
L
80

10 Desfitasari
P
80

11 Devi Dwi Suryani


P
65

12 Dewi Ratnawati
P
75

13 Dwi Alyansyah
P
80

14 Eka Surya Sulastriany


P
80

15 Firdauz
P
65

16 Fitri Sagina Febriani


P
85

17 Hari Arfan
L
65

108

18
19
20
21
22

Helmi Yusita
Indro Pratomo
Magita Firmansyah
Nurmawati
Pratiwi
Cahyaningtiyas
23 Rizkia Utami
24 Sakinah
25 Satria Irawansyah
26 Tri Yuni Cahya P
27 Vivin Nurwindari
28 Wulan Indriani
29 Yuli Febrianti
30 sasmita
Jumlah Total
Skor Maksimum Individu
Skormaksimum Kelas

P
L
L
P
P

85
85
80
60
60

P
P
L
P
P
P
P
P
30
orang
-

75
75
65
65
75
60
60
75
2110

100
3000

Keterangan :
Jumlah siswa yang tuntas
: 22 Orang
Jumlah siswa yang belum tuntas : 8 Orang
Klasikal
: belum tuntas.
Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa
adalah 70,33 % dan ketuntasan belajar mencapai 73,33 % atau ada 22
siswa dari 30 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa
pada siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami
peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil
belajar siswa ini karena setelah guru menginformasikan bahwa setiap
akhir pelajaran akan selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan
berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar. Selain itu siswa juga
sudah mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan dinginkan guru dengan
menerapkan model pembelajaran bercirikan pendayagunaan alat peraga
dan pendampingan.
c) Refleksi
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar diperoleh informasi dari
hasil pengamatan sebagai berikut:
1) Memotivasi siswa
2) Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep
3) Pengelolaan waktu
d) Revisi Pelaksanaaan

109

Pelaksanaan kegiatan belajar pada siklus II ini masih terdapat


kekurangan-kekurangan. Maka perlu adanya revisi untuk dilaksanakan
pada siklus III antara lain:
(1) Guru dalam memotivasi siswa hendaknya dapat membuat siswa lebih
termotivasi selama proses belajar mengajar berlangsung.
(2) Guru harus lebih dekat dengan siswa sehingga tidak ada perasaan takut
dalam diri siswa baik untuk mengemukakan pendapat atau bertanya.
(3) Guru harus lebih sabar dalam membimbing siswa merumuskan
kesimpulan/menemukan konsep.
(4) Guru harus mendistribusikan waktu secara baik sehingga kegiatan
pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
(5) Guru sebaiknya menambah lebih banyak contoh soal dan memberi
soal-soal latihan pada siswa untuk dikerjakan pada setiap kegiatan
belajar mengajar.
SIKLUS III
a) Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran
yang terdiri dari rencana pelajaran 3, soal tes formatif 3 dan alat-alat
pengajaran yang mendukung.
b) Tahap kegiatan dan pengamatan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III
dilaksanakan pada tanggal 06 s.d 15 Oktober 2009 di SMA Negeri 1 Alas
tahun pelajaran 2009-2010 dengan jumlah siswa 30 siswa. Dalam hal ini
peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu
pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus II,
sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus II tidak terulang lagi
pada siklus III. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan
pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif III
dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses
belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah
tes formatif III. Adapun data hasil penelitian pada siklus III adalah
sebagai berikut :
Tabel 4.3 :
Tabel Distribusi Nilai tes Pembelajaran Biologi dengan Pembelajaran
bercirikan pendayagunaan Alat Peraga dan Pendampingan
Pada Siklus III
No

NAMA SISWA

Skor

110

Keterangan

L/P
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

Apriandi
Afifatun
Agus Sukahad
Andri Ardiansyah
Amri Rosyadi
Arfiny Ghosyasi
Azalia Fuji L
Bagus Chandra B
Bahtiar
Desfitasari
Devi Dwi Suryani
Dewi Ratnawati
Dwi Alyansyah
Eka Surya Sulastriany
Firdauz
Fitri Sagina Febriani
Hari Arfan
Helmi Yusita
Indro Pratomo
Magita Firmansyah
Nurmawati
Pratiwi Cahyaningtiyas
Rizkia Utami
Sakinah
Satria Irawansyah
Tri Yuni Cahya P
Vivin Nurwindari
Wulan Indriani
Yuli Febrianti
sasmita

Jumlah Total
Skor Maksimum Individu
Skor maksimum Kelas

L
P
L
L
L
P
P
L
L
P
P
P
P
P
P
P
L
P
L
L
P
P
P
P
L
P
P
P
P
P
30
orang
-

Tuntas
75
75
55
70
70
60
80
90
90
90
80
85
90
90
75
95
65
85
85
90
70
70
85
85
75
75
85
70
70
85
2365

100
3000

Keterangan :
Jumlah siswa yang tuntas
: 30 Orang
Jumlah siswa yang belum tuntas : - Orang
Klasikal
: tuntas.

111

Tidak
Tuntas

Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai rata-rata tes formatif


sebesar 78,83 % dan dari 30 siswa yang telah tuntas sebanyak 28 siswa
dan 2 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal
ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 93,33% ( termasuk kategori
tuntas ). Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik dari
siklus II. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus III ini dipengaruhi
oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan
pembelajaran melalui model pembelajaran bercirikan pendayagunaan alat
peraga dan pendampingan sehingga siswa menjadi lebih terbiasa dengan
pembelajaran seperti ini sehingga siswa lebih mudah dalam memahami
materi yang telah diberikan. Di samping itu ketuntasan ini juga
dipengaruhi oleh kerja sama dari siswa yang telah menguasai materi
pelajaran untuk mengajari temannya yang belum menguasai.
c) Refleksi
Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik
maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan
penerapan pembelajaran bercirikan pendayagunaan alat peraga dan
pendampingan. Dari data-data yang telah diperoleh dapat diuraikan
sebagai berikut:
(1) Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua
pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum
sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing
aspek cukup besar.
(2) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif
selama proses belajar berlangsung.
(3) Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami
perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.
(4) Hasil belajar siswa pada siklus III mencapai ketuntasan.
d) Revisi Pelaksanaan
Pada siklus III guru telah menerapkan pembelajaran bercirikan
pendayagunaan alat peraga dan pendampingan dengan baik dan dilihat
dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar
mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu
banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakah selanjutnya adalah
memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan
agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan
pembelajaran bercirikan pendayagunaan alat peraga dan pendampingan
dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai.
B. Analisis Hasil Kegiatan

112

Setelah dilakukan tindakan pada siklus 1, siklus 2 dan siklus 3 menunjukkan hasil
sebagai berikut.
Tabel : 4.4 :
Analisis Hasil Tes Biologi dengan pembelajaran Bercirikan Pendayagunaan
Alat Peraga dan Pendampingan Sebelum dan Sesudah Diberi Tindakan
Skor
Skor
Skor
No
Nama
sebelum
setelah
setelah
Tindakan
Tindakan Tindakan
Siklus 1
1
2
Siklus 2
Siklus 3
1
Apriandi
55
65
75
2
Afifatun
55
65
75
3
Agus Sukahad
35
55
55
4
Andri Ardiansyah
45
60
70
5
Amri Rosyadi
45
60
70
6
Arfiny Ghosyasi
45
60
60
7
Azalia Fuji L
50
70
80
8
Bagus Chandra B
60
80
90
9
Bahtiar
63
80
90
10 Desfitasari
63
80
90
11 Devi Dwi Suryani
55
65
80
12 Dewi Ratnawati
65
75
85
13 Dwi Alyansyah
67
80
90
14 Eka Surya Sulastriany
67
80
90
15 Firdauz
55
65
75
16 Fitri Sagina Febriani
75
85
95
17 Hari Arfan
55
65
65
18 Helmi Yusita
74
85
85
19 Indro Pratomo
65
85
85
20 Magita Firmansyah
68
80
90
21 Nurmawati
40
60
70
22 Pratiwi
40
60
70
Cahyaningtiyas
23 Rizkia Utami
65
75
85
24 Sakinah
65
75
85
25 Satria Irawansyah
55
65
75
26 Tri Yuni Cahya P
55
65
75
27 Vivin Nurwindari
65
75
85
28 Wulan Indriani
50
60
70
29 Yuli Febrianti
50
60
70
30 sasmita
65
75
85

113

Jumlah Total
Skor Maksimum Individu
Skor Maksimum Kelas

1822
100
3000

2110
100
3000

2365
100
3000

Analisis Data Deskriptif Kuantitatif


1. Pencapaian Prestasi pembelajaran Biologi kelas X.1 sebelum diberi tindakan
= 1822 x 100% = 60,73 %
3000
2. Pencapaian prestasi Biologi kelas X.1 setelah diberi tindakan pengelompokan
siswa berdasarkan nomor panggilan (acak berdasarkan tempat duduk )
= 2110 x 100% = 70,33 %
3000
3. Pencapaian prestasi Biologi kelas X.1 setelah diberi tindakan pengelompokan
siswa berdasarkan kemampuan akademik
= 2365x 100% = 78,83 %
3000
Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa
1.
Terjadi peningkatan prestasi setelah diberi tindakan yaitu 60,73 %
menjadi 70,33 % ada kenaikan sebesar = 9,6 %
2.
Dari sebelum tindakan ( siklus 1 ) dan setelah tindakan sampai dengan
( siklus 3 ) 60,73 % menjadi 70,33 %, dan dari ( siklus 2 ) ke ( siklus 3 )
juga ada peningkatan sebanyak 78,83 % - 70,33 % = 8,5 %.
3.
Rata rata siswa sebelum diberi tindakan 36,67 % naik 73,33% menjadi
93,33%.
4.
Dari tindakan siklus 2 dan setelah tindakan( siklus 3 ) 60,73 % menjadi
70,33 % berarti ada peningkatan prestasi sebanyak 78,83 % - 70,33% =
8,5 %

Refleksi dan Temuan


Berdasarkan pelaksanaan tindakan maka hasil observasi nilai, hasil
dapat dikatakan sebagai berikut :
1. Siklus pertama kegiatan belajar-mengajar dengan menerapkan pembelajaran
bercirikan pendayagunaan alat peraga dan pendampingan belum berhasil
karena dalam pembelajaran masih terlihat siswa yang bermain, bercerita, dan
mengganggu siswa lain;

114

2. Model Pembelajaran bercirikan pendayagunaan alat peraga dan


pendampingan, dalam hal peningkatan prestasi belum tampak, sehingga hasil
yang dicapai tidak tuntas.
3. Mungkin karena proses belajar mengajar yang dilakukan dengan model
pembelajaran bercirikan pendayagunaan alat peraga dan pendampingan yang
baru mereka laksanakan sehingga siswa merasa kaku dalam menerapkannya.
4. Akan tetapi setelah dijelaskan, mereka bisa mengerti dan buktinya pada
pertemuan kedua dan ketiga proses kegiatan belajar - mengajar berjalan baik,
semua siswa aktif dan lebih-lebih setelah ada rubrik penilaian proses, seluruh
siswa langsung aktif belajar.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
1.
Ketuntasan Hasil belajar Siswa
Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan
model pembelajaran bercirikan pendayagunaan alat peraga dan pendampingan
memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.hal ini
dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang
disampaikan guru ( ketuntasan belajar meningkat dari siklus I, II, dan III )
yaitu masing-masing 60,73 % ; 70,33 % ; 78,83 % Pada siklus III ketuntasan
belajar siswa secara klasikal telah tercapai.
2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran bercirikan pendayagunaan alat peraga dan pendampingan dalam
setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap
prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai ratarata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.
3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran Biologi dengan menerapkan model pembelajaran bercirikan
pendayagunaan alat peraga dan pendampingan yang paling dominan adalah
bekerja dengan menggunakan alat/media, mendengarkan/memperhatikan
penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat
dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif.
Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah
melaksanakan
langkah-langkah
metode
pembelajaran
bercirikan
pendayagunaan alat peraga dan pendampingan dengan baik. Hal ini terlihat
dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan
mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan pembelajaran, menjelaskan,
memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab di mana prosentase untuk
aktivitas di atas cukup besar.
Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka hasil belajar siswa untuk
pelajaran Biologi dengan menggunakan pembelajaran bercirikan pendayagunaan
alat peraga dan pendampingan hasilnya sangat baik. Hal itu tampak pada

115

pertemuan pertama dari 30 orang siswa yang hadir pada saat penelitian ini
dilakukan nilai rata rata mencapai ; 60,73 % meningkat menjadi 70,33 % dan
pada siklus 3 meningkat menjadi 78,83 % .
Dari analisis data di atas bahwa pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran bercirikan pendayagunaan alat peraga dan pendampingan
diterapkan pada pembelajaran Biologi kelas X.1, yang berarti proses kegiatan
belajar mengajar lebih berhasil dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa
khususnya pada siswa di SMA Negeri 1 Alas, oleh karena itu diharapkan kepada
para guru SMA dapat melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model
bercirikan pendayagunaan alat peraga dan pendampingan
Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ) siswa
dikatakan tuntas apabila siswa telah mencapai nilai standar ideal 75 mencapai
85 %. Sedangkan pada penilitian ini, pencapai nilai 75 pada ( siklus 3 )
mencapai melebihi target yang ditetapkan dalam KTSP yaitu mencapai 93,33 %
Dengan demikian maka hipotesis yang diajukan dapat diterima.

BAB V
PE N UTU P
A. Simpulan
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga
siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran bercirikan
pendayagunaan alat peraga dan pendampingan memiliki dampak positif dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa di SMA Negeri 1 Alas mata pelajaran
Biologi yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam
setiap siklus, yaitu siklus I ( 60,67 %), siklus II ( 70,33 % ), dan siklus III
(78,83 % ).
2. Penerapan pembelajaran bercirikan pendayagunaan alat peraga dan
pendampingan pada pelajaran Biologi mempunyai pengaruh positif, yaitu
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
3. Penerapan pembelajaran model bercirikan pendayagunaan alat peraga dan
pendampingan efektif untuk meningkatkan kembali materi ajar yang telah
diterima siswa selama ini, sehingga mereka merasa siap untuk menghadapi
pelajaran berikutnya.
B. Saran-Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar
proses belajar mengajar di sekolah dasar ( SMA ) lebih efektif dan lebih

116

memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai
berikut :
1. Untuk melaksanakan metode pembelajaran bercirikan pendayagunaan alat
peraga dan pendampingan memerlukan persiapan yang cukup matang,
sehingga guru harus mempu menentukan atau memilih topik yang benar-benar
bisa diterapkan dengan pemberian model pembelajaran bercirikan
pendayagunaan alat peraga dan pendampingan sehingga diperoleh hasil yang
optimal.
2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih
sering melatih siswa dengan kegiatan penemuan, walau dalam taraf yang
sederhana, di mana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru,
memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu
memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya
dilakukan di SMA Negeri 1 Alas tahun pelajaran 2009-2010.

DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zaenal. 1991. Evaluasi Instruksional Prinsip-Teknik- Prosedur. Bandung: PT
Remaja Rodakarya
Arsyad, Azhar. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Asikin, M. 2001. Komunikasi Biologi dalam RME. Makalah Seminar. Disajikan
dalam Seminar Nasional RME di Universitas Sanata Darma
Yogyakarta., 14-15 Nopember 2001.
Depdikas. 2003. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Biologi
Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah. Jakarta: Depdiknas.
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Dirjen Dikdasmen. 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and
Learning). Jakarta :Depdiknas.
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.1993. Kurikulum Pendidikan
Dasar GBPP SLTP Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.Jakarta:
Depdikbud.

117

Hidayah, Isti dkk. 2000. Pengembangan Model Pembelajaran Biologi Bercirikan


Pendayagunaan Alat Peraga di SMA . Dalam Jurnal Penelitian Pendidikan
Lembaga Penelitian UNNES.
_______________. 2006. Strategi Pelatihan Guru SMA untuk Melaksanakan
Pembelajaran Biologi Kurikulum 2004 dengan Pemodelan VCD dan
Pendampingan. Dalam Usulan Research Grant Program Due-Like Batch III
Jurusan Biologi FMIPA UNNES.
Hudojo, Herman. 2005. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Biologi.
Malang: Universitas Negeri Malang.
Makhmudah, Siti. 2006. Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Biologi Siswa SMP
Kelas VII semester II pada pokok bahasan Segiempat melalui model
Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw di SMPN 1 Demak.Skripsi.
Mulyasa, E. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT Remaja RoSMA
akarya.
Muzaqi. 2007. Peran Pendampingan dalam Pelaksanaan Pembelajaran di Pusat
Kegiatan
Belajar
Masyarakat.
Laporan.
http://www.damandiri.or.id/file/muzaqiunair.pdf
Nur.Muhammad.1996.Konsep tentang arah pendidikan IPA di SMP dan SMU.Dalam
waktu 5 tahun yang akan datang.Departemen pendidikan dan kebudayaan
Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan
Menengah Umum.
________,.2001.Perkembangan selama anak anak dan remaja.Surabaya:Unesa.
Nurhadi, dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK.
Malang : UNM.
Poerwadarminta, W.J.S. 1999. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta:Balai
Pustaka.
Riandari, Henny 2007.Sain Biologi 1 B untuk kelas X SMA.Solo : PT.Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri
Sugandi, Achmad. 2004. Teori Pembelajaran. Semarang: UPT MKK UNNES.
Sugiarto dan Isti Hidayah. 2005. Workshop Pendidikan Biologi 1. Semarang:
UNNES.

118

_____________________. 2007. Pemanfaatan Alat Peraga dalam Pembelajaran


Biologi di SMA /MI. Semarang: UNNES.
Suherman, Erman, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Biologi Kontemporer. Bandung:
JICA UPI.
Suhito. 1986. Diagnosis Kesulitan Belajar dan Pengajaran Remidial.
Semarang:UNNES.
Suyati dan M. Khafid Kasri. 2003. Biologi SMA Penekanan pada Berhitung Jilid 4B.
Jakarta: Erlangga.
Suyitno, Amin. 2004.Dasar-Dasar dan Proses Pembelajaran Biologi I. Semarang:
UNNES.
_____________. 2007. Hand-Out Pendidikan Biologi I. Semarang : UNNES.
_____________. 2005. Petunjuk Praktis Penelitian TIndakan Kelas untuk
Penyusunan Skripsi. Semarang : UNNES.
Suwito, Uwar. 1989. Komunikasi Untuk Pembangunan. Yogyakarta: IKIP.
Zain, Aswan dan Syaiful Bahri Djamarah. 1995. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rineka Cipta.
Utari-Sumarmo. 2004. Pembelajaran Biologi untuk Mendukung Pelaksanaan
Kurikulum Berbasis Kompetensi. Makalah disajikan pada Pelatihan Guru
Biologi di Jurusan Biologi ITB. April 2004. www.ekofeum.or.id/artikel.php?
cid=51

119

Lampiran : 1
PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA
DINAS PENDIDIKAN NASIONAL
SEKOLAH MENENGAH ATAS ( SMA ) NEGERI 1 ALAS
Jl Pahlawan No 2 Telp.(0372) 91140 Alas - Sumbawa - NTB

120

SURAT IJIN PENELITIAN


Nomor : 422 /
/ SMA.03 /2009
Yang bertanda tangan di bawah ini Kepala SMA Negeri 1 Alas, bahwa sehubungan
dengan rencana melakukan penelitian tindakan kelas ( PTK ) dalam upaya
peningkatan prestasi belajar di SMA Negeri 1 Alas, maka kepada :
Nama
: Drs. M. AMIN
NIP.
: 19591231 198803 1 137
Pangkat/Golongan
: Pembina IV/a
Mengajar Bidang Studi : Biologi
Alamat
: Jl Pahlawan No 2 Alas
Diberikan Ijin untuk mengadakan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) dengan judul :
Upaya
Meningkatkan
Kemampuan
Komunikasi
Biologi
Materi
Keanekaragaman Hayati dengan menggunakan pembelajaran bercirikan
pendayagunaan alat peraga dan pendampingan kelas X.1 SMA Negeri 1 Alas
tahun pelajaran 2009/2010 Mulai bulan September 2009 sampai selesai.
Demikian surat ijin penelitian ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Alas, 06 Septrember 2009


Kepala Sekolah

SYAMSU ARDIANSYAH, S.Pd, M.Pd


NIP.19691211 199802 1 003

Lampiran : 2
PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA
DINAS PENDIDIKAN NASIONAL
SEKOLAH MENENGAH ATAS ( SMA ) NEGERI 1 ALAS
Jl Pahlawan No 2 Telp.(0372) 91140 Alas - Sumbawa - NTB

121

SURAT KETERANGAN
Nomor : 422 /
/SMA.03 /2009
Yang bertanda tangan di bawah ini Kepala SMA Negeri 1 Alas , menerangkan
bahwa :
Nama
: Drs. M. AMIN
NIP.
: 19591231 198803 1 137
Pangkat/Golongan
: Pembina IV/a
Mengajar Bidang Studi : Biologi
Alamat
: Jl Pahlawan No 2 Alas
Telah melakukan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) dengan judul :etUpaya
Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Biologi Materi Keanekaragaman
Hayati dengan menggunakan pembelajaran bercirikan pendayagunaan alat
peraga dan pendampingan kelas X.1 SMA Negeri 1 Alas tahun pelajaran
2009/2010 Sejak tanggal 08 September sampai dengan 15 Oktober 2009
Demikian surat keterangan penelitian ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana
mestinya.

Alas, 17 Oktober
Kepala Sekolah

2009

SYAMSU ARDIANSYAH, S.Pd, M.Pd


NIP.19691211 199802 1 003

Lampiran 3

No

DAFTAR HADIR SISWA


DALAM KEGIATAN PENELITIAN
N AM A
L/P
KEHADIRAN
I
II
III
IV
Tgl.

122

Tgl.

Tgl.

Tgl.

Tgl.

VI

Tgl.

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

Apriandi
Afifatun
Agus Sukahad
Andri Ardiansyah
Amri Rosyadi
Arfiny Ghosyasi
Azalia Fuji L
Bagus Chandra B
Bahtiar
Desfitasari
Devi Dwi Suryani
Dewi Ratnawati
Dwi Alyansyah
Eka Surya Sulastriany
Firdauz
Fitri Sagina Febriani
Hari Arfan
Helmi Yusita
Indro Pratomo
Magita Firmansyah
Nurmawati
Pratiwi Cahyaningtiyas
Rizkia Utami
Sakinah
Satria Irawansyah
Tri Yuni Cahya P
Vivin Nurwindari
Wulan Indriani
Yuli Febrianti
Sasmita

L
P
L
L
L
P
P
L
L
P
P
P
P
P
P
P
L
P
L
L
P
P
P
P
L
P
P
P
P
P

08-09
2009

15-09
2009

22-09
2009

29-09
2009

06-10
2009

15-10
2009

Alas, 08 Oktober 2009


Peneliti

Drs. M. AMIN
NIP. 19591231 198803 1 137
Lampiran : 4
LEMBAR PENGAMATAN
PENGELOLAAN PEMBELAJARAN DENGAN PEMBELAJARAN
BERCIRIKAN PENDAYAGUNAAN ALAT PERAGA
DAN PENDAMPINGAN
Sekolah

:______________________

123

Nama Guru :_______________

Kelas/Semester :______________________

Tanggal

:_______________

PokokBahasan

Pukul

:_______________

:______________________

Berikut ini diberikan suatu daftar aspek pengelolaan kegiatan belajar mengajar yang
dilakukan guru di kelas.Berikan penilaian dengan cara memberi tanda cek
(V)
pada kolom yang sesuai.
Dilakukan
Penilaian
No
Aspek yang diamati
ya
tdk
1
2
3
4
I
Pengamatan KBM
A. Pendahuluan
1. Menyampaikan
Tujuan
Pembelajaran
2. Mengaitkan dengan pelajaran
sebelumnya
3. Memotivasi Siswa
II
B. Kegiatan Inti
Melatih siswa dalam Belajar
mengajar
1. Secara klasikal menjelaskan
materi dalam belajar mengajar
yang akan digunakan
2. Memodelkan
pembelajaran
melalui
pembelajaran
bercirikan pendayagunaan alat
peraga dan pendampingan
dalam proses belajar mengajar
3. Membimbing siswa tentang
Biologi melalui pembelajaran
bercirikan pendayagunaan alat
peraga dan pendampingan
dalam proses belajar mengajar.
4. Memeriksa pemahaman siswa
terhadap materi kegiatan belajar
Biologi dalam belajar mengajar
5. Memberikan latihan mandiri
6. Menyampaikan tujuan dan
motivasi
7. Mendemonstrasikan
pengetahuan dan ketrampilan
8. Memberikan latihan terbimbing
9. Memberikan pemahaman dan
memberikan umpan balik

124

III
IV
V
VI

10. Memberikan latihan mandiri


Kesesuaian Metode
C. Penutup
Membimbing siswa merangkum
materi
pelajaran
Pengelolaan Waktu
Suasana Kelas
1. Siswa antusias
2. Guru antusias

Alas ,__,_________2009
Pengamat

Keterangan :
1. Tdak Baik
2. Kurang Baik
3. Cukup Baik
4. Baik

___________________

Lampiran : 5
LEMBAR PENGAMATAN
PENGELOLAAN PEMBELAJARAN DENGAN PEMBELAJARAN
BERCIRIKAN PENDAYAGUNAAN ALAT PERAGA
DAN PENDAMPINGAN
Sekolah
:______________________ Nama Guru :_______________
Kelas/Semester :______________________ Tanggal
:_______________
PokokBahasan :______________________ Pukul
:_______________

125

Berikut ini diberikan suatu daftar aspek pengelolaan kegiatan belajar mengajar yang
dilakukan guru di kelas.Berikan penilaian dengan cara memberi tanda cek
(V)
pada kolom yang sesuai.
Dilakukan
Penilaian
No
Aspek yang diamati
ya
tdk
1
2
3
4
I
Pengamatan KBM
A. Pendahuluan
1. Menyampaikan
Tujuan
Pembelajaran
2. Mengaitkan dengan pelajaran
sebelumnya
3. Memotivasi Siswa
II
B. Kegiatan Inti
1. Mendemonstrasikan
pengetahuan dan ketrampilan
2. Memberikan latihan terbimbing
3. Memberikan pemahaman dan
memberikan umpan balik
4. Memberikan latihan mandiri
III
Kesesuaian Metode
IV
C. Penutup
Membimbing siswa merangkum
materi
pelajaran
V
Pengelolaan Waktu
VI
Suasana Kelas
1. Siswa antusias
2. Guru antusias
Keterangan :
1. Tdak Baik
2. Kurang Baik
3. Cukup Baik
4. Baik

Alas ,__,_________2009
Pengamat

____________________
Lampiran : 6

LEMBAR PENGAMATAN AKTIVITAS GURU DAN SISWA


PENGELOLAAN PEMBELAJARAN DENGAN PEMBELAJARAN
BERCIRIKAN PENDAYAGUNAAN ALAT PERAGA
DAN PENDAMPINGAN
Sekolah

:______________________

126

Nama Guru :_______________

Kelas/Semester :______________________
PokokBahasan :______________________

Tanggal
Pukul

:_______________
:_______________

Petunjuk Pengisian
Amatilah aktivitas gruru dan siswa dalam kelompok subyek selama kegiatan belajar
mengajar berlansung.
Isilah lembar pengamatan dengan prosedur sebagai berikut :
1. Pengamatan melakukan pengamatan duduk di tempat yang memungkin untuk
melihat semua aktivitas siswa yang diamati
2. Tiap 90 detik pengamat melakukan pengamatan aktivitas guru dan siswa yang
dominan dan 30 detik berikutnya menulis kode kategori pengamatan.
3. Kode-kode kategori dituliskan pada baris dan kolom yang tersedia
4. Pengamatan terhadap guru dan siswa dilakukan bersamaan sejak kegiatan
pembelajaran dimulai.
Kategori Pengamatan Pembelajaran Melalui Pembelajaran Bercirikan
Pendayagunaan Alat Peraga dan Pendampingan pada Pelajaran Biologi

Nama Guru

127

Nama Siswa

Nama Siswa

Nama Siswa

Nama Siswa

Nama Siswa

Nama Siswa

Alas ,__,_________2009
Pengamat

_____________________

Pelaksanaan pembelajaran Biologi


Beberapa alat peraga yang digunakan
Lampiran 7
dengan menggunakan mendayagunakan
guru ( peneliti ) dalam melaksanaka
alat peraga yang ada,tampak dalam
pembelajaran
FOTO-FOTO
KEGIATAN
SELAMA PEMBINAAN
gambar
pembelajaran
sedang
berlangsung
Guru ( Peneliti ) sedang memberikan
SMA Negeri 1 Alas tempat Peneliti
penjelasan kepada siswa pada
bertugas sebagai guru
pelaran biologi sebelum penggunaan
alat peraga dimulai

128

Pelaksanaan pembelajaran Biologi


dengan menggunakan mendayagunakan
alat peraga yang ada,tampak dalam
gambar pembelajaran sedang
berlangsung

Beberapa alat peraga yang digunakan


guru ( peneliti ) dalam melaksanaka
pembelajaran

Siswa
secara berkelompok
menpresentasikan
hasil
Pembelajaran
dengan menggunakan
alat peraga
pembelajarannya
dengan
menggunakan
laptop
termasuk laptop digunakan dalam pembelajaran siswa
secara
bergantian
di depanmeningkat
kelas
sangat
antusias
dan prestasi

129

Siswa secara berkelompok menpresentasikan hasil


pembelajarannya dengan menggunakan laptop
secara bergantian di depan kelas

D. Contoh Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) bagi guru di SMP


oleh : Armini, S.Pd Guru SMP Negeri 2 Sumbawa
Upaya peningkatan Hasil Belajar Biologi dengan menerapkan Model
Pembelajaran ARIAS
( Assurance, Relevance, Interest, Assesment, and
Satisfaction ) siswa kelas IX-1 SMP Negeri 2 Sumbawa tahun pelajaran 20092010

BAB I

130

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam Undang Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional
(SISDIKNAS no 20 tahun 2003 ) menyatakan bahwa ; Pendidikan adalah usaha
sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan, bimbingan, pengajaran
dan atau latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang. Pendapat lain
menyatakan bahwa pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi
peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan
lingkungannya, dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam
dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi dalam kehidupan masyarakat
(Oemar Hamalik, 2007:3).
Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah
kebutuhan bagi manusia yang harus dipenuhi sebagai bakat dalam kehidupan.
Proses pendidikan sudah tentu tidak dapat dipisahkan dengan semua upaya yang
harus dilakukan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas,
sedangkan manusia yang berkualitas itu dilihat dari segi pendidikan telah
terkandung secara jelas dalam tujuan pendidikan nasional. Guru sebagai pendidik
memiliki peran penting bagaimana membina dan membimbing anak didik di
sekolah agar lebih berkualitas.
Biologi merupakan salah satu mata pelajaran eksak yang termuat dalam
kurikulum, merupakan dasar perkembangan teknologi. Hal ini dibuktikan
banyaknya produk-produk teknologi yang dikembangkan dengan menggunakan
konsep biologi. Bahkan dalam KTSP (Kurikulum Tingkan Satuan Pendidikan)
saat ini, mata pelajaran biologi termasauk salah satu mata pelajaran yang diujian
nasionalkan. Tetapi realita saat ini masih ada saja anggapan siswa bahwa mata
pelajaran biologi adalah mata pelajaran yang sulit, hal ini disebabkan mata
pelajaran biologi selain terdiri dari konsep-konsep juga istilah-istilah latin yang
sulit dipahami oleh siswa. Hal ini menyebabkan minat belajar siswa menurun,
sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar.
Di era globalisasi saat ini, dengan semakin meningkatnya ilmu
pengetahuan dan teknologi pada umumnya, masih ditemukan siswa yang kurang
memahami konsep biologi, siswa hanya menghafal, kurang latihan soal, sehingga
materi yang di sampaikan tidak di pahami. Selain itu juga alat praktikum juga
tidak dapat menunjangkan siswa untuk lebih memahami materi biologi karena
terbatas alat yang disediakan oleh sekolah.
Dari hasil pengamatan peneliti sebagai guru biologi yang mengajar di
kelas IX SMP Negeri 2 Sumbawa, juga mengalami hal yang sama, hasil belajar
siswa masih jauh dari standar KKM yang telah ditetapkan 65, siswa kelas IX yang
diajar oleh peneliti hanya 32,42% yang tuntas dalam belajar dilihat dari
pencapaian hasil ulangan harian siswa tahun pelajaran 2009-2010. Jika hal ini
dibiarkan secara terus menerus maka akan berimplikasi pada rendahnya mutu

131

pendidikan di SMP Negeri 2 sumbawa. Oleh karena itu sebagai guru mata
pelajaran biologi perlu melakukan suatu upaya antara lain dengan melakukan
beberapa kali remedial kepada siswa-siswa yang nilainya di bawah standar,
menerapkan pendekatan dan metode yang inovatif sesuai dengan karakateristik
materi yang diajarkan.
Dari uraian tersebut di atas, tindakan yang dilakukan baik melalui
remidial maupun menerapkan pendekatan atau metode pembelkajaran yang
inovatif perlu dilakukan pengkajian ilmiah melalui penelitian tindakan kelas
(PTK), peneliti perlu melakukan pembelajaran dengan menerapkan suatu model
pembelajaran yang sederhana, sistematik, bermakna dan dapat digunakan oleh
para guru sebagai dasar untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik
sehingga dapat membantu meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satu
diantaranya adalah model pembelajaran ARIAS (ARIAS (Assurance, Relevance,
Interest, Assesment and Satisfaction).
Dalam kegiatan awal pembelajaran, peneliti mencoba menumbuhkan
rasa percaya diri pada siswa bahwa siswa mampu dan berhasil jika tekun dan
memperhatikan materi yang diajarkan, dan menjelaskan kepada siswa bahwa apa
yang dipelajari tersebut, kelak akan berguna dalam kehidupan. Dalam penerapan
model pembelajaran ARIAS ini, peneliti juga berusaha menumbuhkan minat atau
perhatian siswa dan berusaha memelihara minat atau perhatian siswa selama
proses pembelajaran berlangsung. Sebagai upaya perbaikan dan peningkatan hasil
belajar siswa pada pelajaran biologi, maka peneliti perlu melakukan penelitian
tindakan dengan judul : Upaya peningkatan Hasil Belajar Biologi dengan
menerapkan Model Pembelajaran ARIAS ( Assurance, Relevance, Interest,
Assesment, and Satisfaction ) siswa kelas IX-1 SMP Negeri 2 Sumbawa tahun
pelajaran 2009-2010.

B. Identifikasi Masalah
Dari uraian tersebut di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat
diidemtifikasi sebagai berikut :
1. Hasil belajar Biologi masih rendah, karena proses pembelajaran yang
dilakukan oleh guru masih bersifat konvensional, cenderung didominasi oleh
penggunaan metode ceramah.

132

2. Motivasi belajar siswa masih rendah dan merasa jenuh dalam proses
pembelajaran karena model dan pendekatan yang digunakan masih bersifat
monoton dan tidak ada variasi dalam penggunaan metode.
3. Kemampuan guru dalam menggunakan model dan pendekatan dalam
pembelajaran masih rendah, sehingga dalam menggunakan model
pembelajaran tidak tepat dan tidak sesuai dengamn karakateristika materi
yang diajarkan.
C. Rumusan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut ;
1. Bagaimana peningkatan hasil belajar Biologi dengan menerapkan Model
Pembelajaran ARIAS ( Assurance, Relevance, Interest, Assesment, and
Satisfaction ) siswa kelas IX-1 SMP Negeri 2 Sumbawa tahun pelajaran 20092010 ?
2. Bagaimana efektivitas model pembelajaran ARIAS ( Assurance, Relevance,
Interest, Assesment, and Satisfaction ) dalam meningkatkan Hasil Belajar
Biologi siswa kelas IX-1 SMP Negeri 2 Sumbawa tahun pelajaran 2009 2010 ?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan utama yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui :
1. Peningkatan Hasil Belajar Biologi dengan menerapkan Model Pembelajaran
ARIAS ( Assurance, Relevance, Interest, Assesment, and Satisfaction ) siswa
kelas IX-1 SMP Negeri 2 Sumbawa tahun pelajaran 2009-2010.
2. Efektivitas Model Pembelajaran ARIAS ( Assurance, Relevance, Interest,
Assesment, and Satisfaction ) dalam meningkatkan Hasil Belajar Biologi
siswa kelas IX-1 SMP Negeri 2 Sumbawa tahun pelajaran 2009-2010.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut :
1. Memberi bahan pertimbangan bagi guru mengenai metode pengajaran yang
tepat untuk meningkatkan hasil belajar biologi siswa
2. Dapat memberikan sumbangsi positif kepada guru mata pelajaran biologi
khususnya dan pelajaran lain pada umumnya agar sebagai pendidik dapat
menggugah motivasi belajar siswa untuk lebih berprestasi.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi guru untuk
menciptakan model dan metode pembelajaran baru, sehingga tidak hanya
menghasilkan siswa berprestasi tetapi guru juga memiliki prestasi lebih.
4. Dapat digunakan oleh para guru sebagai acuan dalam meningkatkan hasil
belajar siswa.

133

5. Bagi peneliti merupakan wahana uji kemampuan terhadap bekal teori yang
diperoleh serta sebagai upaya mengembangkan ilmu pengetahuan tentang
biologi.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hasil Belajar Siswa
1. Pengertian Belajar
Hasil belajar tidak dapat dipisahkan dari perbuatan belajar, karena
belajar merupakan suatu proses, sedangkan hasil belajar adalah hasil dari
proses pembelajaran tersebut (Slameto, 2003: 45).
Seorang siswa belajar merupakan suatu kewajiban. Berhasil atau
tidaknya seorang siswa dalam pendidikan tergantung pada proses belajar
yang dialami oleh siswa tersebut.
Menurut Logan, dkk (dalam Sujana, 1998) belajar dapat diartikan
sebagai perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai hasil
pengalaman dan latihan. Senada dengan hal tersebut, Winkel (1997: 231)
berpendapat bahwa: belajar pada manusia dapat dirumuskan sebagai suatu
aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan
dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas.
Belajar tidak hanya dapat dilakukan di sekolah saja, namun dapat
dilakukan dimana-mana, seperti di rumah ataupun dilingkungan masyarakat.
Sudjana (1998) berpendapat bahwa: belajar merupakan proses perubahan
dari belum mampu menjadi sudah mampu dan terjadi dalam jangka waktu
tertentu Menurut Sardiman(2006: 56) belajar adalah: usaha atau kegiatan
yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup
perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan
dan sebagainya.
Siswa dalam belajar mengalami sendiri proses dari tidak tahu menjadi
tahu, karena itu menurut Cronbach (dalam Sardiman, 2006: 55). Belajar yang
sebaik-baiknya adalah dengan mengalami dan dalam mengalami itu, pelajar
mempergunakan pancainderanya. Pancaindera tidak terbatas hanya indera
pengelihatan saja, tetapi juga berlaku bagi indera yang lain.
Belajar dapat dikatakan berhasil jika terjadi perubahan dalam diri
siswa, namun tidak semua perubahan perilaku dapat dikatakan belajar karena
perubahan tingkah laku akibat belajar memiliki ciri-ciri perwujudan yang
khas (Sudjana, 2005: 198) antara lain :
a. Perubahan Intensional

134

Perubahan dalam proses berlajar adalah karena pengalaman atau


praktek yang dilakukan secara sengaja dan disadari. Pada ciri ini siswa
menyadari bahwa ada perubahan dalam dirinya, seperti penambahan
pengetahuan, kebiasaan dan keterampilan.
b. Perubahan Positif dan aktif
Positif berarti perubahan tersebut baik dan bermanfaat bagi
kehidupan serta sesuai dengan harapan karena memperoleh sesuatu yang
baru, yang lebih baik dari sebelumnya. Sedangkan aktif artinya
perubahan tersebut terjadi karena adanya usaha dari siswa yang
bersangkutan.
c. Perubahan efektif dan fungsional
Perubahan dikatakan efektif apabila membawa pengaruh dan
manfaat tertentu bagi siswa. Sedangkan perubahan yang fungsional
artinya perubahan dalam diri siswa tersebut relatif menetap dan apabila
dibutuhkan perubahan tersebut dapat direproduksi dan dimanfaatkan lagi.
Berdasarkan dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan siswa untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, secara
sengaja, disadari dan perubahan tersebut relatif menetap serta membawa
pengaruh dan manfaat yang positif bagi siswa dalam berinteraksi dengan
lingkungannya.
2. Pengertian Hasil Belajar Siswa
Menurut Chaplin, pengertian hasil belajar atau hasil belajar adalah :
Hasil belajar merupakan suatu tingkatan khusus yang diperoleh sebagai
hasil dari kecakapan kepandaian, keahlian dan kemampuan di dalam karya
akademik yang dinilai oleh guru atau melalui tes prestasi (1992: 159).
Pendapat Chaplin di atas mengandung pengertian bahwa prestasi itu
hakikatnya berupa perubahan perilaku pada individu di sekolah, perubahan
itu terjadi setelah individu yang bersangkutan mengalami proses belajar
mengajar tertentu.
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia ingin
menerima pengalaman belajar atau yang optimal yang dapat dicapai dari
kegiatan belajar di sekolah untuk pelajaran. Hasil belajar seperti yang
dijelaskan oleh Poerwadarminta (1993 : 768) adalah hasil yang telah dicapai
(dilakukan). Pengertian hasil belajar menurut pendapat Mochtar Buchari
(1986 : 94) adalah hasil yang dicapai atau ditonjolkan oleh anak sebagai hasil
belajarnya, baik berupa angka atau huruf serta tindakannya yang
mencerminkan hasil belajar yang dicapai masing-masing anak dalam periode
tertentu.
Nasution (1972:45) berpendapat bahwa hasil belajar adalah
kemampuan anak didik berdasarkan hasil dari pengalaman atau pelajaran
setelah mengikuti program belajar secara periodik. Dengan selesainya proses
belajar mengajar pada umumnya dilanjutkan dengan adanya suatu evaluasi.

135

Di mana evaluasi ini mengandung maksud untuk mengetahui kemajuan


belajar atau penguasaan siswa atau terhadap materi yang diberikan oleh guru.
Dari hasil evaluasi ini akan dapat diketahui hasil belajar siswa yang
biasanya dinyatakan dalam bentuk nilai atau angka. Dengan demikian hasil
belajar merupakan suatu nilai yang menunjukkan hasil belajar dari aktifitas
yang berlangsung dalam interaksi aktif sebagai perubahan dalam
pengetahuan, pemahaman keterampilan dan nilai sikap menurut kemampuan
anak dalam perubahan baru. Dalam proses belajar mengajar anak didik
merupakan masalah utama karena anak didiklah yang diharapkan dapat
menyerap seluruh materi pelajaran yang diprogramkan didalam kurikulum.
B. Hakekat pembelajaran Biologi di SMP
Dalam proses pembelajaran, selalu diupayakan adanya interaksi edukatif.
Interaksi ini terjadi antara guru, siswa, tujuan pembelajaran, materi, metode dan
media, serta evaluasi. Ini sesuai dengan pendapat Soedjadi (1991: 4) yang
dituliskan sebagai berikut:
Mutu pendidikan hanya mungkin dicapai melalui peningkatan mutu
proses pendidikan yang bermuara kepada peningkatan mutu produk
pendidikan. Proses pendidikan dapat berjalan bila terjadi interaksi antara
elemen-elemennya, yakni (1) siswa, (2) guru, (3) sarana, dan (4)
kurikulum dalam arti luas dan evaluasi hasil belajar.
Sedangkan tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran Biologi
adalah perubahan tingkah laku yang mencapai ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor. Pengembangan aspek koognitif, afektif dan psikomotor dalam
pembelajaran dapat dilakukan dengan meningkatkan kemampuan proses Biologi
yang didapat melalui aktivitas belajar (Arifin, 1995:25).
Tujuan dan fungsi pembelajaran Biologi di SMP dijabarkan dalam
kurikulum 2006 Fungsi mata pelajaran Biologi yang relevan dengan penelitian ini
meliputi beberapa hal berikut (Depdikbud, 1993).
1. Memberikan dasar-dasar ilmu Biologi untuk mengembangkan pengetahuan di
pendidikan tinggi.
2. Mengembangkan keterampilan proses siswa dalam mempelajari konsep
Biologi.
3. Mengembangkan sikap ilmiah
Sesuai dengan fungsi belajar Biologi di atas, mengajarkan Biologi sebagai
bagian dari IPA seyogyanya mencerminkan hakikat Biologi, yakni meliputi
produk, proses dan sikap.
Dengan mengkaji tujuan pembelajaran di atas, maka kegiatan
pembelajaran Biologi diarahkan pada kegiatan-kegiatan yang mendorong siswa
belajar aktif, yakni keterlibatan aktif siswa dalam menemukan sendiri
pengetahuan melalui interaksinya dengan lingkungan. Untuk itu guru harus

136

menyediakan situasi dan kondisi yang dibutuhkan siswa, yakni keterlibatan


intelektual dan emosional dalam memperoleh produk, di samping keterlibatan
fisik dalam proses kegiatan pembelajaran.
Hakekat pembelajaran ilmu yang baik menurut Gagne (1979), ialah
sebagaimana ilmu itu diketemukan. Dengan demikian dalam kegiatan
pembelajaran tidak harus semua informasi dalam Biologi disajikan dalam bentuk
jadi kepada siswa, beberapa bagian seharusnya diketemukan sendiri oleh siswa.
Agar siswa mampu menemukan informasi tentang Biologi secara utuh dan
mandiri, maka Biologi harus diajarkan secara utuh pula baik sebagai produk,
proses maupun sikap ilmiah.
C. Metode ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assesment And Satisfaction)
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya dalam bab I, model
pembelajaran ARIAS terdiri dari 5 komponen yaitu (Assurance, Relevance,
Interest, Assesment and Satisfaction) yang disusun berdasarkan teori belajar.
Kelima komponen tersebut merupakan suatu kesatuan yang diperlukan dalam
kegiatan pembelajaran. Deskripsi singkat masing-masing komponen dan beberapa
contoh yang dapat dilakukan untuk membangkitkan dan meningkatkan kegiatan
pembelajaran adalah sebagai berikut :
1. Assurance (Percaya Diri)
Artinya untuk belajar secara efektif perlu dihilangkan kekhawatiran dan
rasa ketidakmampuan dalam diri siswa. Siswa perlu dipercaya bahwa ia
mampu dan bisa berhasil dalam mempelajari sesuatu. Assurance (percaya diri)
juga dapat diartikan sikap percaya, yakin akan berhasil atau yang
berhubungan dengan harapan untuk berhasil Keller (Kiranawati,
http://www.model pembelajaran ARIAS.com). Merasa diri kompeten atau
mampu merupakan potensi untuk dapat berinteraksi secara positif atau
proaktif dengan lingkungan. Sikap percaya diri, yakin akan berhasil ini perlu
ditanamkan kepada siswa untuk mendorong mereka agar berusaha dengan
maksimal guna mencapai keberhasilan yang optimal. Dengan sikap yakin,
penuh percaya diri dan merasa mampu melakukan sesuatu dengan berhasil
siswa terdorong untuk melakukan sesuatu kegiatan dengan sebaik-baiknya
sehingga dapat mencapai hasil yang lebih baik dari sebelumnya atau dapat
melebihi orang lain.
Beberapa cara dan strategi yang dapat dikembangkan untuk
meningkatkan kepercayaan diri antara lain :
a. Meningkatkan harapan siswa untuk berhasil, dengan memperbanyak
pengalaman keberhasilan siswa, misalnya mempersiapkan pelajaran agar
dengan mudah di pahami oleh siswa, diurutkan dari materi yang mudah ke
materi yang sukar.
b. Membantu siswa menyadari kekuatan dan kelemahan diri serta
menanamkan kepada siswa gambaran diri positif terhadap diri sendiri.

137

Cara menumbuhkan sikap positif itu misalnya dengan menampilkan atau


memberi gambaran tentang potret seseorang yang berhasil dengan suatu
bidang.
c. Menyusun pembelajaran ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil,
sehingga siswa tidak dituntut untuk mempelajari terlalu banyak konsep
baru sekaligus.
d. Meningkatkan harapan siswa untuk berhasil dengan menyatakan
persyaratan untuk berhasil. Hal ini dapat dilaksanakan dengan
menyampaikan tujuan pembelajaran dari kriteria tes atau ujian pada awal
proses pembelajaran. Hal ini dilakukan agar membantu siswa mempunyai
gambaran yang jelas mengenai apa yang diharapkan.
e. Meningkatkan harapan siswa untuk sukses dengan menggunakan strategi
kontrol.
Keberhasilan
dan
kriteria
untuk
menentukan
berhasil atau tidaknya siswa dalam masa pendidikan atau rencana
pembelajaran (RP).
f. Memberikan umpan balik yang konstruktif selama proses pembelajaran,
agar siswa mengetahui serta memahami bagaimana kepribadiannya selama
masa
pendidikan
mereka
dan
memperbaiki
kelemahan
mereka(http://www.model pembelajaran ARIAS.com).
2. Relevance (Kegunaan)
Relevance ( kegunaan ) yaitu berhubungan dengan kehidupan siswa baik
berupa pengalaman sekarang atau yang telah dimiliki maupun yang
berhubungan dengan kebutuhan karier sekarang atau yang akan datang Keller
(Kiranawati, http://www.model pembelajaran ARIAS.com). Artinya motivasi
belajar akan tqmbuh bila siswa mengakui bahwa materi belajar mempunyai
manfaat langsung secara pribadi.Kata relevansi menunjukkan adanya
hubungan materi pembalajaran dengan kebutuhan dan kondisi siswa. Motivasi
siswa akan bangkit dan berkembang apabila mereka merasakan bahwa apa
yang dipelajari itu memenuhi kebutuhan pribadi, bermanfaat serta sesuai
dengan nilai yang diyakini atau dipegangnya. Dengan demikian siswa akan
mengetahui kesenjangan antara kemampuan yang telah dimiliki dengan
kemampuan baru itu sehingga kesenjangan tadi dapat di kurangi atau
dihilangkan.
Beberapa cara yang dapat digunakan oleh guru untuk meningkatkan
relevansi dalam pembelajaran adalah :
a. Mengemukakan tujuan atau sasaran yang akan dicapai.
b. Mengemukakan manfaat pembelajaran bagi kehidupan siswa baik untuk
masa sekarang dan untuk berbagai aktifitas dimasa mendatang.
c. Menggunakan bahasa yang jelas atau contoh-contoh yang ada
hubungannya dengan pengalaman nyata atau nilai-nilai yang dimiliki
siswa. Bahasa yang jelas yaitu bahasa yang dimengerti siswa, pengalaman

138

yang nyata ataupun pengalaman yang langsung dialami oleh siswa dapat
menjembataninya ke hal-hal baru.
d. Menggunakan berbagai alternatif strategi dan media pembalajaran yang
cocok untuk pencapaian tujuan. (http://www.model pembelajaran
ARIAS.com )
3. Interest (Minat / Perhatian Siswa)
Pada dasarnya yang paling penting dalam proses belajar adalah minat.
Apabila dalam diri siswa tidak adanya minat, maka proses belajar tidak akan
pernah berhasil. Dalam kegiatan pembelajaran minat atau perhatian tidak
hanya harus dibangkitkan melainkan juga harus dipelihara selama kegiatan
pembelajaran berlangsung. Oleh karena itu, guru harus memperhatikan
berbagai bentuk dan memfokuskan pada minat / perhatian dalam kegiatan
pembelajaran.
Minat merupakan alat yang sangat berguna dalam usaha mempengaruhi
hasil belajar siswa. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk
membangkitkan dan menjaga minat / perhatian siswa antara lain :
a. Menggunakan cerita, analogi, sesuatu yang baru, menampilkan sesuatu
yang lain yang berbeda dari biasanya dalam pembelajaran.
b. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi secara aktif
dalam pembelajaran. Misalnya para siswa diajak atau mengemukakan
masalah yang perlu dipecahkan.
c. Mengadakan variasi dalam kegiatan pembelajaran, misalnya dari serius ke
humor, dari cepat ke lambat, dari suara keras ke suara yang sedang dan
mengubah gaya mengajar.
d. Mengadakan komunikasi non verbal dalam kegiatan pembelajaran
(http://www.model pembelajaran ARIAS.com).
4. Assessment (Evaluasi)
Evaluasi merupakan bagian pokok dari pembelajaran, karena dengan
adanya evaluasi hasil belajar seperti yang dibahas dalam proposal ini, guru
dapat mengetahui seberapa besar keberhasilan seorang guru bahwa apa yang
diajar dipahami oleh siswa, untuk memonitor kemajuan siswa sebagai
individu maupun kelompok dan untuk membantu siswa dalam belajar. Bagi
siswa sendiri evaluasi merupakan umpan balik artinya siswa dapat mengetahui
dimana letak kekurangan dan kelebihan, ataupun kelemahannya dengan
demikian siswa akan terdorong untuk berusaha secara sadar untuk melakukan
yang lebih baik untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.
Beberapa cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan evaluasi
antara lain :
a. mengadakan evaluasi dan memberikan umpan balik terhadap
kinerja siswa.
b. Memberikan evaluasi yang obyektif dan adil serta segera
menginformasikan hasil evaluasi kepada siswa.

139

c. Memberikan kesempatan kepada siswa mengadakan evaluasi terhadap diri


sendiri artinya bahwa evaluasi diri secara luas sangat membantu dalam
pengembangan belajar atas inisiatif sendiri sehingga dapat mendorong
siswa untuk meningkatkan apa yang ingin mereka capai.
d. Memberikan kesempatan kepada siswa agar mengadakan evaluasi
terhadap teman, artinya siswa akan berusaha lebih baik lagi dari
sebelumnya untuk mencapai hasil belajar yang maksimal karena siswa
akan merasa malu jika temannya kelemahan dan kekurangan yang
dimiliki(http://www.model pembelajaran ARIAS.com ).
5. Satisfaction (Kepuasan)
Maksudnya berkaitan dengan belajar, siswa yang telah berhasil
mengerjakan atau mencapai sesuatu dalam pembelajaran akan merasa bangga
dan puas atas keberhasilan tersebut. Keberhasilan dalam mencapai suatu
tujuan akan menghasilkan kepuasan. Dengan demikian, siswa akan
termotivasi untuk terus berusaha mencapai tujuan yang serupa demi
meningkatkan dan memelihara motivasi siswa, guru dapat memberikan
penguatan (reinforcement) berupa pujian. Pemberian kesempatan atau bahkan
kalau mungkin pemberian hadiah. Strategi untuk meningkatkan kepuasan
antara lain dengan cara :
a. Membarikan umpan balik yang informatif.
b. Memberikan
kesempatan
kepada
siswa
menggunakan
atau
mempraktekkan pengetahuan yang baru di pelajarinya.
c. Meminta siswa yang sudah menguasai materi untuk membantu temannya
yang belum menguasai.
d. Membandingkan prestasi siswa dengan prestasi guru sendiri dimasa lalu
atau dengan suatu standar tertentu bukan dengan siswa lain
( http:// www.model pembelajaran ARIAS.com ).

D. Hipotesis Tindakan
Dari uraian tersebut di atas, maka hiupotesis tindakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Hasil Belajar Biologi dapat ditingkatkan dengan menerapkan model
pembelajaran ARIAS ( Assurance, Relevance, Interest, Assesment, and
Satisfaction ) siswa kelas IX-1 SMP Negeri 2 Sumbawa tahun pelajaran 20092010.

140

2. Model pembelajaran ARIAS ( Assurance, Relevance, Interest, Assesment, and


Satisfaction ) efektif dalam meningkatkan Hasil Belajar Biologi siswa kelas
IX-1 SMP Negeri 2 Sumbawa tahun pelajaran 2009-2010.

BAB III
METODE PENELTIAN
A. Subyek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar siswa dalam
pelajaran biologi dengan menerapkan Model Pembelajaran ARIAS ( Assurance,
Relevance, Interest, Assesment, and Satisfaction ) di SMP Negeri 2 Sumbawa.
Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan bahwa kelas IX-1
kemampuan siswa dalam belajar biologi masih sangat rendah. Siswa merasa
kesulitan dalam belajar sehingga siswa kurang respon terhadap pembelajaran di
kelas.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, yang dilakukan secara
bertahap-tahap sampai mendapatkan hasil yang diinginkan.
Jumlah dan nama siswa yang dijadikan subyek penelitian dalam
penelitian ini disajikan dalam tabel berikut ;
TABEL 3.1
JUMLAH DAN NAMA SISWA KELAS IX-1
SMP NEGERI 2 SUMBAWA TAHUN PELAJARAN 2009-2010
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Nama Siswa
Aan Indra Saputra
Adib Bagus Saputra
Akhmad Nafal
Andi Risma Mawaddah
Anggi Krisna Wijaya
Augusta Dipa Kusuma
Aulia Aprianti
Cagiarta Dyuniaridi
Dara Trinurlillah
Dedi Irawan
Devi Amanda
Diana Iskandar
Dody Asrullah
Dwi Indri Erawati
Erna Erawati

L/P
L
L
L
P
P
L
P
P
P
L
P
L
L
P
P

141

Keterangan

16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37

L
P
L
L
P
L
L
L
L
P
P
P
L
P
L
L
L
L
P
P
P
L
Permasalahan
Perencanaa
Pelaksanaa
37
Total
n tindakan I
n tindakan I
Orang
Sumber data : Dokumen SMP Negeri 2 Sumbawa Tahun Pelajaran 2009-2010.
Fahrul Amri
Fitriani
Hari Septiawan Jodi
Ilham Ade Kantari
Indah Wismiyanti
Irwan Setiawan
Kamalludin
Lalu Akhsanitaqwim
Made Asdwita
Misnawati
Netti Andriani
Pathimatuz Zuhra
Peri Padeli
Risca Dwi Aprianti
Rizki Gusferdiansyah
Sapriadi
Satria Novandi Nugroho
Sul Amin
Sulistiowati Apriani
Tri Adisyah Putra
Wiwi Eka Ariyanti
Yogi Adekantari

B. Setting Penelitian
1.Permasalahan
PTK dilakukan di SMP Negeri 2 Sumbawa tahun Pelajaran 2009 - 2010.
Pengamatan/
2. hasil
SMP refleksi
Negeri 2 Sumbawa Besar
terdiri dari 25 kelas, dengan
jumlah siswa
baru
Refleksi
pengumpulan
sangat besar dibandingkan dengan SMP lainnya yang ada di Kab. Sumbawa.
I
3.
PTK dilakukan pada siswa kelas IX-1 dengan jumlahdata
37 orang
( P = 17
orang ; dan L = 20 orang ).
Perencanaa
n tindakan
II

Pelaksanaa
n Tindakan
II

C. Rancangan Penelitian
1. Tindakan dilaksanakan dalam 3 siklus
Apabila dilaksanakan dalam semester Genap tahun pelajaran 2009-2010.
2. Kegiatan
3.permasalahan
Lama penelitian 6 pekan efektif dilaksanakan mulai tanggal 09 April 2010
Pengamatan/p
dengan 12 Mei 2010. Refleksi II
belumsampai
terselesaikan
engumpulan
Dalam pelaksanaan tindakan,rancangan dilakukan dalam
3 siklus yang
data II
meliputi ; (a) perencanaan, (2) tindakan, (3) pengamatan, (4) refleksi.
Dilanjutkan
ke siklus
berikutnya
142

Rancangan
Penelitian
Tindakan
Kelas
(PTK)
(Arikunto, Suharsimi, 2007 ) adalah seperti gambar berikut :
Permasalahan

Perencanaa
n tindakan I

Permasalahan
baru hasil refleksi

Refleksi

Apabila
permasalahan
belum terselesaikan

menurut

Pelaksanaa
n tindakan I

Pengamatan/
pengumpulan
data I

Perencanaa
n tindakan
II

Pelaksanaa
n Tindakan
II

Refleksi II

Pengamatan/p
engumpulan
data II

Dilanjutkan
ke siklus
berikutnya

Gambar : 3.1 Alur Penelitian Tindakan kelas

1. Perencanaan
Tahapan ini berupa rancangan tindakan yang menjelaskan tentang apa,
mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut
dilakukan.
Pada PTK di mana peneliti dan guru adalah orang yang berbeda,
dalam tahap menyusun rancangan harus ada kesepakatan antara keduanya.
Rancangan harus dilakukan bersama antara guru yang akan melakukan

143

tindakan dengan peneliti yang akan mengamati proses jalannya tindakan. Hal
tersebut untuk mengurangi unsur subjektivitas pengamat serta mutu
kecermatan pengamatan yang dilakukan.
2. Tindakan
Pada tahap ini, rancangan tindakan tersebut tentu saja sebelumnya
telah dilatih kepada si pelaksana tindakan (guru) untuk dapat diterapkan di
dalam kelas sesuai dengan skenarionya. Skenario dari tindakan harus
dilaksanakan dengan baik dan tampak wajar.
3. Pengamatan atau observasi
Tahap ini sebenarnya berjalan bersamaan dengan saat pelaksanaan.
Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan, jadi, keduanya
berlangsung dalam waktu yang sama.
Pada tahap ini peneliti (atau guru apabila ia bertindak sebagai peneliti)
melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi
selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan data ini dilakukan
dengan menggunakan format observasi / penilaian yang telah tersusun,
termasuk juga pengamatan secara cermat pelaksanaan skenario tindakan dari
waktu ke waktu serta dampaknya terhadap proses dan hasil belajar siswa.
4. Refleksi
Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan
yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian
dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya.
Refleksi dalam PTK mencakup analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil
pengamatan atas tindakan yang dilakukan. Jika terdapat masalah dari proses
refleksi maka dilakukan proses pengkajian ulang melalui siklus berikutnya
yang meliputi kegiatan: perencanaan ulang, tindakan ulang, dan pengamatan
ulang shingga permasalahan dapat teratasi.
D. Variabel Penelitian
Dalam penelitian tindakan kelas ini variabel yang diteliti adalah
peningkatan hasil belajar siswa dalam pelajaran biologi kelas IX-1 di SMP Negeri
2 Sumbawa Kabupaten Sumbawa.
Variabel tersebut dapat dituliskan kembali sebagai berikut :
Variabel Harapan : Peningkatan hasil belajar siswa dalam pelajaran
biologi kelas IX-1 SMP Negeri 2 Sumbawa.
Variabel Tindakan : Penerapan
Model
Pembelajaran
ARIAS
( Assurance, Relevance, Interest, Assesment, and
Satisfaction )
Adapun indikator yang diteliti dalam variabel harapan terdiri dari:
1. Kemampuan siswa dalam pelajaran biologi

144

2.

Kemampuan siswa dalam meningkatkan prestasi belajar biologi dengan


Model Pembelajaran ARIAS ( Assurance, Relevance, Interest, Assesment, and
Satisfaction ).
3. Keefektifan Model Pembelajaran ARIAS ( Assurance, Relevance, Interest,
Assesment, and Satisfaction ).
Sedangkan variabel tindakan memiliki indikator sebagai berikut :
1. Tingkat kualitas perencanaan
2. Kualitas perangkat observasi
3. Kualitas operasional tindakan
4. Kesesuaian perencanaan dengan tindakan kelas
5. Kesesuaian teknik yang digunakan meningkatkan kemampuan siswa.
6. Tingkat efektifitas pelaksanaan Model Pembelajaran ARIAS ( Assurance,
Relevance, Interest, Assesment, and Satisfaction ).
7. Kemampuan siswa dan guru dalam menerapkan Model Pembelajaran ARIAS
( Assurance, Relevance, Interest, Assesment, and Satisfaction ).
E. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
1. Sumber Data :
Sumber data dalam penelitian ini berasal dari dua sumber yaitu :
1

Siswa

Diperoleh data tentang peningkatan hasil


belajar siswa dalam pelajaran biologi
2
Guru
:
Diperoleh data tentang penerapan Model
Pembelajaran ARIAS ( Assurance, Relevance,
Interest, Assesment, and Satisfaction ).
2. Teknik Pengumpulan Data :
Dalam pengumpulan data teknik yang digunakan adalah menggunakan
observasi dan angket.
F. Indikator Keberhasilan
Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam tiga siklus dianggap
sudah berhasil apabila terjadi peningkatan hasil belajar siswa apabila 85 % siswa
kelas IX-1 ( kelas yang diteliti ) telah mencapai ketuntasan dengan standar ideal
75. Jika peningkatan tersebut dapat dicapai pada tahap siklus 1 dan 2, maka siklus
selanjutnya tidak akan dilaksanakan karena tindakan kelas yang dilakukan sudah
dinilai efektif sesuai dengan harapan dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan
( KTSP ).
G. Teknik Analisis Data
Dalam analisis data teknik yang digunakan adalah ;
1. Kuantitatif
Analisis ini digunakan untuk menghitung besarnya peningkatan hasil
belajar siswa dengan menerapkan Model Pembelajaran ARIAS ( Assurance,

145

Relevance, Interest, Assesment, and Satisfaction ) menggunakan prosentase


(% ).
2. Kualitatif
Teknik analisis ini digunakan untuk memberikan gambaran hasil
penelitian secara ; reduksi data, sajian deskriptif, dan penarikan simpulan.
H. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Berikut disajikan jadwal kegiatan Penelitian yang dilaksanakan mulai
tanggal, 08 April 2010 12 Mei 2010 ( 6 Minggu efektif ) yang dibuat dalam
bentuk gambar diagram ( gant chart ) sebagai berikut :
TABEL 3.2
JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN
Waktu ( Minggu ) ke,...
N0 Rencana Kegiatan
1
2
3
4
5
6
1
Persiapan
X
Menyusun Konsep
X
Pelaksanaan
Menyepakati Jadwal
X
dan Tugas
Menyusun Instrumen
X
2
Pelaksanaan
Menyiapkan kelas dan
X
alat
Melakukan Tindakan
X
X
Siklus I
Melakukan Tindakan
X
X
Siklus II
Melakukan Tindakan
X
X
Siklus III
3
Menyusun Laporan
Menyusun Konsep
X
X
Laporan
Perbaikan Laporan
X
Penggandaan Hasil
X
Penelitian

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Paparan Data dan Temuan Penelitian

146

1. Perencanaan Tindakan
Penelitian ini menggunakan pembelajaran melalui model pembelajaran
ARIAS ( Assurance, Relevance, Interest, Assesment, and Satisfaction ).
Tujuan yang diharapkan pada pertemuan pertama dalam pembelajaran
di SMP Negeri 2 Sumbawa adalah meningkatkan prestasi belajar siswa
pelajaran bahasa Inggris di kelas IX-1 dengan jumlah siswa 37 orang.
Agar tercapai tujuan di atas, peneliti yang bertindak sebagai guru
melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
a) Menyusun instrumen pembelajaran
b) Menyusun Instrumen Monitoring
c) Sosialisasi kepada siswa
d) Melaksanakan tindakan dalam pembelajaran
e) Melakukan refleksi
f) Menyusun strategi pembelajaran pada siklus ke dua berdasar refleksi
siklus pertama
g) Melaksanakan pembelajaran pada siklus kedua
h) Melakukan Observasi
i) Melakukan refleksi pada siklus kedua
j) Menyusun strategi pembelajaran pada siklus ketiga berdasar refleksi siklus
kedua
k) Melaksanakan pembelajaran pada siklus ketiga
l) Melakukan Observasi
m) Melakukan refleksi pada siklus ketiga
n) Menyusun laporan
2. Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan
Pelaksanaan tindakan dalam penelitian dilakukan 3 siklus yang terdiri
dari enam kali pertemuan.
Waktu yang digunakan setiap kali pertemuan adalah 2 x 40 menit.
Siklus pertama dilaksanakan pada tanggal 08 s.d 04 April 2010 dan siklus
kedua pada tanggal 22 s.d 29 April 2010, dan siklus ke tiga 17 s.d 12 Mei
2010. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan sesuai dengan prosedur rencana
pembelajaran dan skenario pembelajaran.
SIKLUS 1
a) Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran
yang terdiri dari rencana pelajaran 1, LKS 1, soal tes formatif 1 dan alatalat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar
observasi pengolaan pembelajaran.
b) Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I
dilaksanakan pada tanggal 08 s.d 27 April 2010 di SMP Negeri 2

147

Sumbawa Tahun pelajaran 2009-2010 dengan jumlah siswa 37 orang.


Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar
mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan.
Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan
pelaksaaan belajar mengajar. Pada akhir proses belajar mengajar siswa
diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan
siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data
hasil penelitian pada siklus I. adalah seperti pada tabel berikut :
Tabel 4.1 :
Tabel Distribusi Nilai tes Peningkatan Hasil Belajar Biologi dengan
Menerapkan model pembelajaran ARIAS ( Assurance, Relevance,
Interest, Assesment, and Satisfaction ) Pada Siklus I
Keterangan
L/P
No
RESPONDEN
Skor
Tidak
Tuntas
Tuntas
Aan Indra Saputra
1
L
55

Adib Bagus Saputra


2
L
55

Akhmad
Nafal
3
L
55

Andi Risma Mawaddah


4
P
55

Anggi
Krisna
Wijaya
5
P
55

Augusta Dipa Kusuma


6
L
45

Aulia Aprianti
7
P
45

Cagiarta Dyuniaridi
8
P
65

Dara Trinurlillah
9
P
65

Dedi
Irawan
10
L
60

Devi Amanda
11
P
65

Diana Iskandar
12
L
65

Dody Asrullah
13
L
65

Dwi Indri Erawati


14
P
65

Erna Erawati
15
P
55

Fahrul Amri
16
L
55

Fitriani
17
P
55

Hari Septiawan Jodi


18
L
55

Ilham Ade Kantari


19
L
55

Indah Wismiyanti
20
P
50

Irwan Setiawan
21
L
50

Kamalludin
22
L
45

Lalu Akhsanitaqwim
23
L
45

Made
Asdwita
24
L
45

Misnawati
25
P
55

Netti Andriani
26
P
65

148

Pathimatuz Zuhra
27
Peri Padeli
28
Risca Dwi Aprianti
29
Rizki Gusferdiansyah
30
Sapriadi
31
Satria Novandi Nugroho
32
Sul Amin
33
Sulistiowati Apriani
34
Tri Adisyah Putra
35
Wiwi Eka Ariyanti
36
Yogi
Adekantari
37
Jumlah Total
Skor Maksimum Individu
Skor Maksimum Kelas

P
L
P
L
L
L
L
P
P
P
L
-

65
50
50
65
55
55
65
65
55
55
55
2080
100
3700

Keterangan :
Jumlah Siswa yang tuntas
Jumlah siswa yang belum tuntas
Klasikal

: 12 Orang
: 25 Orang
: belum tuntas.

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan


model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assesment,
and Satisfaction ) diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah
56,22 %. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara
klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai
65 hanya sebesar 32,43% atau baru 12 siswa dari 37 siswa yang tuntas
belajar, hasil ini tentu lebih kecil dari persentase ketuntasan yang
dikehendaki yaitu sebesar 85 %. Hal ini disebabkan karena siswa masih
merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan
guru dengan model pembelajaran ARIAS ( Assurance, Relevance,
Interest, Assesment, and Satisfaction ).
c) Refleksi
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh
informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut:
(1) Guru kurang baik dalam memotivasi siswa dan dalam menyampaikan
tujuan pembelajaran
(2) Guru kurang baik dalam pengelolaan waktu
(3) Siswa kurang begitu antusias selama pembelajaran berlangsung.
d) Revisi Rancangan

149

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih


terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan pada
siklus berikutnya.
(1) Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas
dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. Di mana siswa diajak
untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan.
(2) Guru perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan menambahkan
informasi-informasi yang dirasa perlu dan memberi catatan
(3) Guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi siswa
sehingga siswa bisa lebih antusias.
SIKLUS II
a) Tahap perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran
yang terdiri dari rencana pelajaran 2, soal tes formatif II dan alat-alat
pengajaran yang mendukung.
b) Tahap kegiatan dan pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II
dilaksanakan pada tanggal 22 s.d 09 April 2010 di SMP Negeri 2
Sumbawa tahun pelajaran 2009-2010. Dalam hal ini peneliti bertindak
sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana
pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan
atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II.
Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan
belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II
dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses
belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah
tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai
berikut :
Tabel 4. 2 :
Tabel Distribusi Nilai tes Peningkatan Hasil Belajar Biologi dengan
model pembelajaran ARIAS ( Assurance, Relevance, Interest,
Assesment, and Satisfaction ) Pada Siklus II
Keterangan
L/P
No
RESPONDEN
Skor
Tidak
Tuntas
Tuntas
Aan Indra Saputra
1
L
65

Adib Bagus Saputra


2
L
65

Akhmad Nafal
3
L
60

Andi Risma Mawaddah


4
P
65

Anggi
Krisna
Wijaya
5
P
65

150

Augusta Dipa Kusuma


6
Aulia Aprianti
7
Cagiarta Dyuniaridi
8
Dara Trinurlillah
9
Dedi Irawan
10
Devi Amanda
11
Diana Iskandar
12
Dody Asrullah
13
Dwi Indri Erawati
14
Erna Erawati
15
Fahrul Amri
16
Fitriani
17
Hari Septiawan Jodi
18
Ilham Ade Kantari
19
Indah Wismiyanti
20
Irwan Setiawan
21
Kamalludin
22
Lalu Akhsanitaqwim
23
Made Asdwita
24
Misnawati
25
Netti Andriani
26
Pathimatuz Zuhra
27
Peri Padeli
28
Risca Dwi Aprianti
29
Rizki Gusferdiansyah
30
Sapriadi
31
Satria Novandi Nugroho
32
Sul Amin
33
Sulistiowati Apriani
34
Tri Adisyah Putra
35
Wiwi Eka Ariyanti
36
Yogi
Adekantari
37
Jumlah Total

Skor Maksimum Individu


Skor Maksimum Kelas

L
P
P
P
L
P
L
L
P
P
L
P
L
L
P
L
L
L
L
P
P
P
L
P
L
L
L
L
P
P
P
L
37
orang
-

55
55
75
75
62
75
75
75
75
75
65
65
65
65
65
60
60
55
55
55
65
75
75
60
75
65
65
75
75
65
65
65
2452
100
3700

Keterangan :
Jumlah siswa yang tuntas
: 27 Orang
Jumlah Siswa yang belum tuntas : 10 Orang
Klasikal
: belum tuntas.

151

Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata peningkatan prestasi


belajar siswa adalah 66,27 % dan ketuntasan belajar mencapai 72,97 %
atau ada 27 siswa dari 37 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini
menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal
telah mengalami peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I. Adanya
peningkatan hasil belajar siswa ini karena setelah guru menginformasikan
bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan tes sehingga pada
pertemuan berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar. Selain itu
siswa juga sudah mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan dinginkan
guru dengan model pembelajaran ARIAS ( Assurance, Relevance,
Interest, Assesment, and Satisfaction ).
c) Refleksi
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar diperoleh informasi dari
hasil pengamatan sebagai berikut:
1) Memotivasi siswa
2) Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep
3) Pengelolaan waktu
d) Revisi Pelaksanaaan
Pelaksanaan kegiatan belajar pada siklus II ini masih terdapat
kekurangan-kekurangan. Maka perlu adanya revisi untuk dilaksanakan
pada siklus III antara lain:
(1) Guru dalam memotivasi siswa hendaknya dapat membuat siswa lebih
termotivasi selama proses belajar mengajar berlangsung.
(2) Guru harus lebih dekat dengan siswa sehingga tidak ada perasaan takut
dalam diri siswa baik untuk mengemukakan pendapat atau bertanya.
(3) Guru harus lebih sabar dalam membimbing siswa merumuskan
kesimpulan/menemukan konsep.
(4) Guru harus mendistribusikan waktu secara baik sehingga kegiatan
pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
(5) Guru sebaiknya menambah lebih banyak contoh dan memberi soalsoal latihan pada siswa untuk dikerjakan pada setiap kegiatan belajar
mengajar.
SIKLUS III
a) Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran
yang terdiri dari rencana pelajaran 3, soal tes formatif 3 dan alat-alat
pengajaran yang mendukung.
b) Tahap kegiatan dan pengamatan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III
dilaksanakan pada tanggal 07 s.d 12 Mei 2010 di SMP Negeri 2 Sumbawa
tahun pelajaran 2009-2010 dengan jumlah siswa 37 siswa. Dalam hal ini

152

peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu


pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus II,
sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus II tidak terulang lagi
pada siklus III. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan
pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif III
dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses
belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah
tes formatif III. Adapun data hasil penelitian pada siklus III adalah
sebagai berikut :

Tabel 4.3 :
Tabel Distribusi Nilai tes Peningkatan Hasil Belajar Biologi dengan
model pembelajaran ARIAS ( Assurance, Relevance, Interest,
Assesment, and Satisfaction ) Pada Siklus III
Keterangan
L/P
No
RESPONDEN
Skor
Tidak
Tuntas
Tuntas
Aan Indra Saputra
1
L
75

Adib
Bagus
Saputra
2
L
75

Akhmad Nafal
3
L
75

Andi Risma Mawaddah


4
P
75

Anggi Krisna Wijaya


5
P
75

Augusta Dipa Kusuma


6
L
60

Aulia
Aprianti
7
P
70

Cagiarta Dyuniaridi
8
P
85

Dara
Trinurlillah
9
P
85

Dedi Irawan
10
L
75

Devi Amanda
11
P
85

Diana Iskandar
12
L
85

Dody Asrullah
13
L
85

Dwi
Indri
Erawati
14
P
85

Erna Erawati
15
P
85

Fahrul Amri
16
L
75

Fitriani
17
P
75

Hari Septiawan Jodi


18
L
75

Ilham Ade Kantari


19
L
75

Indah Wismiyanti
20
P
75

153

Irwan Setiawan
21
Kamalludin
22
Lalu Akhsanitaqwim
23
Made Asdwita
24
Misnawati
25
Netti Andriani
26
Pathimatuz Zuhra
27
Peri Padeli
28
Risca Dwi Aprianti
29
Rizki Gusferdiansyah
30
Sapriadi
31
Satria Novandi Nugroho
32
Sul Amin
33
Sulistiowati Apriani
34
Tri Adisyah Putra
35
Wiwi Eka Ariyanti
36
Yogi Adekantari
37
Jumlah Total

L
L
L
L
P
P
P
L
P
L
L
L
L
P
P
P
L
37
orang
-

Skor Maksimum Individu


Skor Maksimum Kelas
Keterangan :
Jumlah siswa yang tuntas
Jumlah siswa yang belum tuntas
Klasikal

70
70
65
65
65
75
85
85
70
85
75
75
85
85
75
75
75
2830

100
3700

: 36 Orang
: 1 Orang
: sudah tuntas.

Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai rata-rata tes formatif


sebesar 76,49 % dan dari 37 siswa yang telah tuntas sebanyak 36 siswa,
dan 1 orang siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Tetapi secara
klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 97,30 % ( termasuk
kategori tuntas ). Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih
baik dari siklus II. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus III ini
dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam
menerapkan model pembelajaran ARIAS ( Assurance, Relevance,
Interest, Assesment, and Satisfaction ), sehingga siswa menjadi lebih
terbiasa dengan pembelajaran seperti ini sehingga siswa lebih mudah
dalam memahami materi yang telah diberikan. Di samping itu ketuntasan
ini juga dipengaruhi oleh kerja sama dari siswa yang telah menguasai
materi pelajaran untuk mengajari temannya yang belum menguasai.
c) Refleksi

154

Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik
maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan
penerapan model pembelajaran ARIAS ( Assurance, Relevance, Interest,
Assesment, and Satisfaction ). Dari data-data yang telah diperoleh dapat
diuraikan sebagai berikut:
(1) Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua
pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum
sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing
aspek cukup besar.
(2) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif
selama proses belajar berlangsung.
(3) Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami
perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.
(4) Hasil belajar siswa pada siklus III mencapai ketuntasan.
d) Revisi Pelaksanaan
Pada siklus III guru telah menerapkan model pembelajaran
ARIAS ( Assurance, Relevance, Interest, Assesment, and Satisfaction),
dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa
pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka
tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan
untuk tindakah selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan
apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar
mengajar selanjutnya penerapan model pembelajaran ARIAS (
Assurance, Relevance, Interest, Assesment, and Satisfaction ), dapat
meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran
dapat tercapai.
B. Analisis Hasil Kegiatan
Setelah dilakukan tindakan pada siklus 1, siklus 2 dan siklus 3 menunjukkan hasil
sebagai berikut.
Tabel : 4.4 :
Analisis Hasil Tes Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Pelajaran Biologi
Sebelum dan Sesudah diberi Tindakan.
Skor sebelum Skorsetelah Skorsetelah
No
Responden
Tindakan
Tindakan 1 Tindakan 2
Siklus 1
Siklus 2
Siklus 3
Aan Indra Saputra
1
55
65
75
Adib Bagus Saputra
2
55
65
75
Akhmad Nafal
3
55
60
75
Andi Risma Mawaddah
4
55
65
75
Anggi Krisna Wijaya
5
55
65
75
Augusta Dipa Kusuma
6
45
55
60

155

Aulia Aprianti
7
Cagiarta Dyuniaridi
8
Dara Trinurlillah
9
Dedi Irawan
10
Devi Amanda
11
Diana Iskandar
12
Dody Asrullah
13
Dwi Indri Erawati
14
Erna Erawati
15
Fahrul Amri
16
Fitriani
17
Hari Septiawan Jodi
18
Ilham Ade Kantari
19
Indah Wismiyanti
20
Irwan Setiawan
21
Kamalludin
22
Lalu Akhsanitaqwim
23
Made Asdwita
24
Misnawati
25
Netti Andriani
26
Pathimatuz Zuhra
27
Peri Padeli
28
Risca Dwi Aprianti
29
Rizki Gusferdiansyah
30
Sapriadi
31
Satria Novandi Nugroho
32
Sul Amin
33
Sulistiowati Apriani
34
Tri Adisyah Putra
35
Wiwi Eka Ariyanti
36
Yogi Adekantari
37
Jumlah Total
Skor Maksimum Individu
Skor Maksimum Kelas

45
65
65
60
65
65
65
65
55
55
55
55
55
50
50
45
45
45
55
65
65
50
50
65
55
55
65
65
55
55
55
2080
100
3700

Analisis Data Deskriptif Kuantitatif


1. Pencapaian Prestasi siswa sebelum diberi tindakan.
= 2080 x 100% = 56,22 %
3700

156

55
75
75
62
75
75
75
75
75
65
65
65
65
65
60
60
55
55
55
65
75
75
60
75
65
65
75
75
65
65
65
2452
100
3700

70
85
85
75
85
85
85
85
85
75
75
75
75
75
70
70
65
65
65
75
85
85
70
85
75
75
85
85
75
75
75
2830
100
3700

2. Pencapaian peningkatan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran biologi


setelah diberi tindakan melalui penerapan model pembelajaran ARIAS
(Assurance, Relevance, Interest, Assesment, and Satisfaction )
= 2452 x 100% = 66,27 %
3700
3. Pencapaian peningkatan prestasi belajar siswa dalam pelajaran biologi setelah
diberi tindakan melalui penerapan model pembelajaran ARIAS (Assurance,
Relevance, Interest, Assesment, and Satisfaction )
= 2830x 100% = 76,49 %.
3700
Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa
1.
Terjadi peningkatan prestasi belajar siswa setelah diberi tindakan yaitu
terjadi 56,22 % menjadi 66,27% ada kenaikan sebesar = 10,05 %
2.
Dari sebelum tindakan ( siklus 1 ) dan setelah tindakan sampai dengan
( siklus 3 ) 56,22 % menjadi 66,27 %, dan dari ( siklus 2 ) ke ( siklus
3 ) juga ada peningkatan sebanyak 76,49 % - 66,27 % = 10,49 %.
3.
Rata rata siswa sebelum diberi tindakan naik 32,43 % pada siklus I,
72,97% pada siklus II, dan siklus III menjadi 97,30 %.
4.
Dari tindakan siklus 2 dan setelah tindakan ( siklus 3 ) 66,27 % menjadi
76,49 % berarti ada peningkatan prestasi sebanyak 76,49 % - 66,27 % =
10,22 %.

Refleksi dan Temuan


Berdasarkan pelaksanaan tindakan maka hasil observasi nilai, hasil dapat
dikatakan sebagai berikut :
1. Siklus pertama kegiatan belajar-mengajar dengan menerapkan model
pembelajaran ARIAS ( Assurance, Relevance, Interest, Assesment, and
Satisfaction ) belum berhasil karena dalam pembelajaran masih terlihat siswa
yang bermain, bercerita, dan mengganggu siswa lain ;
2. Pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran ARIAS ( Assurance,
Relevance, Interest, Assesment, and Satisfaction ), dalam hal peningkatan
prestasi belajar siswa pada pelajaran biologi belum tampak, sehingga hasil
yang dicapai tidak tuntas.
3. Mungkin karena proses belajar mengajar yang dilakukan dengan model
pembelajaran melalui model pembelajaran ARIAS ( Assurance, Relevance,

157

Interest, Assesment, and Satisfaction ) yang baru mereka laksanakan sehingga


siswa merasa kaku dalam menerapkannya.
4. Akan tetapi setelah dijelaskan, mereka bisa mengerti dan buktinya pada
pertemuan kedua dan ketiga proses kegiatan belajar - mengajar berjalan baik,
semua siswa aktif dan lebih-lebih setelah ada rubrik penilaian proses, seluruh
siswa langsung aktif belajar.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
1.
Ketuntasan Hasil belajar Siswa
Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan
model pembelajaran melalui model pembelajaran ARIAS (Assurance,
Relevance, Interest, Assesment, and Satisfaction ) memiliki dampak positif
dalam meningkatkan prestasi belajar siswa, hal ini dapat dilihat dari semakin
mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru
( ketuntasan belajar meningkat dari siklus I, II, dan III ) yaitu masing-masing
56,22 % ; 66,27 % ; 76,49 %. Pada siklus III ketuntasan belajar siswa secara
klasikal telah tercapai.
2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran ARIAS ( Assurance, Relevance, Interest, Assesment, and
Satisfaction ) dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak
positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan
meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami
peningkatan.
3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran di SMP dengan menerapkan model pembelajaran ARIAS (
Assurance, Relevance, Interest, Assesment, and Satisfaction ) yang paling
dominan
adalah
bekerja
dengan
menggunakan
alat/media,
mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara
siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat
dikategorikan aktif.
Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah
melaksanakan langkah-langkah model pembelajaran ARIAS ( Assurance,
Relevance, Interest, Assesment, and Satisfaction ) dengan baik. Hal ini terlihat
dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan
mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan pembelajaran, menjelaskan,
memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab di mana prosentase untuk
aktivitas di atas cukup besar.
Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka hasil belajar siswa untuk
pelajaran di SMP Negeri 2 Sumbawa dengan menggunakan model pembelajaran
ARIAS ( Assurance, Relevance, Interest, Assesment, and Satisfaction ) hasilnya

158

sangat baik. Hal itu tampak pada pertemuan pertama dari 37 orang siswa yang
hadir pada saat penelitian ini dilakukan nilai rata rata mencapai ; 56,21 %
meningkat menjadi 66,27 % dan pada siklus 3 meningkat menjadi 76,49 %.
Dari analisis data di atas bahwa pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran melalui model pembelajaran ARIAS ( Assurance, Relevance,
Interest, Assesment, and Satisfaction ) diterapkan pada siswa kelas IX-1, yang
berarti proses kegiatan belajar mengajar lebih berhasil dan dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa khususnya pada siswa di SMP Negeri 2 Sumbawa, oleh
karena itu diharapkan kepada para guru SMP dapat melaksanakan pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran melalui model pembelajaran ARIAS (
Assurance, Relevance, Interest, Assesment, and Satisfaction ).
Berdasarkan kerikulum tingkat satuan pendidikan ( KTSP ) siswa
dikatakan tuntas apabila siswa telah mencapai nilai standar ideal 75 mencapai
85 %. Sedangkan pada penilitian ini, pencapai nilai 75 pada ( siklus 3 )
mencapai melebihi target yang ditetapkan dalam KTSP yaitu mencapai 97,30% .
Dengan demikian maka hipotesis yang diajukan dapat diterima.

BAB V
PE N UTU P
A. Simpulan
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga
siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran ARIAS (Assurance,
Relevance, Interest, Assesment, and Satisfaction ) memiliki dampak positif
dalam meningkatkan prestasi belajar siswa di SMP Negeri 2 Sumbawa yang
ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus,
yaitu siklus I ( 56,22 %), siklus II ( 66,27 % ), dan siklus III ( 76,49 % ).
2. Penerapan model pembelajaran ARIAS ( Assurance, Relevance, Interest,
Assesment, and Satisfaction ) mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa.
3. Penerapan pembelajaran melalui model pembelajaran ARIAS ( Assurance,
Relevance, Interest, Assesment, and Satisfaction ) efektif untuk meningkatkan
kembali materi ajar yang telah diterima siswa selama ini, sehingga mereka
merasa siap untuk menghadapi pelajaran berikutnya.
B. Saran-Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses
belajar mengajar di SMP Negeri 2 Sumbawa lebih efektif dan lebih memberikan
hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut :

159

1. Untuk melaksanakan metode pembelajaran melalui model pembelajaran


ARIAS ( Assurance, Relevance, Interest, Assesment, and Satisfaction )
memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mempu
menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan
pemberian model pembelajaran model pembelajaran ARIAS ( Assurance,
Relevance, Interest, Assesment, and Satisfaction ) sehingga diperoleh hasil
yang optimal.
2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih
sering melatih siswa dengan kegiatan penemuan, walau dalam taraf yang
sederhana, di mana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru,
memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu
memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya
dilakukan di SMP Negeri 2 Sumbawa tahun pelajaran 2009-2010.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineksa Cipta
________________.2007. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : remaja Rosdkaraya.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Depdiknas. 2002.Pendekatan Konstektual, Jakrata :Dirjen Dikdasmen
_________.2003 Undang Undang No 20 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Jakarta : Depdiknas.
_________. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Mata Pelajaran IPA
Terpadu. Jakarta: Depdiknas.
I Nyoman S. Degeng.2001. Teori Pembelajaran Dan pembelajaran,.Standar
Kurikulum 2004, Jakarta : Depdiknas
Nasution S., 2001. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Bina
Aksara. Jakarta.
Sudjana, Nana. 1989. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Sagala, Syaiful.2006.Konsep dan makna pembelajaran.Bandung: CV Alfabeta.

160

Supeno, Bambang. Statistik Terapan Dalam Penelitian Ilmu Sosial dan Pendidikan
Wiriatmaja,Rochiati. Metode Penelitian Tindakan Kelas Silberman, Melvin. Active
Learning

161

Lampiran : 1

162

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA

DINAS PENDIDIKAN NASIONAL

SMP NEGERI 2 SUMBAWA


Jl. Dr. Wahiddin N0 9A telp.(0370) 21085 Sumbawa Besar - NTB
SURAT IJIN PENELITIAN
Nomor : 422/
/ SMP.02 /2010
Yang bertanda tangan di bawah ini Kepala SMP Negeri 2 Sumbawa, bahwa
sehubungan dengan rencana melakukan penelitian tindakan kelas ( PTK ) dalam
upaya peningkatan prestasi belajar Biologi , maka kepada :
Nama
: ARMINI, S.Pd
Nip.
: 19660813 199003 2 010
Pangkat /Golongan
: Pembina - IV/a
Mengajar Bidang Studi
: Biologi
Alamat
: Jl. Dr.Wahiddin No 9A Sumbawa Besar
Diberikan Ijin untuk mengadakan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK )
dengan judul : Upaya peningkatan Hasil Belajar Biologi dengan
menerapkan Model Pembelajaran ARIAS ( Assurance, Relevance,
Interest, Assesment, and Satisfaction ) siswa kelas IX-1 SMP Negeri 2
Sumbawa tahun pelajaran 2009-2010 Mulai bulan April 2010
sampai selesai.
Demikian surat ijin penelitian ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Sumbawa Besar , 05 April 2010
Kepala SMP Negeri 2 Sumbawa

SRI IRIANTI, S.Pd, M.Pd


NIP. 19620116 198403 2 006

163

Lampiran : 2
PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA

DINAS PENDIDIKAN NASIONAL

SMP NEGERI 2 SUMBAWA


Jl. Dr. Wahiddin N0 9A telp.(0370) 21085 Sumbawa Besar - NTB
SURAT KETERANGAN
Nomor : 422 /
/SMP.02 /2010
Yang bertanda tangan di bawah ini Kepala SMP Negeri 2 Sumbawa, menerangkan
bahwa :
Nama
: ARMINI, S.Pd
Nip.
: 19660813 199003 2 010
Pangkat /Golongan
: Pembina - IV/a
Mengajar Bidang Studi
: Biologi
Alamat
: Jl. Dr.Wahiddin No 9A Sumbawa Besar
Telah melakukan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) dengan judul :etPenerapan
Upaya peningkatan Hasil Belajar Biologi dengan menerapkan Model
Pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assesment, and
Satisfaction ) siswa kelas IX-1 SMP Negeri 2 Sumbawa tahun pelajaran 20092010 Sejak 08 April 12 Mei 2010.
Demikian surat keterangan penelitian ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana
mestinya.

Sumbawa Besar , 15 Mei 2010


Kepala SMP Negeri 2 Sumbawa

SRI IRIANTI, S.Pd, M.Pd


NIP. 19620116 198403 2 006

164

Lampiran 3
DAFTAR HADIR SISWA
DALAM KEGIATAN PENELITIAN
I
N AM A

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32

Aan Indra Saputra


Adib Bagus Saputra
Akhmad Nafal
Andi Risma Mawaddah
Anggi Krisna Wijaya
Augusta Dipa Kusuma
Aulia Aprianti
Cagiarta Dyuniaridi
Dara Trinurlillah
Dedi Irawan
Devi Amanda
Diana Iskandar
Dody Asrullah
Dwi Indri Erawati
Erna Erawati
Fahrul Amri
Fitriani
Hari Septiawan Jodi
Ilham Ade Kantari
Indah Wismiyanti
Irwan Setiawan
Kamalludin
Lalu Akhsanitaqwim
Made Asdwita
Misnawati
Netti Andriani
Pathimatuz Zuhra
Peri Padeli
Risca Dwi Aprianti
Rizki Gusferdiansyah
Sapriadi
Satria Novandi Nugroho

L/P

Tgl.
08-04
2010

L
L
L
P
P
L
P
P
P
L
P
L
L
P
P
L
P
L
L
P
L
L
L
L
P
P
P
L
P
L
L
L

165

II
Tgl.
15-04
2010

KEHADIRAN
III
IV
Tgl.
Tgl.
21-04
29-04
2010
2010

V
Tgl.
07-05
2010

VI
Tgl.
12-05
2010

33
34
35
36
37

Sul Amin
Sulistiowati Apriani
Tri Adisyah Putra
Wiwi Eka Ariyanti
Yogi Adekantari

L
P
P
P
L

Sumbawa Besar , 08 April 2010


Peneliti
ARMINI ,S.Pd
NIP. 19660813 199003 2 010

Lampiran 4
LEMBAR PENGAMATAN
PENGELOLAAN PEMBELAJARAN DENGAN MENERAPKAN
ARIAS ( ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST,
ASSESMENT, AND SATISFACTION )
Sekolah
:______________________
Kelas/Semester :______________________
PokokBahasan :______________________

Nama Guru :_______________


Tanggal
:_______________
Pukul
:_______________

Berikut ini diberikan suatu daftar aspek pengelolaan kegiatan belajar mengajar yang
dilakukan guru di kelas.Berikan penilaian dengan cara memberi tanda cek
(V)
pada kolom yang sesuai.
Dilakukan
Penilaian
No Aspek yang diamati
ya
tdk
1
2
3
4
I
Pengamatan KBM
D. Pendahuluan
1. Menyampaikan
Tujuan
Pembelajaran
2. Mengaitkan dengan pelajaran
sebelumnya
3. Memotivasi Siswa
II
E. Kegiatan Inti
Melatih siswa dalam Belajar mengajar
1. Secara klasikal menjelaskan
materi dalam belajar mengajar
yang akan digunakan
2. Memodelkan
pembelajaran
dengan ARIAS ( Assurance,
Relevance, Interest, Assesment,
and Satisfaction ) dalam proses
belajar mengajar

166

III
IV
V
VI

3. Membimbing siswa dalam


belajar
biologi
dengan
menerapkan
model
pembelajaran
ARIAS
(
Assurance,
Relevance,
Interest,
Assesment,
and
Satisfaction ) dalam proses
belajar mengajar
4. Memeriksa pemahaman siswa
terhadap materi kegiatan belajar
belajar biologi dalam belajar
mengajar
5. Memberikan latihan mandiri
6. Menyampaikan tujuan dan
motivasi
7. Mendemonstrasikan
pengetahuan dan keterampilan
8. Memberikan latihan terbimbing
9. Memberikan pemahaman dan
memberikan umpan balik
10. Memberikan latihan mandiri
Kesesuaian Metode
F. Penutup
Membimbing siswa merangkum materi
pelajaran
Pengelolaan Waktu
Suasana Kelas
3. Anak antusias
4. Guru antusias

Keterangan :
1. Tidak Baik
2. Kurang Baik
3. Cukup Baik
4. Baik

Sumbawa Besar ,___,___________2010


Pengamat

________________

167

Lampiran : 5
LEMBAR PENGAMATAN
PENGELOLAAN PEMBELAJARAN DENGAN MENERAPKAN
ARIAS ( ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESMENT,
AND SATISFACTION )
Sekolah
:______________________
Kelas/Semester :______________________
PokokBahasan :______________________

Nama Guru :_______________


Tanggal
:_______________
Pukul
:_______________

Berikut ini diberikan suatu daftar aspek pengelolaan kegiatan belajar mengajar yang
dilakukan guru di kelas.Berikan penilaian dengan cara memberi tanda cek
(V)
pada kolom yang sesuai.
Dilakukan
Penilaian
No Aspek yang diamati
ya
tdk
1
2
3
4
I
Pengamatan KBM
D. Pendahuluan
1. Menyampaikan
Tujuan
Pembelajaran
2. Mengaitkan dengan pelajaran
sebelumnya
3. Memotivasi Siswa
) sedang
memberikan
Guru ( Peneliti ) sedang membimbing
IIGuruE.( peneliti
Kegiatan
Inti
penjelasan
pada siswa dengan
siswa dalam pembelajaran dengan
1. Mendemonstrasikan
menggunakan metode ARIAS
menggunakan metode ARIAS

168

III

pengetahuan dan keterampilan


2. Memberikan latihan terbimbing
3. Memberikan pemahaman dan
memberikan umpan balik
4. Memberikan latihan mandiri
Kesesuaian Metode

IV

F. Penutup
Membimbing siswa merangkum materi
pelajaran
V
Pengelolaan Waktu
VI
Suasana Kelas
5. Siswa antusias
6. Guru antusias
Sumbawa Besar ,____,___________2010
Keterangan :
Pengamat
1. Tidak Baik
( peneliti
2.Guru
Kurang
Baik ) sedan mengamati dan
Suasana pembelajaran sangat
membimbing
3. Cukup Baiksiswa secara berkelompok
efektif dan siswa sangat
selama proses Pembelajaran __________________
4. Baik
antusias
berlangsung
Lampiran 6

FOTO-FOTO KEGIATAN SELAMA PENELITIAN

Guru ( peneliti ) sedang memberikan


penjelasan pada siswa dengan
menggunakan metode ARIAS

169

Guru ( Peneliti ) sedang membimbing


siswa dalam pembelajaran dengan
menggunakan metode ARIAS

Guru ( peneliti ) sedan mengamati dan


membimbing siswa secara berkelompok
selama proses Pembelajaran
berlangsung

Suasana pembelajaran sangat


efektif dan siswa sangat
antusias

E. Contoh Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) bagi guru di SD


Oleh ; Mastampawan S, S.Pd guru SDN Uma Beringin Kec. Unter Iwes
Peningkatan pemahaman siswa pada pelajaran matematika melalui diskusi
kelompok dengan Menggunakan media LKS di kelas IV SDN Uma Beringin
Tahun Pelajaran 2009-2010

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Guru sebagai tulang punggung mutu pendidikan mempunyai tanggung
jawab yang besar dalam mengemban misi mencerdaskan anak bangsa.
Peningkatan mutu pendidikan di Sekolah Dasar terus ditingkatkan dari waktu ke
waktu melalui penyempurnaan kurikulum, peningkatan mutu guru, pengadaan
sarana dan prasarana. Tantangan terhadap peningkatan mutu, relevansi dan
efektivitas pendidikan sebagai tuntutan nasional sejalan dengan perkembangan
dan kemajuan masyarakat, berimplikasi secara nyata dalam program pendidikan

170

dan kurikulum sekolah. Tujuan dari program kurikulum dapat tercapai dengan
baik jika programnya didesain secara jelas dan aplikatif. Dalam hal inilah para
guru dituntut untuk memiliki kemampuan merancang pembelajaran sekaligus
menentukan strategi instruksional yang harus ditempuh oleh para guru agar
pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa.
Dalam menghadapi era globalisasi yang semakin meluas peningkatan
mutu pendidikan terus-menerus dilakukan. Hal ini terbukti dengan adanya
perubahan kurikulum pada sekolah tingkat dasar, tingkat lanjutan maupun tingkat
menengah. Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah adalah dengan
diberlakukannya KTSP dengan mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar
Kompetensi Kelulusan (SKL) untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan
nasional. Di mana penyusunan KTSP ini berpedoman pada panduan yang disusun
oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP) dan ketentuan lain yang
menyangkut kurikulum dalam UU 20/ 2003 dan PP 19/ 2005 yang harus dijadikan
dasar atau landasan pendidikan diseluruh Indonesia melalui olah hati, olah pikir,
olahrasa dan olahraga agar memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan
global (Mulyasa, 2007)
Pelajaran matematika merupakan pelajaran yang sering dianggap sulit
oleh siswa. Hal ini kemungkinan siswa hanya melibatkan pikiran (ranah kognitif)
saja dalam proses belajar, tidak melibatkan aspek yang lain, seperti olah hati dan
olah rasa, apalagi dengan mengkaitkan pada kehidupan sehari-hari. Oleh karena
itu hendaknya pembelajaran matematika sebaiknya diselenggarakan sedemikian
rupa sehingga siswa dapat memahami konsep materi yang diberikan tidak hanya
sebagai produk tetapi juga dalam proses penemuan konsep.
Materi sudut merupakan bagian dari materi pokok mata pelajaran
matematika dengan standar kompetensi yang harus dicapai oleh siswa yaitu:
Menggunakan pengukuran sudut, panjang dan berat, menentukan sifat dan unsur
bangun ruang, kesimetrisan serta menggunakannya dalam pemechan masalah.
Kegiatan pembelajaran berupa aktivitas yang melibatkan siswa untuk:
menggambar berbagai macam sudut; menentukan besar sudut dari benda sekitar
dengan satuan tidak baku; menggambar berbagai macam bentuk sudut;
menentukan besar sudut dari benda sekitar dengan satuan derajat (KTSP, 2008).
Materi ini menuntut banyak aktivitas siswa.
Berdasarkan hasil pengamatan sehari-hari pada saat mengajar, belum
semua siswa terlibat aktif dalam kegiatan belajar. Ketidakaktifan siswa tersebut
disebaban oleh metode yang selama ini digunakan oleh guru. Metode yang
digunakan oleh guru selama ini dalam melaksanakan pembelajaran adalah metode
ceramah, dengan pelaksanaan pembelajaran berpusat pada guru. Sehingga
interaksi yang terlihat hanya satu arah dan guru sangat mendominasi
pembelajaran. Hal ini mengakibatkan sikap siswa yang cenderung pasif, terbiasa
menghafal materi dan tidak terbiasa untuk bertanya. Dengan demikian siswa
sukar untuk berpikir nalar dan komprehensif, yang berarti siswa tidak terbiasa

171

berpikir dengan menggabungkan pengetahuan yang mereka miliki untuk


memecahkan masalah.
Proses pembelajaran di sekolah dewasa ini lebih dituntut kepada student
centered, dimana siswa memegang peranan sentral dalam mengembangkan dan
memperbaiki konsepsinya, sedangkan tugas guru dalam proses ini menjadi
fasilitator, merangsang pemikiran, menciptakan permasalahan, membiarkan siswa
mengungkapkan gagasan dan konsepnya. Serta kritis menguji konsep siswa. Yang
terpenting untuk guru adalah mendengarkan dan menghargai gagasan pemikiran
siswa apapun adanya, apakah pemikiran itu benar atau salah. Selain itu guru juga
harus menguasai bahan secara luas dan mendalam sehingga dapat lebih fleksibel
menerima gagasan siswa yang berbeda
Menurut Teori Jean Piaget menyatakan bahwa kemampuan intelektual
anak berkembang secara bertingkat atau bertahap yaitu (a) sensori motor (0-2
tahun), (b) praoperasional (2-7 tahun), (c) operasional kongkret (7-11 tahun), dan
(d) operasional (11 tahun ke atas). Teori ini merekomendasikan perlunya
mengamati tingkatan perkembangan intelektual sebelum suatu bahan pelajaran
diberikan. Terutama untuk menyesuaikan keabstrakan bahan dan kemampuan
berfikir siswa pada saat itu. Teori Piaget juga menyatakan bahwa makhluk hidup
mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan situasi sekitar atau
lingkungan. Keadaan ini memberi petunjuk bahwa orang selalu belajar untuk
mencari tahu dan memperoleh pengetahuan, dan setiap orang berusaha
membangun sendiri pengetahuan yang diperolehnya. Pendapat Piaget ini
melandasi aliran konstruktivisme dalam pelaksanaan pembelajaran IPA (Nur,
2000).
Siswa kelas IV sekolah dasar (usia antara 9-11 tahun) masih berada
dalam taraf berfikir operasional kongkret, oleh karena itu hendaknya
pembelajaran materi sudut disajikan secara kongkrit Siswa kelas IV SDN Uma
Beringin juga demikian, masih berada dalam tingkat berfikir operasional
kongkret, dan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal materi sudut.
Untuk itu perlu dilakukan upaya penyelenggaraan pembelajaran dengan
mengemas materi-materi yang bersifat abstrak menjadi kongkrit. Untuk
menjadikan materi yang bersifat abstrak menjadi kongkrit diperlukan media yang
dapat menjembatani kebutuhan tersebut. Media yang dapat digunakan antara lain
adalah Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang dikemas sedemikian rupa sehingga
dapat menyajikan fakta-fakta yang berhubungan dengan materi sudut, selain
media-media yang lain.
Fasilitas yang ada di SDN Uma Beringin Kecamatan Unter Iwes masih
terbatas termasuk untuk mata pelajaran matematika. Biasanya guru banyak
memanfaatkan media yang tersedia di sekitar sekolah atau yang dekat dengan
kehidupan sehari-hari siswa. Namun siswa masih pasif bila tugas-tugas yang
diberikan guru disampaikan secara lisan, dan kadang-kadang ada siswa yang tidak

172

mengerjakan tugas tersebut. Hal ini menyebabkan pembelajaran kurang efektif


dan hasil belajar siswa sangat rendah. Berdasrkan hasil pre tes 70% siswa belum
tuntas.
Dari hasil observasi awal nilai rata-rata siswa sebesar 50, 0 dengan
aktivitas belajar yang rendah. Hal ini ditunjukkan pada saat pembelajaran di kelas
hanya 3 siswa yang aktif merespon pertanyaan guru secara spontan. Dengan
kondisi seperti ini perlu dicarikan alternatif pembelajaran yang dapat
meningkatkan aktivitas siswa. Salah satu media tersebut bisa dalam bentuk
Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang disiapkan dan dikemas dengan aplikasi
dalam kehidupan sehari-hari, sehingga bisa dipelajari secara nyata oleh siswa. Di
samping itu penyelenggaraan pembelajaran diperlukan media untuk bisa membuat
konsep matematika yang abstrak menjadi kongkret dan meningkatkan aktivitas
belajar siswa.
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka permasalahan yang
timbul adalah bagaimana menyelenggarakan pembelajaran matematika agar dapat
meningkatkan aktivitas siswa, sehingga hasil belajar siswa menjadi lebih baik.
Dengan demikian perlu dilakukan tindakan berupa perbaikan pembelajaran
matematika. Penyelesaian masalah yang diupayakan adalah dengan menggunakan
media LKS. Rencana perbaikan pembelajaran ini dikemas sebagai suatu
penelitian tindakan kelas (PTK) dengan judul Peningkatan pemahaman siswa
pada pelajaran matematika melalui diskusi kelompok dengan Menggunakan
media LKS di kelas IV SDN Uma Beringin Tahun Pelajaran 2009-2010 .

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah
diuraikan di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai
berikut:
1. Bagaimana peningkatan pemahaman siswa pada pelajaran matematika melalui
diskusi kelompok dengan menggunakan media LKS di kelas IV SDN Uma
Beringin tahun pelajaran 2009-2010 ?
2. Bagaimana efektivitas diskusi kelompok dengan menggunakan media LKS
dalam meningkatkan pemahaman siswa pada pelajaran matemata dan IPS
kelas IV SDN Uma Beringin tahun pelajaran 2009-2010 ?
C. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini tujuan perbaikan pembelajaran adalah untuk
memperbaiki kualitas pembelajaran yaitu :

173

1. Peningkatan pemahaman siswa pada pelajaran matematika melalui diskusi


kelompok dengan Menggunakan media LKS di kelas IV SDN Uma Beringin
tahun pelajaran 2009-2010.
2. Efektivitas diskusi kelompok dengan menggunakan media LKS dalam
meningkatkan pemahaman siswa pada pelajaran matematika kelas IV SDN
Uma Beringin tahun pelajaran 2009-2010.
D. Manfaat Penelitian.
Melalui perbaikan pembelajaran yang dilakukan ini diharapkan akan
memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Dapat memperbaiki pembelajaran dengan memberikan konsep secara konkret,
sehingga memudahkan siswa belajar matematika.
2. Dapat memperbaiki aktivitas siswa, sehingga siswa lebih aktif dalam kegiatan
diskusi kelompok dengan mengerjakan LKS
3. Tersedianya LKS yang dapat digunakan untuk mengikatkan aktivitas belajar
siswa sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Matematika di SD
Pembelajaran matematika di selenggarakan hampir di semua jenjang
pendidikan. Tanpa kita sadari pembelajaran matematika juga sering diberikan
kepada anak sejak usia dini dalam kemasan belajar sambil bermain, atau dalam
kehidupan sehari-hari. Matematika ialah ilmu pengetahuan yang melatih anak
berpikir logis dan analitis, sehingga anak menjadi cerdas. Secara formal atematika
diberikan kepada siswa sekolah dasar sampai perguruan tinggi yang relevan.
Matematika adalah sebagai alat (tools) pelayan dan mahkota ilmu-ilmu yang lain.
Dalam proses belajar matematika Bruner (1992) menyatakan pentingnya
tekanan pada kemampuan peserta didik dalam berpikir intuitif dan analitik akan
mencerdaskan peserta didik membuat prediksi dan terampil dalam menemukan
pola (pattern) dan hubungan/ keterkaitan (relations). Pembearuan dalam proses
belajar ini, dari proses drill and practice ke proses bermakna, dan dilanjutkan
proses berfikir intuitif dan analitik, merupakan usaha luar biasa untuk selalu
meninkatkan mutu pelajaran matematika. Reaksi-reaksi posistif untuk perubahan
mempunyai dampak perkembangan kurikulum matematika di sekolah yang
dinamis.
Gerakan matematika modern pada tahun 1950-1960 menekankan
perlunya makna (meaning), terutama dari sudut pandang materi (subject
masser), yaitu pemusatan perhatian pada pemahaman (understanding). Strktur

174

atau sistem formal matematika lebih diutamakan untuk dipahami dari pola latihan,
pengerjaan, dan keterampilan komputasional, dengan harapan peserta didik lebih
mudah dan lebih mampu menggunakan matematika pada situasi yang beragam.
Seiring dengan perkembangannya strategi pembelajaran dari berpusat
pada guru (teacher centered) menjadi berpusat pada peserta didik (student
centered) maka berkembang pula cara pandang terhadap bagaimana peserta didik
belajar dan memperoleh pengetahuan. Kenyataan bahwa peserta didik adalah
makhluk hidup yang mempunyai kemampuan berpikir maka tentu mereka
mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan belajar dan
lingkungan hidup. Mereka, secara individual atau berkelompok, dapat
membangun sendiri pengetahuan mereka dari berbagai sumber belajar di sekitar
mereka, tidak hanya yang berasal dari guru. Aliran ini disebut aliran
konstruktivisme.
Dampak dari berkembangnya aliran yang konstruktivistik adalah
munculnya kesadaran tentang pentingnya kekuatan atau tenaga matematikal
(mathematical power) pada tahun menjelang tahun sembilan-puluhan. Kekuatan
matematikal antara lain terdiri dari kemampuan untuk (1) mengkaji, menduga dan
memberi alasan secara logis, (2) menyelesaikan soal-soal yang tidak rutin, (3)
mengkomunikasikan tentang dan melalui matematika, (4) mengaitkan ide-ide di
dalam matematika dan ide-ide antara matematika dan kegiatan intelektual yang
lain, dan (5) mengembangkan percaya diri, watak atau karakter untuk mencari,
mengevaluasi, dan menggunakan informasi kuantitatif dan spesial dalam
menyelesaikan masalah dan membuat keputusan. Hal-hal yang dapat
menumbuhkan
kesadaran
tentang
kekuatan
matematikal
adalah
ketekunan/keuletan/kekerasan hati, minat (interest), keingintahuan (curiosity),
dan daya temu atau daya cipta (inventiness). (Muhsetyo, 2008)
Untuk mendukung usaha pembelajaran yang mampu menumbuhkan
kekuatan matematikal, diperlukan rancangan pembelajaran yang dapat
menciptakan kondisi tersebut, sehingga dapat meningkatkan aktivitas siswa dan
minat (interest), keingintahuan (curiosity), dan daya temu atau daya cipta
(inventiness) siswa juga meningkat.
B. Diskusi Kelas
Diskusi bukan merupakan model pengajaran sebenarnya, tetapi merupakan
prosedur atau strategi mengajar yang bermanfaat dan banyak dipakai sebagai
bagian langkah banyak model pembelajaran yang lain.
Seringkali diskusi dicampur-adukkan dengan resitasi. Diskusi adalah situasi
dimana guru dan para siswa atau antara siswa dengan siswa yang lain berbincang
satu sama lain dengan berbagai gagasan dan pendapat mereka. Pertanyaanpertanyaan yang diajukan untuk diskusi biasanya pada tingkat kognitif yang
cukup tinggi. Resitasi, sebaliknya adalah pertanyaan-pertanyaan yang bertukar,
seprti misalnya dalam pembelajaran langsung dimana guru bertanya pada para

175

siswa serangkaian pertanyaan pada tingkat rendah atau faktual dengan maksud
mengecek seberapa baik siswa memahami gagasan atau konsep tertentu.
1. Tujuan Pembelajaran dengan diskusi
Diskusi digunakan oleh para guru untuk mencapai sedikitnya tiga
tujuan pembelajaran khusus yang penting.
a) Diskusi meningkatkan cara berfikir siswa dan membatu mereka
membangun sendiri isi pelajaran. Dengan mendiskusikan suatu topik akan
membantu siswa memantapkan dan memperluas pengethuan mereka
tentang topik yang dibicarakan dan meningkatkan kemampuan berfikir
mereka tentang topik itu.
b) Diskusi menumbuhkan keterlibatan dan keikutsertaan siswa. Diskusi
memberikan kesempatan terbuka kepada siswa untuk berbicara dan
mengutarakan gagasan sendiri dan mendorong motivasi untuk terlibat
percakapan dalam kelas.
c) Diskusi digunakan guru membantu siswa mempelajari keterampilan
komunikasi dan pross berfikir yang penting. Diskusi merupaan setting
sosial dimana guru dapat membantu siswa menganalisis proses berfikir
mereka dan mempelajari keterampilan komunikasi penting seperti
merumuskan gagasan secara jelas, mendengarkan satu sama lain,
menanggapi temanya, mempelajari bagaimana mengajukan pertanyaan
yang baik.
2. Langkah-langkah Penyelenggaraan Diskusi
Walaupun ada beberapa pendekatan dalam pmbelajaran dengan
diskusi, langkah-langkah utama umumnya sama saja. Kegiatan diskusi
dilaksanakan dalam tiga tahap yaitu persiapan, pelaksanaan dan tindak lanjut.
a. Tahap persiapan
Merupakan awal dari kegiatan pembelajaran, hal-hal yang perlu dilakukan
guru adalah :
1) Menentukan tujuan diskusi.
2) Menetapkan masalah yang akan dibahas.
3) Mempersiapkan pengaturan tempat, peralatan dan waktu.
b. Tahap pelaksanaan
Merupakan kegiatan inti diskusi, pada tahap ini guru dapat melakukan halhal sebagai berikut :
1) Memulai pengarahan tentang permasalahan yang akan dibahas.
2) Memotivasi peserta untuk memikirkan pemecahannya.
3) Menciptakan suasana yang kondusif.
4) Memberikan kesempatan secara adil kepada peserta untuk
mengemukakan pendapat, ide, atau gagasan.
5) Mengendalikan pembicaraan ke inti permasalahan.

176

6) Memperhatikan waktu yang telah ditentukan.


7) Penyaji harus berperan secara jelas dan tepat.
c. Tahap tindak lanjut
Pada tahap tindak lanjut, yang perlu dilakukan guru :
1) Memperhatikan apakah permasalahan telah cukup dibicarakan.
2) Menyimpulkan berbagai pendapat.
3) Menentukan apakah diperlukan tindak lanjut dalam bentuk tugas
lanjutan atau diskusi diakhiri.
4) Menilai apakah pelaksanaan diskusi berjalan dengan baik dan
menghasilkan pemecahan sesuai dengan tujuan yang dikehendaki.
Dari uraian di atas dapat dituliskan secara garis besar sintaks
pembelajaran diskusi sebagai berikut :
Tabel 2.1 Langkah-langkah penyelanggaran diskusi

C. Peran Media dalam Pembelajaran


Pengajaran adalah serangkaian informasi dan lingkungan untuk
memfasilitasi belajar. Sedangkan komunikasi adalah memindahkan informasi dari
sumber ke tujuan. Belajar sesuatu yang baru tergantung pada pengambilan
informasi yang baru, pengajaran yang efektif tidak akan terjadi apabila tidak

177

terjadi komunikasi. Oleh karena itu untuk membantu komunikasi diperlukan


media pengajaran yang dapat digunakan secara efektif.
Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti
tengah; perantara; pengantar. Dalam pengertian teknologi pendidikan, media
atau bahan sebagai sumber belajar merupakan komponen dari sistem instruksional
di samping pesan, orang, teknik latar dan peralatan. Pengertian media ini masih
sering dikacaukan dengan peralatan. Media atau bahan adaah perangkat lunak
berisi pesan atau nfprmasi pendidikan yang biasanya disajikan menggunakan
peralatan (Sadiman, 2003).
Media dapat mengambil banyak peran dalam pengajaran. Media
pembelajaran yang menciptakan kondisi pebelajar dengan pengalaman langsung
akan sangat membantu siswa dalam membangun sendiri pengetahuan dan
keterampilan. Media merupakan komponen penting yang sebenarnya tidak dapat
dipisahkan dalam kegiatan pembelajaran (Depdiknas, 2004). Pembelajaran yang
dirancang guru harus mengarah pada keterampilan proses. Menggunakan alat
bantu belajar dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa. Dengan
media/alat bantu belajar dapat mengembangkan keterampilan melakukan "hands
on" dan kemampuan berpikir "minds on". Menurut Kemp dan Dayton (Kardi,
1985) dalam pengajaran IPA, media sangat diperlukan dalam rangka
mempermudah siswa untuk lebih memahami terhadap apa yang sedang dipelajari.
Beberapa manfaat dari media, antara lain:
(1) penyampaian materi dapat diseragamkan,
(2) proses pembelajaran menjadi jelas dan menarik,
(3) proses pembelajaran menjadi interaktif,
(4) efisiensi dalam waktu dan tenaga,
(5) meningkatkan hasil belajar siswa,
(6) memungkinkan proses belajar dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja,
(7) dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar,
(8) merubah peran guru menjadi positif dan produktif.
Intinya dengan menggunakan media/alat bantu belajar dalam proses
pembelajaran dapat membuat beberapa perubahan, pelajaran yang semula abstrak
dapat dikonkritkan, dapat mengatasi kendala ruang dan waktu, mengatasi
keterbatasan indera serta menjadikan informasi yang disampaikan guru akan
memberikan kesan lebih mendalam dan lebih lama tersimpan dalam memori
siswa.
Guru dapat menyediakan berbagai macam media/alat bantu belajar untuk
mengefektifkan proses pembelajaran. Hal ini berkait dengan hasil analisis
terhadap siswa. Menurut Hardjomarsono (2004), siswa dikelompokkan dalam tiga
kategori yaitu: siswa yang memiliki kemampuan auditif yang baik sehingga apa
yang didengamya mampu direkam dengan baik, siswa yang memiliki kemampuan
mengamati baik sehingga proses pembelajaran hams disertai dengan kegiatan
pengamatan, dan ada siswa yang dapat memahami materi yang diajarkan jika
melakukan percobaan. Dengan menggunakan media dalam pembelajaran baik

178

yang digunakan dalam observasi maupun eksperimen akan dapat membantu siswa
untuk mendapat pengetahuan secara baik karena melibatkan seluruh indera
digunakan untuk pembelajaran sehingga siswa dapat belajar secara efektif.
D. Tinjauan Tentang Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
1. Pengertian LKS
Lembar kegiatan siswa (Student Work Sheet) adalah lembaranlembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar
kegiatan biasanya berupa petunjuk. Langkah-langkah untuk menyelesaikan
suatu tugas. Tugas yang tertuang dalam lembar kegiatan harus jelas
kompetensi dasar yang akan dicapainya. Dengan adanya LKS, siswa akan
mendapatkan pengalaman belajar mandiri dan belajar memahami tugas
tertulis yang tertuang dalam LKS (Depdiknas, 2004).
Menurut Hadi Soekamto (2002) LKS merupakan lembaran yang berisi
pedoman bagi siswa untuk melakukan kegiatan (yang mencerminkan
ketrampilan proses) agar siswa memperoleh pengetahuan atau ketrampilan
yang perlu dikuasainya. Dari pengertian tersebut dapatlah diketahui bahwa
LKS bukan merupakan alat evaluasi atau penilaian terhadap hasil belajar
siswa, bahkan bukan sebagai sarana latihan mengerjakan soal-soal.
Menurut Belawati (2004), LKS merupakan materi ajar yang sudah
dikemas sedemikian rupa sehingga siswa diharapkan dapat mempelajari
materi ajar tersebut secara mandiri. Lembar kegiatan biasanya berupa
petunjuk. langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Tugas yang
tertuang dalam lembar kegiatan siswa harus jelas kompetensi dasar yang akan
dicapai. LKS merupakan lembar kegiatan kerja siswa yang digunakan untuk
mempermudah pemahaman terhadap materi yang diajarkan.
2. Tujuan dan Manfaat Lembar Kegiatan Siswa
a) Tujuan
Pengadaan LKS bertujuan untuk: (1) Memudahkan guru dalam
melaksanakan pembelajaran, (2) Memberikan kesempatan kepada siswa
untuk belajar secara mandiri dan belajar memahami untuk melaksanakan
tugas tertulis, (3) Memberikan tantangan kepada guru untuk menyiapkan
LKS secara cermat (Depdiknas, 2004).
b) Manfaat Lembar kegiatan siswa
Lembar kegiatan siswa akan memberikan manfaat bagi guru dan
siswa. Guru akan memiliki bahan ajar yang siap digunakan, sedangkan
siswa akan mendapatkan pengalaman belajar mandiri dan belajar
memahami tugas tertulis yang tertuang dalam LKS (Depdiknas, 2004).
Manfaat LKS menurut (Achmadi, 1996) manfaat LKS antara lain: (1)
mengaktifkan siswa dalam belajar; (2) membantu siswa mengembangkan
dan menemukan konsep berdasarkan pendeskripsian hasil pengamatan dan
data yang diperoleh dalam kegiatan eksperimen; (3) melatih siswa
menemukan konsep melalui pendekatan keterampilan proses; (4)

179

membantu siswa dalam memperoleh catatan materi yang dipelajari


melalui kegiatan yang dilakukan di sekolah; (5) membantu guru
menyusun atau merencanakan kegiatan pembelajaran yang meliputi
pemilihan pendekatan dan metode, motivasi belajar, pernilihan media, dan
evaluasi belajar; dan (6) membantu guru menyiapkan secara cepat
kegiatan pembelajaran karena LKS yang telah
dibuat
dapat
dipergunakan kembali pada tahun ajaran berikutnya.
E. Hipotesis Tindakan
Dari uraian tersebut di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Pemahaman siswa pada pelajaran matematika dan IPS melalui diskusi
kelompok dapat ditingkatkan dengan menggunakan media LKS di kelas IV
SDN Uma Beringin Tahun Pelajaran 2009-2010.
2. Diskusi kelompok dengan menggunakan media LKS efektif dalam
meningkatkan pemahaman siswa pada pelajaran matemata kelas IV SDN Uma
Beringin tahun pelajaran 2009-2010.

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Subyek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah kemampuan meningkatkan prestasi siwa
dalam pelajaran matematika di SDN Uma Beringin.
Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan bahwa kelas IV prestasi
belajarnya dalam pelajaran matematika masih sangat rendah. Siswa merasa
kesulitan dalam belajar sehingga siswa kurang respon terhadap pembelajaran di
kelas.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, yang dilakukan secara
bertahap-tahap sampai mendapatkan hasil yang diinginkan. Jumlah siswa secara
keseluruhan dapat disajikan dalam tabel berikut :
TABEL 3.1
JUMLAH SISWA SDN UMA BERINGIN KEC.UNTER IWES
TAHUN PELAJARAN 2009-2010
Jenis Kelamin
No
Kelas
Total
Keterangan
L
P
1
I
25
20
45
2
II
13
14
27
3
III
14
8
22
4
IV
14
12
26
-

180

5
6

Total

66

54

120

Belum ada siswanya


Belum ada siswanya
Jumlah kelas seluruhnya 4
kelas.

Sumber data : Dokumen SDN Uma Beringin 2009-2010.

B. Setting Penelitian
1. PTK dilakukan di SDN Uma Beringin kecamatan Unter Iwes tahun Pelajaran
2009-2010.
2. SDN Uma Beringin kecamatan Unter Iwes terdiri dari 4 kelas dan jumlah
siswa tiap kelas relatif cukup besar dibandingkan dengan sekolah lainnya di
wilayah kecamatan Unter Iwes, belum ada kelas IV dan kelas IVI karena baru
4 tahun berdiri.
3. PTK dilakukan pada siswa kelas IV dengan jumlah 26 orang ( P = 12 orang ;
dan L = 14 orang ).
C. Rancangan Penelitian
1. Tindakan dilaksanakan dalam 3 siklus
2. Kegiatan dilaksanakan dalam semester Ganjil tahun pelajaran 2009-2010.
3. Lama penelitian 6 pekan efektif dilaksanakan mulai tanggal 05 November
sampai dengan 18 Desember 2009.
Dalam pelaksanaan tindakan,rancangan dilakukan dalam 3 siklus yang
meliputi ; (a) perencanaan, (2) tindakan, (3) pengamatan, (4) refleksi.
Rancangan
Penelitian
Tindakan
Kelas
(PTK)
menurut
( Arikunto, Suharsimi, 2007 ) adalah seperti gambar berikut :
Permasalahan

Perencanaa
n tindakan I

Permasalahan
baru hasil refleksi
Refleksi

Apabila
permasalahan
belum terselesaikan

Perencanaa
n tindakan
II
Refleksi II

Dilanjutkan ke
siklus
berikutnya
181

Pelaksanaa
n tindakan I

Pengamatan/
pengumpulan
data I
Pelaksanaa
n Tindakan
II
Pengamatan/pen
gumpulan data II

Gambar : 3.1 Alur Penelitian Tindakan kelas

1. Perencanaan
Tahapan ini berupa rancangan tindakan yang menjelaskan tentang apa,
mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut
dilakukan.
Pada PTK di mana peneliti dan guru adalah orang yang berbeda,
dalam tahap menyusun rancangan harus ada kesepakatan antara keduanya.
Rancangan harus dilakukan bersama antara guru yang akan melakukan
tindakan dengan peneliti yang akan mengamati proses jalannya tindakan. Hal
tersebut untuk mengurangi unsur subjektivitas pengamat serta mutu
kecermatan pengamatan yang dilakukan.
2. Tindakan
Pada tahap ini, rancangan tindakan tersebut tentu saja sebelumnya
telah dilatih kepada si pelaksana tindakan (guru) untuk dapat diterapkan di
dalam kelas sesuai dengan skenarionya. Skenario dari tindakan harus
dilaksanakan dengan baik dan tampak wajar.
3. Pengamatan atau observasi
Tahap ini sebenarnya berjalan bersamaan dengan saat pelaksanaan.
Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan, jadi, keduanya
berlangsung dalam waktu yang sama.
Pada tahap ini peneliti (atau guru apabila ia bertindak sebagai peneliti)
melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi
selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan data ini dilakukan
dengan menggunakan format observasi / penilaian yang telah tersusun,
termasuk juga pengmatan secara cermat pelaksanaan skenario tindakan dari
waktu ke waktu serta dampaknya terhadap proses dan hasil belajar siswa.
4. Refleksi
Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan
yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian
dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya.
Refleksi dalam PTK mencakup analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil
pengamatan atas tindakan yang dilakukan. Jika terdapat masalah dari proses
refleksi maka dilakukan proses pengkajian ulang melalui siklus berikutnya
yang meliputi kegiatan: perencanaan ulang, tindakan ulang, dan pengamatan
ulang shingga permasalahan dapat teratasi.
D. Variabel Penelitian
Dalam penelitian tindakan kelas ini variabel yang diteliti adalah
peningkatan prestasi belajar siswa pelajaran matematika melalui diskusi
kelompok dengan menggunakan media LKS kelas IV SDN Uma Beringin

182

kecamatan Unter Iwes Kabupaten Sumbawa. Variabel tersebut dapat dituliskan


kembali sebagai berikut :
Variabel Harapan : Peningkatan Prestasi belajar siswa pelajaran
matematika kelas IV
Variabel Tindakan : Penerapan pembelajaran melalui diskusi kelompok
dengan menggunakan media LKS.
Adapun indikator yang diteliti dalam variabel harapan terdiri dari:
1. Kemampuan meningkatkan prestasi siswa pelajaran matematika
2. Kemampuan siswa dalam meningkatkan prestasinya pada pelajaran
matematika melalui diskusi kelompok dengan menggunakan media LKS.
3. Keefektifan pembelajaran matematika melalui diskusi kelompok dengan
menggunakan media LKS.
Sedangkan variabel tindakan memiliki indikator sebagai berikut :
1. Tingkat kualitas perencanaan
2. Kualitas perangkat observasi
3. Kualitas operasional tindakan
4. Kesesuaian perencanaan dengan tindakan kelas
5. Kesesuaian teknik yang digunakan meningkatkan prestasi siswa pelajaran
matematika.
6. Tingkat efektifitas pelaksanaan pembelajaran diskusi kelas.
7. Kemampuan siswa dan guru dalam menerapkan diskusi kelas dengan
menggunakan media LKS.
E. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
1. Sumber Data :
Sumber data dalam penelitian ini berasal dari dua sumber yaitu :
1
Siswa
: Diperoleh data tentang peningkatan prestasi
belajar siswa pelajaran matematika
2
Guru
:
Diperoleh data tentang penerapan model
pembelajaran
diskusi
kelas
dengan
menggunakan media LKS.
2. Teknik Pengumpulan Data :
Dalam pengumpulan data teknik yang digunakan adalah menggunakan
observasi dan angket.
F. Indikator Keberhasilan
Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam tiga siklus dianggap
sudah berhasil apabila terjadi peningkatan prestasi belajar siswa apabila 85 %
siswa kelas IV ( kelas yang diteliti ) telah mencapai ketuntasan dengan standar
ideal 75. Jika peningkatan tersebut dapat dicapai pada tahap siklus 1 dan 2, maka
siklus selanjutnya tidak akan dilaksanakan karena tindakan yang dilakukan sudah

183

dinilai efektif sesuai dengan harapan dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (
KTSP ).

G. Teknik Analisis Data


Dalam analisis data teknik yang digunakan adalah ;
1. Kuantitatif
Analisis ini digunakan untuk menghitung besarnya peningkatan
prestasi belajar siswa pelajaran matematika dengan menerapkan pembelajaran
melalui diskusi kelas menggunakan media LKS dengan menggunakan
prosentase ( % ).
2. Kualitatif
Teknik analisis ini digunakan untuk memberikan gambaran hasil
penelitian secara ; reduksi data, sajian deskriptif, dan penarikan simpulan.
H. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Berikut disajikan jadwal kegiatan Penelitian yang dilaksanakan mulai
tanggal, 05 November 2009 18 Desember 2009 ( 6 Minggu efektif ) yang dibuat
dalam bentuk gambar diagram ( gant chart ) sebagai berikut :
TABEL 3.2
JADWAL PELAKSAAN PENELITIAN
Waktu ( Minggu ) ke,...
N0 Rencana Kegiatan
1
2
3
4
5
6
1
Persiapan
X
Menyusun
Konsep
X
Pelaksanaan
Menyepakati
Jadwal
X
dan Tugas
Menyusun Instrumen
X
2
Pelaksanaan
Menyiapkan kelas dan
X
alat
Melakukan Tindakan
X
X
Siklus I
Melakukan Tindakan
X
X
Siklus II
Melakukan Tindakan
X
X

184

Siklus III
Menyusun Laporan
Menyusun
Konsep
Laporan
Perbaikan Laporan
Penggandaan
Hasil
Penelitian

X
X
X

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMB AHASAN
A. Paparan Data dan Temuan Penelitian
1. Perencanaan Tindakan
Penelitian ini menggunakan pembelajaran melalui diskusi kelas
dengan menggunakan LKS dalam meningkatkan prestasi belajar siswa kelas
IV pelajaran Matematika.
Tujuan yang diharapkan pada pertemuan pertama dalam pembelajaran
Matematika penerapan pembelajaran dengan menggunakan media LKS dan
Diskusi Kelompok.
Agar tercapai tujuan di atas, peneliti yang bertindak sebagai guru
melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
a) Menyusun instrumen pembelajaran
b) Menyusun Instrumen Monitoring
c) Sosialisasi kepada siswa
d) Melaksanakan tindakan dalam pembelajaran
e) Melakukan refleksi
f) Menyusun strategi pembelajaran pada siklus ke dua berdasar refleksi
siklus pertama
g) Melaksanakan pembelajaran pada siklus kedua
h) Melakukan Observasi
i) Melakukan refleksi pada siklus kedua
j) Menyusun strategi pembelajaran pada siklus ketiga berdasar refleksi siklus
kedua
k) Melaksanakan pembelajaran pada siklus ketiga
l) Melakukan Observasi
m) Melakukan refleksi pada siklus ketiga
n) Menyusun laporan

185

2. Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan


Pelaksanaan tindakan dalam penelitian dilakukan 3 siklus yang terdiri
dari enam kali pertemuan.
Waktu yang digunakan setiap kali pertemuan adalah 2 x 35 menit.
Siklus pertama dilaksanakan pada tanggal 05 s.d 12 November 2009 dan
siklus kedua pada tanggal 19 s.d 26 November 2009, dan siklus ke tiga pada
tanggal 03 s.d 10 Desember 2009. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan
sesuai dengan prosedur rencana pembelajaran dan skenario pembelajaran.
SIKLUS 1
a) Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran
yang terdiri dari rencana pelajaran 1, LKS 1, soal tes formatif 1 dan alatalat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar
observasi pengolaan pembelajaran.
b) Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I
dilaksanakan pada tanggal 05 s.d 12 November 2010 di SDN Uma
Beringin kecamatan Unter Iwes Tahun pelajaran 2009-2010, dengan
jumlah siswa 26 orang. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru.
Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang
telah dipersiapkan.
Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan
pelaksaaan belajar mengajar. Pada akhir proses belajar mengajar siswa
diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan
siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data
hasil penelitian pada siklus I. adalah seperti pada tabel berikut :
Tabel 4.1 :
Tabel Distribusi Nilai tes Pembelajaran Matematika dengan
menerapkan Metode Diskusi Kelas menggunakan LKS Pada Siklus I
Keterangan
No
Nama
Skor
Tidak
Tuntas
Tuntas
1
Ahyar Rosidi
75

2
Alimuddin Ramdani
70

3
Anisa Ade Kantari
70

4
Anita
75

5
Ari Zalulwatan
75

6
Ari Purwanto
70

7
Chandra Kurniawan
60

8
Dina Mariana
60

186

9
Dwi Anggar Yusika
10
Emi Heryanti
11
Fitria
12
Fitria Tamar Putri
13
Fitria Muniran
14
Hartono
15
Ilham randani
16
Josriadi
17
Joko Lasmono
18
Kariandi
19
L.Rianto
20
M. Efendi
21
Jauhari
22
Kamaruddin
23
Jusri Yusan
24
Juliarta Kamiswara
25
Topan Vargas
26
Yeni Yulianti
Jumlah Total
Skor Maksimum Individu
Skor Maksimum Kelas

60
65
60
60
80
80
80
55
75
60
60
60
55
55
55
55
55
55
1620
100
2600

Keterangan :
Jumlah Siswa yang tuntas
: 11 Orang
Jumlah Siswa yang belum tuntas : 15 Orang
Kelas
: belum tuntas.
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan
pembelajaran menggunakan LKS diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar
siswa adalah 62,31. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus
pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang
memperoleh nilai 65 hanya sebesar 42,31%% atau ada 11 siswa dari 26
siswa yang tuntas belajar, hasil ini tentu lebih kecil dari persentase
ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85 %. Hal ini disebabkan
karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang
dimaksudkan dan digunakan guru dengan menggunakan media LKS dan
diskusi kelompok.
c) Refleksi
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh
informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut:
(1) Guru kurang baik dalam memotivasi siswa dan dalam menyampaikan
tujuan pembelajaran

187

(2) Guru kurang baik dalam pengelolaan waktu


(3) Siswa kurang begitu antusias selama pembelajaran berlangsung.
d) Revisi Rancangan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih
terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan pada
siklus berikutnya.
(1) Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas
dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. Di mana siswa diajak
untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan.
(2) Guru perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan menambahkan
informasi-informasi yang dirasa perlu dan memberi catatan
(3) Guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi siswa
sehingga siswa bisa lebih antusias.

SIKLUS II
a) Tahap perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran
yang terdiri dari rencana pelajaran 2, soal tes formatif II dan alat-alat
pengajaran yang mendukung.
b) Tahap kegiatan dan pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II
dilaksanakan pada tanggal 19 s.d 26 November 2009 di SDN Uma
Beringin Kecamatan Unter Iwes tahun pelajaran 2009-2010. Dalam hal
ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar
mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada
siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak terulang
lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan
dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II
dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses
belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah
tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai
berikut.
Tabel 4. 2 :
Tabel Distribusi Nilai tes Pembelajaran Matematika dengan
menerapkan Metode Diskusi Kelas menggunakan LKS Pada Siklus
II

188

No

Nama

Skor

1
Ahyar Rosidi
2
Alimuddin Ramdani
3
Anisa Ade Kantari
4
Anita
5
Ari Zalulwatan
6
Ari Purwanto
7
Chandra Kurniawan
8
Dina Mariana
9
Dwi Anggar Yusika
10
Emi Heryanti
11
Fitria
12
Fitria Tamar Putri
13
Fitria Muniran
14
Hartono
15
Ilham randani
16
Josriadi
17
Joko Lasmono
18
Kariandi
19
L.Rianto
20
M. Efendi
21
Jauhari
22
Kamaruddin
23
Jusri Yusan
24
Juliarta Kamiswara
25
Topan Vargas
26
Yeni Yulianti
Jumlah Total
Skor Maksimum Individu
Skor Maksimum Kelas

85
80
80
85
85
80
70
70
70
75
70
70
90
90
90
65
85
70
70
70
65
65
60
60
60
60
1860
100
2600

Keterangan
Tidak
Tuntas
Tuntas

Keterangan :
Jumlah Siswa yang tuntas
: 22 Orang
Jumlah Siswa yang belum tuntas :
4 Orang
Kelas
: belum tuntas.
Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa
adalah 71,53 % dan ketuntasan belajar mencapai 84,61 % atau ada 22
siswa dari 26 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa

189

pada siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami


peningkatan cukup lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil
belajar siswa ini karena setelah guru menginformasikan bahwa setiap
akhir pelajaran akan selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan
berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar. Selain itu siswa juga
sudah mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan dinginkan guru dalam
menerapkan pembelajaran melalui diskusi kelas dengan menggunakan
LKS.
c) Refleksi
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar diperoleh informasi dari
hasil pengamatan sebagai berikut :
1) Memotivasi siswa
2) Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep
3) Pengelolaan waktu
d) Revisi Pelaksanaaan
Pelaksanaan kegiatan belajar pada siklus II ini masih terdapat
kekurangan-kekurangan. Maka perlu adanya revisi untuk dilaksanakan
pada siklus III antara lain:
(1) Guru dalam memotivasi siswa hendaknya dapat membuat siswa lebih
termotivasi selama proses belajar mengajar berlangsung.
(2) Guru harus lebih dekat dengan siswa sehingga tidak ada perasaan takut
dalam diri siswa baik untuk mengemukakan pendapat atau bertanya.
(3) Guru harus lebih sabar dalam membimbing siswa merumuskan
kesimpulan/menemukan konsep.
(4) Guru harus mendistribusikan waktu secara baik sehingga kegiatan
pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
(5) Guru sebaiknya menambah lebih banyak contoh soal dan memberi
soal-soal latihan pada siswa untuk dikerjakan pada setiap kegiatan
belajar mengajar.
SIKLUS III
a) Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran
yang terdiri dari rencana pelajaran 3, soal tes formatif 3 dan alat-alat
pengajaran yang mendukung.
b) Tahap kegiatan dan pengamatan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III
dilaksanakan pada tanggal 03 s.d 10 Desember 2009 di SDN Uma
Beringin Kecamatan Unter Iwes tahun pelajaran 2009-2010 dengan
jumlah siswa 26 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru.
Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan
memperhatikan revisi pada siklus II, sehingga kesalahan atau kekurangan

190

pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus III. Pengamatan (observasi)
dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif III
dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses
belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah
tes formatif III. Adapun data hasil penelitian pada siklus III adalah
sebagai berikut ;
Tabel 4.3 :
Tabel Distribusi Nilai tes Pembelajaran Matematika dengan Metode
Diskusi Kelas menggunakan LKS Pada Siklus III
Keterangan
No
Nama
Skor
Tidak
Tuntas
Tuntas
1
Ahyar Rosidi
90

2
Alimuddin Ramdani
90

3
Anisa Ade Kantari
90

4
Anita
90

5
Ari Zalulwatan
90

6
Ari Purwanto
90

7
Chandra Kurniawan
80

8
Dina Mariana
80

9
Dwi Anggar Yusika
80

10
Emi Heryanti
85

11
Fitria
80

12
Fitria Tamar Putri
80

13
Fitria Muniran
95

14
Hartono
95

15
Ilham randani
95

16
Josriadi
75

17
Joko Lasmono
90

18
Kariandi
80

19
L.Rianto
80

20
M. Efendi
80

21
Jauhari
75

22
Kamaruddin
75

23
Jusri Yusan
70

24
Juliarta Kamiswara
70

25
Topan Vargas
70

26
Yeni Yulianti
70

Jumlah Total
2095
Skor Maksimum Individu
100

191

Skor Maksimum Kelas

2600

Keterangan :
Jumlah Siswa yang tuntas
: 26 Orang
Jumlah Siswa yang belum tuntas :
- Orang
Kelas
: belum tuntas.
Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai rata-rata tes formatif
pelajaran Matematika sebesar 80,58% dari 26 siswa telah tuntas secara
keseluruhan. Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai
sebesar 100 % ( termasuk kategori tuntas ). Hasil pada siklus III ini
mengalami peningkatan lebih baik dari siklus II. Adanya peningkatan
hasil belajar pada siklus III ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan
kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran melalui pembelajaran
diskusi kelas dengan menggunakan LKS, sehingga siswa menjadi lebih
terbiasa dengan pembelajaran seperti ini sehingga siswa lebih mudah
dalam memahami materi yang telah diberikan. Di samping itu ketuntasan
ini juga dipengaruhi oleh kerja sama dari siswa yang telah menguasai
materi pelajaran untuk mengajari temannya yang belum menguasai.
c) Refleksi
Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik
maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan
penerapan metode diskusi kelas menggunakan LKS.
Dari data-data yang telah diperoleh dapat duraikan sebagai berikut:
(1) Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua
pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum
sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing
aspek cukup besar.
(2) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif
selama proses belajar berlangsung.
(3) Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami
perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.
(4) Hasil belajar siswa pada siklus III mencapai ketuntasan.
d) Revisi Pelaksanaan
Pada siklus III guru telah menerapkan pembelajaran melalui
diskusi kelas menggunakan LKS dengan baik dan dilihat dari aktivitas
siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah
berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi
yang perlu diperhatikan untuk tindakah selanjutnya adalah
memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan
agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan
pembelajaran diskusi kelas dengan menggunakan LKS dapat

192

meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran


dapat tercapai.
B. Analisis Hasil Kegiatan
Setelah dilakukan tindakan pada siklus 1, siklus 2 dan siklus 3
menunjukkan hasil sebagai berikut.
Tabel : 4.4 :
Analisis Hasil Tes Pembelajaran Matematika Melalui Penerapan Metode
Diskusi Kelas dengan Menggunakan LKS
Skor
Skor
Skor
sebelum
setelah
setelah
No
Nama
Tindakan
Tindakan 1 Tindakan 2
Siklus 1
Siklus 2
Siklus 3
1
Ahyar Rosidi
75
85
90
2
Alimuddin Ramdani
70
80
90
3
Anisa Ade Kantari
70
80
90
4
Anita
75
85
90
5
Ari Zalulwatan
75
85
90
6
Ari Purwanto
70
80
90
7
Chandra Kurniawan
60
70
80
8
Dina Mariana
60
70
80
9
Dwi Anggar Yusika
60
70
80
10
Emi Heryanti
65
75
85
11
Fitria
60
70
80
12
Fitria Tamar Putri
60
70
80
13
Fitria Muniran
80
90
95
14
Hartono
80
90
95
15
Ilham randani
80
90
95
16
Josriadi
55
65
75
17
Joko Lasmono
75
85
90
18
Kariandi
60
70
80
19
L.Rianto
60
70
80
20
M. Efendi
60
70
80
21
Jauhari
55
65
75
22
Kamaruddin
55
65
75
23
Jusri Yusan
55
60
70
24
Juliarta Kamiswara
55
60
70
25
Topan Vargas
55
60
70
26
Yeni Yulianti
55
60
70
Jumlah Total
1620
1860
2095
Skor Maksimum Individu
100
100
100

193

Skor Maksimum Kelas

2600

2600

2600

Analisis Data Deskriptif Kuantitatif


1. Pencapaian Prestasi pembelajaran Matematika Kelas IV sebelum diberi
tindakan
Mat = 1620x 100% = 62,31 %
2600
2. Pencapaian prestasi Matematika
Kelas IV setelah diberi tindakan
pengelompokan siswa berdasarkan nomor panggilan (acak berdasarkan tempat
duduk )
Mat = 1860 x 100% = 71,53 %
2600
3. Pencapaian prestasi Matematika
Kelas IV setelah diberi tindakan
pengelompokan siswa berdasarkan kemampuan akademik
Mat = 2095x 100% = 80,58 %
2600
Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa
1.
Terjadi peningkatan prestasi setelah diberi tindakan yaitu terjadi pada
pelajaran Matematika 62,31% menjadi 71,53% ada kenaikan sebesar =
9,22 %,.
2.
Dari sebelum tindakan untuk pelajaran Matematika (siklus 1 ) dan setelah
tindakan sampai dengan ( siklus 2 ) 62,31 % menjadi 71,53 %, dan dari
( siklus 2) ke (siklus 3 ) juga ada peningkatan sebanyak 80,58 % 71,53 % = 9,05 %.
3.
Rata rata siswa sebelum diberi tindakan naik 42,31 % meningkat
menjadi 100 %.
Refleksi dan Temuan
Berdasarkan pelaksanaan tindakan maka hasil observasi nilai, hasil dapat
dikatakan sebagai berikut :
1. Siklus pertama kegiatan belajar-mengajar menerapkan pembelajaran diskusi
kelas dengan menggunakan LKS belum berhasil karena dalam pembelajaran
masih terlihat siswa yang bermain, bercerita, dan mengganggu siswa lain;
2. Model Pembelajaran diskusi kelas dengan menggunakan LKS, dalam hal
peningkatan prestasi belum tampak, sehingga hasil yang dicapai tidak tuntas.
3. Mungkin karena proses belajar mengajar yang dilakukan adalah pembelajaran
diskusi kelas dengan menggunakan LKS yang baru mereka laksanakan
sehingga siswa merasa kaku dalam menerapkannya.
4. Akan tetapi setelah dijelaskan, mereka bisa mengerti dan buktinya pada
pertemuan kedua dan ketiga proses kegiatan belajar - mengajar berjalan baik,
semua siswa aktif dan lebih-lebih setelah ada rubrik penilaian proses, seluruh
siswa langsung aktif belajar.

194

C. Pembahasan Hasil Penelitian


1.
Ketuntasan Hasil belajar Siswa
Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan
model pembelajaran dengan pembelajaran dengan diskusi kelas dan LKS
memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.hal ini
dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang
disampaikan guru ( ketuntasan belajar meningkat dari siklus I, II, dan III )
yaitu; 62,31 % ; 71,53 % ; 80,58 %. Pada siklus III ketuntasan belajar siswa
secara klasikal telah tercapai.
2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran melalui diskusi kelas dengan menggunakan LKS dalam setiap
siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi
belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata
siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.
3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran diskusi kelas dengan
menggunakan LKS yang paling dominan adalah bekerja dengan
menggunakan alat/media, mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru, dan
diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa
aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif.
Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah
melaksanakan langkah-langkah pembelajaran dengan diskusi kelas dan LKS
dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya
aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan
pembelajaran, menjelaskan, memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab di
mana prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar.
Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka hasil belajar siswa untuk
pelajaran Matematika menerapkan pembelajaran diskusi kelas dengan
menggunakan LKS hasilnya sangat baik. Hal itu tampak pada pertemuan pertama
dari 26 orang siswa yang hadir pada saat penelitian ini dilakukan nilai rata rata
mencapai ; 62,31 % ; 71,53 % ; 80,58%.
Dari analisis data di atas bahwa pembelajaran diskusi kelas dengan
menggunakan LKS dapat diterapkan pada pembelajaran Matematika kelas IV,
yang berarti proses kegiatan belajar mengajar lebih berhasil dan dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada siswa kelas IV di SDN Uma
Beringin Kecamatan Unter Iwes, oleh karena itu diharapkan kepada para guru SD
dapat melaksanakan model pembelajaran diskusi kelas dengan menggunakan
LKS di kelas IV.

195

Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ) siswa


dikatakan tuntas apabila siswa telah mencapai nilai standar ideal 70 mencapai
85 %. Sedangkan pada penilitian ini, pencapai nilai 75 pada ( siklus 3 )
mencapai melebihi target yang ditetapkan dalam KTSP yaitu mencapai 100 %.
Dengan demikian maka hipotesis yang diajukan dapat diterima.

BAB V
PE N UTU P
A. Simpulan
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus,
dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Diskusi kelas
menggunakan LKS memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi
belajar siswa di SDN Uma Beringin Kecamatan Unter Iwes mata pelajaran
Matematika yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam
setiap siklus, yaitu ; 62,31 % ( siklus I ) ; 71,53 % ( siklus II ); 80,58 %
( siklus III ).
2. Penerapan model pembelajaran dengan LKS dan Diskusi kelas pada pelajaran
Matematika mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa.
3. Penerapan pembelajaran melalui diskusi kelas dengan menggunakan LKS
efektif untuk meningkatkan kembali materi ajar yang telah diterima siswa
selama ini, sehingga mereka merasa siap untuk menghadapi pelajaran
berikutnya.
B. Saran-Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses
belajar mengajar di sekolah dasar ( SD ) lebih efektif dan lebih memberikan hasil
yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut :
1. Untuk melaksanakan pembelajaran memerlukan persiapan yang cukup
matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang
benar-benar bisa diterapkan dengan pemberian model pembelajaran melalui
diskusi kelas dengan menggunakan LKS sehingga diperoleh hasil yang
optimal.
2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih
sering melatih siswa dengan kegiatan penemuan, walau dalam taraf yang
sederhana, di mana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru,
memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu
memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.

196

3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya
dilakukan di SDN Uma Beringin Kecamatan Unter Iwes tahun pelajaran
2009-2010.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,Suharsimi2007.Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta : Rineka Cipta.
Borich, G.D. 1994. Observation Skill of Effective Teaching. New York: Macmillan Publishing
Company.
Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Mata Pelajaran IPA SD. Jakarta:
Depdiknas.

Depdiknas, 2004. Kurikulum 2004 SD. Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan
Penelitian Sains. Depdiknas. Jakarta.
Depdiknas, 2008. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar. Model
Silabus Kelas IV. BSNP. Depdiknas. Jakarta.
Ibrahim, M. 2003. Pengembangan Perangkat Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas
Ibrahim, M. 2006. Asesmen Berkelanjutan, Seri Pembelajaran Inovatif. Surabaya:Unesa
University Press.
Gina, L. 2008. Acitive Learning, Increasing Flow In The Classroom. Pat Hollingsworth:
Norwalk.

Kardi, Soeparman, 1998. Fungsi Media Pembelajaran. Pasca Sarjana IKIP Surabaya.
Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.

Muhsetyo , 2008. Pembelajaran Matematika SD. Universitas Terbuka. Jakarta.


Nur, M. 2002. Psikologi Pendidikan Fondasi untuk Pengajaran. Surabaya: Unesa.
Sadiman, 2003. Media Pendidikan: Pengertian Pengembangan dan Pemanfatannya.
Pustekom. PT. Rajagrafindo Persada. Jakarta.
Sarman, 2007. Cerdas Bersama Matematika. Jakarta Ganeca.
Sardiman, AM. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Grafindo Persada.
Sudjana, N dan Ibrahim. 2001. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru
Algesindo

197

198

Lampiran : 1

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA


DINAS PENDIDIKAN NASIONAL

UPT SD DAN PAUD KEC. SUMBAWA DAN UNTER IWES

SEKOLAH DASAR NEGERI UMA BERINGIN


Jl. Buin Jeh No 05 Uma Beringin - Kecamatan Unter Iwes

SURAT IJIN PENELITIAN


Nomor : 422 /

/ SD.UBER /2009

Yang bertanda tangan di bawah ini Kepala SDN Uma Beringin Kecamatan Unter
Iwes, bahwa sehubungan dengan rencana melakukan penelitian tindakan kelas
( PTK ) dalam upaya peningkatan prestasi belajar siswa di SDN Uma Beringin, maka
kepada :
Nama
: MASTAMPAWAN, S.Pd
NIP
: 19620209 198203 2 006
Mengajar Kelas
: Kelas IV
Alamat
: Jl. Buin Jeh No 05 Uma Beringin
Diberikan Ijin untuk mengadakan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) dengan judul :
Peningkatan pemahaman siswa pada pelajaran matematika melalui diskusi
kelompok dengan Menggunakan media LKS di kelas IV SDN Uma Beringin
Tahun Pelajaran 2009-2010 Mulai bulan November 2009 sampai selesai.
Demikian surat ijin penelitian ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Uma Beringin, 05 November 2009


Kepala SDN Uma Beringin

199

KACAUNI, A.Ma.Pd
NIP. 19521113 197401 2 004

Lampiran : 2

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA


DINAS PENDIDIKAN NASIONAL
UPT SD DAN PAUD KECAMATAN SUMBAWA

SEKOLAH DASAR NEGERI UMA BERINGIN


Jl. Buin Jeh No 05 Uma Beringin - Kecamatan Unter Iwes

SURAT KETERANGAN
Nomor : 422 /

/SD.UBER /2009

Yang bertanda tangan di bawah ini Kepala SDN Uma Beringin Kecamatan Unter
Iwes , menerangkan bahwa :
Nama
: MASTAMPAWAN, S.Pd
NIP
: 19620209 198203 2 006
Mengajar Kelas
: Kelas IV
Alamat
: Jl. Buin Jeh No 05 Uma Beringin
Telah melakukan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) dengan judul :etPeningkatan
pemahaman siswa pada pelajaran matematika melalui diskusi kelompok dengan
Menggunakan media LKS di kelas IV SDN Uma Beringin Tahun Pelajaran
2009-2010 Sejak tanggal 05 November 2009 sampai dengan 16 Desember 2009.
Demikian surat keterangan penelitian ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana
mestinya.
Uma Beringin, 12 Desember 2009
Kepala SDN Uma Beringin

200

KACAUNI, A.Ma.Pd
NIP. 19521113 197401 2 004

Lampiran : 3

DAFTAR HADIR SISWA


DALAM KEGIATAN PENELITIAN
No

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19

N AMA

Ahyar Rosidi
Alimuddin Ramdani
Anisa Ade Kantari
Anita
Ari Zalulwatan
Ari Purwanto
Chandra Kurniawan
Dina Mariana
Dwi Anggar Yusika
Emi Heryanti
Fitria
Fitria Tamar Putri
Fitria Muniran
Hartono
Ilham Ramdani
Josriadi
Joko Lasmono
Kariandi
L.Rianto

L/P

II

Tgl.
05-11
2009

Tgl.
12-11
2009

L
L
P
P
L
L
L
P
P
P
P
P
P
L
L
L
L
L
L

201

KEHADIRAN
III
IV
Tgl.
19-11
2009

Tgl.
26-11
2009

VI

Tgl.
03-12
2009

Tgl.
10-12
2009

20
21
22
23
24
25
26

M. Efendi
Jauhari
Kamaruddin
Jusri Yusan
Juliarta Kamiswara
Topan Vargas
Yeni Yulianti

L
L
L
L
L
L
P
Uma Beringin ,05 November 2009
Peneliti

MASTAMPAWAN, S.Pd
NIP. 19620209 198203 2 006
Lampiran : 4
LEMBAR PENGAMATAN
PENGELOLAAN PEMBELAJARAN DISKUSI KELAS DENGAN LKS

Sekolah
:______________________
Kelas/Semester :______________________
PokokBahasan :______________________

Nama Guru :_______________


Tanggal
:_______________
Pukul
:_______________

Berikut ini diberikan suatu daftar aspek pengelolaan kegiatan belajar mengajar yang
dilakukan guru di kelas.Berikan penilaian dengan cara memberi tanda cek ( V ) pada kolom
yang sesuai.
No
I

II

Dilakukan
ya
tdk

Aspek yang diamati


Pengamatan KBM
A. Pendahuluan
1. Menyampaikan
Tujuan
Pembelajaran
2. Mengaitkan dengan pelajaran
sebelumnya
3. Memotivasi Siswa
B. Kegiatan Inti
Melatih siswa dalam Belajar mengajar
1. Secara
klasikal
menjelaskan
materi dalam belajar mengajar
yang akan digunakan
2. Memodelkan pembelajaran diskusi

202

Penilaian
2
3
4

III
IV
V
VI

kelas dengan LKS dalam proses


belajar mengajar
3. Membimbing
siswa
tentang
matematika dengan menggunakan
pembelajaran diskusi kelas dengan
LKS dalam proses belajar
mengajar
4. Memeriksa pemahaman siswa
terhadap materi kegiatan belajar
matematika
dalam
belajar
mengajar
5. Memberikan latihan mandiri
6. Menyampaikan
tujuan
dan
motivasi
7. Mendemonstrasikan pengetahuan
dan ketrampilan
8. Memberikan latihan terbimbing
9. Memberikan pemahaman dan
memberikan umpan balik
10. Memberikan latihan mandiri
Kesesuaian Metode
C. Penutup
Membimbing siswa merangkum materi
pelajaran
Pengelolaan Waktu
Suasana Kelas
7. Siswa antusias
8. Guru antusias

Keterangan :
1. Tdak Baik
2. Kurang Baik
3. Cukup Baik
4. Baik

Uma Beringin ,____,___________2009


Pengamat

___________________

203

Lampiran : 5
LEMBAR PENGAMATAN
PENGELOLAAN PEMBELAJARAN DISKUSI KELAS DENGAN LKS

Sekolah
:______________________
Kelas/Semester :______________________
PokokBahasan :______________________

Nama Guru :_______________


Tanggal
:_______________
Pukul
:_______________

Berikut ini diberikan suatu daftar aspek pengelolaan kegiatan belajar mengajar yang
dilakukan guru di kelas.Berikan penilaian dengan cara memberi tanda cek ( V ) pada kolom
yang sesuai.
No
I

Dilakukan
ya
tdk

Aspek yang diamati


Pengamatan KBM
A. Pendahuluan
1. Menyampaikan
Pembelajaran

Tujuan

204

Penilaian
2
3
4

II

III
IV
V
VI

2. Mengaitkan dengan pelajaran


sebelumnya
3. Memotivasi Siswa
B. Kegiatan Inti
1. Mendemonstrasikan pengetahuan
dan ketrampilan
2. Memberikan latihan terbimbing
3. Memberikan pemahaman dan
memberikan umpan balik
4. Memberikan latihan mandiri
Kesesuaian Metode
C. Penutup
Membimbing siswa merangkum materi
pelajaran
Pengelolaan Waktu
Suasana Kelas
1. Siswa antusias
2. Guru antusias
Uma Beringin,___,___________2009
Pengamat

Keterangan :
1. Tdak Baik
2. Kurang Baik
3. Cukup Baik
4. Baik

____________________

Lampiran : 6
LEMBAR PENGAMATAN AKTIVITAS GURU DAN SISWA
DALAM PEMBELAJARAN DISKUSI KELAS DENGAN LKS
Sekolah
:______________________
Kelas/Semester :______________________
PokokBahasan :______________________

Nama Guru :_______________


Tanggal
:_______________
Pukul
:_______________

Petunjuk Pengisian
Amatilah aktivitas gruru dan siswa dalam kelompok subyek selama kegiatan belajar mengajar
berlansung.
Isilah lembar pengamatan dengan prosedur sebagai berikut :
1. Pengamatan melakukan pengamatan duduk di tempat yang memungkin untuk melihat
semua aktivitas siswa yang diamati

205

2. Tiap 90 detik pengamat melakukan pengamatan aktivitas guru dan siswa yang dominan
dan 30 detik berikutnya menulis kode kategori pengamatan.
3. Kode-kode kategori dituliskan pada baris dan kolom yang tersedia
4. Pengamatan terhadap guru dan siswa dilakukan bersamaan sejak kegiatan pembelajaran
dimulai.
Kategori Pengamatan Pembelajaran Melalui Pembelajaran Diskusi Kelas dengan
Menggunakan LKS pada Pelajaran Matematika
Aktivitas Guru
Aktivitas Siswa
1. Menyampaikan tujuan
12. Mendengarkan secara aktif
2. Mengaitkan
dengan
materi 13. Membaca buku ( buku siswa,LKS )
sebelumnya
14. Menulis yang relevan dengan KBM
3. Memotivasi Siswa
15. Mengerjakan
LKS,mempraktekkan
4. Melatihkan melalui pembelajaran
materi pelajaran Matematika
diskusi kelas yang dimodelkan
16. Tanya jawab antara siswa dan guru
5. Membimbing siswa menerapkan 17. Tanya jawab antara siswa dan siswa
pembelajaran diskusi kelas pada 18. Menyajikan hasil pembelajaran
pelajaran Matematika
19. Membuat rangkuman
6. Memeriksa
pemahaman
dan
memantapkan berpikir siswa
7. Memberikan latihan mandiri
8. Mendemonstrasikan pengetahuan dan
ketrampilan
9. Memberikan latihan terbimbing
10. Tanya jawab dengan siswa
11. Membuat rangkuman
Nama Guru

Nama Siswa

Nama Siswa

Nama Siswa

Nama Siswa

Nama Siswa

Nama Siswa

206

Uma Beringin____,_____________2009
Pengamat

_____________________

Lampiran : 7

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP)
Mata Pelajaran
Satuan Pendidikan
Kelas/Semester

: Matematika
: Sekolah Dasar
: IV/1

207

Waktu
: 2 Jam Pelajaran (1 x Pertemuan)
Hari/Tanggal
: 05 November 2010
Tujuan Kompetensi:
A. StandarKompetensi
- Memahami pecahan sederhana dan penggunaannya dalam pemecahan
masalah
B. Kompetensi Dasar
- Mengenal pecahan sederhana
- Membandingkan pecahan sederhana
- Memecahkan masalah yang berkaitan dengan pecahan sederhana.
C. Indikator

- Menuliskan nama pecahan berdasarkan gambar yang diberikan


- Menuliskan nama pecahanber dasarkan gambar yang diberikan
- Membandingkan pecahan dan dengan menggunakan garis bilangan
D. Materi Pokok

E.

2.

3.

F.

G.

- Pengertian pecahan dan


- Lambang bilangan pecahan dan
- Membandingkan pecahan dan
Langkah Langkah Pembelajaran
1. Kegiatan Awal
- Merapikan tempat duduk anak
- Mengabsen siswa
Apersepsi
Menanyakan kepada siswa apakah anak-anak pernah mengenal
bilangan ?
Menanyakan lambang bilangan sederhana ?
Menyajikan nilai pecahan dalam bentuk gambar dan sebaliknya ?
Membilang pecahan dalam kata kata ?
Kegiatan inti (40 menit)
- Menjelaskan kepada siswa tentang pengertian pecahan
- Menjelaskan kepada siswa tentang lambang bilangan pecahan
- Menjelaskan kepada siswa tentang perbandingan pecahan dan
4 Kegiatan Akhir
Tanya jawab
Mengadakan evaluasi untuk mengukur penguasaan siswa terhadap materi yang udah
disampaikan.
Pemberian tugas
Alat Media dan Sumber Bahan
Alat/media
= Gambar dan Karton
Sumber bahan
= Buku Siswa dan LKS
Metode = Ceramah, tanya jawab, demonstrasi dan pemberian tugas
Evaluasi
- Post test : diadakan
- Tes dalam Proses : diadakan

208

Jenis

: tertulis

Mengetahui
Kepala SDN Uma Beringin

Guru Kelas

KACAUNI, A.Ma.Pd
NIP.19521113 197401 2 004

SDN Uma Beringin Tempat


peneliti bertugas sebagai guru

MASTAMPAWAN, S.Pd
NIP. 19620209 198203 2 006

Guru ( peneliti ) sedang membimbing


siswa dalam pembelajaran
matematika dengan menggunakan
metode diskusi dan LKS

Lampiran 8

209

FOTO-FOTO KEGIATAN SELAMA PENELITIAN


Guru ( peneliti ) sedang membimbing
siswa dalam pembelajaran
matematika dengan menggunakan
metode diskusi dan LKS

SDN Uma Beringin Tempat


peneliti bertugas sebagai guru

Guru sedang membimbing siswa dalam


diskusi dengan menggunakan LKS
kepada siswa yang belum memahami
materi yang diberikan

210

Suasana Pembelajaran dengan


menggunakan Metode diskusi dan
LKS,siswa sangat antusias

Pembelajaran matematika dengan menggunakan LKS


dapat membantu siswa meningkatkan hasil belajarnya
tampak dalam gambar sangat aktif menyelesaikan tugas
yang diberikan guru ( peneliti )

Dari hasil diskusi, siswa diberikan evalusi hasil belajar,


smua soal-soal yang diberikan guru ( peneliti) secara lisan
dapat dijawab dengan benar,tampak dalam gambar siswa
sangat antusias dalam menjawab pertanyaan guru

211

F. Contoh Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) bagi guru di TK


oleh ; Abdullatif, S.Pd. Guru TK Negeri Pembina Kec. Plampang
Upaya Meningkatkan Kreativitas Menggambar Melalui Pendekatan
Contextual Learning Di Kelompok B Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina
Kecamatan Plampang tahun pelajaran 2009-2010

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Minat adalah variabel penting yang berpengaruh terhadap tercapainya
prestasi atau cita-cita yang diharapkan seperti yang dikemukakan Effendi (1995:
89) bahwa belajar dengan minat akan lebih baik dari pada belajar tanpa minat.
Rendahnya minat belajar siswa di TK Negeri Pembina Kecamatan
Plampang Kabupaten Sumbawa terhadap pembelajaran selama ini menandakan
bahwa pembelajaran di TK masih kurang menarik. Hal ini terbukti dari setiap
hasil analisis pada setiap penilaian daya serap siswa di bawah 65% ( tidak
tuntas ).
Berbagai upaya telah dilakukan untuk dapat meningkatkan minat serta
prestasi belajar siswa, antara lain dengan pemberian pelajaran tambahan pada
kelas B, tetapi hasilnya masih belum memuaskan.
Salah satu upaya yang dilakukan pada anak sejak usia dini untuk
meningkatkan mimnat belajar
adalah meningkatkan kreativitas melalui
menggambar, dan mulai usia dini ini anak seyogyanya sudah dikenalkan
menggambar. Dalam pembelajaran di TK kebanyakan guru kurang
memperhatikan hasil belajar anak terhadap pembelajaran yang satu ini. Guru
sering menggunakan menggambar sebagai pembelajaran relaksasi pada anak
tanpa memperhatikan hasil karya anak sehingga didapati hasil karya anak dalam
pembelajaran menggambar terkesan tanpa arahan.
Pada prinsipnya kegiatan menggambar yang dilakukan oleh anak
merupakan kegiatan naluriah, seperti halnya kegiatan makan, minum, berbicara,
dan bercerita kepada orang lain. Kegiatan menggambar bersamaan dengan
kegiatan orang lain seperti memilih dan mengenakan pakaian yang dilakukan oleh
anak. Rasa seni dimulai dengan bagaimana anak bisa menata benda-benda
disekitarnya. Jika hal tersebut tidak dilakukan oleh anak, maka pendidik perlu
segera mendidik dan membimbingnya.

212

Ditjen Dikdasmen, (2006), tentang standar kompetensi kelompok B,


menyebutkan bahwa anak mampu mengekspresikan diri dan berkreasi dengan
berbagai gagasan, imajinasi dan menggunakan berbagai media/bahan menjadi
suatu karya seni. Kemudian dalam hasil belajar anak, diharapkan agar dapat
menggambar sederhana dengan berbagai media seperti arang, kapur, crayon,
pensil warna, pastel dan lain-lain. Untuk saat ini tuntutan dari kurikulum tersebut
belum bisa direalisasikan di TK Negeri Pembina Kecamatan Plampang.
Khusus dalam pembelajaran menggambar di TK Negeri Pembina
Kecamatan Plampang anak masih kurang kreatif dalam menggambar. Hal ini
terlihat dari hasil karya anak dalam menggambar. Coretan yang dihasilkan anak
masih berkesan umum dan menampilkan gambar yang sama setiap pengerjaan
tugas menggambar. Misal: anak hanya menggambar rumah saja, anak
menggambar gunung saja, atau anak menggambar pohon saja. Selain itu ketika
anak diberikan tugas untuk mengambar suasana kelas sering ramai, anak sering
jalan-jalan sendiri dan tidak serius dalam menggambar.
Melihat kondisi yang seperti ini penulis mencoba meningkatkan
kreatifitas anak dalam menggambar melalui pendekatan kontekstual learning.
Kepada anak akan diperlihatkan bentuk asli dalam pembelajaran menggambar.
Pendekatan ini dirasa perlu diterapkan untuk mengganti metode konvensional
dalam pembelajaran menggambar di TK Negeri Pembina Kecamatan Plampang.
Oleh karena itu peneliti perlu melakukan penilitian tindakan kelas dengan judul :
Upaya Meningkatkan Kreativitas Menggambar Melalui Pendekatan
Contextual Learning Di Kelompok B Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina
Kecamatan Plampang tahun pelajaran 2009-2010
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahanpermasalahan yang timbul berkaitan dengan upaya meningkatkan reativitas anak
dapat diidentifikasi berikut ini.
Anak Taman Kanak Kanak Negeri Pembina Kecamatan Plampang
Kabupaten Sumbawa dalam kegiatan pembelajaran masih rendah , disebabkan
oleh dua faktor yaitu faktor guru dan faktor anak. Dari faktor guru, yaitu (1)
Penjelasan materi yang disampaikan guru sulit dipahami oleh anak ; (2) Teknik
mengajar yang digunakan guru dalam pembelajaran kurang menarik dan
membosankan. Faktor dari anak, yaitu (1) Kurangnya minat anak untuk mengikuti
pembelajaran ; (2) Kurangnya pemahaman anak tentang materi pembelajaran
yang disampaikan oleh guru.
Untuk mengatasi masalah pertama yang terdapat pada guru, sebaiknya
metode atau teknik pembelajaran yang selama ini digunakannya diubah. Selain
itu, guru lebih banyak berkomunikasi dengan anak menanyakan hal-hal yang
belum dipahami serta memberikan kesempatan untuk bertanya.
Sedangkan, untuk mengatasi masalah faktor anak yang kurang
berminat mengikuti proses belajar mengajar, guru sebaiknya memberikan arahan

213

dan pengertian kepada anak bahwa pentingnya peningkatan prestasi dalam


pembelajaran dalam kehidupan mereka.
Keberhasilan pembelajaran dipengaruhi oleh Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP)/RKH/SKH yang dibuat oleh guru. Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran yang tidak maksimal dan kurang terprogram dapat mengakibatkan
tujuan pembelajaran tidak tercapai dengan baik. Oleh karena itu, seharusnya guru
memilih metode, teknik, dan media yang sesuai dengan materi pembelajaran,
peran guru bimbingan dan konseling dalam memberikan layanan secara individu
perlu ditingkatkan sehingga anak tidak mengalami kesulitan dalam belajar. Hal
tersebut menuntut guru agar lebih seksama melaksanakan program pengajaran
serta memilih metode yang cocok dan menarik sehingga memperoleh hasil
belajar yang optimal.
C. Rumusan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas, maka masalah dalam penelitian dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana upaya meningkatkan kreativitas menggambar melalui pendekatan
Contextual Learning di kelompok B Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina
Kecamatan Plampang tahun pelajaran 2009-2010 ?
2. Bagaimana efektivitas pendekatan Contextual Learning dalam meningkatkan
kreativitas menggambar di kelompok B Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina
Kecamatan Plampang tahun pelajaran 2009-2010 ?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Peningkatkan kreativitas menggambar melalui pendekatan Contextual
Learning di kelompok B Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Kecamatan
Plampang tahun pelajaran 2009-2010.
2. Efektivitas pendekatan Contextual Learning dalam meningkatkan kreativitas
menggambar di kelompok B Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Kecamatan
Plampang tahun pelajaran 2009-2010.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini ada dua yaitu ; manfaat teoritis dan manfaat
praktis sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi :
a.) Pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang pendidikan
terutama dalam mengembangkan konsep / teori tentang pendekatan
contextual learning bagi anak yang kreativitas belajarnya rendah.
b.) Penelitian yang lebih mendalami lingkup yang lebih luas tentang metode
dalam kaitannya dengan anak yang motivasi dan kreativitasnya rendah.

214

c.) Dapat mengembangkan teori / konsep metode pembelajaran yang sesuai


diberikan pada anak untuk dapat meningkatkan motivasi dan
kreativitasnya.
2. Manfaat Praktis
a.) Diharapkan informasi yang diperoleh dari hasil penelitian ini dapat
dijadikan masukan guna meningkatnya upaya upaya pembinaan
terhadap anak dalam meningkatkan kreativitasnya.
b.) Diharapkan agar informasi yang diperoleh dari hasil penelitian ini dapat
berguna bagi anak, sekolah, guru, dan orang tua anak dalam upaya
membina pelaksanaan pembelajaran bagi anak dalam meningkatkan
kreativitasnya agar dapat mencapai tingkat prestasi yang maksimal dalam
mengikuti pembelajaran di kelas.
c.) Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi untuk
melakukan penelitian lanjutan pada aspek lainnya terutama dalam
melaksanakan pembelajaran di kelas.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Tentang Menggambar di TK
1. Pengertian Kreativitas
Kreativitas adalah proses mental yang melibatkan pemunculan
gagasan atau konsep baru, atau hubungan baru antara gagasan dan konsep
yang sudah ada.(Wikipedia Indonesia, 2009). Kreativitas adalah proses
timbulnya ide baru, sedangkan inovasi adalah pengimplementasian ide itu
sehingga dapat merubah dunia (Tanadi Santoso, 2009).
Dalam melakukan sesuatu seperti menggambar dibutuhkan
kreativitas karena kreativitas mampu membelah batasan dan asumsi dan
membuat koneksi pada hal lama yang tidak berhubungan menjadi sesuatu
yang baru. Menggambar tidak hanya sekedar kegiatan membuat sebuah
gambar namun lebih dari itu yaitu sebuah kegiatan yang menyenangkan bagi
anak-anak. Kegiatan untuk menyalurkan ide dan gagasan kedalam kertas
gambar.
2. Pengertian Menggambar
Menggambar adalah membuat gambar. Kegiatan ini dilakukan
dengan cara mencoret, menggores, menorehkan benda tajam ke benda lain
dan memberi warna, sehingga menimbulkan gambar (Hajar Pamadhi dan
Evan Sukardi S, 2008).
Menggambar adalah kegiatan-kegiatan membentuk imajinasi, dengan
menggunakan banyak pilihan tehnik dan alat. Bisa pula menggambar berarti

215

membuat tanda-tanda tertentu di atas permukaan dengan mengolah goresan


dari alat gambar (Wikipedia Indonesia, 2009).
Kegiatan menggambar dilakukan dengan kesadaran penuh berupa
maksud dan tujuan tertentu maupun sekedar membuat gambar tanpa arti.
Kegiatan ini dimulai dari menggerakkan tangan untuk mewujudkan sesuatu
bentuk gambar secara tidak segaja, sampai dengan menggambar untuk
maksud tertentu. Anak-anak akan merasa senang setelah menggambar karena
hal itu menjadi suatu cara berkomunikasi kepada orang lain. Apalagi, ketika
gambar anak tersebut ditanggapi oleh orang tua dengan pertanyaan tentang
makna dan arti bentuk gambar yang dihasilkan.
B. Pendekatan Contextual Learning
Bagi anak normal ketika melihat suatu gambar maka terjadi proses
berpikir, dimana cita-cita dan angan-angannya akan tumbuh terus. Pada saat ini
gambar berfungsi sebagai stimulasi munculnya ide, pikiran maupun gagasan baru.
Gagasan ini selanjutnya mendorong anak untuk berbuat, mengikuti pola berpikir
seperti gambar atau justru muncul ide baru dan menggugah rasa. Proses ini
kadangkala tidak disadari oleh orang tua, sehingga kritikan atau evaluasi
diberikan kepada anak seolah-olah diberikan kepada orang dewasa.
Sampai saat ini, pendidikan di Indonesia masih didominasi oleh kelas
yang berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, sehingga ceramah
akan menjadi pilihan utama dalam menentukan strategi belajar. Sehingga sering
mengabaikan pengetahuan awal anak. Untuk itu diperlukan suatu pendekatan
belajar yang memberdayakan anak didik. Salah satu pendekatan yang
memberdayakan anak didik adalah pendekatan kontektual learning.
Contextual learning dikembangkan oleh The Washington State
Concortium for Contextual Teaching And Learning yang melibatkan 11 perguruan
tinggi, 20 sekolah, dan lembaga-lembaga yang bergerak dalam dunia pendidikan
di Amerika Serikat. Salah satu kegiatannya adalah melatih dan memberi
kesempatan kepada guru-guru dari enam propinsi di Indonesia untuk belajar
pendekatan kontekstual di Amerika Serikat melalui Direktorat SLTP Depdiknas.
Pendekatan contextual learning merupakan konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya degan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota
keluarga dan masyarakat (US Departement of Education) (dikutip Depdiknas,
2006).
Dalam konteks ini anak perlu mengerti apa makna belajar, manfaatnya,
dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya. Dengan ini anak akan
menyadari bahwa apa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti.
Sehingga akan membuat mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang
memerlukan suatu bekal yang bermanfaat untuk hidupnya nanti dan anak akan
berusaha untuk menanggapinya.

216

Tugas guru dalam pembelajaran contextual adalah membantu anak dalam


mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih berurusan dengan strategi daripada
memberi informasi. Guru hanya mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja
sama untuk menemukan suatu yang baru bagi anak. Proses belajar mengajar lebih
diwarnai student centered daripada teacher centered.
Menurut Depdiknas guru harus melaksanakan beberapa hal sebagai berikut :
1. Mengkaji konsep atau teori yang akan dipelajari oleh anak.
2. Memahami latar belakang dan pengalaman hidup anak melalui proses
pengkajian secara seksama.
3. Mempelajari lingkungan sekolah dan tempat tinggal anak yang selanjutnya
memilih dan mengiyakan dengan konsep atau teori yang akan dibahas dalam
pembelajaran kontekstual.
4. Merancang pengajaran dengan mengkaitkan konsep atau teori yang dipelajari
dengan mempertimbangkan pengalaman yang dimiliki anak dan lingkungan
hidup mereka.
5. Melaksanakan penilaian terhadap pemahaman anak, dimana hasilnya nanti
dijadikan bahan refleksi terhadap rencana pembelajaran dan pelaksanaannya.
Depdiknas, (2006), dalam pengajaran contextual memungkinkan
terjadinya lima bentuk belajar yang penting, yaitu mengaitkan (relating),
mengalami (experiencing), menerapkan (applying), kerjasama (coorperating) dan
mentransfer (transfering).
1. Mengaitkan (relating) adalah strategi yang paling hebat dan merupakan inti
konstruktivisme. Guru menggunakan strategi ini ketika ia mengkaitkan
konsep baru dengan sesuatu yang sudah dikenal anak. Jadi dengan demikian
mengkaitkan apa yang sudah diketahui anak dengan informasi baru.
2. Mengalami (experiencing) merupakan inti belajar kontekstual dimana
mengaitkan berarti menghubungkan informasi baru dengan pengalaman
maupun mengetahui sebelumnya. Belajar dapat terjadi lebih cepat ketika anak
dapat memanipulasi peralatan dan bahan serta melakukan bentuk-betuk
penelitian yang aktif.
3. Menerapkan (applying), anak menerapkan suatu konsep ketika ia melakukan
kegiatan pemecahan masalah. Guru dapat memotivasi anak dengan
memberikan latihan yang realistik dan relevan.
4. Kerjasama (coorperating), anak yang bekerja secara individu sering tidak
membantu kemajuan yang signifikan. Sebaliknya anak yang bekerja secara
kelompok sering dapat mengatasi masalah yang komplek dengan sedikit
bantuan. Pengalaman kerjasama tidak hanya membantu anak mempelajari
bahan ajar tetapi konsisten dengan dunia nyata.
5. Mentransfer (transfering), peran guru membuat bermacam-macam
pengalaman belajar dengan fokus pada pemahaman bukan hapalan.
Menurut Blanchard (dikutip Depdiknas, 2006) ciri-ciri kontekstual adalah :
1. Menekankan pada pentingnya pemecahan masalah.

217

2. Kegiatan belajar dilakukan dalam berbagai konteks.


3. Kegiatan belajar dipantau dan diarahkan agar anak dapat belajar mandiri.
4. Mendorong anak untuk belajar dengan temannya dalam kelompok atau secara
mandiri
5. Pelajaran menekankan pada konteks kehidupan anak yang berbeda-beda
6. Menggunakan penilaian otentik.
Menurut Rachmadiarti (2002), suatu proses kegiatan belajar mengajar
dapat dikatakan berorientasi pada kontekstual learning apabila mempunyai tujuh
pilar yaitu :
1. Inkuiri (inquiry)
2. Bertanya (questioning)
3. Kontruktivisme (contruktivism)
4. Masyarakat belajar (learning community)
5. Penilaian autentik (autentic assesment)
6. Refleksi (reflection)
7. Permodelan (modelling)
Menurut Depdiknas untuk penerapannya, pendekatan contextual memiliki
tujuh komponen utama yaitu: konstruktivisme (contruktivism), menemukan
(inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community),
permodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian yang sebenarnya
(authentic assesment). Adapun tujuh komponen tersebut sebagai berikut :
1. Konstruktivisme (constructivism)
Kontruktivisme merupakan landasan berpikir contextual learning
and teaching (CTL), yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar
menghafal, mengingat pengetahuan tetapi merupakan suatu proses belajar
mengajar dimana siswa sendiri aktif secara mental membangun
pengetahuannya, yang dilandasi oleh struktur pengetahuan yang dimiliki.
2. Menemukan (inquiry)
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran
berbasis konstektual karena pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh
anak diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil
dari menemukan sendiri. Kegiatan menemukan (inquiry) merupakan sebuah
siklus yang terdiri dari observasi (observation), bertanya (questioning),
mengajukan dugaan (hiphotesis), pengumpulan data (data gathering),
penyimpulan (conclusion).
3. Bertanya (questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu dimulai dari bertanya.
Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran berbasis contextual.
Kegiatan bertanya berguna untuk menggali informasi, menggali pemahaman
anak, membangkitkan respon kepada anak, mengetahui sejauh mana
keingintahuan anak, mengetahui hal-hal yang sudah diketahui anak,
memfokuskan perhatian pada sesuatu yang dikehendaki guru, membangkitkan

218

4.

5.

6.

7.

lebih banyak lagi pertanyaan dari anak untuk menyegarkan kembali


pengetahuan anak.
Masyarakat Belajar (learning community)
Konsep masyarakat belajar menyarankan hasil pembelajaran
diperoleh dari hasil kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari
sharing antar teman, antar kelompok, dan antar yang tahu ke yang belum
tahu. Masyarakat belajar terjadi apabila ada komunikasi dua arah, dua
kelompok atau lebih yag terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling
belajar.
Permodelan (modelling)
Permodelan pada dasarnya membahasakan yang dipikirkan,
mendemonstrasi bagaimana guru menginginkan anak didiknya untuk belajar
dan melakukan apa yang guru inginkan agar anak didiknya melakukan. Dalam
pembelajaran kontekstual guru bukan satu-satunya model. Model dapat
dirancang dengan melibatkan anak dan juga mendatangkan dari luar.
Refleksi (reflection)
Refleksi merupakan cara berpikir atau respon tentang apa yang baru
dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa yang sudah dilakukan dimasa
lalu. Realisasinya dalam pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar
anak didik melakukan refleksi yang berupa pernyataan langsung tentang apa
yang diperoleh hari itu.
Penilaian yang sebenarnya (autentic assesment)
Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa
memberi gambaran mengenai perkembangan belajar anak. Dalam
pembelajaran berbasis kontekstual, gambaran perkembangan belajar anak
didik perlu diketahui guru agar bisa memastikan bahwa anak mengalami
pembelajaran yang benar. Fokus penilaian adalah pada penyelesaian tugas
yang relevan dan kontekstual serta penilaian dilakukan terhadap proses
maupun hasil.

C. Hipotesis Tindakan
Dari uraian tersebut di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Kreativitas anak menggambar dapat ditingkatkan melalui pendekatan
Contextual Learning di kelompok B Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina
Kecamatan Plampang tahun pelajaran 2009-2010.
2. Pendekatan Contextual Learning efektif dalam meningkatkan kreativitas
menggambar di kelompok B Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina
Kecamatan Plampang tahun pelajaran 2009-2010.

BAB III
METODE PENELITIAN

219

A. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah anak TK Negeri Pembina Kecamatan
Plampang kelompok B.
Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan bahwa kreativitas anak
dalam menggambar masih sangat rendah. Anak merasa kesulitan dalam belajar
sehingga anak kurang respon terhadap pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, yang dilakukan secara
bertahap-tahap sampai mendapatkan hasil yang diinginkan.
Jumlah anak TK kelas B dapat disajikan dalam tabel berikut :
TABEL 3.1
JUMLAH ANAK TK NEGERI PEMBINA KELAS B
KECAMATAN PLAMPANG TAHUN PELAJARAN 2009-2010
No

Nama

L/P

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26

Abiel Mailani
Abin Zhatia Arlangga
Afriani
A Mina Hr
Algia Januarista
Dwiki Imam Syaputra
Dwi Anjani
Fadlan Wahid Sabila
Ferdy Ekaputra Sulvidianto
Fatmawati
Fariz Muhammad
Feby Rahmayani
Gentar Januarsa
Hamdani
Hatimah
Mirtha Laura
M. Imam Anugrah
Jibran Rafsanjani
Jumrotullah
Khofipah Wulan P
M. Aska Najhan
Muadly Algurani
Nurmala
Nanda Ade Saputra
Riska Januarsa
Ramadani

P
L
P
P
L
L
P
P
L
P
L
P
L
L
P
P
L
P
P
P
L
L
P
P
P
L

220

Keterangan

27
28
29
30
31
32
33
34
35

Rifsa Ananda Kenny R


P
Rifdatul Ulya
P
Rintan Septi Septia
P
Sherly Echa Tryana
P
Sahwa Dwipani
P
Rosa Fitri Jayanti
P
Tsabita Arni Safitri
P
Wendy Cahya Kurniawan
L
Zahwa Anritya
P
Total
35
Sumber data : TK Negeri Pembina Kec.Plampang tahun 2009-2010
B. Setting Penelitian
1. PTK dilakukan pada Taman Kanak Kanak Negeri Pembina Kecamatan
Plampang Kabupaten Sumbawa Tahun Pelajaran 2009 - 2010.
2. Taman Kanak Kanak Negeri Pembina Kec.Plampang dari 2 kelas dan
diajarkan oleh 4 orang guru
3. PTK dilakukan pada anak kelompok B dengan jumlah 35 orang.
C. Rancangan Penelitian
1. Tindakan dilaksanakan dalam 3 siklus
2. Kegiatan dilaksanakan dalam semester Ganjil tahun pelajaran 2009-2010.
3. Lama penelitian 3 pekan efektif dilaksanakan mulai tanggal 21 Juli sampai
dengan 29 Agustus 2009.
Dalam pelaksanaan tindakan,rancangan dilakukan dalam 3 siklus yang
meliputi ; (a) perencanaan, (2) tindakan, (3) pengamatan, (4) refleksi.
Rancangan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) menurut Kemmis dan
Mc.Taggar ( Depdiknas, 2000 ) adalah seperti gambar berikut :
Plan
Reflective
Action / Observation
Siklus I
Recived Plan
Reflective
Action / Obesrvation
Siklus II

221

Recived Plan
Reflective
Action / Observation
Siklus III
Recived Plan
Gambar 3.1. Alur Penelitian Tindakan Kelas
1. Rencana ( Plan ) : adalah rencana tindakan apa yang akan dilakukan untuk
memperbaiki, meningkatkan atau perubahan perilaku dan sikap sebagai solusi.
2. Tindakan ( Action ) : adalah apa yang dilakukan oleh peneliti / guru sebagai
upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang diinginkan.
3. Observasi ( Observation ) : adalah mengamati atas hasil atau dampak dari
tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap kepala sekolah.
4. Refleksi ( reflection ) : adalah peneliti mengkaji, melihat, dan
mempertimbangkan atas hasil atau dampak dari tindakan dari pelbagai
keriteria.
5. Revisi ( recived plan ) : adalah berdasarkan dari hasil refleksi ini,peneliti
melakukan revisi terhadap rencana awal.
D. Variabel Penelitian
Dalam penelitian tindakan kelas ini variabel yang diteliti adalah
peningkatan ketrampilan menggambar anak melalui Pendekatan Contextual
Learning pada anak kelas B Taman Kanak Kanak Negeri Pembina Kecamatan
Plampang Tahun Pelajaran 2009-2010.
Variabel tersebut dapat dituliskan kembali sebagai berikut :
Variabel Harapan : Peningkatan ketrampilan menggambar anak
Variabel Tindakan :

Pembelajaran
Learning.

melalui

Pendekatan

Contextual

Adapun indikator yang diteliti dalam variabel harapan terdiri dari :


1. Kemampuan Anak di Taman Kanak Kanak Negeri Pembina Kecamatan
Plampang dalam ketrampilan menggambar.
2. Kemampuan anak dalam meningkatkan ketrampilan menggambar.
3. Kemampuan anak dan guru menguasai pembelajaran melalui Pendekatan
Contextual Learning.
4. Keefektifan Pendekatan Contextual Learning dalam meningkatkan
ketrampilan menggambar anak.

222

Sedangkan variabel tindakan memiliki indikator sebagai berikut :


1. Tingkat kualitas perencanaan
2. Kualitas perangkat observasi
3. Kualitas operasional tindakan
4. Kesesuaian perencanaan dengan tindakan kelas
5. Kesesuaian teknik yang digunakan dalam meningkatkan prestasi belajar anak
6. Tingkat efektifitas pelaksanaan pembelajaran melalui Pendekatan Contextual
Learning.
7. Kemampuan anak dan guru menerapkan Pendekatan Contextual Learning.
E. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
1. Sumber Data :
Sumber data dalam penelitian ini berasal dari dua sumber yaitu :
1
Anak
:
Diperoleh data tentang peningkatan ketrampilan
menggambar anak.
2
Guru
:
Diperoleh data tentang efektivitas penerapan
Pendekatan Contextual Learning.
2. Teknik Pengumpulan Data :
Dalam pengumpulan data teknik yang digunakan adalah
menggunakan observasi dan tes .
Observasi digunakan untuk menjaring data berupa situasi, motivasi,
aktifitas, kretifitas dan lain-lain yang ditunjukkan dalam proses pembelajaran.
F. Indikator Keberhasilan
Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam tiga siklus dianggap
sudah berhasil apabila terjadi peningkatan ketrampilan menggambar anak yaitu 85
% anak ( kelas yang diteliti ) telah mencapai ketuntasan dengan Penerapan
pendekatan Contextual Learning. Jika dalam penerapan Pendekatan Contextual
Learning tersebut dapat dicapai pada tahap siklus 1 dan 2, maka siklus
selanjutnya tidak akan dilaksanakan karena tindakan kelas yang dilakukan sudah
dinilai efektif sesuai dengan harapan dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (
KTSP ).
G. Teknik Analisis Data
Dalam analisis data teknik yang digunakan adalah ;
1. Kuantitatif
Analisis ini digunakan untuk menghitung besarnya peningkatan
kreativitas menggambar anak dengan menerapkan Pendekatan Contextual
Learning di Taman Kanak Kanak Negeri Pembina Kecamatan Plampang
dengan menggunakan prosentase ( % ).
2. Kualitatif

223

Teknik analisis ini digunakan untuk memberikan gambaran hasil


penelitian secara ; reduksi data, sajian deskriptif, dan penarikan simpulan.
Mengenai data berupa kemampuan membaca anak pada setiap siklus.
Rumus statistik yang digunakan adalah :
Nilai rata = FX
N
H. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Tabel 3.2 :
JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

224

A. Paparan Data dan Temuan Penelitian


1. Perencanaan Tindakan
Penelitian ini menggunakan pembelajaran dengan Pendekatan
Contextual Learning.
Tujuan yang diharapkan pada pertemuan pertama dalam
pembelajaran di TK Negeri Pembina Kecamatan Plampang adalah
meningkatkan ketrampilan menggambar anak.
Agar tercapai tujuan di atas, peneliti yang bertindak sebagai guru
melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
a) Menyusun instrumen pembelajaran
b) Menyusun Instrumen Monitoring
c) Sosialisasi kepada anak
d) Melaksanakan tindakan dalam pembelajaran
e) Melakukan refleksi
f) Menyusun strategi pembelajaran pada siklus ke dua berdasar refleksi
siklus pertama
g) Melaksanakan pembelajaran pada siklus kedua
h) Melakukan Observasi
i) Melakukan refleksi pada siklus kedua
j) Menyusun strategi pembelajaran pada siklus ketiga berdasar refleksi siklus
kedua
k) Melaksanakan pembelajaran pada siklus ketiga
l) Melakukan Observasi
m) Melakukan refleksi pada siklus ketiga
n) Menyusun laporan
2. Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan
Pelaksanaan tindakan dalam penelitian dilakukan 3 siklus yang
terdiri dari enam kali pertemuan.
Waktu yang digunakan setiap kali pertemuan adalah 2 x 35 menit.
Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 21 s.d 28 Juli 2009 dan
pertemuan kedua pada tanggal 04 s.d 11 Agustus 2009, dan pertemuan ke tiga
22 s.d 29 Agustus 2009. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan sesuai dengan
prosedur rencana pembelajaran dan skenario pembelajaran.

SIKLUS 1
a) Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran
yang terdiri dari rencana pelajaran 1, LKS 1, soal tes formatif 1 dan alat-

225

alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar


observasi pengolaan pembelajaran.
b) Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I
dilaksanakan pada tanggal 21 s.d 28 Juli 2009 di Taman Kanak Kanak
Negeri Pembina Kecamatan Plampang,Tahun pelajaran 2009-2010.
dengan jumlah anak 35 orang. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai
guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran
yang telah dipersiapkan.
Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan
pelaksaaan belajar mengajar. Pada akhir proses belajar mengajar anak
diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan
anak dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data
hasil penelitian pada siklus I. adalah seperti pada tabel berikut :
Tabel 4.1 :
Tabel Distribusi Nilai tes Peningkatan Ketrampilan menggambar
Anak dengan pendekatan Contextual Learning Pada Siklus I
Keterangan
L/P
No
NAMA ANAK
Skor
Tidak
Tuntas
Tuntas
1
Abiel Mailani
P
65

2
Abin Zhatia Arlangga
L
50

3
Afriani
P
50

4
A Mina Hr
P
65

5
Algia Januarista
L
65

6
Dwiki Imam Syaputra
L
45

7
Dwi Anjani
P
45

8
Fadlan Wahid Sabila
P
60

9
Ferdy Ekaputra Sulvidianto
L
60

10 Fatmawati
P
60

11 Fariz Muhammad
L
70

12 Feby Rahmayani
P
45

13 Gentar Januarsa
L
45

14 Hamdani
L
45

15 Hatimah
P
50

16 Mirtha Laura
P
50

17 M. Imam Anugrah
L
50

18 Jibran Rafsanjani
P
65

19 Jumrotullah
P
65

20 Khofipah Wulan P
P
65

21 M. Aska Najhan
L
55

226

22 Muadly Algurani
23 Nurmala
24 Nanda Ade Saputra
25 Riska Januarsa
26 Ramadani
27 Rifsa Ananda Kenny R
28 Rifdatul Ulya
29 Rintan Septi Septia
30 Sherly Echa Tryana
31 Sahwa Dwipani
32 Rosa Fitri Jayanti
33 Tsabita Arni Safitri
34 Wendy Cahya Kurniawan
35 Zahwa Anritya
Jumlah Total
Skor Maksimum Individu
Skor Maksimum Kelas

L
P
P
P
L
P
P
P
P
P
P
P
L
P
35
orang
-

55
55
55
50
50
65
65
65
65
55
55
55
55
55
1975
100
3500

Ketrangan :
Jumlah anak yang tuntas
: 11 Orang
Jumlah anak yang belum tuntas : 24 Orang
Klasikal
: belum tuntas.
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan
pendekatan Contextual Learning diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar
anak adalah 56,29 %. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus
pertama secara klasikal anak belum tuntas belajar, karena anak yang
memperoleh nilai 65 hanya sebesar 31,43% atau ada 11 anak dari 35
anak yang tuntas belajar, hasil ini tentu lebih kecil dari persentase
ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85 %. Hal ini disebabkan
karena anak masih merasa baru dan belum mengerti apa yang
dimaksudkan dan digunakan guru dengan menerapkan pendekatan
Contextual Learning.
c) Refleksi
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh
informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut:
(1) Guru kurang baik dalam memotivasi anak dan dalam menyampaikan
tujuan pembelajaran
(2) Guru kurang baik dalam pengelolaan waktu
(3) Anak kurang begitu antusias selama pembelajaran berlangsung.

227

d) Revisi Rancangan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih
terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan pada
siklus berikutnya.
(1) Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi anak dan lebih jelas
dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. Di mana anak diajak untuk
terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan.
(2) Guru perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan menambahkan
informasi-informasi yang dirasa perlu dan memberi catatan
(3) Guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi anak
sehingga anak bisa lebih antusias.
SIKLUS II
a) Tahap perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran
yang terdiri dari rencana pelajaran 2, soal tes formatif II dan alat-alat
pengajaran yang mendukung.
b) Tahap kegiatan dan pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II
dilaksanakan pada tanggal 04 s.d 11 Agustus 2009 di Taman Kanak
Kanak Negeri Pembina Kecamatan Plampang tahun pelajaran 20092010. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses
belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan
revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I
tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan
bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar anak diberi tes formatif II
dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan anak dalam proses
belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah
tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai
berikut;
Tabel 4. 2 :
Tabel Distribusi Nilai tes Peningkatan Ketrampilan Menggambar
Anak dengan pendekatan Contextual Learning Pada Siklus II
Keterangan
L/P
No
NAMA ANAK
Skor
Tidak
Tuntas
Tuntas
1
Abiel Mailani
P
75

2
Abin Zhatia Arlangga
L
60

3
Afriani
P
60

228

4
A Mina Hr
5
Algia Januarista
6
Dwiki Imam Syaputra
7
Dwi Anjani
8
Fadlan Wahid Sabila
9
Ferdy Ekaputra Sulvidianto
10 Fatmawati
11 Fariz Muhammad
12 Feby Rahmayani
13 Gentar Januarsa
14 Hamdani
15 Hatimah
16 Mirtha Laura
17 M. Imam Anugrah
18 Jibran Rafsanjani
19 Jumrotullah
20 Khofipah Wulan P
21 M. Aska Najhan
22 Muadly Algurani
23 Nurmala
24 Nanda Ade Saputra
25 Riska Januarsa
26 Ramadani
27 Rifsa Ananda Kenny R
28 Rifdatul Ulya
29 Rintan Septi Septia
30 Sherly Echa Tryana
31 Sahwa Dwipani
32 Rosa Fitri Jayanti
33 Tsabita Arni Safitri
34 Wendy Cahya Kurniawan
35 Zahwa Anritya
Jumlah Total
Skor Maksimum Individu
Skor Maksimum Kelas

P
L
L
P
P
L
P
L
P
L
L
P
P
L
P
P
P
L
L
P
P
P
L
P
P
P
P
P
P
P
L
P
35
orang
-

75
75
55
55
70
70
70
80
55
55
55
60
60
60
75
75
75
65
65
65
65
60
60
75
75
75
75
65
65
65
65
65
2320

100
3500

Keterangan :
Jumlah anak yang tuntas
: 23 Orang
Jumlah anak yang belum tuntas : 12 Orang
Klasikal
: belum tuntas.

229

Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata peningkatan


ketrampilan menggambar anak adalah 66,29 % dan ketuntasan belajar
mencapai 65,71 % atau ada 23 anak dari 35 anak sudah tuntas belajar.
Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar secara
klasikal telah mengalami peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I.
Adanya peningkatan hasil belajar anak ini karena setelah guru
menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan tes
sehingga pada pertemuan berikutnya anak lebih termotivasi untuk belajar.
Selain itu anak juga sudah mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan
dinginkan guru dengan menerapkan pembelajaran dengan pendekatan
Contextual Learning .
c) Refleksi
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar diperoleh informasi dari
hasil pengamatan sebagai berikut:
1) Memotivasi anak
2) Membimbing anak merumuskan kesimpulan/menemukan konsep
3) Pengelolaan waktu
d) Revisi Pelaksanaaan
Pelaksanaan kegiatan belajar pada siklus II ini masih terdapat
kekurangan-kekurangan. Maka perlu adanya revisi untuk dilaksanakan
pada siklus III antara lain:
(1) Guru dalam memotivasi anak hendaknya dapat membuat anak lebih
termotivasi selama proses belajar mengajar berlangsung.
(2) Guru harus lebih dekat dengan anak sehingga tidak ada perasaan takut
dalam diri anak baik untuk mengemukakan pendapat atau bertanya.
(3) Guru harus lebih sabar dalam membimbing anak merumuskan
kesimpulan/menemukan konsep.
(4) Guru harus mendistribusikan waktu secara baik sehingga kegiatan
pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
(5) Guru sebaiknya menambah lebih banyak contoh alat permainan dan
memberi soal-soal latihan pada anak untuk dikerjakan pada setiap
kegiatan belajar mengajar.
SIKLUS III
a) Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran
yang terdiri dari rencana pelajaran 3, soal tes formatif 3 dan alat-alat
pengajaran yang mendukung.
b) Tahap kegiatan dan pengamatan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III
dilaksanakan pada tanggal 26 s.d 29 Agustus 2009 di Taman KanakKanak Negeri Pembina Kecamatan Plampang tahun pelajaran 2009-2010

230

dengan jumlah anak 35 anak. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai
guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran
dengan memperhatikan revisi pada siklus II, sehingga kesalahan atau
kekurangan pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus III. Pengamatan
(observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar
mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar anak diberi tes formatif III
dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan anak dalam proses
belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah
tes formatif III. Adapun data hasil penelitian pada siklus III adalah
sebagai berikut
Tabel 4.3 :
Tabel Distribusi Nilai tes Peningkatan Ketrampilan Menggambar
Anak dengan Pendekatan Contextual Learning Pada Siklus III
Keterangan
L/P
No
NAMA ANAK
Skor
Tidak
Tuntas
Tuntas
1
Abiel Mailani
P
85

2
Abin Zhatia Arlangga
L
70

3
Afriani
P
70

4
A Mina Hr
P
85

5
Algia Januarista
L
85

6
Dwiki Imam Syaputra
L
60

7
Dwi Anjani
P
65

8
Fadlan Wahid Sabila
P
80

9
Ferdy Ekaputra Sulvidianto
L
80

10 Fatmawati
P
80

11 Fariz Muhammad
L
85

12 Feby Rahmayani
P
65

13 Gentar Januarsa
L
65

14 Hamdani
L
65

15 Hatimah
P
70

16 Mirtha Laura
P
70

17 M. Imam Anugrah
L
70

18 Jibran Rafsanjani
P
85

19 Jumrotullah
P
85

20 Khofipah Wulan P
P
85

21 M. Aska Najhan
L
75

22 Muadly Algurani
L
75

23 Nurmala
P
75

231

24 Nanda Ade Saputra


25 Riska Januarsa
26 Ramadani
27 Rifsa Ananda Kenny R
28 Rifdatul Ulya
29 Rintan Septi Septia
30 Sherly Echa Tryana
31 Sahwa Dwipani
32 Rosa Fitri Jayanti
33 Tsabita Arni Safitri
34 Wendy Cahya Kurniawan
35 Zahwa Anritya
Jumlah Total
Skor Maksimum Individu
Skor Maksimum Kelas

P
P
L
P
P
P
P
P
P
P
L
P
35
orang
-

75
70
70
85
85
85
85
75
75
75
75
75
2780

100
3500

Keterangan :
Jumlah anak yang tuntas
: 34 Orang
Jumlah anak yang belum tuntas : 1 Orang
Klasikal
: sudah tuntas.
Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai rata-rata tes formatif
sebesar 79,43 % dan dari 35 anak yang telah tuntas sebanyak 34 anak, 1
orang anak belum mencapai ketuntasan belajar. Tetapi secara klasikal
ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 97,14% (termasuk kategori
tuntas ). Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik dari
siklus II. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus III ini dipengaruhi
oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan
pembelajaran melalui Pendekatan Contextual Learning, sehingga anak
menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti ini sehingga anak
lebih mudah dalam memahami materi yang telah diberikan. Di samping
itu ketuntasan ini juga dipengaruhi oleh kerja sama dari anak yang telah
menguasai materi pelajaran untuk mengajari temannya yang belum
menguasai.
c) Refleksi
Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik
maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan
penerapan pembelajaran dengan Pendekatan Contextual Learning. Dari
data-data yang telah diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut:
(1) Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua
pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum

232

sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing


aspek cukup besar.
(2) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa anak aktif selama
proses belajar berlangsung.
(3) Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami
perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.
(4) Hasil belajar anak pada siklus III mencapai ketuntasan.
d) Revisi Pelaksanaan
Pada siklus III guru telah menerapkan pembelajaran dengan
Pendekatan Contextual Learning dilaksanakan dengan baik dan dilihat
dari aktivitas anak serta hasil belajar anak pelaksanaan proses belajar
mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu
banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah
memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan
agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan
pembelajaran dengan Pendekatan Contextual Learning dapat
meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran
dapat tercapai.
B. Analisis Hasil Kegiatan
Setelah dilakukan tindakan pada siklus 1, siklus 2 dan siklus 3
menunjukkan hasil sebagai berikut.;
Tabel : 4.4 :
Analisis Hasil Tes Tentang Peningkatan Ketrampilan Menggambar Anak
Melalui Pendekatan Contextual Learning Sebelum dan Sesudah diberi
Tindakan
No

Responden

Skor sebelum
Tindakan
Siklus 1

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Abiel Mailani
Abin Zhatia Arlangga
Afriani
A Mina Hr
Algia Januarista
Dwiki Imam Syaputra
Dwi Anjani
Fadlan Wahid Sabila
Ferdy Ekaputra Sulvidianto
Fatmawati
Fariz Muhammad
Feby Rahmayani
Gentar Januarsa

65
50
50
65
65
45
45
60
60
60
70
45
45

233

Skor setelah
Tindakan 1
Siklus 2

Skor setelah
Tindakan 2
Siklus 3

75
60
60
75
75
55
55
70
70
70
80
55
55

85
70
70
85
85
60
65
80
80
80
85
65
65

14 Hamdani
15 Hatimah
16 Mirtha Laura
17 M. Imam Anugrah
18 Jibran Rafsanjani
19 Jumrotullah
20 Khofipah Wulan P
21 M. Aska Najhan
22 Muadly Algurani
23 Nurmala
24 Nanda Ade Saputra
25 Riska Januarsa
26 Ramadani
27 Rifsa Ananda Kenny R
28 Rifdatul Ulya
29 Rintan Septi Septia
30 Sherly Echa Tryana
31 Sahwa Dwipani
32 Rosa Fitri Jayanti
33 Tsabita Arni Safitri
34 Wendy Cahya Kurniawan
35 Zahwa Anritya
Jumlah Total
Skor Maksimum Individu
Skor Maksimum Kelas

45
50
50
50
65
65
65
55
55
55
55
50
50
65
65
65
65
55
55
55
55
55
1970
100
3500

55
60
60
60
75
75
75
65
65
65
65
60
60
75
75
75
75
65
65
65
65
65
2320
100
3500

65
70
70
70
85
85
85
75
75
75
75
70
70
85
85
85
85
75
75
75
75
75
2780
100
3500

Analisis Data Deskriptif Kuantitatif


1. Pencapaian Prestasi pembelajaran sebelum diberi tindakan
= 1970 x 100% = 56,29 %
3500
2. Pencapaian peningkatan ketrampilan menggambar anak setelah diberi
tindakan melalui pendekatan Contextual Learning
= 2320 x 100% = 66,29 %
3500
3. Pencapaian peningkatan ketrampilan menggambar anak setelah diberi
tindakan melalui pendekatan Contextual Learning
= 2780x 100% = 79,43 %.
3500
Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa
1.
Terjadi peningkatan prestasi setelah diberi tindakan yaitu 56,29 %
menjadi 66,29 % ada kenaikan sebesar = 10%

234

2.
3.
4.

Dari sebelum tindakan ( siklus 1 ) dan setelah tindakan sampai dengan


( siklus 3 ) 56,29 % menjadi 66,29 %, dan dari ( siklus 2 ) ke ( siklus
3 ) juga ada peningkatan sebanyak 79,43 % - 66,29 % = 13,14 %.
Rata rata anak sebelum diberi tindakan naik 31,43% menjadi 97,14
%.
Dari tindakan siklus 2 dan setelah tindakan( siklus 3 ) 66,29 % menjadi
79,43 % berarti ada peningkatan prestasi sebanyak 79,43 % - 66,29 % =
13,14 %.

Refleksi dan Temuan


Berdasarkan pelaksanaan tindakan maka hasil observasi nilai, hasil
dapat dikatakan sebagai berikut :
1. Pertemuan pertama kegiatan belajar-mengajar dengan menerapkan endekatan
Contextual Learning belum berhasil karena dalam pembelajaran masih terlihat
anak yang bermain, bercerita, dan mengganggu anak lain;
2. Model Pembelajaran melalui pendekatan Contextual Learning, dalam hal
peningkatan ketrampilan menggambar anak belum tampak, sehingga hasil
yang dicapai tidak tuntas.
3. Mungkin karena proses belajar mengajar yang dilakukan dengan pendekatan
Contextual Learning yang baru mereka laksanakan sehingga anak merasa
kaku dalam menerapkannya.
4. Akan tetapi setelah dijelaskan, mereka bisa mengerti dan buktinya pada
pertemuan kedua dan ketiga proses kegiatan belajar - mengajar berjalan baik,
semua anak aktif dan lebih-lebih setelah ada rubrik penilaian proses, seluruh
anak langsung aktif belajar.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
1.
Ketuntasan Hasil belajar Anak
Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan
pendekatan Contextual Learning memiliki dampak positif dalam
meningkatkan prestasi belajar anak, hal ini dapat dilihat dari semakin
mantapnya pemahaman anak terhadap materi yang disampaikan guru
(ketuntasan belajar meningkat dari siklus I, II, dan III ) yaitu masing-masing
56,29 % ; 66,29 % ; 79,43 % Pada siklus III ketuntasan belajar anak secara
klasikal telah tercapai.
2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas anak dalam proses
pembelajaran dengan model pembelajaran melalui pendekatan Contextual
Learning dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak
positif terhadap prestasi belajar anak yaitu dapat ditunjukkan dengan
meningkatnya nilai rata-rata anak pada setiap siklus yang terus mengalami
peningkatan.
3. Aktivitas Guru dan Anak Dalam Pembelajaran

235

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas anak dalam proses


pembelajaran di taman kanak-kanak dengan menerapkan model pembelajaran
melalui pendekatan Contextual Learning yang paling dominan adalah bekerja
dengan menggunakan alat/media, mendengarkan/memperhatikan penjelasan
guru, dan diskusi antar anak/antara anak dengan guru. Jadi dapat dikatakan
bahwa aktivitas anak dapat dikategorikan aktif.
Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah
melaksanakan langkah-langkah metode pembelajaran melalui pendekatan
Contextual Learning dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang
muncul di antaranya aktivitas membimbing dan mengamati anak dalam
mengerjakan kegiatan pembelajaran, menjelaskan, memberi umpan
balik/evaluasi/tanya jawab di mana prosentase untuk aktivitas di atas cukup
besar.
Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka hasil belajar anak untuk
pelajaran di Taman Kanak-Kanak dengan menggunakan pembelajaran melalui
pendekatan Contextual Learning hasilnya sangat baik. Hal itu tampak pada
pertemuan pertama dari 35 orang anak yang hadir pada saat penelitian ini
dilakukan nilai rata rata mencapai ; 56,29 % meningkat menjadi 66,29 % dan
pada siklus 3 meningkat menjadi 79,43 %.
Dari analisis data di atas bahwa pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan Contextual Learning diterapkan pada taman kanak-kanak hasilnya
meningkat, yang berarti proses kegiatan belajar mengajar lebih berhasil dan dapat
meningkatkan prestasi belajar anak khususnya pada anak di Taman Kanak-Kanak
Negeri Pembina Kecamatan Plampang, oleh karena itu diharapkan kepada para
guru TK dapat melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
Contextual Learning .
Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ) anak
dikatakan tuntas apabila anak telah mencapai nilai standar ideal 75 mencapai 85
%. Sedangkan pada penilitian ini, pencapai nilai 75 pada ( siklus 3 ) mencapai
melebihi target yang ditetapkan dalam KTSP yaitu mencapai 97,14%. Dengan
demikian maka hipotesis yang diajukan dapat diterima.

BAB V
PE N UTU P
A. Simpulan
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga
siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pembelajaran dengan menerapkan pendekatan Contextual Learning memiliki
dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar anak di Taman KanakKanak Negeri Pembina Kecamatan Plampang yang ditandai dengan

236

peningkatan ketuntasan belajar anak dalam setiap siklus, yaitu siklus I ( 56,29
%), siklus II ( 66,29 % ), dan siklus III ( 79,43 % ).
2. Penerapan pembelajaran dengan pendekatan Contextual Learning mempunyai
pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar anak.
3. Penerapan pembelajaran dengan pendekatan Contextual Learning efektif
untuk meningkatkan kembali materi ajar yang telah diterima anak selama ini,
sehingga mereka merasa siap untuk menghadapi pelajaran berikutnya.
B. Saran-Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses
belajar mengajar di Taman Kanak Kanak ( TK ) lebih efektif dan lebih
memberikan hasil yang optimal bagi anak, maka disampaikan saran sebagai
berikut :
1. Untuk melaksanakan metode pembelajaran melalui pendekatan Contextual
Learning memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus
mempu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan
dengan pemberian model pembelajaran melalui pendekatan Contextual
Learning sehingga diperoleh hasil yang optimal.
2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar anak, guru hendaknya lebih
sering melatih anak dengan kegiatan penemuan, walau dalam taraf yang
sederhana, di mana anak nantinya dapat menemukan pengetahuan baru,
memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga anak berhasil atau mampu
memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya
dilakukan di Taman Kanak Kanak Negeri Pembina Kecamatan Plampang
tahun pelajaran 2009-2010.

DAFTAR PUSTAKA
Arkunto.Suharsimi.2007. Penelitian Tindakan Kelas.Jakrta : PT Rineka Cipta
_______________1997 Prossedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :
Asdi Mahasatya
Depdiknas RI, 2004. Undang Undang No. 20 tentang sistem pendidikan nasional
( SISDIKNAS ) Jakarta : Depdiknas
Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Kooperativ learning dan contextual
learning dalam pembelajaran di Sekolah Dasar dan Menengah. Jakarta :
Depdiknas.

237

Derektorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah. 2006. Standar Kompetensi


Taman Kanak-Kanak Dan Raudlatul Athfal. Jakarta : Departemen
Pendidikan Nasional.
Pamadi, Hajar dan Sukardi S, Evan. 2008. Seni Keterampilan Anak. Jakarta : UT
Press.
Rachmadiarti. (2002). Pendekatan kontekstual dalam Pembelajaran Di Kelas. Jakarta
: Departemen Pendidikan Nasional.
Santoso, Tanadi. (2009). Seni Dan Kreativitas Manusia Tiada Batas : Jakarta : Duta
press.
Websites: http://www.wikipidia.indonesia/kreativitas.shtml, Pengertian Kreativitas.

238

Lampiran 1
PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA
DINAS PENDIDIKAN NASIONAL
UPT SD DAN PAUD KEC.PLAMPANG DAN MARONGE
TK NEGERI PEMBINA PLAMPANG
Desa Muer Kecamatan Plampang - Sumbawa - NTB
SURAT IJIN PENELITIAN
Nomor : 421.1 /
/ TK. /2009

239

Yang bertanda tangan di bawah ini Kepala Taman Kanak Negeri Pembina
Kec.Plampang, bahwa sehubungan dengan rencana melakukan penelitian tindakan
kelas ( PTK ) dalam upaya peningkatan kemampuan anak TK , maka kepada :
Nama
: ABDUL LATIEF , S.Pd
NIP.
: 19640712 198512 1 002
Pangkat / Golongan
: Pembina - IV/a
Alamat
: Desa Muer Kec.Plampang
Diberikan Ijin untuk mengadakan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) dengan judul :
Upaya Meningkatkan Kreativitas Menggambar Melalui Pendekatan Contextual
Learning Di Kelompok B Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Kecamatan
Plampang tahun pelajaran 2009-2010 Mulai bulan Juli 2009 sampai selesai.
Demikian surat ijin penelitian ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Muer , 14 Juli
Kepala TK

2009

ABDUL LATIEF, S.Pd


NIP.19640712 198512 1 002

Lampiran : 2
PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA
DINAS PENDIDIKAN NASIONAL
UPT SD DAN PAUD KEC.PLAMPANG DAN MARONGE
TK NEGERI PEMBINA PLAMPANG
Desa Muer Kecamatan Plampang - Sumbawa - NTB
SURAT KETERANGAN

240

Nomor : 421.1 /

/TK.

/2009

Yang bertanda tangan di bawah ini Kepala TK Negeri Pembina Kecamatan Plampang
, menerangkan bahwa :
Nama
: ABDUL LATIEF , S.Pd
NIP.
: 19640712 198512 1 002
Pangkat / Golongan
: Pembina - IV/a
Alamat
: Desa Muer Kec.Plampang
Telah melakukan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) dengan judul :etUpaya
Meningkatkan Kreativitas Menggambar Melalui Pendekatan Contextual
Learning Di Kelompok B Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Kecamatan
Plampang tahun pelajaran 2009-2010 Sejak 17 Juli sampai dengan 23 Agustus
2009.
Demikian surat keterangan penelitian ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana
mestinya.

Muer , 31 Agustus
Kepala TK

2009

ABDUL LATIEF, S.Pd


NIP.19640712 198512 1 002

Lampiran 3
No

DAFTAR HADIR SISWA


DALAM KEGIATAN PENELITIAN
NAM A
L/P
KEHADIRAN
I
II
III
IV
Tgl.

241

Tgl.

Tgl.

Tgl.

VI

Tgl.

Tgl.

07-10
2009
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35

Abiel Mailani
Abin Zhatia Arlangga
Afriani
A Mina Hr
Algia Januarista
Dwiki Imam Syaputra
Dwi Anjani
Fadlan Wahid Sabila
Ferdy Ekaputra Sulvidianto
Fatmawati
Fariz Muhammad
Feby Rahmayani
Gentar Januarsa
Hamdani
Hatimah
Mirtha Laura
M. Imam Anugrah
Jibran Rafsanjani
Jumrotullah
Khofipah Wulan P
M. Aska Najhan
Muadly Algurani
Nurmala
Nanda Ade Saputra
Riska Januarsa
Ramadani
Rifsa Ananda Kenny R
Rifdatul Ulya
Rintan Septi Septia
Sherly Echa Tryana
Sahwa Dwipani
Rosa Fitri Jayanti
Tsabita Arni Safitri
Wendy Cahya Kurniawan
Zahwa Anritya

14-10
2009

21-10
2009

30-10
2009

06-11
2009

15-11
2009

P
L
P
P
L
L
P
P
L
P
L
P
L
L
P
P
L
P
P
P
L
L
P
P
P
L
P
P
P
P
P
P
P
L
P

Muer, 21 Juli 2009


Peneliti
ABDUL LATIEF, S.Pd
NIP.19640712 198512 1 002
Lampiran 4

242

LEMBAR PENGAMATAN
PENGELOLAAN PEMBELAJARAN DENGAN
PENDEKATAN CONTEXTUAL LEARNING
Sekolah
:______________________
Kelas/Semester :______________________
PokokBahasan :______________________

Nama Guru :_______________


Tanggal
:_______________
Pukul
:_______________

Bertikut ini diberikan suatu daftar aspek pengelolaan kegiatan belajar mengajar yang
dilakukan guru di kelas.Berikan penilaian dengan cara memberi tanda cek
(V)
pada kolom yang sesuai.
No
I

II

Dilakukan
ya
tdk

Aspek yang diamati


Pengamatan KBM
A. Pendahuluan
1. Menyampaikan
Tujuan
Pembelajaran
2. Mengaitkan dengan pelajaran
sebelumnya
3. Memotivasi Anak
B. Kegiatan Inti
Melatih siswa dalam Belajar
mengajar
1. Secara klasikal menjelaskan
materi dalam belajar mengajar
yang akan digunakan
2. Memodelkan
pembelajaran
dengan Pendekatan Contextual
Learning dalam proses belajar
mengajar
3. Membimbing Anak tentang
ketrampilan
menggambar
dengan
menggunakan
Pendekatan
Contextual
Learning dalam proses belajar
mengajar
4. Memeriksa pemahaman Anak
terhadap materi kegiatan belajar
mengajar
5. Memberikan latihan mandiri
6. Menyampaikan tujuan dan

243

Penilaian
2
3
4

III
IV
V
VI

motivasi
7. Mendemonstrasikan
pengetahuan dan ketrampilan
8. Memberikan latihan terbimbing
9. Memberikan pemahaman dan
memberikan umpan balik
10. Memberikan latihan mandiri
Kesesuaian Metode
C. Penutup
Membimbing siswa merangkum
materi
pelajaran
Pengelolaan Waktu
Suasana Kelas
1. Anak antusias
2. Guru antusias

Muer ,____,___________2009
Pengamat

Keterangan :
1. Tdak Baik
2. Kurang Baik
3. Cukup Baik
4. Baik

________________

244

Lampiran : 5
LEMBAR PENGAMATAN
PENGELOLAAN PEMBELAJARAN DENGAN
PENDEKATAN CONTEXTUAL LEARNING
Sekolah
:______________________
Kelas/Semester :______________________
PokokBahasan :______________________

Nama Guru :_______________


Tanggal
:_______________
Pukul
:_______________

Berikut ini diberikan suatu daftar aspek pengelolaan kegiatan belajar mengajar yang
dilakukan guru di kelas.Berikan penilaian dengan cara memberi tanda cek
(V)
pada kolom yang sesuai.
Dilakukan
Penilaian
No
Aspek yang diamati
ya
tdk
1
2
3
4
I
Pengamatan KBM
A. Pendahuluan
1. Menyampaikan
Tujuan
Pembelajaran
2. Mengaitkan dengan pelajaran
sebelumnya
3. Memotivasi Siswa
II
B. Kegiatan Inti
1. Mendemonstrasikan
pengetahuan dan ketrampilan
2. Memberikan latihan terbimbing
3. Memberikan pemahaman dan
memberikan umpan balik
4. Memberikan latihan mandiri
III
Kesesuaian Metode
IV
V

C. Penutup
Membimbing siswa merangkum
materi
pelajaran
Pengelolaan Waktu

245

VI

Suasana Kelas
1. Siswa antusias
2. Guru antusias
Muer,___,___________2009
Pengamat

Keterangan :
1. Tdak Baik
2. Kurang Baik
3. Cukup Baik
4. Baik

__________________
Lampiran : 6

LEMBAR PENGAMATAN AKTIVITAS GURU DAN SISWA


DALAM PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN
CONTEXTUAL LEARNING
Sekolah
:______________________
Kelas/Semester :______________________
PokokBahasan :______________________

Nama Guru :_______________


Tanggal
:_______________
Pukul
:_______________

Petunjuk Pengisian
Amatilah aktivitas gruru dan siswa dalam kelompok subyek selama kegiatan belajar
mengajar berlansung.
Isilah lembar pengamatan dengan prosedur sebagai berikut :
1. Pengamatan melakukan pengamatan duduk di tempat yang memungkin untuk
melihat semua aktivitas siswa yang diamati
2. Tiap 90 detik pengamat melakukan pengamatan aktivitas guru dan siswa yang
dominan dan 30 detik berikutnya menulis kode kategori pengamatan.
3. Kode-kode kategori dituliskan pada baris dan kolom yang tersedia
4. Pengamatan terhadap guru dan siswa dilakukan bersamaan sejak kegiatan
pembelajaran dimulai.
Kategori Pengamatan Pembelajaran Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan
Contextual Learning.
Aktivitas Guru
Aktivitas Anak
1. Menyampaikan tujuan
12. Mendengarkan secara aktif
2. Mengaitkan dengan materi sebelumnya
13. Membaca buku ( buku
3. Memotivasi Anak
siswa,LKS )
4. Melatihkan
melalui
Pendekatan 14. Menulis yang relevan dengan
Contextual Learning yang dimodelkan
KBM
5. Membimbing
siswa
menerapkan 15. Mengerjakan
LKS,
pembelajaran
dengan
Pendekatan
mempraktekkan
materi

246

Contextual Learning pada materi


ketrampilan menggambar anak
6. Memeriksa
pemahaman
dan
memantapkan berpikir siswa
7. Memberikan latihan mandiri
8. Mendemonstrasikan pengetahuan dan
ketrampilan
9. Memberikan latihan terbimbing
10. Tanya jawab dengan siswa
11. Membuat rangkuman

ketrampilan
menggambar
anak
16. Tanya jawab antara Anak dan
guru
17. Tanya jawab antara siswa dan
Anak
18. Menyajikan
hasil
pembelajaran
19. Membuat rangkuman

Nama Guru

Nama Siswa

Nama Siswa

Nama Siswa

Nama Siswa

Nama Siswa

Nama Siswa

Muer,___,_________2009
Pengamat

___________________

247

Lampiran 7

FOTO-FOTO KEGIATAN SELAMA PENELITIAN


TK Negeri Pembina Kecamatan
Plampang Tempat peneliti
bertugas sebagai guru dan kepala
TK

Peneliti ( guru ) seang melakukan


persiapan pembelajaran dengan
menerapkan contextual learning

Peneliti bersama dengan guru


mitra melaksanakan pembelajaran
dengan menggunakan model
contextual learning

Suasana pembelajaran dengan


menerapkan model Contextual
learning, anak sangat kreatif dalam
menggambar
248

BAB III
PENUTUP

249

Anda mungkin juga menyukai