Anda di halaman 1dari 16

ACARA II

IDENTIFIKASI BATUAN BEKU

2.1 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum pengidentifikasian batuan beku yaitu:
1. Agar mampu mengidentifikasi batuan beku
2. Agar mampu menklasifikasi batuan beku
2.2Landasan Teori
Batuan beku adalah batuan yang terbantuk dari pembakuan magma, baik
dibawah permukaan (intrusif), maupun diatas permukaan (ekstrusif). Ciri khas
batuan beku adalah kenampakannya yang kristalin yaitu memiliki unit-unit
kristal yang kecil yang saling mengikat satu sama lain (Firdaus, 2012:7).
Magma ini dapat berasal dari batuan setengah cair ataupun batuan yang
sudah ada, baik di mantel ataupun kerak bumi.Umumnya, proses pelelehan
terjadi oleh salah satu dari proses-proses berikut: kenaikan temperatur,
penurunan tekanan, atau perubahan komposisi. Lebih dari 700 tipe batuan
beku telah berhasil dideskripsikan, sebagian besar terbentuk di bawah
permukaan kerak bumi.
Menurut para ahli seperti Turner dan Verhoogen (1960), F. F Groun
(1947), Takeda (1970), magma didefinisikan sebagai cairan silikat kental yang
pijar terbentuk secara alamiah, bertemperatur tinggi antara 1.5002.5000C dan
bersifat mobile (dapat bergerak) serta terdapat pada kerak bumi bagian bawah.
Dalam magma tersebut terdapat beberapa bahan yang larut, bersifat volatile
(air, CO2, chlorine, fluorine, iron, sulphur, dan lain-lain) yang merupakan

penyebab mobilitas magma, dan non-volatile (non-gas) yang merupakan


pembentuk mineral yang lazim dijumpai dalam batuan beku.
Pada saat magma mengalami penurunan suhu akibat perjalanan ke
permukaan bumi, maka mineral-mineral akan terbentuk. Peristiwa tersebut
dikenal dengan peristiwa penghabluran.Berdasarkan penghabluran mineralmineral silikat (magma), oleh NL. Bowen disusun suatu seri yang dikenal
dengan Bowens Reaction Series.
Batuan beku dapat diklasifikasikan berdasarkan cara terjadinya,
kandungan SiO2, dan indeks warna. Dengan demikian dapat ditentukan nama
batuan yang berbeda-beda meskipun dalam jenis batuan yang sama, menurut
dasar klasifikasinya.
Klasifikasi berdasarkan cara terjadinya, menurut Rosenbusch (1877-1976)
batuan beku dibagi menjadi:
Effusive rock, untuk batuan beku yang terbentuk di permukaan.
Dike rock, untuk batuan beku yang terbentuk dekat permukaan.
Deep seated rock, untuk batuan beku yang jauh di dalam bumi. Oleh
W.T. Huang (1962), jenis batuan ini disebut plutonik, sedang batuan
effusive disebut batuan vulkanik.

Klasifikasi berdasarkan kandungan SiO2 (C.L. Hugnes, 1962), yaitu:


Batuan beku asam, apabila kandungan SiO2 lebih dari 66%. Contohnya
adalah riolit.
Batuan beku intermediate, apabila kandungan SiO2 antara 52% - 66%.
Contohnya adalah dasit.
Batuan beku basa, apabila kandungan SiO2 antara 45% - 52%.
Contohnya adalah andesit.

Batuan beku ultra basa, apabila kandungan SiO2 kurang dari 45%.
Contohnya adalah basalt.

Klasifikasi berdasarkan indeks warna ( S.J. Shand, 1943), yaitu:


Leucoctaris rock, apabila mengandung kurang dari 30% mineral mafik.
Mesococtik rock, apabila mengandung 30% - 60% mineral mafik.
Melanocractik rock, apabila mengandung lebih dari 60% mineral mafik.

Sedangkan menurut S.J. Ellis (1948) juga membagi batuan beku


berdasarkan indeks warnanya sebagai berikut:
Holofelsic, untuk batuan beku dengan indeks warna kurang dari 10%.
Felsic, untuk batuan beku dengan indeks warna 10% sampai 40%.
Mafelsic, untuk batuan beku dengan indeks warna 40% sampai 70%.
Mafik, untuk batuan beku dengan indeks warna lebih dari 70%
(Http://id.wikipedia.org/wiki/Batuan_beku).
Sifat fisik dan kimia yang umum dikenal dalam mengidentifikasi batuan

dibagi menjadi 4 kategori sifat, yaitu:


1. Warna
Warna batuan beku biasanya representasi dari pembentuk batuan beku itu
sendiri. Minera-mineral tersebut biasanya dibedakan menjciadi empat
kelompok, yakni: cerah (asam), gelap (basa), gelap (ultra basa). Benerapacirri
mineral yang pentingpada batuan beku:
-

Kwarsa : berwarna putih jernih, putih susu, dan tidak memiliki belahan.
Mika : apabila berwarna putih diberi nama muskovit, bila berwarna hitam
diberi nama biotit, keduanya dicirihan adanya belahan seperti lembaranlembaran.

Felspar : apabila berwarna merah daging diberi nama ortoklas (bidang


belahan tegak lurus/90%), bila berwarna putih abu-abu diberi nama

plagioklas (belahan kristal lembar).


Olivin : hijua (butiran/glanural), atau biasanya berwarna kuning kehijauan

seperti gula pasir.


Piroksen : hijau kehitaman membentu prituk prismatic smatik pendek.

Amfibol : hitam mengkilat berbentuk prismatik panjang.


2. Tekstur
Tektur merupakan kenampakan batuan berkaitan dengan ukuran, bentuk,
dan susunan butir mineral dalam batuan. Tekstur umum yang sering dijumpai
pada batuan beku:
Fanaritik : bila butiran-butiran mineral dapat dilihat dengan mata
telanjang. Bila faneritik dengan ukuran seragam, maka disebut faneritik
glanural.
Afanitik : bila butiran-butiran mineral sangat halus sehingga tidak dapat
dilihat dengan mata telanjang.
Porfiritik : bila mineral butiran yang besar (fenokris-nya) dikelilingi
mineral-mineral yang berukuran butir lebih kecil (masa dasar-nya).
Glassy (gelas) : bila batuan beku tersusun oleh gelas/kaca.
Fragmental : bila batuan beku terdiri dari fragmen (bagian-bagian) batuan
beku hasil erupsi gunung api.
3. Struktur
Struktur adalah kenampakan hubungan antara bagian batuan yang berbeda.
Macam-macam struktur batuan yang terdapat dalam batuan beku:
Masif : bila batuan tersebut pejal, tanpa retakan maupun lubang gas.
Jointing : bila batuan tampak memiliki retakan.
Vesikular : bila batuan tersebut memiliki lubang-lubang gas.

Aliran : bila batuan tesebut memiliki kesan orientasi sejajar seperti


aliran/sisipan, baik oleh kristal maupun lubang gas.
Omigdaloidal : bila batuan tersebut memilik lubang-lubang gas yang
terisioleh mineral-mineral sekunder yang terbentuk setelah pembekuan
magma.
4. Komposisi mineral pembentuk batuan
Mineral-mineral yang terdapat dalam batuan beku antara lain: kwarsa,
mika, feldspar, oliivin, dan piroksen (firdaus, 2012:7- 9).
Dua jenis batuan beku yang umum dijumpai adalah granit dan basalt.
Granit berwarna cerah/terang tersusun oleh mineral kuarsa, felspar dan mika
berukuran besar. Basalt berwarna lebih gelap dan mengandung kristal-kristal
berukuran kecil dari mineral olivin, piroksen dan feldspar. Batuan beku terbagi
atas batuan beku dalam dan batuan beku luar, yang memiliki komposisi asam,
basa, intermediate ( asam basa) dan ultrabasa. Dalam hal ini akan dibahas
batuan beku asam (adnorthya.blogspot.com/2012/04/).

2.3 Alat dan Bahan


Adpun lat dan bahan yang digunakan dalam pengidentifikasian batuan
beku adalah :
Tabel 2.1 Alat dan bahan beserta kegunaanya
N
Alat dan Bahan
o
1
2

Pensil warna
Sampel bataun beku

Kegunaan

Untuk mengambar sketsa batuan beku


Sebagai bahan yang diamati

2.4 Prosedur Penelitian


Adapun prosedur penelitian pada pengidentifikasian batuan bekuyaitu :
1. Menyiapkan lat dan bahan yang diperlukan
2. Melakukan identifikasi batuan beku secara megaskopis/kasat mata
-

berdasarkan sifat-sifat fisisnya :


Warna
Tekstur
Struktur
Komposis mineral pembentuk batuan

3. Mengisi data pada lembar pengamatan.


4. Menentukan nama mineralnya.

2.5 Hasil Pengamatan


Adapun data pengamatan yang kami dapatkan dalampraktikum kali ini
adalah :
1. Nomor peragake-1

Tabel 2.2 identifikasi batuan sampel ke-1


Warna
Sifat batuan Tekstur
Struktur
Gelap

Basa

(hitam)

Fanaritik

Masif

Komposisi

Nama

mineral
Mika

mineral
Gabbro

dominan
biorit

Pembanding:

Tabel 2.3 pembanding batuan sampel ke-1


Warna
Sifat batuan Tekstur
Struktur
Gelap

Basa

Fanaritik

Masif

(hitam)

Komposisi

Nama

mineral
Mika

mineral
Gabbro

dominan
biorit

2. Nomor peraga ke-2

Tabel 2.4 identifikasi batuan pada sampel ke-2


Warna
Sifat batuan Tektur
Struktur
Cerah

Intermediat

Amfibol

Masif

(abu-abu)
Pembanding:

Tabel 2.5 pembanding batuan pada sampel ke-2


Warna
Sifat batuan Tektur
Struktur

Komposisi

Nama

mineral
Plagioklas

batuan
Rhyolite

Komposisi

Nama

Putih

Asam

Afanitik

Masif

mineral
Felsik,

Kecoklata

Ortoklas,

Kuarsa.

batuan
Rhyolite

3. Nomor peraga ke-3

Tabel 2.6 identifikasibatuan pada sampel ke-3


Warna
Sifat batuan Tukstur
Struktur
Merah
daging

Intermediat

Afanitik

Jointing

Komposisi

Nama

mineral
Feldspar

batuan
Clay

4. Nomor peraga ke-4

Tabel 2.8identifikasi batuan pada sampel ke-4


Warna
Sifat bataun Tekstur
Struktur
Hitam,

Basa

Amfibol

Masif

Komposisi

Nama

mineral
Olivine,

batuan
Basalt

hijau, dan

piroksin,

hitam

amfibo, dan

kehijauan
Pembanding:

biotit

Tabel 2.9 pembanding batuan pada sampel ke-4


Warna
Sifat bataun Tekstur
Struktur
Coklat

Basa

Afanitik

Masif

kehitaman

Komposisi

Nama

mineral
Olivine,

batuan
Basalt

piroksin,
amfibol

5. Nomor peraga ke-5

Tabel 2.10 identifikasi batuan pada sampel ke-5


Warna
Sifat batuan Tekstur
Struktur
Hitam
Basah
Pembanding:

Afanitik

Jointing

Kompisis

Nama

mineral
Amfibol

batuan
Andesit

Tabel 2.11 pembanding batuan pada sampel ke-5


Warna
Sifat batuan Tekstur
Struktur
Abu-abu
cerah

Intermediet

Afanitik

Massif

Kompisis

Nama

mineral
batuan
Hornblende, Andesit
Feldspar

2.6 Pembahasan
Batuan beku merupakan hasil pembekuan dari magma, baik didalam
permukaan bumu atupun diatas permukaan bumi.Untuk batuan beku luar,
banyak terbentuk dari hasil letusan gunung berapi.Namun batuan beku yang
terbentuk disekitar kita khususnya disulawesi tenggara, batuan beku luar
terbentuk melalui celah-celah patahan lempeng.
Pada pratikum yang kita telah jalani bersama teman-teman dan dibimbing
oleh asisten dosen, kita disiapkan sampel batuan.Dalam pratikum tersebut hal-

hal yang perlu kita ketahui setelah melakukan pratikum adalah agar kita dapat
mengidentifikasi batuan beku.
Dalam pratikum tersebut kita hanya mangidentifikasi batuan beku dengan
kasat mata atau megaskopis.Sifat fisika dan kimia yang umum dilakukan
dalam pengidentifikasian batuan beku dibagi dalam empat kategori.
Ketogori yang pertama yaitu warna batuan.Untuk warna batuan beku
biasanya respresentasi dari mineral pembentuk batuan beku itu sendiri.Dalam
menentukan warna mineral, kita harus menlihat dengan teliti warna mineral
yang ada pada batuan tersebut. Untk warna mineral dapat dibagi menjadi
empat kelompok, yaitu kelompok yang memiliki komposisi asam, kolompok
yang memiliki komposisi basa, yang memiliki komposisi intermediate ( asam
basa) dan yang memiliki komposis ultrabasa.
Untuk batuan yang memiliki warna cerah, maka dikelompokan dalam
kelompok asam, untuk warna sedang atau antara warna terang dan gelap maka
masuk dala kelompok intermediate, untuk komposisi mineral yang berwarna
hitam/ gelap, dikelompokan dalam kelompok basa, dan jika komposisi
mineralnya hitam sekali maka dapat dikelompokan dalam kelompok ultrabasa.
Kategori yang kedua yaitu mengenai tekstur.Tektur merupakan
kenampakan batuan yang berkaitan dengan ukuran, bentuk dan susunan butir
mineral dalam batuan yang diamati. Dalam penentuan tektur dapat
digolongkan menjadi empat kelompok, yaitu kelompok fanaritik yang apabila
butiran-butiran mineral dapat terlihat dengan mata telanjang, kelompok
afanitik yang apabila butir-butir mineral tidak dapat dilihat dengan mata
telangkang, kelompok perfiritik yang apabila telihat butir mineral yang besar

dikelilingi oleh butir mineral yang kecil, dan kelompok glassy yang apabila
batuan beku tersusun oleh kaca.
Kategori yang ketiga yaitu penentuan mengenai struktur. Dalam penentuan
mengenai struktur,kita dilandasi oleh beberapa macam-macam struktur dal
batuan beku, antara lain dikatakan massif apabila bajuan berbentuk pejal dan
padat, bisa dikatakan jointing apabila batuan tersebut tampak memiliki
retakan, dapat dikatakan vesicular apabila batuan tersebut memiliki lubang gas
atau tidak padat, dapat dikatakan aliran apabila batuan tersebut berbentuk
sejajar, dan dapa dikatakan sebagai amygdaloidal apabila batuan tersebut
memiliki lubang gas yang terisi dengan mineral sekunder akibat pembekuan
magma.
Kategori yang terakhiradalah penentuan komposisi mineral pembentuk
batuan. Kita dapat menentukan mineral pembentuk batuan berdasarkan warna
yang telah kita amati.
Setelah empat kategori tersebut telah kiata amaiti, maka kita menetukan
nama batuan tersebur berdasarkan ketegori-kategori tersebut. Dalam
penentuan nama batuan, kita sedikit bingung karena batuan-batuan tersebut
ada kemiripan dalam bentuk struktur, misalnya pada sampel batuan yang
disediakan, antara sampel satu, dua dan empat mempunyai struktur yang sama
yaitu massif. Dengan demikian maka kita melakukan pendekatan dengan
menggunkan pendekatan kasifikasi berdasarkan cara terjadinya, menurut
Rosenbusch (1877-1976), Klasifikasi berdasarkan kandungan SiO2 (C.L.
Hugnes, 1962),Klasifikasi berdasarkan indeks warna ( S.J. Shand, 1943), dan
menurut S.J. Ellis (1948) juga membagi batuan beku berdasarkan indeks
warnanya.

2.7 Kesimpulan
Dari pengamatan yang telah kami lakukan, maka dapat saya simpulka
bahwa:
1. Untuk mengidentifikasi batuan beku dapat dilakukan dengan kasat mata
dengan memperhatiakan warna batuan, tektur batuan, struktur dan
komposisi mineral pembentuk batuan, sehingga dapat diketahui dengan
jelas nama batuan tersebur.
2. Untuk mengklasifikasi batuan beku kita dpat menggunakan kasifikasi yang
berdasarkan cara terjadinya, menurut Rosenbusch (1877-1976), Klasifikasi
berdasarkan kandungan SiO2 (C.L. Hugnes, 1962),Klasifikasi berdasarkan
indeks warna ( S.J. Shand, 1943), dan menurut S.J. Ellis (1948) juga
membagi batuan beku berdasarkan indeks warnanya.
2.8 Saran

Saran saya setelah melakukan pratikum mengenai intifikasi batuan beku


adalah agar alat untuk mengetahui adanya larutan SiO2 dilengkapi agar kita
dapat mengkaifikasikan batuan.

Anda mungkin juga menyukai