Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

KANKER BULI
A. Definisi
Kanker kandung kemih (karsinoma buli-buli) adalah kanker yang mengenai kandung
kemih dan kebanyakan menyerang laki-laki berusia di atas 50 tahun (Nursalam 2009).
Kanker (karsinoma) kandung kemih (buli-buli / vesika urinaria) adalah suatu kondisi
medis yang ditandai dengan pertumbuhan abnormal sel kanker atau tumor pada kandung
kemih (Basuki B. Purnomo, 2000).
Kanker buli-buli adalah kanker yang mengenai organ buli-buli (kandung kemih).
Buli-buli adalah organ yang berfungsi untuk menampung air kemih yang berasal dari
ginjal. Jika buli-buli telah penuh maka air kemih akan dikeluarkan (Ilmu bedah,2008).
Carcinoma buli adalah tumor yang didapatkan pada buli-buli atau kandung kemih
yang akan terjadi gross hematuria tanpa rasa sakit yaitu keluar air kencing warna merah
terus.
Tahapan kanker :
1. Tahap 0: sel-sel kanker ditemukan hanya di atas lapisan dari kandung kemih.
2. Tahap I: sel-sel kanker telah pengkembang untuk lapisan luar lapisan kandung kemih
tetapi tidak untuk otot-otot kandung kemih.
3. Tahap II: sel-sel kanker telah pengkembang untuk otot-otot di dinding kandung kemih
tetapi tidak untuk jaringan lemak yang mengelilingi kandung kemih.
4. Tahap III: sel-sel kanker telah pengkembang untuk jaringan lemak sekitar kandung
kemih dan kelenjar prostat, vagina atau rahim, tetapi tidak untuk kelenjar getah
bening atau organ lainnya.
5. Tahap IV: sel-sel kanker telah pengkembang pada nodus limfa, dinding panggul atau
perut, dan organ lainnya.
6. Berulang: kanker telah terulang di kandung kemih atau di dekat organ lain setelah
yang telah diobati.
B. Klasifikasi
1. Staging dan klasifikasi
Klasifikasi DUKE-MASINA, JEWTT dengan modifikasi STRONG-MARSHAL
untuk menentukan operasi atau observasi :
a. T = pembesaran local tumor primer, ditentukan melalui :
Pemeriksaan klinis, uroghrafy, cystoscopy, pemeriksaan bimanual di bawah
anestesi umum dan biopsy atau transurethral reseksi.
Tis = carcinoma insitu (pre invasive Ca)
Tx = cara pemeriksaan untuk menetapkan penyebaran tumor, tak dapat dilakukan
To = tanda-tanda tumor primer tidak ada
T1 = pada pemeriksaan bimanual didapatkan masa yang bergerak
T2 = pada pemeriksaan bimanual ada indurasi daripada dinding buli-buli.

T3 = pada pemeriksaan bimanual indurasi atau masa nodular yang bergerak bebas
dapat diraba di buli-buli.
T3a = invasi otot yang lebih dalam
T3b= perluasan lewat dinding buli-buli
T4 = Tumor sudah melewati struktur sebelahnya
T4a= tumor mengadakan invasi ke dalam prostate, uterus vagina
T4b= tumor sudah melekat pada dinding pelvis atau infiltrasi ke dalam abdomen.
b. N = Pembesaran secara klinis untuk pemebesaran kelenjar limfe pemeriksaan
kinis, lympgraphy, urography, operative.
Nx = minimal yang ditetapkan kel. Lymfe regional tidak dapat ditemukan
No = tanpa tanda-tanda pemebsaran kelenjar lymfe regional
N1 = pemebsaran tunggal kelenjar lymfe regional yang homolateral
N2 = pembesaran kontralateral atau bilateral atau kelenjar lymfe regional yang
multiple
N3 = masa yang melekat pada dinding pelvis dengan rongga yang bebeas
antaranya dan tumor
N4 = pemebesaran lkelenjar lymfe juxta regional
c. M = metastase jauh termasuk pemebesaran kelenjar limfe yang jauh
Pemeriksaan klinis , thorax foto, dan test biokimia
Mx = kebutuhan cara pemeriksaan minimal untuk menetapkan adanya metastase
jauh, tak dapat dilaksanakan
M1 = adanya metastase jauh
M1a= adanya metastase yang tersembunyi pada test-test biokimia
M1b= metastase tunggal dalam satu organ yang tunggal
M1c= metastase multiple dalam satu terdapat organ yang multiple
M1d= metastase dalam organ yang multiple
2. Type dan lokasi
Type tumor didasarkan pada type selnya, tingkat anaplasia dan invasi.
a. Efidermoid Ca, kira-kira 5% neoplasma buli-buli squamosa cell., anaplastik,
invasi yang dalam dan cepat metastasenya.
b. Adeno Ca, sangat jarang dan sering muncul pada bekas urachus
c. Rhabdomyo sarcoma, sering terjadi pada anak-anak laki-laki (adolescent),
infiltasi, metastase cepat dan biasanya fatal
d. Primary Malignant lymphoma, neurofibroma dan pheochromacytoma, dapat
menimbulkan serangan hipertensi selama kencing
e. Ca dari pada kulit, melanoma, lambung, paru dan mamma mungkin mengadakan
metastase ke buli-buli, invasi ke buli-buli oleh endometriosis dapat terjadi.
C. Etiologi
Penyebab yang pasti dari kanker vesika urinaria tidak diketahui. Tetapi penelitian telah
menunjukkan bahwa kanker ini memiliki beberapa faktor resiko:
1. Usia, resiko terjadinya kanker kandung kemih meningkat sejalan dengan pertambahan
usia.
2. Merokok, merupakan faktor resiko utama.

3. Lingkungan kerja, beberapa pekerja memiliki resiko yang lebih tinggi untuk
menderita kanker ini karena di tempatnya bekerja ditemukan bahanbahan karsinogenik (penyebab kanker). Misalnya pekerja industri karet, kimia, kulit.
4. Infeksi, terutama infeksi saluran kemih.
5. Ras, orang kulit putih memiliki resiko 2 kali lebih besar, resiko terkecil terdapat pada
orang Asia. Pria, memiliki resiko 2-3 kali lebih besar.
6. Riwayat keluarga, orang-orang yang keluarganya ada yang menderita kanker kandung
kemih memiliki resiko lebih tinggi untuk menderita kanker ini.
D. Tanda dan Gejala
a. Hematuria (adanya darah dalam kencing).
b. Rasa terbakar atau nyeri ketika berkemin.
c. Desakan untuk berkemih.
d. Sering berkemih terutama malam hari dan pada fase selanjutnya sukar kencing.
e. Badan terasa panas dan lemah.
f. Nyeri pinggang karena tekanan saraf.
g. Nyeri pada satu sisi karena hydronefrosis.
Gejala dari kanker vesika uranaria menyerupai gejala infeksi kandung kemih (sititis)
dan kedua penyakit ini bisa terjadi secara bersamaan. Patut dicurigai suatu kanker jika
dengan pengobatan standar untuk infeksi, gejalanya tidak menghilang.
E. Patofisiologi
Kanker kandung kemih lebih sering terjadi pada usia di atas 50 tahun dan angka
kejadian laki-laki lebih besar daripada perempuan. Karena usia yang semakin tua, maka
akan terjadi penurunan imunitas serta rentan terpapar radikal bebas menyebabkan bahan
karsinogen bersirkulasi dalam darah. Selanjutnya masuk ke ginjal dan terfiltrasi di
glomerulus. Radikal bebas bergabung dg urin terus menerus, masuk ke kandung kemih.
Radikal bebas mengikat elektron DNA & RNA sel transisional sehingga terjadi kerusakan
DNA. Mutasi pada genom sel somatik menyebabkan pengaktifan oonkogen pendorong
pertumbuhan, perubahan gen yang mengendalikan pertumbuhan, dan penonaktifan gen
supresor kanker. Sehingga produksi gen regulatorik hilang dan replikasi DNA berlebih.
Akhirnya terjadi kanker pada kandung kemih.

F. Pathway

G. Komplikasi
1. Infeksi sekunder bila tumor mengalami ulserasi
2. Retensi urine bila tumor mengadakan invasi ke bladder neck
3. Hydronephrosis oleh karena ureter mengalami oklusi
H. Penatalaksanaan
Penanganan kanker kandung kemih tergantung pada derajat tumornya (yang
didasarkan pada derajat deferiensi sel), stadium pertumbuhan tumor (derajat invasi local
serta ada tidaknya metastase) dan multisentrisitas tumor tersebut (apakah tumor tersebut
memiliki banyak pusat).Usia pasiaen dan status fisik, mental serta emosional harus
dipertimbangkan dalam menentukan bentuk terapinya.

Reseksi transuretra atau vulgurasi (kauterisasi) dapat dilakukan pada papiloma yang
tunggal (tumor epitel benigna) prosedur ini akan melenyapkan tumor lewat insisi bedah
atau arus listrik dengan menggunakan instrument yang dimasukkan melalui uretra.
Penatalaksanaan kanker kandung kemih superficial merupakan suatu pantangan
karena biasanya mudah terjadi abnormalitas yang meluas pada mukosa kandung
kemih.Keseluruhan lapisan dinding saluran kemih atau urotelium menghadapi resiko
mengingat perubahan karsinoma mukosa bukan hanya ditemukan dalam mukos kandung
kemih tetapi juga dalam mukosa pelvis renal, ureter dan uretra. Kekambuhan merupakan
masalah yang serius, kurang lebih 25 persen hingga 40 persen tumor superficial akan
kambuh kembali sesudah dilakukan vulgerasi atau reseksi transuretra. Penderita piloma
benigna harus menjalani tindak lanjut dengan pemeriksaan sitologi dan sistoskopi secara
berkala sepanjang hidupnya karena kelainan malignansi yang agresif dapat timbul dari
tumor ini.
Kemoterapi dengan menggunakan kombinasi metotreksat, vinblastin, doxorubisin
(adreamisin) dan cisplatin (M-VAC) terbukti efektif untuk menghasilkan remisi parsial
karsinoma sel transisional kandung kemih pada sebagian pasien. Kemoterapi intra vena
dapat dapat dilakukan bersama dengan terapi radiasi.
Kemoterapi topical (kemoterapi intravesikal atau terapi dengan memasukkan larutan
obat anti neoplastik kedalam kandung kemih yang membuat obat tersebut mengenai
dinding kandung kemih) dapat dipertimbangkan jika terdapat resiko kekambuhan yang
tinggi, jika terdapat kanker in situ atau jika resksi tumor tidak tuntas.Kemoterapi topical
adalah pemberian medikasi dengan konsentrasi yang tinggi (thiotepa, doxorubisin,
mitomisin, ethoglusid dan Bacilus Calmette Guerin atau BCG) untuk meningkatkan
penghancuran jaringan tumor. BCG kini dianggap sebagai preparat intravesikal yang
paling efektif untuk kanker kandung kemih yang kambuhan karena preparat ini akan
menggalakkan respon imun tubuh terhadap kanker. Pasien dibolehkan makan dan minum
sebelum prosedur pemasukan (instilasi) obat dilaksanakan, tetapi kandung kemih terisi
penuh, pasien harus menahan larutan preparat intravesikal tersebut selama 2 jam sebelum
mengalirkannya keluar dengan berkemih. Pada akhir prosedur, pasien dianjurkan untuk
buang air kecil dan meminum cairan sekehendak hati untuk membilas preparat tersebut
dari kandung kemih.
Radiasi tumor dapat dilakukan sebelum pembedahan untuk mengurangi mikroekstensi
neoplasma dan viabilitas sel-sel tumor sehingga kemungkinan timbulnya kanker tersebut
didaerah sekitarnya atau kemungkinan penyebaran sel-sel kanker lewat sirkulasi darah
atau system infatik dapat dikurangi.Terapi radiasi juga dilakukan bersama pembedahan

atau dilakukan untuk mengendalikan penyakit pada pasien dengan tumor yang tidak dapat
dioperasi.
Sistektomi sederhana (pengangakatan kandung kemih) atau sistektomi radikal
dilakukan pada kanker kandung kemih yang invasive atau multifocal.Sistektomi radikal
pada pria meliputi pengangkatan kandung kemih, prostat serta vesikulus seminalis dan
jaringan vesikal disekitarnya.Pada wanita, sistektomi radikal meliputi pengangkatan
kandung kemih, ureter bagian bawah, uterus, tuba fallopi, ovarium, vagina anterior dan
uretra.Operasi ini dapat mencakup pula limfadenektomis (pengangkatan nodus
limfatikus).Pengangkatan kandung kemih memerlukan prosedur difersi urin (mengalihkan
aliran urin dari kandung kemih ketempat keluar yang baru, yang biasanya melalui lubang
yang dibuat lewata pembedahan pada kulit (stoma).
Kanker kandung kemih varietas sel transitional memiliki respon yang buruk terhadap
kemoterapi.Cisplatin, doxorubisin dan siklofosfamid sudah digunakan dengan berbagai
takaran serta jadwal pemberian dan tampaknya merupakan kombinasi yang paling efektif.
Kanker kandung kemih juga dapat diobati dengan infuse langsung preparat sitotoksik
melalui suplai darah arterial organ yang terkena sehingga bisa tercapai konsentrasi
preparat kemoterapeutik yang lebih tinggi dengan efek toksik sistemik yang lebih kecil.
Untuk kanker kandung kemih yang lebih lanjut atau untuk pasien hematuria yang
membandel (setelah terapi radiasi), sebuah balon besar berisi air yang ditempatkan dalam
kandung kemih akan membuat nekrosis tumor dengan mengurangi suplai darah kedinding
kandung kemih (terapi hidrostatik). Terapi instilasi dengan cara memasukkan larutan
formali, fenol atau perak nitrat dapat meredahkan gejala hematuria dan stranguria
(pengeluaran urin yang lambat dan nyeri) pada sebagian pasien.
I. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang bisa dilakukan, antara lain:
1. Palpasi Bimanual (Shenoy 2014)
Yaitu per reto-abdominal pada pria dan per vagino-abdominal pada wanita dilakukan
di bawah anastesi umum. Penebalan dinding buli, mobilitas, fiksasi, dan keras
tidaknya tumor dapat ditentukan. Palpasi bimanual dikerjakan dengan narkose umum
(supaya otot buli-buli relaks) pada saat sebelum dan sesudah reseksi tumor TUR bulibuli. Jari telunjuk kanan melakukan colok dubur atau colok vagina sedangkan tangan
kiri melakukan palpasi buli-buli di daerah suprasimfisis untuk memperkirakan luas
infiltrasi tumor. Kontribusi perawat dalam pemeriksaan bimanual adalah untuk
mengetahui apakah teraba tumor pada dasar buli-buli dengan bantuan general anestesi
sesuai prosedur.
2. Pemeriksaan Laboratorium (Nursalam 2009)

a. Laboratorium rutin.
1) Hb (untuk mengetahui adanya anemia)
Normal: M : 13-16 g/dl
F : 12-14 g/dl
b. Pemeriksaan Fungsi Faal Ginjal
1) BUN, eksresi urea yang tidak maksimal akan meningkatkan kadar nitrogen
urea darah (Joan dan Lyndon 2014)
Normal: 10-45 mg/dl
2) Kreatinin Serum, dapat mengukur kerusakan ginjal dengan baik dibandingkan
dengan kadar nitrogen serum, karena ganggguan ginjal yang berat dan
persisten akan menyebabkan peningkatan kreatinin yang signifikan (Joan dan
Lyndon 2014)
Normal: M : 0,9-1,5 mg/dl
F : 0,7-1,3 mg/dl
c. Urinalisis
Pemeriksaan air seni untuk melihat adanya darah dalam air seni, khususnya yang
kasat mata. Selain itu juga untuk mengetahui adanya epitel, eritrosit, atau leukosit
pada urin. Pemeriksaan sitologi urin, memiliki sensitifitas 38-78%, dan meningkat
pada tumor tingkat tinggi. Kultur air seni dapat diperiksa untuk menyingkirkan
adanya infeksi atau peradangan.
d. Sitologi Urin, yaitu pemeriksaan sel-sel urotelium yang terlepas bersama urin
(biasanya nilai negatif palsu tinggi). Sitologi urin merupakan pemeriksaan
mikroskopik terhadap sel-sel didalam urin. pemeriksaan ini dilakukan untuk
mendiagnosis kanker saluran kemih. Sitologi urin juga dilakukan untuk
penyaringan kanker pada orang-orang resiko tinggi (misalnya perokok, pekerja
petrokimia dan penderita perdarahan tanpa rasa nyeri). Untuk penderita yang telah
menjalani pengangkatan kanker kandung kemih, sitologi digunakan untuk evaluasi
dan follow up
e. Cell survey antigen study, yaitu pemeriksaan laboratorium untuk mencari sel
antigen terhadap kanker, bahan yang digunakan adalah darah vena.
f. Flow cytometri, yaitu mendeteksi adanya kelainan kromosom sel-sel urotelim.
3. Pemeriksaan Radiologi (Shenoy 2014)
a. BOF/ BNO (Buik Nier Overzicht)
Untuk mengetahui struktur dari kandung kemih bagus atau tidak.
Kontribusi perawat adalah:
1) Sebelum pemeriksaan anjurkan klien untuk makan bubur, bukan santan karena
akan memerlukan waktu penyerapan yang lama dan mengandung kolesterol.
2) Klien dipuasakan 6-8 jam
3) Dilakukan lavement/huknah/enema untuk mengurangi intepretasi kesalahan
pada gambaran kolon dan kandung kemih
b. IVP

Defek pengisian dalam buli, dilatasi ureter dapat ditemukan. Konstribusi perawat
adalah untuk melakukan pemeriksaan fungsi ginjal (BUN dan Kreatinin) dan
pemeriksaan alergi sebelum dilakukan tindakan.
c. Ultrasonografi
Merupakan pemeriksaan yang sangat bermanfaat yang dapat mendeteksi
karsinoma buli. Pemeriksaan ini juga dapat mendeteksi adanya metastase hati.
Kontribusi perawat adalah menganjurkan klien untuk menahan kencing untuk
mengetahui perbedaan urin dan massa tumor.
d. CT Scan
Merupakan pemeriksaan pilihan terutama untuk mengetahui penyebaran penyakit.
Pemeriksaan CT scan bermanfaat khususnya untuk mengetahui adanya infiltrasi
adanya infiltrasi pada otot, jaringan prevesika serta prostat, dan dinding pelvik.
Indikasi untuk sitoskopi, antara lain:
1. Hematuria dengan IVP yang normal
2. Gejala klinis saluran kemih bagian bawah
3. Sel maligna dalam sitologi urine
e. MRI
Dapat memberikan keterangan tambahan mengenai penyebaran tumor. Jika
tumornya berupa kista, bisa diambil contoh cairan untuk dilakukan analisa.
Aortografi dan angiografi arteri renalis bisa dilakukan sebagai persiapan
pembedahan untuk memberikan keterangan tambahan mengenai tumor dan arteri
renalis.
f. Sistoskopi
Sitoskopi merupakan pemeriksaan gold standart untuk menentukan lokasi lesi dan
mengambil biopsi yang sangat diperlukan untuk penatalaksanaan kasus lebih
lanjut. Peran perawat yaitu memantau adanya komplikasi pasca prosedur
sistoskopi berupa perdarahan, perforasi kandung kemih, dan infeksi. Perawat
melakukan observasi terhadap perubahan warna urin. Pasca dilakukan sistoskopi,
urin normalnya berwarna merah muda karena trauma saat memasukkan instrumen,
tetapi bila ada perdarahan nyata harus segera dilaporkan. Perawat memantau
kecukupan asupan cairan klien untuk mencegah statis urin dan obstruksi darah
beku. Perawat memantau tanda-tanda vital klien secara teratur untuk mendeteksi
dini potensi adanya infeksi.
J. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
b. Riwayat Keperawatan

1) Keluhan Utama : Pasien nyeri saat BAK dan agak mengedan, ada benjolan
pada abdomen sebelah bawah, sulit BAB, dan nyeri diseluruh tubuh terutama
dipinggang.
2) Riwayat Penyakit Sekarang(riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk
rumah sakit). Darah keluar sedikit-sedikit saat BAK dan terasa nyeri sera sulit
BAB.
3) Riwayat Penyakit Dahulu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang
pernah diderita oleh pasien).
4) Riwayat Kesehatan Keluarga, penyakit yang pernah diderita anggota keluarga
yang menjadi faktor resiko.
5) Riwayat psikososial dan spiritual.
6) Kondisi lingkungan rumah.
7) Kebiasaan sehari-hari (pola eliminasi BAK, pola aktivitas latihan, pola
kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan (rokok, ketergantungan obat,
minuman keras).
c. Pemeriksaan Fisik
1) Aktivitas/Istirahat
Gejala : Merasa lemah dan letih
Tanda : Perubahan kesadaran
2) Sirkulasi
Gejala : Perubahan tekanan darah normal (hipertensi)
Tanda : Tekanan darah meningkat, takikardia, bradikardia, disritmia
3) Integritas Ego
Gejala : Perubahan tingkah laku atau kepribadian
Tanda : Cemas, mudah tersinggung
4) Eleminasi
Gejala : Perubahan gejala BAK
Tanda : Nyeri saat BAK, Urine bewarna merah
5) Makanan & Cairan
Gejala : Mual muntah
Tanda : Muntah
6) Neurosensori
Gejala : Kehilangan kesadaran sementara (Vertigo)
Tanda : Perubahan kesadaran sampai koma, perubahan mental
7) Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Sakit pada daerah abdomen
Tanda : Wajah menyeringai, respon menarik pada rangsangan nyeri
8) Interaksi Sosial
Gejala : Perubahan interaksi dengan orang lain
Tanda : Rasa tak berdaya, menolak jika diajak berkomunikasi
9) Keamanan
Gejala : Trauma baru
Tanda : Terjadi kekambuhan lagi
10) Seksualisasi

Gejala : Tidak ada sedikitnya tiga silus menstruasi berturut-turut


Tanda : Atrofi payudara, amenorea
11) Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala : Riwayat keluarga lebih tinggi dari normal untuk insiden depresi
Tanda : Prestasi akademik tinggi
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan jaringan syaraf,
infiltrasi system suplai syaraf, obtruksi jalur syaraf, inflamasi).
b. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan obstruksi / iritasi kandung kemih.
c. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan
hipermetabolik yang berhubungan dengan kanker.
d. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit.
4. Intervensi
Dx I. Nyeri berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan jaringan
syaraf, infiltrasi system suplai syaraf, obtruksi jalur syaraf, inflamasi).
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1x24 jam diharapkan nyeri pasien
terkontrol.
Dengan kriteria hasil:
- Skala nyeri berkurang sampai hilang.
- Pasien mengungkapkan perasaan nyaman berkurangnya nyeri.
Intervensi:
a. Tentukan riwayat nyeri, lokasi, durasi dan intensitas
Rasional: Memberikan informasi yang diperlukan untuk merencanakan asuhan
b. Evaluasi therapi: pembedahan, radiasi, khemotherapi, biotherapi, ajarkan klien
dan keluarga tentang cara menghadapinya
Rasional: Untuk mengetahui terapi yang dilakukan sesuai atau tidak, atau malah
menyebabkan komplikasi
c. Berikan pengalihan seperti reposisi dan aktivitas menyenangkan seperti
mendengarkan musik atau nonton TV
Rasional: Untuk meningkatkan kenyamanan dengan mengalihkan perhatian klien
dari rasa nyeri
d. Menganjurkan tehnik penanganan stress (tehnik relaksasi, visualisasi, bimbingan),
gembira, dan berikan sentuhan therapeutic
Rasional: Meningkatkan kontrol diri atas efek samping dengan menurunkan stress
dan ansietas
e. Evaluasi nyeri, berikan pengobatan bila perlu
Rasional: Untuk mengetahui efektifitas penanganan nyeri, tingkat nyeri dan
sampai sejauhmana klien mampu menahannya serta untuk mengetahui kebutuhan
klien akan obat-obatan anti nyeri.
Dx II. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan obstruksi.
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1x24 jam diharapkan pola eliminasi
urine kembali normal.
Dengan kriteria hasil :

- Tidak ada nyeri saat BAK.


Intervensi :
a. Observasi output dan intake cairan selama 24 jam.
Rasional: Untuk mengetahui tingkat keparahan obstruksi yang terjadi agar dapat
di jadikan acuan dalam melakukan indakan keperawatan selanjutnya
b. Anjurkan pasien mempertahankan intake cairan yang adekuat.
Rasional: Agar dpa memperlunak sehubungan dengan obstruksi yang terjadi
c. Jelaskan pada pasien dan keluarga bahwa kanker kandung kemih menyebabkan
iritasi kandung kemih sehingga terjadi urgensi.
Rasional: Mengurangi tingkat kecemasan keluarga dan memnambah pengetahuan
tentang kanker kndung kemih pada keluarga
d. Kolaborasi pemberian analgesik atau antipasmodik
Rasional: Untuk mengurangi gejala iritasi saat BAK dan menghambat kontraksi
kandung kemih yang tidak stabil.
Dx III. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan
hipermetabolik yang berhubungan dengan kanker.
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan 7x24 jam diharapkan kebutuhan
nutrisi pasien adekuat.
Dengan kriteria hasil :
- Porsi makan pasien habis
- Pasien menunjukkan berat badan stabil, hasil lab normal dan tidak ada tanda
malnutrisi.
Intervensi:
a. Monitor intake makanan setiap hari, apakah klien makan sesuai dengan
kebutuhannya.
Rasional: Memberikan informasi tentang status gizi klien.
b. Timbang dan ukur berat badan, ukuran triceps serta amati penurunan berat badan
Rasional: Memberikan informasi tentang penambahan dan penurunan berat badan
klien
c. Anjurkan klien untuk mengkonsumsi makanan tinggi kalori dengan intake cairan
yang adekuat
Rasional: Kalori merupakan sumber energi
d. Kontrol faktor lingkungan seperti bau busuk atau bising. Hindarkan makanan
yang terlalu manis, berlemak dan pedas
Rasional: Mencegah mual muntah, distensi berlebihan, dispepsia yang
menyebabkan penurunan nafsu makan serta mengurangi stimulus berbahaya yang
dapat meningkatkan ansietas
e. Ciptakan suasana makan yang menyenangkan misalnya makan bersama teman
atau keluarga
Rasional: Agar klien merasa seperti berada dirumah sendiri
f. Berikan pengobatan sesuai indikasi ( Tindakan Kolaborasi)

Rasional: Membantu menghilangkan gejala penyakit, efek samping dan


meningkatkan status kesehatan klien
Dx IV. Cemas / takut berhubungan dengan situasi krisis (kanker), perubahan
kesehatan, sosio ekonomi, peran dan fungsi, bentuk interaksi, persiapan kematian,
pemisahan dengan keluarga ditandai dengan peningkatan tegangan, kelelahan,
mengekspresikan kecanggungan peran, perasaan tergantung, tidak adekuat
kemampuan menolong diri, stimulasi simpatetik
Tujuan :
- Klien dapat mengurangi rasa cemasnya
- Rileks dan dapat melihat dirinya secara obyektif.
- Menunjukkan koping yang efektif serta mampu berpartisipasi dalam pengobatan
Intervensi :
a. Berikan informasi tentang prognosis secara akurat
Rasional: Pemberian informasi dapat membantu klien dalam memahami proses
penyakitnya
b. Beri kesempatan pada klien untuk mengekspresikan rasa marah, takut,
konfrontasi. Beri informasi dengan emosi wajar dan ekspresi yang sesuai
Rasional: Dapat menurunkan kecemasan klien
c. Jelaskan pengobatan, tujuan dan efek samping. Bantu klien mempersiapkan diri
dalam pengobatan
Rasional: Membantu klien dalam memahami kebutuhan untuk pengobatan dan
efek sampingnya
d. Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman
Rasional: Memberikan kesempatan pada klien untuk berpikir/merenung/istirahat
e. Pertahankan kontak dengan klien, bicara dan sentuhlah dengan wajar
Rasional: Klien mendapatkan kepercayaan diri dan keyakinan bahwa dia benarbenar ditolong
5. Evaluasi
Setelah selesai implementasi, dilakukan dokumentasi yang meliputi intervensi
yang sudah dilakukan dan bagaimana respon pasien. Evaluasi merupakan tahap
terakhir dari proses keperawatan. Kegiatan evaluasi ini adalah membandingkan hasil
yang telah dicapai setelah implementasi keperawatan dengan tujuan yang diharapkan
dalam perencanaan.
Perawat mempunyai tiga alternatif dalam menentukan sejauh mana tujuan
tercapai:
a. Berhasil prilaku pasien sesuai pernyatan tujuan dalam waktu atau tanggal yang
ditetapkan di tujuan.
b. Tercapai sebagian pasien menunujukan prilaku tetapi tidak sebaik yang ditentukan
dalam pernyataan tujuan.

c. Belum tercapai pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan prilaku yang
diharapakan sesuai dengan pernyataan tujuan.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner &Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Doenges E Marilynn, 2000., Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta
Corwin, Elizabeth J. (2001). Buku Saku Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta
Mansjoer, Arif, 2000., Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculaapius FKUI, Jakarta.
Nursalam & Batticaca, FB. 2009. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan
Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika
Yosef, Herman. 2007. Dasar-dasar Urologi. Jakarta: CV. Infomedika

Anda mungkin juga menyukai