Efusi Pleura
Efusi Pleura
ANALISIS KASUS
1. Diagnosis banding keluhan batuk dan atau sesak
Dari anamnesa, beberapa aspek yang perlu ditanyakan mengenai keluhan batuk pada pasien seperti :
1. Onset dan durasi dari keluhan batuk, batuk dapat bersifat akut (<30 hari) atau kronik (>30 hari)
2. Adanya kesulitan untuk bernapas
3. Bernapas yang lebih cepat dari biasanya
4. Bunyi napas yang terdengar
5. Adanya retraksi pada dada
6. Perubahan warna menjadi pucat atau kebiruan pada bagian tubuh terutama pada bibir, jari, dan
wajah.
7. Kelemahan untuk beraktivitas atau makan / minum
8. Faktor yang memperberat sesak dan atau batuk (seperti aktivitas, asap, debu, dan lainnya), atau
memperingan sesak (seperti posisi tubuh, istirahat, dan lainnya)
9. Tanda-tanda kejang
10. Keluhan lain yang merupakan tanda-tanda infeksi saluran napas atas seperti pilek, hidung
tersumbat, nyeri pada telinga, nyeri pada tenggorokan, nyeri saat menelan, dan suara serak.
11. Keluhan sistemik seperti demam, nyeri kepala, nyeri otot, lemas, muntah, atau diare.
12. Pengobatan yang sedang dijalani dan riwayat alergi
13. Penyakit penyerta pada paru, jantung, dan imunodefisiensi
14. Status imunisasi
Pada pemeriksaan fisik, perlu diperhatikan :
1. Laju napas selama 1 menit
2. Adanya agitasi, retraksi dada, sianosis, pucat, pernapasan cuping hidung, sekret purulen dari
hidung, dan sekret dari telinga
3. Adanya suara napas abnormal seperti stridor, mengi, grunting, dan suara serak.
4. Pada pemeriksaan auskultasi, dapat ditemukan berbagai tanda yang berkaitan dengan penyakit
paru tertentu :
Tabel 1. Diagnosis Banding Anak umur 2 bulan-5 tahun yang datang dengan
Batuk dan atau Kesulitan Bernapas
5. Gejala-gejala dari saluran nafas, misalnya batuk berdahak, batuk kering,sesak nafas, batuk darah, batuk
lama lebih dari 30 hari, nyeri dada.
6. Gejala-gejala dari saluran cerna, misalnya diare berulang yang tidak sembuh dengan pengobatan diare.
7. Keringat malam, meriang, dan nyeri otot.
a. EFUSI PLEURA
b. a. Definisi
c. Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam rongga pleura. Efusi pleura
adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses penyakit primer jarang terjadi namun
biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain. Efusi dapat berupa cairan jernih, yang mungkin
merupakan transudat, eksudat, atau dapat berupa darah atau pus.
d.
e. b. Etiologi
f. Hambatan resorbsi cairan dari rongga pleura, karena adanya bendungan seperti pada dekompensasi
kordis, penyakit ginjal, tumor mediatinum, sindroma meig (tumor ovarium) dan sindroma vena kava
superior. Pembentukan cairan yang berlebihan, karena radang (tuberculosis, pneumonia, virus),
bronkiektasis, abses amuba subfrenik yang menembus ke rongga pleura, karena tumor dimana
masuk cairan berdarah dan karena trauma. Di Indonesia 80% karena tuberculosis.
g.
h. Kelebihan cairan rongga pleura dapat terkumpul pada proses penyakit neoplastik, tromboembolik,
kardiovaskuler, dan infeksi. Ini disebabkan oleh
i. sedikitnya satu dari empat mekanisme dasar :
j.
k. Peningkatan tekanan kapiler subpleural atau limfatik
l. Penurunan tekanan osmotic koloid darah
m. Peningkatan tekanan negative intrapleural
n. Adanya inflamasi atau neoplastik pleura
o.
p.
q. c. Tanda dan Gejala
r. Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan,setelah cairan cukup banyak
rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita akan sesak napas. Pada anak masalah pernapasan adalah
hal yang paling sering dikeluhkan. Apabila dihubungkan dengan penyebabnya berupa pneumonia maka
gejala yang muncul adalah batuk, demam, sesak nafas, menggigil. Apabila penyebabnya bukan
pneumonia, maka gejala pada anak mungkin tidak ditemukan sampai efusi yang timbul telah mencukupi
untuk menimbulkan gejala sesak nafas atau kesulitan bernafas.
s.
t. Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karena cairan akan berpindah
tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalam pernapasan, fremitus melemah (raba dan vocal),
pada perkusi didapati daerah pekak, dalam keadaan duduk permukaan cairan membentuk garis
melengkung (garis Ellis Damoiseu).
u.
v. Didapati segitiga Garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani dibagian atas garis Ellis
Domiseu. Segitiga Grocco-Rochfusz, yaitu daerah pekak karena cairan mendorong
mediastinum
kesisi lain, pada auskultasi daerah ini didapati vesikuler
w. melemah dengan ronki.
x.
y. d. Patofisiologi
z. Didalam rongga pleura terdapat + 5ml cairan yang cukup untuk membasahi seluruh permukaan pleura
parietalis dan pleura viseralis. Cairan ini dihasilkan oleh kapiler pleura parietalis karena adanya
tekanan hodrostatik, tekanan koloid dan daya tarik elastis. Sebagian cairan ini diserap kembali
oleh kapiler paru dan pleura viseralis, sebagian kecil lainnya (10-20%) mengalir kedalam pembuluh
limfe sehingga pasase cairan disini mencapai 1 liter seharinya.
aa.
ab. Terkumpulnya cairan di rongga pleura disebut efusi pleura, ini terjadi bila keseimbangan antara
produksi dan absorbsi terganggu misalnya pada hyperemia akibat inflamasi, perubahan tekanan osmotik
(hipoalbuminemia), peningkatan tekanan vena (gagal jantung). Atas dasar kejadiannya efusi dapat
dibedakan atas transudat dan eksudat pleura. Transudat misalnya terjadi pada gagal jantung karena
bendungan vena disertai peningkatan tekanan hidrostatik, dan sirosis hepatic karena tekanan osmotic
koloid yang menurun. Eksudat dapat disebabkan antara lain oleh keganasan dan infeksi. Cairan keluar
langsung dari kapiler sehingga kaya akan protein dan berat jenisnya tinggi. Cairan ini
juga mengandung banyak sel darah putih. Sebaliknya transudat kadar proteinnya rendah sekali atau nihil
sehingga berat jenisnya rendah.
ac.
ad. e. Pemeriksaan Diagnostik
ae. Pemeriksaan
radiologik
(Rontgen dada),
pada permulaan didapati menghilangnya sudut
kostofrenik. Bila cairan lebih 300ml, akan tampak cairan dengan permukaan melengkung. Mungkin
terdapat pergeseran di mediatinum.
af.
ag. Torakosentesis /pungsi pleura untuk mengetahui kejernihan, warna, biakan tampilan, sitologi, berat
jenis.Pungsi pleura diantara linea aksilaris anterior dan posterior, pada sela iga ke-8. Didapati cairan
yang mungkin serosa (serotorak), berdarah (hemotoraks), pus (piotoraks) atau kilus (kilotoraks). Bila
cairan serosa, mungkin berupa transudat (hasil bendungan) atau eksudat (hasil radang).
ah.
ai. Cairan pleural dianalisis dengan kultur bakteri, pewarnaan gram, basil tahan asam (untuk TBC), hitung
sel darah merah dan putih, pemeriksaan kimiawi (glukosa, amylase, laktat dehidrogenase (LDH),
protein), analisis sitologi untuk sel-sel malignan, dan pH.
aj.
ak. Pada pemeriksaan fisik, dengan stetoskop akan terdengar adanya penurunan suara pernafasan. Untuk
membantu memperkuat diagnosis, dilakukan pemeriksaan
al. berikut:
am. Rontgen dada
an. Rontgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk
ao. mendiagnosis efusi pleura, yang hasilnya menunjukkan adanya cairan.
ap. - CT-Scan dada
aq. CT scan dengan jelas menggambarkan paru-paru dan cairan dan bisa
ar. menunjukkan adanya pneumonia, abses paru atau tumor
as.
at.
au. Gambar 1 Gambaran radiologis efusi pleura daerah hemitoraks kanan
av. Gambar 2 CT-Scan menunjukkan adanya akumulasi cairan sebelah kanan
aw.
ax. USG dada
ay. USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan yang
az. jumlahnya sedikit, sehingga bisa dilakukan pengeluaran cairan.
ba.
bb.
bc. Gambar 2.5 USG Efusi pleura dengan celah yang multipel
bd. Torakosentesis
be. Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan
terhadap contoh cairan yang diperoleh melalui torakosentesis (pengambilan cairan melalui sebuah jarum
yang dimasukkan diantara sela iga ke dalam rongga dada dibawah pengaruh pembiusan lokal).
Torakosentesis (chest tube drainage) dianjurkan pada pasien anak-anak yang memiliki demam menetap,
toksisitas, organism tertentu (misalnya S.aereus atau pneumococcus), nyeri pleura, kesulitan
dalam bernafas, pergeseran mediastinum, gangguan pernafasan yang membahayakan. Chest
tube drainage semestinya segera dilakukan apabila dari hasil analisa cairan pleura menunjukkan pH
kurang dari 7,2 kadar glukosa < 40mg/dl dan kadar LDH lebih dari 1000 U/mL.
bf.
bg. Biopsi
bh. Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya, maka dilakukan biopsi, dimana contoh
lapisan pleura sebelah luar diambil untuk dianalisa. Pada sekitar 20% penderita, meskipun telah
dilakukan pemeriksaan menyeluruh, penyebab dari efusi pleura tetap tidak dapat ditentukan. Pada anak
dilakukan apabila peradangan efusi pleura tidak bisa dijelaskan. Teknik ini memiliki peran yang terbatas
pada anak-anak namun memiliki kepentingan yang besar dalam membedakan TB atau keganasan. Yang
menjadi komplikasi utama adalah pneumotoraks dan perdarahan.
bi.
bj. f. Terapi
bk.
Kebanyakan pasien anak-anak yang memiliki efusi parapneumonik memberikan respon
yang baik dengan pemberian terapi antibiotic sehingga tidak memerlukan torakostomi. Pengobatan
empyema (efusi parapneumonik yang telah mengalami komplikasi) pada anak dimulai dengan terapi
konservatif. Pemberian awal terapi antibiotic didasari pada infeksi penyebab yang mendasarinya dan
pengurasan/pengeluaran cairan yang terinfeksi dengan torakosentesis atau torakostomi tertutup.
a.
pH cairan pleura kurang dari 7,2 atau lebih dari 0,05 unit dibawah pH arterial
bx.
Anak-anak yang memiliki efusi parapneumonik tanpa komplikasi memberikan respon yang baik
dengan penanganan yang konservatif tanpa tampak sisa kerusakan paru. Virus dan mikoplasma
penyebab penyakit pleura secara umum sembuh spontan. Pasien dengan empyema memerlukan
perawatan yang lebih lama di Rumah Sakit. Secara nyata tidak ada kematian yang muncul dengan terapi
yang benar. Kasus kematian rata-rata 3-6% telah dilaporkan pada beberapa seri saat ini, dengan angka
tertinggi muncul diantara bayi usia kurang dari 1 tahun.